Anda di halaman 1dari 26

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. R
Usia : 47 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pekerja bengkel sepeda

II. SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Batuk berdarah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari IGD rujukan dengan keluhan batuk berdarah
berwarna merah segar tidak bercampur makanan sejak 1 hari SMRS
dengan frekuensi sekitar 3 kali dan banyaknya sekitar 200 cc atau satu
gelas. Batuk darah pertama kali pukul 04.30 1 HSMRS sebanyak 1 kali
dengan darah yang cukup banyak, namun pasien tidak dapat
memastikan banyaknya. Hingga siang hari keluhan belum juga
membaik. Keluhan memberat saat pasien berbicara dan membaik
dengan istirahat. Keluhan sampai menggagu aktivitas. Selain batuk
darah pasien juga mengeluhkan sesak napas jika beraktivitas. Dan
membaik dengan beristirahat. Keluhan disertai keringat yang banyak
pada malam hari, lemas, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan hingga 5 kg dalam waktu 4 bulan.. Pasien diketahui sedang
menjalani pengobatan TB paru dari bulan maret 2019 di RSMS.

Sebelumnya pasien sempat dirawat di RS Wirasana selama 7 hari


dan setelah 5 hari dirumah pasien mengeluhkan batuk berdarah
kemudian datang ke RS Wirasana dan dirujuk ke RSMS. Riwayat batuk
berdahak sejak 1 tahun yang lalu sudah pernah mendapatkan
pengobatan oleh dokter umum berupa obat tablet antibiotik namun
keluhan belum membaik. Keluhan batuk dirasakan terus menerus

1
sepanjang hari dan tidak didahului dengan pencetus seperti udara dingin
dan sebagainya. Dahak berwarna putih kadang kekuningan disertai buih
tidak disertai darah. Keluhan dirasakan sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari dan semakin memberat 2 bulan SMRS, sehingga pasien
memerikasakan diri ke puskesmas 2 bulan yang lalu dan dilakukan
pemeriksaan dahak kemudian diberikan pengobatan TB.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat keluhan serupa : Disangkal pasien


b. Riwayat mondok : 1 kali di RSMS
c. Riwayat OAT : Riwayat OAT sudah 1 bulan
d. Riwayat hipertensi : disangkal
e. Riwayat kencing manis : disangkal
f. Riwayat asma : disangkal
g. Riwayat alergi : disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluhan serupa : disangkal pasien
b. Riwayat mondok : disangkal
c. Riwayat hipertensi : disangkal
d. Riwayat DM : disangkal
e. Riwayat asma : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat Sosial Ekonomi

2
a. Community
Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk. Rumah
satu dengan yang lain berjarak sekitar 20 meter. Hubungan antara
pasien dengan tetangga dan keluarga dekat baik. Di lingkungan
rumah pasien kemungkinan ada yang memiliki keluhan yang sama
dengan pasien, pasien kurang yakin.
b. Home
Pasien tinggal di rumah dengan ukuran 7 x 8 meter dengan lantai
menggunakan lantai dengan 3 kamar. Pasien tinggal berlima
bersama istri dan ketiga anaknya. Kamar pasien berukuran 3 x 3
meter. Pasien tidur berdua dengan istri pasien. Tembok rumah
pasien terbuat dari batu bata dan sering dibersihkan. Jendela pada
rumah pasien cukup banyak dan tidak selalu dibuka setiap pagi hari.
Pencahayaan rumah pasien cukup.
c. Occupational
Pasien adalah seorang pekerja di bengkel sepeda di Jakarta selama
10 tahun dengan penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-
hari. Pembiayaan rumah sakit selama dirawat pasien menggunakan
BPJS. Pembiayaan kebutuhan sehari-hari dibiayai oleh pasien
sendiri.
d. Personal habit
Pasien mengaku makan sehari 2-3 kali sehari, dengan nasi sebagai
sumber karbohidrat utama, sayur dan lauk daging, ikan, atau telur
sesekali. Sebelum sakit pasien memiliki kebiasaan merokok sejak
usia 20 tahun dan berhenti kurang lebih berhenti sejak 6 bulan yang
lalu. Dalam sehari pasien menghabiskan 3-4 batang rokok. Indeks
Brinkman 37 x 3-4 = 111 - 148, perokok ringan. Pasien terkadang
membuang dahak sembarangan baik saat di lingkungan pekerjaan
maupun di sekitar rumah.

III. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :tampak sakit sedang, lemah

3
b. Kesadaran : compos mentis, GCS = E4M6V5
c. BB : 40 kg (BB Sebelumnya 45 kg)
d. TB : 160 cm
e. Vital sign
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 87 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,7 oC
d. Status Generalis
1) Kepala
- Bentuk : mesochepal, simetris
- Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut,
distribusi merata, tidak rontok
2) Mata
- Palpebra : edema (-/-) ptosis (-/-)
- Konjungtiva : anemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-)
- Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor,
diameter 2 mm/ 2mm
- Exopthalmus : (-/-)
- Lapang pandang : tidak ada kelainan
- Lensa : keruh (-/-)
- Gerak mata : normal
- Tekanan bola mata : nomal
- Nistagmus : (-/-)
3) Telinga
- otore (-/-)
- deformitas (-/-)
- nyeri tekan (-/-)
4) Hidung
- nafas cuping hidung (-/-)
- deformitas (-/-)

4
- discharge (-/-)
5) Mulut
- bibir sianosis (-)
- bibir kering (-)
- lidah kotor (-)
6) Leher
- Trakhea : deviasi trakhea (-/-)
- Kelenjar lymphoid : tidak membesar, nyeri (-)
- Kelenjar thyroid : tidak membesar
- JVP : nampak, tidak kuat angkat
7) Dada
a) Paru
- Inspeksi : bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-),
retraksi (-), jejas (-)
- Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : sonor pada lapang paru kiri dan kanan
- Auskultasi : suara dasar vesikuler sama kanan dan kiri
dan didapatkan ronkhi basah halus dan kasar.
b) Jantung
- Inspeksi : ictus cordis nampak pada SIC V LMC sinistra
- Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V LMC sinistra,
tidak kuat angkat
- Perkusi : batas jantung kanan atas : SIC II LPSD
Batas jantung kiri atas : SIC II LPSS
Batas jantung kanan bawah :SIC IV LPSD
Batas jantung kiri bawah : SIC V LMCS
- Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallops (-)
8) Abdomen
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani,tes pekak sisi (-), pekak beralih (-)

5
- Palpasi : hepar teraba 4 jari dibawah arcus costae
dextra, NT (+) pada region hipochondriaca dextra, dan lien
tidak teraba.
9) Ekstrimitas
- Superior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-)
- Inferior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-)
2. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Darah Lengkap
Tanggal 10 Mei 2019
Hemoglobin : 10.0 g/dl L
Leukosit : 17620 /uL H
Hematokrit : 34 % L
Eritrosit : 4,3 ^6/ uL L
Trombosit : 502 .000/Ul
MCV : 77 Fl L
MCH : 24.5 pg L
MCHC : 31.6 % L
RDW : 18,2 % H
MPV : 8.6 fL L

HitungJenis
Basofil : 0.4%
Eosinofil : 0.4% L
Batang : 0.8 % L
Segmen : 82.7 % H
Limfosit : 6.4 % L
Monosit : 9.3 % H

6
Tanggal 11 Mei 2019

Darah lengkap
Hemoglobin : 10.0 g/dl L
Leukosit : 12.650 /uL H
Hematokrit : 32 % L L
Eritrosit : 4,1 ^6/ uL L
Trombosit : 460.000/Ul H
MCV : 78.5 Fl L
MCH : 24.4 pg L
MCHC : 31.2 % L
RDW : 18,2 % H
Protein : 8,37 H
Albumin : 6,09 H
Na : 136
K : 4,5
Cl : 100
Ca : 8,4
SGOT : 20
SGPT :9 L
Ureum : 20,25
Creatinin : 0,85
GDS : 88

DIAGNOSIS
1. TB PARU TCM RIFAMPISIN SENSITIF KASUS BARU DALAM TERAPI OAT
KATEGORI I BULAN I STATUS B20 NEGATIF
2. PNEUMONIA KOMUNITI KELAS RISIKO III
3. HEMOPTISIS MASIF
4. ANEMIA

IV. PLANNING
1. Terapi
a. Farmakologi

7
1) O2 3 LPM NK
2) IVFD NACL 0.9 % 20 Tpm
3) Drip adona 1 Amp/12 jam
4) Inj. Ciprofloxacin 200 mg/12 jam IV
5) Inj. Asam tranexamat 500 mg/6 jam
6) Inj. Vit K 1 Amp/8 jam IV
7) Inj. Vit C 1 Amp/8 jam IV
8) Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam
9) PO OAT 4 FDC 1 x 3 tab
10) PO Vit B6 1 x 1 tab
11) PO Kodein 10 mg 3 x 1 tab
12) PO Curcuma 3 x 1 tab
13) Peptisol 2 x 200 cc/

