Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

A. Definisi
Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada kanalis ani.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada
sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman (Price dan Wilson, 2006).
B. Pathway

Hemoroid adalah Suatu


pelebaran dari vena-vena
didalam pleksus
Hemoroidalis. (Muttaqin,
2011).

Etiologi: mengejan,
keturunan, prostat
membesar, peningkatan
tekanan intra abdomen
(konstipasi, kehamilan,
duduk / berdiri lama)

Klasifikasi Derajat
Hemoroid
Derajat I : Hemoroid (+),
prolaps (keluar dari dubur)
(-).
Derajat II : Prolaps waktu
mengejan, yang masuk lagi
secara spontan.
Derajat III : Prolaps yang
perlu dimasukkan secara
manual.
Derajat IV : Prolaps yang
tidak dapat dimasukkan
kembali.

Manifestasi klinis:
perdarahan, benjolan,
nyeri dan rasa tidak
nyaman, Basah, gatal dan
hygiene yang kurang di
anus. (Lumenta, 2006).

1. Nyeri akut
Komplikasi: perdarahan,
NOC: nyeri dapat dikontrol, skala nyeri berkurang, TTV normal
trombosisi, peradangan.
NIC: manajemen nyeri, pemberian analgesic
2. Kostipasi
NOC: fungsi GI baik DAPUS
NIC: manajemen saluran cerna, manajemen konstipasi Lumenta, Nico A. (2006). Kenali
3. Resiko infeksi Jenis Penyakit dan Cara
NOC: Daerah luka tidak ada rubor, kalor, tumor, dulor dan fungsio of Penyembuhannya : Manajemen
laesa. Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia.
NIC: peerawatan area sayatan, manajemen pengobatan Muttaqin, Arif Dan Kumala
4. Kerusakan integritas kulit
NOC: penyembuhan luka membaik Sari.(2011). Gangguan
NIC: perawatan luka, kontrol infeksi Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
5. Resiko kekurangan volume cairan Keperawatan Medikal Bedah.
NOC: tidak ada mual & muntah, status hidrasi baik Jakarta: Salemba Medika
NIC: monitor cairan, manajemen hipovolemi, pencegahan syok
6. Intoleransi aktivitas
NOC: TTV normal, mampu melakukan perawatan diri
NIC: bantuan perawatan diri, terapi latihan
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Inspeksi
1. Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung
thrombus.
2. Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
3. Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.

b. Rectal touch
1. Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba
bila sudah ada fibrosis
2. Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma recti.
3. Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna
yang belum prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.

D. Penatalaksanaan
Pada hemorrhoid derajat I dan II terapi yang diberikan berupa terapi lokal dan
himbauan tentang perubahan pola makan. Dianjurkan untuk banyak
mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang banyak mengandung air. Hal ini
untuk memperlancar buang air besar sehingga tidak perlu mengejan secara
berlebihan. Untuk pasien derajat III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi
bedah yaitu dengan hemoroidektomi. Terapi ini bisa juga dilakukan untuk
pasien yang sering mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat sebabkan
anemia, ataupun untuk pasien yang sudah mengalami keluhan-keluhan
tersebut bertahun-tahun. Dalam hal ini dilakukan pemotongan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan agar tidak mengganggu fungsi normal anus
(Murbawani, 2006). Ada berbagai macam tindakan operasi. Ada yang
mengikat pangkal hemoroid dengan gelang karet agar hemoroidnya nekrosis
dan terlepas sendiri. Ada yang menyuntikkan sklerosing agen agar timbul
jaringan parut. Bisa juga dengan fotokoagulasi inframerah, elektrokoagulasi
dengan arus listrik, atau pengangkatan langsung hemoroid dengan
memotongnya dengan pisau bedah (Faisal, 2006).
E. Daftar pustaka
Faisal, (2006). “Wasir”, www. medika. blogspot. com.
Lumenta, Nico A. (2006). Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya :
Manajemen Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia.
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari.(2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Murbawani, E.A, (2006). “Wasir Karena Kurang Serat”, www. suaramerdeka.
com
Price, Syvia Anderson. (2006). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Banjarmasin, 26 April 2019

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………………………………….) (………………………………………………….)

Anda mungkin juga menyukai