Indikator Sulampua 2017 Small PDF
Indikator Sulampua 2017 Small PDF
Data yang disajikan merupakan data statistik resmi yang sebagian besar berasal
dari BPS Provinsi se-Sulampua dan Nasional. Beberapa indikator yang digunakan
merupakan indikator terbaru hingga kondisi Agustus 2017.
Kami menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
terbitnya publikasi ini. Harapan kami, data yang disajikan dapat berguna bagi bahan
perencanaan dan evaluasi pembangunan di wilayah Sulampua. Saran dan kritik kami
harapkan dari pengguna data untuk perbaikan dan penyempurnaan publikasi edisi
mendatang. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi para pengguna data.
- Jokowi
- Soekarno
P U L AU PA P UA yang cukup unik dan menarik. Hal ini dikarenakan perjalanan sejarah yang panjang
seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat
Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua.
Dalam sebuah catatan perjalanan sejarah Papua, pada awalnya merupakan sebuah
pulau terbesar di dunia, namun belum mempunyai nama, sehingga saat itu hanya
berbentuk sebuah daratan yang tidak dikenal. Hal ini sama dengan Australia saat
itu yang hanya dikenal dengan nama Terra Australis Inconita (negeri selatan yang
belum dikenal). Kepulauan Papua belum dikenal sama sekali sampai memasuki
abad ke VI dan VII sesudah Masehi.
Setelah abad VI dan VII sesudah Masehi, dikenal oleh bangsa luar melalui
perdagangan dan pelayaran para pedagang Persia dan Gujarat serta pedagang-
pedagang India ketika mereka melihat itu dengan menyebutnya Dwi Panta dan
juga Samudranta yang artinya Ujung Samudra dan Ujung Lautan. Singkat cerita,
pada awal abad XVI Masehi tahun 1500-1800 Antonio d’Arbau pada tahun 1511 dan
Francesco Serano di tahun 1521 menyebut wilayah besar itu dengan nama “Os
Papuas” atau juga llha de Papo dan Don Jorge de Menetes juga singgah di Irian
(tahun 1526-1527). Nama Papua diketahui dalam catatan harian Antonio Figafetta,
juru tulis pelayaran Magelhaens yang mengelilingi dunia menyebut dengan nama
Papua. Nama Papua ini diketahui Figafetta saat ia singgah di pulau Tidore. Kalau
bahasa Tidore Papo ua artinya tidak bergabung atau tidak bersatu (not integrated),
tetapi dalam bahasa melayu berarti berambut keriting.
Nama Papua dipertahankan hampir dua abad lamanya, baru kemudian muncul
nama Nieuw Guinea, dan kedua nama tersebut terkenal secara luas diseluruh
dunia, terutama pada abad ke-19. Seiring berjalannya waktu pada tanggal 16 Juli
1946, Frans Kaisepo yang mewakili dalam konferensi Malino melalui pidatonya
yang berpengaruh terhadap penyiaran radio nasional, mengganti nama Papua
dan Nieuw Guinea dengan nama Irian. Dalam bahasa Biak Numfor “Iri” artinya
tanah, “an” artinya panas. Dengan demikian nama Irian artinya tanah panas. Nama
Irian secara umum digunakan setelah 1 Mei 1963 dengan sebutan Irian Barat, dan
kemudian pada tanggal 1 Maret 1973 sesuai dengan peraturan Nomor 5 tahun
1973 nama Irian barat resmi diganti oleh Presiden Soeharto dengan nama Irian
Jaya. Memasuki era reformasi sebagian masyarakat menuntut penggantian
nama Irian Jaya menjadi Papua dan Presiden Abdurrahman Wahid memenuhi
permintaan sebagian masyarakat tersebut sehingga nama Irian Jaya saat itu
dirubah namanya menjadi “Papua“ sehingga kemudian dikenal meluas sampai
sekarang.
Dalam perjalanannya Pulau Papua yang terbagi menjadi dua provinsi yakni
Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki keistimewaan yakni mendapat otonomi
khusus dari pemerintah pusat sesuai UU Nomor 1 tahun 2001. Selain itu Pulau Papua
merupakan pulau terluas di Indonesia.
