Anda di halaman 1dari 28

USULAN PERBAIKAN KOREKSI AP AIR BAKU

1. Desain Pengarah ( Baya-baya)


2. Rumus Sisa Tekan Pipa (Koeffisien)

Usulan Perbaikan Pada halaman 3-13


3. Head Loss Minor/Major grafiknya (Diagram Moody) belum jelas

Contoh Soal untuk langkah – langkah dalam pembacaan grafik Diagram Moody

a). Hitung besar head loss dalam suatu pipa dengan diameter (D) 10 cm,  = 0,85 mm,
yang didalamnya mengalir minyak (s=0,82) dengan viskositas () 0,0052 N.det/m2 pada
debit (Q) 40 liter/detik. Dalam kondisi aliran ini, hitung kehilangan energi (Head loss) &
tentukan apakah pipa termasuk jenis kasar, transisi atau halus?

Diketahui:

• D = 10 cm = 0,10 m

•  = 0,85 mm = 0,00085 m, /D = 0,0085

•  = 0,0052 N.det/m2

• Q = 40 ltr/det = 0,04 m3/det

Dicari: Head loss / kehilangan energy (Hl) dan kondisi aliran.

Hl = f L V2 / (D 2g)

f = fungsi dari (/D, Re)

V = Q/A = 0,04 / 0,00785 = 5 ,1 m/det 


Re = VD minyak /minyak =80.423, dari diagram Moody diperoleh untuk /D = 0,0085 dan
Re=80.423,

f = 0,042.

Hf/L = f V2 / (D 2g) = 0,56 m/m.

• Kondisi aliran:
32,8
• l 
V f
• l = 0,20 m > 3  aliran: “Hydraulically smooth”

2) Suatu pipa sepanjang 5000m, berdiameter 200mm, kekasaran 0,03mm. Menyalurkan


air bersuhu 15oC dari penampungan A ke penampungan B. Beda tinggi antara muka air
di res. A dan res. B adalah 50 m, konstan. Selain kehilangan energi akibat gesekan,
terdapat kehilangan energi pada inlet (K = 0,5) dan pada katup (K = 10). Gambarkan
sketsa sistem, HGL dan EL serta hitung debit yang mengalir pada pipa.

Kehilangan energi pada sistem:


Asumsikan V = 2,0 m/det, Kemudian hitung Re,/D, untuk menentukan harga f dari Diagram
Moody.

Re = VD/ = VD/(/) = 2 x 0,2 / (1,13 x 10-6)=3,54 x 105

/D = 0,00015

Dari Diagram Moody diperoleh untuk Re dan /D di atas, f = 0,016.

Dengan menggunakan persamaan Kehilangan energi total, diperoleh:

V = 1,54 m/det, selanjutnya harga ini digunakan untuk menghitung harga Re yang baru, Re =
2,87 x 105 , f = 0,0165, V = 1,52 m/det

perbedaan harga V relatif kecil sehingga, digunakan V = 1,52 m/det, Q = A V = 0,048 m3/det.
4. Rumus Perhitungan Headloss Via Pompa
5. Tabel 6.1 Kriteria Baku Mutu Air Baku
6. Untuk 2.2.2 seharusnya judul : Pengukuran Debit Sumber Air Baku
7. Tabel 3.1

Kegiatan Keandalan
Penyediaan Air Domestik 80 % - 90 %
Penyediaan Air Industri 80 %
8. Rumus dan Perhitungan Debit Andalan Embung

Tambahan Variabel Pola Operasi Embung

Tabel Kategori Kebutuhan Air Non Domestik


Tabel Kebutuhan Air Bersih Kategori V
Tabel Penentuan Tingkat Layanan Air Baku
9. Penjelasan Perhitungan Struktur pertemuan pipa dengan intake pada bending serta
kriteria kapasitas dan system penguras kantong lumpur air baku
10. Kriteria Kantong Lumpur Air Baku (Berbeda dengan irigasi)
11. Kriteria Bangunan Pengambilan Embung
12. Skema Bangunan Pengambilan Infiltration Gallery

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Alvaro Camacho, dengan
memanfaatkan metode infiltration gallery ini mampu meremoval hinga kurang lebih 90 %
kekeruhan, suspended solid, warna. Infiltration galery mampu mensuplay air minum dalam
kualitas dan kuantitas yang nyaris stabil sepanjang tahun dengan efek terhadap lingkungan
yang sangat minimal. Karena metode ini memanfaatkan proses filtrasi alami sehingga dapat
menggurangi pengeluran untuk proses O&M.

