Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Papua Barat 2017
Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Papua Barat 2017
o.
.g
ps
.b
at
ar
u ab
ap
//p
s:
tp
ht
ISSN : 2252-3286
Katalog BPS : 9202001.91
No. Publikasi : 91550.16.05
.id
Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm
o
.g
Halaman : iii + 41 Halaman
ps
Naskah: t.b
ra
Analisis Statistik Lintas Sektor
ba
Gambar Kulit:
s:
tp
Diterbitkan oleh:
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Kata Pengantar
Sejak tahun 1995, Badan Pusat Statistik telah mengembangkan Sistem Pemantauan
.id
Indikator Dini, yang mencakup penghitungan Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi
o
.g
Konsumen (ITK). Indeks Tendensi Bisnis dihitung berdasarkan hasil Survei Tendensi Bisnis,
ps
sedangkan ITK dihitung berdasarkan hasil Survei Tendensi Konsumen.
t.b
Publikasi ini menjelaskan metode dan hasil penghitungan Indeks Tendensi Konsumen
ra
tahun 2017. Sebelumnya, penghitungan indeks tersebut hanya mencakup wilayah Jabodetabek.
ba
Mulai Triwulan I tahun 2011, penghitungan Indeks Tendensi Konsumen telah mencakup seluruh
ua
provinsi di Indonesia yang dilakukan secara panel setiap triwulan. Perluasan cakupan
ap
penghitungan indeks tersebut dilakukan agar diperoleh indikator perkembangan ekonomi terkini
//p
dan indikator dini perkiraan kondisi perekonomian mendatang yang lebih akurat.
s:
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan publikasi ini
tp
ht
disampaikan penghargaan dan terima kasih. Kritik dan saran bagi penyempurnaan publikasi ini
sangat diharapkan.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR iii
1. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
.id
B. Tujuan 2
o
C. Cakupan Penelitian 2
.g
D. Sistematika Penulisan 3
ps
2. KAJIAN LITERATUR 4
A. Consumer Sentiment Index t.b 4
ra
B. Consumer Confident Index 5
ba
C. Survei Konsumen 7
ua
3. METODOLOGI 8
ap
.id
Utama Papua Barat 2017
o
.g
4.4 Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Rata-rata 19
ps
Pendapatan Papua Barat 2017
t.b
4.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat Triwulan I-IV Tahun 22
2017 Menurut Variabel Pembentuknya
ra
No
ba
A. LATAR BELAKANG
o .id
Informasi dini tentang kondisi perekonomian terkini sangat diperlukan oleh pemerintah
.g
maupun dunia usaha. Pemerintah memerlukan informasi tersebut diantaranya untuk perencanaan,
ps
sedangkan dunia usaha diantaranya untuk keperluan investasi atau ekspansi pasar. Dengan
t.b
adanya informasi dini, berbagai pihak dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
ra
mengatasi perubahan keadaan supaya tak menimbulkan kerugian.
ba
ua
Badan Pusat Statistik RI telah mengembangkan dua macam survei terkait dengan informasi
ap
dini perekonomian yaitu Indeks Tendensi Bisnis (ITB) untuk indikator perekonomian dari sisi bisnis
dan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) untuk indikator perekonomian dari sisi konsumen. ITB
//p
dibentuk dari hasil pendataan Survei Tendensi Bisnis, sedangkan ITK dibentuk dari hasil
s:
tp
pendataan Survei Tendensi Konsumen (STK). Khusus untuk Survei Tendensi Bisnis (STB) hanya
ht
dilaksanakan di beberapa provinsi tertentu di Indonesia, sedangkan untuk STK, mulai tahun 2011
pelaksanaannya telah dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia setelah sejak tahun 2001
pelaksanaannya hanya terbatas pada wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi).
ITK terkini disajikan dalam jangka pendek, yaitu setiap triwulanan. Informasi perekonomian
terkini tersebut dibentuk dari tiga komponen, yaitu pendapatan rumah tangga, pengaruh inflasi
terhadap makanan sehari-hari, dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan,
susu, buah-buahan, dll.). Disamping itu, disajikan pula perkiraan perekonomian mendatang (tiga
bulan mendatang/triwulan berikutnya). Kondisi perekonomian mendatang ini terbentuk dari dua
komponen, yaitu perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang dan rencana pembelian barang-
barang tahan lama.
B. TUJUAN
.id
1. Memberikan informasi dini tentang perkembangan perekonomian dari sisi konsumen.
o
.g
2. Memberikan perkiraan kondisi perekonomian dari sisi konsumen tiga bulan mendatang
ps
C. CAKUPAN PENELITIAN t.b
ra
ba
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah sebuah indeks yang dihitung berdasarkan hasil
ua
pendataan Survei Tendensi Konsumen (STK). Sebelum Triwulan I-2011, BPS hanya
ap
melaksanakan STK di wilayah Jabodetabek, tetapi sejak Triwulan I-2011 pelaksanaan STK
//p
diperluas diseluruh provinsi dengan jumlah sampel 10.865 rumah tangga. Pada tahun 2017,
s:
jumlah sampel diseluruh indonesia kembali diperluas sehingga mencapai 14.600 rumah tangga di
tp
Triwulan IV. Di Provinsi Papua Barat Pelaksanaan STK dilakukan di 3 Kabupaten/Kota yaitu
ht
Kabupaten Fakfak, Kabupaten Manokwari, dan Kota Sorong, dengan jumlah sampel sebanyak 160
rumah tangga. Responden STK mulai triwulan I-2015 dipilih pada strata blok sensus kategori
sedang dan tinggi berdasarkan “wealth index“ dan merupakan sub-sampel dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara
panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi
konsumen antar waktu. Pada saat yang sama juga dilakukan penyempurnaan kuesioner dan cara
penghitungan indeksnya. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk
memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.
