Pembimbing:
dr. H. Doddy R, Sp.OG
Disusun Oleh:
Billy Dohotan Dohar S
030.15.043
Dextra Binti Aryffin
030.15.056
Disusun oleh:
Billy Dohotan Dohar S
030.15.043
Dextra Binti Aryffin
030.15.056
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengizinkan
laporan kasus ini terlaksana, karena berkat anugerah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Kehamilan Ektopik Terganggu”.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dari syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Periode 25 Maret – 1 Juni 2019.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. H. Doddy R., Sp.OG sebagai
pembimbing, dokter dan staf-staf Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, teman-teman sesama ko-assisten
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang,
dan semua pihak yang turut serta memberikan bantuan, doa, semangat, dan
membantu kelancaran dalam proses penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun besar pengharapan penulis bagi pembaca untuk memberikan masukan dan
kritikan yang akan saya pertimbangkan untuk memperbaiki laporan kasus ini
menjadi lebih baik. Terima kasih dan Tuhan memberkati.
ii
DAFTAR ISI
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 7 Mei 2019 pukul 09:52 di IGD RSUD
Karawang
Keluhan Utama
Pasien rujukan puskesmas Batujaya mengaku hamil 2 bulan G2P1A0 dengan
keluhan keluar darah dari vagina sejak 5 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Nyeri perut bagian bawah hilang timbul sejak 5 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan keluar tetesan darah
segar dari vagina sejak 5 hari SMRS. Darah semakin banyak dan berwarna gelap
sejak 2 hari SMRS. Pasien mengganti pembalut sebanyak 4x dalam satu hari.
Keluhan juga di sertai dengan nyeri perut hilang timbul yang tidak menjalar.
Nyeri perut di rasakan tiba tiba tanpa ada pemicu atau riwayat trauma
sebelumnya. Hal ini mengganggu aktivitas sehari hari pasien.
Pasien mengaku terlambat haid dengan HPHT 14/03/2019 sudah di periksa
menggunakan test pack kehamilan dan hasilnya positif. Berdasarkan hasil
pemeriksaan dari bidan pasien diketahui hamil 8 minggu. Riwayat haid teratur dan
tidak nyeri.
Lima hari SMRS pada saat pasien pertama kali merasakan keluhan, pasien
langsung memeriksakan diri ke bidan desa. Di bidan pasien di berikan sangobion
dan Panadol lalu disarankan oleh bidan untuk kembali memeriksakan diri jika
keluhan tidak membaik. Tiga hari setelah pasien memeriksakan diri ke bidan
pasien merasakan tetesan darah semakin banyak dan nyeri perut semakin
memburuk namun pasien memutuskan untuk memeriksakan diri kembali bidan
dua hari setelah keluhan memburuk. Dari bidan pasien di bawa ke puskesmas
Batu jaya dan kemudian di rujuk ke RSUD Karawang.
Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan menstruasi pertama kali ( menarch) pada usia 13 tahun. Siklus
menstruasi biasanya 28 hari dengan lama menstruasi 7 hari dan teratur. Dalam
satu hari biasanya pasien mengganti pembalut sebanyak 3x. tidak terdapat keluhan
nyeri saat menstruasi.
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah sebanyak dua kali. Pernikahan pertama pada tahun 2006 saat
pasien berusia 16 tahun. Pernikahan berlangsung selama 1,5 tahun. Pernikahan
kedua pada tahun 2017 saat pasien berusia 27 tahun yang berlangsung sampai saat
ini.