Non Farmakologi
1) Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit TB,
penyebab, penularan, pengobatan, efek samping obat dan
komplikasinya.
2) Edukasi mengenai kebersihan lingkungan rumah, seperti buka
ventilasi setiap hari agar sinar matahari dan udara masuk juga
edukasi untuk selalu membersihkan rumahnya dan edukasi agar
pasien tidak mambuang dahak di sembarang tempat.
3) Makan makanan yang bergizi dengan menu 5 bintang,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

4) Screening pada anggota keluarga yang lain apabila ada yang


mengalami gejala yang sama dan untuk tindakan pencegahan
juga pengobatan lebih awal jika keluarga lain sudah tertular.

2. Monitoring
a. Keadaan umum dan kesadaran
b. Tanda vital
c. Evaluasi klinis
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu sampai akhir bulan kedua
pengobatan, selanjutnya tiap 1 bulan mulai bulan ketiga.
8
- Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya komplikasi.
- Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik
d. Evaluasi bakteriologis
- Sebelum pengobatan dimulai
- Satu minggu pada akhir bulan ke 2 pengobatan (setelah fase
intensif)
- Akhir bulan kelima pengobatan
- Pada akhir pengobatan
e. Evaluasi radiologi
- Sebelum pengobatan
- Pada akhir pengobatan
f. Evaluasi efek samping
- Periksa fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin)
- Periksa fungsi ginjal ( ureum, kreatinin)
- Periksa GDS, G2PP, asam urat
- Pemeriksaan visus
- Pemeriksaan keseimbangan dan pendengaran
g. Evaluasi keteraturan obat
3. Prognosis
Keberhasilan kesembuhan penyakit tuberkulosis tergantung pada:
a. Kepatuhan minum obat
b. Komunikasi dan edukasi serta pengawasan minum obat
c. Umur penderita
d. Penyakit yang menyertai
e. Resistensi obat

Ad vitam : dubia
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam :dubia

9
BAB II
PEMBAHASAN

1. Penegakan Diagnosis
TB Paru Kasus Baru TCM Rif Sensitif Dalam Terapi OAT Kategori I Bulan
I
a. Anamnesis
1) Pasien laki-laki berusia 47 tahun datang dengan keluhan utama batuk
berdarah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
2) Gejala penyerta : sesak nafas, lemas, keringat pada malam hari, nafsu
makan berkurang, dan berat badan menurun.
3) Pasien sebelumnya belum pernah memiliki keluhan serupa dan belum
pernah menerima pengobatan batuk jangka panjang.
4) Pasien tinggal di daerah yang cukup padat penduduk, jendela rumah
tidak selalu dibuka, dan pasien memiliki pola makan yang tidak terlalu
baik (nutrisi kurang).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Antropometri
BB : 40 Kg
TB : 160 cm
BMI : 16.0 kg/m2 (Underweight).
2) Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6 oC
3) Pemeriksaan Pulmo
- Inspeksi : bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-),
retraksi (-), jejas (-)
- Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : sonor pada lapang paru kiri dan kanan
- Auskultasi : suara dasar vesikuler sama kanan dan kiri dan
didapatkan ronkhi basah halus dan kasar.

10
c. Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaan TCM detected Sensitif Rifampisin
PNEUMONIA KOMUNITI KELAS RISIKO III
a. Anamnesis
Pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada, batuk yang baru terjadi
dengan adanya produksi sputum atau perubahan warna sekret pada
pasien dengan batuk kronik.
Skoring CAP CURB65 untuk menentukan penatalaksanaan,
penentuan tempat perawatan berdasarkan jenis keparahan, dan untuk
memprediksi risiko mortalitas pasien CAP serta panduan pemilihan
terapi antibiotik.
Confusion (-), Urea > 7 mmol (-), RR ≥ 30/ min, BP Sistolic preaaure
< 90 mmHg atau diastolic Pressure ≤60 mmHg.
Skoring dapat juga dengan PSI (Pneuminia Severity Index)

b. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan Ronkhi basah halus dan Ronkhi basah kasar
b. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Thorax