Dengan adanya perluasan sampel, nilai ITK dapat disajikan sampai level provinsi.
Penulisan Publikasi Indeks Tendesi Konsumen Provinsi Papua Barat Tahun 2017 ini terbagi
dalam lima bagian, yaitu:
Bagian 1 Pendahuluan : yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Cakupan Penelitian, dan
Sitematika penulisan.
.id
Bagian 3 Metodologi : menyajikan prosedur penghitungan Indeks Tendensi Konsumen
o
dan intrepetasi hasil penghitungan Indeks tendensi Konsumen
.g
ps
Bagian 4 Hasil Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen : menyajikan profil rumah
t.b
tangga Survei Tendensi Konsumen, perkembangan nilai Indeks Tendensi Konsumen
ra
Triwulan I-IV tahun 2017, dan nilai Indeks Tendensi Konsumen tahun 2017 menurut
ba
komponen.
ua
o .id
Michigan University di Amerika Serikat menyajikan Indeks Sentimen Konsumen (Consumer
.g
Sentiment Index=CSI). Indeks Sentimen Konsumen diperoleh melalui Survei Sentimen Konsumen
ps
yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian di Michigan University, Amerika Serikat. Survei ini
t.b
dilakukan setiap bulan, dan tujuan utama dari penyusunan indeks ini adalah untuk kepentingan
ra
investasi.
ba
ua
dari Purchasing Managers Index (PMI) atau Indeks Pembelanjaan Perusahaan yang memantau
//p
kondisi bisnis khususnya dari sisi pasar bursa. Nilai indeks PMI diinterpretasikan sebagai berikut :
nilai indeks di bawah 50 mengindikasikan kondisi perekonomian mengalami kontraksi, sedangkan
s:
tp
Variabel-variabel yang digunakan untuk menyusun PMI antara lain: belanja perusahaan
terhadap saham, pembelian barang tahan lama dan total penjualan kendaraan mobil. Dua variabel
terakhir menunjukkan bahwa semakin tinggi volumenya, semakin tinggi pula permintaan akan
barang tahan lama dan mobil. Akibatnya, suplai barang dari produsen juga meningkat yang
tentunya akan memberikan dampak pada peningkatan kesempatan kerja. Di lain pihak,
permintaan akan barang tahan lama dan kendaraan juga merupakan gambaran dari konsumsi
rumahtangga.
o .id
.g
B. Consumer Confident Index
ps
Consumer Confidence Index (CCI) atau Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) diperkenalkan
t.b
oleh The Conference Board sejak tahun 1985 melalui Survei Kepercayaan Konsumen. IKK
ra
ditentukan berdasarkan tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian, yang
ba
disajikan dalam bentuk indeks yang secara normatif ditentukan dalam nilai 100. Nilai indeks ini
ua
merupakan proporsi dari pendapat konsumen mengenai kondisi saat ini dengan bobot sebesar 40
ap
Interpretasi dari indeks ini adalah apabila IKK meningkat mengindikasikan konsumsi/belanja
s:
konsumen juga meningkat. Akibatnya, dari sisi penawaran perusahaan akan meningkatkan
tp
ht
produksinya yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan. Dampak lain adalah meningkatnya
konsumsi rumah tangga sehingga tingkat permintaan kredit ke Bank meningkat. Dengan demikian
pemerintah dapat mengantisipasi akan adanya kenaikan pajak pendapatan yang diperoleh dari
naiknya konsumsi rumah tangga. Sebaliknya bila IKK menurun, maka konsumsi rumah tangga
juga menurun yang berarti permintaan akan produk juga menurun. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya suplai dari perusahaan baik dari sektor industri manufaktur, konstruksi, dan lain-lain.
Kondisi ini akan mengakibatkan kondisi perekonomian mengalami kontraksi.
.id
Setiap variabel di atas mempunyai jawaban positif (meningkat) dan negatif (menurun).
o
.g
Jawaban meningkat diberi skor 1 dan menurun diberi skor 0. Untuk penghitungan nilai indeks
ps
masing-masing variabel digunakan rumus Diffussion Index. Besarnya indeks menunjukkan tingkat
t.b
kepercayaan konsumen terhadap kondisi perekonomian pada periode tertentu terhadap periode
ra
pembandingnya. Apabila pertumbuhan indeks kurang dari lima persen, maka kepercayaan
ba
konsumen cenderung tetap atau stagnant, tetapi bila pertumbuhan lebih dari lima persen maka
ua
Indeks Kepercayaan Konsumen atau Consumer Confidence Index (CCI) yang disusun oleh
//p
The Conference Board dibagi menjadi dua macam indeks, yaitu Indeks Kepercayaan Konsumen
s:
Kini (Current Consumer Confidence Index) dan Indeks Kepercayaan Konsumen Mendatang
tp
ht
(Future Consumer Confidence Index). Indeks Kepercayaan Konsumen Kini merupakan komposit
dari dua variabel, yaitu kondisi bisnis saat ini dan kondisi lapangan pekerjaan saat ini. Sedangkan
Indeks Kepercayaan Konsumen mendatang merupakan komposit dari tiga variabel: kondisi bisnis
enam bulan mendatang, kondisi lapangan pekerjaan enam bulan mendatang dan jumlah
pendapatan seluruh anggota keluarga selama enam bulan mendatang.
Bank Indonesia melakukan survei sejenis dengan Survei Tendensi Konsumen (STK), yaitu
Survei Keyakinan Konsumen, yang dilakukan setiap bulan terhadap 4.365 rumahtangga. Survei ini
dilakukan sejak tahun 1993 dan menghasilkan suatu ukuran yaitu Indeks Keyakinan Konsumen.