Riwayat Obstetri
G2P1A0 kehamilan pertama terjadi pada tahun 2006, bayi berjenis kelamin
perempuan, lahir spontan dibantu oleh bidan dengan berat badan lahir 2800 gram.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi
2.3Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di IGD RSUD Karawang
- Thorax
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavikularis kiri
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, otot bantu napas (-)
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : SNV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : perut membuncit
Auskultasi : Bising usus 3x/menit
Palpasi : turgor kulit baik, pembesaran hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai karena hamil
- Ekstremitas
Inspeksi : Sianosis (-)
Palpasi : AH (+), OE (-) , CRT < 2 detik
2.7 Penatalaksanaan
- Observasi tanda vital dan perdarahan
- Vit.K
- Inj. Ceftriakson 2x1 gram
- Inj. Metronidazole 3x500mg
- Inj. Ketorolac 3x1 ampul
2.8 Prognosis
Ibu:
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
Janin:
Ad Vitam: : ad malam
2.9 Follow up
TANGGAL
FOLLOW
8 Mei 2019 9 Mei 2019 10 Mei 2019
UP
07.00 07.00 07.00
S Perdarahan aktif(-) Perdarahan aktif(-) Perdarahan aktif(-)
Nyeri luka OP(+) VAS Nyeri luka OP(+) VAS Nyeri luka OP(+) VAS
2-3 2-3 2-3
Mulas (-) Demam(-) Mulas (-) Demam(-) Mulas (-) Demam(-)
O Compos mentis, sakit Compos mentis, sakit Compos mentis, sakit
sedang sedang ringan
T = 36,5oC T = 36,7oC T = 36,5oC
TD = 120/80 mmHg TD = 120/80 mmHg TD = 120/80 mmHg
HR = 105x/menit HR = 98x/menit HR = 85x/menit
RR = 18x/menit RR = 20x/menit RR = 20x/menit
SpO2 = 98% SpO2 = 99% SpO2 = 99%
Tanggal : 10/5/2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 9 g/dL 11,7 – 15,5
Eritrosit 3,06 juta//μl 4.1-5,1
Leukosit 11,51 ribu/μl 4,4-11,3
Trombosit 206 ribu//μl 150.000 – 450.000
Hematokrit 26,5 % 35-47
MCV 87 fL 80-100
MCH 29 Pg 26-34
MCHC 34 g/dL 32-36
RDW CV 14,8 % 12,0-14,8
BAB III
ANALISIS KASUS
Berdasarkan tabel diatas, pada kolom anamnesis dapat dilihat bahwa pasien
memenuhi semua kriteria anamnesis untuk KET. Dari HPHT didapatkan umur
kehamilan pada saat pemeriksaan adalah 7-8 minggu, dan hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa sebagian besar kehamilan ektopik pada tuba
akan terganggu pada umur kehamilan antara 6 – 10 minggu. Hal ini terjadi
karena tuba bukan tempat ideal untuk pertumbuhan hasil konsepsi, dimana pada
umur kehamilan 6 – 10 minggu vili korialis dengan mudah dapat menembus
endosalping (karena pembentukan desidua tuba yang tidak sempurna) dan
masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh
darah. Proses ini selanjutnya akan diikuti dengan terjadinya abortus tuba atau
ruptur dari tuba yang menyebabkan berakhirnya kehamilan.
Dari anamnesis juga didapatkan bahwa pasien mengalami nyeri perut yang
mendadak . Pada umumnya nyeri seperti ini terjadi pada ruptur tuba akibat
darah yang mengalir deras ke dalam kavum peritonei. Jika yang terjadi adalah
abortus tuba, nyeri yang timbul tidak seberapa hebat dan tidak terus menerus.
Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke
dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut
bawah. Dari kondisi ini, disimpulkan kemungkinan pasien mengalami ruptur
tuba.
perdarahan yang dialami oleh pasien merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik, akibat dari perdarahan yang berasal dari uterus. Selama
fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak
ditemukan. Perdarahan uterus akan terjadi bila dukungan endokrin terhadap
endometrium sudah tidak memadai lagi, dan ini terjadi jika janin telah mati. Pada
keadaan telah terjadi kematian janin pembentukan hormon hCG akan terganggu
dan akan diikuti dengan terjadinya pelepasan desidua yang bermanifestasi dalam
bentuk perdarahan uterus.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien lemah yang ditandai
dengan tensi turun, nadi cepat, lemah dan respirasi yang masih dalam batas
normal. Hal ini merupakan tanda bahwa perdarahan ke dalam rongga perut yang
masif, komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien dengan KET yakni terjadi
syok. Untuk mencegah terjadinya perburukan kondisi pasien dan juga untuk
diagnostik, laparatomi cito merupakan terapi definitif yang tepat.
