Anda di halaman 1dari 97

ht

tp
s:
//p
ap
ua
ba
rat
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//p
ap
ua
ba
rat
.b
ps
.g
o.
id
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
PROVINSI PAPUA BARAT
2016

ISSN : 2089-1652
No. Publikasi : 91550.1706
Katalog : 4102004.91

.id
Ukuran Buku : 16,5 cm x 21 cm
Jumlah Halaman : xx+ 75 halaman

o
.g
ps
Naskah :
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Papua Barat
.b
at
ar

Penyunting :
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Papua Barat
ab
pu

Gambar Kulit :
a

Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik


//p

BPS Provinsi Papua Barat


s:
tp

Diterbitkan Oleh :
ht

©Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Dicetak Oleh :
CV. Nasional Indah

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/


atau menggandakan sebgian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan
komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.
K ATA P E N G A N TA R
K E PA L A B P S
P R O V I N S I PA P UA B A R AT

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Provinsi
Papua Barat. Publikasi ini merupakan terbitan kedelapan
yang menyajikan tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat

.id
Provinsi Papua Barat. Perubahan taraf kesejahteraan dikaji

o
menurut berbagai bidang yaitu kependudukan, kesehatan,

.g
pendidikan, ketenagakerjaan, pola dan taraf konsumsi,
ps
perumahan, serta indikator sosial lainnya.
.b

Semua indikator kesejahteraan rakyat bersumber dari hasil


at

pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Survei


ar

ini telah dilaksanakan di Provinsi Papua Barat sejak tahun


ab

2006. Indikator ketenagakerjaan bersumber dari data hasil


pu

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).


a

Kepada semua pihak yang secara aktif memberikan


//p

sumbangsih hingga terbitnya publikasi ini, kami sampaikan


s:

penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya.


tp

Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran demi


ht

perbaikan publikasi serupa di masa mendatang.

Manokwari, November 2017


Kepala BPS Provinsi Papua Barat

Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si, M.M.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 iii


ht
tp
s:
//p
a pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o .id
D A F TA R I S I

KATA PENGANTAR ____________________________ ii


DAFTAR ISI ___________________________________ iii
DAFTAR TABEL _______________________________ v

.id
DAFTAR GAMBAR _____________________________ vii
DAFTAR TABEL LAMPIRAN ____________________ xi

o
.g
TINJAUAN UMUM ______________________________ xiii
ps
I. KEPENDUDUKAN __________________________ 1
.b
at

Gambaran Umum Penduduk _____________________ 1


ar

Struktur Umur Penduduk _______________________ 2


ab

II. KESEHATAN ______________________________ 5


pu

Angka Harapan Hidup__________________________ 6


a
//p

Morbiditas ___________________________________ 7
Pertolongan Kelahiran oleh Tenaga Kesehatan ______ 8
s:

Imunisasi dan ASI _____________________________ 9


tp
ht

III. PENDIDIKAN ______________________________ 13


Angka Partisipasi Sekolah (APS) _________________ 14
Angka Partisipasi Murni (APM) __________________ 16
Harapan Lama Sekolah Dan Rata – Rata Lama Sekolah 18
Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan _____________ 21

IV. KETENAGAKERJAAN ______________________ 23

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 v


Struktur Penduduk Usia Kerja Agustus 2016 _______ 23

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran


Terbuka ____________________________________ 25
TPT Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi
Yang Ditamatkan _____________________________ 26
Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha _______ 28
Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan ________ 30

.id
Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja _____________ 31

o
V.
.g
TARAF DAN POLA KONSUMSI ______________ 33
ps
Perembangan Kemiskinan di Papua Barat, 2007 - 2016 33
.b

Perkembangan Tingkat Kesejahteraan _____________ 36


at

Perkembangan Distribusi Pendapatan _____________ 37


ar

Konsumsi Rumah Tangga ______________________ 40


ab
pu

VI. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN ___________ 43


a

Air Minum Layak ____________________________ 46


//p

Sanitasi Layak _______________________________ 48


s:

Penerangan __________________________________ 51
tp
ht

VII. SOSIAL LAINNYA __________________________ 53


Program Penanggulangan Kemiskinan _____________ 53
Teknologi Komunikasi dan Informasi _____________ 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN _______________________ 59

vi Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


D A F TA R TA B E L

Tabel 1.1 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan


Rasio Ketergantungan di Provinsi Papua Barat
Tahun 2013—2016 __________________________ 3

.id
Tabel 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Papua Barat,

o
Tahun 2013—2016 __________________________ 25
.g
ps
Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan Yang Ditamatkan di Provinsi Papua Barat,
.b

Tahun 2014-2016 ___________________________ 27


at
ar

Tabel 4.3 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang


Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi
ab

Papua Barat, Tahun 2012-2016 _______________ 28


pu

Tabel 4.4 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang


a

Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Provinsi


//p

Papua Barat, Tahun 2015-2016 _______________ 30


s:

Tabel 4.5 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang


tp

Bekerja Menurut Jam Kerja di Provinsi Papua Barat,


ht

Tahun 2014—2016 __________________________ 31


Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi
Papua Barat Menurut Daerah, 2007 – 2016 _____ 34
Tabel 5.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Provinsi
Papua Barat, Tahun 2012—2016 ______________ 36
Tabel 5.3 Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Provinsi
Papua Barat Menurut Bank Dunia dan Koefisien Gini,
Tahun 2007 – 2016__________________________ 39

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 vii


Tabel 5.4 Pola Konsumsi Makanan dan Non Makanan Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat,
Tahun 2014 – 2016 _________________________ 40

o .id
.g
ps
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

viii Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


D A F TA R G A M B A R

Gambar 1.1 Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Papua Barat Tahun 2016 ___________ 2

.id
Gambar 2.1 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di

o
.g
Provinsi Papua Barat Tahun 2016 ___________
ps 6
Gambar 2.2 Penolong Kelahiran Balita di Papua Barat Tahun
2010—2016 ______________________________ 9
.b
at

Gambar 2.3 Cakupan Layanan Imunisasi Pada Bayi


ar

Usia 12—23 Bulan di Provinsi Papua Barat


Tahun 2012—2016 ________________________ 10
ab

Gambar 2.4 Persentase Bayi 0—23 Bulan yang Mendapat


pu

ASI di Papua Barat Tahun 2016 ______________ 11


a
//p

Gambar 3.1 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7—24 Tahun


di Provinsi Papua Barat, Tahun 2008—2016 ___ 14
s:
tp

Gambar 3.2 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7—24 Tahun


Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat,
ht

Tahun 2016 _____________________________ 16


Gambar 3.3 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan
di Provinsi Papua Barat, Tahun 2008—2016 ___ 17
Gambar 3.4 Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 _________ 18
Gambar 3.5 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
di Provinsi Papua Barat Tahun 2011—2016 ____ 19

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 ix


Gambar 3.6 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat
Tahun 2016 _____________________________ 20
Gambar 3.7 Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Penduduk 15 Tahun atau Lebih Menurut Jenjang
Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi
Papua Barat Tahun 2016 __________________ 21
Gambar 4.1 Struktur Penduduk Usia Kerja di Provinsi
Papua Barat Agustus Tahun 2016 ___________ 24

.id
Gambar 4.2 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut

o
Lapangan Usaha dan Rata-rata Lama Sekolah

.g
Penduduk Usia 25 Tahun Atau Lebih di Provinsi
ps
Papua Barat Tahun 2016___________________ 29
.b

Gambar 5.1 Sebaran Penduduk Miskin di Papua Barat


at

Tahun 2016 _____________________________ 35


ar

Gambar 5.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Menurut


ab

Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2016


pu

________________________________________ 37
Gambar 5.3 Persentase Kompoisi Pengeluaran Per Kapita Per
a
//p

Bulan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi


Papua Barat Tahun 2016 __________________ 41
s:
tp

Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Status


Kepemilikan Rumah di Provinsi Papua Barat Tahun
ht

2016 ___________________________________ 44
Gambar 6.2 Kondisi Perumahan Di Provinsi Papua Barat, Tahun
2012 – 2016 ____________________________ 45
Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses
Air Minum Layak Di Provinsi Papua Barat,
Tahun 2010 – 2016 ______________________ 47

x Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum
dari Sumur Bor/Pompa, Sumur Terlindung, dan Mata
Air Terlindung menurut Kabupaten/Kota, Daerah
Tempat Tinggal, dan Jarak ke Tempat Penampungan
Akhir Kotoran/Tinja ≥ 10 m, Tahun 2016 _____ 47
Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses terhadap
Sanitasi yang Layak Di Provinsi Papua Barat,
Tahun 2012 – 2016 ______________________ 49
Gambar 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas BAB

.id
dan Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat,
Tahun 2016 _____________________________ 50

o
Gambar 6.7
.g
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber
ps
Penerangan Utama Di Provinsi Papua Barat,
.b

Tahun 2016 _____________________________ 51


at

Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga yang Membeli/


ar

Menerima Beras Miskin di Provinsi Papua Barat


ab

Tahun 2016 _____________________________ 54


pu

Gambar 7.2 Jumlah Raskin yang Dibeli Selama 3 Bulan Terakhir


menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Papua Barat
a

Tahun 2016 _____________________________ 56


//p

Gambar 7.3 Persentase Rumah Tangga Penerima BSM di


s:

Provinsi Papua Barat Tahun 2016 ___________ 57


tp
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 xi


ht
tp
s:
//p
a pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o .id
D A F TA R TA B E L L A M P I R A N

I (1) Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut


Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010,

.id
2015 dan 2016 __________________________________ 60

o
.g
I (2) Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua Barat Tahun 2013—2016 ____________________ 61
ps
II (1) Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat Tahun
.b

2012—2016 _____________________________________ 62
at
ar

II (2) Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan


Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2016 __ 63
ab

II (3) Angka Kesakitan Penduduk di Provinsi Papua Barat,


pu

Tahun 2013—2016 _______________________________ 64


a
//p

III (1) Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 25 Tahun


atau Lebih di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012—2016 _ 65
s:
tp

III (2) Harapan Lama Lama Sekolah Penduduk Berumur 7 Tahun


atau Lebih di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012—2016 _ 66
ht

III (3) Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Papua Barat,


2015—2016 _____________________________________ 67
III (4) Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat,
2015—2016 _____________________________________ 68
V (1) Garis Kemiskinan di Papua Barat Tahun 2012—2017 ___ 69

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 xiii


V (2) Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2)
Kemiskinan di Papua Barat Tahun 2009—2017 _______ 70
VI (1) Persentase Rumah Tangga Menurut Kondisi Perumahan
di Papua Barat, Tahun 2015—2016 _________________ 71
VI (2) Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota
dan Sumber Penerangan di Provinsi Papua Barat,
Tahun 2015—2016 ______________________________ 72
VII (1) Prsentase Rumah Tangga yang Mempunyai Alat Komunikasi

.id
Informasi dan Teknologi di Provinsi Papua Barat Tahun
2015—2016 ____________________________________ 74

o
.g
VII (2) Persentase Penduduk yang Mengakses Intenet di Provinsi
ps
Papua Barat Tahun 2016 _________________________ 75
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

xiv Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Tinjauan Umum

.id
Ruang Lingkup

o
.g
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Provinsi
ps
Papua Barat 2016 menyajikan gambaran perkembangan
kesejahteraan rakyat di Provinsi Papua Barat tahun 2016.
.b

Dimensi kesejahteraan rakyat sangat luas dan kompleks.


at

Karena itu, taraf kesejahteraan rakyat dapat diukur melalui


ar

dimensi tertentu. Dalam publikasi ini, kesejahteraan rakyat


ab

diamati melalui berbagai aspek spesifik yaitu kependudukan,


pu

kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pengeluaran


a

konsumsi rumah tangga, perumahan dan aspek sosial lainnya.


//p

Permasalahan kesejahteraan rakyat diukur baik dengan


s:

menggunakan indikator tunggal maupun indikator komposit


tp

Perkembangan tingkat kesejahteraan rakyat di Provinsi Papua


ht

Barat hingga 2016 secara ringkas sebagai berikut:

Di bidang kependudukan:

 Penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2016


diproyeksikan menjadi 893.362 jiwa.

 Rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama tahun


2010 sampai dengan 2016 sebesar 2,61 persen.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 xv


 Sebaran penduduk Papua Barat tidak merata dengan
kepadatan penduduk pada tahun 2016 sebesar 8—9
Jiwa/Km2.

 Dependency ratio, yaitu perbandingan penduduk usia


tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64
tahun) dan penduduk usia produktif (15—64 tahun),
masih cukup besar yaitu 49,27.

