Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala
melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya,
informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang
dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian juga dapat dipandang
sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah yang dapat merangsang
pikiran atau kesadaran seseorang.
Sebagian dari kualitas hasil suatu penelitian bergantung pada teknik
pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah
dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan
reliable. Untuk memperoleh data seperti itu, peneliti dapat menggunakan
metode, teknik, prosedur, dan alat-alat yang dapat diandalkan. Ketidaktepatan
dalam penggunaan intrumen penelitian tersebut dapat menyebabkan rendahnya
kualitas penelitian.
Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui
aplikasi prosedur ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf
kemungkinan yang paling relevan. Sebab, penelitian ilmiah pada dasarnya
merupakan usaha memperkecil interval dugaan peneliti melalui pengumpulan
dan penganalisaan data atau informasi yang diperolehnya
Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian adalah
menentukan populasi dan sampel penelitian. Seorang peneliti dapat
menganalisa data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atau
komunitas tertentu. Seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat
suatu kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya dengan mengamati dan
mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian, peneliti akan
mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh keakuratan

1
penelitian dan penganalisaan data terhadap objek. Untuk itu kami akan
mengkaji lebih dalam mengenai populasi dan sampel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian populasi?
2. Apa saja jenis-jenis populasi?
3. Apa pengertian sampel?
4. Bagaimana ciri-ciri sampel yang baik?
5. Apa alasan menggunakan sampling?
6. Apa keuntungan penggunaan sampel?
7. Bagaimana cara mengambil sampel?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian populasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis populasi
3. Untuk mengetahui pengertian sampel
4. Untuk mengetahui ciri-ciri sampel yang baik
5. Untuk mengetahui keuntungan penggunaan sampel
6. Untuk mengetahui bagaimana cara mengambil sampel

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. POPULASI
1. Pengertian populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita
dalam sebuah ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Dengan
demikian, populasi berhubungan dengan data bukan dengan
manusianya. Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang
menunjukkan ciri dari populasi tersebut, seperti: rata-rata, bentengan,
rata-rata simpangan, variansi dan sebagainya. Populasi juga dapat
diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai tes, atau
peristiwa yang menjadi sumber data yang memliki karaktersitik
tertentu di dalam suatu penelitian.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Misalnya
akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini
merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek
dan obyek yang lain. Hal ini beraiti populasi dalam arti
jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik
orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya. Disiplin

3
kerjanya,kepemimpinannya, iklim organisasinya dan Iain-lain; dan
juga mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan,
prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan Iain-lain.
Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik.
Satu orang-pun dapat digunakan sebagai populasi. karena satu
orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya,
disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan Iain-lain.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden
Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik
yang dimiliki presiden Y.
Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai
populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau
akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang berupa sampel.
Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan ke
seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.
2. Pembagian Populasi
Populasi dalam sebuah ruang lingkup penelitian dapat dibagi
kepada beberapa macam. Bila dikaitakan dengan batasannya, maka
populasi terbagi kepada: populasi terbatas atau populasi terhingga,
yakni populasi yang memliki batas jumlah secara jelas karena
memiliki karakteristik khusus dan jelas yang membedakannya dengan
objek lainnya. populasi tidak terbatas atau tidak terhingga, yakni
populasi yang tidak bisa ditentukan batasan-batasannya sehingga tidak
dapat dinyakatan dalam bentuk jumlah. Contohnya guru di Indonesia
yang mencakup guru pertama hingga yang akan datang.
3. Jenis Populasi
a. Populasi Homogen
Populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari
populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam

4
satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan
di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin
mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan
mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah
bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
b. Populasi Heterogen
Populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari
populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda
satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan
dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia
atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik
dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-
rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009 (berarti rata-rata dari
semua Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas
kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa Fakultas
Kedokteran relatif lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ
mahasiswa Fakultas lainnya, sehingga kita bisa mengatakan
bahwa populasi tersebut keadaannya heterogen. Untuk
mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan
penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan
karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan
dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok
tersebut akan hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-
kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompkonya.
Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik dengan
Fakultas.
B. SAMPEL
1. Pengertiann Sampel

5
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili).
Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh
menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga
gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua
memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti
tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia
menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau
sampel yang dipiiih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu
yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.