Pemeriksaan pada abdomen pasien, ditemukan fundus uteri yang masih tidak
teraba, hal ini sesuai dengan umur kehamilan pasien 8 minggu. Pada kehamilan
ektopik, uterus juga membesar karena pengaruh hormon-hormon kehamilan,
terutama selama 3 bulan pertama, dimana tetap terjadi pertumbuhan uterus
hingga mencapai ukuran yang hampir mendekati ukuran uterus pada kehamilan
intrauteri. Konsistensinya juga serupa selama janin masih dalam keadaan hidup..
Pemeriksaan dalam pada vagina juga mendukung bahwa pasien memang dalam
keadaan hamil (porsio yang livide). Nyeri goyang pada porsio, nyeri pada
adneksa dan parametrium, serta perabaan cavum Douglass yang menonjol dan
terasa nyeri , dijumpai pada lebih dari tiga perempat kasus kehamilan ektopik
tuba yang sudah atau sedang mengalami ruptur. Nyeri goyang pada porsio
mendukung adanya rangsangan (iritasi) oleh darah pada peritoneum. Tidak
terdapat massa pada adneksa parametrium. Hal ini bisa terjadi bila sudah
terdapat ruptur dari tuba, didukung lagi oleh adanya nyeri sekitar adneksa.
Ditemukan kavum Doglas dalam keadaan menonjol, menunjukan adanya
pendesakan oleh cairan dalam rongga pelvis, dimana cairan tersebut dapat
berupa darah akibat ruptur tuba.
Dari pemeriksaan laboratorium,. Dari penurunan kadar Hb ini dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi perdarahan dalam tubuh pasien. Pada awal pemeriksaan
kadar Hb tidak terlalu turun karena penurunan Hb yang terjadi akibat
diencerkannya darah oleh air dan jaringan untuk mempetahankan volume darah
membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 24 jam. Hasil penghitungan leukosit
menunjukkan terjadinya peningkatan kadar leukosit. Perdarahan yang banyak
juga menimbulkan naiknya leukosit, sedangkan pada perdarahan sedikit demi
sedikit, leukosit biasanya normal atau sedikit meningkat ini berguna dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-
tanda perdarahan dalam rongga perut. Untuk membedakan kehamilan ektopik
dan infeksi pelvik dapat diperhatikan jumlah leukosit, jika > 20.000 biasanya
menunjukkan adanya infeksi pelvik
Khusus mengenai perbedaan hamil ektopik dengan hamil intrauterin, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Jenis
Klinis Ultrasonografi Biomarker
Kehamilan
4.3. PENATALAKSANAAN
Pertama dilakukan tindakan perbaikan keadaan umum dengan mengatasi kondisi
pre syok. Pada pasien diberikan infus RL 28 tetes/menit sampai kondisi syok
teratasi, dengan terus dilakukannya monitoring tanda-tanda vital. Kemudian
seharusnya dilakukan cek Hb serial setiap 2 jam untuk memantau apakah
terdapat penurunan Hb. Apabila Hb < 9 gr/dL maka dilakukan tranfusi PRC.
Namun karena kondisi emergency dan Setelah mendapat persetujuan dari
keluarga dilakukan tindakan laparatomi salpingektomi tuba kiri untuk
menghentikan perdarahan Tindakan laparatomi yang dilakukan bersifat sebagai
alat diagnostik sekaligus terapeutik.
4.4. KOMPLIKASI
. Komplikasi berupa perlengketan dengan usus tidak terjadi.
