Anda di halaman 1dari 29

reatinin Darah (Serum)

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat
(creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP
(adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah
menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring
dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin,
yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya
juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika
terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
masif pada otot.

Prosedur

Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-
5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung
bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat
jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin
serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada
malam sebelum uji dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging
merah.

Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer,


fotometer atau analyzer kimiawi.

Nilai Rujukan

DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).

ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6
mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.

LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin.

Masalah Klinis

Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap
lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji
dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN dapat
menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun kadar
kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum
sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal
akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik,
pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran
darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus
nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit
Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek
minimal]).

Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,


sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin,
simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren.

Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia
gravis.

Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu
disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan.
Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan
kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika
keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat
daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih
cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea
terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat
akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia
prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio
BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal
dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium


Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.

Kehamilan

Aktivitas fisik yang berlebihan

Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan


laboratorium.
Pemeriksaan Fungsi Ginjal Dengan Tes Kreatinin Dalam Serum

I. Tujuan

1. Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan tes kreatinin dalam serum

2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh

II. Prinsip

Reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk
kompleks kreatinin-pikrat yang berwarna kuning jingga yang kadarnya dapat diukur
dengan spektrofotometer uv visible pada panjang gelombang 545 nm.

III. Teori

Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan tangan.


Ginjal berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu di
setiap sisi tulang belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200 liter darah
untuk menyaring sekitar 2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra
menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang disebut ureter.
Kandung kemih menyimpan urin sampai melepaskannya melalui air seni (NIDDK, 2009).

Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak
fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari
aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat
asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap
menit. Dalam ginjal, senyawa kimia sisa metabolisme disaring dan dihilangkan dari
tubuh (bersama dengan air berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh
bagian ginjal yang disebut sebagai glomeruli. Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis
tiga hormon penting yaitu erythropoietin atau EPO, yang merangsang sumsum tulang
untuk membuat sel-sel darah merah; renin, yang mengatur tekanan darah; calcitriol,
bentuk aktif vitamin D, yang membantu mempertahankan kalsium untuk tulang dan
untuk keseimbangan kimia yang normal dalam tubuh (NIDDK, 2009).
Adanya kerusakan dapat memengaruhi kemampuan ginjal kita dalam melakukan
tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut);
yang lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya
menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. National
Kidney Foundation merekomendasikan tiga tes sederhana untuk skrining penyakit ginjal:
tekanan darah pengukuran, cek spot untuk protein atau albumin dalam urin, dan
perhitungan laju filtrasi glomerulus (GFR) berdasarkan pengukuran kreatinin serum.
Mengukur urea nitrogen dalam darah memberikan informasi tambahan (NIDDK, 2009).

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan


terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin
fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP
(adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah
menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring
dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin,
yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Riswanto,
2010).

Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada
massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun
keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap,
kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan
kerusakan masif pada otot (Riswanto, 2010). Ginjal mempertahankan kreatinin darah
dalam kisaran normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik
untuk menguji fungsi ginjal (Siamak, 2009).

Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan
naik karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin
memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan
memeriksa standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah.
Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal,
azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat
diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh
ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance (Siamak, 2009).

Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma


darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin
biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit. Karena kreatinin dieliminasi dari tubuh
terutama melalui filtrasi ginjal, maka menurunnya kinerja ginjal akan menyebabkan
peningkatan kreatinin serum akibat berkurangnya laju bersihan kreatinin.

1. Uji Kreatinin
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin.
Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau
tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya.
Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar
kreatinin serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman, namun
sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi daging merah. Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri
menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi (Riswanto, 2010).

Pengujian kreatinin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Kreatinin


dikeluarkan dari tubuh sepenuhnya oleh ginjal. Jika fungsi ginjal normal, kadar kreatinin
akan meningkat dalam darah (karena kreatinin kurang dilepaskan melalui urin Anda).
Tingkat kreatinin juga bervariasi berdasarkan ukuran seseorang dan massa otot
(National Institutes of Health, 2007).