Kondisi fisiografi di Sulampua beraneka ragam, mulai dari dataran, daerah pesisir pantai,
gugusan pulau, perbukitan dan daerah pegunungan. Setiap pulau mempunyai karakteristik
tersendiri. Pulau Sulawesi misalnya, pulau yang terkenal dengan sebutan celebes ini terletak di
kawasan tengah Indonesia dan merupakan pulau terbesar ke empat di Indonesia setelah Papua,
Kalimantan dan Sumatera dengan luas wilayah sebesar 174.600 km2. Bentuk pulau yang seperti
huruf K dapat menunjukkan adanya kompleksitas geologi di Pulau ini. Hal ini disebabkan oleh
adanya interaksi tiga lempeng yakni Lempeng Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia.
Wilayah ini didominasi oleh perbukitan dan pegunungan. Gunung-gunung yang tersebar di pulau
ini ada yang aktif dan tidak aktif, beberapa gunung yang masih aktif antara lain Gunung Lokon,
Gunung Klabat, Gunung Soputan, Gunung Mahawu, Gunung Mahangetang atau Gunung Banua
Wuhu, Gunung Awu, dan Gunung Karangetang. Gunung-gunung yang masih aktif tersebut paling
banyak terdapat di wilayah bagian utara Pulau Sulawesi.
Bergerak ke arah timur Indonesia terdapat kepulauan Maluku dan Papua. Kepulauan Maluku
yang terdiri dari gugusan pulau memiliki jumlah pulau sebanyak 1.364 yang terbagi atas Provinsi
Maluku Utara 805 pulau dan Provinsi Maluku 559 pulau. Kondisi fisiografis di kedua provinsi tersebut
cukup seragam yaitu berupa pegunungan, bukit-bukit dan dataran. Luas daratan kedua wilayah
tersebut hanya mencapai 86.167,5 km2.
Tugu McArthur merupakan saksi sejarah besar Perang Dunia ke-2 yang terjadi di tanah Papua. Tugu
ini menjadi peringatan datangnya pasukan sekutu di wilayah Pasifik pada tahun 1944. Hal ini terkait
penyerangan sekutu terhadap Jepang yang saat itu menguasai sebagian besar wilayah Filipina.
Douglas McArthur yang saat itu menjadi panglima besar pasukan sekutu, memerintahkan pasukannya
untuk mendirikan sebuah Markas Besar Umum Daerah Pasifik Barat Daya dan lokasinya ada di distrik
Sentani, tepatnya di sekitar bukit tempat Tugu McArthur berada. Inilah sebab mengapa Tugu
peringatan ini mengambil nama salah satu Jenderal Besar yang dimiliki Amerika Serikat hingga saat
ini.
Keistimewaan Tugu McArthur tidak hanya pada kisah sejarah yang terjadi pada masa lalu. Di Tugu ini,
panorama indah distrik Sentani berikut danau Sentani yang sangat indah pun menjadi menu utama
untuk dinikmati. Deretan pegunungan, Danau Sentani yang memesona, Bandara Internasional
Sentani, dan juga kota distrik Sentani layak untuk menjadi primadona dari obyek wisata yang satu ini.
Tidak lupa, gugusan pulau-pulau kecil di tengah Danau Sentani pun menambah cantik lukisan agung
Sang Penguasa Semesta.
Pada tahun 2016 dikeluarkan Peratutan Pemerintah yang mengatur mengenai penyelenggaraan
peraturan perangkat daerah yaitu PP No.18 Tahun 2016. PP ini yang dijadikan pedoman bagi
pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam rangka penataan Kelembagaan
Perangkat Daerah untuk pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) berupa Dinas, Badan,
Sekretariat serta Kecamatan. Peraturan Pemerintah tersebut merupakan tindak lanjut Undang
Undang No.23 Tahun 2014 tentang Satuan Kerja Perangkat Daerah (biasa disingkat SKPD) di
Indonesia.