4.5. PROGNOSIS
Pasien tidak memiliki riwayat KET pada kehamilan pertama. Sebagian wanita
menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami
kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan antara 0 - 4,6 %.
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Pada pasien ini, pemulihan
berlangsung dengan baik.
. Berdasarkan literatur yang ada, hanya 60% wanita yang pernah mengalami
kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, apabila tuba yang lain masih
berfungsi normal.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 DEFINISI
Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
ektopik yang mengalami abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang
Tuba Fallopii
Ovarium
Intraligamenter
Abdominal
terjadi di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di
namun pendapat ini tidaklah tepat karena kehamilan di kornu, servik uterus
4. 2 EPIDEMIOLOGI
kehamilan ektopik per 1000 konsepsi. Denominator lainnya adalah jumlah wanita
dalam usia produktif, yang digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per
10.000 wanita dalam rentang usia 14-44 tahun, dan jumlah total kelahiran yang
Akan sangat baik bila dapat menghitung insiden kehamilan ektopik per
1000 total konsepsi. Namun, bagaimanapun juga, sejak abortus spontaneous dan
banyak abortus yang direncanakan tidak dilaporkan, denominator itu selalu lebih
kecil dibandingkan dengan angka yang sebenarnya, dan juga sejak kehamilan
ektopik asimptomatis yang tidak diketahui sehingga tidak dilaporkan. Hal ini
sebenarnya tidak akan dapat diukur secara tepat. Jumlah insiden yang dilaporkan
merupakan penyebab terbesar pada kematian ibu hamil trimester pertama. Hampir
32.000 kehamilan ektopik terjadi yang tercatat setiap tahunnya di Inggris Raya. Di
Amerika Serikat, jumlah kejadian setiap tahunnya menurun dari 58.178 pada
diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2007 terdapat 153 kehamilan
4.3 ETIOLOGI
penyebabnya masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan
pembuahan didalam ampulla tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih berada di tuba, atau
penggunaan IUD, dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-faktor ini
fungsional, atau keduanya. Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari
Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan
mengganggu fungsi normal dari tuba fallopii selama proses ini meningkatkan
Graaf yang baru pecah dan membuahi sel telur yang masih tinggal dalam folikel,
atau apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di daerah endometriosis di ovarium.
multiparitas yang beriwayat pernah mengalami abortus atau operasi pada rahim
sekunder dari kehamilan tuba, walau ada yang primer terjadi di rongga abdomen.9
Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor pada tuba yang dapat
endosalping;
c) Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan
tuba.
4. Faktor lain :
a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri-
b) Fertilisasi in vitro.
kehamilan ektopik.
Tempat keluar ovum pada ovulasi di ovarium juga disinyalir mempunyai
peran dalam kehamilan ektopik. Ovulasi yang berasal dari arah kontralateral dari
dan oleh Breen, dilaporkan bahwa ovulasi dari arah kontralateral ditemukan pada
sepertiga dari gestasi tuba yang diobati dengan laparatomi. Bagaimanapun juga,
Saito dkk. mengamati bahwa bagian dari tuba dimana terjadi implantasi pada
wanita dengan kehamilan ektopik adalah sama pada apakah korpus luteum berada
hipotesis dari mereka adalah ada banyak insiden terjadinya kehamilan di distal
yang mana peningkatan kadar estrogen atau progesterone yang beredar dapat
dapat terjadi peningkatan estrogen dan progesterone setelah induksi ovulasi baik
yang lebih besar untuk menjadi ektopik dibandingkan pada wanita yang hamil
karena tidak memakai alat kontrasepsi. Wanita yang menjadi hamil sewaktu
memakai IUD Copper T380 atau kontrasepsi oral progestin saja, mempunyai
sekitar 25%, bahkan bila dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai alat
kontrasepsi sama sekali, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar dua
menunjukkan metode statistik yang digunakan untuk mengontrol efek dari faktor-
faktor resiko, riwayat dari satu aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan secara
bermakna kemungkinan terjadi kehamilan ektopik. Efek itu baru akan nyata bila
4.4 PATOFISIOLOGI
yang paling umum terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian
berturut-turut adalah isthmus (12%), fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah
intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada bagian diatas, kehamilan
ektopik non tuba sangat jarang.1,2,7. Kehamilan pada daerah intersisial sering
berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala yang
muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi. Pada nidasi secara
tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot
dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat
ektopik dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk
pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin dapat tumbuh secara utuh
seperti di uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya saja yang
2. Abortus tuba
lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba
telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan tuba
dan masuk rongga abdomen dan terkumpul secara khas di kavum Douglas
3. Ruptur tuba
ini lebih sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan biasanya
intersisialis, maka muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur dapat
terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau
pemeriksaan vagina.
