Anda di halaman 1dari 48

id

o.
.g
ps
.b
at
ar
u ab
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen i


Provinsi Papua Barat 2014
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen ii


Provinsi Papua Barat 2014
INDEKS TENDENSI KONSUMEN
PROVINSI PAPUA BARAT 2017

ISSN : 2252-3286
Katalog BPS : 9202001.91
No. Publikasi : 91550.16.05

.id
Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm

o
.g
Halaman : iii + 41 Halaman

ps
Naskah: t.b
ra
Analisis Statistik Lintas Sektor
ba

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik


ua

Provinsi Papua Barat


ap
//p

Gambar Kulit:
s:
tp

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik


ht

Provinsi Papua Barat

Diterbitkan oleh:
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Kata Pengantar

Informasi dini, seperti persepsi pelaku konsumsi terhadap situasi perekonomian,


merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi semua pihak. Informasi dini tersebut
sangat diperlukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat karena mampu memberikan
sinyal awal mengenai perkiraan kondisi perekonomian beberapa bulan mendatang.

Sejak tahun 1995, Badan Pusat Statistik telah mengembangkan Sistem Pemantauan

.id
Indikator Dini, yang mencakup penghitungan Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi

o
.g
Konsumen (ITK). Indeks Tendensi Bisnis dihitung berdasarkan hasil Survei Tendensi Bisnis,

ps
sedangkan ITK dihitung berdasarkan hasil Survei Tendensi Konsumen.

t.b
Publikasi ini menjelaskan metode dan hasil penghitungan Indeks Tendensi Konsumen
ra
tahun 2017. Sebelumnya, penghitungan indeks tersebut hanya mencakup wilayah Jabodetabek.
ba

Mulai Triwulan I tahun 2011, penghitungan Indeks Tendensi Konsumen telah mencakup seluruh
ua

provinsi di Indonesia yang dilakukan secara panel setiap triwulan. Perluasan cakupan
ap

penghitungan indeks tersebut dilakukan agar diperoleh indikator perkembangan ekonomi terkini
//p

dan indikator dini perkiraan kondisi perekonomian mendatang yang lebih akurat.
s:

Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan publikasi ini
tp
ht

disampaikan penghargaan dan terima kasih. Kritik dan saran bagi penyempurnaan publikasi ini
sangat diharapkan.

Manokwari, April 2018


Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Papua Barat,

Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si, MM


NIP. 19641023 198802 2 001

Indeks Tendensi Konsumen iii


Provinsi Papua Barat 2014
Daftar Isi

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR iii
1. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1

.id
B. Tujuan 2

o
C. Cakupan Penelitian 2

.g
D. Sistematika Penulisan 3

ps
2. KAJIAN LITERATUR 4
A. Consumer Sentiment Index t.b 4
ra
B. Consumer Confident Index 5
ba

C. Survei Konsumen 7
ua

3. METODOLOGI 8
ap

A. Prosedur Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen 9


//p

B. Interpretasi Indeks Tendensi Konsumen 14


s:
tp

4. HASIL PENGHITUNGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN 16


ht

A. Profil Rumah Tangga 2017 16


B. Perkembangan Nilai Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-
18
IV Tahun 2017

C. Nilai Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2017 menurut


21
Komponen

D. Posisi ITK Papua Barat di Kawasan Sulampua 23


E. Posisi ITK Papua Barat Secara Nasional 26
5. KESIMPULAN 31
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 34

Indeks Tendensi Konsumen iv


Provinsi Papua Barat 2014
Daftar Tabel dan Gambar

No Tabel Judul Tabel Halaman


4.1 Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Tingkat Pendidikan 18
Papua Barat 2017
4.2 Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Lapangan Pekerjaan 18
Utama Papua Barat 2017
4.3 Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Jenis Pekerjaan 19

.id
Utama Papua Barat 2017

o
.g
4.4 Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Rata-rata 19

ps
Pendapatan Papua Barat 2017

t.b
4.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat Triwulan I-IV Tahun 22
2017 Menurut Variabel Pembentuknya
ra
No
ba

Judul Gambar Halaman


Gambar
ua

4.1 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-IV Papua 20


ap

Barat 2011 -2017


//p

4.2 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat di Kawasan Sulampua 24


s:

Triwulan I Tahun 2017


tp

4.3 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat di Kawasan Sulampua 25


ht

Triwulan II Tahun 2017


4.4 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat di Kawasan Sulampua 26
Triwulan III Tahun 2017
4.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat di Kawasan Sulampua 26
Triwulan IV Tahun 2017
4.6 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2017 Tingkat Nasional dan 27
Provinsi
4.7 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2017 Tingkat Nasional 28
dan Provinsi
4.8 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017 Tingkat Nasional 29
dan Provinsi
4.9 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2017 Tingkat Nasional 30
dan Provinsi
Indeks Tendensi Konsumen v
Provinsi Papua Barat 2014
ht
tp
s:
//p
ap
ua
ba
ra
t.b
ps
.g
o .id
PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG

o .id
Informasi dini tentang kondisi perekonomian terkini sangat diperlukan oleh pemerintah

.g
maupun dunia usaha. Pemerintah memerlukan informasi tersebut diantaranya untuk perencanaan,

ps
sedangkan dunia usaha diantaranya untuk keperluan investasi atau ekspansi pasar. Dengan
t.b
adanya informasi dini, berbagai pihak dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
ra
mengatasi perubahan keadaan supaya tak menimbulkan kerugian.
ba
ua

Badan Pusat Statistik RI telah mengembangkan dua macam survei terkait dengan informasi
ap

dini perekonomian yaitu Indeks Tendensi Bisnis (ITB) untuk indikator perekonomian dari sisi bisnis
dan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) untuk indikator perekonomian dari sisi konsumen. ITB
//p

dibentuk dari hasil pendataan Survei Tendensi Bisnis, sedangkan ITK dibentuk dari hasil
s:
tp

pendataan Survei Tendensi Konsumen (STK). Khusus untuk Survei Tendensi Bisnis (STB) hanya
ht

dilaksanakan di beberapa provinsi tertentu di Indonesia, sedangkan untuk STK, mulai tahun 2011
pelaksanaannya telah dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia setelah sejak tahun 2001
pelaksanaannya hanya terbatas pada wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi).

ITK terkini disajikan dalam jangka pendek, yaitu setiap triwulanan. Informasi perekonomian
terkini tersebut dibentuk dari tiga komponen, yaitu pendapatan rumah tangga, pengaruh inflasi
terhadap makanan sehari-hari, dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan,
susu, buah-buahan, dll.). Disamping itu, disajikan pula perkiraan perekonomian mendatang (tiga
bulan mendatang/triwulan berikutnya). Kondisi perekonomian mendatang ini terbentuk dari dua
komponen, yaitu perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang dan rencana pembelian barang-
barang tahan lama.

Indeks Tendensi Konsumen 1


Provinsi Papua Barat 2014
Karena pentingnya informasi tentang kondisi perekonomian terkini dan perkiraan
perekonomian mendatang, hasil penghitungan ITK ini telah dipublikasikan secara rutin dalam
Berita Resmi Statistik bersamaan dengan penyampaian press release pertumbuhan ekonomi
setiap triwulan, yaitu Bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.