Indeks Keyakinan Konsumen dihitung dengan menggunakan metode Balance Score (SB-net
balance+100), yaitu dengan menjumlahkan hasil dari Metode SB-net balance ditambah 100.
Interpretasi dari IKK, adalah jika indeks di atas 100 berarti optimis dan sebaliknya, jika indeks di
bawah 100 berarti pesimis.
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
Selain Survei Tendensi Bisnis, informasi dini mengenai keadaan dan perkembangan
.id
perekonomian juga dapat diketahui melalui Survei Tendensi Konsumen. Survei tersebut bertujuan
o
.g
untuk memperoleh gambaran mengenai situasi bisnis dan perekonomian secara umum menurut
ps
pendapat konsumen sebagai pelaku konsumsi. Informasi yang dikumpulkan meliputi rencana
t.b
pembelian beberapa komoditi kategori “normal goods” seperti daging, ikan, susu, buah-buahan
ra
untuk konsumsi makanan, dan komoditi pakaian, biaya perumahan, biaya pendidikan,
ba
transportasi, biaya kesehatan, dan rekreasi untuk komoditi bukan makanan. Disamping itu
ua
dikumpulkan pula informasi “luxury goods” seperti rumah/tanah, mobil, TV, komputer untuk
ap
konsumsi bukan makanan, serta informasi mengenai kondisi pendapatan dan tabungan.
//p
Sebagaimana halnya dengan Indeks Tendensi Bisnis, Indeks Tendensi Konsumen juga terdiri
s:
dari dua jenis indeks yaitu Indeks Indikator Kini (Current Indicator Index) dan Indeks Indikator
tp
Mendatang (Future Indicator Index). Indeks Indikator Kini (IIK) merupakan indeks komposit dari
ht
beberapa variabel yang dapat mengidentifikasi kondisi ekonomi rumahtangga (konsumen) pada
saat triwulan berjalan (saat survei) dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Sedangkan Indeks
Indikator Mendatang (IIM) merupakan indeks komposit dari beberapa variabel yang dapat
mengidentifikasi kondisi ekonomi rumahtangga (konsumen) dan rencana untuk membeli barang-
barang tahan lama pada periode tiga bulan mendatang.
a. Perkiraan pendapatan seluruh anggota keluarga pada periode 3 bulan yang akan datang.
b. Rencana pembelian barang-barang tahan lama (televisi, CD/VCD player/compo, lemari es,
mesin cuci, oven listrik, AC, Computer, Meubel/lemari/meja kursi, tempat tidur, sepeda
.id
motor) untuk periode 3 bulan yang akan datang.
o
.g
ps
A. Prosedur Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen
t.b
Variabel-variabel yang ditanyakan dalam Survei Tendensi Konsumen mempunyai 3 jenis
ra
jawaban yaitu meningkat, tetap dan menurun. Prosedur penghitungan Indeks Tendensi Konsumen
ba
(Indeks Indikator Kini dan Indeks Indikator Mendatang) masing-masing adalah sebagai berikut :
ua
ap
//p
Jawaban untuk variabel-variabel yang terpilih diberi skor 2 (dua) bila jawabannya ”meningkat
tp
atau lebih”, diberi skor 1 (satu) bila jawabannya ”kurang lebih sama atau tetap”, dan diberi skor 0
ht
(nol) bila jawabannya ”menurun”. Untuk memperoleh Total Skor (TS), jawaban dari seluruh
responden untuk masing-masing variable dijumlahkan. Perlu dicatat, bahwa penghitungan skor
untuk variabel pembelian barang tahan lama agak berbeda dengan penghitungan variabel
konsumsi beberapa komoditi.
Banyaknya jenis barang tahan lama yang ditanyakan pada variabel rencana pembelian
barang tahan lama terdiri dari 11 jenis barang. Untuk masing-masing jenis barang tersebut
ditanyakan apakah responden berencana untuk membeli, menggadaikan/menjual atau sudah
memiliki barang tersebut lebih dari 5 tahun. Adapun pemberian skor untuk variabel barang tahan
z menyatakan jumlah barang tahan lama yang telah dimiliki lebih dari 5 tahun.
.id
belum membeli, menggadaiakan/menjual atau memiliki barang tahan lama tersebut lebih dari 5
o
tahun, maka ia mempunyai kemungkinan untuk berencana membelinya. Skor 2 jika x ≥ 1, artinya
.g
responden memang telah berencana untuk membeli barang tahan lama tersebut minimal 1 item/
ps
jenis.
t.b
ra
Setelah skor untuk masing-masing jenis barang tahan lama diperoleh, kemudian dicari skor-
ba
skor tersebut selanjutnya akan sebagai salah satu indeks variabel pembentuk digunakan dalam
ua
Konsumsi rumah tangga yang ditanyakan pada Survei Tendensi Konsumen terdiri dari 11
ht
jenis komoditi makanan yaitu ikan, daging (sapi, kambing, babi, dll), daging unggas, telur, susu,
sayur-sayuran, tahu dan tempe, buah-buahan, gula pasir, mie instant, dan rokok. Sedangkan
untuk konsumsi non makanan yang ditanyakan terdiri dari 10 komoditi, yaitu listrik, air, dan
telepon rumah; pulsa HP; bahan bakar untuk memasak; surat kabar/majalah; kesehatan;
pendidikan; transportasi (bensin dan ongkos angkutan); rekreasi; dan pakaian. Kepada responden
ditanyakan volume konsumsi setiap jenis komoditi pada dua bulan terakhir dibandingkan dengan
periode dua bulan sebelumnya apakah sama, lebih banyak atau lebih sedikit. Masing-masing
komoditi akan diberi skor 0 jika konsumsi sekarang lebih sedikit dibandingkan 2 bulan yang lalu,
skor 1 jika volume konsumsinya tetap/sama atau tidak mengkonsumsi dan skor 2 jika konsumsi
saat ini volumenya lebih banyak daripada 2 bulan yang lalu. Skor-skor tiap komoditi akan
digunakan sebagai skor total untuk penghitungan indeks tiap komoditi. Khusus untuk indeks
variable konsumsi makanan dan bukan makanan dihitung dengan rata-rata tertimbang dari
Indeks Tendensi Konsumen
Provinsi Papua Barat 2014 10
Diffusion Indeks tiap komoditi. Penimbang masing-masing komoditi diperoleh dari Survei Biaya
Hidup (SBH) yaitu proporsi rata-rata nilai pengeluaran setiap komoditi terhadap rata-rata
pengeluaran rumahtangga dalam sebulan.