.id
Di bidang kesehatan:

o
 Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Papua Barat tahun
2016 sebesar 65,30 tahun. .g
ps
.b

 Angka kesakitan penduduk turun dari 11,46 persen pada


at

tahun 2015 menjadi 11,17 persen pada tahun 2016.


ar

 Sebagian besar penolong kelahiran dari balita adalah


ab

tenaga kesehatan. Komposisi penolong kelahiran balita


pu

pada tahun 2016 adalah 84,65 persen oleh tenaga


kesehatan dan 15,35 persen oleh bukan tenaga
a
//p

kesehatan.
s:

 Persentase balita yang telah mendapat imunisasi lengkap


tp

(BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B) selama tahun


ht

2016 sebesar 52,44 persen.

 Pemberian ASI pada bayi 0—23 bulan pada tahun 2016


cukup baik. Rentang pemberian ASI di kabupaten/kota di
Papua Barat antara 80,76 persen (Kabupaten Maybrat)
dan 98,04 persen (Kabupaten Teluk Bintuni).

xvi Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Di bidang pendidikan:

 Angka partisipasi sekolah (APS) tahun 2016 untuk APS 7


– 12 tahun sebesar 96,85 persen; APS 13—15 tahun
sebesar 96,86 persen; APS 16—18 tahun sebesar 80,28
persen.

 Angka partisipasi murni tahun 2016 untuk APM SD


sebesar 93,06 persen; APM SMP sebesar 68,58 persen;

.id
APM SMA sebesar 62,62 persen.

o
 Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk
.g
Papua Barat tahun 2016 jika dilihat dari ijazah tertinggi
ps
yang dimiliki SMA atau setingkatnya sampai perguruan
.b

tinggi hanya sebesar 48,05 persen.


at
ar

Di bidang ketenagakerjaan:
ab

 Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih)


pu

berdasarkan hasil Sakernas 2016 diestimasi mencapai


620.748 jiwa.
a
//p

 Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun


s:

2016 sebesar 70,05 persen, lebih tinggi daripada TPAK


tp

tahun 2015 yaitu sebesar 68,68 persen.


ht

 Tingkat pengangguran terbuka (TPT) tahun 2016 sebesar


7,46 persen, lebih tinggi daripada TPT tahun 2015 yaitu
sebesar 8,08 persen.

 Mayoritas penduduk yang bekerja pada tahun 2016


terserap di sektor pertanian. Penduduk Papua Barat yang
bekerja di sektor pertanian sebesar 36,95 persen, di
sektor industri 3,14 persen, di sektor perdagangan

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 xvii


sebesar 16,90 persen, di sektor jasa masyarakat sebesar
26,04 persen, dan di sektor jasa lainnya sebesar 16,98
persen.

 Secara umum telihat bahwa pekerja di Papua Barat lebih


dominan bekerja di sektor informal. Persentase pekerja di
sektor informal mencapai 59,43 persen pada tahun 2016.

Taraf dan Pola Konsumsi

.id
 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Papua Barat

o
Maret tahun 2016 sebesar 228.380 jiwa atau sebesar
25,10 persen, .g
ps

.b

Rata-rata pengeluaran penduduk Papua Barat meningkat


at

dari 1.030.232 rupiah per kapita per bulan pada tahun


ar

2015 menjadi 1.009.401 rupiah per kapita per bulan


pada tahun 2016,
ab
pu

 Indeks gini ratio pada Maret 2017 sebesar 0,39 yang


bermakna ada ketimpangan pendapatan tetapi masih
a
//p

dalam status ketimpangan sedang.


s:

 Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia mencatat 16,36


tp

persen pengeluaran penduduk berasal dari kelompok


ht

rumah tangga dengan 40 persen pengeluaran terbawah


dan 42,94 persen disumbang oleh kelompok rumah
tangga dengan 20 persen pengeluaran teratas.

Di bidang perumahan

 Persentase rumah tangga yang tinggal di rumah sendiri


pada tahun 2016 sebesar 72,50 persen lebih tinggi
daripada tahun 2015 yaitu sebesar 74,57 persen.

xviii Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


 Sebesar 62,39 persen rumah tangga di Papua Barat pada
tahun 2016 telah memperoleh sumber air minum bersih.

 Persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas


tempat buang air besar sendiri pada tahun 2016 adalah
sebesar 66,63 persen, sementara yang tidak mempunyai
fasilitas tempat buang air besar adalah sebesar 6,93
persen.

Sosial Lainnya

.id

o
Persentase rumah tangga yang membeli/menerima beras

.g
murah/raskin selama 3 Bulan Terakhir pada tahun 2016
ps
adalah sebesar 30,50 persen.
.b

 Persentase rumah tangga yang menerima bantuan tunai


at

terkait pengalihan subsidi BBM selama 6 bulan terakhir


ar

pada 2016 adalah sebesar 9,80 persen.


ab

 Persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang


pu

menguasai/memiliki telepon seluler (HP) dalam 3 Bulan


a

Terakhir tahun 2016 adalah sebesar 56,93 persen.


//p

 Penduduk Papua Barat yang mengakses internet pada


s:

tahun 2016 telah mencapai 20,22 persen naik


tp

dibandingkan dengan pengguna internet tahun 2015 yang


ht

mencapai 17,72 persen.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 xix


ht
tp
s:
//p
a pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o .id
Bab 1
Kependudukan

Apapun yang akan dilaksanakan, muara akhir rancangan

.id
pembangunan adalah penduduk. Penduduk sebagai pelaku

o
pembangunan di satu sisi dan sekalgus sebagai objek
.g
pembangunan di sisi lain. Apabila pembangunan berhasil
ps
maka keberhasilan pembangunan akan dinikmati oleh
.b

penduduk. Sebaliknya, apabila pembangunan gagal


at

dilaksanakan maka penduduk pula yang merasakan dampak


ar

negatifnya.
ab
pu

Gambaran Umum Penduduk


a

Penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2016


//p

diproyeksikan sebesar 893.362 jiwa (BPS Provinsi Papua


s:

Barat, 2017). Penduduk laki-laki lebih banyak daripada


tp

perempuan dengan rasio jenis kelamin 111 laki-laki


ht

berbanding 100 perempuan.


Penduduk Provinsi Papua Barat tersebar tidak merata.
Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016, lebih dari
seperempat penduduk Provinsi Papua Barat tinggal di Kota
Sorong dan 18 persen lebih penduduk tinggal di Kabupaten
Manokwari. Penduduk yang lain tersebar tidak merata di
sebelas kabupaten lainnya dengan persentase kurang dari 10
persen (Gambar 1.1).

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 1


Gambar 1.1
Persebaran Penduduk Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi

.id
Papua Barat Tahun 2016

o
.g
ps
Sebaran penduduk yang tidak merata tersebut berdampak
.b

pada kepadatan penduduk yang juga tidak merata. Kota


at

Sorong dengan luas wilayah hanya 0,68 persen dari luas


ar

Papua Barat dihuni oleh 26,06 persen penduduk Papua Barat


ab

dengan kepadatan 354 penduduk per Km 2. Sebaliknya,


Kabupaten Tambrauw dengan luas 9,55 persen dari luas
pu

Papua Barat dihuni oleh 1,53 persen penduduk Papua Barat


a

dengan kepadatan hanya satu jiwa per Km 2. Kabupaten


//p

Tambrauw wilayah paling jarang penduduk di Papua Barat.


s:
tp
ht

Struktur Umur Penduduk


Menurut Adioutomo (2011), pengaruh struktur penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
a. Suplai tenaga kerja yang besar meningkatkan pendapatan
per kapita apabila mendapat kesempatan kerja yang
produktif;
b. Peranan perempuan yang juga memasuki pasar kerja,

2 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


membantu peningkatan pendapatan;
c. Tabungan masyarakat yang diinvestasikan secara
produktif;
d. Modal manusia yang besar apabila ada investasi untuk itu.
Dampak keberhasilan pengendalian penduduk tercermin dari
perubahan struktur umur penduduk yang terlihat dari
berkurangnya proporsi penduduk usia tidak produktif
khususnya 0—14 tahun. Di sisi lain, proporsi penduduk usia

.id
produktif bertambah. Akibatnya, angka beban ketergantungan

o
penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia
produktif berkurang.
.g
ps
Tingginya proporsi penduduk 0—14 tahun mengakibatkan
.b

tingginya angka beban ketergantungan (dependency ratio).


at

Tabel 1.1 memperlihatkan angka beban ketergantungan di


ar

Provinsi Papua Barat pada tahun 2016 sebesar 49,27.


ab

Artinya, di antara 100 penduduk usia produktif berumur 15—


pu

64 tahun, menanggung 49 hingga 50 penduduk yang tidak


a

Tabel 1.1 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan


//p

Rasio Ketergantungan di Provinsi Papua Barat


s:

Tahun 2012—2015
tp

Rasio
Tahun 0-14 15-64 65 +
ht

Ketergantungan
(1) (2) (3) (4) (5)

2013 31,88 66,18 1,93 51,09


2014 31,55 66,45 2,00 50,49
2015 31,18 66,74 2,09 49,85
2016 30,83 66,99 2,18 49,27
Sumber: BPS (2013), Proyeksi Penduduk Indonesia 2010—2035

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 3


produktif. Hingga tahun 2016, penduduk usia tidak produktif
masih didominasi oleh kelompok anak-anak (0—14 tahun).
Konsekuensinya adalah pendapatan dari penduduk usia
produktif terserap pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti
pendidikan dan kesehatan anak-anak. Dengan demikian,
masih dibutuhkan pembangunan sarana pendidikan
khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah juga
dibutuhkan pembangunan sarana kesehatan.

o .id
.g
ps
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

4 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Bab 2
Kesehatan

.id
Mulai 1 Januari 2014, Pemerintah Indonesia mulai

o
memberlakukan Program Jaminan Kesehatan Nasional
.g
sebagai amanat UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU
ps
No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Sebelumya, dalam UU No.
.b

36 Tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai


at

hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di


ar

bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan


ab

yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang


pu

juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program


jaminan kesehatan sosial. Secara operasional, pelaksanaan
a
//p

JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan


Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun
s:

2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan


tp

Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan


ht

Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).


Sebelum program jaminan kesehatan nasional bergulir,
Pemerintah RI telah menjalankan program jaminan kesehatan
masyarakat atau Jamkesmas. Jamkesmas adalah program
bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin dan hampir miskin. Tujuan Jamkesmas adalah
meningkatkan akses terhadap masyarakat miskin dan hampir
miskin agar dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 5


demikian, sebelum tahun 2014, pemerintah memberikan
jaminan kesehatan terbatas pada penduduk miskin atau
hampir miskin.
Sejauhmana program jaminan kesehatan mempengaruhi
derajat kesehatan di Papua Barat dapat dilihat dari beberapa
indikator berikut:

Angka Harapan Hidup

.id
Angka harapan hidup (AHH) Provinsi Papua Barat selama

o
tahun 2012 hingga tahun 2016 meningkat (Lampiran II.1).
.g
AHH pada tahun 2012 mencapai 64,88 tahun meningkat
ps
menjadi 65,19 tahun pada tahun 2015. AHH tahun 2016
.b

mencapai 65,30 tahun.


at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 2.1 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Papua Barat Tahun 2016

6 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Ada perbedaan harapan hidup antar kabupaten/kota di Papua
Barat. Pada tahun 2016, harapan hidup paling lama di Kota
Sorong yang mencapai 69,36 tahun. AHH terendah Kabupaten
Teluk Wondama yaitu 58,96 tahun.
Sejak tahun 2014, penghitungan AHH mengalami
pembaharuan dari metode sebelumnya. Perubahan metode
penghitungan AHH terkait dengan perubahan metode proyeksi
penduduk yang semula menggunakan metode estimasi
(geometrik) berubah menjadi metode component-cohort.