Gambar 3 : Ruptur tuba
Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan
ostium tuba tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis
karena invasi dari trofoblas, akan pecah karena tekanan darah dalam tuba.
dari tuba, tetapi bila robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Bila pasien tidak mati dan meninggal karena
tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi
kembali, namun bila besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion. Bila
janin yang dikeluarkan tidak mati dengan masih diselubungi oleh kantong
amnion dan dengan plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam
Namun, bila umur gestasi sudah meningkat dan perdarahan intraperitoneal muncul
karena keluarnya dari dari fimbriae atau ruptur, maka dapat timbul gejala. Bila
memang terjadi kehamilan ektopik namun belum muncul gejala, maka kita sebut
sangat penting dalam memikirkan diagnosis pada pasien yang datang dengan
Pasien yang lain mungkin muncul gejala-gejala yang umumnya terjadi pada masa
kehamilan awal termasuk mual, lelah, nyeri abdomen ringan, nyeri bahu, dan
riwayat disparenu baru-baru ini. Sedangkan gejala dan tanda kehamilan ektopik
terganggu, seperti tersebut diatas, dapat berbeda-beda, dari yang khas sampai
Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda vital dan pemeriksaan
abdomen dan pelvik. Hipotensi dan takikardi yang dapat terjadi akibat perdarahan
banyak akibat ruptur tuba tidak dapat memperkirakan adanya kehamilan ektopik
walau tanda itu menunjukkan perlunya resusitasi segera, bahkan faktanya kedua
hal tersebut lebih khas pada komplikasi kehamilan intrauterin. Lebih jauh lagi,
tanda vital yang normal tidak dapat menyingkirkan adanya kehamilan ektopik.
Pada pemeriksaan dalam, dapat teraba kavum douglas yang menonjol dan terdapat
nyeri gerakan serviks. Adanya tanda-tanda peritoneal, nyeri gerakan serviks, dan
nyeri lateral atau bilateral abdomen atau nyeri pelvik meningkatkan kecurigaan
akan kehamilan ektopik dan merupakan temuan yang bermakna. Disisi yang lain,
secara tepat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dart dkk., massa adneksa
hanya muncul kurang dari 10% pada pasien yang di diagnosis dengan kehamilan
ektopik. Satu yang harus diingat juga adalah pemeriksaan pelvik benar-benar
juga, tidak ada kombinasi penemuan yang boleh dianggap oleh seorang dokter di
4.6 DIAGNOSIS
belum terganggu sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau
abortus dahulu sehingga menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis,
pemeriksaan fisik yang cermat dan dibantu dengan alat bantu diagnostik.
Sekarang ini, peran alat bantu diagnostik sangatlah penting, dan sudah merupakan
diagnosis.8
Terdapat nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus.
Perdarahan pervaginam dapat terjadi, dan biasanya terjadi setelah muncul keluhan
nyeri perut bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya, warna dari darahnya,
apakah mengalir seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan apakah keluar
Pemeriksaan umum. Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan
kesakitan. Pada perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda
syok dan pasien merasakan nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak
Pemeriksaan ginekologi.