Untuk mendapatkan indeks dari setiap variabel, dihitung dengan menggunakan rumus
Diffusion Index seperti yang digunakan oleh The Conference Board (1990). Penghitungannya yaitu
.id
dengan membagi total skor dengan jumlah responden dikalikan 100 :
o
.g
ps
dimana : t.b
ra
ba
n = jumlah responden
//p
s:
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) terdiri dari Indeks Indikator Kini (IIK) dan Indeks Indikator
Mendatang (IIM). Kedua indeks tersebut disusun secara terpisah. Masing-masing indeks indikator
tersebut merupakan indeks rata-rata tertimbang dari beberapa indeks variabel pembentuknya.
Untuk menghitung Indeks Indikator Kini dan Indeks Indikator Mendatang digunakan rumus sebagai
berikut:
wi = Penimbang variabel ke i
f. Penentuan Penimbang.
o .id
.g
Seperti halnya pada ITB, penentuan penimbang dalam penghitungan Indeks Tendensi
ps
Konsumen (ITK) berbeda baik untuk Indeks Indikator Kini (IIK) maupun Indeks Indikator
t.b
Mendatang (IIM). Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penentuan penimbang
ra
untuk masing-masing IIK dan IIM adalah sebagai berikut:
ba
ua
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa komponen penyusun IIK untuk ITK terdiri atas
s:
pendapatan seluruh anggota keluarga 3 bulan terakhir, pengaruh kenaikan harga-harga terhadap
tp
konsumsi makanan sehari-hari, serta volume konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan
ht
makanan saat ini dibandingkan dengan periode 2 bulan yang lalu. Sejak triwulan I-2004,
penimbang untuk ketiga komponen dihitung melalui fungsi Double Log sebagai berikut :
.id
a. Pendapatan seluruh anggota rumah tangga sebesar 0,5307
o
b. Pengaruh kenaikan harga terhadap konsumsi makanan sehari-hari sebesar 0,2587
.g
ps
c. Konsumsi beberapa komoditi sebesar 0,2106
t.b
ra
2). Indeks Indikator Mendatang (IIM)
ba
ua
Komponen penyusun IIM untuk ITK terdiri atas pendapatan seluruh anggota keluarga 3 bulan
ap
yang akan datang dan rencana pembelian barang-barang tahan lama. Sejak triwulan I-2004,
//p
penimbang untuk ketiga komponen dihitung melalui fungsi Double Log sebagai berikut :
s:
Log IIM = α 0 α1 ) α2 ) α4
tp
) 3
ht
dimana :
Penghitungan IIM dilakukan untuk memperkirakan nilai ITK dan pada triwulan berikutnya
sebagai prediksi kondisi ekonomi konsumen pada tiga bulan yang akan datang.
.id
o
.g
B. Interpretasi Hasil Indeks Tendensi Konsumen.
ps
a. Indeks Indikator Kini
t.b
ra
• 100 < I < 200 : jumlah jawaban ”meningkat” lebih besar dari jawaban ”menurun” artinya
ba
kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat dibanding periode triwulan
ua
sebelumnya.
ap
• I = 100 : jumlah jawaban ”meningkat” dan ”menurun” adalah seimbang, artinya kondisi
//p
• I < 100 : jumlah jawaban ”menurun” lebih besar dari jawaban ”meningkat”, artinya kondisi
ht
ekonomi konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding keadaan triwulan sebelumnya.
• 100 < I < 200 : jumlah jawaban ”meningkat” lebih besar dari jawaban ”menurun”, artinya
konsumen memprediksi bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang
meningkat jika dibandingkan dengan triwulan berjalan.
• I = 100 : jumlah jawaban ”meningkat” dan ”menurun” adalah seimbang, artinya konsumen
• I < 100 : jumlah jawaban ”menurun” lebih besar dari jawaban ”meningkat”, artinya konsumen
memprediksi bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang akan menurun
dibanding keadaan triwulan berjalan.
Indeks Indikator Kini diinterpretasikan sebagai Indeks Tendensi Konsumen pada triwulan
berjalan dan Indeks Indikator Mendatang sebagai perkiraan Indeks Tendensi Konsumen pada
triwulan mendatang. Sebagai contoh, Survei Tendensi Konsumen yang dilakukan pada Triwulan
.id
IV-2011 menghasilkan IIK sebesar 109,95 dan IIM sebesar 106,21. Hal ini berarti bahwa Indeks
o
.g
Tendensi Konsumen untuk Triwulan IV-2011 adalah sebesar 109,95 dan perkiraan Indeks
ps
Tendensi Konsumen untuk Triwulan IV-2011 adalah sebesar 106,21.