HEMOPTISIS MASIF
a. Anamnesis
Batuk darah 3 x sekitar 200 cc. Ekspektorasi darah atau dahak bercampur darah
yang berasal dari saluran napas bawah dan parenkim paru. Hemoptisis masif 100-
1000 ml/24 jam.
Anemia
b. Anamnesis
Pasien terdapat kehilangan darah dari batuk berdarah, mengeluh sering
merasakan lemas dan mudah merasa capek setiap kali beraktivitas
sehari-hari.
Riwayat konsumsi nutrisi terutama sayur sayuran hijau dan daging merah
yang kurang.
c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium pada Tanggal 10 Mei 2019
Hemoglobin : 10.6 g/dl L
MCV : 77 Fl L
MCH : 24.5 pg L
11
MCHC : 31.6 %

Dari hasil pemeriksaan laboratorium dapat disimpulkan jenis anemia


mikrositik (karena nilai MCV kurang dari normal) hipokromik (karena
nilai MCH kurang dari normal). Anemia mikrositik hipokromik biasanya
didapatkan pada kondisi kekurangan zat besi, keracunan timbal atau
talasemia.
2. Penanganan Pasien

Untuk kasus TB TCM Rif Sensitif kasus baru secara panduan digunakan Paduan
obat sebagai berikut :
2 RHZE / 4 RH
Alternatif: 2 RHZE / 4R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE/ 6HE
Namun, untuk pelaksanaan kasus TB dengan OAT imbas hati digunakan
penatalaksanaan sebagai berikut :
- Penatalaksanaan
. Bila klinis (+) (Ikterik [+], gejala mual, muntah [+]) ® OAT Stop
. Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali,: OAT stop
. Bila gejal klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan:
Bilirubin > 2 ® OAT Stop
SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop
SGOT, SGPT > 3 kali ® teruskan pengobatan, dengan pengawasan
Paduan OAT yang dianjurkan :
- Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ)
- Setelah itu, monitor klinis dan laboratorium. Bila klinis dan laboratorium
kembali normal (bilirubin, SGOT, SGPT), maka tambahkan H (INH)
desensitisasi sampai dengan dosis penuh (300 mg). Selama itu perhatikan
klinis dan periksa laboratorium saat INH dosis penuh , bila klinis dan
laboratorium kembali normal, tambahkan rifampisin, desensitisasi sampai
dengan dosis penuh (sesuai berat badan). Sehingga paduan obat menjadi
RHES
- Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi
Pasien dan keluarga harus diedukasi dan diawasi mengenai efek
samping obat selama pasien menjalani pengobatan. Pemeriksaan darah
12
lengkap, pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal sejak awal
pengobatan harus diperhatikan untuk digunakan sebagai data dasar melihat
penyakit penyerta dan efek samping obat.
Efek samping dari isoniazid yang sering terjadi seperti kesemutan,
rasa terbakar di kaki dan nyeri otot akibat sehingga biasanya dapat berkurang
dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan
vitamin B kompleks. Efek samping dari rifampisin yaitu dapat terjadi
sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang, gatal-gatal pada kulit
dan sindrom perut serta dapat menyebabkan warna merah pada air seni,
keringat, air mata dan air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses
metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada
pasien dan keluarga agar mereka mengerti dan tidak perlu khawatir. Efek
samping lain seperti penurunan fungsi hati diakibatkan pirazinamid,
penurunan visus diakibatkan etambutol, serta kerusakan saraf kedelapan yang
diakibatkan oleh streptomisin.
Pemberian obat yang dapat mengatasi perdarahan untuk hemoptisis
masifnya juga sangat penting, seperti pemberian antifibrinolitik Asam
Tranexamat, agen penghentian perdarahan Vit K, dan Vit C.
Pemberian Antibiotik untuk Pneumonia kelas risko III seperti
Antibiotik Golongan Sefalosporin Generasi 2 yautu Ciprofloxacin.

PENGOBATAN SUPORTIF / SIMPTOMATIK


Pengobatan yang diberikan kepada penderita TB perlu diperhatikan
keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat,
dapat rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau
suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi
gejala/keluhan.
1. Penderita rawat jalan
a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam
c. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau
keluhan lain.

