o.
.g
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
.id
Jumlah Halaman : xvi romawi + 190 halaman
o
.g
ps
Naskah:
.b
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
r at
ba
Gambar Kulit:
ua
Diterbitkan oleh:
tp
Penanggungjawab Umum:
Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si, M.M.
Penyunting:
Drs. Jerison Sumual, M.M.
.id
Penulis:
o
Yeddi Aprian Syakh, SST
.g
Destrianto Mursalin, SST
ps
.b
Pengolah Data:
at
Destrianto Mursalin, SST
r
ba
Gambar Kulit:
ua
Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (Metode Baru) Provinsi Papua Barat 2017 ini
merupakan publikasi tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah dipublikasikan sejak tahun 2008.
Secara garis besar publikasi ini memberikan gambaran umum mengenai kondisi capaian pembangunan
manusia di Provinsi Papua Barat tahun 2017.
Adapun data dan informasi yang disajikan terdiri dari situasi pembangunan manusia di
.id
Provinsi Papua Barat, hasil penghitungan besaran IPM beserta indeks komponen-komponen
o
penyusunnya serta perkembangannya, disparitas IPM antar wilayah, dan posisi absolut antarwilayah
.g
ps
dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia secara simultan.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya publikasi ini, kami sampaikan
.b
at
terima kasih. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
r
mendatang.
ba
ua
vii xi
Kata Pengantar Daftar Tabel
o .id
1 33
Metodologi Kab. Fakfak
.g
ps
Pendahuluan
9 at
r
.b
Papua Barat 59
ba
75 91
Kab. Kaimana Kab. Teluk Bintuni
ua
67 83
ap
Kab. Teluk
//p
Kab. Manokwari
Wondama
s:
tp
99 115
Kab. Sorong Kab. Tambrauw
ht
Kab. Sorong
Selatan
107 Kab. Raja Ampat 123
139 155
Kab. Maybrat Kab. Pegunungan
Arfak
163 177
Penutup
Perbandingan
Regional
167 Lampiran
.id
Tabel 3 Skor Lama Sekolah Berdasarkan Ijazah Terakhir
21
o
.g
Tabel 4 96 Komoditas Terpilih dalam Penghitungan Pengeluaran per Kapita
24
ps
Disesuaikan
.b
Tabel 5 Contoh Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia provinsi
at
Papua Barat
27
r
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
.id
Gambar 3 Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat, 217
25
o
.g
Gambar 4 Perbandingan IPM di Kawasan Sulampua dan Indonesia, 2017
27
ps
.b
Gambar 5 IPM Menurut Provinsi di Indonesia, 2017
at 29
r
ba
2011 – 2017
ht
.id
Gambar Perkembangan Rasio Gini Provinsi Papua Barat dan Indonesia, 2011
17 – 2017
56
o
.g
Gambar Hubungan IPM dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi
58
ps
18 di Indonesia, 2017
.b
Gambar Gambaran Umum Kabupaten Fakfak at
19
61
r
ba
20
ap
21
s:
22
ht
.id
Gambar Capaian Angka Harapan Hidup Kabupaten Teluk Wondama, 2016 –
31 2017
79
o
.g
Gambar RLS dan HLS Kabupaten Teluk Wondama, 2016 – 2017
80
ps
32
.b
Gambar Pendapatan Per Kapita Disesuaikan Kabupaten Teluk Wondama,
at
33 2016 – 2017
81
r
ba
34
ap
35
s:
36 2017
ht
.id
Gambar Capaian IPM Kabupaten Sorong Selatan, 2016 – 2017
45
102
o
.g
Gambar Capaian Angka Harapan Hidup Kabupaten Sorong Selatan, 2016 –
103
ps
46 2017
.b
Gambar RLS dan HLS Kabupaten Sorong Selatan, 2016 – 2017
at
47
104
r
ba
48 2016 – 2017
ap
49
s:
50
ht
Gambar Capaian Angka Harapan Hidup Kabupaten Raja Ampat, 2016 – 2017
56
119
.id
Gambar Gambaran Umum Kabupaten Tambrauw
59
125
o
.g
Gambar Capaian IPM Kabupaten Tambrauw, 2016 – 2017
126
ps
60
.b
Gambar Capaian Angka Harapan Hidup Kabupaten Tambrauw, 2016 – 2017
at
61
127
r
ba
62
ap
63 2017
s:
64
ht
.id
Gambar Pendapatan Per Kapita Disesuaikan Kabupaten Manokwari Selatan,
73 2016 – 2017
145
o
.g
Gambar Gambaran Umum Kabupaten Pegunungan Arfak
149
ps
74
.b
Gambar Capaian IPM Kabupaten Pegunungan Arfak, 2016 – 2017
at
75
150
r
ba
76 – 2017
ap
77
s:
78 2016 – 2017
ht
Sudah banyak diungkap bahwa modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor
penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja
.id
ekonomi diyakini juga akan menjadi lebih baik. Kualitas modal manusia ini misalnya dilihat dari tingkat
pendidikan, kesehatan atau ataupun indikator-indikator lainnya sebagaimana dapat dilihat pada laporan
o
.g
pembangunan manusia yang dipublikasikan oleh United Nation Development Programme (UNDP).
ps
Dengan pertimbangan itu, maka dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi maka perlu
.b
pula dilakukan pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi regional. Kondisi ini
at
dilakukan karena pertumbuhan diyakini sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu,
r
ba
tidaklah mengherankan jika paradigma pembangunan masih didominasi oleh pentingnya mengejar
ua
ketertinggalan, atau yang lebih dikenal dengan paradigma pertumbuhan (growth paradigm).
Dalam growth paradigm, pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai ukuran utama keberhasilan
ap
pembangunan. Hal ini disebabkan karena hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat sampai pada
//p
lapisan yang paling bawah, baik dengan sendirinya ataupun melalui campur tangan pemerintah (trickle-
s:
down effect). Namun hipotesis “trickle-down effect” yang melekat pada “growth paradigm” ini yang
tp
diharapkan secara otomatis menyertai pertumbuhan ternyata tidak dapat terwujud. Bahkan yang terjadi
ht
di banyak negara yang sedang membangun justru sebaliknya yakni kesenjangan menjadi semakin
lebar.
Melihat berbagai kegagalan ini, maka timbullah pemikiran bahwa pertumbuhan haruslah
secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan serta
pembagian hasil-hasilnya secara lebih merata. Semua ini pada akhirnya akan mempercepat
pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Strategi yang demikian dikenal dengan istilah “redistribution with
growth” (RWG). Strategi ini dikembangkan berdasarkan sebuah studi yang disponsori oleh Bank Dunia
pada tahun 1974 (Chenerey, at al., 1974).
Selanjutnya paradigma pembangunan dunia kembali mendapat nuansa baru. Permasalahan
hak asasi manusia semakin menjadi perhatian masyarakat dunia. Demikian pula halnya dengan
demokrasi yang makin disadari memiliki keterkaitan erat dengan keberhasilan pembangunan. Dan
akhirnya makin disadari pula bahwa fokus pembangunan haruslah bertumpu pada manusianya itu
sendiri. Pilihan masyarakat terhadap arah, tujuan dan jalan yang ditempuh dalam proses pembangunan
.id
manusia seperti tercermin dalam kesehatan, pengetahuan dan keahlian yang meningkat. Kedua,
penggunaan kemampuan yang telah dimilikinya untuk bekerja, menikmati kehidupan atau aktif dalam
o
.g
berbagai kegiatan kebudayaan, social dan politik.
ps
Konsep holistik dari human development paradigm memiliki empat komponen penting, yaitu:
.b
• Produktivitas. Masyarakat harus dapat meningkatkan produktivitas mereka dan
at
berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah.
r
ba
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan
ua
manusia.
• Ekuitas. Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua
ap
hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat
//p
• Kesinambungan. Akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk
tp
generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik,
ht
.id
beberapa negara, untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan dengan distribusi
pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk bidang pendidikan dan
o
.g
kesehatan. Sebagai contoh sukses adalah Korea Selatan yang tetap konsisten mengaplikasikan dua
ps
hal tersebut. Sebaliknya Brazil harus mengalami kegagalan karena ketimpangan distribusi pendapatan
.b
dan alokasi belanja publik yang kurang memadai untuk bidang pendidikan dan kesehatan (UNDP,
at
Bappenas, BPS, 2004).
r
ba
semakin baik. Hal ini ditandai dengan dijadikannya IPM sebagai salah satu alokator Dana Alokasi
Umum (DAU) untuk mengatasi kesenjangan keuangan antar wilayah (fiscal gap) dan memacu
ap
percepatan pembangunan di daerah. Alokator lain yang digunakan untuk mendistribusikan Dana
//p
Alokasi Umum (DAU) adalah luas wilayah, jumlah penduduk, produk domestik regional bruto (PDRB),
s:
dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Dengan adanya Dana Alokasi Umum (DAU) diharapkan
tp
nantinya daerah yang mempunyai capaian IPM yang rendah mampu untuk mengejar ketertinggalannya
ht
dari daerah lain yang mempunyai capaian IPM lebih baik karena memperoleh alokasi dana yang
berlebih. Namun hal ini tergantung pada kebijakan dan strategi pembangunan dari masing-masing
daerah apakah mampu memanfaatkan kucuran dana yang ada untuk mencapai hasil pembangunan
khususnya pembangunan manusia secara lebih baik.
Publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat 2017” ini diharapkan mampu
memberikan gambaran tentang kondisi, posisi dan perkembangan pembangunan manusia serta
komponen-komponen penyusunnya dibandingkan dengan daerah lain dan periode sebelumnya.
Secara umum publikasi ini menyajikan data dan analisis indeks pembangunan manusia di
Provinsi Papua Barat tahun 2017. Untuk melihat perkembangan dan keterbandingan antar waktu serta
wilayah, umumnya data disajikan dari tahun 2014-2017 untuk membandingkan dengan kondisi
sebelumnya serta disajikan menurut kabupaten/kota.
.id
4) Mengetahui posisi relatif status capaian IPM Provinsi Papua Barat terhadap capaian IPM Provinsi
Papua Barat dan juga capaian IPM kabupaten/kota lainnya di Provinsi Papua Barat
o
.g
ps
Manfaat Penulisan Publikasi
.b
Manfaat yang ingin dicapai dari penyusunan publikasi ini adalah sebagai berikut:
r at
1) Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan berbagai pihak yang berkepentingan dalam
ba
perencanaan program dan kebijakan di Provinsi Papua Barat, khususnya yang berkaitan dengan
ua
2) Publikasi ini dapat dijadikan rujukan atau referensi ilmiah bagi para akademisi dan masyarakat
//p
pendidikan yang ingin menggali informasi terkait kondisi sumber daya manusia di Provinsi Papua
s:
Barat.
tp
ht
Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat 2017 disusun menjadi
beberapa bagian sebagai berikut:
Pendahuluan menyajikan pendahuluan yang menguraikan secara rinci
mengenai latar belakang dan studi literatur berupa
perkembangan paradigma pembangunan dan kerangka
konseptual pembangunan manusia. Selain itu juga dibahas
mengenai arah, tujuan dan sistematikan penulisan.
Metodologi bab yang berisi uraian tentang perubahan metodologi,
metode penghitungan masing-masing komponen sampai
terbentuknya IPM Metode Baru.
Capaian Pembangunan Manusia memberikan gambaran secara lengkap hasil-hasil
Provinsi Papua Barat pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat.
.id
Provinsi Papua Barat
Penutup Berisi kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan
o
.g
pada bahasan sebelumnya
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
Indeks Pembangunan Manusia atau disingkat IPM, untuk pertama kalinya diperkenalkan
pada tahun 1990 oleh UNDP (United Nation Development Programme) dalam laporannya “Global
Human Development Report” sebagai sebuah cara alternatif untuk mengetahui perkembangan
.id
pembangunan kualitas manusia di 177 negara.
o
.g
Di Indonesia, pemantauan pembangunan manusia mulai dilakukan sejak tahun 1996 melalui
ps
Laporan Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 1996 yang memuat informasi pembangunan
.b
manusia untuk kondisi tahun 1990 dan 1993. Sayangnya, cakupan laporan pembangunan manusia
at
tersebut masih terbatas pada level provinsi. Namun mulai tahun 1999, informasi pembangunan
r
manusia telah disajikan sampai level kabupaten/kota.
ba
Di Provinsi Papua Barat, pemantauan pembangunan manusia juga sudah dilakukan sejak
ua
tahun 2006 melalui publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat Tahun 2006 yang
ap
memuat kondisi pembangunan manusia Provinsi Papua Barat tahun 2005. Selanjutnya indeks
//p
pembangunan manusia Provinsi Papua Barat dipublikasikan secara berkala dalam bentuk publikasi
s:
Seperti halnya dengan konsep pembangunan ekonomi, konsep pembangunan manusia juga
terukur. Berdasarkan perspektif pembangunan, konsep pembangunan manusia tidak diukur dari
pendapatan semata, tetapi dari indeks komposit yang disebut dengan indeks pembangunan manusia
(IPM).
Idealnya indeks pembangunan manusia mencakup sebanyak mungkin variabel sehingga
benar-benar dapat mencerminkan berbagai segi kehidupan manusia yang sangat banyak dan
kompleks. Tetapi ketersediaan data statistik membatasi hal tersebut.
Pada tahap awal pengukuran indeks pembangunan manusia, pilihan diberikan pada tiga
unsur penting dimensi kehidupan manusia, yakni usia panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan
yang layak. Indikator-indikator pembentuk indeks pembangunan manusia harus dipilih dengan cermat
agar dapat menangkap dengan baik berbagai dimensi dari pilihan-pilihan manusia.
Pertama, usia panjang dan sehat (a long and healthy life). Dimensi ini diwakili oleh indikator
.id
tersebut perlu disesuaikan daya belinya melalui konsep yang disebut dengan “purchasing power parity”
(PPP) atau daya beli yang disesuaikan. Penyesuaian perlu dilakukan untuk mencerminkan adanya
o
.g
“diminishing return of the income utility”.
ps
.b
Gambar 1
at
Dimensi, Indikator, dan Indeks Dimensi Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia Metode Lama
r
ba
ua
DIMENSI
Sumber: Menko Kesra – TKTK (2006) Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia Indonesia
Sejak IPM dirilis pada tahun 1990, telah dilakukan beberapa kali penyempurnaan penghitungan
IPM sebagai berikut:
Tahun 1990: komponen indikator pembangunan manusia yang digunakan adalah usia harapan
hidup, angka melek huruf dan produk domestik bruto (PDB) perkapita.
Tahun 1991: awalnya dimensi pengetahuan diukur dengan indikator angka melek huruf. Indikator
tersebut kemudian diperluas dengan indikator rata-rata lama bersekolah. Sehingga komponen
.id
indikator pembangunan manusia menjadi usia harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
o
sekolah dan produk domestik bruto (PDB) perkapita.
.g
Tahun 1995: karena sulitnya memperoleh informasi rata-rata lama sekolah, kemudian indikator ini
ps
diganti dengan kombinasi angka partisipasi kasar pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan
.b
menengah dan pendidikan tinggi. Sehingga komponen indikator pembangunan manusia menjadi
r at
usia harapan hidup, angka melek huruf, kombinasi angka partisipasi kasar dan produk domestik
ba
Tahun 2010: UNDP merubah metodologi. Indikator angka melek huruf diganti dengan indikator
ap
harapan lama sekolah, karena angka melek huruf dianggap sudah tidak relevan lagi dalam
//p
mengukur dimensi pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas
s:
pendidikan. Demikian pula halnya dengan indikator produk domestik bruto (PDB) perkapita diganti
tp
dengan indikator produk nasional bruto (PNB) perkapita, karena produk domestik bruto (PDB)
ht
perkapita dianggap tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
Sementara itu, metode agregasi indeks komposit diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata
geometric.
Tahun 2011: penyempurnaan metodologi kembali dilakukan dengan mengganti tahun dasar PNB
perkapita dari tahun 2000 menjadi tahun 2005.
Tahun 2014: penyempurnaan metodologi kembali dilakukan dengan mengganti tahun dasar PNB
perkapita dari tahun 2005 menjadi tahun 2011. Selain itu, metode agregasi indeks pendidikan juga
dirubah dari rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmetik.
1. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek
huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat
menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar
daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan
1. Indikator
.id
Angka melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka Harapan Lama Sekolah (HLS).
o
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per
.g
kapita.
ps
2. Metode Penghitungan
.b
Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.
r at
ba
1. Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif).
ap
Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, bisa
//p
didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi.
s:
PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu
tp
wilayah
ht
2. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM maka capaian satu dimensi tidak
dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia
yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.
UNDP memperkenalkan penghitungan IPM metode baru dengan beberapa perbedaan nyata
dibandingkan metode lama. Setidaknya, terdapat dua hal mendasar dalam perubahan metode baru ini.
Kedua hal mendasar tersebut, terdapat pada aspek indikator dan cara penghitungan indeks.
KESEHATAN Angka Harapan Hidup Angka Harapan Angka Harapan Hidup Angka Harapan
.id
saat Lahir (AHH) Hidup saat Lahir saat Lahir (AHH) Hidup saat Lahir
(AHH) (AHH)
o
.g
PENGETAHUAN 1. Angka Melek Huruf 1. Angka Melek 1. Harapan Lama 1. Harapan Lama
ps
(AMH) Huruf (AMH) Sekolah (HLS) Sekolah (HLS)
.b
at
2. Kombinasi Angka 2. Kombinasi Angka 2. Rata-rata Lama 2. Rata-rata Lama
r
ba
(APK) (APK)
ap
//p
STANDAR PDB per Kapita Pengeluaran per PNB per Kapita Pengeluaran per
HIDUP LAYAK Kapita Kapita
s:
tp
𝐼𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛+𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛+𝐼𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑘
𝐼𝑃𝑀 = 𝐼𝑃𝑀 = 3√𝐼𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 × 𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 × 𝐼𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑘
3
Pada metode baru, UNDP memperkenalkan indikator baru pada dimensi pengetahuan yaitu
harapan lama sekolah (HLS). Indikator ini digunakan untuk menggantikan indikator AMH yang memang
sudah tidak lagi relevan. UNDP juga menggunakan indikator PNB per kapita untuk menggantikan
indikator PDB per kapita.