Selama tiga tahun terakhir, jumlah kabupaten/kota se-Sulampua tidak mengalami perubahan
dengan total kabupaten/kota se-Sulampua berjumlah 154. Jumlah kabupaten yang terbanyak adalah
Provinsi Papua dengan jumlah 29 kab/kota, kemudian provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 24 kab/
kota. Sedangkan yang paling sedikit adalah provinsi Gorontalo dan Sulawesi Barat yaitu 6 kab/kota.
Penggunaan istilah kecamatan untuk menamakan wilayah setingkat dibawah kabupaten lazim
digunakan di wilayah Sulampua kecuali di Papua. Umumnya masyarakat lebih mengenal nama
distrik dibanding kecamatan yang mempunyai arti yang sama.
Jumlah kecamatan antar wilayah di Sulampua selama tiga tahun terakhir menunjukkan
peningkatan. Tahun 2014, jumlah kecamatan di Sulampua berjumlah 1.882 kecamatan
dan tahun 2016 meningkat menjadi 1.981 kecamatan. Jumlah kecamatan yang terbanyak
pada tahun 2016 adalah provinsi Papua dengan jumlah 541 kecamatan,
kemudian provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 306 kecamatan. Sedangkan
yang paling sedikit adalah provinsi Sulawesi Barat dengan 69 kecamatan.
600
25
500
20
400
15
300
10
200
100
600
500
400
300
200
100
Untuk wilayah se-sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) penduduk terbanyak masih berada
di wilayah Sulawesi yakni Provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan juga
merupakan pusat kota (kota metropolitan) untuk wilayah timur Indonesia, karena itu
perkembangan penduduk di wilayah inipun merupakan yang tertinggi se-sulampua.
Gambar 2.1
Kepadatan Penduduk Sulampua
Tahun 2017 (jiwa/km2)
Tahukah Anda?
Wilayah Sulampua memiliki banyak suku bangsa. Wilayah Sulawesi sebanyak
44 suku, wilayah Maluku sebanyak 46 suku, dan wilayah Papua memiliki 255
suku bangsa.
Gambar 2.2
Piramida Penduduk di Provinsi Papua
Tahun 2017
75 +
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 -59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin saja,
ada dimensi lain yang perlu mendapat perhatian yaitu tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan. Selain menekan jumlah penduduk miskin, kebijakan pemerintah mengenai
kemiskinan juga sekaligus mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Pada periode September 2016 - Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) pada seluruh provinsi menunjukkan angka yang cenderung
bervariasi. Tren penurunan nilai kedua indeks mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin
mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga cenderung
semakin menyempit. Penurunan tertinggi dicapai oleh Provinsi Gorontalo.
Tabel 2.4
Perkembangan P1 dan P2 Provinsi Se-Sulampua
September 2016 - Maret 2017
Provinsi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sept 2016 Mar 2017 (+/-) Sept 2016 Mar 2017 (+/-)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Selama ini Gini ratio digunakan sebagai uluh provinsi di Sulampua, baik antar waktu
indikator untuk melihat apakah pemerataan maupun antar provinsi, masuk pada kategori
pengeluaran penduduk semakin baik atau sedang, yaitu memiliki angka berkisar 0,35-0,5.
semakin buruk. Angka gini rasio berkisar Pada periode Maret 2017, Provinsi Maluku
antara 0-1 dimana semakin mendekati angka Utara memiliki nilai gini rasio yang paling
satu, maka ketimpangan pada suatu wilayah rendah di antara provinsi di Sulampua lainnya,
tersebut semakin buruk/besar. Secara dimana bisa diartikan bahwa dibandingkan
umum, angka gini rasio pada provinsi di dengan provinsi lain, masyarakat di Provinsi
Sulampua mengindikasikan adanya perubahan Maluku Utara memiliki distribusi pengeluaran
yang bervariasi antar periodenya; misalnya, yang cenderung lebih merata dan lebih tidak
di satu sisi terdapat kecenderungan timpang antar masyarakatnya. Gini Rasio
kenaikan ketimpangan antar waktu di Provinsi Gorontalo merupakan yang tertinggi
Provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara, di antara provinsi di Kawasan Sulampua
sedangkan di sisi lain terlihat adanya untuk periode Maret 2017, yaitu pada nilai
penurunan ketimpangan di Provinsi Sulawesi 0,430; dengan nilai tersebut, ketimpangan di
Tengah, Sulawesi Selatan, Papua dan Papua Provinsi Gorontalo masih bisa dikategorikan
Barat. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa sedang.