2. Jenis-jenis Sampel
Dalam proses pemilihan sampel ada dua faktor penentu yang
berperan yaitu: 1) Ada atau tidak adanya faktor pengacakan, dan 2)
Peran orang yang memilih (mengambil) sampel tersebut.
Pada proses pengambilan sampel dengan menggunakan faktor
pengacakan didalamnya termasuk unsur-unsur peluang, sedangkan
peran dari orang pemilih sampel dapat bersifaf obyektif dan dapat pula
bersifat subyektif.
Yang dimaksud dengan sikap obyektif dalam memilih sampel
adalah suatu cara pemilihan sampel yang menggunakan metode

6
tertentu yang jelas, sehingga penarikan sampel tersebut bila dilakukan
oleh orang lain akan diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dari
penarikan sampel sebelumnya, dalam menduga sifat atau ciri
populasinya. Jadi dengan pengambilan sampel dengan menggunakan
metode tertentu dan jelas, akan diperoleh sampel yang konsisten,
artinya bila pengambilan sampel dilakukan secar berulang-ulang
terhadap populasi yang sama hasilnya tetap terkendali dalam arti tetap
menggambarkan sifat atau ciri dari populasinya, walaupun hasilnya
tidak persis sama antara yang satu dengan yang lainnya.
Sifat subyektif dalam memilih sampel adalah suatu pemilihan
sampel dengan melibatkan pertimbangan pribadi dari pengambil
sampel untuk mengambil sampel yang baik menurut versinya sendiri
(versi peneliti). Dengan demikian sampel yang diperoleh merupakan
sampel yang berbias, apalagi orang yang memilih contoh sampel
mempunyai latar belakang yang kurang terhadap konsep statistika
khususnya konsep tentang teori penarikan sampel.

3. Manfaat Sampel
Sampel adalah untuk memperoleh data yang representative
dalam kaitanya dengan populasi yang/menjadi sasaran penelitian. Bila
metode pengambilan sampel yang dipakai tepat, diharapkan individu-
individu samel yang diobservasi maupun mewakili seluruh anggota
popuasi dan mampu memberi informasi yang terkait dengan populasi
yang diteliti. Informasi yang diperoleh akan menjadi ahan baku bagi
pengambilan keputusan. Dalam hal ini agar informasi yang diperoleh
bias memenuhi tujuan tersebut dibutuhkan ketepatan dari data yang
dikumpulkan. Agar data yang diambil berguna maka data tersebut

7
haruslah objektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya),
representative (mewakili keadaan yang sebenarnya), variasinya kecil,
tepat waktu dan relevan untuk enjawab persoalan yang sedang menjadi
pokok bahasan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penggunaan
metode pengambilan sampel yang tepat agar dari sampel yang diambil
dapat diperoleh statistic yang dapat digunakan sebagai penduga pagi
parameter populasi. Statistic yang diperoleh akan menjadi penduga
(estimator) yang baik jika memenuhi syarat berikut: (catatan: tinjauan
ringkas terhadap ulasan berkut dapat anda temui di bab statistika
ringkas).

4. Menentukan Ukuran Sampel


Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran
sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi
adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila
jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk
1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang
diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang.
Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang
kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin. kecil
jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan
generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan
dalam penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau
kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang
dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga

8
yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil
jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat
kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang
diperlukan sebagai sumber data.
5. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple
eandom sampling, proportionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling
(sampling menurut daerah).
6. Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini
meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh,
snowball.
7. Ragam sampel
a) Sampel Random atau Sampel Acak, Sampel Campur
Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di
dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-
subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap
sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama
kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance)
dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama,
maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan
satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.
Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi
nomor urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subjek. Di

9
dalam pengambilan sampel biasanya peneliti sudah
menentukan terlebih dulu besarnya jumlah sampel yang paling
baik. Jawaban terhadap pertanyaan ini tidaklah begitu
sederhana. Di dalam buku statistik kadang-kadang terdapat
rumus untuk menentukan perkiraan besarnya sampel.
Untuk sekadar ancer-ancer, maka apabila subjeknya
kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga
penelitiaannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika
jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih, tergantungsetidak-tidaknyadari:
 Kemampuan peneliti dilihatdari waktu, tenaga,
dandana.
 Sempit luasnyawilayah pengamatan dari setiap
subjek, karena hal ini menyangkut banyak
sedikitnya data.
 Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti.
Untuk penelitian yang risikonya besar, tentu saja
jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak


sampel. atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil
penelitian akansemakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu
demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dikandung oleh subjek penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-
sifat atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subjek
dalam populasi.