Bersihan kreatinin penting diketahui karena banyak obat yang dieliminasi oleh ginjal.
Jika fungsi ginjal pasien menurun, laju eliminasi obat untuk disekresikan di urin juga akan
menurun, disertai dengan peningkatan konsentrasi plasma. Peningkatan konsentrasi
obat dalam plasma yang signifikan dapat menyebabkan obat mencapai kadar toksiknya;
oleh karena itu, dosis mungkin perlu disesuaikan dengan berkurangnya eliminasi obat
(Ansel, 2006).

Kadar normal kreatinin berdasarkan umur yaitu sebagai berikut :

Kadar normal kreatinin pada orang dewasa adalah :

Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.

Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl

(Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria)
(Riswanto, 2010).

Kadar normal kreatinin pada anak adalah :

Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.

Bayi : 0,7-1,4 mg/dl.

Anak (2-6 tahun): 0,3-0,6 mg/dl.

Anak yang lebih tua: 0,4-1,2 mg/dl.

Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa
otot (Riswanto, 2010).
Kadar normal kreatinin pada lansia adalah :

Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi
kreatinin (Riswanto, 2010).

2. Apabila kadar lebih tinggi, maka dapat menunjukkan:

Akut tubular nekrosis

Dehidrasi

Diabetes nefropati

Eklamsia (suatu kondisi kehamilan yang meliputi kejang)

· Glomerulonefritis

· Gagal ginjal

· Penyakit otot menyusun

· Preeklampsia (kehamilan-induced hipertensi)

· Pielonefritis

· ginjal Berkurangnya aliran darah (syok, gagal jantung kongestif)

· Rhabdomyolysis

· Obstruksi saluran kemih

· Sedangkan bila lebih rendah dari normal dapat menunjukkan:

· Muscular dystrophy (tahap akhir)

· Myasthenia gravis

(National Institutes of Health, 2007).

Beberapa factor yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium


diantara adalah obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar
kreatinin serum, kehamilan, aktivitas fisik yang berlebihan, dan konsumsi daging merah
dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium (Riswanto, 2010)
IV. Alat dan Bahan

Alat

1. Beaker glass

2. Disposable Tips

3. Kuvet

4. Mikropipet

5. Spektrofotometer UV-Vis

6. Stopwatch

Bahan

1. Aquadest

2. Asam Pikrat (Reagen 2)

3. Kreatinin 2 mg/dL (Standar)

4. NaOH (Reagen 1)

5. Serum (Sampel)

V. Prosedur

Larutan Blanko dibuat terlebih dahulu. Aquadest 50 μL dimasukan ke dalam kuvet


kemudian ditambahkan 1000 μL reagen 1 (NaOH). Campuran Diinkubasikan selama 5
menit. Setelah itu, ditambahkan 250 μL reagen 2 (Asam Pikrat). Spektrofotometer ditara
dengan blanko pada panjang gelombang 546 nm.

Selanjutnya, dibuat larutan standar. Kreatinin standar (2 mg/dL) sebanyak 50 μL


dimasukan ke dalam kuvet kemudian ditambahkan 1000 μL reagen 1 (NaOH). Campuran
Diinkubasikan selama 5 menit. Setelah itu, ditambahkan 250 μL reagen 2 (Asam Pikrat)
lalu diinkubasikan selama 1 menit. Setelah diinkubasi, absorbansi standar diukur pada
spektrofotometer yang telah ditara dengan panjang gelombang 546 nm. Kemudian
didapatkan nilai absorbansi 1 standar. Setelah itu, campuran diinkubasikan kembali
selama 2 menit kemudian absorbansinya diukur lagi pada spektrofotometer yang telah
ditara dengan panjang gelombang 546 nm. Kemudian, didapatkan nilai absorbansi 2
standar.

Selanjutnya, dibuat larutan sampel. Serum sebanyak 50 μL dimasukan ke dalam


kuvet kemudian ditambahkan 1000 μL reagen 1 (NaOH). Campuran Diinkubasikan
selama 5 menit. Setelah itu, ditambahkan 250 μL reagen 2 (Asam Pikrat) lalu
diinkubasikan selama 1 menit. Setelah diinkubasi, absorbansi standar diukur pada
spektrofotometer yang telah ditara dengan panjang gelombang 546 nm. Kemudian
didapatkan nilai absorbansi 1 ssampel. Setelah itu, campuran diinkubasikan kembali
selama 2 menit kemudian absorbansinya diukur lagi pada spektrofotometer yang telah
ditara dengan panjang gelombang 546 nm. Kemudian, didapatkan nilai absorbansi 2
sampel. Pengujian sampel dilakukan secara duplo.

Setelah itu, dari data yang telah didapatkan, kadar kreatinin dalam sample dihitung.

VI. Data Pengamatan

Kelompok

Sampel

A1

A2

∆A

0,026

0,032

0,007

2
0,029

0,035

0,006

0,039

0,049

0,01

0,038

0,048

0,01

0,035

0,047

0,012

0,033

0,042

0,009

0,044

0,053
0,009

0,038

0,045

0,007

A1 standar = 0,011

A2 standar = 0,017

∆A standar = 0,006

VII. Pembahasan

Pertama, disiapkan kit untuk test kreatinin, yaitu reagen I, reagen II, dan standar
kreatinin. Selain itu, disiapkan juga sampel yang akan diperiksa. Test kreatinin ini
dilakukan untuk mengetahui kadar kreatinin dalam darah, dimana merupakan salah satu
parameter pada penyakit gagal ginjal. Kreatinin adalah sisa metabolisme otot yang
hanya dikeluarkan dari ginjal, pada ginjal rusak kreatinin akan ditahan bersama nitrogen
nonprotein di darah, sehingga terjadi penurunan kadar kreatinin di urin dan peningkatan
kadar kreatinin di darah.

Kedua, dilakukan pembuatan larutan uji (blanko, standar, dan sampel) yang akan
diperiksa absorbansinya menggunakan spektrofotometri Uv/ Vis. Instrument ini
digunakan karena larutan uji merupakan larutan berwarna yang memiliki gugus
kromofor sehingga dapat menyerap cahaya visible yang dilewatkan larutan saat
dianalisis dengan instrument. Untuk pembuatan larutan uji, disiapkan 3 buah kuvet.
Pada kuvet 1 (blanko) dimasukkan 10 µl aquadest, kuvet 2 (standar) dimasukkan 10 µl
kreatinin standar, kuvet 3 (sampel) dimasukkan µl sampel. Pada penanganan, kuvet
yang berbentuk balok dengan sisi buram dan bening, hanya boleh dipegang pada sisi
buram, karena pada sisi bening akan dilewati sinar visible didalam instrument, sehingga
adanya bekas noda atau pengganggu lain dikhawatirkan mengubah serapan zat.
Selanjutnya, pada setiap kuvet ditambahkan 500 µl reagen I, dan dibiarkan 5 menit agar
terjadi reaksi antara kreatinin dengan reagen I. Setelah itu, pada setiap kuvet
ditambahkan 500 µl reagen II, dibiarkan selama 1 menit, agar reaksi antara kreatinin,
reagen I, dan reagen II sempurna. Setiap penambahan larutan menggunakan mikropipet
karena alat ini memiliki ketelitian hingga 1 µl sehingga presisi dan akurasinya baik.

Ketiga, larutan blanko diukur absorbansinya dengan instrument


spektrofotometer Uv/ Visible yang diatur panjang gelombangnya pada 520 nm.
Pengaturan panjang gelombang 520 nm karena kreatinin akan memberikan serapan
paling besar pada panjang gelombang maksimal tersebut. Hasil absorbansi awal dicatat,
lalu larutan blanko dibiarkan selama 2 menit untuk diuji kembali absorbansinya. Alasan
pengukuran dilakukan 2 kali untuk mengetahui selisih absorbansi pada konsentrasi awal
(pengukuran pertama) dengan absorbansi pada konsentrasi akhir (pengukuran kedua),
sebab kreatinin akan bereaksi, berbanding lurus dengan waktu, dengan persamaan
reaksi

Sehingga ada selisih konsentrasi pada pengukuran pertama dan kedua yang nanti
digunakan untuk pengukuran kadar kreatinin. Hasil absorbansi larutan blanko dijadikan
dasar untuk pengukuran larutan standar dan sampel yang berarti apabila blanko
memberikan serapan, serapan dua larutan yang lain dikurangi dengan serapan blanko.
Setelah itu, dilakukan pula pengujian absorbansi larutan standar dan larutan sampel
dengan prosedur yang sama seperti pengujian larutan blanko.