indikator ketimpangan dari gini rasio di sep-
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang
memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan
sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. TPAK masing-masing
Tabel 2.5
Persentase Penduduk Sulampua Menurut Kelompok Umur
Tahun 2017
Rasio
Provinsi (0–14) Th (15–64) Th (65+) Th Jumlah Ketergantungan
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Secara umum, jumlah angkatan kerja di sepuluh provinsi di wilayah Sulampua selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah angkatan kerja paling tinggi di tahun
2016 adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Provinsi
Papua Barat di tahun 2016 mengalami penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 20
jiwa.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di wilayah Sulampua pada tahun 2016 paling
tinggi ada di Provinsi Papua sebesar 76,7 persen. Kemudian TPAK tertinggi berikutnya
adalah Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 73,47 persen dan Provinsi Sulawesi Tengah
sebesar 72,28 persen. Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah angkatan kerja terbesar
menjadi salah satu faktor pemicu tingginya pengangguran dengan gelar sarjana.
Di samping itu, kualifikasi yang dituntut oleh pasar kerja di Indonesia semakin
beragam dan spesifik. Hal ini diperparah lagi oleh makin maraknya perusahaan-
perusahaan di Indonesia yang memanfaatkan tenaga kerja (expert) asing. Sehingga ini menjadi
tantangan ke depan agar program link and match berjalan efektif dan merata.
Persentase pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja di tahun 2016 cenderung menurun
di sepuluh provinsi se-Sulampua. Hingga tahun 2016 tingkat pengangguran tertinggi terjadi di
Provinsi Papua Barat yaitu mencapai 7,46 persen dari total jumlah angkatan kerja sebanyak
1.722 jiwa. Setelah provinsi Papua Barat menyusul Provinsi Maluku Utara dengan tingkat
pengangguran terbuka sebesar 7,05 persen dari jumlah angkatan kerja sebesar 524 jiwa.
Tingginya TPT yang dimiliki oleh beberapa provinsi di wilayah Sulampua ini mengindikasikan
permasalahan yang serius dalam ketenagakerjaan di wilayah Sulampua. DIbutuhkan strategi
khusus dalam menangani tingkat pengangguran yang cukup tinggi di beberapa provinsi
tersebut.
Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kualitas sumber daya
manusia adalah pendidikan yang ditamatkan yang ditunjukkan dengan ijazah
tertinggi yang dimiliki. Pendidikan yang ditamatkan merupakan modal seseorang ketika
masuk ke dalam kegiatan ekonomi karena turut menentukan produktivitas
tenaga kerja. Dalam dunia ketenagakerjaan, perusahaan cenderung menerima pekerja
dengan melihat pendidikan yang ditamatkan. Bagi perusahaan, menerima
pekerja dengan pendidikan tinggi lebih menguntungkan dengan
asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi
produktivitasnya, meskipun produktivitas pada dasarnya juga dipengaruhi
oleh faktor lain seperti pengalaman, pelatihan, lingkungan, dsb.
Dengan demikian, secara umum pendidikan yang tinggi masih sangat relevan dan
penting untuk kesejahteraan penduduk. Dalam analisis ini, seseorang dikatakan
memiliki pendidikan tinggi apabila memiliki ijazah tertinggi minimal
Gambar 2.4
Persentase Penduduk Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Provinsi se-Sulampua
2016
Gambar 2.5 menunjukkan persentase tahun ke atas paling tinggi yang memiliki
penduduk 15 tahun ke atas menurut ijazah perguruan tinggi. Tingginya
pendidikan yang ditamatkan di 10 provinsi persentase penduduk yang berpendidikan
di wilayah tengah dan timur Indonesia. Dari tinggi di Papua Barat, Maluku, dan Sulawesi
gambar tersebut terlihat bahwa provinsi Utara dikarenakan dominasi penduduk
dengan persentase penduduk 15 tahun yang memiliki ijazah SMA/sederajat.