B. TUJUAN

Tujuan penyusunan Indeks Tendensi Konsumen:

.id
1. Memberikan informasi dini tentang perkembangan perekonomian dari sisi konsumen.

o
.g
2. Memberikan perkiraan kondisi perekonomian dari sisi konsumen tiga bulan mendatang

ps
C. CAKUPAN PENELITIAN t.b
ra
ba

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah sebuah indeks yang dihitung berdasarkan hasil
ua

pendataan Survei Tendensi Konsumen (STK). Sebelum Triwulan I-2011, BPS hanya
ap

melaksanakan STK di wilayah Jabodetabek, tetapi sejak Triwulan I-2011 pelaksanaan STK
//p

diperluas diseluruh provinsi dengan jumlah sampel 10.865 rumah tangga. Pada tahun 2017,
s:

jumlah sampel diseluruh indonesia kembali diperluas sehingga mencapai 14.600 rumah tangga di
tp

Triwulan IV. Di Provinsi Papua Barat Pelaksanaan STK dilakukan di 3 Kabupaten/Kota yaitu
ht

Kabupaten Fakfak, Kabupaten Manokwari, dan Kota Sorong, dengan jumlah sampel sebanyak 160
rumah tangga. Responden STK mulai triwulan I-2015 dipilih pada strata blok sensus kategori
sedang dan tinggi berdasarkan “wealth index“ dan merupakan sub-sampel dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara
panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi
konsumen antar waktu. Pada saat yang sama juga dilakukan penyempurnaan kuesioner dan cara
penghitungan indeksnya. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk
memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.
Dengan adanya perluasan sampel, nilai ITK dapat disajikan sampai level provinsi.

Indeks Tendensi Konsumen 2


Provinsi Papua Barat 2014
D. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan Publikasi Indeks Tendesi Konsumen Provinsi Papua Barat Tahun 2017 ini terbagi
dalam lima bagian, yaitu:

 Bagian 1 Pendahuluan : yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Cakupan Penelitian, dan
Sitematika penulisan.

 Bagian 2 Kajian Literatur : menyajikan berbagai penelitian yang pernah dilakukan


mengenai Indeks Tendensi Konsumen.

.id
 Bagian 3 Metodologi : menyajikan prosedur penghitungan Indeks Tendensi Konsumen

o
dan intrepetasi hasil penghitungan Indeks tendensi Konsumen

.g
ps
 Bagian 4 Hasil Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen : menyajikan profil rumah

t.b
tangga Survei Tendensi Konsumen, perkembangan nilai Indeks Tendensi Konsumen
ra
Triwulan I-IV tahun 2017, dan nilai Indeks Tendensi Konsumen tahun 2017 menurut
ba

komponen.
ua

 Bagian 5 Kesimpulan : menyajikan ringkasan indikator dini perekonomian dari sisi


ap

konsumen dalam Indeks Tendensi Konsumen selama tahun 2017.


//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 3


Provinsi Papua Barat 2014
KAJIAN LITERATUR 2

A. Consumer Sentiment Index

o .id
Michigan University di Amerika Serikat menyajikan Indeks Sentimen Konsumen (Consumer

.g
Sentiment Index=CSI). Indeks Sentimen Konsumen diperoleh melalui Survei Sentimen Konsumen

ps
yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian di Michigan University, Amerika Serikat. Survei ini
t.b
dilakukan setiap bulan, dan tujuan utama dari penyusunan indeks ini adalah untuk kepentingan
ra
investasi.
ba
ua

Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index=CSI) disusun sebagai pembanding


ap

dari Purchasing Managers Index (PMI) atau Indeks Pembelanjaan Perusahaan yang memantau
//p

kondisi bisnis khususnya dari sisi pasar bursa. Nilai indeks PMI diinterpretasikan sebagai berikut :
nilai indeks di bawah 50 mengindikasikan kondisi perekonomian mengalami kontraksi, sedangkan
s:
tp

di atas 50 menandakan kondisi perekonomian mengalami ekspansi.


ht

Variabel-variabel yang digunakan untuk menyusun PMI antara lain: belanja perusahaan
terhadap saham, pembelian barang tahan lama dan total penjualan kendaraan mobil. Dua variabel
terakhir menunjukkan bahwa semakin tinggi volumenya, semakin tinggi pula permintaan akan
barang tahan lama dan mobil. Akibatnya, suplai barang dari produsen juga meningkat yang
tentunya akan memberikan dampak pada peningkatan kesempatan kerja. Di lain pihak,
permintaan akan barang tahan lama dan kendaraan juga merupakan gambaran dari konsumsi
rumahtangga.

Indeks Tendensi Konsumen 4


Provinsi Papua Barat 2014
PMI merupakan ukuran kuantitatif sedangkan CSI merupakan ukuran kualitatif. Secara
kualitatif, informasi dari pengusaha mengenai belanja barang dan jasa perusahaan seperti iklan
dan jasa konsultan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat sentimen perusahaan terhadap
bisnisnya. Hal ini sejalan dengan sikap konsumen terhadap konsumsi rumahtangga. Peningkatan
konsumsi rumahtangga akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana diketahui bahwa
konsumsi rumahtangga domestik adalah salah satu faktor pendorong dalam memperkuat
fundamental ekonomi, meskipun dalam perekonomian yang lebih luas dan terbuka, konsumsi
domestik bukan satu-satunya faktor pendorong karena adanya kegiatan ekspor dan impor.

o .id
.g
B. Consumer Confident Index

ps
Consumer Confidence Index (CCI) atau Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) diperkenalkan

t.b
oleh The Conference Board sejak tahun 1985 melalui Survei Kepercayaan Konsumen. IKK
ra
ditentukan berdasarkan tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian, yang
ba

disajikan dalam bentuk indeks yang secara normatif ditentukan dalam nilai 100. Nilai indeks ini
ua

merupakan proporsi dari pendapat konsumen mengenai kondisi saat ini dengan bobot sebesar 40
ap

persen dan kondisi mendatang dengan bobot sebesar 60 persen.


//p

Interpretasi dari indeks ini adalah apabila IKK meningkat mengindikasikan konsumsi/belanja
s:

konsumen juga meningkat. Akibatnya, dari sisi penawaran perusahaan akan meningkatkan
tp
ht

produksinya yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan. Dampak lain adalah meningkatnya
konsumsi rumah tangga sehingga tingkat permintaan kredit ke Bank meningkat. Dengan demikian
pemerintah dapat mengantisipasi akan adanya kenaikan pajak pendapatan yang diperoleh dari
naiknya konsumsi rumah tangga. Sebaliknya bila IKK menurun, maka konsumsi rumah tangga
juga menurun yang berarti permintaan akan produk juga menurun. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya suplai dari perusahaan baik dari sektor industri manufaktur, konstruksi, dan lain-lain.
Kondisi ini akan mengakibatkan kondisi perekonomian mengalami kontraksi.

Indeks Tendensi Konsumen 5


Provinsi Papua Barat 2014
Survei Kepercayaan Konsumen dilakukan setiap bulan dengan jumlah responden sekitar
5.000 rumah tangga. Variabel yang dicakup pada kuesioner survei ini antara lain :

1. Kondisi bisnis saat ini

2. Kondisi bisnis 6 bulan mendatang

3. Kondisi lapangan pekerjaan saat ini

4. Kondisi lapangan pekerjaan enam bulan mendatang

5. Jumlah pendapatan seluruh anggota keluarga selama enam bulan mendatang

.id
Setiap variabel di atas mempunyai jawaban positif (meningkat) dan negatif (menurun).

o
.g
Jawaban meningkat diberi skor 1 dan menurun diberi skor 0. Untuk penghitungan nilai indeks

ps
masing-masing variabel digunakan rumus Diffussion Index. Besarnya indeks menunjukkan tingkat

t.b
kepercayaan konsumen terhadap kondisi perekonomian pada periode tertentu terhadap periode
ra
pembandingnya. Apabila pertumbuhan indeks kurang dari lima persen, maka kepercayaan
ba

konsumen cenderung tetap atau stagnant, tetapi bila pertumbuhan lebih dari lima persen maka
ua

kepercayaan konsumen meningkat dibanding periode pembandingnya.


ap

Indeks Kepercayaan Konsumen atau Consumer Confidence Index (CCI) yang disusun oleh
//p

The Conference Board dibagi menjadi dua macam indeks, yaitu Indeks Kepercayaan Konsumen
s:

Kini (Current Consumer Confidence Index) dan Indeks Kepercayaan Konsumen Mendatang
tp
ht

(Future Consumer Confidence Index). Indeks Kepercayaan Konsumen Kini merupakan komposit
dari dua variabel, yaitu kondisi bisnis saat ini dan kondisi lapangan pekerjaan saat ini. Sedangkan
Indeks Kepercayaan Konsumen mendatang merupakan komposit dari tiga variabel: kondisi bisnis
enam bulan mendatang, kondisi lapangan pekerjaan enam bulan mendatang dan jumlah
pendapatan seluruh anggota keluarga selama enam bulan mendatang.