Perabaan serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri. Bila uterus dapat diraba,
maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping
uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas juga teraba menonjol
pelvik.8,10
Pemeriksaan laboratorium.
trofoblas dan dapat dideteksi dalam serum pada kira-kira 1 minggu sebelum haid
kehamilan. Hanya ada sedikit sekali kasus yang dilaporkan pasien dengan tes
kadar β-hCG dua kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai
puncaknya 100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai
nilai puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan USG.
pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar hemoglobin yang dapat rendah
bila terjadi perdarahan yang sudah lama. Juga dinilai kadar leukosit untuk
membedakan apakah terjadi infeksi yang bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik
ini atau dugaan adanya infeksi pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi
kasus kehamilan ektopik. Pada saat ini, yang merupakan batu acuan untuk
Kuldosentesis
Laparaskopi
Diagnosis definitif dari kehamilan ektopik dapat hampir selalu
166 kehamilan ektopik yang tidak dapat dilihat oleh laparaskopis karena
false-negatif.
kadar hCG pada kehamilan normal. Uji hCG tunggal kuantitatif tidak
pasti dari ovulasi dan konsepsi terjadi tidak diketahui pada banyak
melaporkan bahwa jika persentase kenaikan kadar hCG tidak lebih dari
66%, maka kemungkinan seseorang untuk mempunyai kehamilan
abnormal tinggi.
Progesteron
pada minggu ke-4 dengan kadar kurang dari 5 ng/ml, sensitifitas yang
Ultrasonography
pada tahun 1981 bahwa jika level hCG lebih besar dari 6500 mIU/ml dan
tidak ada kantong gestasi pada uterus, hampir pasti kehamilan ektopik.
Tapi, teknik ini tidak berguna secara klinik, karena banyak wanita (90%)
dengan kehamilan ektopik mempunyai level hCG yang jauh dibawah
nilai diatas.
sampai 7.0 MHz, lebih mampu melihat lebih tepat organ pelvis pada awal
kadar hCG mencapai 1500 mIU/ml dan selalu bila kadar hCG sudah
ektopik. Bila kantong gestasi tidak ditemukan dan kadar hCG lebih dari
kehamilan ektopik, atau suatu gestasi intrauterine tidak viable, dan harus
yang menyerupai kantong gestasi dapat dikenali pada saluran telur saat
mIU/ml.
Gambar 5 : Contoh gambaran USG kehamilan ektopik
gestasi sudah lebih dari 38 hari, dan/atau kadar hCG diatas ambang
Dilatasi kuretase
Saat serum kadar hCG lebih dari 1500 mIU/ml, usia gestasi lebih dari 38
hari, atau serum kadar progesterone kurang dari 5 ng/ml dan tidak ada
tidak ada jaringan villi koriales yang terlihat pada jaringan yang diangkat,
4.7 PENATALAKSANAAN
Ada banyak opsi yang dapat dipilih dalam menangani kehamilan ektopik,
yaitu terapi bedah dan terapi obat. Ada juga pilihan tanpa terapi, namun hanya
bisa dilakukan pada pasien yang tidak menunjukkan gejala dan tidak ada bukti
adanya rupture atau ketidakstabilan hemodinamik. Namun pada pilihan ini pasien
harus bersedian diawasi secara lebih ketat dan sering dan harus menunjukkan
perkembangan yang baik. Pasien juga harus menerima segala resiko apabila
TERAPI BEDAH
tindakan bedah. Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif
atau laparatomi. Laparatomi merupakan teknik yang lebih dipilih bila pasien
secara hemodinamik tidak stabil, operator yang tidak terlatih dengan laparaskopi,
fasilitas dan persediaan untuk melakukan laparaskopi kurang, atau ada hambatan
kasus saja salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien kehamilan ektopik yang
ektopik yang belum rupture dan besarnya tidak lebih dari 5 cm pada diameter
antimesenterik dari tuba dengan kauter kecil, gunting, atau laser. Kemudian
dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yang berdarah di kauter.
sumbatan, dan untuk itu dihindari. Penyembuhan secara sekunder atau dengan
menggunakan benang menghasilkan hasil yang sama. Tindakan ini baik untuk
Gambar 7 : Linear salpingektomi di permukaan antimesenterik tuba pada kehamilan ektopik di pars
ampullaris.