t.b
Dalam aplikasinya, Indeks Indikator Kini dan Mendatang digunakan bersamaan dalam
ra
menganalisis keadaan konsumen pada triwulan berjalan dan prospeknya pada triwulan
ba
o .id
Indeks Tendensi Konsumen adalah indeks yang terbentuk dari hasil Survei Tendensi
.g
ps
Konsumen. Survei ini semula hanya dilaksanakan di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,
t.b
Tangerang, dan Bekasi) bersama dengan Survei Tendensi Bisnis (ITB) yang digunakan untuk
membentuk Indeks Tendensi Bisnis. Mulai pada tahun 2011 Survei Tendensi Konsumen
ra
ba
diperbandingkan antar provinsi di Indonesia. Lain halnya dengan ITK, penghitungan ITB tidak
ap
Survei Tendensi Konsumen Papua Barat dilaksanakan di tiga kabupaten/kota, yaitu di Kota
s:
Sorong, Kabupaten Manokwari, dan Kabupaten Fakfak. Responden STK mulai triwulan I-2017
tp
dipilih pada strata blok sensus kategori sedang dan tinggi berdasarkan “wealth index“ dan
ht
merupakan sub-sampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) khusus di daerah
perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran
yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.
Karakteristik rumah tangga pada Survei Tendensi Konsumen diamati berdasarkan jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan rumah tangga. Berdasarkan jenis kelamin
responden diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
yakni dengan persentase berkisar antara 54,48 sampai dengan 61,42 persen, dan sisanya yakni
sebesar 38,58 sampai 45,52 persen responden berjenis kelamin laki-laki.
Sedangkan dari sisi tingkat pendidikan kepala rumah tangga diperoleh informasi bahwa
sebagian besar kepala rumah tangga berlatar belakang pendidikan SLTP ke atas, yakni dengan
Sedangkan berdasarkan rata-rata pendapatan sampel kepala rumah tangga tercatat sekitar
78,74 sampai dengan 88,19 persen memiliki pendapatan di atas dua juta rupiah per bulan.
Sedangkan sisanya sebesar 11,81 sampai dengan 21,26 persen berpendapatan di bawah dua juta
rupiah per bulan.
o .id
.g
Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Papua Barat 2017
ps
Triwulan
t.b
Tingkat
Pendidikan I II III IV
ra
Laki-Laki 45,52 37,80 38,58 44,09
ba
Tingkat Triwulan
Pendidikan I II III IV
Triwulan
Rata-rata Pendapatan
I II III IV
< 2 Juta
11,94 14,96 21,26 11,81
.id
≥ 2 Juta 88,06 85,04 78,74 88,19
o
.g
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
ps
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
t.b
ra
B. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-IV Tahun 2017
ba
ua
Berdasarkan hasil Survei Tendensi Konsumen sepanjang tahun 2017, pada Triwulan I
ap
perekonomian konsumen mengalami penurunan (indeks ITK di bawah 100) tetapi kembali
//p
mengalami perbaikan (indeks ITK di atas 100) di Triwulan II hingga Triwulan IV. Perbaikan kondisi
s:
perekonomian ini dipengaruhi oleh variabel-variabel pembentuk ITK yaitu pendapatan rumah
tp
tangga, tidak ada pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari, serta konsumsi
ht
Di tahun 2017, pola Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Papua Barat memiliki pola yang
senada dengan pola yang terjadi pada tahun 2014. Kesamaan pola ini ditandai dengan nilai ITK
Triwulan I pada tahun 2017 lebih rendah dibandingkan Triwulan IV di tahun sebelumnya dan terus
mengalami perbaikan di Triwulan II sampai dengan Triwulan IV. Di tahun 2017 ini, terdapat
lonjakan kondisi perekonomian konsumen yang cukup signifikan pada triwulan III. Nilai ITK pada
triwulan tersebut mencapai 118,14 meningkat 11,79 poin dari ITK triwulan sebelumnya.
Peningkatan yang cukup tajam ini terutama didorong dari tingginya indeks variabel pendapatan
rumah tangga yang mencapai 129,84. Adapun perkembangan nilai ITK Provinsi Papua Barat dari
tahun 2011 hingga 2017 tersaji dalam Gambar 4.1.
o .id
.g
ps
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
t.b
ra
Pada tahun 2017, kondisi perekonomian konsumen di awal tahun mengalami penurunan
ba
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan nilai ITK Triwulan I 2017 di
ua
bawah 100, yakni sebesar 98,57. Adanya momen Hari Raya Natal disambung dengan Perayaan
ap
Tahun Baru pada Triwulan IV 2016 berdampak pada tingginya konsumsi yang dilakukan
//p
konsumen pada periode tersebut. Seiring berlalunya momen tersebut, mengakibatkan ada
s:
kecenderungan menurunnya tingkat konsumsi konsumen di Provinsi Papua Barat pada triwulan
tp
berikutnya. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pembentukan ITK pada Triwulan I 2017,
ht
Berbeda dengan ITK pada triwulan I 2017, nilai ITK Provinsi Papua Barat pada triwulan II, III,
dan IV memiliki kisaran di atas 100. Hal ini dapat dimaknai dengan kondisi perekonomian
konsumen di Provinsi Papua Barat cenderung mengalami peningkatan dari triwulan ke triwulan
hingga ke Triwulan IV 2017.
Pada Triwulan II, nilai ITK mencapai 106,35. Nilai ITK tersebut mencerminkan bahwa
perekonomian konsumen di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan dibandingkan dengan
kondisinya pada Triwulan I 2017. Peningkatan ini ditengarai oleh adanya momen Bulan
Ramadhan (puasa) yang memiliki kecenderungan untuk meningkatkan pola konsumsi rumah
tangga.