Indeks Tendensi Konsumen 6


Provinsi Papua Barat 2014
C. Survei Konsumen

Bank Indonesia melakukan survei sejenis dengan Survei Tendensi Konsumen (STK), yaitu
Survei Keyakinan Konsumen, yang dilakukan setiap bulan terhadap 4.365 rumahtangga. Survei ini
dilakukan sejak tahun 1993 dan menghasilkan suatu ukuran yaitu Indeks Keyakinan Konsumen.

Indeks Keyakinan Konsumen dihitung dengan menggunakan metode Balance Score (SB-net
balance+100), yaitu dengan menjumlahkan hasil dari Metode SB-net balance ditambah 100.
Interpretasi dari IKK, adalah jika indeks di atas 100 berarti optimis dan sebaliknya, jika indeks di
bawah 100 berarti pesimis.

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 7


Provinsi Papua Barat 2014
METODOLOGI 3

Selain Survei Tendensi Bisnis, informasi dini mengenai keadaan dan perkembangan

.id
perekonomian juga dapat diketahui melalui Survei Tendensi Konsumen. Survei tersebut bertujuan

o
.g
untuk memperoleh gambaran mengenai situasi bisnis dan perekonomian secara umum menurut

ps
pendapat konsumen sebagai pelaku konsumsi. Informasi yang dikumpulkan meliputi rencana

t.b
pembelian beberapa komoditi kategori “normal goods” seperti daging, ikan, susu, buah-buahan
ra
untuk konsumsi makanan, dan komoditi pakaian, biaya perumahan, biaya pendidikan,
ba

transportasi, biaya kesehatan, dan rekreasi untuk komoditi bukan makanan. Disamping itu
ua

dikumpulkan pula informasi “luxury goods” seperti rumah/tanah, mobil, TV, komputer untuk
ap

konsumsi bukan makanan, serta informasi mengenai kondisi pendapatan dan tabungan.
//p

Sebagaimana halnya dengan Indeks Tendensi Bisnis, Indeks Tendensi Konsumen juga terdiri
s:

dari dua jenis indeks yaitu Indeks Indikator Kini (Current Indicator Index) dan Indeks Indikator
tp

Mendatang (Future Indicator Index). Indeks Indikator Kini (IIK) merupakan indeks komposit dari
ht

beberapa variabel yang dapat mengidentifikasi kondisi ekonomi rumahtangga (konsumen) pada
saat triwulan berjalan (saat survei) dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Sedangkan Indeks
Indikator Mendatang (IIM) merupakan indeks komposit dari beberapa variabel yang dapat
mengidentifikasi kondisi ekonomi rumahtangga (konsumen) dan rencana untuk membeli barang-
barang tahan lama pada periode tiga bulan mendatang.

Komponen variabel Indeks Indikator Kini adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan seluruh anggota keluarga pada periode 3 (tiga) bulan terakhir.

b. Pengaruh kenaikan harga-harga terhadap konsumsi makanan sehari-hari (Kaitan inflasi


dengan konsumsi makanan sehari-hari).

Indeks Tendensi Konsumen 8


Provinsi Papua Barat 2014
c. Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan) dan
bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, rekreasi) saat
ini dibandingkan dengan keadaan periode 3 bulan yang lalu.

Komponen variabel Indeks Indikator Mendatang adalah sebagai berikut:

a. Perkiraan pendapatan seluruh anggota keluarga pada periode 3 bulan yang akan datang.

b. Rencana pembelian barang-barang tahan lama (televisi, CD/VCD player/compo, lemari es,
mesin cuci, oven listrik, AC, Computer, Meubel/lemari/meja kursi, tempat tidur, sepeda

.id
motor) untuk periode 3 bulan yang akan datang.

o
.g
ps
A. Prosedur Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen

t.b
Variabel-variabel yang ditanyakan dalam Survei Tendensi Konsumen mempunyai 3 jenis
ra
jawaban yaitu meningkat, tetap dan menurun. Prosedur penghitungan Indeks Tendensi Konsumen
ba

(Indeks Indikator Kini dan Indeks Indikator Mendatang) masing-masing adalah sebagai berikut :
ua
ap
//p

a. Pemberian skor jawaban


s:

Jawaban untuk variabel-variabel yang terpilih diberi skor 2 (dua) bila jawabannya ”meningkat
tp

atau lebih”, diberi skor 1 (satu) bila jawabannya ”kurang lebih sama atau tetap”, dan diberi skor 0
ht

(nol) bila jawabannya ”menurun”. Untuk memperoleh Total Skor (TS), jawaban dari seluruh
responden untuk masing-masing variable dijumlahkan. Perlu dicatat, bahwa penghitungan skor
untuk variabel pembelian barang tahan lama agak berbeda dengan penghitungan variabel
konsumsi beberapa komoditi.

b. Skor jawaban variabel pembelian barang tahan lama

Banyaknya jenis barang tahan lama yang ditanyakan pada variabel rencana pembelian
barang tahan lama terdiri dari 11 jenis barang. Untuk masing-masing jenis barang tersebut
ditanyakan apakah responden berencana untuk membeli, menggadaikan/menjual atau sudah
memiliki barang tersebut lebih dari 5 tahun. Adapun pemberian skor untuk variabel barang tahan

Indeks Tendensi Konsumen 9


Provinsi Papua Barat 2014
lama tersebut adalah sebagai berikut :

x menyatakan rencana jumlah pembelian barang tahan lama.

y menyatakan jumlah penggadaian/penjualan barang tahan lama.

z menyatakan jumlah barang tahan lama yang telah dimiliki lebih dari 5 tahun.

Skor 0, jika x = 0 dan y ≥ 1 atau x = 0 dan z ≥ 1, artinya responden diperkirakan kemungkinannya


kecil untuk membeli suatu barang tahan lama jika dia telah menggadaikan/menjual atau memiliki
barang tersebut lebih dari 5 tahun. Skor 1, jika x = 0 dan y = 0 dan z = 0, artinya jika responden

.id
belum membeli, menggadaiakan/menjual atau memiliki barang tahan lama tersebut lebih dari 5

o
tahun, maka ia mempunyai kemungkinan untuk berencana membelinya. Skor 2 jika x ≥ 1, artinya

.g
responden memang telah berencana untuk membeli barang tahan lama tersebut minimal 1 item/

ps
jenis.
t.b
ra
Setelah skor untuk masing-masing jenis barang tahan lama diperoleh, kemudian dicari skor-
ba

skor tersebut selanjutnya akan sebagai salah satu indeks variabel pembentuk digunakan dalam
ua

penghitungan Indeks Indikator Mendatang (IIM).


ap
//p

c. Skor jawaban variabel konsumsi beberapa komoditi.


s:
tp

Konsumsi rumah tangga yang ditanyakan pada Survei Tendensi Konsumen terdiri dari 11
ht

jenis komoditi makanan yaitu ikan, daging (sapi, kambing, babi, dll), daging unggas, telur, susu,
sayur-sayuran, tahu dan tempe, buah-buahan, gula pasir, mie instant, dan rokok. Sedangkan
untuk konsumsi non makanan yang ditanyakan terdiri dari 10 komoditi, yaitu listrik, air, dan
telepon rumah; pulsa HP; bahan bakar untuk memasak; surat kabar/majalah; kesehatan;
pendidikan; transportasi (bensin dan ongkos angkutan); rekreasi; dan pakaian. Kepada responden
ditanyakan volume konsumsi setiap jenis komoditi pada dua bulan terakhir dibandingkan dengan
periode dua bulan sebelumnya apakah sama, lebih banyak atau lebih sedikit. Masing-masing
komoditi akan diberi skor 0 jika konsumsi sekarang lebih sedikit dibandingkan 2 bulan yang lalu,
skor 1 jika volume konsumsinya tetap/sama atau tidak mengkonsumsi dan skor 2 jika konsumsi
saat ini volumenya lebih banyak daripada 2 bulan yang lalu. Skor-skor tiap komoditi akan
digunakan sebagai skor total untuk penghitungan indeks tiap komoditi. Khusus untuk indeks
variable konsumsi makanan dan bukan makanan dihitung dengan rata-rata tertimbang dari
Indeks Tendensi Konsumen
Provinsi Papua Barat 2014 10
Diffusion Indeks tiap komoditi. Penimbang masing-masing komoditi diperoleh dari Survei Biaya
Hidup (SBH) yaitu proporsi rata-rata nilai pengeluaran setiap komoditi terhadap rata-rata
pengeluaran rumahtangga dalam sebulan.

d. Penghitungan Indeks Variabel.