Untuk memperjelas uraian ini, baiklah kita kembali pada


contoh airteh di depan tadi. Air ten dalam poci dapat dikatakan

10
homogen karena apabila sud.ah diaduk, tetes air teh di semua sudut
poci akan sama keadaannya. Air tersebut andaikata manis hanya
mengandung dua ciri, yakni ciri yang berhubungan dengan kekentalan
teh dan kemanisannya. Datam keadaan yang demikian, sampel yang
diperlukan tidak usah terlalu banyak. Boleh mengambil satu ujung
sendok, diambil dari bagian mana aja. Penambahan jumlah satu ujung
sendok teh menjadi satu sendok penuh maupun satu gelas, tidak akan
memperjelas kesimpulan penelitian

Lain halnya apabila kita akan menyelidiki tingkat kedisiplinan


siswa suatu sekolah. Sifat atau ciri yang berhubungan dengan atau
banyak pengaruhi tingkat kedisiplinan siswa ada bermacam-macam,
antara lain tingkatan kelas, jenis kelamin, suasana pendidikan
keluarga. Andai kita berpikir unsur pendidikan keluarga ini dari jenis
pekerjaan ayah, pendidikan orang tua dan hubungan antara anggota
keluarga sebagai pendukung kedisiplinan, maka sekurang-kurangnya
kita harus mengambil waktu dari berbagai unsur ini. Misalnya, tingkat
kelas ada 3 (kelas I, II, dan III), jenis kelamin ada 2 (pria dan wanita),
pekerjaan ayah dikelompokkan menjadi 4 (pegawai negeri, pegawai
swasta, buruh tani, dan anggota ABRI), pendidikan orang tua
dibedakan atas 4 (SD ke bawah, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi),
hubungan antar-anggota keluarga dikelompokkan atas 3 ketat, cukup,
longgar), maka akan diperlukan wakil dari setiap jenis gabungan sifat-
sifat ini. Secara teliti akan terdapat kemungkinan gabungan
anyakperkalian unsur yang ada yakni 3 x 2 x4 x4 x 3 = 288! Dengan
likian jikadiinginkan sampel yang betul-betul mewakili populasi atas
asarpertimbangan ini dan masing-masing kategori diambil satu orang
saja sudah diperlukan sebanyak 288 orang. Pengambilan sampel
kurang dari banyak jumlah tersebut tentu kurang representatif.

11
Penentuan besarnya sampel dengan persentase seperti yang
dahulu banyak digunakan tampaknya kini sudah harus ditinggalkan.
Agar diperoleh asil penelitian lebih baik, diperlukan sampel yang baik
pula, yakni betul-betul mencerminkan populasi. Supaya perolehan
sampel lebih akurat diperlukan rumus-rumus penentuan besarnya
sampel, antara lain disebutkan di bawah ini.

a) Dengan rumus Jacob Cohen:

, diperoleh dari tabel, t.s. 1 %.

Power (p) = 0,95 dan effect size (P) =0,1

Harga L tabel dengan t.s. 1 % power 0,95 dan u = 5 adalah 19,76.

Maka dengan rum us tersebut didapat:

dibulatkan 204.

b) Dengan rumus berdasarkan proporsi, ada dua rumus.

Dikemukakan oleh Issac & Michael:

di mana: S = ukuran sampel

N = ukuran populasi

P = proporsi dalam populasi

12
d = ketelitian (error)

x2 = harga tabel chi-kuadrat untuk oc tertentu

1. Dikemukakan oleh Paul Leedy:

di mana: N = ukuran sampel

Z = Standard score untuk oc yang dipilih

e = Sampling error

P = Proporsi harus dalam populasi

Pembicaraan mengenai sampel ini akan lebih terpahami setelah


pembaca mempelajari berjenis-jenis sampel dari populasi yang tidak
homogen.