Pada sampel 1, nilai kreatininnya adalah 3 mg/dl atau 265,5 μmol/l, sedangkan
pada sampel 2 diperoleh nilai kreatinin sebesar 2,33 mg/dl atau 206,5 μmol/l. Nilai ini
diperoleh dari rumus berikut ini:

Konsentrasi kreatinin dalam serum = Description:


C:\Users\User\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image030.gif

dimana konsentrasi standard adalah 2 mg/dl dan 177 μmol/l. Berdasarkan nilai
konsentrasi kreatinin hasil pengukuran pada percobaan kali ini, disimpulkan bahwa nilai
tersebut berada di atas nilai normal kreatinin, dimana nilai normal kreatinin adalah 0,6-
1,1 mg/100 ml atau 53-97 μmol/l untuk pria, sedangkan untuk wanita adalah 0,5-0,9
mg/100 ml atau 44-80 μmol/l. Nilai hasil pengukuran sampel pada percobaan kali ini
yang berada di atas nilai normal kreatinin, menunjukkan bahwa ada kemungkinan
terjadi gangguan pada ginjal. Ada kemungkinan terjadi gangguan pada fungsi filtrasi
glomerulus.
VIII. Kesimpulan

1. Pemeriksaan fungsi ginjal dengan tes kreatinin dalam serum dapat dilakukan dengan
alat spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 546 nm.

2. Kadar kreatinin dalam sampel serum adalah 236 µmol /L dan hal ini menunjukkan
kadar kreatinin yang tidak normal (lebih tinggi dari normal).

Daftar Pustaka

Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta.

NIDDK. 2009. The Kidneys and How They Work. Tersedia di


http://kidney.niddk.nih.gov/Kudiseases/pubs/yourkidneys/ [diakses tanggal 21 April
2013]

Sacher, R. A., dan R. A, McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Edisi 11. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot
yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan hampir konstan dan diekskresi dalam urin
dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi
filtrasi dan sekresi, konentrasinya relative sama dalam plasma hari ke hari, kadar yang
lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal.

Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter penting untuk
mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan melakukan
terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam
darah digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seorang dengan
gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan

Kreatinin mempunyai batasan normal yang sempit, nilai di atas batasan ini
menunjukkan semakin berkurangnya nilai ginjal secara pasti. Disamping itu terdapat
hubungan jelas antara bertambahnya nilai kreatinin dengan derajat kerusakan ginjal,
sehingga diketahui pada nilai berapa perlu dilakukan cuci darah.

Pemilihan metode yang tepat juga banyak membantu dalam melakukan


pemeriksaan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pemeriksaan kreatinin
dalam darah. Deproteinasi adalah dengan penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N
pada serum sebelum melakukan pengukuran, yang berfungsi mengendapkan protein
dan senyawa – senyawa kimia askorbat, aseto asetat, piruvat, sevalosporin dan
metildopa, sedangkan cara tanpa deproteinasi adalah tanpa penambahan TCA (Trichlor
Acetic Acid) 1,2 N atau disebut juga fixed kinetik, yaitu pengukuran kreatinin dalam
suasana alkalis dan konsentrasi di tentukan dengan ketepatan waktu pembacaan. Kedua
cara ini mungkin juga akan ditemukan hasil yang tidak sama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa rumusan masalah, diantaranya :

A. Apa yang dimaksud dengan kreatinin?


B. Bagaimana metabolisme kreatinin dalam tubuh?

C. Faktor apa yang mempengaruhi kadar kreatinin?

D. Faktor apa yang mempengaruhi pemeriksaan kreatinin?

E. Apa hubungannya ginjal dengan kreatinin?

F. Bagaimana pemeriksaan untuk kreatinin?

G. Apa manfaat pemeriksaan kreatinin?

H. Bagaimana interprestasi hasil kreatinin?

C. Tujuan Makalah

Ada beberapa tujuan dalam penyusunan makalah ini, diantaranya:

A. Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam darah.