Data perencanaan yang digunakan adalah sumber bahan baku air minum berasal dari sungai
Bengawan Solo wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo wilayah SUB DAS Bengawan
Solo Hilir, karena Kecamatan Bungah berada dalam wilayah tersebut. Ada beberapa tahap
mengolah air sungai Bengawan Solo dengan metode Infiltration gallery antara lain pengolahan
awal, pengolahan alamiah dan pengolahan lanjutan sebagai kontrol sebelum terdistribusi ke
masyarakat. Gambar Desain Tampak Samping dapat dilihat pada Gambar 7, dan Peta lokasi
rencana stasiun Infiltration Gallery sepanjang sungai dapat dilihat pada Gambar 8.
± 10 m
± 10 m ±5m

Gambar 7 Desain Infiltration gallery (Tampak Samping)


Keterangan:
A : Badan Air (Sungai Bengawan Solo)
B : Pepohonan Berkayu sbagai penguat tanggul alami
C : Saluran Pengumpul
D : Vegetasi
E : Permukiman sebagai obyek distribusi

Pengolahan awal infiltrasi dilakukan secara alamiah yakni dengan memanfaatkan tanaman
eceng gondok menyisihkan logam berat yang berfungsi sebagai penyisihan terhadap zat – zat
pencemar dari kegiatan domestik dan pertanian yang akan mengalir ke sungai, kemudian
dilakukan kombinasi fitoteknologi penanaman pohon trembesi pada area tanggul yang akarnya
kuat yang berfungsi sebagai penguat tanggul dan pemilihan pohon trembesi karena setiap
pohon mampu menyimpan kandungan air dan mengolah air yang tercemar oleh
mikroorganisme di akar. Pengolahan awal lainnya memanfaatkan fasilitas ruang terbuka hijau
(RTH) sekitar 10 % lahan yang dimiliki oleh setiap kawasan perumahan sekitar bengawan solo
dengan penanaman pohon. Secara umum pengolahan awal ini berada di lapisan atas
permukaan tanah. Pengolahan alamiah infiltrasi galeri berada di Vadoze Zone (lapisan dalam
tanah). Air yang mengalir ke bawah tanah dari sungai diolah secara alamiah oleh
miroorganisme yang berfungsi sebagai removal zat pencemar organik yang masuk ke dalam
tanah dan butiran partikel sebagai media adsorben zat – zat pencemar kimia dan non organik.
13. Cara Perhitungan Kapasitas Infiltration Gallery

Keterangan:
A : Badan Air (Sungai Bengawan Solo)
B : Pepohonan Berkayu sbagai penguat tanggul alami
C : Saluran Pengumpul
D : Vegetasi
E : Permukiman sebagai obyek distribusi

Seperti terlihat pada Gambar diatas, pipa dan screens ditanam ± 5m lebih
rendah dari dasar sungai. Data- data berikuta akan digunakan dalam proses
perhitungan kapasitas suplay air oleh masing-masing bak pengumpul.
Bed Sungai Bengawan Solo : 150,1 m
Minimum Water level : 152,2 m
Maximum water level : 161,7 m
Batas atas air (dalam sumur) : 163,0 m
Batas bawah : 143,0 m
Garis tengah saringan : 145,1 m
Penyaring akan dikelilingi oleh 2-4 mm kerikil (K1: 1 x 10 -1 m/det), lalu
pasir coarse dengan ketebalan 2,0 m (K2: 4 x 10 -4 m/det). Di atas pasir coarse
akan diletakkan pasir dari sungai bengawan solo dengan ketebalan 2,5 m (K3: 2
x 10-4 m/det) (data hasil asumsi).

