Anda di halaman 1dari 3

Banjarmasin Post

Kamis, 22 September 2005 01:56:02

Ir Muhammad Husin MS,


PNS Distamben Kalsel

Buat Teknologi Kurangi Kadar Besi Air


PERGURUAN Tinggi Negeri Unlam kini harus berbangga diri. Karena seorang mahasiswa pascasarjana
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSDAL) Universitas Lambung Mangkurat, Ir
Muhammad Husin MS berhasil menemukan teknologi sederhana untuk mengurangi kadar besi (Fe) pada
air tanah dalam.

Penemuan Husin yang juga tercatat sebagai staf Dinas Pertambangan Kalsel ini, sepertinya dapat
memberikan haparan untuk perbaikan kondisi air di Kalsel, terutama di Banjarbaru yang memiliki
kandungan besi cukup tinggi.

Air tanah yang tidak memenuhi standar kualitas baku apabila langsung dikonsumsi manusia, akan
menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap kesehatan.

Menurut Husin, dari beberapa kasus khususnya penyakit ginjal yang terjadi di Kalimantan Selatan,
umumnya terjadi pada daerah-daerah yang mengandalkan air tanah sebagai sumber air minum, dan
dikonsumsi terus menerus dalam waktu lama.

Berdasarkan penelitian terhadap air sumur di Kota Banjarbaru didapatkan kandungan besi dari 1,0981
hingga 3,194 mg/liter. Angka tersebut sudah tidak memenuhi syarat, jika dibandingkan dengan air bersih
berdasarkan Permenkes No: 416/MENKES/PER/IX/1990 yakni kandungan maksimum besi yang
diperbolehkan hanya 1,0 mg/liter.

Melalui teknologi sederhana yang disebut sistem aerasi bertingkat, dapat mengurangi kadar besi di dalam
air yang bersumber dari air tanah dalam hingga 80 persen, dengan debit aliran optimal 0,0035 liter/detik.

Adapun cara kerja alat pengolahan ini, menggunakan sistem aerasi secara grafitasi. Air tanah dalam
dipompa dan ditampung ke dalam bak penampungan awal (reservoir) yang berada di tingkat atas.

Air dari atas dialirkan ke bawah melalui pipa berlubang, dibagi ke seluruh permukaan nampan plastik
yang di letakkan di tingkat paling atas yang berfungsi sebagai trap berlubang. Dari trap teratas, air berupa
percikan-percikan turun ke nampan-nampan di bawahnya hingga memenuhi bak berupa saringan pasir.

Di dalam bak ini, air mengalami proses filtrasi untuk menghilangkan kadar besi atau mengeliminasi
partikel-partikel yang terbentuk akibat proses oksidasi aerasi. Setelah melewati saringan pasir, air
selanjutnya mengalir ke bak pengolahan.

"Teknologi sederhana ini dapat diaplikasikan di masyarakat secara individu maupun perusahaan, yang
mempergunakan air tanah dalam sebagai sumber air bersih," tutur peraih IPK 3,72 ini.

Ketua Pascasarjana Program PSDAL Unlam Banjarbaru Dr Athaillah Mursyid menuturkan, program
PSDAL memang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menunjang perkembangan di
bidang sumber daya alam dan lingkungan.

"Salah satunya seperti penemuan Ir Muhammad Husin MS. Diharapkan dapat membantu kita dalam
mengatasi besarnya kandungan besi dalam air tanah dalam," tutur Athaillah, saat Yudisum Pascasarjana
Program PSDAL Unlam Banjarbaru, Rabu (21/9).

Athaillah menambahkan, teknologi sederhana yang ditemukan Husin ini merupakan hal yang berarti bagi
masyarakat. Karena itu, diharapkan pemerintah melalui instansi terkait dapat menerapkan hasil
temuannya tersebut. rasyid ridho

Banjarmasin Post
Minggu, 02 Oktober 2005 05:15

Ir Muhammad Husin MS,


PNS Distamben Kalsel

Teknologi Sederhana Sistem Aerasi Bertingkat


AIR merupakan salah satu sumber kehidupan di muka bumi ini. Perannya tak bisa digantikan dalam
menunjang kehidupan semua makhluk hidup. Air akan terasa sangat diperlukan manakala kemarau
melanda.

Namun, air tidak selamanya bersih, tidak selamanya layak untuk diminum. Bahkan hasil penelitian Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Banjarbaru, kondisi air di
Kalsel sangat mengkhawatirkan, tidak layak untuk diminum.

Air di Kalsel ternyata cukup tinggi mengandung kadar besi (Fe), padahal kadar besi yang larut dalam air
ini jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama berdampak negatif kepada kesehatan manusia. Salah
satunya penyakit gagal ginjal yang bakal mengancam masyarakat Kalsel.

Hal ini menggugah perasaan Ir Muhammad Husin dan melakukan penelitian untuk mengurangi kadar
besi (Fe) dalam air tanah dalam. Dengan teknologi sederhana yang disebutnya Sistem Aerasi Bertingkat,
ternyata bukan hanya kadar besi yang berhasil dikurangi, namun kadar Mangan (Mn) dalam air pun turut
bisa ditekan.

Bagaimana Sistem Aerasi Bertingkat ini? Wartawan BPost M Rasyid Ridho mencoba mengajak
pembaca budiman untuk lebih tertarik mengetahui teknologi sederhana ini berikut wawancara dengan , Ir
Muhammad Husin MS, belum lama tadi.