Untuk mempermudah dalam mengikuti uraian, maka akan diambil


misal, kita mempunyai populasi sebanyak 1000 orang dan sampelnya
kita tentukan 200 orang. Setelah seluruh subjek diberi nomor, yaitu
nomor 1 sampai dengan 1000, maka sampel random kita lakukan
dengan salah satu cara demikian:

C. PENARIKAN SAMPEL
1. Undian(untung-untungan)
Pada kertas kecil-kecil kita tuliskan nomor subjek, satu nomor
untuk setiap kertas. Kemudian kertas ini kita gulung. Dengan tanpa
prasangka, kita mengambil 200 gulungan kertas, sehingga nomor-

13
nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang
merupakan nomor subjek sampel penelitian kita.
2. Ordinal (tingkatan sama)
Setelah 1000 orang subjek kita beri nomor, kita membuat 5 gulungan
kertas dengan nomor 1,2,3,4, 5. Kita ambil satu, misalnya setelah
dibuka tertera angka 3. Oleh karena sampel kita 200 padahal
populasinya 1000 maka besarnya sampel seperlima dari populasi.
Demikianlah maka kita ambil nomor dengan melompat setiap 5
subjek, mulai dari nomor 3, lalu 8, 13, 18, 23, dan seterusnya, dan
kalau sudah sampai nomor terbawah padahai belum diperoleh 200
subjek, kita kembali ke atas lagi.
Nomor-nornor yang terambil itulah nomor subjek sampel penelitian
kita.
a) Menggunakan tabel bilangan random
b) Di dalam buku-buku statistik bagian belakang, biasanya terdapat
halaman yang memuat angka-angka yang disusun secara acak.
Angka-angka tersebut dapat dicari letaknya menurut baris dan
kolom. Agar pengambilan sampel terlepas dari perasaan subjektif,
maka sebaiknya peneliti menuliskan langkah-langkah yang akan
diambil, misalnya:
c) menjatuhkan ujung pensil, menemukan nomor baris;
d) menjatuhkan ujung pensi! kedua, menemukan nomor kolom.
Pertemuan antara baris dan kolom inilah nomor subjek ke 1;
e) bergerak dari nomor tersebut 2 langkah ke kanan, menemukan
nomor subjek ke-2;
f) bergerak ke bawah 5 langkah menemukan nomor subjek, ke-3;
g) bergerak ke kiri 2 langkah menemukan nomor subjek ke-4. dan
seterusnya sampai diperoleh jumiah subjek yangdikehendaki.

14
Perlu ditambahkan di sini bahwa apabila jumiah subjeknya
tidak terlalu banyak, maka semua langkah dapat ditulis. Tetapi jika
jumlah subjeknya banyak, kita dapat mengulang langkah yang
sudah kita lalui.
Apabila suatu ketika kita menemukan angka nomor subjek
yang sudah terambil, maka kita melewati langkah tersebut dan
meneruskan ke iangkah berikutnya.Pengambilan nomor tentu saja
tidak selalu harus satu angka.
Untuk memperoleh subjek dengan nomor lebih besar dari 9,
kitai Runakan 2 afau 3 angka, ke kanan, ke kiri, ke bawah atau ke
atas.

Pengambilan sampel dengan cara random ini hanya dapat


dilakukan jika keadaan populasi memang homogen. Bagi
populasi yang tidak homogen, peneliti perlu mempertimbangkan
ciri-ciri yang ada, dan cara pengambilan sampelnya diterangkan
pada nomor-nomor berikut ini.

1. Sampel Berstrata atau Stratified Sample


Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi
atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka pengambilan sampel
tidak boleh dHakukan secara random. Adanya strata, tidak
boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai
sampel.
Misalnya kita akan meneliti kehadiran kuliah
mahasiswa. Apabila kesimpulannya akan diberlakukan untuk
seluruh institusi, maka kita harus mengambil sampei, wakil
dari semua tingkat. Strata ekonomi, strata pendidikan, strata
umur, strata kelas, dan sebagainya, dapatdigunakan sebagai