B. Untuk mengetahui pemeriksaan kreatinin dalam darah.

D. Manfaat Makalah

Ada beberapa manfaat dalam penyusunan makalah ini, diantaranya:

A. Sebagai informasi kepada analis kesehatan tentang pemeriksaan kreatinin.

B. Dapat menambah ketrampilan kerja di Laboratorium Klinik dan memperluas


pengetahuan dalam pemeriksaan kimia darah khususnya pemeriksaan kreatinin.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kreatinin

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan hampir konstan dan diekskresi dalam urin
dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi
filtrasi dan sekresi, konentrasinya relative sama dalam plasma hari ke hari, kadar yang
lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal.

Kadar kreatinin berbeda setiap orang, umumnya pada orang yang berotot kekar
memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi daripada yang tidak berotot. Hal ini juga yang
memungknkan perbedaan nilai normal kreatinin pada wanita dan laki-laki. Nilai normal
kadar kreatinin pada wanita adalah 0,5 – 0,9 mg/dL. Sedangkan pada laki-laki adalah 0,6
– 1,1 mg/dL.Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya
penurunan fungsi ginjal sebesar 50 %, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga
kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal sebesar 75 %.

B. Metabolisme Kreatinin

Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin, yang dibentuk ketika makanan berubah
menjadi energi melalui proses yang disebut metabolisme. Sekitar 2% dari kreatin tubuh
diubah menjadi kreatinin setiap hari. Kreatinin diangkut melalui aliran darah ke ginjal.
Ginjal menyaring sebagian besar kreatinin dan membuangnya dalam urin. Bila ginjal
terganggu, kreatinin akan meningkat. Tingkat kreatinin abnormal tinggi kemungkinan
terjadi kerusakan atau kegagalan ginjal.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, diantaranya
adalah :

1. Perubahan massa otot.

2. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah
makan.

3. Aktifitas fisik yang berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.

4. Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat


mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah.

5. Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.

6. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada orang
muda, serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Kreatinin

Senyawa - senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan kadar kreatinin darah hingga
menyebabkan overestimasi nilai kreatinin sampai 20 % adalah : askorbat, bilirubin, asam
urat, aseto asetat, piruvat, sefalosporin , metildopa. Senyawa-senyawa tersebut dapat
memberi reaksi terhadap reagen kreatinin dengan membentuk senyawa yang serupa
kreatinin sehingga dapat menyebabkan kadar kreatinin tinggi palsu.Akurasi atau
tidaknya hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah juga sangat tergantung dari ketepatan
perlakuan pada pengambilan sampel, ketepatan reagen, ketepatan waktu dan suhu
inkubasi, pencatatan hasil pemeriksaa dan pelaporan hasil.

E. Pemeriksaan Kreatinin

1). Metode Pemeriksaan

Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah :

1. Jaffe reaction

Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat
membentuk senyawa kuning jingga. Menggunakan alat photometer. Metode ini meliputi
Kreatinin cara deporteinasi dan Kreatinin tanpa deproteinasi.

2. Kinetik

Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan.
Alat yang digunakan autoanalyzer.

3. Enzimatik Darah

Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim
membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer.

Dari ketiga metode di atas, yang banyak dipakai adalah “Jaffe Reaction ”, dimana
metode ini bisa menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan tanpa
deproteinasi. Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satunya
adalah untuk deproteinasi cukup banyak memakan waktu yaitu sekitar 30 menit,
sedangkan tanpa deproteinasi hanya memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu
antara 2-3 menit.

2). Fisiologi Kreatinin Cara Deproteinasi

Cara ini adalah dengan penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N pada serum
sebelum dilakukan pengukuran, setelah diputar dengan kecepatan tinggi antara 5-10
menit maka protein dan senyawa-senyawa lain akan mengendap dan filtratnya
digunakan untuk pemeriksaan. Tes linier sampai dengan konsentrasinya 10 mg /dl serum
dan 300 mg / dl urin. Cara deproteinasi ini banyak memerlukan sampel dan waktu yang
di perlukan lama sekitar 30 menit.

a) Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Deproteinasi

Ada beberapa faktor kelemahan kreatinin cara deproteinasi :


· Trichlor acetic acid ( TCA ) terlalu pekat.

· Konsentrasi TCA salah ( apabila menggunakan TCA 3 N, tidak terdapat perubahan


warna ).

· Waktu inkubasi tidak diperhatikan ( 20 menit ).

· Kekeruhan dalam supernatan setelah deproteinasi ( waktu deproteinasi endapan


diaduk beberapa kali / sebelum centrifuge didiamkan untuk beberapa menit ).