.id
Hingga Triwulan IV 2017, nilai ITK Provinsi Papua Barat masil berkisar di atas 100, dengan
o
nilai sebesar 111,45. Nilai ITK yang mengecil bila dibandingkan dengan nilai ITK pada triwulan
.g
ps
sebelumnya dapat diartikan bahwa kondisi perekonomian konsumen mengalami peningkatan,
tetapi optimisme konsumen tidak setinggi dibandingkan kondisi pada triwulan sebelumnya.
t.b
Peningkatan ekonomi konsumen ini disokong oleh adanya momen Hari Raya Natal, serta
ra
ba
Bila dilihat trennya, perkembangan ITK Provinsi Papua Barat di setiap tahun secara kasat
ap
mata terlihat memiliki pola yang cenderung mengulang dari triwulan ke triwulan. Sepanjang tahun
//p
2011 hingga 2013 dan tahun 2015, ITK Provinsi Papua Barat terlihat memiliki pola yang sama,
s:
yakni mulai dengan nilai di bawah 100 pada triwulan I dan terus meningkat hingga triwulan IV.
tp
Meskipun demikian, pola berbeda terlihat pada tahun 2014, yakni ITK pada Triwulan III yang
ht
mengalami penurunan optimisme dibandingkan ITK pada Triwulan II 2014. Penurunan ini
ditengarai disebabkan oleh adanya kenaikan BBM diikuti dengan kenaikan harga beberapa
komoditas yang menurunkan optimisme rumah tangga dalam berkonsumsi. Sementara itu,
perbedaan pola ITK juga terlihat pada tahun 2016 dan 2017, yakni nilai ITK pada Triwulan III
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan ITK pada Triwulan IV. Kecenderungan ini
diduga disebabkan oleh banyaknya momen perayaan juga persiapan tahun ajaran baru pada
Triwulan III pada dua tahun tersebut yang mengakibatkan tingginya pendapatan maupun volume
konsumsi rumah tangga. Hal ini berdampak pada tingginya ITK pada triwulan tersebut, yang
kemudian melandai pada Triwulan IV.
Kondisi perekonomian konsumen di Papua Barat selama tahun 2017 cenderung mengalami
perbaikan. Di samping itu, konsumen juga berpersepsi bahwa rasa optimisme terhadap
perekonomian terus mengalami peningkatan hingga Triwulan III dan melandai pada Triwulan IV.
Peningkatan ITK didorong oleh komponen pendapatan rumah tangga, pengaruh inflasi terhadap
konsumsi rumah tangga, dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan I-2017 sebesar 98,57, artinya
.id
kondisi ekonomi konsumen mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan IV
-2016). Menurunnya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh rendahnya pengaruh
o
.g
inflasi terhadap konsumsi rumah tangga (nilai indeks 95,34). Bila dibandingkan dengan triwulan
ps
sebelumnya, nilai indeks dan tingkat optimisme semua nilai variabel pembentuk ITK mengalami
t.b
penurunan dari triwulan sebelumnya. Di triwulan ini indeks pendapatan rumah tangga kini
ra
mengalami penurunan optimisme (nilai indeks 96,66). Demikian pula dengan indeks tinggi
ba
konsumsi makanan dan bukan makanan juga mengalami penurunan optimisme (nilai indeks
ua
107,26). Penurunan optimisme nilai indeks tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di
ap
restoran/rumah makan serta bukan makanan terjadi karena tingkat konsumsi rumah tangga pada
//p
triwulan IV-2016 relatif tinggi, di mana pada triwulan itu terdapat momen peringatan Hari Raya
s:
Natal, dan perayaan malam tahun baru, dan selanjutnya di triwulan ini tingkat konsumsi rumah
tp
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan II-2017 sebesar 106,35, artinya
kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan I-
2017). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tingginya volume
konsumsi makanan dan bukan makanan (nilai indeks 108,42). Peningkatan terjadi pada nilai
indeks tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan serta bukan
makanan karena tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2017 relatif tinggi, dimana pada
triwulan ini terdapat momen puasa yang umumnya justru meningkatkan pola konsumsi konsumen.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan III-2017 sebesar 118,14, artinya
kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan II-
2017). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tingginya pendapatan
rumah tangga kini (nilai indeks 129,84). Tingginya nilai indeks pendapatan rumah tangga kini pada
Indeks Tendensi Konsumen 21
Provinsi Papua Barat 2014
triwulan ini ditunjang oleh adanya penerimaan Gaji 13 dan Tunjangan Kinerja 13 untuk Aparatur
Sipil Negara, maupun THR maupun bonus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tidak hanya itu, pada
triwulan yang sama terdapat pula momen persiapan sekolah tahun ajaran baru. Momen-momen
tersebut diduga berdampak pula pada tingginya harga beberapa komoditi serta adanya
peningkatan volume konsumsi untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha juga
persiapan sekolah. Hal ini juga diduga turut mendongkrak nilai ITK pada Triwulan III 2017.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan IV-2017 sebesar 111,45,
artinya kondisi ekonomi konsumen tetap mengalami perbaikan tetapi mengalami penurunan
.id
optimisme dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan III-2017). Perbaikan kondisi ekonomi
o
konsumen terutama didorong oleh pendapatan rumah tangga yang cukup tinggi (nilai indeks
.g
116,50). Adanya momen Hari Raya Natal serta perayaan tahun baru pada penghujung tahun
ps
ditengarai adanya bonus akhir tahun maupun tunjangan hari raya yang biasa diterima konsumen
t.b
pada triwulan IV. Selain itu, adanya momen Hari Raya Natal dan Perayaan Tahun Baru menjadi
ra
salah satu penyebab tingkat konsumsi rumah tangga atas bahan makanan maupun komoditi non
ba
makanan relatif tinggi dan secara tidak langsung mendongkrak ITK pada Triwulan IV. Beberapa
ua
komoditi yang lebih banyak dikonsumsi pada triwulan IV-2017 dibandingkan pada triwulan
ap
Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat Triwulan I-IV Tahun 2017 Menurut
Tabel 4.5
tp
Variabel Pembentuknya
ht
Triwulan
Variabel Pembentuk
I II III IV
Nilai ITK pada provinsi di kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) pada Triwulan I
diindikasikan mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada empat provinsi, antara lain
Provinsi Gorontalo, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Kondisi ini ditandai
dengan nilai ITK Triwulan I 2017 yang berkisar di atas 100.