ke atas yang berpendidikan tinggi paling
tinggi adalah Provinsi Papua Barat (48,06 Sementara itu, sebesar 37,84 persen
persen); Maluku (47,96 persen); dan penduduk 15 tahun ke atas di Papua
Sulawesi Utara (43,36 persen). Meskipun berpendidikan rendah. Ini merupakan
demikian, apabila dilihat menurut ijazah yang tertinggi dibanding sembilan provinsi
yang dimiliki, Provinsi Maluku Utara adalah lainnya di kawasan Sulampua. Selain
provinsi dengan persentase penduduk 15 Papua, Provinsi Gorontalo dan Malu-
Salah satu kesepakatan dalam konvensi Education For All (EFA) yang turut ditandatangani
Indonesia adalah menuntaskan gerakan wajib belajar pendidikan dasar untuk semua anak.
Dukungan pemerintah Indonesia terhadap konvensi tersebut adalah melalui program
wajib belajar yang menargetkan pendidikan yang ditamatkan oleh anak usia sekolah adalah
minimal tamat SMP/sederajat.
Gambar 2.5 Indikator dasar yang
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Usia digunakan untuk mengetahui
Sekolah akses penduduk khususnya
di Provinsi se-Sulampua penduduk usia sekolah
2016 terhadap pendidikan adalah
Angka Partisipasi Sekolah
(APS). APS merupakan
persentase penduduk
yang bersekolah menurut
kelompok umur tertentu,
yaitu kelompok umur
7-12 tahun; 13-15 tahun;
dan 16-18 tahun. Semakin
tinggi APS berarti semakin
tinggi partisipasi sekolah
dari penduduk umur
tertentu. APS sebesar 100 berarti seluruh penduduk pada kelompok umur
tertentu bersekolah, sesuai dengan target yang ingin dicapai pemerintah.
Ada perbedaan capaian APS pada setiap kelompok usia sekolah. Capaian APS 7-12
tahun hampir mencapai angka ideal yaitu 100 persen di beberapa provinsi yaitu
Maluku (99,39 persen), Sulawesi Utara (99,36 persen), dan Sulawesi Tenggara (99,28 persen).
Sementara itu, capaian APS pada kelompok umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun terlihat lebih
rendah. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkannya antara lain fasilitas pendidikan
tinggi yang memang tidak tersedia, atau desakan ekonomi yang menuntut masyarakat
untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi aktif. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa
Papua merupakan provinsi dengan capaian APS paling rendah pada setiap kelompok umur.
Pengelu- RS
Provinsi AHH RLS HLS aran per IPM (%)
Kapita
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sarana dan prasarana Provinsi Sulawesi Utara cukup lengkap dan memadai. Akses
untuk mendapatkan pendidikan maupun kesehatan pun sangat mudah. Hal ini mendukung
Provinsi Sulawesi Utara dalam pencapaian pembangunan manusia. Bertolak dengan itu,
Provinsi Papua justru mengalami banyak kesulitan, seperti sarana dan prasarana pendidikan
dan kesehatan yang sulit. Kondisi geografis yang sangat sulit juga berdampak langsung
terhadap akses masyarakat terhadap kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Level capaian IPM memang penting untuk melihat kemajuan pembangunan suatu wilayah.
Namun, level saja tidak cukup untuk mencatat kemajuan pembangunan manusia. Kecepatan
pembangunan manusia dapat melengkapi sudut pandang capaian pembangunan manusia.
Kecepepatan lebih menunjukkan upaya yang telah dilakukan untuk mencapai suatu level
tertentu dalam pembangunan.
Gambar 2.6
Provinsi dengan Pertumbuhan Tertinggi dan Terendah
2015-2016
Pertumbuhan IPM Tertinggi 2015-2016
Gambar 2.7
Peta IPM Provinsi se-Sulampua Tahun 2016
Tahun 2016
INDEKS KEBAHAGIAAN
indeks kebahagiaan Indonesia tahun 2017 menggunakan tiga dimensi, yaitu dimensi kepuasan
hidup, dimensi perasaan (affect), dan dimensi makna hidup (eudaimonia).