· Sampel yang diperlukan telalu banyak dan waktu terlalu lama. TCA pada suhu
kamar mudah terurai maka penyimpanannya di almari es ( ± 2 - 8° C ).

b) Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Deproteinasi

Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara deproteinasi :

Kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, ureum, dll sudah terikat dengan TCA
sehingga supernatan terbebas dari bahan-bahan nitrogen.

3). Fisiologi Kreatinin Tanpa Cara Deproteinasi

Cara ini adalah fixed time kinetic metoda “ Jaffe Reaction “, yaitu pengukuran kreatinin
dalam suasana alkalis dan konsentrasi ditentukan dengan ketepatan waktu pembacaan.
Tes linier sampai dengan konsentrasi 13 mg / dl serum dan 500 mg per / dl urin. Cara
tanpa deproteinasi ini hanya memerlukan sedikit sampel dan waktu yang diperlukan
cukup singkat sekitar 2 menit.

1. Prinsip

Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk senyawa
kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan
kadar kreatinin dalam sampel, yang diukur dengan Fotometer dengan panjang
gelombang 490 nm.

2. Reaksi

Kreatinin + asam pikrat Senyawa kompleks Yang berwarna kuning jingga Intensitas
warna yang terbentuk setara dengan kadar kreatinin dalam sampel, diukur pada
Fototmeter dengan panjang gelombang 490 nm.

3. Alat & Bahan

a) Alat yang digunakan :

Ø Fotometer microlab 300


Ø Clinipette 100 µL dan 1000 µL

Ø Tabung khan

Ø Tip kuning dan biru

Ø Tissue

b) Bahan yang digunakan :

Ø Sampel (serum) atau plasma heparin

Urine diencerkan 20 kali (1 + 19), urine dikumpulkan dengan interval 4, 12 atau 24 jam.

Ø Reagen kerja kreatinin (R1 + R2, 1 : 1)

R1 : Disodium Phosphate 6,4 mmol/L

NaOH 150 mmol/L

R2 : Sodium Dodecyl Sulfate 0,75 mmol/L

Picric acid 4,0 mmol/L

pH 4,0

Ø Standart Kreatinin 2 mg/dL

Ø Aquadest

4. Prosedur Kerja

BLANKO

STANDARD

SAMPEL

AQUADEST

100 µL

-
STANDARD

100 µL

SERUM

100µL

PEREAKSI

(R1 + R2, 1 : 1)

1000 µL

1000 µL

1000 µL

- Inkubasi selama 2 menit, baca Absorban Standard (A.St1) dan sampel (A.Sp1)
terhadap blanko pada panjang gelombang 490 nm.

- Tepat 5 menit kemudian baca Absorban Standard (A.St2) dan sampel (A.St2)

5. Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi

Adanya gangguan terhadap bilirubin, ureum, protein yang mengakibatkan hasil tinggi
palsu. (Sylvia, 1994)

6. Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi

Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara tanpa deproteinasi:

Ø Waktu yang diperlukan cukup singkat ( 2 menit ).

Ø Sampel yang diperlukan hanya sedikit ( 100 ul ).

G. Manfaat Pemeriksaan Kreatinin


Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya
di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal
mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal pada metode jaffe
reaction adalah laki-laki 0,6 sampai 1,1 mg / dL; wanita 0,5 sampai 1,9 mg / dL.

Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai
kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan tes kreatininklirens. Selain
itu tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat
ringannya gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal
yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan
bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini mungkin untuk memghambat
progresifitas penyakit.

H. Interprestasi Hasil Kreatinin

Nilai Rujukan

Ø DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).

Ø ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6
mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.

Ø LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin.

Masalah Klinis

Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap
lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji
dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN dapat
menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan), namun kadar
kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum
sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.

Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal
akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik,
pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran
darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus
nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit
Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi kadar tinggi, unggas, dan ikan efek
minimal).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,
sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin,
simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren.Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai
pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis.

Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu
disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan.
Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan
kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika
keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat
daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih
cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea
terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat
akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia
prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio
BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal
dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, ada beberapa simpulan diantaranya :

Kreatinin darah adalah hasil akhir dari metabolisme protein otot yang normal di ekskresi
ke dalam urin. Nilai normal kadar kreatinin pada wanita adalah 0,5 – 0,9 mg/dL.
Sedangkan pada laki-laki adalah 0,6 – 1,1 mg/dL.