.id
o
.g
ps
Gambar 4.2
t.b
Indeks Tendensi
Konsumen Papua
ra
Barat di Kawasan
ba
Sulampua
Triwulan I Tahun
ua
2017
ap
Menurut komponen penyusun indeks, terdapat empat dari seluruh provinsi di kawasan
s:
Sulampua yang mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen pendapatan rumah tangga
tp
kini yaitu Provinsi Gorontalo, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Dari sepuluh
ht
provinsi yang terdapat pada kawasan Sulampua, hanya ada satu provinsi yang mengalami
peningkatan kondisi pada variabel pendapatan rumah tangga di Triwulan I 2017 (indeks di atas
100), yakni Provinsi Gorontalo. Sementara itu, terdapat enam provinsi yang tidak terpengaruh
inflasi terhadap tingkat konsumsi rumah tangganya, antara lain Provinsi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara (nilai indeks di atas
100). Di sisi lain, sebagian besar provinsi di kawasan Sulampua mengalami peningkatan volume
konsumsi beberapa komoditi mengalami peningkatan pada delapan provinsi, yakni Provinsi
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku,
Maluku Utara, dan Papua Barat.
o .id
.g
Sumber; BPS Papua Barat
ps
Pada Triwulan II, nilai ITK pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua diindikasikan
t.b
mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen. Menurut komponen penyusun indeks, semua
ra
komponen penyusun ITK di setiap provinsi di kawasan Sulampua juga mengalami peningkatan
ba
kondisi ekonomi konsumen. Provinsi Gorontalo memiliki nilai ITK tertinggi di Sulampua dan
ua
peringkat ke-5 secara nasional (nilai ITK sebesar 115,75). Sebaliknya, Provinsi Papua Barat
ap
tercatat memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat ke-29 secara nasional
//p
Gambar 4.4
Indeks Tendensi
Konsumen Papua
Barat di Kawasan
Sulampua Triwulan
III Tahun 2017
.id
memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat ke-26 secara nasional (nilai ITK
o
sebesar 104,75).
.g
ps
t.b
ra
ba
Gambar 4.5
ua
Indeks Tendensi
ap
Konsumen Papua
Barat di Kawasan
//p
Sulampua Triwulan
IV Tahun 2017
s:
tp
ht
ITK Triwulan IV pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua memiliki nilai lebih dari 100. Bila
ditelusuri menurut variabel pembentuk ITK, seluruh provinsi kawasan Sulampua mengalami
perbaikan kondisi ekonomi pada variabel pendapatan ruta kini dan komponen pengaruh inflasi
terhadap tingkat konsumsi. Indeks pendapatan rumah tangga kini tertinggi berada pada Provinsi
Papua (nilai indeks sebesar 127,15), sementara indeks pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi tertinggi dimiliki Provinsi Sulawesi Utara (nilai indeks sebesar 115,91). Tingkat konsumsi
bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan juga mengalami
peningkatan hampir seluruh provinsi di kawasan Sulampua, kecuali Provinsi Sulawesi Tenggara
(nilai indeks sebesar 99,77).
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
Gambar 4.6 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi
ht
Konsumen di beberapa provinsi mengalami penurunan kondisi ekonomi dilihat dari nilai ITK
di bawah 100. Pada komponen pendapatan rumah tangga kini terdapat 22 dari 33 provinsi nilai
indeksnya mengalami penurunan kondisi perekonomian (nilai indeks di bawah 100), sedangkan
pada komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi terjadi penurunan kondisi
perekonomian pada 11 dari 33 provinsi. Pada komponen tingkat konsumsi bahan makanan,
makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan terjadi penurunan kondisi
perekonomian hanya di 2 dari 33 provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Utara dan Papua.
Perbaikan kondisi ekonomi konsumen secara nasional terjadi di seluruh provinsi dan 4
provinsi memiliki nilai ITK di atas rata-rata ITK nasional (nilai ITK sebesar 115,92) pada Triwulan II
2017. Provinsi Jawa Timur memiliki nilai ITK tertinggi (Nilai ITK sebesar 123,21). Sebaliknya,
Konsumen di sebagian provinsi di Indonesia mengalami perbaikan kondisi ekonomi dilihat dari
peningkatan nilai ITK. Pada komponen pendapatan rumah tangga kini seluruh provinsi nilai
indeksnya mengalami peningkatan nilai, sedangkan pada komponen pengaruh inflasi terhadap
tingkat konsumsi terjadi perbaikan kondisi perekonomian (nilai indeks di atas 100) di seluruh
provinsi. Hal yang sama terjadi pada komponen tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi
di restoran/rumah makan dan bukan makanan terjadi perbaikan kondisi ekonomi di seluruh
.id
Indonesia.
o
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
Gambar 4.7 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi
Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III secara nasional terjadi di 33 provinsi
dan 14 provinsi memiliki nilai ITK di atas rata-rata ITK nasional (nilai ITK sebesar 109,42). Provinsi
DI Yogyakarta memiliki nilai ITK tertinggi (Nilai ITK sebesar 119,09). Sebaliknya, Provinsi
Sumatera Utara memiliki nilai ITK terendah, yaitu sebesar 101,97. Di triwulan ini, Provinsi Papua
Barat berada pada peringkat tertinggi ke-2 secara nasional (nilai ITK 118,14).