.id
Selain itu, adanya asumsi TFR nasional sebesar 2,1 di tahun

o
2025 turut mempengaruhi penghitungan angka harapan
.g
hidup baik di tingkat nasional, provinsi maupun tingkat
ps
kabupaten/kota. Dengan adanya perubahan ini, maka
.b

penghitungan AHH tahun sebelumnya juga direvisi. Data


at

selengkapnya disajikan pada Lampiran II(1).


ar
ab

Morbiditas
pu

Indikator lain untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat


a
//p

adalah angka kesakitan atau morbiditas. Angka ini


menunjukkan persentase penduduk yang mengalami keluhan
s:

kesehatan yang mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas


tp

sehari-hari seperti bekerja, sekolah atau mengerjakan


ht

pekerjaan rumah.
Secara umum, angka kesakitan penduduk Papua Barat
menurun. Penurunan angka kesakitan selama periode tahun
2013 sampai dengan 2016 di Provinsi Papua Barat dapat
dilihat pada Lampiran II (3). Angka kesakitan pada tahun
2016 sebesar 11,17 persen. Penurunan angka kesakitan
tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan angka

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 7


harapan hidup. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan
derajat kesehatan di masyarakat.
Pertolongan Kelahiran oleh Tenaga Kesehatan
Penurunan angka kesakitan dan peningkatan angka harapan
hidup tidak terlepas dari upaya pencegahan (preventif) dan
kuratif (pengobatan) baik yang dilakukan oleh masing-masing
individu maupun diinisiasi oleh pemerintah. Beberapa upaya
preventif tersebut antara lain: peningkatan peran tenaga

.id
kesehatan dalam proses persalinan, peningkatan peran ibu
dalam pemberian ASI eksklusif dan pemberian imunisasi.

o
.g
Peningkatan peran tenaga kesehatan dalam proses
ps
persalinan bertujuan untuk mengurangi kasus kematian bayi.
.b

Dengan menurunkan jumlah kasus kematian bayi dapat


at

meningkatkan lama harapan hidup.


ar

Gambar 2.2 memperlihatkan persentase balita (0—59 bulan)


ab

menurut penolong kelahiran pada tahun 2010 hingga tahun


pu

2016. Persentase penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan


selama periode tersebut tampak fluktuatif tetapi
a
//p

menunjukkan tren yang meningkat. Pada tahun 2015,


persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di Provinsi Papua
s:

Barat sebesar 72,02 persen, meningkat dari tahun


tp

sebelumnya yang mencapai 69,64 persen. Sebaliknya,


ht

persentase penolong kelahiran oleh tenaga non kesehatan


berkurang dari 26,72 persen pada tahun 2014 menjadi 22,70
persen pada tahun 2015.
Persentase penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan
tertinggi di Kota Sorong dan terendah di Kabupaten
Pegunungan Arfak. Pembangunan infrastruktur kesehatan di
Kabupaten Pegunungan Arfak tergolong lamban.

8 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


o .id
.g
ps
Gambar 2.2 Penolong Kelahiran Balita di Papua Barat
.b

Tahun 2010—2016
at
ar

Imunisasi dan ASI


ab

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah


pu

terjadinya penyakit tertentu. Vaksin membantu tubuh untuk


a

menghasilkan antibodi yang berfungsi melindungi dan


//p

mencegah dari penyakit agar anak tetap sehat.


s:

Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa imunisasi yang


tp

wajib diberikan kepada bayi berumur satu tahun adalah BCG,


ht

DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B. Waktu pemberiannya


sudah ditetapkan secara bertahap. Imunisasi BCG diberikan
satu kali pada anak usia 0-2 bulan. Demikian juga untuk
imunisasi Polio dan Hepatitis B untuk pertama kali. Imunisasi
DPT dan Polio diberikan secara bersamaan dan berulang pada
usia 2, 3, atau 4 bulan dan pengulangannya 4 bulan
kemudian sebanyak 3 kali. Imunisasi campak diberikan
sebanyak 2 kali. Pertama, pada saat anak berumur 9 bulan

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 9


Gambar 2.3 Cakupan Layanan Imunisasi Pada Bayi Usia 12 — 23
Bulan di Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016

o .id
.g
ps
.b

Sumber: BPS, Susenas 2012—2016


at
ar

atau lebih, dan kedua diberikan pada usia 5-7 tahun. Pada
ab

kejadian luar biasa dapat diberikan pada usia 6 bulan dan


diulangi 6 bulan kemudian.
pu

Gambar 2.3 menunjukkan cakupan layanan imunisasi pada


a
//p

anak berumur 12—23 bulan selama tahun 2012—2016. Ada


dugaan yang patut diteliti lebih lanjut peningkatan
s:

kekhawatiran ibu yang memiliki bayi untuk memberikan


tp

imunisasi pada anaknya akibat pemberitaan negatif tentang


ht

efek negatif pemberian imunisasi pada anak sebagai akibat


beredarnya vaksin imunisasi palsu.
Selain imunisasi, upaya meningkatkan ketahanan tubuh bayi
adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI
pada anak balita merupakan pola asuh yang sangat
dianjurkan. Bila kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan
baik, menyusui merupakan cara memberi makan yang paling
ideal untuk 4-6 bulan pertama sejak dilahirkan tanpa

10 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


memberikan makanan tambahan, karena ASI dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Gambar 2.4 menunjukkan pemberian ASI kepada bayi 0 –23
bulan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2016. Secara
umum, pemberian ASI kepada bayi berumur 0—23 bulan di
Papua Barat cukup baik. Selain Kabupaten Sorong dengan
persentase sebesar 92,81, pemberian ASI kepada bayi pada
usia 0—23 bulan di Provinsi Papua Barat mencapai 78,66
persen pada tahun 2016.

o .id
.g
ps
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 2.4
Persentase Bayi 0—23 Bulan yang Mendapat ASI di Papua Barat
Tahun 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 11


ht
tp
s:
//p
a pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o .id
Bab 3
Pendidikan

.id
Provinsi Papua Barat telah memasuki pembangunan lima

o
tahun kedua, yaitu periode tahun 2012—2016. Target dan
.g
sasaran misi pembangunan pada masa ini ditekankan pada
ps
upaya mencapai kemandirian wilayah. Salah satu upaya
.b

mencapai kemandirian tersebut melalui akses, layanan, dan


at

kualitas pendidikan.
ar

Ada tiga agenda penting dalam rangka mewujudkan


ab

kemandirian wilayah melalui akses, layanan, dan kualitas


pu

pendidikan. Pertama, mengejar kenaikan angka melek huruf


a

sebesar 1% setiap tahunnya sehingga 100% penduduk papua


//p

melek huruf. Kedua, pembangunan sekolah berpola asrama


s:

yang didukung program kemitraan pada minimal 15 distrik


tp

setiap tahunnya. Ketiga, setiap tahunnya dilakukan


ht

pembinaan tenaga pengajar di Papua Barat sebesar 20% dari


total pengajar dan kemudian diberikan stimulus dana ataupun
rekrutmen baru untuk disebarkan kedalam kampung-
kampung terisolir secara merata dan bertahap (RPJMD
Provinsi Papua Barat Tahun 2012—2016).
Pembahasan pada Bab 3 ini difokuskan pada capaian
pembangunan pada sektor pendidikan di Provinsi Papua
Barat. Beberapa indikator pendidikan digunakan untuk

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 13


mengukur kinerja pembangunan pendidikan di Provinsi Papua
Barat seperti angka partisipasi sekolah, rata-rata lama
sekolah, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Angka partisipasi sekolah mengukur persentase penduduk
usia sekolah yang masih bersekolah. Indikator ini
mencerminkan pemerataan akses pendidikan dasar.

.id
Berdasarkan Gambar 3.1, diperoleh bahwa pada tahun 2016

o
sebanyak 96,85 persen penduduk usia 7 – 12 tahun

.g
berstatus masih sekolah. APS untuk penduduk usia 16—18
ps
tahun dan 19—24 tahun juga menunjukkan peningkatan
.b

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.


at
ar

Gambar 3.1 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7—24 Tahun di


Provinsi Papua Barat, Tahun 2008—2016
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas 2008—2016

14 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Perbedaan APS penduduk usia 7—12 tahun antar kabupaten/
kota di Provinsi Papua Barat tidak berbeda nyata baik pada
tahun 2015 maupun tahun 2016. Hal ini disebabkan jumlah
sekolah dasar telah tersebar hampir merata di semua
kabupaten/kota buah dari Program Wajib Belajar 6 Tahun
yang dicanangkan sejak tahun 1984. Jumlah desa di Provinsi
Papua Barat yang telah dilengkapi sekolah dasar hingga tahun
2014 sebanyak 835 desa dari 1.567 desa (BPS, Pendataan
Potensi Desa 2014).

.id
Seperti APS 7—12 tahun, capaian APS 13—15 tahun antar

o
.g
kabupaten/kota juga tidak berbeda. Program wajib belajar 6
ps
tahun ditingkatkan menjadi 9 tahun pada tahun 1994. Sejak
saat itu hingga tahun 2014, 233 desa telah dibangun gedung
.b

sekolah SMP di hampir semua distrik.


at
ar

Perbedaan APS tampak nyata untuk penduduk usia 16—18


ab

tahun dan 19—24 tahun. Lampiran III (2) menyajikan data APS
menurut kabupaten/kota pada tahun 2015 dan 2016.
pu

Perbedaan APS pada kedua kelompok usia ini sangat


a

dipengaruhi jumlah SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Masih


//p

mengacu pada hasil data Podes 2014, jumlah desa di Provinsi


s:

Papua Barat yang mempunyai SMA sebanyak 102 desa.


tp

Fasilitas pendidikan SMA/SMK/PT tersebut banyak terpusat di


ht

Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari. Jumlah SMU di


Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Wondama, dan
Kabupaten Tambrauw hanya ada satu unit.
Selain terdapat perbedaan antar kabupaten/kota, APS juga
berbeda menurut jenis kelamin. Gambar 3.2 memperlihatkan
bahwa pada kelompok umur 7—12 tahun, hampir tidak ada
perbedaan partisipasi sekolah. Tetapi, pada kelompok umur
16—18 tahun, perbedaan partisipasi sekolah antara anak laki-

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 15


Gambar 3.2 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7—24 Tahun
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat, Tahun
2016

o .id
.g
ps
.b
at
ar

Sumber: BPS, Susenas 2016


ab

laki dan perempuan tampak nyata. Keterbatasan jumlah SMA


pu

dan PT berdampak pada partisipasi sekolah penduduk usia


a

16—24 tahun khususnya pada kaum perempuan.


//p
s:
tp

Angka Partisipasi Murni (APM)


ht

Berbeda dengan APS, angka partisipasi murni (APM)


mengukur partisipasi sekolah dari penduduk usia sekolah
sesuai dengan jenjang pendidikannya. Sebagai contoh, APM
SD mengukur partisipasi sekolah penduduk usia 7—12 tahun
yang masih bersekolah SD/sederajat, APM SMP mengukur
partisipasi sekolah penduduk usia 13—15 tahun yang masih
bersekolah SMP/sederajat, dan seterusnya. APM menurut
jenjang pendidikan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2008

16 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Gambar 3.3 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di
Provinsi Papua Barat, Tahun 2008-2016

o .id
.g
ps
.b
at
ar

Sumber: BPS, Susenas 2008—2016


ab

hingga 2016 dapat diamati pada Gambar 3.3. Sekilas tampak


pu

bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin rendah


APM.
a
//p

Dikaitkan dengan target Pendidikan Untuk Semua-PUS


s:

(Education for All-EFA) di mana pada tahun 2015, semua anak


tp

mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan yang


ht

bermutu. Target nasional PUS adalah 100 persen APM pada


pendidikan dasar dan menengah. Untuk capaian APM SD,
Provinsi Papua Barat hampir mencapai target nasional PUS
tersebut hingga tahun 2016 tetapi tidak untuk APM, SMP,
SMA dan Perguruan tinggi.
Lampiran III (3) memperlihatkan capaian APM di tingkat
kabupaten/kota untuk semua jenjang pendidikan. capaian
APM SMP/sederajat masih rendah dan terdapat perbedaan

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 17


Gambar 3.4 Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016

o .id
.g
ps
.b
at

capaian antar wilayah yang cukup tinggi. Kabupaten Raja


ar

Ampat merupakan kabupaten dengan capaian APM SMP/


ab

terendah yaitu 48,20 persen. Sebaliknya, Kabupaten Maybrat


merupakan wilayah dengan APM SMP tertinggi yaitu 80,05
pu

persen.
a
//p

Gambar 3.4 selanjutnya menunjukkan perbedaan APM antara


anak laki-laki dan perempuan di jenjang pendidikan dasar,
s:

menengah dan pendidikan tinggi. Perbedaan yang cukup


tp

nyata pada APM SMP dan SMA di mana perempuan lebih


ht

rendah daripada laki-laki.

Harapan Lama Sekolah dan Rata – Rata Lama Sekolah


Harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah
merupakan dua indikator yang dijadikan sebagai komponen
untuk mengukur pembangunan manusia metode baru dari
aspek pendidikan. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS)

18 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di
masa mendatang. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas
karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib
belajar. Rata-rata lama sekolah (RLS) menunjukkan rata-rata
waktu yang dihabiskan oleh penduduk berumur 25 tahun atau
lebih untuk bersekolah.
Gambar 3.5 menunjukkan bahwa, harapan lama sekolah dan
rata-rata lama sekolah tahun 2010 sampai dengan 2016

.id
meningkat. Meski demikian, dapat dikatakan kesenjangan

o
antara harapan lama sekolah dan realisasi rata-rata lama
.g
sekolah masih cukup senjang. Idealnya, harapan lama sekolah
ps
tidak berselisih jauh dengan rata-rata lama sekolah.
.b
at

Gambar 3.5 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah di


ar

Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2016


ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 19


Gambar 3.6 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
Kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2016

o .id
.g
ps
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp

HLS dan RLS di tingkat kabupaten/kota sangat bervariasi.


