Anda di halaman 1dari 5

Pembentukan Akhlak Dan Yang Dengan demikian pembentukan

Mempengaruhi Akhlak akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha


sungguh-sungguh dalam rangka
BAB I
membentuk akhlak anak, dengan
menggunakan sarana pendidikan dan
PENDAHULAUN
pembinaan yang terprogram dengan baik
Sebagai umat manusia kita harus dan dilaksanakan dengan sungguh-
senantiasa taat menjalankan perintahnya sungguh dan konsisten
agama, yaitu dengan menjalankan segala
BAB II
perintah Allah, serta meninggalkan apa-
apa yang dilarang olehnya; di abad 21 ini,
PEMBAHASAN
mungkin banyak diantara kita yang masih
berkurang memperhatikan dan Pembentukan Akhlak Dan Yang
mempelajari akhlak. Yang perlu diingat, Mempengaruhi Akhlak
bahwa Tauhid sebagai inti ajaran Islam
A. Definisi
yang memang seharusnya kita
utamakan,disamping mempelajari akhlak. Ada dua pendekatan yang dapat
Karena tauhid merupakan realisasi akhlak digunakan untuk mendefinisikan
seorang hamba terhadap Allah, seseorang akhlak, yaitu pendekatan linguistik
yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti (kebahasaan), pendekatan terminologik
ia adalah sebaik-baiknya manusia. (peristilahan).

Namun, pada pernyataannya Dari sudut pembahasan, akhlak


dilapangan. Usaha-usaha pembinaan berasal dari bahasa Arab, jamak dari

ٌ‫ُخلُق‬
akhlak melalui berbagai lembaga
khuluqun yang menurut bahasa
pendidikan dan melalui berbagai macam
metode terus dikembangkan. Ini berarti budi pekerti, perangai, tingkah

menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina. laku atau tabiat. Kata tersebut

Dri pembinaan tersebut akan terbentuk mengandung segi-segi persesuaian

pribadi-pribadi muslim yang berakhlak dengan perkataan khalaqun ٌ‫ خ َْلق‬yang


mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya berarti kejadian, yang juga erat
hormat kepada ibu bapak dan sayang
hubungannya dengan ٌ‫خَا ِلق‬ yang
kepada sesama mahluk ciptaan Allah.
berarti pencipta, demikian pula dengan
makhluqun ٌ‫َم ْخلُ ْوق‬ yang berani yang Dari beberapa pengertian
tersebut di atas, dapatlah dimengerti
diciptakan.
bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat

Ibnu Athir menjelaskan bahwa: seseorang, yakni keadaan jiwa yang


terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut
Hakikat makna khuluq itu, benar-benar telah melekat sifat-sifat
adalah gambaran batin manusia yang yang melahirkan perbuatan-perbuatan
tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), dengan mudah dan spontan tanpa
sedang khalqi merupakan gambaran dipikirkan dan diangan-angankan lagi.
bentuk luarnya (raut muka, warna
kulit, tinggi rendahnyaaa tubuh dan B. Pembentukan Akhlak

lain sebagainya).
Pembentukan akhlak ini

Imam al-Ghazali dilakukan berdasarkan asumsi bahwa

mengemukakan definisi akhlak sebagai akhlak adalah hasil usaha pendidikan,

berikut: latihan, usaha keras dan pembinaan


(muktasabah), bukan terjadi dengan
Akhlak ialah suatu sifat yang sendirinya. Potensi rohaniah yang ada
tertanam dalam jiwa yang dari padanya dalam diri manusia termasuk di
timbul perbuatan-perbuatan dengan dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu
mudah, dengan tidak memerlukan syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani,
pertimbangan pikiran (lebih dahulu). dan intuisi dibina secara optimal
dengan cara dan pendekatan yang
Dr. M. Abdulah Dirroz,
tepat.
mengemukakan definisi akhlak sebagai
berikut: Akan tetapi, menurut sebagian
ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk
Akhlak adalah sesuatu
karena akhlak adalah insting (garizah)
kekuatan dalam kehendak yang
yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi
mantap, kekuatan dan kehendak mana
golongan ini cendrung kepada
berkombinasi mambawa kecendrungan
perbaikan atau fitrah yang ada dalam
pada pemilihan pihak yang benar
diri manusia dan dapat juga berupa
(dalam hal akhlak yang baik) atau
kata hati atau intuisi yang selalu
pihak yang jahat (dalam hal akhlak
cendrung pada kebenaran. Dengan
yang jahat).
pandangan seperti ini maka akhlak
akan tumbuh dengan sendirinya, tersebut lebih baik. Aliran ini
walaupun tanpa bentuk atau begitu yakin terhadap potensi batin
diusahakan (ghair muktasabah). dan tampak kurang menghargai
Kelompok ini lebih lanjut menduga peranan pembinaan dan
bahwa akhlak adalah gambaran batin pendidikan.
ini tidak akan sanggup mengubah
2) Aliran Empirisme
perbuatan batin.

Menurut aliran ini faktor


C. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi
yang paling berpengaruhi terhadap
Pembentukan Akhlak
pembentukan diri seorang adalah
Setiap perilaku manusia faktor dari luar, yaitu lingkugan
didasarkan atas kehendak. Apa yang sosial; termasuk pembinaan dan
dilakukan manusia timbul dari pendidikan yang diberikan. Jika
kejiwaan. Walaupun pancaindra penddidikan dan pembinaan yang
kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, diberikan kepada anak itu baik,
namun dapat dilihat dari wujud maka baiklah anak. Demikian jika
kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti sebaliknya. Aliran ini begitu
bersumber dari kejiwaan. percaya kepada peranan yang
dilakukan oleh dunia pendidikan
Adapun faktor-faktor yang
dan penjajahan.
mempengaruhi akhlak pada khususnya
dan pendidikan pada umunya, ada tiga 3) Aliran Konvergensi
aliran yaitu:
Menurut aliran ini faktor
1) Aliran Nativisme yang paling mempengaruhi
pembentukan akhlak yakni faktor
Menurut aliran ini faktor
internal (pembawaan) dan faktor
yang paling berpengaruhi terhadap
dari luar (lingkungan sosial). Fitrah
diri seseorang adalah faktor
dan kecendrungan ke arah yang
bawaan dari dalam yang bentuknya
lebih baik yang dibina secara
dapat berupa kecendrungan, bakat,
intensif secara metode.
dan akal. Jika seorang telah
memiliki bawaan kepada yang baik Aliran ini sesuai dengan
maka dengan sendirinya orang ajaran Islam. Hal ini dapat
dipahami dari ayat dan hadits di Dari ayat dan hadits tersebut di atas
bawah ini. menunjukkan dengan jelas bahwa
pelaksana utama dalam pendidikan
ٌ.`ÏiBٌ Nä3y_t� ÷zr&ٌ ª!$#ur adalah kedau orang tua.

ٌöNä3ÏF»yg¨Bé&ٌ ÈbqäÜç/ BAB III


ٌ$\«ø‹x©ٌ šcqßJn=÷ès?ٌ Ÿw
PENUTUP
ٌyìôJ¡¡9$#ٌ ãNä3s9ٌ Ÿ@yèy_ur

ٌt� »|Áö/F{$#ur A. Kesimpulan

ٌnoy‰Ï«øùF{$#ur a. Akhlak adalah tabiat atu sifat


seseorang, yakni keadaan jiwa
ٌšcrã� ä3ô±s?ٌ öNä3ª=yès9
yang telah terlatih, sehingga dalam
ٌÇÐÑÈ jiwa tersebut benar-benar telah
melekat sifat-sifat yang
Artinya: Dan Allah mengeluarkan mealahirkan perbuatan-perbuatan
kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak dengan mudah dan spontan tanpa
mengetahui sesuatupun, dipikirkan dan diangan-angan lagi.
dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu b. Menurut cara pembentukannya,
bersyukur. akhlak dibedakan menjadi dua cara

ٌ‫كلٌمولودٌيولدٌعلىٌالفطرة‬ yaitu:

ٌ‫فأبواهٌيهودانهٌاو‬
ّ 1. Insting yang dibawa manusia
ٌ‫صرانهٌاوٌيم ّجسانه‬
ّ ‫ين‬ sejak lahir tanpa dibentuk atau
)‫(رواهٌالبخاري‬ usahakan (ghair muktasabah)

Artinya: setiap anak yang 2. Hasil usaha dari pendidikan,


dilahirkan dalam keadaan
(membawa) fitrah (rasa latihan pembinaan, perjuangan
ketuhanan dan keras dan sungguh-sungguh
kecendrungan kepada
kebenaran). Maka kedua (muktasabah)
orang tuanya yang
membentuk anak itu c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
menjadi yahudi, Nasrani,
atau majusi. (HR. pembentukan akhlak pada
Bukhori).
khususnya dan pendidikan pada Drs. Moh. Amin, Pengantar Ilmu Akhlak,
(Surabaya "EXPRES". 1987) hal. 7-8
umumnya, ada tiga aliran yaitu:
Drs. H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,
- Aliran Nativisme (Internal) (Bandung, CV. Pustaka Setia.1999) hal.
12-14
- Aliran Imprisme (Eksternal)
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,
Bandung CV. Pustaka Setia. 1999. Hal 82-
- Aliran Konvergensi (Internal dan 87
ekstenal)
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,
Bandung CV. Pustaka Setia. 1999. Hal 91-
B. Saran 95ٌ

Prof. Dr.H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak


Akhlak merupakan suatu nilai baik-
Tasawuf. (Jakarta, PT.Raja Garfindo
buruknya perilaku kita maka Persada.2000) hal. 169
seharusnya kita menjunjung tinggi
aklak-akhlak yang telah diajarkan oleh
Nabi besar Muhammad SAW karena
sekarang ini banyak orang-orang yang
sudah menyimpang dari ajaran beliau.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad, Imam S, Tuntunan Akhlaqul


Karimah (Jakarta: LEKDIS, 2005)

2. Moh. Amin, Drs. Pengantar Ilmu


Akhlaq (Surabaya: EXPRESS, 1987)

3. Mustofa. A. Drs. H. Akhlak Tasawuf


(Bandung CV. Pustaka Setia, 1999)

4. Nata. MA, Abuddin, Prof. Dr. H, Akhlak


Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada)

Imam S. Ahmad, Tuntunan Akhlaqul


Karimah (Jakarta: Lekdis, 2005). Hal.5.

Prof. Dr.H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak


Tasawuf. (Jakarta, PT.Raja Garfindo
Persada.2000) hal. 158

Anda mungkin juga menyukai