Selain indikator baru, UNDP melakukan perubahan cara penghitungan indeks komposit,
dimana metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik. Cara penghitungan indeks yang
terbilang baru ini, membuat indeks cenderung sensitif terhadap ketimpangan. Dengan kata lain, metode
rata-rata geometrik menuntut adanya keseimbangan dari ketiga dimensi, sehingga capaian IPM
menjadi optimal.
Perubahan mendasar yang terjadi pada penghitungan IPM, tentunya membawa dampak.
Secara langsung, ada dua dampak yang terjadi akibat perubahan metode penghitungan IPM.
Pertama, perubahan level IPM. Secara umum, level IPM metode baru akan lebih rendah
dibandingkan IPM metode lama. Hal ini terjadi karena adanya perubahan indikator dan cara
penghitungan. Penggantian indikator AMH menjadi HLS, membuat angka IPM menjadi rendah. Secara
umum AMH sudah di atas 90 persen, sedangkan HLS belum cukup optimal. Selain itu, perubahan rata-
.id
rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik juga turut andil dalam menurunkan level IPM metode baru.
o
Hal ini karena, ketimpangan antardimensi akan mengakibatkan capaian IPM menjadi rendah.
.g
Kedua, terjadi perubahan peringkat IPM. Perubahan indikator dan cara penghitungan membawa
ps
dampak pada peringkat IPM. Perubahan indikator berdampak pada perubahan indeks dimensi,
.b
sedangkan perubahan cara penghitungan berdampak signifikan terhadap agregasi indeks. Namun,
r at
perlu dicatat bahwa peringkat IPM antara kedua metode tidak dapat dibandingkan, karena keduanya
ba
menggunakan metode yang tidak sama. Beberapa negara yang telah mencoba mengimplementasikan
ua
metode baru penghitungan IPM, mencacat adanya perubahan peringkat yang terjadi di tingkat regional.
ap
Misalnya, China yang menerapkan metode baru di tingkat regional mulai tahun 2013 dengan
//p
menggunakan data tahun 2011. Hasilnya, cukup menggembirakan tetapi dampak yang muncul juga
s:
signifikan. Tercatat, beberapa provinsi mengalami perubahan drastis, antara lain Guangdong (4 menjadi
tp
7), Hebei (10 menjadi 16), dan Henan (15 menjadi 20). Filipina juga mengalami hal serupa. Terjadi
ht
perubahan peringkat yang tajam di tingkat regional. Misalnya, Abra (46 menjadi 51), Aklan (49 menjadi
63), Camiguin (28 menjadi 39), dan Albay (30 menjadi 43).
Indonesia juga turut ambil bagian dalam mengaplikasikan penghitungan metode baru.
Dengan melihat secara mendalam tentang kelemahan pada penghitungan metode lama, Indonesia
merasa perlu memperbarui penghitungan untuk menjawab tantangan masyarakat internasional.
Pada tahun 2014, Indonesia secara resmi melakukan penghitungan IPM dengan menggunakan
metode baru. Namun Indonesia telah melakukan penyesuaian dalam melakukan penghitungan IPM
metode baru, yakni diantaranya:
1. Pada dimensi kesehatan, sumber data yang digunakan dalam penghitungan indikator angka
harapan hidup telah diperbaharui dengan menggunakan Angka Harapan Hidup (AHH) saat lahir
hasil Proyeksi Penduduk (SP2010).
2. Pada dimensi pengetahuan, perubahan indikator perlu dilakukan dengan adanya perubahan
16 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT 2017
penimbang (weight) dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang merupakan
sumber data penghitungan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah
(HLS). Cakupan pengukuran rata-rata lama sekolah juga mengalami perubahan yang
sebelumnya mencakup penduduk usia 15 tahun ke atas menjadi penduduk usia 25 tahun ke
atas. Perubahan tersebut mempertimbangkan kondisi masih banyaknya masyarakat yang
melakukan pendidikan pada rentang usia 15-25 tahun.
3. Pada dimensi pengeluaran, PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan
.id
kabupaten/kota, sehingga digunakan pendekatan pengeluaran per kapita disesuaikan
menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Cakupan pengukuran
o
.g
pengeluaran perkapita disesuaikan juga mengalami perubahan yang sebelumnya hanya
ps
mencakup 27 komoditas menjadi 96 komoditas.
.b
4. Penentuan nilai maksimum dan minimum menggunakan Standar UNDP untuk keterbandingan
at
global, kecuali standar hidup layak karena menggunakan ukuran rupiah.
r
ba
Tabel 2
ua
Minimum Maksimum
Indikator Satuan
s:
.id
Dimensi Kesehatan
o
Sebenarnya cukup banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi umur
.g
panjang dan sehat. Namun dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara umum, UNDP
ps
memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) sebagai proxy-nya.
.b
Angka harapan hidup (AHH) didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang
r at
dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Secara teori, semakin baik kesehatan seseorang maka
ba
kecenderungan untuk bertahan hidup akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin buruk kesehatannya
ua
maka umur kehidupan orang tersebut akan semakin pendek. Dengan demikian, AHH jelas dapat
ap
Dalam suatu negara yang belum memiliki sistem vital registrasi yang baik seperti Indonesia,
s:
e0 atau AHH dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung (yakni dengan Metode Brass dan
tp
Varian Trussel). Metode ini menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang dilahirkan
ht
hidup dan rata-rata anak yang masih hidup yang dilaporkan dari tiap kelompok wanita berumur 15-49
tahun. Prosedur penghitungan e0 atau AHH dengan metode ini hanya efisien jika dilakukan dengan
menggunakan Paket Program Mortpack Lite atau software lainnya. Selanjutnya dipilih metode Trussel
dengan model West karena menurut Preston (2004), Metode Trussel dengan Model West sangat sesuai
dengan histori kependudukan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara pada umumnya. Sebagai
catatan, e0 atau AHH yang diperoleh dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun
dari tahun survei.
Adapun langkah-langkah penghitungan angka harapan hidup waktu lahir (e0 atau AHH)
adalah sebagai berikut:
1. Mengelompokkan umur wanita dalam interval 15 – 19, 20 – 24, 25 – 29, 30 – 34, 35 – 39, 40
– 44, dan 45 – 49 tahun;
2. Menghitung rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup (AMH)
dari wanita pernah kawin menurut kelompok umur pada point satu di atas;
3. Input rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup (AMH) pada
o .id
𝐴𝐻𝐻 − 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 =
.g
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
ps
Keterangan:
.b
AHH : usia harapan hidup pada tahun 2016
at
AHHmin : usia harapan hidup minimum = 20 tahun
r
ba
Dimensi Pendidikan
Menghitung Indeks Pendidikan berbeda dengan menghitung Indeks Kesehatan, karena di
//p
dalam Indeks Pendidikan mengakomodir dua indikator komponen prestasi, yakni Indeks Harapan Lama
s:
Sekolah (HLS) dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah (RLS). Indeks Harapan Lama Sekolah (HLS)
tp
dihitung berdasarkan perubahan angka harapan lama sekolah (HLS) yang diperoleh dari variabel lama
ht
sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang yang dikoreksi dengan jumlah siswa yang bersekolah di pesantren. Sedangkan Indeks
Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dihitung berdasarkan angka rata-rata lama sekolah (RLS) yang dihitung
dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu tingkat / kelas yang sedang atau pernah
dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Selanjutnya kedua indeks ini dijumlahkan dan
dihitung nilai rata-ratanya.
Baik angka harapan lama sekolah (HLS) maupun angka rata-rata lama sekolah (RLS),
keduanya dihitung menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) KOR. Dalam
penghitungan nilai angka harapan lama sekolah (HLS), digunakan variabel penduduk berusia 7 tahun
ke atas. Sedangkan dalam penghitungan nilai angka rata-rata lama sekolah (RLS), digunakan variabel
penduduk berusia 25 tahun ke atas.
Kedua indikator Indeks Pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan
tingkat pendidikan / pengetahuan, dimana angka harapan lama sekolah (HLS) menggambarkan kondisi
.id
penduduk berusia 7 tahun ke atas menurut umur. Langkah ini menghasilkan partisipasi sekolah
penduduk berusia 7 tahun ke atas menurut umur.
o
.g
4. Menghitung harapan lama sekolah (HLS), yaitu dengan menjumlahkan semua partisipasi sekolah
ps
penduduk berusia 7 tahun ke atas menurut umur sebagai berikut:
.b
𝑛
𝐸𝑖𝑡 at
𝐻𝐿𝑆𝑎𝑡 =∑ 𝑡
𝑃𝑖
r
ba
𝑖=𝑎
Keterangan
ua
Namun, untuk mengakomodir penduduk berusia 7 tahun ke atas yang tidak tercakup dalam
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), angka harapan lama sekolah (HLS) dikoreksi dengan siswa
yang bersekolah di pesantren (sumber data dari Direktorat Pendidikan Islam), menggunakan rumus
berikut:
𝑛
𝐸𝑖𝑡
𝐻𝐿𝑆𝑎𝑡 = 𝐹𝐾 × ∑ 𝑡
𝑃𝑖
𝑖=𝑎
Keterangan
HLSa : Harapan Lama Sekolaah pada umur a di tahun t
Ei : jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t
Pi : jumlah penduduk usia i pada tahun t
i : usia (a, a+1, ..., n)
F : Faktor koreksi pesantren
𝐻𝐿𝑆 − 𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝐼𝐻𝐿𝑆 =
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
Keterangan
.id
HLS : harapan lama sekolah pada tahun 2016
o
HLSmin : harapan lama sekolah minimum = 0 tahun
.g
HLSmaks : harapan lama sekolah maksimum = 18 tahun
ps
.b
Sedangkan angka rata-rata lama sekolah (RLS) dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
at
1. Menghitung jumlah penduduk berusia 25 tahun ke atas.
r
ba
2. Melakukan konversi variabel partisipasi sekolah ke variabel lama sekolah sebagai berikut:
ua
a. Jika partisipasi sekolahnya adalah tidak atau belum pernah bersekolah, maka lama sekolah
ap
= 0.
b. Jika partisipasi sekolahnya adalah masih bersekolah atau tidak bersekolah lagi, maka lama
//p
Tabel 3
ht
.id
Tidak bersekolah lagi dan tamat Konversi ijazah terakhir
o
pada jenjang
.g
ps
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
.b
3. Menghitung rata-rata lama sekolah (RLS) menggunakan rumus sebagai berikut:
at
r
ba
𝑛
1
ua
𝑖=1
//p
Keterangan
s:
sekolah
penduduk
n : Jumlah penduduk (i=1, 2, 3, …, n)
Setelah mendapatkan angka rata-rata lama sekolah (RLS), maka langkah selanjutnya adalah
menghitung Indeks Rata-Rata Lama Sekolah menggunakan rumus berikut:
𝑅𝐿𝑆 − 𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝐼𝑅𝐿𝑆 =
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
Keterangan
RLS : rata-rata lama sekolah pada tahun 2016
RLSmin : rata-rata lama sekolah minimum = 0 tahun
RLSmaks : rata-rata lama sekolah maksimum = 18 tahun
𝐼𝐻𝐿𝑆 + 𝐼𝑅𝐿𝑆
𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛 =
2
Dimensi Pengeluaran
.id
Berbeda halnya dengan Indeks Kesehatan dan Indeks Pendidikan yang merupakan indikator
dampak, maka Indeks Pengeluaran diakui sebagai indikator input, yang sebenarnya kurang sesuai
o
.g
sebagai indeks komponen IPM. Walaupun demikian, UNDP tetap mempertahankannya karena indikator
ps
lain yang sesuai tidak tersedia secara global.
.b
Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain indikator
at
kesehatan, indikator pendidikan, dan indikator pengeluaran, masih banyak indikator lainnya yang
r
ba
pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya adalah bahwa memasukkan banyak variabel
ua
atau indikator akan lebih mencerminkan luas dan kompleksitas pembangunan manusia namun
menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana atau tidak fokus. Dengan alasan itulah, maka
ap
pendapatan nasional bruto (PNB) perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input
//p
IPM lainnya.
s:
Namun sayangnya, untuk keperluan perhitungan IPM, data dasar pendapatan nasional bruto
tp
(PNB) perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur Indeks Pengeluaran karena bukan ukuran yang
ht
peka untuk mengukur daya beli penduduk yang merupakan fokus IPM. Sebagai penggantinya, maka
digunakanlah indikator pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama.
Pengeluaran perkapita yang disesuaikan ini ditentukan dari nilai pengeluaran perkapita dan
paritas daya beli (Purchasing Power Parity - PPP). Rata-rata pengeluaran perkapita setahun diperoleh
dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Konsumsi Pengeluaran yang dihitung dari level
propinsi hingga level kabupaten/kota atas dasar harga konstan tahun 2012=100. Sementara
penghitungan paritas daya beli pada metode baru penghitungan IPM, menggunakan 96 komoditas
terpilih terdiri dari 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non makanan, dimana metode
penghitungannya menggunakan Metode Rao.
.id
Kembung The Air PAM
o
Andeng Kopi LPG
.g
Mujair Garam Minyak tanah
ps
Mas Kecap Lainnya (batu baterai, aki, korek, obat
Lele Penyedap masakan/vetsin nyamuk,dll
.b
Ikan segar lainnya Mi instan at Perlengkapan mandi
Daging sapi Roti manis/roti lainnya Barang kecantikan
r
ba
Daging ayam ras Kue kering Perawatan kulit, muka kuku, rambut
Daging ayam kampong Kue basah Sabun cuci
ua
.id
2. Menghitung nilai riil rata-rata pengeluaran perkapita perkapita per tahun (atas dasar harga konstan
tahun 2012) dengan rumus:
o
.g
ps
𝑌𝑡′
𝑌𝑡∗ = × 100
.b
𝐼𝐻𝐾(𝑡,2012)
r at
ba
Keterangan
ua
Y*t : rata-rata pengeluaran perkapita per tahun atas dasar harga konstan tahun 2012
ap
3. Menghitung paritas daya beli per unit (Purchasing Power Parity - PPP), dengan langkah-langkah
ht
berikut:
a. Menghitung harga rata-rata komoditas terpilih.
b. Mempelajari pola konsumsi Susenas Modul Konsumsi dengan membandingkannya dengan
pola konsumsi dari Survei Biaya Hidup (SBH). Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk
mencari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sesuai untuk komoditas terpilih yang harganya
tidak terdapat pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi.
c. Menghitung paritas daya beli dengan rumus berikut:
𝑚
𝑝𝑖𝑗 1⁄𝑚
𝑃𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑒𝑙𝑖𝑗 = ∏ ( )
𝑝𝑖𝑘
𝑖=1
.id
𝑌𝑡∗
𝑌𝑡∗∗ =
o
𝑃𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑒𝑙𝑖
.g
ps
Keterangan
.b
Y**t : rata-rata pengeluaran perkapita disesuaikan
at
Y*t : rata-rata pengeluaran perkapita per tahun atas dasar harga konstan tahun 2016
r
ba
ua
ln(pengeluaran) − ln(pengeluaranmin )
tp
Ipengeluaran =
ln(pengeluaranmaks ) − ln(pengeluaranmin )
ht
Keterangan
Ln(Pengeluaran) : antilog dari pengeluaran perkapita disesuaikan tahun 2016
Ln(Pengeluaranmin) : antilog dari pengeluaran perkapita disesuaikan (minimum =
Rp.1.007.436,-)
Ln(Pengeluaranmaks) : antilog dari pengeluaran perkapita disesuaikan.
(maksimum = Rp.26.572.352,- )
Sebagai ilustrasi perhitungan IPM, maka digunakan data IPM Provinsi Papua Barat tahun
2016 yang memiliki data sebagai berikut:
𝐼𝑃𝑀 = 3√𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 × 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 × 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛
Tabel 5
.id
Contoh Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat
o
.g
ps
1. Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 67,84
.b
2. Harapan Lama Sekolah (HLS) at
r Tahun 13,51
4. Pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP) Ribu Rupiah 11.440
ua
ap
Berdasarkan data di atas, maka dapat dihitung masing-masing indeks komponen IPM
s:
tp
Indeks Kesehatan:
𝐴𝐻𝐻 − 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛 65,32 − 20,00
𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 = = × 100 = 69,72
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛 85,00 − 20,00
Indeks Pengeluaran:
ln(pengeluaran) − ln(pengeluaranmin ) ln 7.493.000 − ln1.007.436
Ipengeluaran = = × 100 = 61,32
ln(pengeluaranmaks ) − ln(pengeluaranmin ) ln 26.572.352 − ln 1.007.436
.id
IPM Provinsi Papua Barat Tahun 2017:
o
3
𝐼𝑃𝑀 = √69,72 × 58,48 × 61,32 = 62,99
.g
ps
Klasifikasi/Pemeringkatan Perhitungan IPM Metode Baru
.b
at
Untuk mengukur kecepatan pencapaian IPM dalam suatu kurun waktu sebagai ukuran
r
kemajuan pembangunan manusia di suatu daerah, maka dilakukanlah klasifikasi atau pemeringkatan
ba
IPM. Cara ini dilakukan untuk melakukan keterbandingan posisi relatif capaian IPM dari satu wilayah
ua
terhadap wilayah yang lain berdasarkan peringkatnya dalam suatu kawasan tertentu.
ap
Berdasarkan kajian aspek status capaian pembangunan manusia, UNDP (1990) melakukan
//p
a. IPM Rendah (Low Human Development), jika nilai IPM kurang dari 50,0.
tp
b. IPM Menengah (Medium Human Development), jika nilai IPM berada antara 50,0 – 79,9.
ht
c. IPM Tinggi (High Human Development), jika nilai IPM sama dengan atau lebih dari 80,0.
Kemudian mulai tahun 2010, ketika UNDP merubah metodologi IPM dari metode lama
menjadi metode baru, klasifikasi atau pemeringkatan tinggi rendahnya capaian IPM pun berubah
menjadi:
a. IPM Rendah (Low Human Development), jika nilai IPM kurang dari 60,0.
b. IPM Menengah (Medium Human Development), jika nilai IPM berada antara 60,0 – 79,9.
c. IPM Tinggi (High Human Development), jika nilai IPM sama dengan atau lebih dari 80,0.