13
Evaluasi dan monitoring harus dilakukan. Evaluasi klinis yang perlu
dilakukan meliputi keluhan, berat badan, dan pemeriksaan fisik. Evaluasi
bakteriologis sputum (BTA) bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
konversi dahak. Pemeriksaan BTA dilakukan selama 3 kali, yaitu pada akhir
bulan ke tiga, pada satu bulan sebelum pengobatan berakhir dan pada akhir
pengobatan. Selain itu, riwayat pasien yang susah ketika diminta untuk
minum OAT maka harus dilakukan evaluasi keteraturan berobat dan
diminum/tidaknya obat tersebut, karena ketidakteraturan dalam pengobatan
akan menyebabkan timbulnya resistensi. Oleh sebab itu, sangat penting
dilakukannya penyuluhan atau pendidikan yang diberikan kepada pasien,
keluarga dan lingkunganya mengenai penyakit dan keteraturan obat.
Dalam menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang
Pengawas Minum Obat (PMO) mengingat pasien ini sebelumnya pernah
mengalami putus obat. Syarat-syarat PMO, yaitu:
a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
b. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien. Sebaiknya PMO yang diutamakan adalah petugas kesehatan,
misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Imunisasi, dan
lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO
dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh
masyarakat lainnya.
PMO merupakan kunci dari keberhasilan DOTS tersebut. PMO
memiliki beberapa tugas penting yaitu:
a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan (6-9 bulan)

b. Memberi dorongan dan semangat kepada pasien

c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan ataupun bila terdapat indikasi lain
d. Memberi penyuluhan kepada pasien & keluarga pasien mengenai penyakit
TB dan mengawasi keluarga pasien yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan TB agar melakukan pemeriksaan.
Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan
14
kepada pasien dan keluarganya:
a. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.

b. TB bukan penyakit keturunan atau kutukan.

c. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara


pencegahannya.
d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).

e. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.

f. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta


pertolongan ke pelayanan kesehatan.

g. Deteksi dini melalui screening terhadap orang yang beresiko tertular juga
penting dilakukan. Kemungkinan penularan bakteri tuberkulosis lebih cepat
dengan keadaan rumah yang mendukung seperti lembab, cahaya matahari tidak
masuk, ventilasi yang tidak memadai. Kemungkinan penularan pada keluarga
pasien sangat besar sehingga perlu dilakukan skrining TB paru terhadap
keluarga pasien yang tinggal serumah dan kontak erat dengan pasien.

KOMPLIKASI

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum


pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah :
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Luluh paru
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura
Salah satu komplikasi yang telah terjadi pada pasien ini adalah Gagal
Jantung, untuk itu diperlukan penatalaksanaan gagal jantung bersamaan
dengan penanganan TB paru yang dideritas pasien.

15
BAB III

KESIMPULAN

1. Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis.

2. Penegakan diagnosis penyakit TB berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang.
3. Klasifikasi penyakit TB berdasarkan hasil pemeriksaan dahak terbagi
menjadi BTA (+) dan (-), sedangkan berdasarkan tipe pasien dibedakan
menjadi kasus baru, kambuh, drop out, gagal, kronik, dan bekas TB. Pada
pasien ini, BTA (+) kasus putus obat (drop out).
4. Pengobatan TB menggunakan obat anti tuberkulosis yang terbagi menjadi
dua fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan, selain itu dapat diberikan
kombinasi/FDC atau secara tunggal dengan dosis dan waktu minum yang
berbeda.
5. Monitoring dan evaluasi selama pengobatan TB yaitu dari keadaan klinis,
sputum bakteriologis, foto radiologis, efek samping obat dan keteraturan
pengobatan
6. Efek samping dari obat-obatan TB harus dievaluasi serta diedukasikan
kepada pasien dan keluarga agar mengerti dan tidak khawatir.
7. Keberhasilan pengobatan TB tergantung pada kepatuhan minum obat dan
penyakit yang menyertai.

16
DAFTAR PUSTAKA

Community-Acquired Pneumonia in Adults,


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5754574/ Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

PDPI 2003. Pneumonia Komuniti. https://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-


pneumoniakom/pneumonia%20komuniti.html diakses pada tanggal 21 Mei 2019

PDPI. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.


Jakarta: Indah Offset Citra Grafika

Pedoman Nasional. 2006. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Management of community-acquired pneumonia in adults: 2016 guideline update from the


Dutch Working Party on Antibiotic Policy (SWAB) and Dutch Association of Chest
Physicians (NVALT), diakses pada tanggal 22 Mei 2019

17
18
19
20
21
22
23
18

Anda mungkin juga menyukai