Gambar 3.6 menyajikan data HLS dan RLS di tingkat
ht

kabupaten/kota. Tampak bahwa, dari semua kabupaten/kota,


gap antara HLS dan RLS di Kota Sorong paling sedikit.
Sebaliknya, kesenjangan HLS dan RLS terbesar di Kabupaten
Tambrauw. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan
infrastruktur pendidikan antar kabupaten/kota di Papua Barat
sangat timpang.

20 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan
indikator output lain selain RLS dalam penyelenggaraan
pendidikan. Gambar 3.6 memberikan gambaran tentang
pencapaian pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas pada
tahun 2016. Gambar 3.7 tersebut mengindikasikan beberapa
isu pendidikan sebagai berikut:
a. Sebesar 15,57 persen penduduk berumur 15 tahun ke

.id
atas tidak memiliki ijazah SD. Hal ini mencerminkan,
kualitas SDM dari aspek pendidikan di Papua Barat

o
.g
masih tergolong rendah. Hanya 11,06 Persen penduduk
ps
15 tahun ke atas yang lulus dari perguruan tinggi.
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 3.7 Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan


Penduduk 15 Tahun atau Lebih Menurut Jenjang
Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat
Tahun 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 21


b. Ada kesenjangan penerimaan manfaat layanan
pendidikan di antara laki-laki dan perempuan.
Persentase perempuan tanpa ijazah lebih tinggi
daripada laki-laki. Sebaliknya, persentase laki-laki
dengan ijazah SMA dan PT lebih tinggi daripada
perempuan.

o .id
.g
ps
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

22 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Bab 4
Ketenagakerjaan

.id
Pengamatan kondisi ketenagakerjaan dari waktu ke waktu

o
penting dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan
.g
dasar perencanaan pembangunan ketenagakerjaan di masa
ps
yang akan datang. Selain itu, pengukuran tingkat
.b

pengangguran telah dipilih sebagai salah satu indikator kunci


at

pembangunan di Era Kabinet Kerja, 2015—2019. Bab 4 ini


ar

menyajikan beberapa indikator kunci ketenagakerjaan mulai


ab

dari struktur penduduk usia kerja, tingkat partisipasi angkatan


pu

kerja, tingkat pengangguran terbuka, lapangan pekerjaan dan


status pekerjaan.
a
//p

Struktur Penduduk Usia Kerja Agustus 2016


s:
tp

Estimasi jumlah penduduk usia kerja di Provinsi Papua Barat


ht

berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2016 sebanyak 620.748


jiwa. Penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja
sebesar 70,05 persen, naik dari tahun sebelumnya yaitu
68,68 persen. Penduduk angkatan kerja yang bekerja sebesar
92,54 persen. Dengan kata lain, sekitar 7,46 persen
penduduk angkatan kerja pada tahun 2016 termasuk sebagai
kelompok pengangguran terbuka. Dibanding tahun 2015,
pengangguran terbuka naik (Tabel 4.1).

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 23


Gambar 4.1 Struktur Penduduk Usia Kerja di Provinsi Papua Barat Agustus
Tahun 2016

Penduduk Usia Kerja (15 +)

620.748

o .id
.g
Angkatan Kerja: Bukan Angkatan Kerja:
ps
434.817 185.931
.b
at
ar
ab

Bekerja: Sekolah:
pu

402.360 61.916
a
//p
s:

Pengangguran: Mengurus Rumah


tp

Tangga:
32.457
ht

109.514

Lainnya:

14.501

24 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Tabel 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Provinsi Papua Barat, Tahun 2013—2016

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka


Daerah (Agustus) (Agustus)
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Perkotaan 62,25 62,71 63,60 65,44 10,32 8,23 14,01 14,39


Perdesaan 68,26 70,57 72,01 72,28 2,31 3,86 4,64 4,43

.id
Total 66,41 68,30 68,68 70,05 4,62 5,02 8,08 7,46

o
Sumber: BPS, Sakernas 2013—2016
.g
ps
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka
.b
at

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah


ar

perbandingan jumlah penduduk usia kerja yang bekerja dan


ab

pengangguran dengan jumlah penduduk usia kerja. TPAK


selama tahun 2016 naik dibandingkan dengan TPAK tahun
pu

2015. Penduduk usia kerja yang masuk dalam pasar kerja


a

sedikit bertambah. Hal ini ditunjukkan dengan sedikit


//p

berkurangnya penduduk angkatan kerja yang tidak terserap


s:

oleh dunia kerja.


tp

Jika dibandingkan antara perkotaan dan perdesaan, TPAK


ht

perdesaan lebih besar dibandingkan TPAK perkotaan. Salah


satu penyebabnya adalah akses pendidikan di pedesaan lebih
sulit daripada di perkotaan. Akibatnya, penduduk usia sekolah
di perdesaan lebih banyak tergolong sebagai penduduk
angkatan kerja. Sebaliknya, di perkotaan banyak yang
termasuk bukan angkatan kerja. Selain itu, banyak angkatan
kerja di perdesaan tergolong sebagai pekerja meskipun
dengan status pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 25


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambarkan
banyaknya angkatan kerja yang menganggur. Mereka yang
tergolong pengangguran yaitu penduduk usia kerja yang tidak
bekerja dan sedang mencari kerja atau mempersiapkan suatu
usaha, dan mereka yang sementara belum mulai kerja walau
sudah mendapat pekerjaan dan mereka yang tidak mencari
kerja karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Semakin banyak angkatan kerja yang berstatus
pengangguran, maka semakin tinggi TPT.

.id
TPT di Provinsi Papua Barat untuk kondisi Agustus 2016

o
sebesar 7,46 persen, lebih rendah dibandingkan dengan TPT
.g
tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,08 persen. Tingkat
ps
pengangguran di perkotaan lebih tinggi daripada di
.b

perdesaan.
at
ar
ab

TPT Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan


pu

Dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan


angkatan kerja, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
a
//p

besar TPT. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa TPT dari angkatan


kerja dengan pendidikan SMP ke bawah lebih rendah
s:

daripada TPT dari angkatan kerja dengan tingkat pendidikan


tp

minimal SMA. Puncak TPT tertinggi pada kelompok pendidikan


ht

SLTA/sederajat. Pada tahun sebelumnya, puncak TPT berada


pada kelompok angkatan kerja berpendidikan Perguruan
Tinggi. Angkatan kerja dengan tingkat pendidikan rendah jauh
lebih mudah terserap dalam lapangan pekerjaan daripada
mereka yang berpendidikan tinggi.
Lebih ekstrim lagi jika TPT per tingkat pendidikan
dibandingkan antara wilayah perdesaan dan perkotaan.

26 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


27
Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Provinsi Papua
Barat, Tahun 2014-2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Pendidikan Tertinggi yang Perkotaan Perdesaan Kota + Desa
ditamatkan
2014 2015 2016 2014 2015 2016 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tdk Sekolah/Blm Tamat SD 0,40 0,21 0,00 0,83 0,31 4,30 0,79 0,27 3,99
.id
Tamat SD/Sederajat 1,74 0,13 6,85
o 1,18 0,72 2,52 1,27 0,51 3,28
Tamat SLTP/Sederajat 7,76 0,77
.g 14,01 2,36 0,29 2,50 3,69 0,45 5,78
Tamat SLTA/Sederajat 10,94
ps
11,54 21,13 7,44 2,62 6,76 8,76 5,68 13,18
Tamat Perguruan Tinggi 12,68
.b
3,65 6,76 12,93 0,93 5,52 12,82 1,86 6,01
at
Total 8,97 16,29 14,39
ar
4,01 4,86 4,43 5,28 8,79 7,46
ab
Sumber: BPS, Sakernas 2014—2016
pu a
//p
s:
tp
ht
Semakin jelas bahwa daya serap lapangan pekerjaan
terhadap angkatan kerja di perkotaan tidak sekuat di
perdesaan.

Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha


Gambaran ketenagakerjaan berdasarkan sektor/lapangan
usaha dari tahun 2012 – 2016 menjelaskan terjadinya
pergeseran struktur lapangan pekerjaan di Papua Barat.
Sektor pertanian semakin menurun karena semakin

.id
ditinggalkan angkatan kerja yang lebih memilih sektor Industri

o
(manufacture) dan Jasa-jasa (services). Persentase angkatan
.g
kerja yang bekerja pada kedua sektor terakhir semakin
ps
meningkat dari tahun ke tahun. Ciri-ciri terjadinya urbanisasi
.b

ketika sektor industri dan jasa semakin diminati para pencari


at

kerja. Selama pertanian terus menjadi sektor yang subsisten


ar

dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah dibandingkan


ab

Tabel 4.3 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja


pu

Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua Barat,


Tahun 2012-2016
a
//p

Lapangan Usaha
s:

Tahun
Pertanian Industri Jasa
tp

(1) (2) (3) (4)


ht

2012 47,22 13,21 39,57


2013 48,71 10,25 41,04
2014 45,28 12,37 42,35
2015 42,11 10,57 47,32
2016 36,95 3,14 59,91
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, Indikator Pasar Tenaga Kerja Provinsi
Papua Barat 2012—2016

28 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


sektor lain maka pertanian akan semakin ditinggalkan.
Mereka yang memasuki sektor pertanian adalah mereka yang
tidak punya kesempatan masuk ke sektor industri dan jasa-
jasa dan kalah bersaing dengan pencari kerja lain yang lebih
berkualitas.
Sampai dengan tahun 2014, sektor pertanian masih menjadi
primadona penyerapan tenaga kerja di Provinsi Papua Barat.
Perkembangan serapan tenaga kerja di sektor pertanian terus

.id
turun sebaliknya perkembangan serapan tenaga kerja di
sektor jasa terus meningkat. Pada tahun 2015, proporsi

o
.g
tenaga kerja yang terserap di sektor jasa telah melampaui
ps
serapan tenaga kerja di sektor pertanian.
.b

Peningkatan serapan tenaga kerja di sektor jasa tidak dapat


at

dipisahkan dari peningkatan capaian pendidikan di Provinsi


ar

Papua Barat. Rata-rata lama sekolah di Provinsi Papua Barat


ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 4.2 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha


dan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25 Tahun Atau

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 29


meningkat dari 6,82 tahun pada tahun 2011 menjadi 7,06
tahun pada tahun 2016.

Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan


Salah satu pengelompokkan status pekerjaan utama adalah
dengan mengelompokkan pekerja ke dalam sektor informal
atau fomal. Pekeja di sektor informal adalah penduduk yang
bekerja dengan status pekerjaan sebagai berusaha sendiri,
berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar atau

.id
pekerja keluarga, pekerja bebas, atau pekerja keluarga.

o
Pekerja di sektor formal adalah penduduk yang bekerja
.g
dengan status sebagai berusaha dibantu buruh tetap/buruh
ps
dibayar atau buruh/karyawan/pegawai.
.b

Secara umum telihat bahwa pekerja di Papua Barat lebih


at

dominan bekerja di sektor informal. Persentase pekerja di


ar

sektor informal mencapai 55,63 persen pada tahun 2015


ab

bertambah menjadi 59,43 persen pada tahun 2016. (Tabel


pu

4.4). Persentase pekerja formal di perkotaan dua kali lebih


a

besar dibandingkan di perdesaan.