Namun, untuk tujuan keterbandingan antarwilayah di Indonesia, yaitu untuk melakukan
keterbandingan antarkabupaten/kota, maka klasifikasi “IPM Menengah” (Medium Human Development)
dimodifikasi oleh UNDP (2010) menjadi dua klasifikasi baru sehingga klasifikasi atau pemeringkatan
status capaian pembangunan manusia berubah menjadi:
a. IPM Rendah (Low Human Development), jika nilai IPM kurang dari 60,0.
b. IPM Sedang (Medium Human Development), jika nilai IPM berada antara 60,0 – 69,9.
o .id
.g
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
Provinsi Papua Barat merupakan provinsi ke-32 dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di
.id
wilayah timur Indonesia, tepatnya di daerah kepala burung Pulau Papua. Provinsi yang biasa disingkat
o
sebagai “Pabar” ini merupakan provinsi kepulauan yang memiliki 1.945 pulau. Papua Barat menjadi
.g
provinsi kedua yang memiliki pulau terbanyak kedua setelah Provinsi Kepulauan Riau dengan 2.408
ps
pulau. Secara geografis, Provinsi Papua Barat berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan
.b
diapit oleh dua pulau besar, yaitu Papua dan Maluku yang terletak antara 0 0 - 40 Lintang Selatan dan
at
1240 - 1320 Bujur Timur1.
r
ba
Secara administratif, Provinsi Papua Barat saat ini memiliki luas wilayah secara keseluruhan
ua
mencapai 99.671,63 km2, dan sampai dengan tahun 2017 membawahi wilayah administratif yang terdiri
ap
Gubernur Mohamad Lakotani, S.H., M.Si. melalui pemilihan umum tahun 2017 yang dilakukan serentak
s:
di seluruh Indonesia untuk tahap I. Perolehan suara pasangan ini mencapai 57,69 persen dari seluruh
tp
surat suara yang digunakan. Pelantikan gubernur terpilih dilakukan di Istana Negara pada Hari Jum’at
ht
tanggal 12 Mei 2017 oleh Presiden Joko Widodo. Pelantikan dilakukan serentak untuk 4 gubernur
lainnya yaitu Gubernur Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Bangka Belitung.
Jumlah penduduk menjadi salah satu indikator yang dapat menjadi potensi dalam
mempercepat pengembangan pembangunan manusia. Indikator ini layaknya sebilah mata pisau yang
keduanya sama-sama tajam. Jika tidak benar dalam penggunaanya, pisau yang mampu memotong
sesuatu justru dapat melukai diri sendiri. Hal serupa pun ditunjukkan pada jumlah penduduk, jika tidak
mampu dikelola dengan baik maka akan menjadi beban yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan sosial. Tentu jumlah penduduk yang diharapkan adalah penduduk yang mampu memiliki
1
Laman Resmi Pemerintah Provinsi Papua Barat www.papuabaratprov.go.id
.id
tahun 2010 yang masih berjumlah 765.258 jiwa. Pertumbuhan penduduk rata-rata sepanjang periode
tahun 2010-2017 mencapai 2,8 persen.
o
.g
ps
Gambar 2
.b
Perkembangan Penduduk Provinsi Papua Barat, 2011-2017 at
r
ba
ua
915,361
893,362
ap
871,510
//p
849,809
s:
828,293
tp
806,995
ht
785,979
Kepadatan penduduk kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat berkisar antara 1 sampai 354
jiwa per km2. Kabupaten Tambrauw merupakan salah satu kabupaten dengan kepadatan penduduk
hanya sebesar 1 jiwa per km2, sedangkan Kota Sorong sebagai satu-satunya kotamadya di Provinsi
Papua Barat adalah kabupaten yang paling padat penduduknya, yakni sebesar 365 jiwa per km2.
Berdasarkan hasil proyeksi Badan Pusat Statistik, Provinsi Papua Barat memiliki jumlah
rumah tangga sebanyak 202.162 ruta dengan rata-rata rumah tangga beranggotakan sebanyak 4-5
34 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT 2017
anggota rumah tangga.
Gambar 3
.id
4,848 65-69 3,897
o
8,666 60-64 6,756
.g
13,454 55-59 10,918
ps
19,044 50-54 15,997
.b
25,358 45-49
r at 21,333
Stuktur penduduk Provinsi Papua Barat dapat diketahui dari komposisi penduduk menurut
kelompok umur. Piramida penduduk memperlihatkan struktur penduduk yang dibagi menurut kelompok
umur dan jenis kelamin. Dari komposisi struktur penduduk menurut kelompok umur pada piramida
tersebut, terlihat bahwa piramida berbentuk piramida ekspansive atau piramida muda. Hal ini tampak
dari bentuk piramida penduduk yang lebih terdistribusi ke dalam kelompok umur usia muda atau
piramida yang memiliki alas yang lebar, dicirikan dengan tingkat kelahiran yang masih tinggi. Selain itu
.id
memasuki usia tersebut, maka mereka disebut sebagai penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja dibagi
menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Bila penduduk usia kerja tidak melakukan salah satu
o
.g
aktivitas dalam kelompok bukan angkatan kerja maka termasuk ke dalam kriteria angkatan kerja. Dan
ps
bila dalam angkatan kerja tidak melakukan aktivitas kerja maka kelompok ini termasuk ke dalam kriteria
.b
pengangguran (unemployment). Dengan jumlah penduduk muda yang besar tentu potensi jumlah
at
penduduk yang akan terjun ke dalam angkatan kerja juga menjadi besar, untuk itu pemerintah harus
r
ba
bersiap menyediakan lapangan pekerjaan untuk menampung jumlah angkatan kerja yang besar ini. Bila
ua
permintaan akan tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja, maka yang akan terjadi adalah
terciptanya pengangguran.
ap
Salah satu implikasi lain dari struktur penduduk muda adalah tingkat beban ketergantungan
//p
yang tinggi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan sebagai indikator yang secara kasar
s:
dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah apakah tergolong daerah maju atau daerah yang
tp
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk menanggung hidup penduduk
yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Demikian pula sebaliknya.
Angka ketergantungan Provinsi Papua Barat tergolong tinggi dengan angka 51,13 di tahun
2017 yang berarti setiap 100 orang produktif harus menanggung beban hidup sekitar 51 hingga 52
orang yang belum maupun tidak produktif. Angka ketergantungan terbesar disumbang oleh kelompok
umur muda di bawah 15 tahun dengan proporsi 94,28 persen penduduk tidak produktif. Angka ini
menunjukkan bahwa komposisi penduduk di Provinsi Papua Barat masih didominasi oleh kelompok
umur anak-anak dan remaja di bawah 15 tahun.
Status pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat tahun 2017 secara umum masih dapat
dikatakan dalam kategori sedang (medium human development), meskipun berada pada urutan dua
terbawah dari semua provinsi di Indonesia. IPM Provinsi Papua Barat tahun 2017 mencapai angka
62,99. Pencapaian ini tentu belum sesuai dengan harapan, namun jika dilihat perkembangannya maka
pencapaian ini patut diapresiasi karena selalu mengalai peningkatan kea rah yang lebih baik setiap
tahunnya.
o .id
Gambar 4
.g
ps
Perbandingan IPM di Kawasan Sulampua dan Indonesia, 2017
.b
at
71.66 70.81
r
70.34 69.86 68.19 68.11
ba
67.20 67.01
64.30 62.99
59.09
ua
ap
//p
s:
tp
ht
Sulawesi Indonesia Sulawesi Sulawesi Maluku Sulawesi Maluku Gorontalo Sulawesi Papua Papua
Utara Selatan Tenggara Tengah Utara Barat Barat
Jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang berada di regional Sulampua (Sulawesi,
Maluku, dan Papua), posisi Provinsi Papua Barat masih berada pada urutan terendah kedua dari 10
provinsi. Posisi Papua Barat masih lebh baik dibanding Papua, namun tidak lebih baik dibanding
provinsi lain di regional yang sama. Di kawasan regional Sulampua, Provinsi Sulawesi Utara menempati
posisi puncak pencapaian pembangunan manusia dengan angka 71,66 dengan kategori IPM “tinggi”.
Provinsi Sulawesi Utara juga menjadi satu-satunya provinsi di regional Sulampua yang pencapaiannya
di atas nasional yang berada pada 70,81 poin. Selisih IPM Papua Barat dengan Sulawesi Utara
.id
Indonesia maka akan terlihat pencapaian tiap-tiap provinsi dan keterbandingannya dengan provinsi lain.
IPM tahun 2017 tertinggi dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta dengan 80,06 poin dan menjadi satu-satunya
o
.g
provinsi yang mencapai status “sangat tinggi” di Indonesia. Status ini berubah dari sebelumnya
ps
berstatus “tinggi” dengan angka IPM sebesar 79,60. Hal yang cukup mengharukan jika kita menelisik
.b
ke posisi terbawah pencapaian pembangunan manusia. Posisi terendah masih disandang oleh provinsi
at
di wilayah timur Indonesia yaitu Provinsi Papua dengan nilai IPM sebesar 59,09.
r
ba
Dibandingkan dengan IPM seluruh provinsi di Indonesia, maka IPM Provinsi Papua Barat
ua
masih stagnan berada pada posisi ke-33 dari 34 provinsi. Posisi ini seakan enggan beranjak sejak lebih
dari satu dekade yang lalu.
ap
IPM Indonesia terbagi ke dalam empat status. Satu provinsi bertatus “sangat tinggi”; empat belas
s:
provinsi berstatus “tinggi”; delapan belas provinsi berstatus “sedang”; dan satu provinsi berstatus
tp
“rendah”. Secara rata-rata, pembangunan manusia di Indonesia masih berstatus “tinggi” dengan
ht
capaian sebesar 70,81, namun jika dilihat dominasinya masih ada sekitar 19 provinsi berada di status
“rendah” hingga “sedang”. Pembangunan manusia yang tergolong baik pun masih didominasi oleh
wilayah barat Indonesia, sementara pembangunan manusia di wilayah timur Indonesia seakan lambat
untuk dapat menyusul ketertinggalannya.
.id
Banten 71.42
Sumatera Barat 71.24
o
Indonesia 70.81
.g
Jawa Barat 70.69
ps
Aceh 70.60
Sumatera Utara 70.57
.b
Jawa Tengah 70.52
Sulawesi Selatan
at 70.34
Jawa Timur 70.27
r
ba
Bengkulu 69.95
Sulawesi Tenggara 69.86
ap
Maluku 68.19
ht
Pembangunan manusia tidak dapat hanya dilihat pada satu titik saja, melainkan perlu dilakukan analisis
secara berkesinambungan setiap tahunnya agar dapat dilihat hasil kerja pemerintah pusat dan daerah dari proses
yang telah dilakukan. Pertumbuhan IPM Provinsi Papua Barat sejak tahun 2011-2017 selalu mengalami
pertumbuhan yang positif dan selalu di atas 0,40 persen. Pertumbuhan IPM terendah terjadi di tahun 2011 yang
hanya sebesar 0,49 persen, sementara pertumbuhan yang tertinggi terjadi di tahun 2017 yakni sebesar 1,25
persen. Pertumbuhan pembangunan manusia Provinsi Papua Barat tahun 2017 menempati urutan kedua
pertumbuhan tercepat setelah Provinsi Papua yakni sebesar 1,79 persen. Sepanjang periode tahun 2011-2017,
.id
angka pertumbuhan IPM Provinsi Papua Barat tercatat hanya dua kali berada di atas rata-rata nasional yaitu pada
o
.g
tahun 2013 dan 2017 dengan nilai pertumbuhan di atas satu persen. Jika dilihat lebih jeli, pertumbuhan IPM
ps
Indonesia secara rata-rata tergolong stabil di atas 0,8 persen yang mengindikasikan perkembangan pembangunan
tiap wilayah di Indonesia saling menutupi satu sama lain, dimana di satu sisi ada wilayah yang mengalami
.b
percepatan pembangunan manusianya dan di sisi lain ada wilayah yang mengalami perlambatan pembangunan
at
manusianya.
r
ba
Jika diasumsikan pertumbuhan pembangunan manusia Indonesia (rata-rata) dan Provinsi Papua Barat
ua
tetap konstan sepanjang tahun, maka capaian IPM Provinsi Papua Barat akan berada di atas capaian IPM nasional
ap
dalam kurun waktu 22 tahun. Pembangunan yang terfokus pada peningkatan kualitas sarana dan pelayanan publik
di bidang pendidikan dan kesehatan diyakini menjadi salah satu upaya yang mampu mempercepat pertumbuhan
//p
pembangunan manusia.
s:
tp
Gambar 6
ht
Perkembangan dan Pertumbuhan IPM Provinsi Papua Barat dan Indonesia, 2011 – 2017
0,91% 0,90%
0,94%
0,86% 0,78%
1,01% 0,73% 70,81
62,21
0,91% 0,61% 62,99
0,90% 61,73 70,18
0,84% 61,28
0,67% 69,55 62,21
60,91 68,90
0,49% 61,73
60,30 68,31 61,28
67,70 60,91
67,09 60,30
59,90
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
.id
kesehatannya sejak lahir, balita, anak-anak hingga dewasa. Sedangkan tingkat kesehatan masyarakat
o
secara umum dapat dilihat dari tingkat pesakitan atau jumlah keluhan kesehatan, tingkat kematian bayi,
.g
penolong kelahiran bayi, dan lain-lain.
ps
Indikator capaian IPM di bidang kesehatan juga menunjukkan bahwa Provinsi Papua Barat
.b
juga masih tertinggal jika dibandingkan dengan Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Pada tahun
r at
2017, angka harapan hidup Provinsi Papua Barat mencapai 65,32 tahun, yang berarti rata-rata
ba
penduduk Provinsi Papua Barat dapat menjalani hidupnya selama 65 tahun. Perkembangan angka
ua
harapan hidup per tahun di Provinsi Papua Barat tercatat tidak melebihi dari satu tahun, dan pada tahun
ap
2017 hanya mengalami peningkatan sebesar 0,02 tahun dibanding tahun 2016. Hal ini berarti bahwa
//p
kondisi angka kematian bayi (infant mortality rate) di Provinsi Papua Barat termasuk dalam kategori
s:
hardrock, artinya dalam waktu satu tahun penurunan angka kematian bayi yang tajam sulit terjadi,
tp
sehingga implikasinya adalah angka harapan hidup yang dihitung berdasarkan harapan hidup waktu
ht
Gambar 7
.id
“Status kesehatan yang mendukung kehidupan
o
MISI
.g
ekonomi”
ps
.b
at
PERILAKU
r
PEMBIAYAAN PELAYANAN DASAR
ba
KESEHATAN
ua
ap
Pelayanan Kesehatan
STRATEGI
Sumber: Dokumen Visi Indonesia 2030 (mesin pencari www.google.com dengan kata kunci visi Indonesia 2030)
Dokumen Visi Indonesia 2030 tentang kesehatan seperti pada gambar 7 memperlihatkan
betapa kesehatan sangat erat hubungannya dengan kehidupan berkualitas dan produktif. Gambar di
atas menggambarkan pola kebijakan pembangunan kesehatan yang diadopsi oleh Pemerintah
Indonesia yang komprehensif (dana, fasilitas dan perilaku) dan terukur (pemetaan akses, indikator yang
akan dicapai dan prestasi yang diharapkan). Status kesehatan penduduk diukur dengan berbagai cara,
baik langsung maupun tidak langsung. Umumnya indikator untuk mencerminkan status kesehatan
.id
Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mencerminkan status kesehatan dalam
pencapaian IPM adalah “Angka Harapan Hidup” (AHH). Angka ini mencerminkan rata-rata tahun hidup
o
.g
yang masih akan dijalani oleh seseorang sejak lahir. Angka harapan hidup tinggi akan dicapai jika
ps
penduduk mempunyai status kesehatan yang baik.
.b
Di tahun 2017, angka harapan hidup di Provinsi Papua Barat mencapai 65,32 tahun yang
at
artinya rata-rata penduduk Provinsi Papua Barat dapat menjalani hidup sampai pada usia 65 hingga 66
r
ba
tahun. Angka harapan hidup Provinsi Papua Barat selalu mengalami peningkatan dari tahun 2011
ua
hingga 2017. Laju pertumbuhan angka harapan hidup tergolong sangat lambat per tahunnya. Tahun
2017, laju pertumbuhan angka harapan hidup hanya sebesar 0,03 persen dan menempati peringkat
ap
ke-22 dari 34 provinsi. Pertumbuhan ini jauh lebih kecil dibanding pertumbuhan nasional yang mencapai
//p
0,23 persen di tahun yang sama. Secara nasional, Provinsi Kalimantan Selatan menempati peringkat
s:
pertama dalam hal pertumbuhan angka harapan hidup terbesar yakni sebesar 0,15 persen. Sementara
tp
Provinsi Lampung, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara menempati pertumbuhan
ht
Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Papua Barat, 2011 – 2017
65,32
65,30
65,19
65,14
.id
65,05
o
64,88
.g
64,75
ps
.b
r at
ba
Jika dilakukan keterbandingan terhadap target nasional yang ditetapkan Pemerintah Republik
s:
Indonesia dalam “Visi Indonesia 2030” melalui Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 yang
tp
menargetkan angka harapan hidup menjadi 72 tahun pada akhir tahun 2014, maka masih terdapat jarak
ht
sejauh sekitar 6 sampai 7 tahun antara capaian angka harapan hidup Provinsi Papua Barat dan
pencapaian target angka harapan hidup Indonesia tahun 2014.
Kondisi seperti ini mengindikasikan bahwa status kesehatan penduduk di Provinsi Papua
Barat masih memberikan sumbangan yang relatif rendah terhadap pencapaian Indeks Pembangunan
Manusia Provinsi Papua Barat. Hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Daerah
mengingat Provinsi Papua Barat terhitung sudah tujuh belas tahun lebih menjadi salah satu provinsi di
Indonesia.
