PEMELIHARAAN JALAN
Disusun Oleh:
Pada dasarnya, setiap struktur perkerasan jalan akan mengalami proses pengrusakan secara
progresif sejak jalan tersebut pertama kali dibuka untuk lalu lintas seperti yang diperlihatkan
gambar 14.1 Perlu diperhatikan bahwa beban yang diakibatkan oleh kendaraan ringan
(kendaraan pribadi) tidak berkontribusi terhadap proses pengrusakan tersebut. Untuk
mengatasi hal ini, diperlukan suatu metoda untuk menentukan kondisi jalan agar dapat
disusun program pemeliharaan jalan yang diperlukan.
Kerusakan Struktural
Kerusakan Fungsional
Kerusakan struktural mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari satu atau lebih
komponen pekerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban
lalu lintas.
Kerusakan fungsional adalah suatu kondisi kerusakan dimana kenyamanan dan keamanan
dari pengguna jalan terganggu dan biaya operasi kendaraan meningkat. Kerusakan fungsional
ini dapat berdii sendiri dan dapat diikuti dengan kerusakan struktural.
Jenis-jenis kerusakan struktural jalan menurut Bina Marga adalah Retak (Cracking),
Perubahan Bentuk (Deformation), Cacat Permukaan (Surface Disintegration), Pengausan
(Polished Aggregate), Kegemukan (Bleeding), Penurunan pada Bekas Penanaman Utilitas
(Utility Cut Depression). Sedangkan retak sendiri terdiri dari :
Alur (ruts)
Keriting (corrugation)
Amblas (depression)
Sungkur (shoving)
Jembul (upheavel)
Lubang (potholes)
Pelepasan butir (raveling)
Pengelupasan lapis permukaan (stripping)
Secara lengkap, jenis-jenis kerusakan jalan tersebut berikut penyebab serta cara
penanganannya yang sesuai menurut Bina Marga dapat dilihat pada Tabel 14.1 dengan
gambar sketsa kerusakan yang diambil dari Buku Manual Pemeliharaan Jalan, Jilid IA
Perawatan Jalan (No. 03/MN/B1983) yang diterbitkan oleh Bina Marga.
Proteksi dan koreksi adalah kegiatan pemeliharaan jalan menurut Bina Marga. Kegiatan
koreksi diterapkan pada perkerasan beraspal yang sudah mengalami kerusakan dengan derajat
keparahan berat tetapi dengan derajat penyebaran setempat, antara lain: lubang, amblas,
gelombang, retak buaya, jembulan. Kegiatan proteksi diterapkan pda permukaan perkerasan
beraspal yang sudah mnunujukkan gejala-gejala akan terjadi kerusakan, atau sudah
mengalami kerusakan dengan derajat keparahan ringan tetapi dengan derajat penyebaran luas
(antara lain retak halus, retak memanjang, retak kulit buaya, retak susut, pengausan, keriting
dan kegemukan).
Tujuan kegiatan koreksi adalah mengembalikan nilai kekuatan, tingkat keamanan, tingkat
kenyamanan, kekedapan terhadap air, dan kelancaran pengaliran air. Sedangkan sifat-sifat
kegiatan koreksi adalah diselenggarakan sesuai kejadian di lapangan, mencakup daerah yang
terbtas dan setempat, dapat dilakukan mulia dari lapis permukaan sampai tanah dasar,
mengganti dan atau menambah bagian perkerasan, serta memeberikan nilai konstruksi.
Tujuan nilai kegiatan proteksi adalah meningkatkan kekuatan, tingkat keamanan, tingkat
kenyamanan, kekedapan permukaan, kelancaran pengaliran air. Sifat proteksi adalah
diselenggarakan secara berkala, mencakup daerah permukaan yang luas, dilakukan pada atau
permukaan, serta tambahan nilai kekuatan yang diperhitungkan rendah.
4. Pengausan
Jalan raya permukaan agregat tidak ditutup dengan Koreksi
lewad, licin tahan aus LATASIR, BURAS,
kecamatan luas terhadap roda LATASBUM
rajpolah, membahayak kendaraan
kabupaten an pemakai bentuk
tasikmalaya jalan agregat bulat
dan licin
5. Kegemukan
Jalan raya luas aspal pada ditaburi agregat Proteksi
pagendingan, permukaan campuran panas dan
kabupaten licin terlalu banyak dipadatkan
tasikmalaya pada lapis pengikat
temperatur atau lapis
tinggi akan resap ikat
terjadi jejak terlalu banyak
roda
membahayak
an kendaraan
akan diikuti
pengelupasan
6. Penurunan pada Bekas Penanaman Utilitas
Jalan sepanjang pemadatan dibongkar dan Koreksi
cipalegor, bekas utilitas yang tidak dilapis kembali
kecamatan memenuhi dengan bahan yang
sukahening, syarat sesuai
kabupaten
tasikmalaya