Eudaimonia merupakan konsep dalam good psychological functioning atau flourishing dalam
ranah psikologi positif yang menggambarkan kebermaknaan hidup yang melebihi diri seseorang.
Ukuran ini mengacu pada indikator yang dikembangkan oleh Carol D. Ryff (1989) dan OECD (2013).
Rentang nilai indeks demokrasi adalah 0 – 100, semakin mendekati angka 100 maka
tingkat pelaksanaan demokrasi semakin baik. Nilai indeks < 60 memiliki makna
bahwa kinerja demokrasi rendah, Nilai indeks 60-80 memiliki makna kinerja demokrasi
sedang dan nilai indeks > 80 memiliki makna kinerja demokrasi tinggi. Indeks demokrasi
yang paling up to date adalah indeks demokrasi tahun 2015, dimana terdapat sedikit
perubahan komponen penyusun/variabelnya dibandingkan dengan tahun- tahun
sebelumnya.
Pada jajaran nilai indeks demokrasi tahun 2015 antar provinsi, dapat dilihat bahwa
indeks demokrasi bervariasi. Ada tiga provinsi di sulampua yang memiliki indeks
demokrasi di atas nilai indeks demokrasi Indonesia (nasional) yaitu Provinsi
Sulawesi Tengah (76,67), Provinsi Gorontalo (76,77), dan Provinsi Sulawesi Utara (79,40).
Tujuh provinsi lainnya di Sulampua memiliki nilai indeks demokrasi yang lebih kecil dari
Indeks Demokrasi Indonesia (nasional). Adapun dari keseluruhan provinsi di kawasan
sulampua, berdasarkan indeks demokrasi tahun 2015, belum ada provinsi yang kinerja
demokrasinya tinggi. Terdapat delapan provinsi di Kawasan Sulampua yang memiliki kinerja
demokrasi yang baik, dan terdapat dua provinsi yang kinerja demokrasinya masih buruk.
Jika ditilik dari aspek penyusunnya, pa provinsi yang nilai aspeknya masuk
kebebasan sipil menjadi aspek dalam kategori buruk. Pada aspek hak-
dengan nilai indeks terbesar pada hak politik terdapat tiga provinsi di
indeks demokrasi di provinsi- provinsi yang kawasan sulampua yang nilainya
terdapat di Sulampua. Provinsi Papua masih masuk dalam kategori buruk,
Barat adalah provinsi dengan nilai yaitu Provinsi Sulawesi Tenggara (56,95),
aspek kebebasan sipil tertinggi di antara Provinsi Papua (41,81), dan Provinsi Papua
provinsi di kawasan Sulampua (92,33). Barat (39,48). Di sisi lain untuk aspek
Dapat dilihat pula bahwa secara umum Lembaga demokrasi, terdapat empat
nilai dari aspek Kebebasan sipil di provinsi yang nilai indeks aspeknya
semua provinsi pada kawasan Sulampua masih masuk dalam kategori buruk,
berada pada kategori sedang dan baik, yaitu Provinsi Maluku (57,43); Papua Barat
sedangkan untuk aspek lainnya yaitu (51,81); Papua (50,87);dan Provinsi Maluku
aspek hak-hak politik dan aspek lembaga Utara (47,25).
demokrasi masih didapati bebera-
Gambar 3.1
Rumah tangga Pertanian se-Sulawesi, Maluku dan Papua (Persen)
Tahun 2013
Gambar 3.2
Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Subsektor di Sulawesi (dalam Juta)
Tahun 2003 dan 2013
Sulawesi Selatan adalah kontributor padi terbesar dimana mencapai 70 persen dari
produksi padi di Sulawesi. Tahun 2013 di Sulawesi tercatat hampir 3,5 juta rumah tangga
adalah rumah tangga pelaku usaha pertanian di subsektor tanaman bahan makanan
dan perkebunan. Tanaman pangan yang dominan adalah padi dan jagung. Sulawesi
berpredikat sebagai lumbung pangan dan corn-belt karena terdapat program dimana terdapat
kesepakatan para gubernur di Pulau Sulawesi untuk mewujudkan produksi jagung
sebanyak lima juta ton per tahun melalui program Celebes Corn Belt yang terbentuk tahun
2005.