Untuk mendapatkan indeks dari setiap variabel, dihitung dengan menggunakan rumus
Diffusion Index seperti yang digunakan oleh The Conference Board (1990). Penghitungannya yaitu

.id
dengan membagi total skor dengan jumlah responden dikalikan 100 :

o
.g
ps
dimana : t.b
ra
ba

Ivi = indeks variabel terpilih ke-i


ua

TS = total skor variabel ke-i dari seluruh responden


ap

n = jumlah responden
//p
s:

Nilai indeks di atas besarannya berkisar antara 0 – 200.


tp
ht

e. Penghitungan Indeks Indikator Kini dan Mendatang

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) terdiri dari Indeks Indikator Kini (IIK) dan Indeks Indikator
Mendatang (IIM). Kedua indeks tersebut disusun secara terpisah. Masing-masing indeks indikator
tersebut merupakan indeks rata-rata tertimbang dari beberapa indeks variabel pembentuknya.
Untuk menghitung Indeks Indikator Kini dan Indeks Indikator Mendatang digunakan rumus sebagai
berikut:

Indeks Tendensi Konsumen 11


Provinsi Papua Barat 2014
dimana :

IIK = Indeks Indikator Kini.

IIM = Indeks Indikator Mendatang.

wi = Penimbang variabel ke i

Ivi = Indeks variabel terpilih ke-I

f. Penentuan Penimbang.

o .id
.g
Seperti halnya pada ITB, penentuan penimbang dalam penghitungan Indeks Tendensi

ps
Konsumen (ITK) berbeda baik untuk Indeks Indikator Kini (IIK) maupun Indeks Indikator

t.b
Mendatang (IIM). Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penentuan penimbang
ra
untuk masing-masing IIK dan IIM adalah sebagai berikut:
ba
ua

1). Indeks Indikator Kini (IIK)


ap
//p

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa komponen penyusun IIK untuk ITK terdiri atas
s:

pendapatan seluruh anggota keluarga 3 bulan terakhir, pengaruh kenaikan harga-harga terhadap
tp

konsumsi makanan sehari-hari, serta volume konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan
ht

makanan saat ini dibandingkan dengan periode 2 bulan yang lalu. Sejak triwulan I-2004,
penimbang untuk ketiga komponen dihitung melalui fungsi Double Log sebagai berikut :

Log IIK = 0 α 1 Log (Y ) 2 Log (KP) 3 Log (TK )


dimana :

IIK = Indeks Indikator Kini

PDK = Pendapatan seluruh anggota rumahtangga pada Triwulan berjalan

KH = Pengaruh kenaikan harga terhadap konsumsi makanan sehari-hari

Indeks Tendensi Konsumen 12


Provinsi Papua Barat 2014
KK = Konsumsi beberapa komoditi manakan dan bukan makanan

α0, α1, α2, α3 = Estimasi parameter fungsi double log

Besaran α1 mengindikasikan elastisitas pendapatan seluruh anggota rumahtangga terhadap


IIK, α2 mengindikasikan elastisitas pengaruh kenaikan harga terhadap konsumsi makanan sehari-
hari terhadap IIK, dan α3 mengindikasikan elastisitas konsumsi beberapa komoditi makanan dan
bukan makanan saat ini terhadap IIK. Sebagai contoh, hasil penghitungan penimbang ITK pada
Triwulan IV-2011 untuk Provinsi Papua Barat masing-masing komponen IIK adalah :

.id
a. Pendapatan seluruh anggota rumah tangga sebesar 0,5307

o
b. Pengaruh kenaikan harga terhadap konsumsi makanan sehari-hari sebesar 0,2587

.g
ps
c. Konsumsi beberapa komoditi sebesar 0,2106

t.b
ra
2). Indeks Indikator Mendatang (IIM)
ba
ua

Komponen penyusun IIM untuk ITK terdiri atas pendapatan seluruh anggota keluarga 3 bulan
ap

yang akan datang dan rencana pembelian barang-barang tahan lama. Sejak triwulan I-2004,
//p

penimbang untuk ketiga komponen dihitung melalui fungsi Double Log sebagai berikut :
s:

Log IIM = α 0 α1 ) α2 ) α4
tp

) 3
ht

dimana :

IIM = Indeks Indikator Mendatang

PDM = Perkiraan pendapatan seluruh anggota rumahtangga pada triwulan mendatang.

RTH = Rencana pembelian barang-barang tahan lama

α0, α1, α2 = Estimasi parameter fungsi double log

Besaran α1 mengindikasikan elastisitas perkiraan pendapatan seluruh anggota rumahtangga


pada triwulan mendatang terhadap IIM dan α2 mengindikasikan elastisitas rencana pembelian
barang-barang tahan lama terhadap IIM. Sebagaimana IIK, series data yang digunakan untuk
menghitung penimbang IIM juga menggunakan juga menggunakan metode yang sama. Sebagai

Indeks Tendensi Konsumen 13


Provinsi Papua Barat 2014
contoh, hasil penghitungan penimbang pada Triwulan IV-2011 untuk masing-masing komponen
IIM adalah :

a. Perkiraan pendapatan seluruh anggota rumahtangga pada triwulan mendatang sebesar


0,6746.

b. Rencana pembelian barang-barang tahan lama sebesar 0,3254.

Penghitungan IIM dilakukan untuk memperkirakan nilai ITK dan pada triwulan berikutnya
sebagai prediksi kondisi ekonomi konsumen pada tiga bulan yang akan datang.

.id
o
.g
B. Interpretasi Hasil Indeks Tendensi Konsumen.

ps
a. Indeks Indikator Kini
t.b
ra
• 100 < I < 200 : jumlah jawaban ”meningkat” lebih besar dari jawaban ”menurun” artinya
ba

kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat dibanding periode triwulan
ua

sebelumnya.
ap

• I = 100 : jumlah jawaban ”meningkat” dan ”menurun” adalah seimbang, artinya kondisi
//p

ekonomi konsumen pada triwulan berjalan sama dengan triwulan sebelumnya.


s:
tp

• I < 100 : jumlah jawaban ”menurun” lebih besar dari jawaban ”meningkat”, artinya kondisi
ht

ekonomi konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding keadaan triwulan sebelumnya.

b. Indeks Indikator Mendatang.

• 100 < I < 200 : jumlah jawaban ”meningkat” lebih besar dari jawaban ”menurun”, artinya
konsumen memprediksi bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang
meningkat jika dibandingkan dengan triwulan berjalan.

• I = 100 : jumlah jawaban ”meningkat” dan ”menurun” adalah seimbang, artinya konsumen

Indeks Tendensi Konsumen 14


Provinsi Papua Barat 2014
memprediksi bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang sama dengan
periode triwulan berjalan.

• I < 100 : jumlah jawaban ”menurun” lebih besar dari jawaban ”meningkat”, artinya konsumen
memprediksi bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang akan menurun
dibanding keadaan triwulan berjalan.

Indeks Indikator Kini diinterpretasikan sebagai Indeks Tendensi Konsumen pada triwulan
berjalan dan Indeks Indikator Mendatang sebagai perkiraan Indeks Tendensi Konsumen pada
triwulan mendatang. Sebagai contoh, Survei Tendensi Konsumen yang dilakukan pada Triwulan

.id
IV-2011 menghasilkan IIK sebesar 109,95 dan IIM sebesar 106,21. Hal ini berarti bahwa Indeks

o
.g
Tendensi Konsumen untuk Triwulan IV-2011 adalah sebesar 109,95 dan perkiraan Indeks

ps
Tendensi Konsumen untuk Triwulan IV-2011 adalah sebesar 106,21.

t.b
Dalam aplikasinya, Indeks Indikator Kini dan Mendatang digunakan bersamaan dalam
ra
menganalisis keadaan konsumen pada triwulan berjalan dan prospeknya pada triwulan
ba

mendatang berdasarkan persepsi konsumen.


ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 15


Provinsi Papua Barat 2014
HASIL PENGHITUNGAN ITK 4

A. Profil Rumah Tangga 2017

o .id
Indeks Tendensi Konsumen adalah indeks yang terbentuk dari hasil Survei Tendensi

.g
ps
Konsumen. Survei ini semula hanya dilaksanakan di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,

t.b
Tangerang, dan Bekasi) bersama dengan Survei Tendensi Bisnis (ITB) yang digunakan untuk
membentuk Indeks Tendensi Bisnis. Mulai pada tahun 2011 Survei Tendensi Konsumen
ra
ba

dilaksanakan di seluruh provinsi sehingga Indeks Tendensi Konsumen telah dapat


ua

diperbandingkan antar provinsi di Indonesia. Lain halnya dengan ITK, penghitungan ITB tidak
ap

dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia.


//p

Survei Tendensi Konsumen Papua Barat dilaksanakan di tiga kabupaten/kota, yaitu di Kota
s:

Sorong, Kabupaten Manokwari, dan Kabupaten Fakfak. Responden STK mulai triwulan I-2017
tp

dipilih pada strata blok sensus kategori sedang dan tinggi berdasarkan “wealth index“ dan
ht

merupakan sub-sampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) khusus di daerah
perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran
yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.

Karakteristik rumah tangga pada Survei Tendensi Konsumen diamati berdasarkan jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan rumah tangga. Berdasarkan jenis kelamin
responden diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
yakni dengan persentase berkisar antara 54,48 sampai dengan 61,42 persen, dan sisanya yakni
sebesar 38,58 sampai 45,52 persen responden berjenis kelamin laki-laki.

Sedangkan dari sisi tingkat pendidikan kepala rumah tangga diperoleh informasi bahwa
sebagian besar kepala rumah tangga berlatar belakang pendidikan SLTP ke atas, yakni dengan

Indeks Tendensi Konsumen 16


Provinsi Papua Barat 2014
persentase berkisar antara 82,09 sampai dengan 87,40 persen, dan sisanya yakni sebesar 12,60
sampai 17,91 persen merupakan kepala rumah tangga berlatar belakang pendidikan SLTP ke
bawah.

Sedangkan berdasarkan rata-rata pendapatan sampel kepala rumah tangga tercatat sekitar
78,74 sampai dengan 88,19 persen memiliki pendapatan di atas dua juta rupiah per bulan.
Sedangkan sisanya sebesar 11,81 sampai dengan 21,26 persen berpendapatan di bawah dua juta
rupiah per bulan.

o .id
.g
Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Papua Barat 2017

ps
Triwulan

t.b
Tingkat
Pendidikan I II III IV
ra
Laki-Laki 45,52 37,80 38,58 44,09
ba

Perempuan 54,48 62,20 61,42 55,91


ua

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00


ap

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat


//p
s:

Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Tingkat Pendidikan


tp

Tabel 4.2 Papua Barat 2017


ht

Tingkat Triwulan
Pendidikan I II III IV

≤ SLTP 17,91 11,81 12,60 13,39


> SLTP 82,09 88,19 87,40 86,61

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

Indeks Tendensi Konsumen 17


Provinsi Papua Barat 2014
Persentase Sampel Rumah Tangga Menurut Rata-rata
Tabel 4.3
Pendapatan Papua Barat 2017

Triwulan
Rata-rata Pendapatan
I II III IV

< 2 Juta
11,94 14,96 21,26 11,81

.id
≥ 2 Juta 88,06 85,04 78,74 88,19

o
.g
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

ps
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

t.b
ra
B. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-IV Tahun 2017
ba
ua

Berdasarkan hasil Survei Tendensi Konsumen sepanjang tahun 2017, pada Triwulan I
ap

perekonomian konsumen mengalami penurunan (indeks ITK di bawah 100) tetapi kembali
//p

mengalami perbaikan (indeks ITK di atas 100) di Triwulan II hingga Triwulan IV. Perbaikan kondisi
s:

perekonomian ini dipengaruhi oleh variabel-variabel pembentuk ITK yaitu pendapatan rumah
tp

tangga, tidak ada pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari, serta konsumsi
ht

makanan dan non makanan rumah tangga.

Di tahun 2017, pola Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Papua Barat memiliki pola yang
senada dengan pola yang terjadi pada tahun 2014. Kesamaan pola ini ditandai dengan nilai ITK
Triwulan I pada tahun 2017 lebih rendah dibandingkan Triwulan IV di tahun sebelumnya dan terus
mengalami perbaikan di Triwulan II sampai dengan Triwulan IV. Di tahun 2017 ini, terdapat
lonjakan kondisi perekonomian konsumen yang cukup signifikan pada triwulan III. Nilai ITK pada
triwulan tersebut mencapai 118,14 meningkat 11,79 poin dari ITK triwulan sebelumnya.
Peningkatan yang cukup tajam ini terutama didorong dari tingginya indeks variabel pendapatan
rumah tangga yang mencapai 129,84. Adapun perkembangan nilai ITK Provinsi Papua Barat dari
tahun 2011 hingga 2017 tersaji dalam Gambar 4.1.

Indeks Tendensi Konsumen 18


Provinsi Papua Barat 2014
Gambar 4.1

Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-IV

o .id
.g
ps
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

t.b
ra
Pada tahun 2017, kondisi perekonomian konsumen di awal tahun mengalami penurunan
ba

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan nilai ITK Triwulan I 2017 di
ua

bawah 100, yakni sebesar 98,57. Adanya momen Hari Raya Natal disambung dengan Perayaan
ap

Tahun Baru pada Triwulan IV 2016 berdampak pada tingginya konsumsi yang dilakukan
//p

konsumen pada periode tersebut. Seiring berlalunya momen tersebut, mengakibatkan ada
s:

kecenderungan menurunnya tingkat konsumsi konsumen di Provinsi Papua Barat pada triwulan
tp

berikutnya. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pembentukan ITK pada Triwulan I 2017,
ht

yakni tercermin dari nilai ITK yang berada di bawah 100.

Berbeda dengan ITK pada triwulan I 2017, nilai ITK Provinsi Papua Barat pada triwulan II, III,
dan IV memiliki kisaran di atas 100. Hal ini dapat dimaknai dengan kondisi perekonomian
konsumen di Provinsi Papua Barat cenderung mengalami peningkatan dari triwulan ke triwulan
hingga ke Triwulan IV 2017.

Pada Triwulan II, nilai ITK mencapai 106,35. Nilai ITK tersebut mencerminkan bahwa
perekonomian konsumen di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan dibandingkan dengan
kondisinya pada Triwulan I 2017. Peningkatan ini ditengarai oleh adanya momen Bulan
Ramadhan (puasa) yang memiliki kecenderungan untuk meningkatkan pola konsumsi rumah
tangga.

Indeks Tendensi Konsumen 19


Provinsi Papua Barat 2014
Nilai ITK pada Triwulan III 2017 kembali meningkat dengan nilai mencapai 118,14. Nilai ini
merupakan nilai puncak ITK Provinsi Papua Barat sepanjang tahun 2011 hingga 2017. Tingginya
nilai ITK pada triwulan ini ditunjang oleh adanya penerimaan Gaji 13 dan Tunjangan Kinerja 13
untuk Aparatur Sipil Negara. Tidak hanya itu, pada triwulan yang sama terdapat pula momen Hari
Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha serta persiapan sekolah tahun ajaran baru. Momen-
momen tersebut diduga berdampak pada tingginya pendapatan rumah tangga pada triwulan
tersebut serta adanya peningkatan volume konsumsi untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan
Hari Raya Idul Adha juga persiapan sekolah.

.id
Hingga Triwulan IV 2017, nilai ITK Provinsi Papua Barat masil berkisar di atas 100, dengan

o
nilai sebesar 111,45. Nilai ITK yang mengecil bila dibandingkan dengan nilai ITK pada triwulan

.g
ps
sebelumnya dapat diartikan bahwa kondisi perekonomian konsumen mengalami peningkatan,
tetapi optimisme konsumen tidak setinggi dibandingkan kondisi pada triwulan sebelumnya.
t.b
Peningkatan ekonomi konsumen ini disokong oleh adanya momen Hari Raya Natal, serta
ra
ba

perayaan Malam Tahun Baru 2018.


ua

Bila dilihat trennya, perkembangan ITK Provinsi Papua Barat di setiap tahun secara kasat
ap

mata terlihat memiliki pola yang cenderung mengulang dari triwulan ke triwulan. Sepanjang tahun
//p

2011 hingga 2013 dan tahun 2015, ITK Provinsi Papua Barat terlihat memiliki pola yang sama,
s:

yakni mulai dengan nilai di bawah 100 pada triwulan I dan terus meningkat hingga triwulan IV.
tp

Meskipun demikian, pola berbeda terlihat pada tahun 2014, yakni ITK pada Triwulan III yang
ht

mengalami penurunan optimisme dibandingkan ITK pada Triwulan II 2014. Penurunan ini
ditengarai disebabkan oleh adanya kenaikan BBM diikuti dengan kenaikan harga beberapa
komoditas yang menurunkan optimisme rumah tangga dalam berkonsumsi. Sementara itu,
perbedaan pola ITK juga terlihat pada tahun 2016 dan 2017, yakni nilai ITK pada Triwulan III
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan ITK pada Triwulan IV. Kecenderungan ini
diduga disebabkan oleh banyaknya momen perayaan juga persiapan tahun ajaran baru pada
Triwulan III pada dua tahun tersebut yang mengakibatkan tingginya pendapatan maupun volume
konsumsi rumah tangga. Hal ini berdampak pada tingginya ITK pada triwulan tersebut, yang
kemudian melandai pada Triwulan IV.

Indeks Tendensi Konsumen 20


Provinsi Papua Barat 2014
C. Nilai Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2017 Menurut Komponen

Kondisi perekonomian konsumen di Papua Barat selama tahun 2017 cenderung mengalami
perbaikan. Di samping itu, konsumen juga berpersepsi bahwa rasa optimisme terhadap
perekonomian terus mengalami peningkatan hingga Triwulan III dan melandai pada Triwulan IV.
Peningkatan ITK didorong oleh komponen pendapatan rumah tangga, pengaruh inflasi terhadap
konsumsi rumah tangga, dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan I-2017 sebesar 98,57, artinya

.id
kondisi ekonomi konsumen mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan IV
-2016). Menurunnya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh rendahnya pengaruh

o
.g
inflasi terhadap konsumsi rumah tangga (nilai indeks 95,34). Bila dibandingkan dengan triwulan

ps
sebelumnya, nilai indeks dan tingkat optimisme semua nilai variabel pembentuk ITK mengalami

t.b
penurunan dari triwulan sebelumnya. Di triwulan ini indeks pendapatan rumah tangga kini
ra
mengalami penurunan optimisme (nilai indeks 96,66). Demikian pula dengan indeks tinggi
ba

konsumsi makanan dan bukan makanan juga mengalami penurunan optimisme (nilai indeks
ua

107,26). Penurunan optimisme nilai indeks tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di
ap

restoran/rumah makan serta bukan makanan terjadi karena tingkat konsumsi rumah tangga pada
//p

triwulan IV-2016 relatif tinggi, di mana pada triwulan itu terdapat momen peringatan Hari Raya
s:

Natal, dan perayaan malam tahun baru, dan selanjutnya di triwulan ini tingkat konsumsi rumah
tp

tangga kembali normal.


ht

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan II-2017 sebesar 106,35, artinya
kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan I-
2017). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tingginya volume
konsumsi makanan dan bukan makanan (nilai indeks 108,42). Peningkatan terjadi pada nilai
indeks tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan serta bukan
makanan karena tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2017 relatif tinggi, dimana pada
triwulan ini terdapat momen puasa yang umumnya justru meningkatkan pola konsumsi konsumen.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan III-2017 sebesar 118,14, artinya
kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan II-
2017). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tingginya pendapatan
rumah tangga kini (nilai indeks 129,84). Tingginya nilai indeks pendapatan rumah tangga kini pada
Indeks Tendensi Konsumen 21
Provinsi Papua Barat 2014
triwulan ini ditunjang oleh adanya penerimaan Gaji 13 dan Tunjangan Kinerja 13 untuk Aparatur
Sipil Negara, maupun THR maupun bonus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tidak hanya itu, pada
triwulan yang sama terdapat pula momen persiapan sekolah tahun ajaran baru. Momen-momen
tersebut diduga berdampak pula pada tingginya harga beberapa komoditi serta adanya
peningkatan volume konsumsi untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha juga
persiapan sekolah. Hal ini juga diduga turut mendongkrak nilai ITK pada Triwulan III 2017.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan IV-2017 sebesar 111,45,
artinya kondisi ekonomi konsumen tetap mengalami perbaikan tetapi mengalami penurunan

.id
optimisme dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan III-2017). Perbaikan kondisi ekonomi

o
konsumen terutama didorong oleh pendapatan rumah tangga yang cukup tinggi (nilai indeks

.g
116,50). Adanya momen Hari Raya Natal serta perayaan tahun baru pada penghujung tahun

ps
ditengarai adanya bonus akhir tahun maupun tunjangan hari raya yang biasa diterima konsumen
t.b
pada triwulan IV. Selain itu, adanya momen Hari Raya Natal dan Perayaan Tahun Baru menjadi
ra
salah satu penyebab tingkat konsumsi rumah tangga atas bahan makanan maupun komoditi non
ba

makanan relatif tinggi dan secara tidak langsung mendongkrak ITK pada Triwulan IV. Beberapa
ua

komoditi yang lebih banyak dikonsumsi pada triwulan IV-2017 dibandingkan pada triwulan
ap

sebelumnya antara lain bahan makanan, pakaian, serta transportasi.


//p
s:

Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat Triwulan I-IV Tahun 2017 Menurut
Tabel 4.5
tp

Variabel Pembentuknya
ht

Triwulan
Variabel Pembentuk
I II III IV

Pendapatan Rumah Tangga 96,66 104,99 129,84 116,50


Pengaruh inflasi terhadap konsumsi rumah
95,34 107,28 105,99 103,11
tangga
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan,
dll,) dan bukan makanan (pakaian, 107,26 108,42 105,69 110,01
perumahan, pendidikan, transportasi,
kesehatan, rekreasi)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN 98,57 106,35 118,14 111,45

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

Indeks Tendensi Konsumen 22


Provinsi Papua Barat 2014
D. Posisi ITK Papua Barat di Kawasan Sulampua

Nilai ITK pada provinsi di kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) pada Triwulan I
diindikasikan mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada empat provinsi, antara lain
Provinsi Gorontalo, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Kondisi ini ditandai
dengan nilai ITK Triwulan I 2017 yang berkisar di atas 100.

