VERTIGO
Oleh:
Putri Yuriandini Yulsam
0910313225
Pembimbing:
dr. Hj. Yuliarni Syafrita, Sp. S
0
TINJAUAN PUSTAKA
1
Sistem vestibularis terdiri atas labirin, nervus vestibularis, dan traktus
vestibularis sentralis. Impuls nanti akan berjalan menuju serebelum sebagai
pengolah informasinya.
2
penglihatan dan proprioseptif, memberikan rasa posisi yang kompleks di
dalam batang otak dan serebelum. Interaksi ini memungkinkan keseimbangan
dapat dipertahankan walau dalam posisi atau gerakan tubuh bagaimanapun.8,9
3
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan atau perubahan posisi. Gejala klinis timbul jika
sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis
mulai berperan.6
e. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori
serotonin (Lucat), yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo.6
f. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stres yang akan memicu sekresi corticotropin releasing factor (CRF).
Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik, yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat dan
berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah, dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.6
Vertigo timbul bila terdapat pada alat-alat vestibuler atau bila terdapat
gangguan pada serabut-serabut yang menghubungkan alat/nuclei vestibularis
dengan pusat-pusatnya di serebelum atau di korteks cerebri. Gangguan ini
dapat ditimbulkan oleh berbagai penyakit seperti berikut:7
a. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian perifer dari
susunan vestibularis, diantaranya :
- Infeksi telinga tengah, mastoiditis, kholesteatom, trauma, dan penyakit
telinga lainnya
- Neuronitis vestibularis
- Vertigo posisional
- Penyakit meniere
- Otosklerosis
- Pengaruh obat-obatan vestibule toksik
4
- Tumor
b. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian sentral dari
susunan vestibularis, antara lain :
- Epilepsi psikomotor
- TIA di kawasan arteri vertebro basilaris
- Spondilitis servikalis
- Stenosis atau trombosis pada A.vertebro basilaris
- Tumor batang otak
- Neuroma akustik
c. Kelompok yang menimbulkan gangguan nonvestibulogenik
-
Ggn serebelum
-
Multiple sklerosis
-
Trauma
-
Epilepsi
5
Durasi dan gejala Dapat berlangsung beberapa Dapat berlangsung
menit sampai jam berbulan-bulan
Nistagmus (+) satu arah Kadang-kadang dua arah
Fiksasi visual Dihambat nistagmus dan vertigo Tidak ada hambatan
Arah post pointing Ke arah fase lambat Berubah-ubah
Arah jatuh pada Ke arah fase lambat Berubah-ubah
Romberg test
Gangguan lain Tinnitus -
Decay Ada Tidak ada
Gejala otonom ++ + /-
Pengaruh gerakan Bisa + -
kepala
Arah objek Horizontal/ rotatoar Vertikal
6
Gambar 1.3 Dix Hallpike Manuver
b. Pemeriksaan Keseimbangan
-
Romberg test
-
Romberg test dipertajam
-
Stepping test
-
Gerakan tumit lutut
7
BAB II
STUDI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Alamat : Padang
ANAMNESIS
8
Tidak ada keluhan telinga berdenging, penglihatan ganda, ataupun kelemahan
anggota gerak.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : GCS15 ( E4M6V5)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 99 x/menit
Frekuensi nafas : 21 x /menit
Suhu : 37º C
Status Internus :
Kulit : Tidak ada kelainan
Mulut dan gigi : Caries dentis tidak ada
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thoraks
Paru : Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
9