Rata-rata kemampuan permeabilitas dari deposit ini adalah :


𝐻
𝐾𝑣 =
𝐻1 𝐻2 𝐻3
𝐾1 + 𝐾2 + 𝐾3
Dimana :
H : 5,0 m
H1 : 2,5 m K1 : 1 x 10-1 m/det
H2 : 2,0 m K2 : 4 x 10-4 m/det
H3 : 0,5 m K3 : 2 x 10-4 m/det
Maka diperoleh Kv : 2,86 x 10-4 m/det
Penyaring diasumsi memiliki minimum head (152,5 m – 145,1 m = 7,1 m) dan
maximum head (161,7 m – 145,1 m = 16,6 m).
Debit yang tersedia dari pemasangan Q = k.i.a
I = H/L
H = Head
L = 5,0 m (jarak dari dasar sungai ke tempat pengumpulan)
A = area aliran air (8% pipa penyaring) 165,80 m
Maka diperoleh Debit minimum adalah 67,3 L/detik, dan debit maksimum 157,4
L/detik.

Jadi, diperoleh bahwa masing-masing pengumpul mampu menyediakan pasokan air


dengan debit 67,3 L/detik hingga 157,4 L/detik secara kontinyu.
14.

A). Bronkaptering

Perencanaan kapasitas bangunan penangkap (bronkaptering) direncanakan


berdasarkan debit mata air dan waktu tinggal air didalam bronkaptering. Bronkaptering
berguna untuk menstabilkan tekanan air sebelum masuk ke pipa transmisi sehingga
tekanan air yang akan melalui pipa transmisi tetap disamping itu bronkaptering juga
berfungsi sebagai pelindung mata air terhadap pencemaran.

Pas.BatuKali

Gambar 6.1. Bronkaptering


Sumber : Analisis Penulis, 2008

Perhitungan Kapasitas Bronkaptering :


Debit Mata Air Wadas Pecah  Q = : 42 liter/detik
Debit Air yang dibutuhkan  Q = 40 liter/detik
Digunakan waktu detensi (5 – 15 menit) digunakan detensi 10 menit
Fb = (free board) adalah tinggi jagaan : 0,5 m (berdasarkan standar Cipta Karya) T
= tinggi muka air di bronkaptering : 3 m (berdasarkan standar Cipta Karya)
Kapasitas Bronkaptering :
VBronkaptering = Debit kebutuhan x Waktu Detensi
= 40 liter/detik x 600
= 24000 liter  24m3 ≈ 27m3
Berdasarkan perhitungan diatas, maka digunakan Bronkaptering dengan dimensi
sebagai berikut :
Panjang (p) = 3 m
Lebar (l) =3m
Tinggi (t) =3m
Fb = 0,5 m
Dimensi Bronkaptering : 3 m x 3 m x 3,5 m
6.1.1 Perencanaan Struktur Bronkaptering
Bronkaptering direncanakan menggunakan struktur beton bertulang. Perhitungan
pembebanan bronkaptering adalah sebagai berikut ini :
Perhitungan Beban :
a Pelat Atas Penutup
Tebal pelat : 150 mm
Berat sendiri pelat: 0,15 x 24 = 3,60 kN/m2
Beban Air Hujan 0,05 x 10 = 0,500 kN/m2
Beban Mati : = 4,100 kN/m2

Beban Hidup : = 1,5 kN/m2

qult = 1,2 B. Mati + 1,6 B. Hidup = 7,320 kN/m2

b Dinding
Tekanan hidrostatis : 1,6 x 1x 3= 4,8 kN/m2

c Pelat Dasar
Berat sendiri pelat dasar: 0,25 x 24 = 6 kN/m2
Beban Mati Terfaktor : 1,2 x 6= 7,2 kN/m2
Beban Air 1x 3= 3 kN/m2
Beban Air Terfaktor : 1,6 x 3= 4,8 kN/m2
Beban Total Terfaktor : = 12 kN/m2
Perhitungan Gaya Dalam :

a Pelat Atas Penutup

Lx = 3m Lx/Ly = 1
Ly = 3m
Mlx = 0,125 x 7,32 x 3x 3 2 = 24,705 kNm
Mly = 0,125 x 7,32 x 3x 3 2 = 24,705 kNm

b Pelat Dinding

Lx = 3m Lx/Lz = 0,857
Lz = 3,5 m
Mlx = 0,125 x 8x 3x 3,5 2 = 36,750 kNm
Mlz = 0,125 x 8x 3,5 x 3 2 = 31,500 kNm

c Pelat Dasar

Lx = 3m Lx/Lz = 1
Lz = 3m
Mlx = 0,125 x 23,2 x 3x 3 2 = 78,300 kNm
Mlz = 0,125 x 23,2 x 3x 3 2 = 78,300 kNm

Perhitungan Penulangan
Tabel 6.2. Analisis Perhitungan Penulangan Pelat Bronkaptering

Pelat Arah L Mu h d' d a Penulangan pokok pelat


beton As As s Tul. As
perlu min perlu pakai pakai
(m) (kNm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm^2) (mm^2) (mm) (mm^2)
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13]
Pelat arah-x 3 24,71 150 19 131 4,18 332,71 375 151,00 P8- 100 502,40
Atas arah-y 3 24,71 150 19 131 4,18 332,71 375 151,00 P8- 100 502,40
Pelat arah-x 3 36,75 200 19 181 3,83 305,37 500 100,48 P8- 100 502,40
Dinding arah-z 3,5 31,50 200 19 181 3,83 305,37 500 100,48 P8- 100 502,40
Pelat arah-x 3 78,03 250 29 221 7,83 554,7 625 90,57 P8- 50 1004,80
Dasar arah-y 3 78,03 250 29 221 7,83 554,7 625 90,57 P8- 50 1004,80

Keterangan Tabel:
[1] Pelat yang ditinjau [8] a didapat dari persamaan
[2] Arah tinjauan pelat: arah-x dan arah-y (Mu /0,8) = 0,85.fc' .b .a .[d - (a /2)]
[3] L = bentang pelat menrtut arah x dan arah y dengan f c '=22,5 MPa, b =1000 mm
[4] Mu = momen ultimit [9] A s perlu = (0,85.f c ' .b .a )/f y
[5] h = tebal plat dengan fy = 240 MPa
[6] d' = pb + 1/2.P (untuk lx , tx ,dan ty ) [10] A s ,min = 0,0025.b.h
dengan pb = 15 mm (pelat atas) [11] S perlu = (P ^2..0,25.b )/A s perlu
dengan pb = 25 mm (pelat dasar) [12] Tulangan pokok terpakai
[7] d = h - d' [13] As = [P ^2..0,25.b ]/spakai > A s perlu
P = 8 mm
Contoh perhitungan penulangan pelat dasar bronkaptering:

Direncanakan :
L = 3 meter (direncanakan)
Mu = 24,71 kNm (direncanakan)
h = 150 mm (direncanakan)
d’ = 19 mm (15+8/2)
d =131 mm (h-d’)
a = dari persamaan (Mu/0,8) = 0,85.fc'.b.a.[d - (a/2)] dengan fc'=22,5 MPa,b=1000 mm
24,71/0,8 = 0,85x22,5x1000xa[19-(a/2)]
didapat nilai a yaitu 4,18 mm
As perlu = (0,85xfc’xbxa)/fy ,
As perlu = (0,85x22,5x1000x4,18)/240 = 332,71 mm
As minimum = (0.0025xbxh) ,
As minimum = (0,0025x1000x150) = 375 mm
S perlu = (P^2 xπx0,25x b)/As perlu,
S perlu = ( 8^2xπx0,25x1000)/332,71 = 151 mm
As pakai = (P^2 xπx0,25x b)/ tulangan pakai
As pakai =( 8^2xπx0,25x1000)/100= 502,14 mm