.id
o
.g
ps
Gambar 4.2

t.b
Indeks Tendensi
Konsumen Papua
ra
Barat di Kawasan
ba

Sulampua
Triwulan I Tahun
ua

2017
ap

Sumber; BPS Papua Barat


//p

Menurut komponen penyusun indeks, terdapat empat dari seluruh provinsi di kawasan
s:

Sulampua yang mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen pendapatan rumah tangga
tp

kini yaitu Provinsi Gorontalo, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Dari sepuluh
ht

provinsi yang terdapat pada kawasan Sulampua, hanya ada satu provinsi yang mengalami
peningkatan kondisi pada variabel pendapatan rumah tangga di Triwulan I 2017 (indeks di atas
100), yakni Provinsi Gorontalo. Sementara itu, terdapat enam provinsi yang tidak terpengaruh
inflasi terhadap tingkat konsumsi rumah tangganya, antara lain Provinsi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara (nilai indeks di atas
100). Di sisi lain, sebagian besar provinsi di kawasan Sulampua mengalami peningkatan volume
konsumsi beberapa komoditi mengalami peningkatan pada delapan provinsi, yakni Provinsi
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku,
Maluku Utara, dan Papua Barat.

Indeks Tendensi Konsumen 23


Provinsi Papua Barat 2014
Gambar 4.3

Indeks Tendensi Kon-


sumen Papua Barat di
Kawasan Sulampua
Triwulan II Tahun
2017

o .id
.g
Sumber; BPS Papua Barat

ps
Pada Triwulan II, nilai ITK pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua diindikasikan

t.b
mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen. Menurut komponen penyusun indeks, semua
ra
komponen penyusun ITK di setiap provinsi di kawasan Sulampua juga mengalami peningkatan
ba

kondisi ekonomi konsumen. Provinsi Gorontalo memiliki nilai ITK tertinggi di Sulampua dan
ua

peringkat ke-5 secara nasional (nilai ITK sebesar 115,75). Sebaliknya, Provinsi Papua Barat
ap

tercatat memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat ke-29 secara nasional
//p

(nilai ITK sebesar 106,35).


s:
tp
ht

Gambar 4.4

Indeks Tendensi
Konsumen Papua
Barat di Kawasan
Sulampua Triwulan
III Tahun 2017

Sumber; BPS Papua Barat

Indeks Tendensi Konsumen 24


Provinsi Papua Barat 2014
Perbaikan kondisi ekonomi konsumen juga terjadi pada seluruh provinsi di kawasan
Sulampua pada Triwulan III 2017. Menurut komponen penyusun indeks, konsumen dari seluruh
provinsi di kawasan Sulampua mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen
pendapatan rumah tangga kini juga pada komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi.
Untuk komponen tingkat konsumsi beberapa komoditi semua provinsi di kawasan Sulampua
mengalami perbaikan kondisi ekonomi kecuali Provinsi Maluku Utara, yakni memiliki indeks
sebesar 94,35. Provinsi Papua Barat memiliki nilai ITK tertinggi di Sulampua dan peringkat ke-2
secara nasional (nilai ITK sebesar 118,14). Sebaliknya, Provinsi Sulawesi Tengah tercatat

.id
memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat ke-26 secara nasional (nilai ITK

o
sebesar 104,75).

.g
ps
t.b
ra
ba

Gambar 4.5
ua

Indeks Tendensi
ap

Konsumen Papua
Barat di Kawasan
//p

Sulampua Triwulan
IV Tahun 2017
s:
tp
ht

Sumber; BPS Papua Barat

ITK Triwulan IV pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua memiliki nilai lebih dari 100. Bila
ditelusuri menurut variabel pembentuk ITK, seluruh provinsi kawasan Sulampua mengalami
perbaikan kondisi ekonomi pada variabel pendapatan ruta kini dan komponen pengaruh inflasi
terhadap tingkat konsumsi. Indeks pendapatan rumah tangga kini tertinggi berada pada Provinsi
Papua (nilai indeks sebesar 127,15), sementara indeks pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi tertinggi dimiliki Provinsi Sulawesi Utara (nilai indeks sebesar 115,91). Tingkat konsumsi
bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan juga mengalami
peningkatan hampir seluruh provinsi di kawasan Sulampua, kecuali Provinsi Sulawesi Tenggara
(nilai indeks sebesar 99,77).

Indeks Tendensi Konsumen 25


Provinsi Papua Barat 2014
E. Posisi ITK Papua Barat Secara Nasional
Pada Triwulan I, terjadi penurunan kondisi ekonomi konsumen terjadi pada 12 dari 33
Provinsi. ITK Nasional pada Triwulan I 2017 mencapai nilai 102,27. Terdapat 9 provinsi dengan
nilai ITK lebih tinggi daripada ITK Nasional pada Triwulan I 2017. Provinsi Banten memiliki nilai
ITK tertinggi pada Triwulan I 2017 (nilai ITK sebesar 108,42), sementara Provinsi Sulawesi Utara
memiliki nilai ITK terendah (nilai ITK sebesar 89,89). Provinsi Papua Barat berada pada peringkat
tertinggi ke-24 secara nasional (nilai ITK 98,57).

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp

Gambar 4.6 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi
ht

Konsumen di beberapa provinsi mengalami penurunan kondisi ekonomi dilihat dari nilai ITK
di bawah 100. Pada komponen pendapatan rumah tangga kini terdapat 22 dari 33 provinsi nilai
indeksnya mengalami penurunan kondisi perekonomian (nilai indeks di bawah 100), sedangkan
pada komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi terjadi penurunan kondisi
perekonomian pada 11 dari 33 provinsi. Pada komponen tingkat konsumsi bahan makanan,
makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan terjadi penurunan kondisi
perekonomian hanya di 2 dari 33 provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Utara dan Papua.

Perbaikan kondisi ekonomi konsumen secara nasional terjadi di seluruh provinsi dan 4
provinsi memiliki nilai ITK di atas rata-rata ITK nasional (nilai ITK sebesar 115,92) pada Triwulan II
2017. Provinsi Jawa Timur memiliki nilai ITK tertinggi (Nilai ITK sebesar 123,21). Sebaliknya,

Indeks Tendensi Konsumen 26


Provinsi Papua Barat 2014
Provinsi Lampung memiliki nilai ITK terendah, yaitu sebesar 104,10. Sementara itu, Provinsi
Papua Barat berada pada peringkat tertinggi tertinggi ke-29 secara nasional (nilai ITK 106,35)

Konsumen di sebagian provinsi di Indonesia mengalami perbaikan kondisi ekonomi dilihat dari
peningkatan nilai ITK. Pada komponen pendapatan rumah tangga kini seluruh provinsi nilai
indeksnya mengalami peningkatan nilai, sedangkan pada komponen pengaruh inflasi terhadap
tingkat konsumsi terjadi perbaikan kondisi perekonomian (nilai indeks di atas 100) di seluruh
provinsi. Hal yang sama terjadi pada komponen tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi
di restoran/rumah makan dan bukan makanan terjadi perbaikan kondisi ekonomi di seluruh

.id
Indonesia.

o
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Gambar 4.7 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi

Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III secara nasional terjadi di 33 provinsi
dan 14 provinsi memiliki nilai ITK di atas rata-rata ITK nasional (nilai ITK sebesar 109,42). Provinsi
DI Yogyakarta memiliki nilai ITK tertinggi (Nilai ITK sebesar 119,09). Sebaliknya, Provinsi
Sumatera Utara memiliki nilai ITK terendah, yaitu sebesar 101,97. Di triwulan ini, Provinsi Papua
Barat berada pada peringkat tertinggi ke-2 secara nasional (nilai ITK 118,14).

Konsumen di seluruh provinsi mengalami perbaikan kondisi ekonomi dilihat dari nilai ITK
yang di atas 100. Pada komponen pendapatan rumah tangga kini, semua provinsi nilai indeksnya
Indeks Tendensi Konsumen 27
Provinsi Papua Barat 2014
menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi, sedangkan pada komponen pengaruh inflasi terhadap
tingkat konsumsi terjadi peningkatan kondisi perekonomian (nilai indeks di bawah 100) pada 2
provinsi, yakni Provinsi Sumatera Utara dan Riau. Pada komponen tingkat konsumsi bahan
makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan terjadi perbaikan kondisi
ekonomi di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Sumatera Utara dan Maluku Utara.