.id
Tingkat Kesehatan
o
.g
ps
Angka Kematian Ibu Angka Kematian
Angka Kematian Bayi
.b
Melahirkan Keseluruhan
r at
ba
Rujukan Perawatan
//p
s:
tp
Kesehatan Kesehatan
Untuk menemukan penjelasan yang mendasar, perlu menggali lebih lanjut permasalahan
lainnya termasuk kesadaran penduduk akan hidup sehat di Provinsi Papua Barat. Berbagai kejanggalan
juga perlu diteliti lebih lanjut terutama terkait dengan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perhitungan
Angka Harapan Hidup sebagaimana terlihat pada gambar 9.
Indeks harapan hidup sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab langsung seperti angka
kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dan juga angka kesakitan. Angka Harapan Hidup
Gambar 10
.id
Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Provinsi di Indonesia, 2016
o
Sulawesi Barat 50.02
.g
Papua 45.74
ps
Papua Barat 44.95
Maluku 44.65
.b
Nusa Tenggara Barat 43.30
Nusa Tenggara Timur
at 40.48
Gorontalo 36.71
r
ba
Banten 27.85
Aceh 27.18
ht
Catatan: Masih mencakup 33 provinsi tanpa Provinsi Kalimantan Utara, data 2017 belum rilis dari hasil SDKI2017
Sumber: Publikasi Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2016, BPS
.id
Provinsi Papua Barat berada pada peringkat ke-31 dari 33 provinsi dalam hal angka kematian
bayi. Posisi ini menunjukkan keprihatinan bagi Provinsi Papua Barat karena masih berada pada status
o
.g
yang mengkhawatirkan dalam hal kematian bayi. Posisi Provinsi Papua Barat masih jauh di atas
ps
nasional yang menyentuh angka 25,50. Kesenjangan AKB antar provinsi mencapai 37 poin, dimana
.b
AKB terendah ditempati oleh Provinsi Yogyakarta dengan 12,52 poin dan tertinggi oleh Provinsi
at
Sulawesi Barat dengan 50,02 poin.
r
ba
Selain permasalahan kematian bayi, faktor penyebab langsung lainnya yang berhubungan
ua
dengan Angka Harapan Hidup (AHH) adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Informasi terkait Angka
Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Papua Barat sangat sulit diperoleh. Data yang tersedia hanyalah data
ap
Sebagai gambaran, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menyebutkan bahwa Angka
s:
Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Papua Barat pada bulan Oktober 2014 sebesar 43 kasus. Sementara
tp
data tahun 2017 belum tersedia. Sehingga jika perkiraan Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2014 ini
ht
digunakan, maka dapat dikatakan bahwa Provinsi Papua Barat telah mencapai target MDGs yang
menargetkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Selain melalui Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), status kesehatan
penduduk yang diinterpretasikan melalui Indeks Harapan Hidup juga berhubungan dengan Angka
Morbiditas (angka kesakitan) yang menunjukkan banyaknya penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan, sehingga mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari. Informasi terkait Angka
Morbiditas (angka kesakitan) di Provinsi Papua Barat belum bisa diperoleh datanya. Satu-satunya
sumber data tentang Angka Morbiditas (angka kesakitan) yang tersedia berasal dari data hasil olah
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua Barat Tahun 2017. Menurut data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2017, Angka Morbiditas (angka kesakitan) Provinsi Papua
Barat mencapai 11,47 persen.
3
Publikasi Indeks Pembangungan Berkelanjutan 2016, BPS (33 Provinsi)
.id
IPM, penghitungan indeks pendidikan didekati melalui pendidikan formal yang digeluti dengan
o
menggunakan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.
.g
ps
Taraf pendidikan penduduk diukur dengan berbagai pendekatan. Cara yang paling sederhana
.b
adalah dengan mengukur rata-rata lama tahun bersekolah penduduk - RLS (mean years of schooling)
at
dan harapan lama sekolah - HLS (expected years of schooling). Angka rata-rata lama sekolah (RLS)
r
ba
memberikan gambaran umum secara agregat tingkat pendidikan yang diselesaikan dan tingkat
keterampilan penduduk secara umum. Sedangkan angka harapan lama sekolah (HLS) dapat
ua
memberikan gambaran lamanya sekolah yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu
ap
di masa mendatang.
//p
manusia di bidang pendidikan, maka perlu diteliti lebih lanjut terutama terkait dengan faktor-faktor yang
tp
berpengaruh dalam perhitungan Indeks Pendidikan sebagaimana terlihat pada gambar 11.
ht
.id
Tingkat Pendidikan
o
.g
ps
Partisipasi Tingkat Pendidikan
.b
r at
Jumlah Guru Kualitas Guru Kurikulum
ba
ua
ap
Aksesibilitas
//p
Jumlah Ruang
Biaya Pendidikan Ruang Rusak
Kelas (Jarak/Jalan)
s:
tp
ht
Indeks Pendidikan yang dihasilkan dari indeks komponen rata-rata lama sekolah (RLS) dan
harapan lama sekolah (HLS), dipengaruhi secara langsung oleh tingkat partisipasi sekolah, terutama
oleh angka partisipasi murni (APM) pada masing-masing jenjang pendidikan formal. Sedangkan secara
tidak langsung, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jumlah tenaga pengajar/guru, kualitas tenaga
pengajar dan mutu kurikulum pengajaran.
Satu hal penting lainnya yang seringkali diabaikan adalah bahwa angka partisipasi sekolah
(APS) tidak serta merta mencerminkan kualitas pendidikan. Angka ini hanya mencerminkan seberapa
banyak anak di usia tertentu terdaftar dan tercatat sebagai siswa pada sekolah dan menunjukan tingkat
pemerataan dan perluasan akses pendidikan bagi semua warga. Tidak lebih dari itu. Karena pada
.id
pembangunan manusia khususnya bidang pendidikan. Secara umum, tingkat pendidikan di Provinsi
Papua Barat masih sangat rendah. Secara kategorikal, taraf pendidikan penduduk rata-rata masih
o
.g
rendah. Rata-rata lama sekolah penduduk umur 25 tahun ke atas sejak tahun 2016 sampai tahun 2017
ps
tidak mengalami perubahan yang berarti dan baru mencapai 7,15 tahun yang berarti berada tidak jauh
.b
dari lulusan sekolah dasar. Rata-rata tersebut masih berada di bawah rata-rata nasional yang mencapai
at
8,10 tahun.
r
ba
ua
Gambar 12
ap
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Provinsi Papua Barat, 2011 – 2017
//p
7,15
s:
tp
7,06
ht
7,01
6,96
6,91
6,87
6,82
Angka rata-rata lama sekolah (RLS) di Provinsi Papua Barat bergerak sangat lamban. Pada
tahun 2017, rata-rata lama sekolah (RLS) Provinsi Papua Barat mencapai 7,15 tahun bermakna bahwa
rata-rata penduduk Provinsi Papua Barat baru mampu menyelesaikan pendidikan sampai dengan kelas
.id
maka rata-rata lama sekolah di Provinsi Papua Barat tentu akan lebih rendah.
Maka kemudian menjadi sangat penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian yang
o
.g
lebih besar untuk meningkatkan tingkat keberlanjutan siswa ke pendidikan yang lebih tinggi. Setidaknya
ps
ada beberapa penyebab rendahnya tingkat keberlanjutan, antara lain rendahnya tingkat ketersediaan
.b
sekolah (selain sekolah dasar) di daerah-daerah, mahalnya proses memasuki sekolah baru yang lebih
at
tinggi, serta tuntutan sebagian orang tua agar anaknya membantu bekerja sebelum menyelesaikan
r
ba
Angka harapan lama sekolah (HLS) Provinsi Papua Barat tahun 2017 mencapai 12,47 tahun
//p
atau mengalami peningkatan 0,21 tahun dibanding dengan kondisi tahun 2016 yang hanya mencapai
s:
12,26 tahun. Idealnya harapan lama sekolah (HLS) tidak berbeda jauh dengan rata-rata lama sekolah
tp
(RLS). Namun kenyataannya, sebagian besar provinsi memiliki gap yang cukup tinggi antara kedua
ht
indikator tersebut.
Perkembangan Harapan Lama Sekolah (HLS) Provinsi Papua Barat, 2011 – 2017
12,47
12,26
12,06
.id
11,87
11,67
o
11,45
.g
11,21
ps
.b
r at
ba
Dalam paradigma pembangunan manusia, pendapatan adalah alat untuk menguasai sumber
ht
daya agar dapat hidup dengan layak. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula jumlah
barang dan jasa yang tersedia untuk mendukung standar hidup yang layak. Sumber daya atau barang
dan jasa itu sendiri harus pula dilihat sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan individu dari
segi pendidikan, keterampilan, kesehatan, kemampuan dalam pergaulan di masyarakat, dan lain
sebagainya bukan barangnya itu sendiri. Dalam konteks inilah pendapatan sebagai proksi dari dimensi
standar hidup yang layak, dipilih sebagai salah satu indikator pembangunan manusia, yakni Indeks
Pengeluaran.
Keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan pembangunan manusia dapat dijelaskan
sebagai berikut: semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat
pembangunan manusia. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pembangunan manusia maka semakin tinggi
pula pendapatan perkapitanya. Namun hubungan tersebut tidak bersifat otomatis. Ada daerah dengan
pendapatan perkapita yang rendah tapi memiliki tingkat capaian pembangunan manusia (IPM) yang
cukup tinggi. Sebaliknya ada juga daerah dengan pendapatan perkapita yang relatif tinggi tetapi
.id
oleh semakin membaiknya kondisi perekonomian Provinsi Papua Barat yang juga berdampak kepada
semakin membaiknya kondisi ekonomi penduduk dengan adanya kenaikan pendapatan. Hal ini
o
.g
mengakibatkan kemampuan masyarakat untuk mengakses pendidikan untuk melanjutkan sekolah dan
ps
mengakses fasilitas kesehatan menjadi semakin baik.
.b
at
Gambar 14
r
ba
Perkembangan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Provinsi Papua Barat (Ribu Rupiah), 2011 – 2017
ua
ap
7.493,00
//p
7.175,00
s:
7.063,88 Rp
tp
6.943,98
ht
6.896,19 Rp
Rp
6.732,03
Rp
6.708,93 Rp
Rp
Rp
Berbicara tentang perekonomian, maka tidak akan terlepas dari pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat tahun 2017 mencapai 4,01 persen dengan nilai
PDRB sebesar 71.788,6 miliar rupiah. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya
yang mencapai 4,52 persen. Jika dilihat lebih dalam, maka peningkatan pengeluaran per kapita
disesuaikan Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan yang sejalan dengan peningkatan nilai
Gambar 15
Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB dengan Migas Provinsi Papua Barat (Miliar Rupiah), 2013 – 2017
8.00 80,000
.id
7.00 70,000
7.36 71,788.6
5.38 66,631.1
o
6.00 62,888.0 60,000
.g
58,181.0 56,906.8
5.00 52,997.7 54,711.3 50,000
ps
52,346.5
50,259.9
47,694.2
4.00 4.52 40,000
.b
4.15
at 4.01
3.00 30,000
r
ba
2.00 20,000
ua
1.00 10,000
ap
- 0
2013 2014 2015 2016 2017
//p
Catatan: Tahun 2016 merupakan angka sementara dan 2017 merupakan angka sangat sementara
tp
Sumber: Publikasi PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013-2017, BPS Provinsi Papua Barat
ht
Jika dilihat pertumbuhan PDRB tanpa migas, Provinsi Papua Barat memiliki laju yang cukup
baik dengan 6,73 persen dan mengalami percepatan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 6,68
persen. Nilai PDRB tanpa migas secara nominal berjumlah 42.801,2 miliar rupiah. Angka ini tentu lebih
kecil dibanding dengan PDRB dengan migas yang berarti sumbangan kategori mugas di Provinsi Papua
Barat masih sangat mendominasi dengan menyumbang 40,80 persen nilai PDRB nominal di tahun
2017. Provinsi Papua Barat memang masih bertumpu oleh hasil minyak bumi dan gas yang tersebar di
beberapa kabupaten seperti Kabupaten Sorong, Raja Ampat, dan Telu Bintuni. Akan tetapi perlu
menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk segera mampu menguatkan sistem perekonomian yang
tidak hanya bertumpu pada sumber daya yang tidak dapat terbarukan saja agar dapat memastikan
kelangsungan hidup anak dan cucu mendatang. Sudah selayaknya pemerintah fokus pada
pengembangan lahan produktif untuk mengembangkan usaha pertanian maupun perikanan. Tidak
Gambar 16
Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Tanpa Migas Provinsi Papua Barat (Miliar Rupiah), 2013 – 2017
10.00 45,000
9.00 42,801.2 40,000
.id
9.50
8.00 38,732.1
8.38 35,000
o
34,898.7 6.68 6.73
.g
7.00
30,000
30,670.2 30,180.8
ps
6.00 6.61
28,278.7 25,000
26,637.1 26,507.0
5.00 24,863.9
.b
22,942.3 20,000
4.00 at 15,000
3.00
r
ba
2.00 10,000
ua
1.00 5,000
ap
- 0
2013 2014 2015 2016 2017
//p
Catatan: Tahun 2016 merupakan angka sementara dan 2017 merupakan angka sangat sementara
tp
Sumber: Publikasi PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013-2017, BPS Provinsi Papua Barat
ht
Upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur dari aspek laju
pertumbuhan ekonomi semata tetapi yang lebih penting pada seberapa jauh geliat perekonomian dapat
dinikmati oleh masyarakat sehingga aspek pemerataan dan pola konsumsi masyarakat merupakan hal
yang selalu terkait untuk dicermati. Asumsi bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan mampu
meningkatkan pendapatan rata-rata masyarakat terkadang masih memiliki suatu peluang untuk
memunculkan suatu masalah ketimpangan pendapatan.
Dari pengukuran disparitas (ketimpangan) pendapatan penduduk dengan menerapkan indeks
Gini Ratio pada masyarakat Provinsi Papua Barat sepanjang tahun 2017, terbukti bahwa pertumbuhan
ekonomi di atas ternyata tidak diimbangi dengan pemerataan pembagian pendapatan dalam
masyarakat. Dan hal ini justru akan membuat kesenjangan semakin melebar antarkelompok
pendapatan. Rasio gini Provinsi Papua Barat tahun 2017 Bulan September sebesar 0,387 poin yang
turun sebesar 0,03 poin dibanding Bulan Maret tahun yang sama. Angka ini berada tidak jauh berbeda
.id
Gambar 17
o
.g
Perkembangan Rasio Gini Provinsi Papua Barat dan Indonesia, 2011 – 2017
ps
.b
at
0.439 0.440
r
0.431 0.428
0.425
ba
0.416 0.418
0.413 0.405 0.401
0.397
ua
0.393 0.391
0.388
0.410 0.410 0.413 0.414
0.407 0.406 0.406 0.408
0.402
ap
Ukuran kemiskinan yang umum digunakan untuk melihat fenomena kemiskinan di suatu
daerah adalah persentase penduduk miskin. Persentase penduduk sendiri adalah persentase
penduduk yang memiliki pendapatan (atau proksi pendapatan) kurang dari jumlah yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup.
Walaupun demikian, kemiskinan sesungguhnya memiliki banyak dimensi selain dimensi
pendapatan. Dimensi lain kemiskinan, dapat dilihat dari peluang untuk memperoleh kesehatan dan
.id
manusia yang baik, idealnya memiliki persentase penduduk miskin yang rendah.
Selanjutnya, dengan menggunakan angka kemiskinan Indonesia sebagai cut of point, maka
o
.g
seluruh provinsi dapat dibagi ke dalam empat kategori. Dalam hal ini, persentase penduduk miskin suatu
ps
provinsi dikatakan tinggi, bila lebih besar dari persentase penduduk miskin Indonesia sebesar 10,12
.b
persen dan dikatakan rendah bila lebih kecil dari nilai tersebut. Begitu juga IPM, dikatakan tinggi bila
at
lebih besar dari IPM Indonesia sebesar 70,18 dan dikatakan rendah bila lebih kecil dari nilai tersebut.
r
ba
IPM Tinggi – P0 Tinggi. Provinsi dalam kategori ini memiliki kapabilitas manusia yang relatif
baik, meskipun dengan penduduk miskin yang relatif banyak. Konsentrasi lebih besar perlu diberikan
ap
untuk menekan angka kemiskinan. Hal yang mungkin dilakukan yaitu dengan menerapkan kebijkan
//p
yang berorientasi pada pemerataan pendapatan dan peningkatan daya beli masyarakat. Provinsi yang
s:
termasuk dalam kelompok ini ada 4 yaitu Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Aceh,.
tp
IPM Rendah - P0 Rendah. Provinsi dalam kategori ini telah cukup berhasil dalam menekan
ht
angka kemiskinannya, namun belum cukup berhasil dalam pencapaian kapabilitas penduduk. Upaya
lebih besar perlu dilakukan untuk mengejar ketertinggalan capaian pembangunan manusia yaitu
dengan perhatian yang lebih besar pada peningkatan kapabilitas dasar penduduk. Terdapat 7 provinsi
yang termasuk ke dalam kelompok ini yaitu Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Jambi, dan Maluku Utara.
IPM Tinggi - P0 Rendah. Kondisi provinsi dalam kategori ini adalah kondisi yang paling
kurang. Diperlukan usaha yang lebih untuk dapat mengejar ketertinggalannya dalam menekan angka
kemiskinan dan mempercepat capaian pembangunan manusia. Terdapat 11 provinsi yang termasuk
dalam kelompok ini yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Riau.
IPM Rendah - P0 Tinggi. Kondisi provinsi dalam kategori ini adalah kondisi yang ideal.
Kategori ini mampu menekan angka kemiskinan dan pada saat yang sama mampu meraih capaian
pembangunan manusia yang tinggi. Terdapat 12 provinsi yang termasuk ke dalam kelompok ini yaitu
Gambar 18
Hubungan IPM dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Indonesia, 2017
o .id
.g
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
Gambar 19
o .id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
at TITIK KOORDINAT
2º25’ - 4º00’ LS & 131º30’ - 133º40’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
ap
11.036,48 km2
//p
s:
JUMLAH PENDUDUK
76.102 orang
tp
ht
Sumber: Publikasi Kabupaten Fakfak dalam Angka 2017 dan BPS Provinsi Papua Barat
K
abupaten Fakfak terletak di Provinsi Papua Barat yang secara astronomis terletak antara 2º25’
hingga 4º00’ Lintang Selatan dan 131º30’ hingga 133º40’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Fakfak sebesar 11.036,48 km2. Luas wilayah ini menyumbang 11,07 persen luas Provinsi Papua Barat.