Selain berpotensi besar pada tanaman pangan dan perkebunan, Sulawesi juga memiliki
potensi besar pada subsektor peternakan. Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB dan
jumlah rumah tangga yang mengusahakannya menempati uru-tan ketiga setelah tanaman
bahan makanan dan perkebunan.
Data tahun 2003 sampai dengan 2012 mencatat bahwa perikanan budidaya memiliki
trend produksi yang terus meningkat walaupun dominasinya terhadap subsektor
perikanan tidak setinggi perikanan tangkap. Sebagian besar produksi perikanan
dihasilkan oleh Provinsi Maluku karena letaknya yang berada di segitiga daerah
penangkapan ikan yaitu Wilayah Pengelolaan Ikan (WPP) Laut Banda, WPP Laut Seram
dan sekitarnya dan WPP Laut Arafura.
Gambar 3.4
Rumah Tangga Pelaku Usaha Perikanan di Kepulauan Maluku (dalam Ribu)
Tahun 2013
39
18,7
57,7
7,8
1,8
9,6
Maluku
Maluku Utara
Kep Maluku
Indeks harga konsumsi rumah tangga petani (IKRT) merupakan indeks harga konsumen di
tingkat perdesaan. Perubahan indeks harga konsumen perdesaan disebut dengan inflasi/
deflasi perdesaan. Perubahan positif indeks harga perdesaan menunjukkan terjadinya
inflasi, dan sebaliknya jika negatif menunjukkan terjadinya deflasi di perdesaan.
Dari 10 provinsi yang dilakukan penghitungan NTP pada wilayah Sulampua (Sulawesi,
Maluku dan Papua) tercatat Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Papua memiliki indeks
NTP dibawah 100 selama periode 20 bulan terakhir yaitu dari Januari 2016 hingga Agustus
2017. Hal ini menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian lebih rendah
dibandingkan dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Gambar 3.7
Perkembangan NTP Sulawesi, Maluku dan Papua
Januari 2016-Agustus 2017
Dilihat dari perkembangan ekspor di Sulampua selama tiga tahun terakhir, Papua Barat
dan Papua merupakan daerah yang paling banyak melakukan kegiatan ekspor. Nilai
ekspor kedua daerah tersebut mencapai US$8,49 miliar dan US$5,54 miliar. Andil ekspor
Sulampua terhadap Nasional adalah sekitar 5,32 persen.
Gambar 3.8
Andil Ekspor Sulampua terhadap Nasional
2014-2016
Papua Barat
33,85%
Papua
Selain Sulampua Sulampua 22,09%
94,68% 5,32%
Lainnya
44,06%
Gambar 3.9
Andil Ekspor Provinsi terhadap Sulampua,
Tahun 2016
Selama tiga tahun terakhir, neraca perdagangan Sulampua terus mengalami surplus. Ini
berarti nilai ekspornya melebihi nilai impornya. Pada tahun 2016 Sulampua memperoleh
surplus neraca perdagangan sebesar US$4,18 miliar dimana surplus tersebut mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Gambar 3.12
Neraca Perdagangan Sulampua,
2014-2016
Penghitungan IHK Sulampua di wakili oleh 18 IHK. Kota inflasi di Papua terdiri dari dua kota IHK
yaitu Kota Jayapura dan Merauke. Pada SBH tahun 2018 Kota IHK di Papua akan bertambah men-
jadi 3 kota. Adapun Kota tambahannya yaitu Mimika.
IHK kota-kota di Sulampua mengalami keniakan pada tahun 2016, hal ini menandakan
perubahan harga barang dan jasa di Sulampua relatif cepat. Berdasarkan hasil
pemantauan 18 kota di Sulampua selama 2016 terlihat Manokwari sebagai kota dengan
inflasi tertinggi mencapai lima digit yaitu 5,75 %. Inflasi terendah terjadi di Manado sebesar
0,35%. Tingginya angka inflasi pada tahun 2016 dipicu oleh berbagai fenomena kenaikan
harga barang dan jasa seperti daging ayam ras, angkutan udara, cakalang, kembung, sewa
kontrak rumah, beras, ekor kuning dan lain-lain.