//p

Tabel 4.4 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja


s:

Menurut Status Pekerjaan di Provinsi Papua Barat,


tp

Tahun 2015-2016
ht

Perkotaan Perdesaan Kota dan Desa


Status Pekerjaan
2015 2016 2015 2016 2015 2016
(1) (3) (4) (6) (7) (9) (10)

Formal 59,76 62,74 28,84 31,87 44,37 40,57

Informal 40,24 37,26 71,16 68,13 55,63 59,43

Sumber: BPS, Sakernas 2015—2016

30 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja
Meskipun partisipasi angkatan kerja meningkat selama tahun
2012 sd 2016 tetapi kesempatan berkurang. Di sisi lain,
34,25 persen angkatan kerja yang bekerja menghabiskan
waktu kerja kurang dari 35 jam dalam satu minggu. Dengan
kata lain, masih ditemukan setengah pengangguran yaitu
penduduk yang bekerja di bawah jam 35 jam seminggu.
Informasi setengah pengangguran ini disajikan pada Tabel
4.5 pada kolom (5) sampai dengan kolom (7) yang

.id
menyajikan setengah pengangguran pada tahun 2014

o
sampai dengan tahun 2016. Tampak bahwa penurunan
.g
setengah pengangguran terjadi baik di perkotaan maupun di
ps
perdesaan.
.b
at

Tabel 4.5 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Jam
ar

Kerja di Provinsi Papua Barat, Tahun 2014-2016


ab

Jam Kerja
Daerah Tempat
pu

< 15 jam < 35 jam


Tinggal
a

2014 2015 2016 2014 2015 2016


//p

(1) (3) (4) (4) (6) (7) (7)


s:

Perkotaan 2,61 3,48 2,10 20,21 21,33 18,89


tp

Perdesaan 5,18 3,35 4,37 39,69 38,90 40,28


ht

Perkotaan +
4,52 3,39 3,73 34,69 32,87 34,25
Perdesaan
Sumber: BPS, Sakernas 2014—2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 31


ht
tp
s:
//p
a pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o .id
Bab 5
Taraf dan Pola Konsumsi

.id
Agenda pokok keempat pembangunan Papua Barat adalah

o
penanggulangan kemiskinan. Penurunan persentase
.g
penduduk miskin dapat dimaknai adanya peningkatan tingkat
ps
pendapatan penduduk yang juga menunjukkan peningkatan
.b

tingkat kesejahteraannya. Yang menjadi permasalahan adalah


at

apakah peningkatan tingkat pendapatan tersebut telah


ar

dinikmati oleh semua penduduk secara merata atau hanya


ab

dinikmati oleh sebagian kecil penduduk. Pembahasan bab ini


pu

mengulas jawaban permasalahan tersebut dengan mengkaji


bagaimana taraf dan pola konsumsi sebagai proksi dari taraf
a
//p

dan pola pendapatan penduduk Papua Barat.


s:

Perkembangan Kemiskinan di Papua Barat, 2006 - 2016


tp
ht

Mollie Orshansky, seorang ekonom dan statistisi Amerika pada


tahun 1963—1965 mengembangkan Garis Kemiskinan
Orshansky. Beliau menyatakan, “Unlike some other
calculations, those relating to poverty have no intrinsic value
of their own. They exist only in order to help us make them
disappear from the scene....With imagination, faith and hope,
we might succeed in wiping out the scourge of poverty even if
we don't agree on how to measure it.”

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 33


Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Pa-
pua Barat Menurut Daerah, 2007 – 2016

Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin


Tahun Kota+ Kota+
Kota Desa Kota Desa
Desa Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2007 11,0 255,80 266,80 7,14 48,82 39,31
2008 9,48 237,02 246,50 5,93 43,74 35,12
2009 8,55 248,29 256,84 5,22 44,71 35,71

.id
2010 9,59 246,66 256,25 5,73 43,48 34,88

o
2011 10,78 239,06 249,84 6,05 39,56 31,92
2012 13,99 216,00
.g
229,99 5,76 37,73 28,20
ps
2013 14,21 210,06 224,27 5,65 35,64 26,67
.b

2014 14,78 214,65 229,43 5,86 36,16 27,13


at

2015 19,34 206,03 225,36 5,86 37,97 25,82


ar

2016 20,96 204,85 225,80 6,14 37,48 25,43


ab

Sumber: BPS, Susenas 2007—2016


a pu
//p
s:

BPS menggunakan pendekatan kemampuan penduduk dalam


tp

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk


ht

menghitung kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk


dengan pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis
kemiskinan. Garis Kemiskinan Provinsi Papua Barat pada
Maret 2016 sebesar Rp. 474.967,- . Dengan garis kemsikinan
tersebut, penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada Maret
2016 sebesar 25,43 persen atau sebanyak 225,800 jiwa
dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di perdesaan yaitu
sebesar 204.850 ribu jiwa.

34 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Masalah lain dari penanggulangan kemiskinan di Papua Barat
adalah perbedaan persentase penduduk miskin antar
kabupaten kota yang terlalu besar. Gambar 5.1 memetakan
persentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota di
Papua Barat tahun 2016. Kemiskinan di Kabupaten Teluk
Wondama, Kabupaten Pegunungan Arfak dan Kabupaten
Tambrau cukup tinggi. Di sisi lain, kemiskinan di Kabupaten
Kaimana dan Kota Sorong di bawah 20 persen. Kabupaten
Fakfak dan Kabupaten Manokwari berada pada level

.id
kemiskinan yang sama.

o
Perkembangan Tingkat Kesejahteraan
.g
ps
Penurunan persentase penduduk miskin mengindikasikan
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 5.1 Sebaran Penduduk Miskin di Papua Barat Tahun 2016.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 35


peningkatan pendapatan penduduk sehingga mampu
melewati batas garis kemiskinan. Tingkat pendapatan
penduduk didekati dengan rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan. Selama tahun 2010—2016, rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan penduduk di Provinsi Papua Barat
meningkat dari Rp. 601.279,- pada tahun 2010 menjadi Rp.
1.030.232- pada tahun 2015 dan sedikit mengalami
penurunan menjadi Rp. 1.009.401,- pada tahun 2016.
Peningkatan rata-rata pengeluaran perkapita ini

.id
mengindikasikan peningkatan kemampuan daya beli

o
masyarakat. Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pertumbuhan

.g
rata-rata pengeluaran per kapita penduduk pada tahun
ps
2015—2016 mengalami kontraksi sebesar 2,02 persen.
.b

Gambar 5.2 memperlihatkan pengeluaran per kapita per


at

bulan di menurut golongan pengeluaran di Papua Barat Tahun


ar

Tabel 5.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Provinsi Papua


ab

Barat, Tahun 2012—2016


pu

Pengeluaran Per Kenaikan Nominal


Tahun
a

Kapita Per Bulan Per Tahun (%)


//p

(1) (2) (3)


s:

2012 816.137 17,95


tp
ht

2013 876.253 7,36

2014 906.477 3,45

2015 1.030.232 13,65

2016 1.009.401 -2,02

36 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


o .id
.g
ps
.b
at
ar

Gambar 5.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Menurut Golongan


Pengeluaran di Provinsi Papua Barat Tahun 2016
ab

2016. Tampak bahwa rata-rata pengeluaran per kapita per


pu

bulan tertinggi pada komoditas bukan makanan yaitu sebesar


a

52,19 persen, sedangkan pengeluaran untuk nonmakanan


//p

sebesar 47,81 persen.


s:
tp

Perkembangan Distribusi Pendapatan


ht

Idealnya, hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati secara


merata oleh seluruh penduduk sebagai subjek dan objek
pembangunan. Ukuran tingkat kemerataan digunakan untuk
mengukur seberapa adil “kue pembangunan” dinikmati oleh
semua penduduk.
Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kemerataan pendapatan adalah Koefisien Gini dan

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 37


Tingkat Kemerataan Menurut Bank Dunia. Koefisien Gini
didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva
pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi
pendapatan dengan kumulatif penduduk. Nilai koefisien gini
antara nol, untuk pemerataan sempurna, dan satu, untuk
ketimpangan parah.
Bank Dunia mengelompokkan penduduk ke dalam tiga
kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan: 40%
penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk

.id
dengan pendapatan menengah dan 20% penduduk dengan

o
pendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan
.g
menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari
ps
kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan
.b

total pendapatan seluruh penduduk. Apabila persentasenya


at

kurang dari 12 persen maka termasuk dalam kategori


ar

ketimpangan tinggi; antara 12—17 persen kategori


ab

ketimpangan sedang; dan lebih dari 17 persen kategori


ketimpangan rendah.
pu

Tabel 5.3 menyajikan kedua ukuran ketimpangan


a
//p

pendapatan. Koefisien gini pada tahun 2007 sebesar 0,33


s:

naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun 2015
tp

menjadi 0,44. Pada tahun 2016 koefisien gini Papua Barat


kembali turun menjadi 0,37. Kendati demikian tingkat
ht

ketimpangan pengeluaran di Papua Barat tergolong


ketimpangan sedang.
Dilihat dari tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, sampai
dengan tahun 2012, Provinsi Papua Barat masih dalam
kategori ketimpangan rendah. Proporsi pengeluaran dari
kelompok penduduk 40 persen terbawah terhadap total
pengeluaran seluruh penduduk masih di atas 17 persen.

38 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Tabel 5.3 Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Provinsi Papua Barat
Menurut Bank Dunia dan Koefisien Gini, Tahun 2007 – 2016

Tingkat Kemerataan Menurut Bank Dunia


Tahun 40 Persen 40 Persen 20 Persen Gini Ratio
Terbawah Menengah Teratas
(1) (2) (3) (4) (5)
2007 28.29 44.59 27.13 0.33
2008 29.61 43.09 27.30 0.36

.id
2009 22.75 41.11 36.14 0.35

o
2010 19,14 37,70 43,15 0,37
.g
ps
2011 18,76 38,24 43,00 0,39
.b

2012 18,86 39,68 41,46 0,42


at

2013 16,03 35,60 48,38 0,41


ar

2014 16,13 34,94 48,93 0,42


ab

2015 15,13 34,83 50,03 0,44


pu

2016 16,36 40,69 42,94 0,37


a
//p

Sumber: BPS, Susenas 2007—2016


s:

Namun sejak tahun 2013, proporsi pengeluaran penduduk


tp

pada kelompok 40 persen terbawah mulai mengkhawatirkan.


ht

Kontribusinya, mulai di bawah 17 persen yang menandai


pergeseran ketimpangan pendapatan dari ketimpangan
rendah menjadi ketimpangan sedang. Pada tahun 2016, ada
indikasi awal bahwa ketimpangan pengeluaran di Papua Barat
menipis.

Konsumsi Rumah Tangga

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 39


Struktur konsumsi rumah tangga memberikan informasi
penting terkait komposisi pengeluaran rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Secara umum,
pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dibedakan
menjadi konsumsi makanan dan konsumsi non makanan.
Rumah tangga dengan taraf kesejahteraan yang lebih baik
akan lebih banyak mengalokasikan pengeluarannya untuk
kebutuhan non makanan penting seperti pendidikan dan
kesehatan.

.id
Tabel 5.4 Pola Konsumsi Makanan dan Non Makanan Menurut Kabupaten/

o
Kota di Provinsi Papua Barat, Tahun 2014 – 2016
.g
ps
Makanan Non Makanan
Kabupaten/Kota
.b

2014 2015 2016 2014 2015 2016


at

(1) (3) (4) (4) (6) (7) (7)


ar

Fakfak 52,25 59,04 52,24 47,75 40,96 47,76


ab

Kaimana 57,43 52,06 48,38 42,57 47,94 51,62


pu

Teluk Wondama 58,20 54,80 55,68 41,80 45,20 44,32


Teluk Bintuni 54,08 46,39 49,66 45,92 53,61 50,34
a
//p

Manokwari 45,20 44,63 47,06 54,80 55,37 52,94


s:

Sorong Selatan 52,69 72,13 53,38 47,31 27,87 46,62


tp

Sorong 57,13 49,02 49,94 42,87 50,98 50,06


ht

Raja Ampat 57,37 51,09 50,95 42,63 48,91 49,05


Tambrauw 67,82 67,28 65,00 32,18 32,72 35,00
Manokwari Selatan 60,20 51,47 39,80 48,53
Pegunungan Arfak 62,70 58,61 37,30 41,39
Maybrat 66,04 88,69 51,99 33,96 11,31 48,01
Kota Sorong 40,90 45,84 43,94 59,10 54,16 56,06
Prov. Papua Barat 48,73 49,77 47,81 51,27 50,23 52,19
Sumber: BPS, Susenas 2014—2016

40 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Tabel 5.4 menyajikan komposisi pengeluaran konsumsi rumah
tangga menurut makanan dan non makanan di kabupaten/
kota di Provinsi Papua Barat tahun 2014—2016. Secara
umum, pengeluaran non makanan di Papua Barat lebih tinggi
daripada pengeluaran makanan meskipun perbedaannya
cukup kecil.
Terdapat perbedaan komposisi pengeluaran rumah tangga
antara Kabupaten Fakfak, Kaimana, Teluk Bintuni, Kabupaten
Manokwari, Kabupaten Sorong dan Kota Sorong dengan

.id
kabupaten lain di Provinsi Papua Barat. Komposisi

o
pengeluaran rumah tangga di keenam wilayah tersebut
.g
didominasi oleh pengeluaran non makanan sebaliknya di
ps
kabupaten lain didominasi oleh pengeluaran makanan.
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 5.3 Persentase Kompoisi Pengeluaran Per Kapita Per


Bulan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
Barat Tahun 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 41


ht
tp
s:
//p
a pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o .id
Bab 6
Perumahan dan Lingkungan

.id
Hak warga negara untuk bertempat tinggal telah diatur baik

o
dalam UUD 1945 maupun undang—undang. UUD 1945 Pasal
.g
28H menyatakan, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
ps
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
.b

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh


at

pelayanan kesehatan.” Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992


ar

Bab III Perumahan Pasal 5 selanjutnya menegaskan bahwa,


ab

“Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati,


pu

menikmati, atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan


yang sehat aman, serasi dan teratur.” Dengan demikian, hak
a
//p

bertempat tinggal bagi warga negara sesungguhnya telah


dinaungi payung hukum yang paling tinggi.
s:
tp

Idealnya, negara wajib memenuhi hak warga negaranya untuk


ht

menempati, menikmati, atau memiliki rumah yang layak


dalam lingkungan yang sehat aman, serasi dan teratur.
Namun, karena kecepatan laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi belum dapat diimbangi oleh kemampuan penyediaan
perumahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memadai maka belum semua penduduk memiliki rumah
sendiri.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 43


o .id
.g
ps
Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Status
.b

Kepemilikan Rumah di Provinsi Papua Barat Tahun


at

2016
ar
ab

Susenas 2016 menunjukkan sebagian besar rumah tangga


pu

tinggal di rumah sendiri. Sisanya, masih kontrak/sewa, tinggal


a

dengan status bebas sewa atau di rumah dinas. Sebagian


//p

besar, status bangunan tempat tinggal dari rumah milik


s:

sendiri tersebut adalah hak milik. Hanya 4,47 persen


tp

bangunan tempat tinggal berstatus hak pakai.


ht

Berdasarkan empat indikator rumah layak huni pada tahun


2012—2016 menunjukkan adanya perbaikan kualitas
perumahan di Provinsi Papua Barat. Gambar 6.2
memperlihatkan persentase rumah tangga dengan lantai
bukan tanah, atap layak, dan dinding permanen meningkat
sementara rumah tangga dengan luas lantai per kapita kurang
dari 10 m2 pada 2016 sedikit mengalami kenaikan.