Fakfak terbagi dalam 17 distrik dengan komposisi 142 desa dan 7 kelurahan. Jumlah penduduk pada
tahun 2017 diperkirakan mencapai 76.102 jiwa yang terdiri dari 40.115 laki-laki dan 35.987 perempuan.
Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin yang
mencapai 111,47 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis kelamin wanita terdapat 111 hingga 112
penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif sebanyak 49.676 jiwa dan sisanya
sebanyak 26.426 jiwa non produktif.
CAPAIAN IPM
#3
o .id
.g
ps
66,09 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Fakfak masih berada dalam kategori “sedang” yaitu
66,09. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang selama ini
diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup diapresiasi karena
pencapaian ini menjadikan Kabupaten Fakfak berada pada urutan ketiga IPM terbaik di Provinsi Papua
Barat. Angka IPM Kabupaten Fakfak mengalami peningkatan 0,54 poin dibanding tahun 2016 yang
berada di posisi 65,55. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan pembangunan manusia
Kabupaten Fakfak tahun 2016-2017 sebesar 0,82 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
65,32 tahun
o .id
2016
AHH
.g
65,30 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Fakfak tahun 2017 sebesar 67,95 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Fakfak memiliki peluang untuk dapat hidup hingga
mencapai 67 sampai 68 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami penduduk
Kabupaten Fakfak mencapai 10,10 persen yang bermakna banyaknya penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan masih cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
13,76
HLS
o .id
.g
8,27
RLS
ps
.b
at
13,51
HLS
r
ba
ua
8,22
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tidak hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Fakfak selalu mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. HLS Kabupaten Fakfak tahun 2017 tercatat sebesar 13,76 tahun dan mengalami peningkatan
0,25 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan banyaknya tahun yang
diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Fakfak. Angka 13,76 tahun bermakna
bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Fakfak diharapkan mencapai tingkat pendidikan
D1-D2 (13-14 tahun masa sekolah).
Gambar 23
o .id
.g
MANUSIA SEJAHTERA
ps
.b
r at
Pendapatan Per Kapita
2017
ba
ap
Menuju Masyarakat Kabupaten Fakfak yang Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat Kabupaten
Fakfak menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Kemandirian dapat terbentuk
dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan dasar semakin meningkat dan
mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita Kabupaten Fakfak tahun 2017
berada pada posisi 7.057 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini secara nominal meningkat sebesar
122 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 1,76 persen dibanding tahun 2016.
Gambar 24
o .id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
atTITIK KOORDINAT
2º90’ - 4º20’ LS & 132º75’ - 135º15’ BT
r
ba
LUAS WILAYAH
ua
16.241,84 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
56.882 orang
s:
tp
ht
Sumber: Publikasi Kabupaten Kaimana dalam Angka 2016 dan BPS Provinsi Papua Barat
K
abupaten Kaimana merupakan daerah dataran rendah yang secara astronomis terletak antara
2º90’ hingga 4º20’ Lintang Selatan dan 132º75’ hingga 135º15’ Bujur Timur. Luas wilayah
Kabupaten Kaimana sebesar 16.241,84 km2. Luas wilayah ini menyumbang 16,30 persen luas Provinsi
Papua Barat. Kaimana terbagi dalam 7 distrik dengan komposisi 84 desa dan 2 kelurahan. Jumlah
penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 56.882 jiwa yang terdiri dari 40.115 laki-laki dan
35.987 perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan oleh angka
rasio jenis kelamin yang mencapai 111,47 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis kelamin wanita
terdapat 111 hingga 112 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif sebanyak
49.676 jiwa dan sisanya sebanyak 26.426 jiwa non produktif dengan rasio ketergantungan sebesar
54,96.
CAPAIAN IPM
#5
o .id
.g
ps
62,74 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titik optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Kaimana masih berada dalam kategori “sedang” yaitu
62,74. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang selama ini
diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup diapresiasi karena
pencapaian ini menjadikan Kabupaten Kaimana berada pada urutan kelima IPM terbaik di Provinsi
Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Kaimana mengalami peningkatan 0,59 poin dibanding tahun 2016
yang berada di posisi 62,15. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan pembangunan
manusia Kabupaten Kaimana tahun 2016-2017 sebesar 0,95 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
63,99 tahun
o .id
2016
AHH
.g
63,79 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Kaimana tahun 2017 sebesar 63,99 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Kaimana memiliki peluang untuk dapat hidup hingga
mencapai 63 sampai 64 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami penduduk
Kabupaten Kaimana mencapai 12,82 persen yang bermakna bahwa banyaknya penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan masih cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
11,59
HLS
o .id
.g
7,90
RLS
ps
.b
at
11,46
HLS
r
ba
ua
7,83
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Kaimana selalu mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. HLS Kabupaten Kaimana tahun 2017 tercatat sebesar 11,59 tahun dan mengalami
peningkatan 0,13 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan banyaknya
tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Kaimana. Angka 11,59 tahun
bermakna bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Kaimana diharapkan mencapai tingkat
pendidikan SMA kelas 1 atau 2 (11-12 tahun masa sekolah).
Gambar 28
.id
Pendapatan per Kapita Disesuaikan Kabupaten Kaimana, 2016 – 2017
o
.g
ps
MANUSIA SEJAHTERA
.b
r at
ba
ua
Menuju Masyarakat Kabupaten Kaimana yang Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Kaimana menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Kemandirian
dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan dasar semakin
meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita Kabupaten
Kaimana tahun 2017 berada pada posisi 7.752 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini secara nominal
meningkat sebesar 214 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 2,84 persen dibanding tahun 2016.
Gambar 29
o .id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
atTITIK KOORDINAT
0º15’ - 3º25’ LS & 132º35’ - 134º45’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
3.959,53 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
31.072 orang
tp
ht
K
abupaten Teluk Wondama terletak di bagian barat daya Provinsi Papua Barat yang secara
astronomis terletak antara 0º15’ hingga 3º25’ Lintang Selatan dan 132º35’ hingga 134º45’ Bujur
Timur. Luas wilayah Kabupaten Teluk Wondama sebesar 3.959,53 km2. Luas wilayah ini hanya
menyumbang 3,97 persen luas Provinsi Papua Barat. Teluk Wondama terbagi dalam 24 distrik dengan
komposisi 76 desa dan 1 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 31.072
jiwa yang terdiri dari 16.678 laki-laki dan 14.394 perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi
wilayah ini yang ditunjukkan oleh angka rasio jenis kelamin yang mencapai 115,87 yang berarti setiap
100 penduduk berjenis kelamin wanita terdapat 116 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah
penduduk usia produktif sebanyak 19.089 jiwa dengan rasio ketergantungan sebesar 62,77.
CAPAIAN IPM
#9
o .id
.g
ps
58,10 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Teluk Wondama masih berada dalam kategori
“rendah” yaitu 58,10. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang
selama ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup
diapresiasi karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Teluk Wondama berada pada urutan ketiga
IPM terbaik di Provinsi Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Teluk Wondama mengalami peningkatan
0,94 poin dibanding tahun 2016 yang berada di posisi 57,16. Peningkatan tersebut menjadikan laju
pertumbuhan pembangunan manusia Kabupaten Teluk Wondama tahun 2016-2017 sebesar 1,64
persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
59,26 tahun
o .id
2016
AHH
.g
58,96 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Teluk Wondama tahun 2017 sebesar 59,26 tahun. Angka
ini bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Teluk Wondama memiliki peluang untuk dapat hidup
hingga mencapai 59 sampai 60 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami
penduduk Kabupaten Teluk Wondama mencapai 7,28 persen yang berarti banyaknya penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan cukup rendah.
MANUSIA CERDAS
10,81
HLS
o .id
.g
6,67
RLS
ps
.b
at
10,48
HLS
r
ba
ua
6,57
RLS
ap
2016 2017
//p
Menuju Masyarakat Kabupaten Teluk Wondama yang Madani dan Berwawasan Luas
ht
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Teluk Wondama selalu mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. HLS Kabupaten Teluk Wondama tahun 2017 tercatat sebesar 10,81 tahun dan
mengalami peningkatan 0,33 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan
banyaknya tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Teluk Wondama.
Angka 10,81 tahun bermakna bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Teluk Wondama
diharapkan mencapai tingkat pendidikan SMA kelas 1 atau 2 (10-11 tahun masa sekolah).
Gambar 33
.id
Pendapatan per Kapita Disesuaikan Kabupaten Teluk Wondama, 2016 – 2017
o
.g
ps
MANUSIA SEJAHTERA
.b
r at
ba
ua
Menuju Masyarakat Kabupaten Teluk Wondama Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Teluk Wondama menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi.
Kemandirian dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan
dasar semakin meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita
Kabupaten Teluk Wondama tahun 2017 berada pada posisi 7.694 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai
ini secara nominal meningkat sebesar 260 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 3,50 persen
dibanding tahun 2016.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT 2017 81
o .id
.g
ps
.b
r at
ba
ua
Gambar 34
o .id
.g
GAMBARAN UMUM
ps
.b
r atTITIK KOORDINAT
1º57’ - 3º11’ LS & 132º44’ - 134º14’ BT
ba
ua
LUAS WILAYAH
ap
20.840,83 km2
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
61.794 orang
tp
ht
K
abupaten Teluk Bintuni secara astronomis terletak antara 1º57’ hingga 3º11’ Lintang Selatan dan
131º30’ hingga 133º40’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Teluk Bintuni sebesar 20.840,83
km2. Luas wilayah ini menyumbang 20,91 persen luas Provinsi Papua Barat. Teluk Bintuni terbagi
dalam 24 distrik dengan komposisi 115 desa dan 2 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2017
diperkirakan mencapai 61.794 jiwa yang terdiri dari 34.067 laki-laki dan 27.727 perempuan. Jumlah
penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan oleh angka rasio jenis kelamin yang
mencapai 122,87 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis kelamin wanita terdapat 123 penduduk
berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif sebanyak 41.028 jiwa dengan rasio
ketergantungan sebesar 50,61.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT 2017 85
Gambar 35
CAPAIAN IPM
#7
o .id
.g
ps
62,39 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Teluk Bintuni masih berada dalam kategori “sedang”
yaitu 62,39. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang selama ini
diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup diapresiasi karena
pencapaian ini menjadikan Kabupaten Teluk Bintuni berada pada urutan ketiga IPM terbaik di Provinsi
Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Teluk Bintuni mengalami peningkatan 0,58 poin dibanding tahun
2016 yang berada di posisi 61,81. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan pembangunan
manusia Kabupaten Teluk Bintuni tahun 2016-2017 sebesar 0,94 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
59,83 tahun
o .id
2016
AHH
.g
59,48 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Teluk Bintuni tahun 2017 sebesar 59,83 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Teluk Bintuni memiliki peluang untuk dapat hidup hingga
mencapai 59 sampai 60 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami penduduk
Kabupaten Teluk Bintuni mencapai 13,48 persen yang bermakna bahwa banyaknya penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
11,70
HLS
o .id
.g
7,62
RLS
ps
.b
at
11,62
HLS
r
ba
ua
7,57
RLS
ap
2016 2017
//p
Menuju Masyarakat Kabupaten Teluk Bintuni yang Madani dan Berwawasan Luas
ht
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Teluk Bintuni selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. HLS Kabupaten Teluk Bintuni tahun 2017 tercatat sebesar 11,70 tahun dan hanya
mengalami peningkatan 0,08 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan
banyaknya tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Teluk Bintuni.
Angka 11,70 tahun bermakna bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Teluk Bintuni
diharapkan mencapai tingkat pendidikan SMA kelas 1 hingga kelas 2 (11-12 tahun masa sekolah).
o .id
.g
MANUSIA SEJAHTERA
ps
.b
r at
Pendapatan Per Kapita
2017
ba
ap
Menuju Masyarakat Kabupaten Teluk Bintuni yang Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Teluk Bintuni menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi.
Kemandirian dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan
dasar semakin meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita
Kabupaten Teluk Bintuni tahun 2017 berada pada posisi 9.463 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini
secara nominal meningkat sebesar 255 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 2,77 persen dibanding
tahun 2016.
Gambar 39
o.id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
at TITIK KOORDINAT
0º15’ - 3º25’ LS & 132º35’ - 134º45’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
3.186,28 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
166.780 orang
tp
ht
K
abupaten Manokwari terletak di bagian timur laut Provinsi Papua Barat yang secara astronomis
terletak antara 0º15’ hingga 3º25’ Lintang Selatan dan 132º35’ hingga 134º45’ Bujur Timur. Luas
wilayah Kabupaten Manokwari sebesar 3.186,28 km2. Luas wilayah ini menyumbang 3,20 persen luas
Provinsi Papua Barat. Manokwari terbagi dalam 9 distrik dengan komposisi 165 desa dan 9 kelurahan.
Jumlah penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 166.780 jiwa yang terdiri dari 88.526 laki-
laki dan 78.254 perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan
oleh angka rasio jenis kelamin yang mencapai 113,13 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis
kelamin wanita terdapat 113 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif
sebanyak 113.119 jiwa dengan rasio ketergantungan sebesar 47,44.
CAPAIAN IPM
#2
o .id
.g
ps
70,67 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Manokwari berada dalam kategori “tinggi” yaitu
sebesar 70,67. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang selama
ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup diapresiasi
karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Manokwari berada pada urutan kedua IPM terbaik di
Provinsi Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Manokwari mengalami peningkatan 0,33 poin dibanding
tahun 2016 yang berada di posisi 70,34. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan
pembangunan manusia Kabupaten Manokwari tahun 2016-2017 sebesar 0,47 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
68,00 tahun
o .id
2016
AHH
.g
67,84 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Manokwari tahun 2017 sebesar 68,00 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Manokwari memiliki peluang untuk dapat hidup hingga
mencapai 68 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami penduduk Kabupaten
Manokwari mencapai 13,23 persen yang berarti banyaknya penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
13,54
HLS
o .id
.g
7,92
RLS
ps
.b
at
13,51
HLS
r
ba
ua
7,85
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Manokwari selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. HLS Kabupaten Manokwari tahun 2017 tercatat sebesar 13,54 tahun dan mengalami
peningkatan 0,03 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan banyaknya
tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Manokwari. Angka HLS 13,54
tahun bermakna bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Manokwari diharapkan
mencapai tingkat pendidikan D1-D2 (13-14 tahun masa sekolah).
Gambar 43
.id
Pendapatan per Kapita Disesuaikan Kabupaten Manokwari, 2016 – 2017
o
.g
ps
MANUSIA SEJAHTERA
.b
r at
ba
2017
Menuju Masyarakat Kabupaten Manokwari yang Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Manokwari menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Kemandirian
dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan dasar semakin
meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita Kabupaten
Manokwari tahun 2017 berada pada posisi 11.595 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini secara
nominal meningkat sebesar 155 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 1,35 persen dibanding tahun
2016.
Gambar 44
o .id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
atTITIK KOORDINAT
1º00’ - 2º30’ LS & 131º00’ - 133º00’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
6.594,31 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
45.019 orang
tp
ht
K
abupaten Sorong Selatan terletak di Provinsi Papua Barat yang secara astronomis terletak antara
1º00’ hingga 2º30’ Lintang Selatan dan 131º00’ hingga 133º00’ Bujur Timur. Luas wilayah
Kabupaten Sorong Selatan sebesar 6.594,31 km2. Luas wilayah ini menyumbang 6,62 persen luas
Provinsi Papua Barat. Sorong Selatan terbagi dalam 15 distrik dengan komposisi 121 desa dan 2
kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 45.019 jiwa yang terdiri dari
23.523 laki-laki dan 21.496 perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang
ditunjukkan oleh angka rasio jenis kelamin yang mencapai 109,43 yang berarti setiap 100 penduduk
berjenis kelamin wanita terdapat 109 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia
produktif sebanyak 27.313 jiwa dengan rasio ketergantungan sebesar 64,83.
CAPAIAN IPM
#8
o .id
.g
ps
60,19 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Sorong Selatan baru beranjak dan berada dalam
kategori “sedang” sebesar 60,19. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-
harapan yang selama ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya
cukup diapresiasi karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Sorong Selatan berada pada urutan
ketiga IPM terbaik di Provinsi Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Sorong Selatan mengalami
peningkatan 0,99 poin dibanding tahun 2016 yang berada di posisi 59,20. Peningkatan tersebut
menjadikan laju pertumbuhan pembangunan manusia Kabupaten Sorong Selatan tahun 2016-2017
sebesar 1,67 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
65,63 tahun
o .id
2016
AHH
.g
65,49 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Sorong Selatan tahun 2017 sebesar 65,63 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Sorong Selatan memiliki peluang untuk dapat hidup
hingga mencapai 65 sampai 66 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami
penduduk Kabupaten Sorong Selatan mencapai 10,29 persen yang berarti banyaknya penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
12,28
HLS
o .id
.g
7,01
RLS
ps
.b
at
11,93
HLS
r
ba
ua
6,95
RLS
ap
2016 2017
//p
Menuju Masyarakat Kabupaten Sorong Selatan yang Madani dan Berwawasan Luas
ht
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Sorong Selatan selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. HLS Kabupaten Sorong Selatan tahun 2017 tercatat sebesar 12,28 tahun dan
mengalami peningkatan 0,35 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan
banyaknya tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Sorong Selatan.
Angka 12,28 tahun bermakna bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Sorong Selatan
diharapkan mencapai tingkat pendidikan SMA kelas 3 sampai kelas 4 (12 – 13 tahun masa sekolah).