Konsumen di seluruh provinsi mengalami perbaikan kondisi ekonomi dilihat dari nilai ITK
yang di atas 100. Pada komponen pendapatan rumah tangga kini, semua provinsi nilai indeksnya
Indeks Tendensi Konsumen 27
Provinsi Papua Barat 2014
menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi, sedangkan pada komponen pengaruh inflasi terhadap
tingkat konsumsi terjadi peningkatan kondisi perekonomian (nilai indeks di bawah 100) pada 2
provinsi, yakni Provinsi Sumatera Utara dan Riau. Pada komponen tingkat konsumsi bahan
makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan terjadi perbaikan kondisi
ekonomi di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Sumatera Utara dan Maluku Utara.
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
Gambar 4.8 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi
tp
ht
Pada Triwulan IV, perbaikan kondisi ekonomi konsumen secara nasional terjadi di 32 dari 33
provinsi. Adapun provinsi yang mengalami penurunan kondisi ekonomi konsumen adalah Provinsi
Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 97,91). Terdapat 13 provinsi memiliki nilai ITK di atas rata-rata
ITK nasional (nilai ITK sebesar 107,00). Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki nilai ITK tertinggi
(Nilai ITK sebesar 122,25). Sebaliknya, Provinsi Kalimantan Timur memiliki nilai ITK terendah,
yaitu sebesar 97,91. Provinsi Papua Barat berada di peringkat ke-5 secara nasional (nilai ITK
111,45).
Pada komponen pendapatan rumah tangga kini terdapat 30 dari 33 provinsi yang nilai
indeksnya menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi, sedangkan pada komponen pengaruh inflasi
terhadap tingkat konsumsi perbaikan kondisi perekonomian (nilai indeks di bawah 100) terjadi
pada pada 31 dari 33 provinsi. Pada komponen tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
Gambar 4.9 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi
//p
s:
tp
ht
STK 2017 di Provinsi Papua Barat yang dilaksanakan di tiga wilayah yaitu Kabupaten
.id
Manokwari, Kabupaten Fakfak, dan Kota Sorong. Karakteristik rumah tangga sampel STK dilihat
o
.g
dari tingkat pendidikan kepala rumah tangga mayoritas berasal dari jenis kelamin perempuan
ps
(sekitar 54,48 - 61,42 persen), dan memiliki latar belakang pendidikan SLTP ke atas (sekitar 82,09
t.b
- 87,40 persen), dan rata-rata pendapatan di atas dua juta rupiah per bulan (78,74 - 88,19 persen).
ra
Kondisi perekonomian dilihat dari sisi konsumen (rumah tangga) di Papua Barat sempat
ba
mengalami penurunan di Triwulan I (indeks di bawah 100) namun kembali mengalami perbaikan
ua
dari Triwulan II sampai dengan Triwulan IV-2017. Tingkat optimisme konsumen juga memberikan
ap
persepsi yang meningkat pada Triwulan II sampai dengan Triwulan IV-2017. Nilai ITK Papua Barat
//p
meningkat dari 98,57 di Triwulan I; 106,35 di Triwulan II; 118,14 di Triwulan III; dan akhirnya
s:
menjadi 111,45 di Triwulan IV-2017. Secara umum sebagian besar peningkatan kondisi ekonomi
tp
konsumen didorong oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga dari triwulan I hingga triwulan
ht
IV. Konsumen juga berpersepsi bahwa terjadi peningkatan konsumsi makanan dan non makanan
untuk memenuhi kebutuhan mereka ditandai dengan nilai indeks yang berada di atas 100 dan
meningkatnya optimisme tingkat konsumsi komoditi makanan dan non makanan, terutama pada
momen-momen seperti peringatan Hari Raya Idul Fitri dan peringatan Hari Raya Natal. Walaupun
pada kedua peringatan hari raya tersebut harga barang dan jasa melonjak (terjadi inflasi) tetapi
daya beli masyarakat tetap terjaga terutama pada rumah tangga berpenghasilan tinggi. Perlu
diingat juga bahwa STK dilakukan pada konsumen menengah keatas yang tinggal di daerah
perkotaan.
Posisi nilai ITK Papua Barat di kawasan Sulampua pada Triwulan I-2017 berada pada
peringkat lima, Triwulan II-2017 mengalami penurunan peringkat sehingga berada di peringkat
Dilihat dari posisi nilai ITK-nya secara nasional (33 provinsi), Papua Barat berada pada
peringkat ke-24 (Triwulan I-2017), peringkat ke-29 (Triwulan II-2017), peringkat ke-2 (Triwulan III-
2017), dan peringkat ke-5 (Triwulan IV-2017). Bila dibandingkan dengan nilai ITK rata-rata
nasional, Papua Barat dua kali berada di bawah nilai ITK rata-rata nasioal, yaitu pada Triwulan I-
2017 (nilai ITK nasional 98,57), dan Triwulan II-2017 (nilai ITK nasional 106,35) selebihnya pada
Triwulan III sampai dengan Triwulan IV-2017 nilai ITK-nya berada di atas nilai rata-rata nasional.
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
Badan Pusat Statistik. 2016. Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi
Konsumen 2016. BPS: Jakarta.
.id
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Berita Resmi Statistik:
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Provinsi Papua Barat 2016. BPS
o
Provinsi Papua Barat: Manokwari.
.g
ps
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Berita Resmi Statistik:
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II Provinsi Papua Barat 2016. BPS
Provinsi Papua Barat: Manokwari.
t.b
ra
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Berita Resmi Statistik:
ba
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III Provinsi Papua Barat 2016. BPS
Provinsi Papua Barat: Manokwari.
ua
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Berita Resmi Statistik:
ap
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht