BT 071024
BT 071024
Tali ikatan okulasi dibuka 2 minggu setelah okulasi Stadia entres dan model mata tempel tidak berpengaruh
dengan cara memotong tali di belakang bidang okulasi terhadap jumlah daun tiap tanaman. Rata-rata jumlah daun
dengan silet, dimulai dari atas ke bawah hingga terputus mencapai 2,80 helai/tanaman (Tabel 1).
semuanya dan kemudian tali dibuang. Bila mata tempel masih
terlihat segar, yang ditandai dengan warna kulit ari yang Panjang Tunas
tidak berubah dan kulit bagian dalamnya masih hijau bila
diiris dengan silet, maka okulasi tersebut berhasil. Pada Stadia entres dan model mata tempel relatif tidak
okulasi yang berhasil, bagian atas batang bawah dipotong berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas. Kombinasi per-
di atas daun kedua dan tunas yang tumbuh dari batang lakuan entres tua dengan mata tempel berkayu mempunyai
bawah dibuang untuk merangsang pertumbuhan tunas mata pertumbuhan yang terbaik, yaitu 10,30 cm, diikuti entres
tempel. Bila tunas telah membentuk daun secara sempurna, muda dengan mata tempel tidak berkayu, yaitu 9 cm, sedang-
batang bawah dipotong lagi + 2 cm di atas tunas hasil oku- kan perlakuan lain tunasnya lebih pendek (Tabel 1).
lasi, sehingga diharapkan tidak ada lagi tunas yang tumbuh
dari batang bawah. Tabel 1. Hasil pengamatanPengaruh stadia entres dan model mata
tempel terhadap persentase okulasi jadi dan pertumbuhan
bibit durian varietas Kani di IPPTP Cipaku Bogor, 1997
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur Pertambahan
Okulasi Jumlah Panjang
pecah diameter
Okulasi Tumbuh Perlakuan jadi
tunas
daun tunas
batang bawah
(%) (helai) (cm)
(hari) (mm)
Stadia entres dan model mata tempel yang digunakan
A 60 29,80 2,80 8,30 1,80
untuk okulasi berpengaruh terhadap persentase okulasi
B 77,70 31,60 2,80 8,40 1,20
tumbuh. Keberhasilan okulasi dengan menggunakan entres C 62,70 32,20 2,80 8,70 1,10
agak tua mencapai 77,70%, lebih tinggi dibandingkan dengan Rata-rata 66,80 31,20 2,80 8,40 1,30
yang menggunakan entres muda (60%) dan tua (62,70%). a 54,50 30,60 2,80 8,80 1,70
Tabel 1 menunjukkan bahwa okulasi menggunakan mata b 79,20 31,70 2,60 8,20 1,00
Rata-rata 66,80 31,10 2,80 8,50 1,30
tempel tidak berkayu menghasilkan okulasi tumbuh 79,20%,
Aa 37,50 28,80 2,80 7,60 2,30
jauh lebih baik dibanding dengan mata tempel berkayu
Ab 82,50 30,80 2,80 9 1,30
(54,50%). Okulasi menggunakan entres muda dengan mata Ba 75 32,30 2,80 8,50 1,50
tempel tidak berkayu memberikan okulasi tumbuh tertinggi Bb 80,50 30,80 2,80 8,30 1
Ca 50,50 30,80 2,80 10,30 1,30
(82,50%), diikuti oleh perlakuan entres agak tua dengan mata
Cb 75 33,50 2,80 7,20 0,80
tempel tidak berkayu (80,50%). Rata-rata 66,80 31,30 2,80 8,50 1,40
Keterangan:
Umur Pecah Tunas A = entres muda
B = entres agak tua
Stadia entres berpengaruh terhadap umur pecah tunas. C = entres tua
a = mata tempel berkayu
Umur pecah tunas pada okulasi menggunakan entres muda
b = mata tempel tidak berkayu
lebih cepat (29,80 hari) dibandingkan dengan menggunakan Aa = kombinasi perlakuan A dengan a
entres agak tua dan entres tua, yaitu masing-masing 31,60 Ab = kombinasi perlakuan A dengan b
dan 32,20 hari. Umur pecah tunas pada okulasi dengan mata Ba = kombinasi perlakuan B dengan a
Bb = kombinasi perlakuan B dengan b
tempel berkayu maupun tidak berkayu relatif tidak berbeda, Ca = kombinasi perlakuan C dengan a
yaitu 30,60-31,70 hari. Umur pecah tunas pada okulasi Cb = kombinasi perlakuan C dengan b