Pada Tahun 2016 Kota Jayapura mengalami inflasi sebesar 4,17%, sedangkan Merauke
mengalami inflasi sebesar 0.35%. Faktor pendorong terjadinya inflasi di Kota
Jayapura yaitu terjadinya kenaikan pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 6,37%,
sedangkan di Merauke inflasi terjadi terjadi karena ada kenaikan yang signifikan pada kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan lainya yaitu sebesar 12,45%.
Angka inflasi kota-kota di Sulampua pada bulan Tahun 2016 sebagian besar di bawah angka
inflasi nasional yang sebesar 3,02 %. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga
barang dan jasa di Sulampua pada Agustus 2017 lebih lambat dibandingkan dengan
kenaikan harga di Pulau lain. Namun demikian kenaikan harga barang dan jasa
berpenagrauh pada tingkat daya beli masyarakat.
Jika dilihat distribusinya, maka PDRB Provinsi se-Sulampua Tahun 2016 hanya menyumbang 8,5
persen dari Total PDRB Provinsi seluruh Indonesia. Jika dalam wilayah Sulampua sendiri, Lebih dari
50 Persen dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan Papua yang masing-masing sebesar 35,24
Persen dan 16,58 Persen. Provinsi dengan sumbangan terkecil adalah Maluku Utara nilainya 2,71
persen dari total PDRB Provinsi se-Sulampua.
Menurut PDRB dengan pendekatan Produksi (Lapangan Usaha), penyumbang terbesar PDRB
provinsi-provinsi di Sulampua adalah lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
kecuali pada Provinsi Papua yang peranan terbesarnya disumbangkan oleh lapangan usaha
Pertambangan dan Penggalian; dan Provinsi Papua Barat yang didominasi oleh lapangan
usaha Industri Pengolahan. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan di Provin-
si Gorontalo; Sulawesi Barat; Sulawesi tengah; Sulawesi Utara dan Sulawesi Utara sangat
mendominasi jauh di atas lapangan usaha yang lain, sedangkan di Provinsi Papua Lapan-
gan Usaha Pertambangan dan Penggalian yang menjadi kontributor jauh di atas lapangan
usaha yang lain.
Gambar 3.16
Distribusi PDRB Provinsi ADHB Menurut Lapangan Usaha se-Sulampua
Tahun 2016
Gambar 3.17
Distribusi PDRB Provinsi ADHB Menurut Lapangan Usaha se-Sulampua
Tahun 2016
Gambar 3.18
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi se-Sulampua
Tahun 2016
Sementara itu, konsumen cenderung pesimis terhadap kondisi ekonomi di Triwulan I-2017
terdapat di provinsi Sulawesi Utara(nilai ITK sebesar 89,89), Sulawesi Tengah(97,96), Sulawesi
Tenggara(nilai ITK sebesar 98,57), Maluku(nilai ITK sebesar 98,26),Papua Barat(nilai ITK sebe-
sar 98,57) dan Papua (nilai ITK sebesar 92,84) pada triwulan pertama. Nilai ITK tersebut lebih
rendah dibanding nilai ITK nasional yang mencapai 102,27.
Pada triwulan II di tahun 2016 dan 2017, optimisme konsumen meningkat dibandingkan tri-
wulan sebelumnya. Tingkat optimisme tersebut tergambar melalui nilai ITK Sulampua yang
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Faktor yang mendorong ter-
jadinya peningkatan tersebut adalah adanya momen kegiatan hari besar di triwulan terse-
but seperti bulan puasa dan ramadhan di tahun 2016 sehingga berdampak pada peningka-
tan pendapatan dan juga konsumsi masyarakat.
Berdasarkan komponen pembentuk ITK, yang terdiri atas Pendapatan Rumah Tangga, Ting-
kat Konsumsi dan Pengaruh inflasi maka pada triwulan kedua di tahun 2017 pada Provinsi
Papua, Pendapatan Rumah Tangga, Tingkat Konsumsi cenderung dan pengaruh inflasi tidak
terlalu cenderung meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan adanya persiapan perayaan
keagamaan seperti hari raya idul fitri.