44 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


45
Gambar 6.2 Kondisi Perumahan Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012—2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


.id o
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu a
//p
s:
tp
ht
Air Minum Layak

Sumber air minum digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu


sumber air minum layak dan tidak layak. Sumber air minum
yang layak meliputi air minum perpipaan dan air minum non-
perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas
dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari
tempat pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari
kontaminasi lainnya. Sumber air minum layak meliputi air

.id
leding, sumur bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air

o
terlindung, serta air hujan.

.g
Sumber air minum tak layak didefinisikan sebagai sumber air
ps
yang jaraknya ke tempat pembuangan kotoran kurang dari 10
.b

meter dan/atau tidak terlindung dari kontaminasi lainnya.


at

Sumber tersebut antara lain mencakup sumur galian yang tak


ar

terlindung, mata air tak terlindung, air yang diangkut dengan


ab

tangki/drum kecil, dan air permukaan dari sungai, danau,


pu

kolam, dan saluran irigasi/drainase. Air kemasan dianggap


sebagai sumber air minum layak hanya jika rumah tangga
a
//p

yang bersangkutan menggunakannya untuk memasak dan


menjaga kebersihan tubuh, dan di Indonesia penggunaan air
s:

kemasan tidak dikategorikan sebagai sumber air minum layak


tp

karena aspek keberlanjutannya. Gambar 6.3 menyajikan


ht

perkembangan akses rumah tangga terhadap air minum yang


layak pada tahun 2016.
Sejak tahun 2014, penghitungan indikator air minum layak
disempurnakan. Sebelumnya, sumber air minum layak hanya
berasal dari air ledeng dan air dari sumur terlindung dan mata
air terlindung yang jarak ke penampungan kotoran lebih dari
10 m dan air hujan, kini kriteria tersebut ditambah dengan

46 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


o .id
.g
ps
Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum
.b

Layak Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2012 – 2016


at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum


dari Sumur Bor/Pompa, Sumur Terlindung, dan Mata
Air Terlindung menurut Kabupaten/Kota, Daerah
Tempat Tinggal, dan Jarak ke Tempat Penampungan
Akhir Kotoran/Tinja ≥ 10 m, Tahun 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 47


penggunaan air mandi/cuci yang bersumber dari air terlindung
(leding meteran, leding eceran, sumur bor/pompa, sumur
terlindung, mata air terlindung, dan air hujan) bila sumber air
minum utama menggunakan air kemasan/isi ulang dan air
tidak terlindungi (air terlindungi dengan jarak < 10 m dan air
tidak terlindung).
Akibat penyempurnaan penghitungan indikator sumber air
minum layak tersebut, pola akses rumah tangga terhadap
sumber air minum layak di perkotaan lebih tinggi daripada di

.id
perdesaan. Sebesar 91,07 persen rumah tangga di perkotaan

o
dapat mengakses sumber air minum layak sementara di
.g
perdesaan hanya 61,93 persen pada tahun 2017.
ps
Akses air minum layak berbeda antar kabupaten/kota.
.b

Gambar 6.4 memperlihatkan Persentase Rumah Tangga


at

dengan sumber air minum dari sumur bor/pompa, sumur


ar

terlindung, dan mata air terlindung menurut Kabupaten/Kota,


ab

daerah tempat tinggal, dan jarak ke tempat penampungan


pu

akhir kotoran/tinja ≥ 10 m. Tampak bahwa Kabupaten


Pegunungan Arfak, Teluk Wondama, dan Raja Ampat
a
//p

merupakan tiga kabupaten dengan persentase terkecil.


s:
tp

Sanitasi Layak
ht

Fasilitas sanitasi yang layak didefinisikan sebagai sarana yang


aman, higienis, dan nyaman, yang dapat menjauhkan
pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan
kotoran manusia (Bappenas, 2010). Fasilitas sanitasi yang
layak mencakup kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush
toilet) yang terhubung dengan sistem pipa saluran
pembuangan atau tangki septik, termasuk jamban cemplung

48 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


(pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi; serta
toilet kompos. Fasilitas sanitasi yang tidak layak antara lain
meliputi toilet yang mengalir ke selokan, saluran terbuka,
sungai, atau lapangan terbuka, jamban cemplung tanpa segel
slab, wadah ember, dan toilet gantung.
Perkembangan persentase rumah tangga dengan sanitasi
layak di Papua Barat mengalami peningkatan. Gambar 6.5
menunjukkan bahwa selama tahun 2012—2016, peningkatan
akses terhadap sanitasi yang layak terjadi baik di daerah

.id
perkotaan maupun daerah perdesaan. Persentase rumah

o
tangga dengan akses terhadap sanitasi layak di daerah
.g
perdesaan meningkat dari 25,07 persen pada tahun 2012
ps
menjadi 65,30 persen pada tahun 2016. Proyek MCK dari
.b

PNPM Pedesaan turut berkontribusi terhadap pesatnya


at

peningkatan akses rumah tangga terhadap sanitasi layak di


ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses terhadap


Sanitasi yang Layak Di Provinsi Papua Barat,
Tahun 20112– 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 49


pedesaan.
Selain terdapat perbedaan akses terhadap sanitasi yang layak
di daerah perkotaan dan perdesaan, perbedaan akses
terhadap sanitasi yang layak juga berbeda antar kabupaten/
kota. Gambar 6.6 memperlihatkan akses rumah tangga
terhadap keberadaan fasilitas BAB menurut kabupaten/kota
di Provinsi Papua Barat tahun 2016. Tampak bahwa 41,24
persen rumah tangga di Kabupaten Pegunungan Arfak
memanfaatkan tempat BAB bersama dan 38,36 persennya

.id
tidak memiliki fasilitas tempat BAB.

o
.g
ps
Gambar 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas BAB dan
Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat, Tahun 2016
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

50 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Penerangan
Kriteria selanjutnya yang digunakan dalam mengamati kondisi
perumahan di Papua Barat adalah fasilitas penerangan.
Penerangan menjadi sarana pendukung anggota rumah
tangga dalam melakukan aktifitas sehari-hari di rumah.
Pemakaian listrik sebagai sumber penerangan juga dapat
menjadi indikasi besarnya akses rumah tangga terhadap
informasi khususnya melalui media elektronik.

.id
Sumber penerangan listrik di Papua Barat belum dapat
sepenuhnya diusahakan oleh PLN. Akses listrik PLN baru

o
.g
mencapai 76 persen pada tahun 2015 dan menurun menjadi
ps
75 persen pada tahun 2016. Masih ada 14 persen rumah
tangga dengan sumber penerangan utama bukan listrik dan
.b

12 persen sisanya mengandalkan listrik non PLN seperti


at
ar

Gambar 6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber


ab

Penerangan Utama Di Provinsi Papua Barat, Tahun


pu

2016
a
//p
s:
tp
ht

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 51


Genset untuk sumber penerangan utama.
Di beberapa tempat, pemakaian solar cell untuk penerangan
cukup umum. Seperti di Wasior misalnya, beberapa rumah
tangga memasang panel solar cell untuk kebutuhan
penerangan dan penggunaan alat elektronik seperti televisi.
Di Daerah Tanggaromi Kabupaten Kaimana, penduduk
memanfaatkan bantuan solar cell dari pemerintah daerah
untuk penggunaan dua atau tiga lampu.

o .id
.g
ps
.b
at
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

52 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Bab 7
Sosial Lannya

.id
Bab ini menerangkan perlindungan sosial yang dimiliki oleh

o
masing-masing anggota rumah tangga maupun oleh rumah
.g
tangga serta kepemilikan aset dan jaminan terhadap
ps
kebutuhan hidup sehari-hari. Keterangan yang dicakup pada
.b

bab ini meliputi penyaluran beras miskin (raskin), Program


at

Keluarga Harapan (PKH), aset, jaminan kebutuhan sehari-hari,


ar

kredit usaha, beasiswa dan bantuan pendidikan, jaminan


ab

pensiun, jaminan hari tua, jaminan veteran, asuransi


pu

kecelakaan kerja, pesangon Pemutusan Hubungan Kerja


(PHK) dan jaminan pembiayaan/asuransikesehatan.
a
//p

Program Penanggulangan Kemiskinan


s:
tp

Pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan mencakup


ht

dua sasaran. Pertama, mengurangi beban rumah tangga


miskin untuk kebutuhan dasar dan meningkatkan
pendapatannya. Pengurangan beban rumah tangga miskin
antara lain melalui program raskin, asuransi kesehatan
penerima bantuan iuran (PBI-BPJS), bantuan siswa miskin,
program keluarga harapan. Pemberian kredit untuk usaha
merupakan bagian dari upaya peningkatan pendapatan
penduduk miskin.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 53


7.1 Pembagian Beras Miskin
Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Umum Raskin 2015, beras miskin adalah hak
masyarakat berpendapatan rendah yang diberikan dan
ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka membantu
mencukupi sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk
beras. Secara nasional, sasaran program Raskin Tahun 2015
adalah berkurangnya beban pengeluaran 15.530.897 rumah

.id
tangga sasaran (RTS) dalam mencukupi kebutuhan pangan

o
beras melalui penyaluran beras bersubsidi dengan alokasi
sebanyak 15 kg/RTS/bulan. .g
ps
.b

Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga yang Membeli/Menerima


at

Beras Murah/Raskin Selama 3 Bulan Terakhir


ar

menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Papua Barat


Tahun 2016
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (2016)

54 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Gambar 7.1 memperlihatkan persentase rumah tangga yang
membeli/menerima beras murah/raskin selama 3 bulan
terakhir menurut kabupaten/kota, di Provinsi Papua Barat
Tahun 2016. Kabupaten Tambraw, Maybrat, dan Fakfak
menjadi kabupaten yang rumah tangganya paling besar
persentasenya menerima raskin, sedangkan Kabupaten Teluk
Bintuni, Kota Sorong, dan Kaimana menjadi yang
persentasenya terendah.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan

.id
kinerja pengelolaan beras miskin di 10 provinsi di Indonesia.

o
Provinsi Papua Barat adalah salah satu dari 10 provinsi selain
.g
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Yogyakarta,
ps
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan
.b
at

Gambar 7.2 Jumlah Raskin yang Dibeli Selama 3 Bulan Terakhir


ar

menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Papua Barat


ab

Tahun 2016
a pu
//p
s:
tp
ht

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (2016)

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 55


Timur. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPS tersebut, terdapat
196 desa/kelurahan di 50 kabupaten/kota yang tidak
melakukan pemutakhiran data, sehingga penerima program
raskin beresiko tidak tepat sasaran (www.republika.co.id/
berita/ekonomi/makro/15/04/29/nnk4dh-pembagian0raskin
-tak-tepat-sasaran-ini-alasannya).
Apabila dilihat dari jumlah raskin yang dibeli selama tiga bulan
terakhir penduduk yang membeli raskin lebih dari 45 kg
berada di Kabupaten Tambraw, diikuti oleh Kabupaten

.id
Maybrat dan Teluk Wondama. (Gambar 7.2).

o
.g
Masalah lain dari penyaluran beras miskin adalah terkait
ps
waktu penyalurannya. Hingga saat ini, penyaluran beras
miskin masih bersifat “rapel” dalam arti jatah beras miskin
.b

beberapa bulan diterima sekaligus pada bulan tertentu. Ada


at

rumah tangga yang membeli beras miskin kurang dari 15 kg


ar

untuk satu bulan, ada juga rumah tangga yang membeli beras
ab

miskin lebih dari 15 kg untuk satu bulan.


pu

Jika dikaji lebih jauh, ada empat alasan utama rumah tangga
a

menerima beras miskin kurang dari 15 kg. Sebanyak 82 dari


//p

100 rumah tangga menyatakan bahwa ada ketentuan


s:

musyawarah desa/dusun yang mengharuskan penerimaan


tp

beras miskin diterima sekaligus. Akibatnya, ada bulan-bulan


ht

tertentu yang tidak menerima beras miskin sama sekali.