Palpasi : ictus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : Tidak ada kelainan
Status Neurologikus:
GCS 15 ( E4M6V5)
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk :- Kernig :-
Brudzinsky I :- Brudzinsky II : -
Tanda peningkatan TIK
Muntah :-
Sakit kepala hebat : -
Pupil : isokor
Nervi Kranialis
N. I : Penciuman baik
N.II : Penglihatan baik, pupil isokor diameter 3 mm, refleks
cahaya +/+
N.III, IV, VI : Bola mata bisa digerakkan ke segala arah, nistagmus (-),
strabismus (-)
N.V : Mengunyah, sensorik baik
N.VII : Bisa menutup mata, menggerakkan dahi, bersiul, dan rasa
2/3 lidah depan normal, plica nasolabialis kiri = kanan
N. VIII : Tinitus (-)
N. IX : Rasa 1/3 lidah belakang normal
N. X : Bisa menelan, artikulasi baik
N. XI : Bisa menoleh dan mengangkat bahu kanan dan kiri
10
N. XII : Lidah tidak deviasi, tremor (-)
Koordinasi : finger to finger baik, nose to finger baik, pronasi supinasi
baik
Keseimbangan : romberg test (+)
Motorik
Kekuatan : 555/555
555/555
Tonus : eutonus
Sensorik
Eksteroseptif dan proprioseptif baik
Fungsi Otonom
Miksi dan defekasi baik
Sekresi keringat ada
Reflek fisiologis
Biseps : ++/++ Triseps : ++/++
KPR : ++/++ APR : ++/++
Reflek patologis
Babinsky :-/- Chadok : -/-
Oppenheim : -/- Gordon : -/-
Schaefer : -/- Hoffman : -/-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah : Hb : 16,7 gr/ dl Na+ : 138 mMol/L
Ht : 49 % K+ : 4,4 mMol/L
Leukosit : 5.200/mm3 Cl- : 103 mMol/L
Trombosit : 157.000/mm3 GDS : 182 mg/ dl
Ur : 31
Cr : 8,7
DIAGNOSA
Diagnosis klinik : Benign Paroxismal Positional Vertigo
Diagnosis topik : Apparatus Vestibular
Diagnosis etiologi : Idiopatik
11
Diagnosis skunder :-
PENATALAKSANAAN
a. Terapi Umum :
IVFD RL 12 jam/kolf
Diet MB
b. Terapi Khusus :
Betahystin Mesylat 3x6 mg (po)
Flunarizin 2 x 10 mg (po)
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
FOLLOW UP
09 Januari 2014
S/ Pusing berputar (+)
O/ KU : Sedang Kesadaran : GCS15 ( E4M6V5)
TD : 120/90 mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu : 370 C Nafas : 24 x/menit
SI/ Dalam batas normal
SN/ TRM (-), Tanda Peningkatan TIK (-)
Nn. Cranialis : Pupil bulat isokor, diameter 3mm / 3mm. Refleks cahaya
(+/+). Nistagmus (-), plika nasolabialis simetris. Reflex
muntah (-), deviasi lidah (-),disartri (-), Fungsi
pendengaran baik.
Sensorik : Baik
Motorik : 555/555
555/555
Otonom : BAB dan BAK biasa
Rf. Fisiologi : ++/++ Rf. Patologi : -/-
DK/ Benign Paroxismal Positional Vertigo
Thy/ Terapi Umum :
IVFD NaCl 3 % 12 jam/kolf
12
Diet MB
Terapi Khusus :
Betahystin Mesylat 3x6 mg (po)
Flunarizin 2 x 10 mg (po)
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
10 Januari 2014
S/ Pusing berputar (+), mual (+), muntah (-)
O/ KU : Sedang Kesadaran : GCS15 ( E4M6V5)
TD : 120/90 mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu : 370 C Nafas : 24 x/menit
SI/ Dalam batas normal
SN/ TRM (-), Tanda Peningkatan TIK (-)
Nn. Cranialis : Pupil bulat isokor, diameter 3mm / 3mm. Refleks cahaya
(+/+). Nistagmus (-), plika nasolabialis simetris. Reflex
muntah (-), deviasi lidah (-),disartri (-), Fungsi
pendengaran baik.
Sensorik : Baik
Motorik : 555/555
555/555
Otonom : BAB dan BAK biasa
Rf. Fisiologi : ++/++ Rf. Patologi : -/-
DK/ Benign Paroxismal Positional Vertigo
Thy/ Terapi Umum :
IVFD RL12 jam/kolf
Diet MB
Terapi Khusus :
Betahystin Mesylat 4x6 mg (po)
Flunarizin 2 x 5 mg (po)
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
13
DISKUSI
14
TINJAUAN PUSTAKA
15