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:

Gambar 4.8 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi
tp
ht

Pada Triwulan IV, perbaikan kondisi ekonomi konsumen secara nasional terjadi di 32 dari 33
provinsi. Adapun provinsi yang mengalami penurunan kondisi ekonomi konsumen adalah Provinsi
Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 97,91). Terdapat 13 provinsi memiliki nilai ITK di atas rata-rata
ITK nasional (nilai ITK sebesar 107,00). Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki nilai ITK tertinggi
(Nilai ITK sebesar 122,25). Sebaliknya, Provinsi Kalimantan Timur memiliki nilai ITK terendah,
yaitu sebesar 97,91. Provinsi Papua Barat berada di peringkat ke-5 secara nasional (nilai ITK
111,45).

Pada komponen pendapatan rumah tangga kini terdapat 30 dari 33 provinsi yang nilai
indeksnya menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi, sedangkan pada komponen pengaruh inflasi
terhadap tingkat konsumsi perbaikan kondisi perekonomian (nilai indeks di bawah 100) terjadi
pada pada 31 dari 33 provinsi. Pada komponen tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di

Indeks Tendensi Konsumen 28


Provinsi Papua Barat 2014
restoran/rumah makan dan bukan makanan juga terjadi peningkatan kondisi ekonomi konsumen
pada 31 dari 33 provinsi.

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap

Gambar 4.9 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 29


Provinsi Papua Barat 2014
KESIMPULAN 5

STK 2017 di Provinsi Papua Barat yang dilaksanakan di tiga wilayah yaitu Kabupaten

.id
Manokwari, Kabupaten Fakfak, dan Kota Sorong. Karakteristik rumah tangga sampel STK dilihat

o
.g
dari tingkat pendidikan kepala rumah tangga mayoritas berasal dari jenis kelamin perempuan

ps
(sekitar 54,48 - 61,42 persen), dan memiliki latar belakang pendidikan SLTP ke atas (sekitar 82,09

t.b
- 87,40 persen), dan rata-rata pendapatan di atas dua juta rupiah per bulan (78,74 - 88,19 persen).
ra
Kondisi perekonomian dilihat dari sisi konsumen (rumah tangga) di Papua Barat sempat
ba

mengalami penurunan di Triwulan I (indeks di bawah 100) namun kembali mengalami perbaikan
ua

dari Triwulan II sampai dengan Triwulan IV-2017. Tingkat optimisme konsumen juga memberikan
ap

persepsi yang meningkat pada Triwulan II sampai dengan Triwulan IV-2017. Nilai ITK Papua Barat
//p

meningkat dari 98,57 di Triwulan I; 106,35 di Triwulan II; 118,14 di Triwulan III; dan akhirnya
s:

menjadi 111,45 di Triwulan IV-2017. Secara umum sebagian besar peningkatan kondisi ekonomi
tp

konsumen didorong oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga dari triwulan I hingga triwulan
ht

IV. Konsumen juga berpersepsi bahwa terjadi peningkatan konsumsi makanan dan non makanan
untuk memenuhi kebutuhan mereka ditandai dengan nilai indeks yang berada di atas 100 dan
meningkatnya optimisme tingkat konsumsi komoditi makanan dan non makanan, terutama pada
momen-momen seperti peringatan Hari Raya Idul Fitri dan peringatan Hari Raya Natal. Walaupun
pada kedua peringatan hari raya tersebut harga barang dan jasa melonjak (terjadi inflasi) tetapi
daya beli masyarakat tetap terjaga terutama pada rumah tangga berpenghasilan tinggi. Perlu
diingat juga bahwa STK dilakukan pada konsumen menengah keatas yang tinggal di daerah
perkotaan.

Posisi nilai ITK Papua Barat di kawasan Sulampua pada Triwulan I-2017 berada pada
peringkat lima, Triwulan II-2017 mengalami penurunan peringkat sehingga berada di peringkat

Indeks Tendensi Konsumen 31


Provinsi Papua Barat 2014
kesepuluh, Triwulan III-2017 melonjak ke peringkat kedua, dan Triwulan IV-2017 meningkat
kembali sehingga berada pada peringkat ketiga dari sepuluh provinsi.

Dilihat dari posisi nilai ITK-nya secara nasional (33 provinsi), Papua Barat berada pada
peringkat ke-24 (Triwulan I-2017), peringkat ke-29 (Triwulan II-2017), peringkat ke-2 (Triwulan III-
2017), dan peringkat ke-5 (Triwulan IV-2017). Bila dibandingkan dengan nilai ITK rata-rata
nasional, Papua Barat dua kali berada di bawah nilai ITK rata-rata nasioal, yaitu pada Triwulan I-
2017 (nilai ITK nasional 98,57), dan Triwulan II-2017 (nilai ITK nasional 106,35) selebihnya pada
Triwulan III sampai dengan Triwulan IV-2017 nilai ITK-nya berada di atas nilai rata-rata nasional.

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 32


Provinsi Papua Barat 2014
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2016. Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi
Konsumen 2016. BPS: Jakarta.

.id
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Berita Resmi Statistik:
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Provinsi Papua Barat 2016. BPS

o
Provinsi Papua Barat: Manokwari.

.g
ps
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Berita Resmi Statistik:
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II Provinsi Papua Barat 2016. BPS
Provinsi Papua Barat: Manokwari.
t.b
ra
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Berita Resmi Statistik:
ba

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III Provinsi Papua Barat 2016. BPS
Provinsi Papua Barat: Manokwari.
ua

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Berita Resmi Statistik:
ap

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV Provinsi Papua Barat 2016. BPS


//p

Provinsi Papua Barat: Manokwari.


s:

------. 2016. Berita Resmi Statistik: Perkembangan Indkes Harga Konsumen/


tp

Inflasi Provinsi Papua Barat 2016 (Bulan Januari-Desember 2016). BPS


ht

Provinsi Papua Barat: Manokwari.


------. 2016. Berita Resmi Statistik: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
Barat 2016. BPS Provinsi Papua Barat: Manokwari.
------. 2016. Berita Resmi Statistik: Profil Kemiskinan di Provinsi Papua Barat
Maret 2016. BPS Provinsi Papua Barat: Manokwari.
------. 2016. Berita Resmi Statistik: Profil Kemiskinan di Provinsi Papua Barat
September 2016. BPS Provinsi Papua Barat: Manokwari.

Indeks Tendensi Konsumen 33


Provinsi Papua Barat 2014
LAMPIRAN
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I s/d IV-2017 serta Perkiraan Indeks Tendensi
Konsumen Triwulan I-2018 Tingkat Nasional dan Provinsi

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 34


Provinsi Papua Barat 2014
Indeks Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Triwulan I, II, III dan IV-2017
Tingkat Nasional dan Provinsi

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 35


Provinsi Papua Barat 2014
Indeks Pengaruh Inflasi Terhadap Konsumsi Rumah Tangga Triwulan I, II, III dan IV-2017
Tingkat Nasional dan Provinsi

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 36


Provinsi Papua Barat 2014
Indeks Tingkat Konsumsi Komoditi Makanan dan Non Makanan Triwulan I, II, III dan IV-2017
Tingkat Nasional dan Provinsi

o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 37


Provinsi Papua Barat 2014
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 38


Provinsi Papua Barat 2014
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 39


Provinsi Papua Barat 2014
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 40


Provinsi Papua Barat 2014
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 41


Provinsi Papua Barat 2014
o .id
.g
ps
t.b
ra
ba
ua
ap
//p
s:
tp
ht

Indeks Tendensi Konsumen 42


Provinsi Papua Barat 2014

Anda mungkin juga menyukai