Penulangan Balok
Perhitungan Pembebanan
a Balok Atas

Beban Pelat Terfaktor 0,667 x 2x 7,320 = 9,760 kN/m


Berat Balok Terfaktor : 1,2 x 0,2 x 0,2 x 24 = 1,152 kN/m
Beban Balok Terfaktor : = 10,912 kN/m

b Balok Sloof

Beban Pelat Terfaktor: 0,667 x 2x 23,2 = 30,933 kN/m


Beban Balok Terfaktor: 1,2 x 0,2 x 0,25 x 24 = 1,44 kN/m
Beban Dinding Terfaktor 1,2 x 0,2 x 3,5 x 24 = 20,16 kN/m
52,533 kN/m
Perhitungan Gaya Dalam

a Balok Atas

Gaya Momen
Momen tump= 0,083 x 10,91 x 3 2 = 8,184 kNm
Momen Lap = 0,042 x 10,91 x 3 2 = 4,092 kNm

Gaya Geser = 0,500 x 10,91 x 3 = 16,368 kN

b Balok Sloof

Gaya Momen
Momen tump= 0,083 x 52,33 x 3 2 = 39,248 kNm
Momen Lap = 0,042 x 52,33 x 3 2 = 19,624 kNm

Gaya Geser = 0,500 x 52,33 x 3 = 78,495 kN

Perhitungan Penulangan Pokok

Tabel 6.3. Analisis Perhitungan Penulangan Pokok Balok Bronkaptering


Perhitungan Penulangan Sengkang

Tabel 6.4. Analisis Perhitungan Penulangan Sengkang Balok Bonkaptering

Diame
Vu max S
Elemen b(m) d(m) ter S perlu Tul.
(kN) pakai
(mm)

- Balok Atas 0,2 0,179 6 10,91 317,86 100 P6-100


- Balok Sloof 0,2 0,214 6 52,33 140,47 100 P6-50

Tabel 6.5. Rangkuman Penulangan Bronkaptering


Komponen Struktur
Ukuran Penulangan

Pelat
- Pelat Atas Tebal: 150 mm P8-100
- Pelat Dinding Tebal: 200 mm P8-100
- Pelat Dasar Tebal: 250 mm P8-50

Kolom b : 200 mm Pokok: 4P12


h : 200 mm Sengkang : P6-100
Balok
- Balok Atas b : 200 mm Pokok Atas : 2P12
h : 200 mm Pokok Bawah : 2P12
Sengkang : P6-100
- Balok Sloof b : 200 mm Pokok Atas : 4P12
h : 250 mm Pokok Bawah : 4P12
Sengkang : P6-50
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
B). Kriteria Free Intake

Bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke


dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Lokasi pengambilan dibuat
di lokasi yang tepat sehingga dapat mengambil air dengan baik dengan menghindari
masuknya sedimen. Masuknya sedimen dipengaruhi oleh sudut antara pengambilan
dan sungai, penggunaan dan ketinggian ambang penahan sedimen (skimming wall),
kecepatan aliran masuk dan sebagainya.

Pengambilan bebas dengan syarat:

(a) Debit pengambilan kecil dibandingkan debit sungai,

(b) Pada aliran normal, tersedia ketinggian air di sungai untuk mengairi sawah,

(c) Tebing sungai pada pengambilan bebas stabil,

(d) Pintu pengambilan terletak pada tikungan luar,

(e) Butir sedimenkecildan konsentrasisedimenmelayangrelatifsedikit.

Pengambilan Bebas. Posisi harus tepat agar sedimen tidak masuk. Tinggi ambang

Secukupnya untukmenahan sedimen.Tebing sungai harus kokoh.

Anda mungkin juga menyukai