Apa latar belakang anda memilih penilitian ini?

Pada umumnya sumur gali dan sumber air PDAM berasal dari air permukaan. Namun, baik kuantitas
maupun kualitas air permukaan ini makin lama semakin berkurang. Seperti saat ini manakala musim
kemarau melanda banyak sumur gali yang kering, termasuk suplai air PDAM yang tidak normal.

Jadi saya mencari alternatif untuk meneliti kondisi air tanah dalam khususnya di daerah perkotaan,
ternyata kadar besinya (Fe) cukup tinggi, termasuk di Kota Banjarbaru sendiri, tepatnya di kawasan
Loktabat.

Air tanah dalam sebenarnya dari segi kantitas dan kualitas lebih baik dari pada air permukaan, tapi
kandungan Fe nya masih cukup tinggi. Sedangkan kadar Fe ini apabila dikonsumsi dalam waktu yang
lama akan berbahaya bagi kesehatan, antara lain dapat merusak ginjal.

Kemudian melalui berbagai literatur, saya mencoba merancang peralatan dengan menerapkan teknologi
sederhana untuk mengurangi kadar Fe, yaitu dengan Sistem Aerasi Bertingkat.

Apakah sudah sedemikian tinggi kadar Fe dalam air di Kalsel, khususnya Banjarbaru sendiri?

Memang benar, kadar Fer di Kalsel tinggi, termasuk di Kota Banjarbaru tepatnya di kawasan Loktabat
sekitar 4,563 miligram per liter (mg/L), sedangkan berdasarkan Permenkes Nomor : 416/MENKES?
PER/IX/1990 kandungan maksimum Fe yang diperbolehkan hanya 1,0 mg/L.

Sebenarnya sudah ada hasil penelitian kadar Fe dalam air di Kalsel oleh BTKL PPM Banjarbaru, namun
saya mencari daerah yang kadar Fe nya paling tinggi dan saya temukan di Loktabat ke arah Jalan
Trikora.

Kadar Fe ini sifatnya terlarut, jadi meskipun air itu dimasak, kadar Fe tetap ada. Karena itu, langkah
pertama untuk mengurangi kadar Fe sebelum air dimasak adalah dengan mengalirkannya melalui Sistem
Aerasi Bertingkat.
Apakah Sistem Aerasi Bertingkat juga bisa digunakan untuk air permukaan?

Sistem Aerasi Bertingkat juga bisa dipergunakan untuk air permukaan, tapi sebelum air permukaan itu
dialirkan terlebih dahulu harus dilakukan proses pengurangan pengendapan. Prosesnya cukup mudah,
yakni dengan membiarkan air permukaan yang sudah ditampung dalam waktu tertentu atau dalam
bahasa Banjar ditandakakan. Setelah itu baru airnya dialirkan ke peralatan Sistem Aerasi Bertingkat.

Dalam penelitian anda, apakah hanya kadar Fe yang bisa dikurangi melalui Sistem Aerasi
Bertingkat ini? Bagaimana dengan logam berat seperti Merkuri?

Tadinya penelitian itu memang untuk mengurangi kadar Fe, ternyata dari hasil dilaboratorium kadar
Mangan (Mn) yang terdapat dalam air tanah dalam yang dialirkan melalui Sistem Aerasi Bertingkat juga
ikut turun sekitar 30%.

Sedangkan untuk logam berat seperti Merkuri, saya memang belum melakukan penelitian ke arah sana.
Mudah-mudahan nantinya ada sponsor yang mendukung penelitian ke arah itu, sehingga tidak saja kadar
Fe dan Mn yang bisa dikurangi, namun harapannya logam berat dan kandungan berbahaya lainnya juga
bisa dihilangkan, paling tidak dikurangi sampai sekecil mungkin.

Berapa lama anda menyelesaikan penelitian ini dan berapa biayanya?

Penelitian ini dilakukan pada Januari hingga Juli tadi, ya sekitar enam bulan. Sejak proses perancangan
alat Sistem Aerasi Bertingkat hingga hasil di laboratorium.

Sebenarnya saya sudah lama berangan-angan ingin merancang alat ini. Meskipun sempat gagal karena
aliran air di bak filtrasi mampet disebabkan desain bak filtasi yang kurang baik, dan Alhamdulillah
akhirnya berhasil. Sedangkan biaya yang diperlukan untuk membuat peralatan Sistem Aerasi Bertingkat
ini cukup murah, yakni Rp500.000. Jadi Sistem Aerasi Bertingkat ini sebenarnya sangat baik diterapkan
untuk rumah tangga.

Pernah mencoba menawarkan hasil penelitian anda kepada instansi atau perusahaan yang
mengolah ari minum?

Alhamdulillah memang ada yang menawari kerjasama salah satunya BTKL PPM Banjarbaru. Selain itu
ada seorang kawan yang bekerja di perusahan tambang batu bara meminta saya mencoba melakukan
penelitian dengan Sistem Aerasi Bertingkat ini untuk mengurangi keasaman air tambang.

Saya siap bekerjasama kalau ada sponsor yang berminat termasuk untuk melakukan penelitian
pengurangan logam berat dengan Sistem Aerasi Bertingkat.

Anda mungkin juga menyukai