Gambar 48
.id
Pendapatan Per Kapita Disesuaikan Kabupaten Sorong Selatan, 2016 – 2017
o
.g
ps
MANUSIA SEJAHTERA
.b
r at
ba
ua
Menuju Masyarakat Kabupaten Sorong Selatan Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Sorong Selatan menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi.
Kemandirian dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan
dasar semakin meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita
Kabupaten Sorong Selatan tahun 2017 berada pada posisi 5.904 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai
ini secara nominal meningkat sebesar 260 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 4,61 persen
dibanding tahun 2016.
Gambar 49
o .id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
at
TITIK KOORDINAT
0º33’ - 1º35’ LS & 130º40’ - 132º13’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
6.544,23 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
84.906 orang
tp
ht
K
abupaten Sorong terletak di Provinsi Papua Barat yang secara astronomis terletak antara 0º33’
hingga 1º35’ Lintang Selatan dan 130º40’ hingga 132º13’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Sorong sebesar 6.544,23 km persegi1). Luas wilayah ini menyumbang 6,57 persen luas Provinsi Papua
Barat. Sorong terbagi dalam 30 distrik dengan komposisi 226 desa dan 26 kelurahan. Jumlah penduduk
pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 84.906 jiwa yang terdiri dari 44.895 laki-laki dan 40.011
perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan oleh angka rasio
jenis kelamin yang mencapai 112,21 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis kelamin wanita terdapat
112 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif sebanyak 54.743 jiwa dengan
rasio ketergantungan sebesar 55,10.
CAPAIAN IPM
#4
o .id
.g
ps
63,42 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Sorong masih berada dalam kategori “sedang” yaitu
sebesar 63,42. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang selama
ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup diapresiasi
karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Sorong berada pada urutan keempat IPM terbaik di
Provinsi Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Sorong mengalami peningkatan 0,56 poin dibanding
tahun 2016 yang berada di posisi 62,42. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan
pembangunan manusia Kabupaten Sorong 2016-2017 sebesar 1,60 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
65,52 tahun
o .id
2016
AHH
.g
65,39 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Sorong tahun 2017 sebesar 65,52 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Sorong memiliki peluang untuk dapat hidup dan berumur
hingga mencapai 65 sampai 66 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami
penduduk Sorong mencapai 10,73 persen yang berarti banyaknya penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
13,05
HLS
o .id
.g
7,61
RLS
ps
.b
at
12,81
HLS
r
ba
ua
7,57
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Sorong selalu mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. HLS Kabupaten Sorong tahun 2017 tercatat sebesar 13,05 tahun dan mengalami peningkatan
0,24 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan banyaknya tahun yang
diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Sorong. Angka 13,05 tahun bermakna
bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Sorong diharapkan mencapai tingkat pendidikan
D1-D2 (13 -14 tahun masa sekolah).
Gambar 53
.id
Pendapatan Per Kapita Disesuaikan Kabupaten Sorong, 2016 – 2017
o
.g
ps
MANUSIA SEJAHTERA
.b
r at
ba
ua
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Sorong menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Kemandirian
dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan dasar semakin
meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita Kabupaten
Sorong tahun 2017 berada pada posisi 6.975 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini secara nominal
meningkat sebesar 412 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 6,28 persen dibanding tahun 2016.
Gambar 54
o.id
.g
GAMBARAN UMUM
ps
.b
at
TITIK KOORDINAT
0º45’ - 2º15’ LS & 129º15’ - 132º00’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
8.034,44 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
47.301 orang
tp
ht
K
abupaten Raja Ampat terletak di Provinsi Papua Barat yang secara astronomis terletak antara
0º45’ hingga 2º15’ Lintang Selatan dan 129º15’ hingga 132º00’ Bujur Timur. Luas wilayah
Kabupaten Raja Ampat sebesar 8.034,44 km2. Luas wilayah ini menyumbang 8,06 persen luas Provinsi
Papua Barat. Raja Ampat terbagi dalam 24 distrik dengan komposisi 117 desa dan 4 kelurahan. Jumlah
penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 47.301 jiwa yang terdiri dari 25.083 laki-laki dan
22.218 perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan oleh angka
rasio jenis kelamin yang mencapai 112,89 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis kelamin wanita
terdapat 112 hingga 113 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif sebanyak
29.697 jiwa dengan rasio ketergantungan sebesar 59,28.
CAPAIAN IPM
#6
o .id
.g
ps
62,35 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Raja Ampat masih berada dalam kategori “sedang”
yaitu sebesar 62,35. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang
selama ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup
diapresiasi karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Raja Ampat berada pada urutan keenam IPM
terbaik di Provinsi Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Raja Ampat mengalami peningkatan 0,40 poin
dibanding tahun 2016 yang berada di posisi 61,95. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan
pembangunan manusia Kabupaten Raja Ampat tahun 2016-2017 sebesar 0,65 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
64,26 tahun
o .id
2016
AHH
.g
64,16 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Raja Ampat tahun 2017 sebesar 64,26 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Raja Ampat memiliki peluang untuk dapat hidup dan
berumur hingga mencapai 64 sampai 65 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang
dialami penduduk Kabupaten Raja Ampat mencapai 8,45 persen yang berarti banyaknya penduduk
yang mengalami keluhan kesehatan cukup rendah.
MANUSIA CERDAS
11,79
HLS
o .id
.g
7,57
RLS
ps
.b
at
11,65
HLS
r
ba
ua
7,53
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Raja Ampat selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. HLS Kabupaten Raja Ampat tahun 2017 tercatat sebesar 11,79 tahun dan mengalami
peningkatan 0,14 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan banyaknya
tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Raja Ampat. Angka 11,79
tahun berarti harapan sekolah untuk masyarakat Raja Ampat hingga mencapai tingkat pendidikan SMA
kelas 1 atau kelas 2 (11-12 tahun masa sekolah).
Gambar 58
.id
Pendapatan per Kapita Kabupaten Raja Ampat, 2016 – 2017
o
.g
ps
MANUSIA SEJAHTERA
.b
r at
ba
ua
//p
Menuju Masyarakat Raja Ampat yang Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Raja Ampat menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Kemandirian
dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan dasar semakin
meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita Kabupaten
Raja Ampat tahun 2017 berada pada posisi 7,508 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini secara
nominal meningkat sebesar 115 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 1,56 persen dibanding tahun
2016.
Gambar 59
o .id
.g
GAMBARAN UMUM
ps
.b
r atTITIK KOORDINAT
2º25’ - 4º00’ LS & 131º30’ - 133º40’ BT
ba
ua
LUAS WILAYAH
ap
11.529,18 km2
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
13.785 orang
tp
ht
K
abupaten Tambrauw terletak di Provinsi Papua Barat yang secara astronomis terletak antara
2º25’ hingga 4º00’ Lintang Selatan dan 131º30’ hingga 133º40’ Bujur Timur. Luas wilayah
Kabupaten Tambrauw sebesar 11.529,18 km2. Luas wilayah ini menyumbang 11,57 persen luas
Provinsi Papua Barat. Tambrauw terbagi dalam 29 distrik dengan komposisi 216 desa. Jumlah
penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 13.785 jiwa yang terdiri dari 7.110 laki-laki dan 6.675
perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan oleh angka rasio
jenis kelamin yang mencapai 106,52 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis kelamin wanita terdapat
106 hingga 107 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif sebanyak 8.126
jiwa dengan rasio ketergantungan sebesar 69,64
CAPAIAN IPM
#13
o .id
.g
ps
51,01 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Tambrauw masih berada dalam kategori “rendah”
yaitu sebesar 51,01. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang
selama ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup
diapresiasi karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Tambrauw berada pada urutan terbuncit IPM
di Provinsi Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Tambrauw mengalami peningkatan 0,66 poin dibanding
tahun 2016 yang berada di posisi 50,35. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan
pembangunan manusia Kabupaten Tambrauw tahun 2016-2017 sebesar 1,31 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
59,29 tahun
o .id
2016
AHH
.g
59,16 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Tambrauw tahun 2017 sebesar 59,29 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Tambrauw memiliki peluang untuk dapat hidup dan
berumur hingga mencapai 59 sampai 60 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang
dialami penduduk Kabupaten Tambrauw mencapai 6,40 persen yang berarti banyaknya penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan cukup rendah.
MANUSIA CERDAS
11,20
HLS
o .id
.g
4,81
RLS
ps
.b
at
10,89
HLS
r
ba
ua
4,70
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Tambrauw selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. HLS Kabupaten Tambrauw tahun 2017 tercatat sebesar 11,20 tahun dan mengalami
peningkatan 0,31 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan banyaknya
tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Tambrauw. Angka 11,20
tahun berarti harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Tambrauw hingga mencapai tingkat
pendidikan SMA kelas 1 atau 2 (11-12 tahun masa sekolah).
Gambar 63
o .id
.g
MANUSIA SEJAHTERA
ps
.b
r at
Pendapatan Per Kapita
ba
2017
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Tambrauw menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Kemandirian
dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan dasar semakin
meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita Kabupaten
Tambrauw tahun 2017 berada pada posisi 4.626 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini secara
nominal meningkat sebesar 65 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 1,43 persen dibanding tahun
2016.
Gambar 64
o .id
.g
GAMBARAN UMUM
ps
.b
r at TITIK KOORDINAT
2º25’ - 2º30’ LS & 131º00’ - 133º00’ BT
ba
ua
LUAS WILAYAH
ap
5.461,69 km2
//p
s:
JUMLAH PENDUDUK
tp
39.191 orang
ht
K
abupaten Maybrat terletak di Provinsi Papua Barat yang secara astronomis terletak antara 2º25’
hingga 2º30’ Lintang Selatan dan 131º00’ hingga 133º00’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Maybrat sebesar 5.461,69 km2. Luas wilayah ini menyumbang 5,48 persen luas Provinsi Papua Barat.
Maybrat terbagi dalam 24 distrik dengan komposisi 259 desa dan 1 kelurahan. Jumlah penduduk pada
tahun 2017 diperkirakan mencapai 39.191 jiwa yang terdiri dari 19.896 laki-laki dan 19.295 perempuan.
Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan oleh angka rasio jenis kelamin
yang mencapai 103,11 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis kelamin wanita terdapat 103
penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif sebanyak 28.170 jiwa dan sisanya
sebanyak 11.021 jiwa non produktif dengan rasio ketergantungan sebesar 39,12.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT 2017 133
Gambar 65
CAPAIAN IPM
#11
o .id
.g
ps
57,23 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Maybrat masih berada dalam kategori “rendah” yaitu
sebesar 57,23. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang selama
ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya cukup diapresiasi
karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Maybrat berada pada urutan kesebelas IPM di Provinsi
Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Maybrat mengalami peningkatan 0,88 poin dibanding tahun 2016
yang berada di posisi 56,35. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan pembangunan
manusia Kabupaten Maybrat tahun 2016-2017 sebesar 1,56 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
64,80 tahun
o .id
2016
AHH
.g
64,73 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Maybrat tahun 2017 sebesar 64,80 tahun. Angka ini
bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Maybrat memiliki peluang untuk dapat hidup dan berumur
hingga mencapai 64 sampai 65 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami
penduduk Maybrat mencapai 8,29 persen yang berarti banyaknya penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
12,53
HLS
o .id
.g
6,43
RLS
ps
.b
at
12,31
HLS
r
ba
ua
6,33
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Maybrat selalu mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. HLS Kabupaten Maybrat tahun 2017 tercatat sebesar 12,53 tahun dan mengalami
peningkatan 0,22 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan banyaknya
tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Maybrat. Angka 12,53 tahun
bermakna bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten Maybrat diharapkan hingga mencapai
tingkat pendidikan SMA kelas 3 atau D1 (12-13 tahun masa sekolah).
Gambar 68
o .id
.g
MANUSIA SEJAHTERA
ps
.b
r at
Pendapatan Per Kapita
ba
2017
Menuju Masyarakat Kabupaten Maybrat yang Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Maybrat menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Kemandirian
dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan dasar semakin
meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita Kabupaten
Maybrat tahun 2017 berada pada posisi 4.905 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini secara nominal
meningkat sebesar 213 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 4,54 persen dibanding tahun 2016.
Gambar 69
o.id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
atTITIK KOORDINAT
1º05’ - 2º05’ LS & 133º45’ - 134º25’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
2.812,44 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
22.983 orang
tp
ht
K
abupaten Manokwari Selatan terletak di bagian timur laut Provinsi Papua Barat yang secara
astronomis terletak antara 1º05’ hingga 2º05’ Lintang Selatan dan 133º45’ hingga 134º25’ Bujur
Timur. Luas wilayah Kabupaten Manokwari Selatan sebesar 2.812,44 km2. Luas wilayah ini
menyumbang 2,82 persen luas Provinsi Papua Barat. Manokwari Selatan terbagi dalam 6 distrik dengan
komposisi 57 desa. Jumlah penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 22.983 jiwa yang terdiri
dari 11.970 laki-laki dan 11.013 perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi wilayah ini
yang ditunjukkan oleh angka rasio jenis kelamin yang mencapai 108,69 yang berarti setiap 100
penduduk berjenis kelamin wanita terdapat 108 hingga 109 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah
penduduk usia produktif sebanyak 14.716 jiwa dengan rasio ketergantungan sebesar 56,18.
CAPAIAN IPM
#10
o .id
.g
ps
58,08 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Manokwari Selatan masih berada dalam kategori
“rendah” yaitu sebesar 58,08. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-
harapan yang selama ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya
cukup diapresiasi karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Manokwari Selatan berada pada
urutan kesepuluh IPM di Provinsi Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Manokwari Selatan mengalami
peningkatan 0,96 poin dibanding tahun 2016 yang berada di posisi 57,12. Peningkatan tersebut
menjadikan laju pertumbuhan pembangunan manusia Kabupaten Manokwari Selatan tahun 2016-2017
sebesar 1,68 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
66,96 tahun
o .id
2016
AHH
.g
66,82 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Manokwari Selatan tahun 2017 sebesar 66,96 tahun. Angka
ini bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Manokwari Selatan memiliki peluang untuk dapat
hidup dan berumur hingga mencapai 66 sampai 67 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas)
yang dialami penduduk Kabupaten Manokwari Selatan mencapai 8,29 persen yang bermakna bahwa
banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan cukup rendah.
MANUSIA CERDAS
12,27
HLS
o .id
.g
6,37
RLS
ps
.b
at
12,20
HLS
r
ba
ua
6,32
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Manokwari Selatan selalu mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. HLS Kabupaten Manokwari Selatan tahun 2017 tercatat sebesar 12,27 tahun dan
mengalami peningkatan 0,07 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan
banyaknya tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Manokwari
Selatan. Angka 12,27 tahun bermakna bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten
Manokwari Selatan diharapkan mencapai tingkat pendidikan SMA kelas 3 atau D1 (12-13 tahun masa
sekolah).
o .id
.g
MANUSIA SEJAHTERA
ps
.b
at
2017
Menuju Masyarakat Kabupaten Manokwari Selatan Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Manokwari Selatan menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi.
Kemandirian dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan
dasar semakin meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita
Kabupaten Manokwari Selatan tahun 2017 berada pada posisi 5.012 ribu rupiah per kapita per tahun.
Nilai ini secara nominal meningkat sebesar 310 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 6,59 persen
dibanding tahun 2016.
Gambar 74
o .id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
TITIK KOORDINAT
at
0º55’ - 1º40’ LS & 133º10’ - 134º05’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
2.773,74 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
29.731 orang
tp
ht
K
abupaten Pegunungan Arfak terletak di Provinsi Papua Barat yang secara astronomis terletak
antara 0º55’ hingga 1º40’ Lintang Selatan dan 133º10’ hingga 134º05’ Bujur Timur. Luas wilayah
Kabupaten Pegunungan Arfak sebesar 2.773,74 km2. Luas wilayah ini menyumbang 2,78 persen luas
Provinsi Papua Barat. Pegunungan Arfak terbagi dalam 10 distrik dengan komposisi 166 desa. Jumlah
penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 29.731 jiwa yang terdiri dari 14.803 laki-laki dan
14.928 perempuan. Jumlah penduduk wanita masih mendominasi wilayah ini yang ditunjukkan oleh
angka rasio jenis kelamin yang mencapai 99,163 yang berarti setiap 100 penduduk berjenis kelamin
wanita hanya terdapat 99 penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif
sebanyak 20.608 jiwa dengan rasio ketergantungan sebesar 44,27
CAPAIAN IPM
#12
o .id
.g
ps
54,39 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kabupaten Pegunungan Arfak masih berada dalam kategori
“rendah” yaitu sebesar 54,39. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-
harapan yang selama ini diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya
cukup diapresiasi karena pencapaian ini menjadikan Kabupaten Pegunungan Arfak berada pada urutan
kedua terbuncit IPM di Provinsi Papua Barat. Angka IPM Kabupaten Pegunungan Arfak mengalami
peningkatan 0,50 poin dibanding tahun 2016 yang berada di posisi 53,89. Peningkatan tersebut
menjadikan laju pertumbuhan pembangunan manusia Kabupaten Pegunungan Arfak tahun 2016-2017
sebesar 0,93 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
66,72 tahun
o .id
2016
AHH
.g
66,61 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kabupaten Pegunungan Arfak tahun 2017 sebesar 66,72 tahun. Angka
ini bermakna setiap bayi yang lahir di Kabupaten Pegunungan Arfak memiliki peluang untuk dapat hidup
dan berumur hingga mencapai 66 sampai 67 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang
dialami penduduk Kabupaten Pegunungan Arfak mencapai 11,12 persen yang berarti banyaknya
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
11,27
HLS
o .id
.g
4,91
RLS
ps
.b
at
11,07
HLS
r
ba
ua
4,90
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Pegunungan Arfak selalu mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. HLS Kabupaten Pegunungan Arfak tahun 2017 tercatat sebesar 11,27 tahun dan
mengalami peningkatan 0,20 poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan
banyaknya tahun yang diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kabupaten Pegunungan
Arfak. Angka 11,27 tahun bermakna bahwa harapan sekolah untuk masyarakat Kabupaten
Pegunungan Arfak diharapkan hingga mencapai tingkat pendidikan SMA kelas 2 atau 3 (11-12 tahun
masa sekolah).