15
dasar penentuan sampel berstrata. Sampel berstrata digunakan
dpabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau
karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan
perbedaan tersebut mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika
tidak ada perbedaan ciri antara setiap tingkat yang ada, kita
boieh menggunakan sampel random.
Ada kelompok ahli yang berpendapat bahwa penentuan
strata penelitian harus dilakukan secara hati-hati. Pemberian
makna strata, kalau ternyata yang bersangkutan tahu, dapat
berakibat menyinggung perasaan.
contoh: strata
Kelompok I sangat kaya, kelompok II sedang,
kelompok III miskm. Dalam hal ini kekayaan tidak perlu
ditinjau dari tingkatannya, tetapi keadaan pemilikan harta
bencla; sehingga di dalam sampling, kita kategorikan saja
sebagai cluster sampling, yaitu sampel yangdiambil
berdasarkan kelompok, bukan strata pemilikan harta benda.
2. Sampel Wilayah atau Area Probability Sample
Seperti halnya pada sampel berstrata dilakukan apabila
ada perbedaan antara strata yang satu dengan strata lain, maka
kita lakukan sampel wilayah apabila ada perbedaan ciri antara
wilayah yang satu dengan wilayah yanglain.
Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan
dengan (mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat
dalam populasi. Sebagai misal, kita akan meneliti keberhasiian
KB di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena terdapat 27
provinsi, dan masing-masing berbeda keadaannya, maka kita
mengambil sampel dari 27 provinsi, sehingga hasilnya
niencerminkan keberhasiian KB seluruh Indonesia.

16
3. Sampel Proporsi atau Proportional Sampel, atau Sampel
Imbangan
Teknik pengambilan sampel proporsi atau sampel
imbangan ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan
teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Ada kalanya
banyaknya subjek yang terdapat pada setiap strata atau setiap
wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh
sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap
strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding
dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau
wilayah.Contoh:
Mahasiswa tingkat I: 500 orang, tingkat II: 200orang.
tingkat III: 200 orang, tingkat IV: 150 orang, tingkat V: 100
orang,. Maka pengambilan sampelnya untuktingkat I sebanyak
2 ½ kali tingkat II dan 5 kali tingkat V.
Demikian juga untuk penelitian program KB di seluruh
Indonesia. Oleh karena banyaknya penduduk untuk setiap
provinsi tidak sama, maka besarnya sampel dari ke-27 provinsi
juga tidak sama.
Pada umumnya teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel penelitian memang tidak tunggal, tetapi
gabungan dari 2 atau 3 teknik. Apabila misalnya pengambilan
sampel dari mahasiswa tingkat 1 sebanyak 50 dari 500 ofang
dilakukan dengan acak, demikian juga dan tingkat-tingkat lain,
maka sudah 3 teknik yang kita gunakan, yakni berstrata,
proporsi, dan acak. Teknik pengambilan sampel seperti ini
disebut stratifie’d proportional random sampling.
4. Sampel Bertujuan atau Purposive Sample

17
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya
dilakukan karena beberapa; pertimbangan, misalnya alasan
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat
mengambil sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara sepeti
ini diperbolehkan, yaitu peneliti bisa menentukan sampel
berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi.
a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-
sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri
pokok populasi.
b) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar
merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-
ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).
c) Penentuan karakteristik populasi diiakukan dengan cermat
di dalam studi pendahuluan.

Contoh:

Peneliti akan mengadakan penelitian tentang minat


belajar siswa-siswa SMP di seluruh Indonesia. Dengan
mempertimbangkan tersedianya tenaga peneliti, waktu, dan
dana, tentu tidak mungkin mengambil seluruh provinsi
yang ada. Maka diambillah Yogyakarta, Medan, Malang,
Bandung, Manado yangdi perkirakan merupakan tempat-
tempat yang banyak sekolahnya, sehingga memiliki cukup
banyak pelajar. Di samping iru, juga mengambil beberapa

18
daerah yang sekolahnya sedikit sekali imbangan Lima
daerah yang telah disebutkan.

Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup


baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri
sehinga dapat mewakili populasi. Kelemahannya adalah
bahwa peneliti tidak dapat menggunakan statistik
parametrik sebagai teknik analisis data, karena tidak
memenuhi persyaratan random.

Keuntungannya terletak pada ketepatan peneliti


memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteltti.
Untukjelasnya ikuti contoh berikut.

Contoh:

Seorang mahasiswa jurusan manajemen ingin meneliti


faktor-faktor vang mempengaruhi tingkat kesuksesan
badan usaha. Mahasiswa ini mengambil koperasi sebagai
objek penelitian. Dipilihnya dua buah koperasi yang sama-
sama bergerak di bidang usaha toko/jual beli, sebuah
diambil yang sukses dan sebuah lagi yang kurang sukses.
Dalam hal ini penelitimenitikberatkan perhatiannya pada
kemampuan manajer. Asumsi peneliti, manajer adalah
faktorterpenting dalam mengelola toko tersebut.