Selain itu, rumah tangga lain membeli beras miskin kurang
dari 15 kg karena tidak mempunyai cukup uang dan ada juga
yang membeli beras miskin seperlunya.
Harga beras miskin sesungguhnya sudah diatur dalam
pedoman umum penyaluran beras miskin yaitu seharga Rp.
1.600,- per kg. Namun, rata-rata harga beras miskin di Papua
Barat sekitar Rp. 2.000,- per kg.

56 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


7.2 Bantuan Siswa Miskin
Selain program beras miskin, program bantuan sisa miskin
atau BSM juga merupakan bagian dari penanggulangan
kemiskinan melalui program perlindungan sosial. BSM
mencakup 34 provinsi, 114 kabupaten/kota dan 1.114
sekolah. BSM digulirkan mengingat angka drop out
masyarakat miskin baik antar jenjang kelas maupun antar
jenjang pendidikan sangat tinggi. Karena itu, sasaran
penerima BSM adalah anak sekolah dari rumah tangga pada

.id
kelompok 25 % pengeluaran terendah. Cakupan tersebut

o
meliputi 11,1 juta anak sekolah pada tingkat SD/MI, SMP/
.g
MTs, SMA/SMK/MA. Besaran bantuan yang akan diberikan
ps
untuk tahun ajaran 2014/2015 bagi tingkat SD/MI sebesar
.b

Rp 450.000/semester, SMP/MTs Rp 750.000/semester dan


at

SMA/SMK/MA Rp 1.000.000/semester.
ar
ab
a pu
//p
s:
tp
ht

Gambar 7.3 Persentase Rumah Tangga Penerima BSM di Provinsi


Papua Barat Tahun 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 57


Gambar 7.4 menyatakan persentase rumah tangga yang salah
satu anggotanya menerima dalam setahun terakhir. Tampak
bahwa distribusi rumah tangga penerima BSM paling besar
persentasenya di Kabupaten Maybrat, Sorong Selatan, dan
Kaimana.
Teknoligi, Informasi dan Komunikasi (TIK)
Perkembangan akses teknologi komunikasi dan informasi di
Papua Barat hingga tahun 2016 cukup pesat. Pengguna

.id
telepon selular atau HP di Provinsi Papua Barat pada tahun
2016 telah mencapai 56,93 persen.

o
.g
Seiring dengan kepemilikan telepon selular yang meningkat
ps
perkembangan penduduk yang mengakses internet juga
.b

mengalami peningkatan. Penduduk Papua Barat yang


at

mengakses internet pada tahun 2016 telah mencapai 20,22


ar

persen naik dibandingkan dengan pengguna internet tahun


ab

2015 yang mencapai 17,72 persen.


pu

Dilihat dari sebarannya, pengguna internet terbanyak di


Provinsi Papua Barat adalah di Kota Sorong diikuti oleh
a
//p

Kabupaten Fakfak. Sebesar 35 persen penduduk Kota Sorong


mengakses di mana 93,44 persen pengguna internet di Kota
s:

Sorong memanfaatkan handphone sebagai media untuk


tp

mengakses internet. Di Kabupaten Fakfak, pengguna internet


ht

mencapai 22,95 persen. Data TIK selengkapnya dapat dilihat


pada Lampiran VII(1) dan Lampiran VII(2).

58 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


ht
tp
s:
//p
a pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o .id
Lampiran-Lampiran
ht
tp
s:
//p
a pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o .id
I (1) Indikator Kependudukan

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Papua Barat Tahun 2010, 2015 dan 2016

Laju Pertum-
Jumlah Penduduk
Kabupaten/ buhan Per
Kota Tahun
2010 2015 2016 2010 - 2016
(1) (3) (4) (4) (5)

.id
Kab. Fakfak 66.828 73.468 74.772 12,62

o
Kab. Kaimana
.g
46.249 54.165 55.503 17,82
ps
Kab. Teluk Wondama 26.321 29.791 30.490 15,38
.b
at

Kab. Teluk Bintuni 52.422 59.196 60.400 14,79


ar

Kab. Manokwari 187.726 158.326 162.578 17,65


ab

Kab. Sorong Selatan 37.900 43.036 43.896 15,15


pu

Kab. Sorong 70.619 80.695 82.784 16,82


a
//p

Kab. Raja Empat 42.507 45.923 46.613 10,78


s:

Kab. Tambrauw 6.144 13.615 13.699 5,69


tp
ht

Kab. Maybrat 33.081 37.529 38.377 15,14

Kab. Manokwari Selatan 21.907 22.519 17,08

Kab. Pegunungan Arfak 28.271 28.898 16,66

Kota Sorong 190.625 225.588 232.833 20,53

Prov. Papua Barat 760.422 871.510 893.362 16,74

Sumber: BPS, SP2000, SP2010 dan Proyeksi Penduduk Tahun 2015.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 61


I (2) Indikator Kependudukan

Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua


Barat Tahun 2013—2016

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)


Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016
(1) (3) (4) (5) (5)

.id
Fakfak 4,95 5,04 5,13 6,77

o
Kaimana 2,76
.g 2,84 2,93 3,42
ps
Teluk Wondama 1,91 1,95 1,99 7,70
.b

Teluk Bintuni 3,04 3,11 3,18 2,90


at
ar

Manokwari 32,29 33,18 34,05 51,02


ab

Sorong Selatan 5,27 5,40 5,52 6,66


pu

Sorong 6,31 6,47 6,64 12,65


a

Raja Empat 7,32 7,45 7,55 5,80


//p

Tambrauw 1,16 1,17 1,18 1,19


s:

Maybrat 6,55 6,70 6,87 7,03


tp
ht

Kab. Manokwari Selatan 7,44 7,57 7,79 8,01

Kab. Pegunungan Arfak 9,64 9,96 10,19 10,42

Kota Sorong 191,71 198,01 204,15 354,58

Prov. Papua Barat 6,86 7,04 7,22 8,96

Sumber: BPS, Provinsi Papua Barat Dalam Angka Tahun 2012—2015

62 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


II (1) Kesehatan

Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat Tahun 2012—2016.

Kabupaten/ Angka Harapan Hidup (Tahun)


Kota
2012 2013 2014 2015 2016

.id
(1) (3) (4) (5) (6) (6)
Fakfak 67,35 67,40 67,62 67,72 67,84

o
Kaimana
.g
62,89 63,21 63,57 63,59 63,79
ps
Teluk Wondama 57,81 58,04 58,36 58,66 58,96
.b

Teluk Bintuni 57,94 58,13 58,42 59,12 59,48


at

Manokwari 67,22 67,34 67,60 67,69 67,84


ar

Sorong Selatan 64,97 65,08 65,34 65,35 65,49


ab

Sorong 64,90 64,99 65,23 65,25 65,39


pu

Raja Ampat 63,81 63,84 64,05 64,06 64,16


a

Tambrauw 58,39 58,48 58,72 59,02 59,16


//p
s:

Maybrat 64,39 64,43 64,65 64,65 64,73


tp

Manokwari Selatan 66,25 66,40 66,67 66,68 66,82


ht

Pegunungan Arfak 66,17 66,25 66,49 66,49 66,61

Kota Sorong 67,84 67,96 69,02 69,04 69,36

Prov. Papua Barat 64,88 65,05 65,14 65,19 65,30


Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, IPM Provinsi Papua Barat 2012—2016.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 63


Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua Barat Tahun 2016
Penolong Kelahiran

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


Kabupaten/Kota Tenaga
Dokter Bidan paramedis Dukun Lainnya Tidak Ada
lain
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6)
Fakfak 50,14 34,38 10,31 4,92 0,26 0,00
Kaimana
.id
10,06 61,31
o 9,28 12,75 3,82 2,78
Teluk Wondama 27,00 47,56
.g 8,57 11,96 4,91 0,00
Teluk Bintuni 21,00 38,31 3,71 22,50 14,49 0,00
Manokwari 30,71
ps 65,21 0,81 0,00 3,28 0,00
Sorong Selatan
.b
12,83 39,18 0,00 35,17 12,82 0,00
at
(2) Kesehatan

Sorong 9,04 71,44 9,66 3,13 5,42 1,30


Raja Ampat 9,59 34,44 ar
8,87 26,91 19,47 0,73
Tambrauw 5,18 34,12 ab 0,00 59,40 1,30 0,00
Maybrat
Manokwari Selatan
5,56
28,28
87,77
58,14
pu 0,00
0,00
1,97
9,61
a
4,70
3,97
0,00
0,00
Pegunungan Arfak 0,00 34,00 11,60 44,49 9,91 0,00
Kota Sorong 37,71 54,92 0,00
//p
7,37 0,00 0,00
s:
II Papua Barat 26,38 54,65 3,63 10,30
ht
tp4,71 0,33

64
Sumber: BPS, Susenas 2016
II (3) Kesehatan

Angka Kesakitan Penduduk di Provinsi Papua Barat,


Tahun 2013—2016.

Angka Kesakitan
Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016
(1) (3) (4) (5) (5)

.id
Fakfak 4,44 3,50 9,77 9,38
Kaimana 11,88 16,84 11,43 9,16

o
Teluk Wondama
.g
11,18 12,35 9,51 11,08
ps
Teluk Bintuni 20,09 21,29 13,54 8,28
.b

Manokwari 10,25 9,75 13,07 21,94


at

Sorong Selatan 8,23 12,85 15,42 6,61


ar

Sorong 10,63 12,23 10,16 11,80


ab

Raja Ampat 13,58 13,35 12,86 10,76


pu

Tambrauw 10,23 8,27 7,33 4,89


a

Maybrat 6,72 3,67 3,31 5,13


//p

Manokwari Selatan 7,62 14,58


s:

Pegunungan Arfak 7,06 4,82


tp

Kota Sorong 14,87 14,67 12,64 8,05


ht

Prov. Papua Barat 11,38 11,78 11,46 11,17

Sumber: BPS, Susenas 2013—2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 65


III (1) Pendidikan

Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 25 Tahun atau Lebih di


Provinsi Papua Barat, Tahun 2011—2016

Kabupaten/ Rata-rata Lama Sekolah


Kota
2012 2013 2014 2015 2016

.id
(1) (3) (4) (5) (6) (6)
Fakfak 7,96 7,97 8,09 8,12 8,22

o
Kaimana
.g
7,13 7,36 7,61 7,65 7,83
ps
Teluk Wondama 6,36 6,43 6,50 6,52 6,57
.b

Teluk Bintuni 6,98 7,28 7,44 7,45 7,57


at

Manokwari 7,47 7,58 7,70 7,75 7,85


ar

Sorong Selatan 6,50 6,64 6,75 6,84 6,95


ab

Sorong 6,79 7,06 7,14 7,46 7,57


pu

Raja Ampat 6,58 7,16 7,32 7,39 7,53


a

Tambrauw 4,27 4,40 4,53 4,61 4,70


//p
s:

Maybrat 5,91 5,92 5,96 6,22 6,33


tp

Manokwari Selatan 6,12 6,20 6,21 6,32


ht

Pegunungan Arfak 4,79 4,85 4,86 4,90

Kota Sorong 10,59 10,82 10,86 10,87 10,91

Prov. Papua Barat 6,87 6,91 6,96 7,01 7,06

66 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


III (2) Pendidikan

Harapan Lama Sekolah Penduduk Berumur 7 Tahun atau Lebih di


Provinsi Papua Barat, Tahun 2011—2015

Kabupaten/ Harapan Lama Sekolah


Kota
2012 2013 2014 2015 2016

.id
(1) (3) (4) (5) (6) (6)
Fakfak 13,08 13,17 13,25 13,26 13,51

o
Kaimana
.g
10,56 11,02 11,19 11,23 11,46
ps
Teluk Wondama 9,61 9,97 10,26 10,33 10,48
.b

Teluk Bintuni 10,87 10,94 11,21 11,30 11,62


at

Manokwari 12,57 12,96 13,15 13,38 13,51


ar

Sorong Selatan 11,14 11,33 11,52 11,71 11,93


ab

Sorong 12,24 12,35 12,38 12,60 12,81


pu

Raja Ampat 11,07 11,20 11,34 11,44 11,65


a

Tambrauw 10,02 10,46 10,73 10,80 10,89


//p
s:

Maybrat 11,74 11,92 12,11 12,21 12,31


tp

Manokwari Selatan 12,13 12,18 12,19 12,20


ht

Pegunungan Arfak 11,00 11,05 11,06 11,07

Kota Sorong 13,55 13,76 13,95 13,99 14,00

Prov. Papua Barat 11,45 11,67 11,87 12,06 12,26

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 67


III (3) Pendidikan

Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Papua Barat, 2015—2016

Angka Partisipasi Sekolah


Kabupaten/
Kota
7 - 12 Tahun 13 - 15 Tahun 16 - 18 Tahun 19 - 24 Tahun

.id
2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016

o
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
.g
ps
Fakfak 98,86 98,96 96,56 98,38 90,89 86,90 26,12 45,09
Kaimana 98,75 97,38 95,52 93,27 70,6 68,17 8,11 18,31
.b

Teluk Wondama 94,71 95,40 95,45 96,14 70,99 69,60 14,4 22,86
at

Teluk Bintuni 98,61 94,92 94,98 95,48 69,97 68,26 9,55 19,42
ar

Manokwari 98,11 95,63 97,88 98,01 81,66 92,29 37,44 27,01


ab

Sorong Selatan 97,98 98,51 94,98 96,32 70,37 82,13 29,73 32,77
pu

Sorong 99,71 98,15 100 97,48 81,39 83,99 27,42 31,79


a

Raja Ampat 97,32 95,59 98,01 99,13 77,25 65,04 22,27 20,03
//p

Tambrauw 94,87 96,84 97,99 100,00 74,14 81,63 43,77 27,29


s:

Maybrat 97,15 100,00 99,1 98,88 93,12 80,01 38,12 45,91


tp

Manokwari
93,42 81,87 92,9 95,53 81,67 67,17 23,08 20,83
ht

Selatan
Pegunungan Arfak 89,47 94,32 70,23 81,24 47,58 74,27 6,6 14,97
Kota Sorong 94,26 98,22 98,35 97,41 84,08 79,72 39,67 39,94
Papua Barat 96,74 96,85 96,58 96,86 79,99 80,28 29,96 31,45
Sumber: BPS, Susenas 2015 dan 2016

68 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


III (4) Pendidikan

Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat, 2015-—2016

Angka Partisipasi Murni


Kabupaten/
Kota

.id
SD SMP SMA PT
2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016

o
.g
(1) (3) (3) (5) (5) (7) (7) (9) (9)
ps
Fakfak 91,15 98,06 69,56 76,11 52,79 70,82 11,20 27,89
Kaimana 95,94 91,99 48,28 56,52 48,61 54,73 2,57 13,33
.b

Teluk Wondama 94,71 91,99 47,89 63,26 49,59 38,93 3,18 18,23
at
ar

Teluk Bintuni 94,85 91,62 59,63 64,65 55,01 56,47 5,87 14,04
Manokwari 97,61 95,63 69,34 74,06 69,22 65,73 29,42 17,96
ab

Sorong Selatan 96,20 91,71 61,41 51,10 47,13 55,35 22,12 26,47
pu

Sorong 91,92 91,90 88,49 68,59 71,26 72,32 18,42 24,58


a

Raja Ampat 95,86 94,21 68,72 48,20 61,17 43,62 4,53 12,93
//p

Tambrauw 93,38 95,86 69,30 54,62 43,48 43,02 0,00 27,29


s:

Maybrat 86,75 93,93 71,83 80,05 64,16 68,66 18,36 39,99


tp

Manokwari
93,42 78,60 62,35 72,03 67,71 43,83 8,88 16,66
ht

Selatan
Pegunungan Arfak 89,09 92,18 30,70 52,80 6,88 52,78 0,00 14,18
Kota Sorong 89,46 92,42 75,55 72,72 72,91 66,94 31,81 24,34
Papua Barat 92,90 93,06 68,29 68,58 62,40 62,62 20,55 21,36
Sumber: BPS, Susenas 2015 dan 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 69


V (1) Taraf dan Pola Konsumsi

Garis Kemiskinan di Papua Barat Tahun 2012—2016

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)


Daerah/Tahun
Makanan Non Makanan Total
(1) (2) (3) (4)

.id
Perkotaan

o
Maret 2012 255.001 94.677 349.678
Maret 2013 276.018
.g 106.887 382.905
ps
Maret 2014 303.954 112.203 416.158
.b

Maret 2015 328.107 123.915 452.022


at

Maret 2016 355.672 132.055 487.727


ar
ab

Perdesaan
Maret 2012 271.489 55.125 326.613
pu

Maret 2013 292.615 63.224 355.839


a

Maret 2014 321.560 68.252 389.812


//p

Maret 2015 358.458 76.749 435.207


s:

Maret 2016 382.574 84.422 466.996


tp
ht

Kota+Desa
Maret 2012 266.576 66.908 333.485
Maret 2013 287.655 76.275 363.929
Maret 2014 316.314 81.348 397.662
Maret 2015 346.975 94.594 441.569
Maret 2016 372.548 102.419 474.967

Sumber: BPS, Susenas Panel 2012 - 2016

70 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


V (2) Taraf dan Pola Konsumsi

Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2) Kemiskinan di Pa-


pua Barat Tahun 2009—2016

Kota dan
Daerah/Tahun Kota Desa
Desa
(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

.id
Maret 2009 0,43 12,51 9,75

o
Maret 2010 1,14 13,22 10,47
Maret 2011 .g 0,80 11,13 8,78
ps
Maret 2012 1,23 9,78 7,23
.b

Maret 2013 0,61 8,81 6,35


at

Maret 2014 1,30 8,28 6,20


ar

Maret 2015 0,72 9,60 6,24


ab

Maret 2016 0,85 11,18 7,21


a pu

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)


//p

Maret 2009 0,04 4,61 3,57


s:

Maret 2010 0,36 5,47 4,30


tp

Maret 2011 0,14 4,40 3,43


ht

Maret 2012 0,34 3,63 2,65


Maret 2013 0,11 3,03 2,16
Maret 2014 0,39 2,75 2,05
Maret 2015 0,18 3,64 2,33
Maret 2016 0,19 4,46 2,82

Sumber: BPS, Susenas Panel 2009 - 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 71


VI (1) Perumahan dan Lingkungan

Persentase Rumah Tangga Menurut Kondisi Perumahan di Provinsi


Papua Barat, Tahun 2015—2016

Lantai Bukan Dinding


Atap Layak
Kabupaten/kota Tanah Permanen

2015 2016 2015 2016 2015 2016

.id
(1) (3) (3) (5) (5) (6) (7)

o
Kab. Fakfak 99,25 98,58 99,70 100,00 77,85 82,87

.g
ps
Kab. Kaimana 92,68 97,26 99,14 100,00 62,91 66,31
.b

Kab. Teluk Wondama 98,42 99,60 95,49 97,97 35,76 37,39


at

Kab. Teluk Bintuni 98,38 96,08 97,06 96,33 22,14 25,00


ar

Kab. Manokwari 99,15 100,00 98,73 99,82 61,55 62,44


ab
pu

Kab. Sorong Selatan 99,04 99,72 86,18 82,90 39,22 44,28


a

Kab. Sorong 94,43 93,61 99,30 98,32 52,82 60,,76


//p

Kab. Raja Ampat 98,08 94,35 89,65 91,66 42,91 38,68


s:

Kab. Tambrauw 98,10 97,79 86,76 98,10 26,92 22,08


tp
ht

Kab. Maybrat 98,11 99,97 96,03 98,18 72,58 76,41

Kab. Manokwari Selatan 96,91 97,76 95,62 94,69 28,30 33,47

Kab. Pegunungan Arfak 100,00 99,37 96,01 93,61 4,57 3,02

Kota Sorong 98,67 98,43 98,55 99,19 85,27 81,90

Prov. Papua Barat 97,96 97,99 97,10 97,56 59,27 60,64

Sumber: BPS, Susenas 2015 dan 2016

72 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


VI (2) Perumahan dan Lingkungan

Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber


Penerangan di Provinsi Papua Barat, Tahun 2015—2016

Listrik PLN Listrik Non PLN


Kabupaten/kota
2015 2016 2015 2016

.id
(1) (3) (3) (5) (5)

o
Kab. Fakfak 71,75 70,34 17,88 7,74

.g
ps
Kab. Kaimana 60,74 60,53 15,39 8,39
.b

Kab. Teluk Wondama 45,90 35,59 20,15 25,97


at

Kab. Teluk Bintuni 76,65 75,58 15,23 19,59


ar

Kab. Manokwari 98,90 94,21 0,77 2,44


ab

Kab. Sorong Selatan 87,85 82,41 4,59 0,00


a pu

Kab. Sorong 89,78 87,32 7,99 10,69


//p

Kab. Raja Ampat 0,00 0,43 81,72 64,53


s:

Kab. Tambrauw 29,56 30,98 26,65 43,84


tp
ht

Kab. Maybrat 40,80 65,61 31,21 22,99

Kab. Manokwari Selatan 73,72 73,99 15,60 6,89

Kab. Pegunungan Arfak 7,87 3,73 14,49 12,12

Kota Sorong 99,39 96,89 0,61 2,65

Prov. Papua Barat 75,95 74,87 12,93 11,52

Sumber: BPS, Susenas 2015 dan 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 73


VII (1) Sosial Lainnya

Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Alat Komunikasi Informasi dan


Teknologi di Provinsi Papua Barat Tahun 2015—2016

Laptop/
Telepon Rumah Handphone Destop/PC
notebook
Kabupaten/Kota
2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016

.id
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

o
Kab. Fakfak 1,43 0,37 83,38 61,02 28,25 17,96 29,97 22,83
.g
ps
Kab. Kaimana 7,08 0,93 80,49 44,96 56,92 15,42 33,84 24,11
Kab. Teluk Wondama 0 0,00 79,92 40,52 26,1 11,15 19,02 14,05
.b
at

Kab. Teluk Bintuni 0 0,13 85,06 56,37 12,48 10,93 40,23 19,70
ar

Kab. Manokwari 2,44 1,88 70,58 66,39 32,44 15,94 43,24 23,29
ab

Kab. Sorong Selatan 1,3 0,76 86,8 36,47 45,32 9,77 40,48 22,12
pu

Kab. Sorong 0,84 0,43 85,65 57,42 14,52 12,19 32,69 15,83
Kab. Raja Ampat 0 0,00 88,97 40,74 13,87 8,53 31,22 14,50
a
//p

Kab. Tambrauw 0 0,00 100 28,51 0 3,87 74,58 12,20


s:

Kab. Maybrat 0 0,28 87,69 42,19 2,02 4,84 53,62 9,94


tp

Kab. Manokwari
0 0,00 0 42,73 0 7,36 0 14,64
Selatan
ht

Kab. Pegunungan
6,56 0,00 90,79 4,49 20,38 1,04 53,49 1,18
Arfak
Kota Sorong 9,26 1,18 75,33 73,30 34,81 23,94 26,23 28,63
Prov. Papua Barat 3,95 0,82 84,75 56,93 23,69 15,22 44,53 21,01

Sumber: BPS, Susenas 20145 dan 2016

74 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016


VII (2) Sosial Lainnya

Persentase Penduduk yang Mengakses Intenet di Provinsi Papua Barat


Tahun 2016

Tempat Mengakses Internet


%
Penduduk
Kabupaten/Kota Yang Bukan Tempat Di Dalam
Rumah Sekolah/ Tempat
Mengakse Rumah Bekerja/ Kendaraan

.id
Sendiri Kampus Umum
s Internet Sendiri Kantor Bergerak

o
(1) (2) (3)
.g (4) (5) (6) (7) (8)
ps
Fakfak 22,95 90,93 37,15 38,44 23,59 51,57 20,31
.b

Kaimana 17,91 88,73 30,25 35,39 9,08 53,11 4,61


at

T. Wondama 11,31 56,92 16,87 40,62 5,27 45,37 0,00


ar

T. Bintuni 12,87 82,07 17,50 30,85 20,65 26,84 1,02


ab

Manokwari 20,63 93,40 28,80 30,59 24,93 32,28 8,35


pu

Sorong Selatan 7,93 82,20 12,11 34,68 20,20 53,46 4,18


a
//p

Sorong 17,04 90,00 17,80 21,21 32,46 18,44 2,31


s:

Raja Ampat 9,00 83,19 10,38 50,34 13,73 16,11 4,61


tp

Tambrauw 1,63 43,71 30,53 22,65 13,99 47,17 0,00


ht

Maybrat 2,69 60,49 7,78 29,11 7,97 60,17 1,55


Manokwari
10,05 91,82 18,33 44,99 16,08 12,52 12,61
Selatan
Pegunungan Arfak 1,39 0,00 0,00 0,00 26,63 n.a 23,58

Kota Sorong 35,86 87,36 25,22 33,93 23,49 25,85 13,55

Papua Barat 20,22 87,76 25,40 33,23 22,74 31,33 10,62

Sumber: BPS, Susenas 2016

Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2016 75


ht
tp
s:
//p
ap
ua
bar
at.b
ps
. go
. id

Anda mungkin juga menyukai