Gambar 78
.id
Pendapatan per Kapita Disesuaikan Kabupaten Pegunungan Arfak, 2016 – 2017
o
.g
ps
MANUSIA SEJAHTERA
.b
r at
ba
ua
Menuju Masyarakat Kabupaten Pegunungan Arfak Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat
Kabupaten Pegunungan Arfak menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi.
Kemandirian dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan
dasar semakin meningkat dan mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita
Kabupaten Pegunungan Arfak tahun 2017 berada pada posisi 4.683 ribu rupiah per kapita per tahun.
Nilai ini secara nominal meningkat sebesar 89 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 1,94 persen
dibanding tahun 2016.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT 2017 153
o .id
.g
ps
.b
r at
ba
ua
Gambar 79
o .id
GAMBARAN UMUM
.g
ps
.b
atTITIK KOORDINAT
0º54’ LS & 131º51’ BT
r
ba
ua
LUAS WILAYAH
656,64 km2
ap
//p
JUMLAH PENDUDUK
s:
239.815 orang
tp
ht
Sumber: Publikasi Kota Sorong dalam Angka 2016 dan BPS Provinsi Papua Barat
K
ota Sorong terletak di Provinsi Papua Barat yang secara astronomis terletak antara 0º54’ Lintang
Selatan dan 131º51’ Bujur Timur. Luas wilayah Kota Sorong sebesar 656,64 km2. Luas wilayah
ini menyumbang 0,66 persen luas Provinsi Papua Barat. Kota Sorong terbagi dalam 10 distrik dengan
komposisi 41 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 239.815 jiwa yang
terdiri dari 125.015 laki-laki dan 114.800 perempuan. Jumlah penduduk pria masih mendominasi
wilayah ini yang ditunjukkan oleh angka rasio jenis kelamin yang mencapai 108,90 yang berarti setiap
100 penduduk berjenis kelamin wanita terdapat 108 hingga 109 penduduk berjenis kelamin laki-laki.
Jumlah penduduk usia produktif sebanyak 162.666 jiwa dan sisanya sebanyak 77.149 jiwa non
produktif dengan rasio ketergantungan sebesar 47,43
CAPAIAN IPM
#1
o .id
.g
ps
76,73 .b
r at
ba
ua
P
ada prinsipnya setiap wilayah mengharapkan kondisi yang ideal dan sempurna dalam hal
pembangunan manusia karena dengan pembangunan manusia yang mencapai titip optimal,
diyakini akan mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di daerah
tersebut. Tak ayal setiap pemerintah daerah terus melakukan perbaikan demi mencapai kondisi yang
idel tersebut. Pembangunan manusia Kota Sorong masih berada dalam kategori “tinggi” yaitu sebesar
76,73. Angka ini tentu belum cukup untuk dapat merealisasikan harapan-harapan yang selama ini
diimpikan. Akan tetapi pencapaian angka pembangunan ini sudah selayaknya diapresiasi karena
pencapaian ini menjadikan Kota Sorong berada pada urutan pertama IPM terbaik di Provinsi Papua
Barat. Angka IPM Kota Sorong mengalami peningkatan 0,40 poin dibanding tahun 2016 yang berada
di posisi 76,33. Peningkatan tersebut menjadikan laju pertumbuhan pembangunan manusia Kota
Sorong 2016-2017 sebesar 0,52 persen.
MANUSIA SEHAT
2017
AHH
69,67 tahun
o .id
2016
AHH
.g
69,36 tahun
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
B
erbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses, pelayanan
kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya dapat
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas adalah terkait
peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kesehatan yang baik tentu
akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.
Angka harapan hidup Kota Sorong tahun 2017 sebesar 69,67 tahun. Angka ini bermakna
setiap bayi yang lahir di Kota Sorong memiliki peluang untuk dapat hidup dan berumur hingga mencapai
70 tahun. Sementara itu, angka kesakitan (morbiditas) yang dialami penduduk Kota Sorong mencapai
12,63 persen yang berarti banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan cukup tinggi.
MANUSIA CERDAS
14,01
HLS
o .id
.g
10,92
RLS
ps
.b
at
14,00
HLS
r
ba
ua
10,91
RLS
ap
2016 2017
//p
P
endidikan bukanlah menjadi hal baru dalam hal pengembangan modal manusia. Pembangunan
manusia tida hanya didasari oleh pengembangan akan berbagai aspek yang telah dijelaskan
sebelumnya melainkan lebih ke bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan dapat difungsikan sebagai motor penggerak
terbentuknya masyarakat yang madani dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya, peluang,
dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Kota Sorong selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. HLS Kota Sorong tahun 2017 tercatat sebesar 14,01 tahun dan mengalami peningkatan 0,01
poin dari tahun sebelumnya. Harapan lama sekolah menggambarkan banyaknya tahun yang
diharapkan untuk dapat sekolah bagi masyarakat Kota Sorong. Angka 14,01 tahun berarti harapan
sekolah untuk masyarakat Fakfak dihrapkan hingga mencapai tingkat pendidikan D2 (14 tahun masa
sekolah).
Gambar 83
o .id
.g
MANUSIA SEJAHTERA
ps
.b
r at
Pendapatan Per Kapita
ba
2017
Menuju Masyarakat Kota Sorong yang Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
T
ujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan masyarakat Kota
Sorong menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Kemandirian dapat terbentuk
dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga kebutuhan dasar semakin meningkat dan
mengarah pada kebutuhan sekunder dan tersier. Pendapatan per kapita Kota Sorong tahun 2017
berada pada posisi 13.141 ribu rupiah per kapita per tahun. Nilai ini secara nominal meningkat sebesar
283 ribu rupiah atau mengalami peningkatan 2,20 persen dibanding tahun 2016.
.id
76,73 (Kota Sorong). Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Umur Harapan Hidup (UHH)
o
saat lahir berkisar antara 58,26 tahun (Kabupaten Teluk Wondama) hingga 69,367 tahun (Kota
.g
Sorong). Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah (HLS) berkisar antara
ps
10,81 tahun (Kabupaten Teluk Wondama) hingga 14,01 tahun (Kota Sorong), serta Rata-rata
.b
Lama Sekolah (RLS) berkisar antara 4,81 tahun (Kabupaten Tambrauw) hingga 10,92 tahun (Kota
at
Sorong). Sedangkan, pengeluaran per kapita disesuaikan di tingkat kabupaten/kota berkisar
r
ba
antara 4,62 juta rupiah per tahun (Kabupaten Tambrauw) hingga 13,14 juta rupiah per tahun (Kota
ua
Sorong).
ap
didominasi oleh pembangunan manusia berstatus “sedang” dengan 6 kabupaten yang disandang
tp
oleh Kabupaten FakFak, Sorong, Kaimana, Teluk Bintuni, Raja Ampat, dan Sorong Selatan.
ht
Sementara itu, masih ditemukan pembangunan manusia dengan status “rendah” sebanyak 5
kabupaten/kota yaitu Kabupaten Teluk Wondama, Manokwari Selatan, Maybrat, Pegunungan
Arfak, dan Tambrauw. Di sisi lain, hanya terdapat 2 kabupaten/kota yang berstatus pembangunan
manusia “tinggi” yaitu Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari.
Jika dilihat dari peringkatnya, terjadi perubahan peringkat yang terjadi pada Kabupaten
Teluk Bintuni dan Raja Ampat. Kabupaten Raja Ampat mengalami penurunan satu peringkat dari
posisi 6 pada tahun 2016 menjadi posisi 7 di tahun 2017. Sementara Kabupaten Teluk Bintuni
mengalami peningkatan peringkat pembangunan manusia dari posisi 7 pada tahun 2016 menjadi
posisi 6 di tahun 2017. Peningkatan peringkat Kabupaten Teluk Bintuni disebabkan oleh
setidaknya tiga peningkatan angka yang cukup mencolok. Peningkatan tersebut adalah perubahan
angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Teluk Bintuni (0,05) yang lebih tinggi dibanding
Kabupaten Raja Ampat. (0,04). Penyebab lainnya adalah peningkatan pengeluaran per kapita
yang disesuaikan Kabupaten Teluk Bintuni sebesar Rp255.000/kapita/tahun yang lebih cepat dari
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT 2017 165
pada Kabupaten Raja Ampat yang sebesar Rp115.000/kapita/tahun. Selain itu kecepatan
perubahan umur harapan hidup Kabupaten Teluk Bintuni sebesar 0,35 tahun lebih besar dibanding
Kabupaten Raja Ampat yang hanya sebesar 0,10 tahun.
o .id
.g
ps
.b
r at
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
IPM merupakan indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan kinerja
program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai
gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya.
Demikian juga kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan
oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak
.id
kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan
o
.g
kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak.
ps
Dalam perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan tuntunan dalam
.b
menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program. Hal ini juga merupakan
at
tuntunan dalam mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan kebijakan umum yang telah ditentukan
r
ba
pembangunan manusia, baik dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia (kesehatan dan
ap
kesejahteraan) maupun yang bersifat nonfisik (intelektualitas). Pembangunan yang berdampak pada
//p
kondisi fisik masyarakat diharapkan tercermin dalam angka harapan hidup dan kemampuan daya beli,
s:
sedangkan untuk dampak non-fisiknya (intelektualitas) bisa dilihat dari tingkat pendidikan yang
tp
Namun perlu diingat bahwa IPM bukanlah satu-satunya alat ukur untuk menilai keberhasilan
dalam pembangunan manusia. Karena dimensi pembangunan manusia yang diukur oleh IPM hanya
meliputi tiga indikator saja, yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Aspek-aspek lain seperti
kesetaran jender, tingkat partisipasi masyarakat, kesehatan mental dan lainnya. Sehingga evaluasi
dalam pembangunan manusia perlu juga melihat indikator-indikator lain.
Penyusunan publikasi ini merupakan salah satu langkah awal sebuah proses jangka panjang
menuju masyarakat Provinsi Papua Barat yang lebih sejahtera. Langkah ini perlu diteruskan dan diikuti
dengan langkah-langkah lanjutannya. Melalui publikasi ini diharapkan Pemerintah Daerah Provinsi
Papua Barat dapat dengan lebih mudah menemukenali permasalahan dan tantangan yang dihadapi,
serta kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Hanya pemerintah yang sadar akan keadaan dirinya
sendiri yang mampu merumuskan program kerja yang relevan dan efektif. Sebagai langkah awal,
tinjauan keadaan pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat ini memang belum sempurna, tetapi
langkah awal ini sudah berada pada track yang benar.
Berdasarkan pembahasan pada Bab 3, terlihat bahwa dari data pencapaian Indeks
Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat pada tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa pencapaian
Indeks Pendidikan belum menggembirakan dan memberikan kontribusi yang paling kecil dibandingkan
dengan Indeks Pengeluaran maupun Indeks Kesehatan, sehingga dalam upaya meningkatkan capaian
pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat, maka Indeks pendidikan menjadi kunci penting untuk
meningkatkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), karena melihat capaian indeks
.id
pengeluaran dan indeks kesehatan yang sudah cukup tinggi.
o
Di sektor pendidikan, penurunan angka putus sekolah dan peningkatan angka keberlanjutan
.g
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus tetap menjadi prioritas yang utama, mengingat hal ini akan
ps
berdampak pada meningkatnya pencapaian angka rata-rata lama bersekolah penduduk usia sekolah di
.b
Provinsi Papua Barat, disamping terus melakukan upaya penuntasan buta huruf, dan juga upaya-upaya
r at
lainnya seperti pembangunan dan revitalisasi gedung-gedung sekolah sebagai upaya meningkatkan
ba
Memperbaiki akses dan pemerataan pendidikan di daerah dengan penduduk yang tinggal
ap
terpencar-pencar seperti Provinsi Papua Barat bukanlah masalah yang sederhana, dan akan
//p
memerlukan upaya yang berbeda dari upaya-upaya perluasan akses dan pemerataan di wilayah yang
s:
padat dan merata penduduknya. Dalam pembahasan bab sebelumnya, jarak tempuh menuju sekolah
tp
SD, SMP dan SMA terdekat masih merupakan salah satu alasan meningkatnya angka putus sekolah
ht
bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil. Untuk mengatasi persoalan ini perlu dipikirkan
pendekatan-pendekatan yang tidak konvensional demi mendekatkan sekolah kepada tempat tinggal
para siswa. Pendekatan melalui pembentukan sekolah terpadu yang mencakup SD dan SMP
sebagaimana telah dikembangkan di banyak daerah terpencil merupakan satu alternatif kebijakan yang
perlu dipertimbangkan secara serius di Provinsi Papua Barat.
Lebih dari itu, bahkan untuk daerah yang benar-benar terpencil dapat dipertimbangkan
sekolah-sekolah dengan ruang yang berisi multi kelas. Literatur internasional menunjukkan bahwa
pendekatan ruang dengan multi kelas secara empiris dapat memfasilitasi proses pembelajaran dengan
kualitas yang tidak kalah dari kelas konvensional. Pendekatan ini dapat mulai dicoba untuk diterapkan
di daerah-daerah terpencil yang ada di Provinsi Papua Barat. Upaya-upaya lainnya yang terbilang
standar seperti perbaikan sekolah dan ruang kelas untuk menjaga kelayakan fisik tetap harus dilakukan
untuk mempertahankan daya tampung dan mendukung proses pembelajaran yang lebih baik.
Upaya peningkatan mutu dan efisiensi internal perlu dilakukan dan diarahkan pertama-tama
.id
kepada mereka yang bertugas di sekolah-sekolah pelosok yang umumnya kualifikasi rata-ratanya lebih
rendah dan bahkan seringkali gurunya tidak lengkap jumlahnya. Di tempat-tempat seperti ini kapasitas
o
.g
guru dituntut untuk lebih tinggi karena peran yang dimainkannya seringkali lebih banyak dibanding guru-
ps
guru di sekolah perkotaan yang relatif serba lebih lengkap.
.b
Dalam bab sebelumnya juga dikemukakan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan di
at
masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan masih sangat kecil. Mereka lebih cenderung menyuruh
r
ba
anak-anak mereka untuk bekerja atau membantu mencari nafkah keluarga dibanding untuk menyuruh
ua
anak-anak mereka sekolah, bahkan terhadap anak-anak perempuan mereka, orangtua lebih cenderung
menikahkan anak-anak perempuan mereka pada usia muda. Upaya meningkatkan kesadaran akan
ap
pentingnya pendidikan bagi masyarakat pedesaan ini, tidak bisa dilepaskan dari upaya memperbaiki
//p
kualitas pendidikan itu sendiri. Secara singkat, perbaiki kualitas pendidikan kemudian tunjukkan kepada
s:
masyarakat bahwa bersekolah dan tidak akan memiliki perbedaan yang signifikan, maka masyarakat
tp
Prestasi dan
Peningkatan
Penghargaan
Sarana dan
Bidang
Prasarana
Pendidikan
.id
Peningkatan
Pengembangan
Pemasaran
Kurikulum
o
Stakeholders
.g
ps
.b
Peningkatan
at
Peningkatan
Peningkatan Fasilitas &
r
Pendidikan
ba
Kualitas Penyelenggaraan
Kepemudaan
Pendidikan
ua
ap
//p
Sumber: -
s:
tp
Meskipun Indeks Pengeluaran merupakan indeks penyusun IPM nomor dua paling kecil
kontribusinya terhadap capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat pada tahun
2017, namun prioritas terhadap bidang ekonomi juga perlu dilakukan, mengingat indikator komponen
penyusun Indeks Pengeluaran, yakni pengeluaran yang disesuaikan (indeks daya beli)merupakan
indikator komponen yang pertumbuhannya cukup lambat dibandingkan dengan Indeks pendidikan dan
memberikan kontribusi terkecil kedua setelah Indeks Pendidikan, bahkan lebih lambat dan lebih kecil
bila dibandingkan dengan Indeks Pendidikan dengan indikator harapan lama sekolah (HLS) dan rata-
rata lama sekolah (RLS)..
Begitu pula halnya dalam menyusun program-program kerja ke depan, Pemerintah Daerah
Provinsi Papua Barat juga perlu memberikan prioritas utama dalam upaya meningkatkan kemampuan
daya beli masyarakat guna meningkatkan pencapaian IPM Provinsi Papua Barat.
Satu-satunya instrumen untuk meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat adalah
pendapatan. Karena pendapatan menjadi ukuran untuk melihat sejauhmana daya beli masyarakat
.id
proses untuk mencapai daya beli itu sendiri ada pada pengembangan perekonomian. Peningkatan
indeks perekonomian (indeks daya beli) merupakan akibat dari pengembangan perekonomian.
o
.g
Sementara berbicara persoalan perekonomian, ia pun tidak berdiri sendiri karena saling terkait dengan
ps
kondisi ekonomi makro nasional. Bila terjadi guncangan ekonomi makro nasional, maka dengan
.b
sendirinya memberikan pengaruh kepada perekonomian Provinsi Papua Barat. Hal serupa juga
at
menyangkut kebijakan investasi, masalah kepastian hukum, dan sebagainya. Singkat kata, kebijakan
r
ba
ekonomi tidaklah berdiri tunggal, karena sangat bergantung kepada ekonomi makro nasional dan
ua
Provinsi Papua Barat terhadap rendahnya pencapaian Indeks Pengeluaran di masyarakat. Atau jika
//p
dipandang perlu, Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat dapat melakukan berbagai terobosan dan
s:
kebijakan. Misalnya, alokasi anggaran APBD bisa lebih difokuskan kepada peningkatan daya beli
tp
dengan merumuskan tujuan bersama dengan menempatkan para pemangku kepentingan (stakeholder)
ht
seperti organisasi kemasyarakatan (ormas), perguruan tinggi (akademisi) dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) sebagai leading sector dalam peningkatan pencapaian Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat. Upaya ini akan menjadikan para pemangku kepentingan sebagai
ujung tombak dalam peningkatan daya beli masyarakat yang kemudian juga akan memunculkan
kreativitas secara bersama-sama untuk membuat masyarakat lebih sejahtera.