Menurut pendapat Maherdan kawan-kawan (1997; 21-


23), seorang manajer profesional harus memiliki
kemampuan manajemen akuntansi sekurang-kurangnya
tiga hal:

19
a) Menjaga dan mempertahankan kemampuan
profesionalnya dengan cara selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
b) Menunjukkan kemampuannya dalam mengikuti segala
peraturan, ketentuan, serta standar teknikal yang
berlaku dan relevan dengan bidangnya.
c) Menyiapkan dan membuat laporan serta rekomendasi
setelah melalui tahap analisis yang cermat.

Apabiila sudah diketahui objek amatan, peneliti


menehtukan sumberdata yang relevan. Siapa? Manajer
sendiri, bawahan, dewan komisaris? Mengingat yang
dilihat kemampuannya adalah manajer, tentu manajer
itu sendiri ditentukan sebagai sumberdata. Namun
peneliti tidak boleh terlalu perrcaya pada manajer saja.
Bukan karena manajer tidak bisa dipercaya, tapi
manajer adalah manusia, dan seperti manusia pada
umumnya yang nempunyai sifat-sifat ingin
menceritakan angan-angan lebih banyak dibandingkan
fakta, peneliti perlu waspada. Kewaspadaan ini
ditindaki dengan mengambil sumberdata lain, yaitu
para bawahan yang mengalami atau dikenal
kepemimpinan para manajer dimaksud. Dengan
demikian maka pengukuran kemampuan manajer
dilakukan secara tidak langsung, yaitu mengenai
penampilan kemampuan tersebut.

5. Sampel Kuota atau Quota Sample

20
Teknik sampling ini juga dilakukan tidak mendasarkan
diri pada strata ataudaerah,tetapi mendasarkan diri pada jumlah
yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti
menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri
populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut
(asal masih dalam pppulasi). Biasanya yang dihubungi adalah
subjek ng mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya
mudah. Yang penting jdiperhatikan di sini adalah terpenuhinya
jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
6. Sampel Kelompok atau Cluster Sample
Di masyarakat kita jumpai kelompok-kelompok yang
bukan merupakan kelas atau strata. Dalam membicarakan
masalah persekolahan, kita jumpai adanya kelompok sekolah
SD, SLTP, SLTA. Kelompok-kelompok tersebut dapat
dipandang sebagai tingkatan atau strata. Demikian juga adanya
kelas atau tingkat di masing-masing tingkatan sekolah.
Akan tetapi jika kita menghendaki perwakilan dari
sekolah negeri, bersubsidi, berbantahan, swasta, sebenarnya
lebih tepat kita sebut kelompok, daripada strata. Demikian pula
kelompok pegawai negeri, anggota ABRI, pedagang, petani,
nelayan, dan sebagainya, kita tidak dapat memandanginya
sebagai strata, tetapi kelompok. Inilah yang disebut cluster. Di
dalam menentukan jenis cluster atau kelompok harus
dipertimbangkan dengan masak-masak apa ciri-ciri yang ada.
7. Sampel Kembar atau Double Sample

Sampel kembar adalah dua buah sampel yang sekaligus


diambil oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi jumlah
apabila ada data yang tidak masuk dari sampel pertama, atau

21
untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari
sampel pertama. Biasanya sampel pertama jumlahnya sangat
besar sedangkan sampel kedua yang untuk mengecek,
jumlahnya tidak begitu besar.

22
BAB III

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam sebuah ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan. populasi berhubungan dengan data bukan
dengan manusianya. Populasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai
tes, atau peristiwa yang menjadi sumber data yang memliki karaktersitik tertentu di
dalam suatu penelitian. Pembagian populasi adalah sebagai berikut: populasi terbatas,
populasi tidak terbatas, populasi teoritis, populasi yang tersedia, populasi homogen
dan populasi. Sampel dalam defenisi sederhana adalah sejumlah data yang dipilih dari
populasi sebagai bahan kajian penelitian. Sample sangat dibutuhkan karena: Karena
jumlah populasi, alasan biaya, waktu, ketelitian, ekonomis Ada beberapa teknik yang
berbeda untuk penentuan sample, yang tentu saja berpengaruh kepada hasil
penelitian.

23
DAFTAR PUSTAKA

S. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pengantar Praktik, Jakarta: Rieneka


Cipta

S. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet. 7, Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfebeta

Malpole, R.E. 1992. Pengantar Statistik

Email-http:/en.wikipedia.org/wiki/sampling(statistis)

24

Anda mungkin juga menyukai