Deproteinasi adalah penambahan Trichlor Acetic Acid 1,2 N pada serum (sampel)
sebelum dilakukan pengukuran.Tanpa deproteinasi adalah pemeriksaan kreatinin darah
tanpa menggunakan penambahan Trichlor Acetic Acid 1,2 N. TCA (trichlor acetic acid)
1,2 N adalah reagen yang digunakan untuk pemeriksan kreatinin cara deproteinasi.

Metode Jaffe Reaction adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat
membentuk senyawa kuning jingga.
B. Saran

Dari penyususnan makalah Kreatinin ini, masih banyak kekurangan yang ada maka
penulis mengharap saran dan kritikan dari pembaca (Dosen, dan rekan-rekan) sangat di
harapkan untuk penulis dari penyempurnaan makalah berikutnya atau masa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA

http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/06/10-fungsi-ginjal-artikel-lengkap.html

http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/kreatinin-darah-serum.html

http://lab-anakes.blogspot.com/2014/10/kreatinin_97.html

http://meirokosu.blogspot.com/2013/10/makalah-kimia-klinik-2-
kreatinin.htmlhttps://www.scribd.com/doc/249923931/Pengertian-Kreatinin
PEMERIKSAAN KREATININ ( Dengan Deprot)

A.Tujuan : Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam serum

B. Metode : Jaffe (dengan deproteinase)

C. Prinsip : Kreatinin dalam suasana alkali akan membentuk kompleks warna


merah

sampai jingga dengan asam pikrat. Kompleks warna yang terbentuk

sebanding dengan kadar kreatinin dalam sampel.

D. Bahan : Serum

E. Alat : 1. Micropipet 500µ 4. Tabung reaksi

2. Blue tipe 5. Centrifuge

3. Beackerglass 6. Fotometer

F.Reagensia :1.TCA (Tri Chlor Acid) 1,2 N 20

2. Asam pikrat dan NaOH = sebagai reagen kerja 1:1

3. Standar 2

G.Cara Kerja :

Deproteinase

Blanko

Standar
Tes

Aquadest

0,5 ml

Standar

0,5 ml

Sampel

0,5 ml

Rg TCA

0,5 ml

0,5 ml

0,5 ml

Dicentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit

Diambil supernatannya

Λ = 546 nm Standar = 200

Suhu = 25oC Program = c/st

Blanko
Standar

Tes

Aquadest

0,5 ml

standar

0,5 ml

Sampel

0,5 ml

Rg kerja

0,5 ml

0,5 ml

0,5 ml

Diinkubasi pada suhu 25oC selama 20 menit . Dibaca pada

fotometer dengan λ 546 nm, program c/st , standar 200.

H. Nilai Rujikan : Laki-laki = 0,5-0,9 mg/dl

Perempuan = 0,6-1,1mg/dl
PEMERIKSAAN KREATININ (Tanpa Deprot)

A.Tujuan : Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam serum

B. Metode : Jaffe (tanpa deproteinase)

C. Prinsip : Kreatinin dengan asam pikrat membentuk kompleks warna orange

merah dalam larutan alkali. Absorbance warna kompleks ini sebanding

dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel.

D. Bahan : Serum

E. Alat : 1. Micropipet 500µ 4. Tabung reaksi

2. Blue tipe 5. Centrifuge

3. Beackerglass 6. Fotomete

F.Reagensia :1.Asam pikrat

2. Natrium hidroksida

3. Standar 2 mg/dl

G.Cara Kerja :

Λ = 492 nm Standar = 200

Suhu = 37oC Program = c/st

Dipipet ke dalam kuet

semi micro

macro

Sampel/standar
100µl

200µl

Reagen kerja

1000µl

2000µl

Dicampur dan jalankan stopwatch. Setelah 30 detik dibaca pada

Fotometer

H. Nilai Rujikan : Serum : Laki-Laki :0,6-1,1 mg/dl

Perempuan :0,5-0,9 mg/dl

Urine : 1000-1500 mg/24 jam

Anda mungkin juga menyukai