Atau juga misalnya dengan menciptakan kesempatan kerja yang seluas-luasnya, karena
faktor yang memengaruhi tingkat pendapatan masyarakat adalah lapangan pekerjaan yang pada
akhirnya akan mendatangkan penghasilan atau upah bagi masyarakat. Untuk itu, diperlukan adanya
employment generating growth strategy yang meliputi (a) komitmen politik untuk mencapai kesempatan
kerja penuh; (b) pembangunan sumber daya manusia, termasuk pelatihan kembali tenaga kerja untuk
mengantisipasi tantangan dan perubahan global; (c) pemberdayaan usaha kecil dan sektor informal;
dan (d) meningkatkan akses pada tanah sebagai salah satu faktor produksi utama sektor pertanian.
Untuk mewujudkan komitmen politik untuk mencapai kesempatan kerja penuh, perlu untuk
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT 2017 173
secara sadar mengarahkan keputusan investasi publik dan instrumen kebijakan untuk mengarahkan
dinamika sektor swasta pada penciptaan kesempatan kerja baru. APBD sebagai salah satu instrumen
fiskal terpenting perlu difokuskan pada kegiatan-kegiatan prioritas yang berorientasi pada penciptaan
lapangan kerja dan dapat menjadi media untuk membangun komitmen bersama antar para pemaku
kepentingan (stakeholder).
Di bidang sumber daya manusia, pelatihan kembali tenaga kerja professional dan teknisi
seyogyanya diarahkan untuk meningkatkan pemahaman dan kemudian mengikuti standar kebutuhan
.id
teknis. Sementara untuk memperkuat sektor pertanian yang menjadi andalan Provinsi Papua Barat
sebagai lapangan usaha yang paling besar menyerap tenaga kerja, pelatihan perlu diberikan kepada
o
.g
para petani melalui perbaikan lembaga penyuluhan kembali agar intensitas bimbingan dan penyuluhan
ps
dapat berkelanjutan.
.b
Upaya memperkuat usaha kecil dan sektor informal sebaiknya difokuskan pada perluasan
at
akses terhadap kredit usaha kecil yang disertai dengan bimbingan. Langkah ini perlu difasilitasi
r
ba
pemerintah daerah terkait dengan penyelesaian kredit macet yang terjadi maupun pengembangan
ua
skim-skim lain yang dapat membuat kelompok usaha kecil memiliki kemampuan dalam mengelola
kredit, termasuk di dalamnya pembinaan usaha kecil agar lebih memahami persyaratan administrasi
ap
dan keuangan. Pembinaan yang lain adalah pembinaan usaha bisnis terkait dengan pemasaran dan
//p
perbaikan mutu produk yang selama ini menjadi kendala utama usaha kecil.
s:
Akses pada tanah perlu diperluas dan diarahkan pada upaya untuk menjadikannya sebagai
tp
asset dalam pengertian yang luas yang bisa mendukung akses pada fasilitas kredit modal kerja.
ht
Sertifikasi tanah yang dimiliki para petani perlu diintensifkan dalam rangka membantu petani
memperoleh kredit maupun bantuan lainnya. Akses terhadap tanah juga dapat dilakukan bagi buruh
tani ataupun petani penggarap untuk dapat memiliki hak pakai dari lahan-lahan produktif yang tidak
diusahakan.
Dan terakhir, fokus juga perlu ditujukan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang rentan
terhadap gejolak, khususnya kenaikan harga kebutuhan pokok. Kelompok ini termasuk ke dalam
kelompok paling miskin sepanjang hidupnya yakni kelompok yang tidak pernah keluar dari garis
kemiskinan. Kelompok ini perlu dibantu dengan subsidi pemerintah, baik melalui beras sejahtera
(RASTRA), bantuan langsung tunai (BLT), pelayanan gratis kesehatan (JAMKESMAS), maupun
jangkauan gratis akses pendidikan (BSM). Kelompok-kelompok ini umumnya terdapat di daerah-daerah
tertinggal seperti di desa-desa dan distrik-distrik pedalaman.
Penumbuhan Agribisnis/Kewirausahaan
Pengembangan Jasa/perdagangan/Wisata
.id
Peningkatan Produksi/Produktivitas
Standar Hidup Layak
o
Pengembangan Wilayah Perdesaan Berbasis Komoditas
.g
Upaya Pemberdayaan Masyarakat & Penguatan Kelembagaan
ps
Perekonomian yang Kemudahan Akses Permodalan
.b
Berkualitas at
Pengembangan Nilai tambah Produk dan Daya Saing
r
Revitalisasi Sektor Pertanian & Kelautan
ba
IPM
//p
s:
Sumber: -
tp
ht
Sektor kesehatan adalah prioritas ketiga dalam pembangunan manusia setelah sektor
perekonomian dan sektor pendidikan. Banyak dan kompleksnya permasalahan kesehatan yang
dihadapi Pemerintah Provinsi Papua Barat akan membutuhkan penanganan bertahap dengan langkah-
langkah yang strategis demi memaksimalkan kapasitas fiskal, sumber daya manusia dan kelembagaan
yang tersedia. Dengan latar belakang untuk memperbaiki capaian pembangunan manusia dan
menyiapkan sumber daya manusia bagi pembangunan yang lebih bermakna maka langkah-langkah
strategis tersebut perlu dilaksanakan secara fokus.
Di sektor kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat mesti lebih intensif dalam hal
perbaikan angka harapan hidup dan penurunan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu
(AKI), yang banyak dipengaruhi oleh faktor pelayanan kesehatan, lingkungan dan perilaku masyarakat.
Intervensi pelayanan diarahkan dalam rangka memperbaiki faktor lingkungan dan perilaku
masyarakat. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik,
.id
yang perlu dilakukan adalah dengan cara pemantauan tumbuh kembang balita dan pemberian
suplemen gizi.
o
.g
Di bidang sumber daya manusia, prioritas perlu diberikan pada pengembangan tenaga
ps
paramedis yang handal. Hambatan yang dihadapi selama ini untuk merekrut tenaga medis dokter
.b
seyogyanya tidak dijadikan hambatan yang terlalu mengganggu dalam upaya memperbaiki sumber
at
daya manusia kesehatan dan pelayanan kesehatan secara umum.
r
ba
ua
Gambar 85
ap
Antenatal Care
s:
tp
• Gizi
ht
Sumber: -
.id
Kedua, Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat perlu menyelenggarakan pertemuan tingkat
tinggi, semacam social summit dalam rangka menggalang kesepakatan sosial pembangunan manusia
o
.g
di Provinsi Papua Barat. Melalui pertemuan yang inklusif dari seluruh pemangku kepentingan
ps
(stakeholder), tujuan dan sasaran pembangunan manusia dapat diangkat menjadi komitmen politik
.b
semua pihak. at
Ketiga, pembagian kerja antara pemerintah daerah dan masyarakat di antara berbagai
r
ba
tingkatan pemerintahan perlu segera ditetapkan. Hal ini penting untuk menghindari duplikasi dan atau
ua
kekosongan dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam pembagian kerja ini, perlu dipertimbangkan dua
hal, yaitu keunggulan relatif masing-masing serta sinergi antarkomponen tersebut. Sementara itu
ap
pembagian kerja antara pemerintah dengan swasta adalah dalam kaitannya dengan penyediaan barang
//p
dan jasa kepentingan bersama atau perseorangan. Sinergi juga diperlukan antara kegiatan swasta,
s:
pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar daya guna dan hasil guna pengeluaran swasta dan
tp
pemerintah meningkat.
ht
Keempat, Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat perlu menyusun rencana dan biaya-
biaya program pembangunan manusia serta strategi pembiayaannya. Taksiran kebutuhan dana
pembangunan dan sumber dana pembangunan ini merupakan langkah awal menuju ke allocative
efficiency and operational efficiency. Langkah ini juga akan menyadarkan kepada kita semua bahwa
tidak ada daerah yang terlalu miskin untuk segera memulai pembangunan manusia.
Kelima, program pembangunan manusia yang sekarang sedang dilaksanakan perlu
dievaluasi efektivitas dan efisiensinya. Disamping itu, evaluasi juga perlu untuk pertanggung gugatan
program-program pembangunan. Tidak pada tempatnya kalau kita dari tahun ke tahun selalu
meningkatkan alokasi dana untuk program-program pembangunan yang ternyata tidak membantu
memecahkan permasalahan riil yang dihadapi masyarakat. Hasil evaluasi juga dapat dimanfaatkan
untuk menyusun pembiayaan program-program pembangunan ke depan. Semua itu penting untuk
meningkatkan hasil guna dan daya guna dari dana pembangunan yang masih terbatas.
Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Provinsi di Indonesia, 2012 – 2017 (dalam tahun)
.id
Jambi 70,19 70,35 70,43 70,56 70,71 70,76
o
Sumatera Selatan 68,67 68,84 68,93 69,14 69,16 69,18
.g
Bengkulu 68,16 68,33 68,36 68,50 68,56 68,59
ps
Lampung 69,33 69,55 69,66 69,90 69,94 69,95
Kep. Bangka Belitung 69,48 69,64 69,72 69,88 69,92 69,95
.b
Kep. Riau 68,85 69,05
at 69,15 69,41 69,45 69,48
DKI Jakarta 72,03 72,19 72,27 72,43 72,49 72,55
r
Jawa Barat 71,82 72,09 72,23 72,41 72,44 72,47
ba
Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Menurut Provinsi di Indonesia, 2012 – 2017 (dalam tahun)
.id
Jambi 7,69 7,80 7,92 7,96 8,07 8,15
7,50 7,53 7,66 7,77 7,83 7,99
o
Sumatera Selatan
.g
Bengkulu 8,01 8,09 8,28 8,29 8,37 8,47
7,30 7,32 7,48 7,56 7,63 7,79
ps
Lampung
Kep. Bangka Belitung 7,25 7,32 7,35 7,46 7,62 7,78
.b
Kep. Riau 9,58 9,63 9,64 9,65 9,67 9,79
DKI Jakarta 10,43 10,47
r at 10,54 10,70 10,88 11,02
Jawa Barat 7,52 7,58 7,71 7,86 7,95 8,14
ba
Bali
Nusa Tenggara Barat 6,33 6,54 6,67 6,71 6,79 6,90
s:
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan 7,48 7,59 7,60 7,76 7,89 7,99
Kalimantan Timur 8,83 8,87 9,04 9,15 9,24 9,36
Kalimantan Utara - 8,10 8,35 8,36 8,49 8,56
Sulawesi Utara 8,71 8,79 8,86 8,88 8,96 9,14
Sulawesi Tengah 7,73 7,82 7,89 7,97 8,12 8,29
Sulawesi Selatan 7,37 7,45 7,49 7,64 7,75 7,95
Sulawesi Tenggara 7,76 7,93 8,02 8,18 8,32 8,46
Gorontalo 6,92 6,96 6,97 7,05 7,12 7,28
Sulawesi Barat 6,76 6,87 6,88 6,94 7,14 7,31
Maluku 8,80 8,81 9,15 9,16 9,27 9,45
Maluku Utara 8,04 8,27 8,34 8,37 8,52 8,61
Papua Barat 6,87 6,91 6,96 7,01 7,06 7,15
Papua 5,73 5,74 5,76 5,99 6,15 6,27
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Menurut Provinsi di Indonesia, 2012 – 2017 (dalam tahun)
.id
Jambi 11,73 12,17 12,38 12,57 12,72 12,87
11,42 11,46 11,75 12,02 12,23 12,35
o
Sumatera Selatan
.g
Bengkulu 12,20 12,78 13,01 13,18 13,38 13,57
11,37 11,90 12,24 12,25 12,35 12,46
ps
Lampung
Kep. Bangka Belitung 10,79 10,96 11,18 11,60 11,71 11,83
.b
Kep. Riau 11,90 12,26 12,51 12,60 12,66 12,81
DKI Jakarta 11,96
at
12,24
r
12,38 12,59 12,73 12,86
Jawa Barat 11,24 11,81 12,08 12,15 12,30 12,42
ba
Bali
Nusa Tenggara Barat 12,21 12,46 12,73 13,04 13,16 13,46
s:
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan 11,54 11,67 11,96 12,21 12,29 12,46
Kalimantan Timur 12,46 12,85 13,17 13,18 13,35 13,49
Kalimantan Utara - 12,30 12,52 12,54 12,59 12,79
Sulawesi Utara 11,77 11,88 12,16 12,43 12,55 12,66
Sulawesi Tengah 12,09 12,36 12,71 12,72 12,92 13,04
Sulawesi Selatan 12,16 12,52 12,90 12,99 13,16 13,28
Sulawesi Tenggara 12,45 12,45 12,78 13,07 13,24 13,36
Gorontalo 11,78 12,13 12,49 12,70 12,88 13,01
Sulawesi Barat 11,28 11,46 11,78 12,22 12,34 12,48
Maluku 12,96 13,35 13,53 13,56 13,73 13,91
Maluku Utara 12,19 12,48 12,72 13,10 13,45 13,56
Papua Barat 11,45 11,67 11,87 12,06 12,26 12,47
Papua 9,11 9,58 9,94 9,95 10,23 10,54
Pendapatan Per Kapita Disesuaikan Menurut Provinsi di Indonesia, 2012 – 2017 (dalam ribu rupiah)
.id
Jambi 8.943,55 9.066,27 9.141,15 9.446,00 9.795,00 9.990,00
o
Sumatera Selatan 9.040,35 9.230,82 9.302,02 9.474,00 9.935,00 10.220,00
.g
Bengkulu 8.681,82 8.803,21 8.864,12 9.123,00 9.492,00 9.778,00
ps
Lampung 8.273,12 8.415,11 8.476,24 8.729,00 9.156,00 9.413,00
Kep. Bangka Belitung 11.218,08 11.656,54 11.690,57 11.781,00 11.960,00 12.066,00
.b
Kep. Riau 12.739,91 12.942,28 13.018,53
at 13.177,00 13.359,00 13.566,00
DKI Jakarta 16.612,86 16.827,58 16.897,51 17.075,00 17.468,00 17.707,00
r
Jawa Barat 9.324,85 9.421,30 9.447,16 9.778,00 10.035,00 10.285,00
ba
.id
Jambi 66.94 67.76 68.24 68.89 69.62 69.99
65.79 66.16 66.75 67.46 68.24 68.86
o
Sumatera Selatan
.g
Bengkulu 66.61 67.50 68.06 68.59 69.33 69.95
64.87 65.73 66.42 66.95 67.65 68.25
ps
Lampung
Kep. Bangka Belitung 67.21 67.92 68.27 69.05 69.55 69.99
.b
Kep. Riau 72.36 73.02 73.40 73.75 73.99 74.45
DKI Jakarta 77.53
at
78.08
r
78.39 78.99 79.60 80.06
Jawa Barat 67.32 68.25 68.80 69.50 70.05 70.69
ba
Bali
Nusa Tenggara Barat 62.98 63.76 64.31 65.19 65.81 66.58
s:
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan 66.68 67.17 67.63 68.38 69.05 69.65
Kalimantan Timur 72.62 73.21 73.82 74.17 74.59 75.12
Kalimantan Utara - 67.99 68.64 68.76 69.20 69.84
Sulawesi Utara 69.04 69.49 69.96 70.39 71.05 71.66
Sulawesi Tengah 65.00 65.79 66.43 66.76 67.47 68.11
Sulawesi Selatan 67.26 67.92 68.49 69.15 69.76 70.34
Sulawesi Tenggara 67.07 67.55 68.07 68.75 69.31 69.86
Gorontalo 64.16 64.70 65.17 65.86 66.29 67.01
Sulawesi Barat 61.01 61.53 62.24 62.96 63.60 64.30
Maluku 65.43 66.09 66.74 67.05 67.60 68.19
Maluku Utara 63.93 64.78 65.18 65.91 66.63 67.20
Papua Barat 60.30 60.91 61.28 61.73 62.21 62.99
Papua 55.55 56.25 56.75 57.25 58.05 59.09
Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2012 – 2017 (dalam tahun)
.id
Teluk Bintuni 57,94 58,13 58,42 59,12 59,48 59,83
o
.g
Manokwari 67,22 67,34 67,60 67,69 67,84 68,00
ps
Sorong Selatan 64,97 65,08 65,34 65,35 65,49 65,63
.b
Sorong 64,90 64,99 at65,23 65,25 65,39 65,52
r
Raja Ampat 63,81 63,84 64,05 64,06 64,16 64,26
ba
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2012 – 2017
(dalam tahun)
.id
Teluk Wondama 9,61 9,97 10,26 10,33 10,48 10.81
o
.g
Teluk Bintuni 10,87 10,94 11,21 11,30 11,62 11.70
ps
Manokwari 12,57 12,96 13,15 13,38 13,51 13.54
.b
Sorong Selatan 11,14 11,33
at 11,52 11,71 11,93 12.28
r
Sorong 12,24 12,35 12,38 12,60 12,81 13.05
ba
Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2012 – 2017
(dalam tahun)
.id
Teluk Wondama 6,36 6,43 6,50 6,52 6,57 6,67
o
.g
Teluk Bintuni 6,98 7,28 7,44 7,45 7,57 7,62
ps
Manokwari 7,47 7,58 7,70 7,75 7,85 7,92
.b
Sorong Selatan 6,50 6,64 at 6,75 6,84 6,95 7,01
r
Sorong 6,79 7,06 7,14 7,46 7,57 7,61
ba
Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2012 – 2017
(dalam ribu rupiah)
.id
Teluk Wondama 6.884 7.162 7.222 7.317 7434 7,694
o
.g
Teluk Bintuni 8.537 8.862 8.929 9.129 9208 9,463
ps
Manokwari 10.584 10.987 11.069 11.328 11440 11,595
.b
Sorong Selatan 5.267 5.483
at 5.520 5.550 5644 5,904
r
Sorong 5.706 6.365 6.436 6.457 6563 6,975
ba
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2012 – 2017
.id
Teluk Bintuni 58,84 59,73 60,40 61,09 61,81 62.39
o
.g
Manokwari 67,86 68,81 69,35 69,91 70,34 70.67
ps
Sorong Selatan 56,87 57,73 58,24 58,60 59,20 60.19
.b
Sorong 59,18 60,86
r at61,23 61,86 62,42 63.42