Pasien dengan implantasi pada isthmus akan mendapatkan hasil yang lebih
baik dari reseksi segmental dan anastomosis lanjut. Bagaimanapun juga, jika
diagnosis ditegakkan lebih awal, maka pada tempat idthmus dapat dilakukan
salpingotomi. Pada kehamilan ektopik yang berlokasi pada ujung fimbriae, dapat
Tuba kanan yang membesar karena terdapat kehamilan ektopik ada disebelah kanan di E.
Tuba kiri yang tersumbat terlihat pada L- wanita ini pernah dilakukan ligasi tuba
Secara umum, perawatan pada laparaskopi lebih cepat dan lebih sedikit
penyakit tuba yang masih ada dan diketahui mempunyai faktor resiko untuk
TERAPI FARMAKOLOGI
dan fungsi tuba, dan biaya yang lebih murah. Zat-zat kimia yang telah diteliti
termasuk glukosa hiperosmolar, urea, zat sitotoksik ( misl: methotrexate dan
METHOTREXATE
dkk. untuk kehamilan pada intersisial. Kemudian diikuti oleh Miyazaki (1983)
dan Ory dkk. yang menggunakannya sebagai terapi garis pertama pada
berbagai jenis kehamilan ektopik yang berhasil. Lalu, sengan semakin banyaknya
pemakaian methotrexate. Ukuran dari massa ektopik juga penting dan oleh
pada massa kehamilan itu lebih dari 4 cm. Keberhasilannya baik bila usia gestasi
kurang dari 6 minggu, massa tuba kurang dari 3,5 cm diameter, janin sudah mati,
dan β-hCG kurang dari 15.00 mIU. Menurut American College of Obstetricians
imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit hati atau ginjal, penyakit paru aktif, dan
ulkus peptik.
Methotrexate merupakan suatu obat anti neoplastik yang bekerja sebagai
antagonis asam folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas. Pasien
yang akan diberikan methotrexate harus dalam keadaan hemodinamika yang stabil
dengan hasil laboratorium darah yang normal dan tidak ada gangguan fungsi
ginjal dan hati. Methotrexate diberikan dalam dosis tunggal (50 mg/m 2 IM) atau
methotrexate yang berhasil, β-hCG biasanya menghilang dari plasma dalam rata-
rata antara 14 dan 21 hari. Kegagalan terapi bila tidak ada penurunan β-hCG,
4.8 PROGNOSIS
dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan
kehamilan ektopik biasanya akan mati dan tidak dapat dipertahankan karena tidak
ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka
terapi yang ada sekarang, kemungkinan ibu untuk dapat hamil kembali membesar,
namun ini harus didukung kemampuan untuk menegakkan diagnosis dini
5.1 KESIMPULAN
1. Kehamilan Ektopik ialah kehamilan dimana sel telur setelah dibuahi (fertilisasi)
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
2. Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus
atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi misalnya tuba.
3. Berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada
tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan
ektopik atau 0,02%.
4. Beberapa faktor penyebab terjadinya kehamilan ektopik adalah faktor dalam
lumen tuba, faktor dinding tuba, faktor luar dinding tuba dan faktor lainnya.
5. Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri abdomen,
amenore, dan perdarahan pervaginam.
5.2 SARAN
1. Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan tentang kehamilan
ektopik serta diagnosis dan penatalaksanaannya dan dapat memberikan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA