Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi ,
biokimia,genetika dan biologi molekuler . definisi bioteknologi secara klasik atau
konvensional adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau bagian –bagiannya untuk
menghasilkan barang dan jasa dalam skala industry untuk memenuhi kebutuhan manusia .
sedangkan jika ditinjau secara modern , bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau
bagian-bagiannya yang telah direkayasa secara in vitro ( dalam peralatan buatan) untuk
menghasilkan barang dan jasa pada skala industry .

Bioteknologi sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang silam. Yang cara
pembuatanya melalui proses fermentasi yang dilakukan mikroba yang telah dikerjakan sejak
sekitar 3.0000 tahun sebelum masehi. Meskipun belum dilketahui dasar ilmiahnya, namun
dasar-dasar ilmiah bioteknologi mula diketahui seja Antonie Van Leeuwenhoek yang
dilakukan pengamatan bentuk sel pada tahun 1680. Dan pengenalan konsep pewarisan sifat
yang dilakukan oleh Grego Mendel pada awal abad 20.

Dewasa ini , penerapan bioteknologi sangat penting di berbagai bidang , misalnya di


bidang pengolahan bahan pangan , farmasi , kedokteran , pertanian , pengolahan limbah , dan
pertambangan .

Bioteknologi dalam bidang pertanian merupakan perkembangan biologi molekuler


yang memberikan dampak yang besar terhadap kemajuan berbagai cabang ilmu , termasuk
pemuliaan tanaman(plant breeding) . suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan
genetis melalui pemuliaan tanaman konvensional telah memberikan kontribusi yang sangat
besar dalam penyediaan pangan dunia . hal ini di tandai dengan terjadinya peningkatan
produksi pangan dunia melalui revolusi hijau ( green revolution).

Kebutuhan pangan adalah kebutahan dasar manusia yang sampai sekarang masih saja
menemui kendala. Sejak dahulu pemenuhan pangan sesungguhnya memicu manusia untuk
bereksporasi mencari sumber-sumber pangan lainnya. Ditambah pesatnya pertambangan
penduduk dari waktu ke waktu. Dengan itu mendorong naluri keingintahuan manusia untuk
berekreasi mencari cara mudah memperoleh pangan dengan memakai kecerdasan aka dan
tenaga. Dimulai sejak 5.000 – 10.000 tahun yang lalu nenek moyang kita telah mengenal apa
itu benih yang unggul (hereditas) yang merupakan cikal bakal dari bioteknologi bidang
pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Perkembangan Bioteknologi dalam Bidang Pertanian
Dalam bidang pertanian bioteknologi menggunakan sistem transgenik yang mulai di
kembangkan, namun menuai penolakan dari berbagai pihak yang menyebabkan teknologi ini
tidak pesat perkembanganya. Tanaman pertanian yang telah berhasil meningkatkan produksi
dan kualitas melalui transgenik antara lain kapas dan jagung. Penggunaan marka molekuler
(penanda molekuler) untuk menyeleksi sifat yang di inginkan dari keturunan hasil persilangan
dengan sifat-sifat yang tanaman berdasarkan DNA yang dimiliki tanaman akan mempercepat
prosesnya.

Salah satu kelebihannya adalah mempersingkat pengujian tanaman . jika dengan cara
konvensiaonal di perlukan waktu sedikitnya 5 tahun, sedangkan dengan cara ini hanya di
perlukan waktu paling lama 3 tahun.dengan marka molekuler, pada generasi ketiga tanaman
hasil persilangan sudah stabil. Pada tanaman jagung marka molekuler digunakan untuk
mengetahui jarak genetik (hubungan kekerabatan) jagung. Dengan begitu, para pemula
menjadi lebih mudah dalam melakukan persilangan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya
adalah perlindungan terhadap sumber genetik pertanian Indonesia dari ancaman kepunahan.
Rekayasa genetika dalam bidang tanaman dilakukan dengan mentransfer gen asing ke dalam
tanaman. Hasil rekayasa genetika pada tanaman seperti ini disebut tanaman transgenik. Sudah
diperoleh beberapa tanaman transgenik yang toleran terhadap salinitas, kekeringan dan hama
penyakit.

1. Tanaman Transgenik Toleran Salin


Dengan teknologi kultur jaringan telah dapat dikembangkan tanaman
transgenik toleran salin. Rekayasa genetika mentransfer gen dari padi liar yang
toleran terhadap salin ke padi yang biasa digunakan sebagai bahan pangan
melalui fusi protoplasma. Dapat juga ditransfer dari sejenis jamur yang tahan
salin kepada tanaman yang akan dijadikan tanaman transgenik. Beberapa
tomat, melon, dan barley transgenik yang toleran dengan salin.
2. Tanaman Transgenik Resisten Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi
sporulasi atau saat bakteri membentuk spora. Dalam bentuk spora berat toksin
20% dari berat badan spora. Apabila larva insek memakan spora maka di
dalam alat pencernaan larva insek, spora bakteri dipecah dan keluarlah toksin.
Toksin masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva, mengakibatkan
alat pencernaan mengalami paralisis, pakan tidak dapat diserap sehingga larva
mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diektrak dan
dimurnikan maka akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam
bentuk kristal. Insektisida biologis serupa saja aplikasinya maupun untung
ruginya dengan insektisida kimia lainnya. Oleh karena itu, pada tahun 1985
dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin.
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenic
pertama yang menggunakan gen Bt toksin, disusul famili tembakau, yaitu
tomat dan kentang. Dengan sinar ultraviolet gen penghasil insektisida pada
tanaman dapat diinaktifkan. Jagung juga telah direkayasa dengan
menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri
Salmonella parathypi, yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampicillin.
Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herhisida dan resistensi
insektisida sehingga tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis
resistensi hama tanaman. Bt toksin gen juga direkayasa ke tanaman kapas
bahkan multiple-gene dapat direkayasa genetika pada tanaman transgenik.
Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila
terkena sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet
3. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit
Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin dari
daun barli (DB4) yang memakai promoter 35S cauliflower mosaic virus
(CaMV), dengan mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap
serangan Phytophthora infestans sebagai kontrol, menunjukkan bahwa klon
“Bintje” dapat mengekspresikan gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa
yang disebabkan oleh P. infestans mengalami penurunan lebih dari 55% jika
dibandingkan dengan tipe liar. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk
menekan perkembangbiakan P. infestans sehingga kerugian secara ekonomi
dapat direduksi.
Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk
memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan
memasukkan gen penyandi protein selubung {coat protein) Johnsongrass
mosaic potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan tanaman
tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan.
Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa genetika pada
tanaman padi-padian untuk mendapatkan varietas yang resisten terhadap virus
padi. Di samping itu, usaha untuk meningkatkan kualitas beras seperti yang
diinginkan oleh manusia juga sedang diusahakan. Jepang memberikan
investasi yang cukup besaruntuk penelitian dan pengembangan di bidang
biologi molekul padi.

2.2. Kultur Jaringan

Kultur jaringan tumbuhan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetative


buatan yang didasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan . totipotensi adalah kemampuan sel
atau jaringan organism untuk tumbuh menjadi individu baru . totipotensi tumbuhan membuat
tumbuhan dalam proses kultur jaringan dapat berkembang menjadi tumbuhan lengkap jika
ditumbuhkan pada kondisi yang memungkinkan . dengan kultur jaringan , dalam waktu yang
bersamaan dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak .

 Macam-macam Kultur Jaringan


Berbagai bagian tanaman dapat digunakan sebagai eksplan dalam kultur jaringan :
1. Kultur Meristem , menggunakan jaringan (akar , batang , daun ) yang muda /
meristematik.
2. Kultur Anter , menggunakan kepala sari sebagai eksplan.
3. Kultur Embrio , menggunakan embrio . Misalnya , pada embrio kelapa kopyor yang
sulit di kembangbiakkan secara alamiah .
4. Kultur Protoplas , menggunakan sel jaringan hidup sebagai eksplan tanpa dinding .
5. Kultur Kloroplas , menggunakan kloroplas . kultur ini biasanya untuk memperbaiki
atau membuat varietas baru .
6. Kultur Polen , menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya .

Kultur jaringan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Melestarikan sifat tanaman induk.


2. Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat seragam.
3. Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar.
4. Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus .
5. Dapat di jadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah.
6. Untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika . sel yang telah di
rekayasa dikembangkan melalui kultur sel sehingga menjadi tanaman baru secara
lengkap.

2.3. Dampak Positif Bioteknologi dalam Bidang Pertanian

Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan


rekayasa genetika dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor
maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan,
hewan, juga manusia. Pemilihan donor / resipien gen bergantung pada jenis produk yang
dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis
bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetik menjadi
tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar dan sistematik yang
berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusi ; Kegiatan tersebut disebut sebagai
bioprespecting.
Perdebatan tentang positif untuk mengatasi dampak negatif yang dapat ditimbulkan
bioteknologi, antara lain pada tahun 1992 telah disepakati konvensi keanekaragaman Hayati,
( Convetion on Biological Diversity )yang mengikat secara hukum bagi negara-negara yang
ikut mendatanginnya . Sebagai tindak lanjut penadatanganan kovensi tersebut, Indonesia telah
meratifikasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. perlu anda ketahui, Negara Amerika Serikat
tidak ikut menadatangani konvensi tersebut. Di sepakati Pula Cartegena Protocol on Biosafety
( Protokol Cartegena tentang pengamanan hayati ). Protokol tersebut menyinggung tentang
prosedur transpor produk bioteknologi antara negara untuk mencegah bahaya yang timbul
akibat dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati. Ekosistem, dan kesehatan manusia.

2.4. Dampak Negatif Bioteknologi dalam Bidang Pertanian


Bioteknologi, seprti juga lain, mengandung resiko akan dampak negatif. Timbulnya
dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya
aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan manusia terdapat
kemungkinan produk gen asaing, seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis maupun bacillus
sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh mausia, perlu di cermati pula bahwa
insersi ( penyisipan ) gen asibg ke genom inag dapat menimbulkan interaksi anatar gen asing
dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan
internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut
dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi
yang maju, Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi
modern sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan,
misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi
agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin
menambah dominasi negara maju.
BAB III
PENUTUP

3.1 Ringkasan

Bioteknologi adalah suatu bidang biosains dan teknologi yang menyangkut


penerapan praktis organism atau komponen – komponen selulernya pada industry jasa
dan manufaktur serta pengelolaan lingkungan . penerapan bioteknologi hanya akan
berhasil jika dilakukan pengintegrasian berbagai disiplin ilmu , seperti mikrobiologi ,
biokimia , biomolekuler , rekayasa genetika , rekayasa proses , dan teknik kimia .
Bioteknologi mencakup produksi sel atau biomassa dan transformasi kimia
yang diinginkan , misalnya :
1. Pembentukan produk akhir yang diinginkan , seperti makanan , minuman , vaksin ,
antibody , antibiotic , dan asam – asam organic .
2. Penguraian bahan sisa produksi . contohnya , buangan air limbah , minyak , atau
sampah platik .
Bioteknologi di bidang pertanian menggunakan sistem transgenik yang mulai
di kembangkan, namun menuai penolakan dari berbagai pihak yang menyebabkan
teknologi ini tidak pesat perkembanganya. Tanaman pertanian yang telah berhasil
meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenik antara lain kapas dan jagung.
Penggunaan marka molekuler (penanda molekuler) untuk menyeleksi sifat yang di
inginkan dari keturunan hasil persilangan dengan sifat-sifat yang tanaman berdasarkan
DNA yang dimiliki tanaman akan mempercepat prosesnya.
DAFTAR PUSTAKA

PRATIWI, D.A .2012.BIOLOGI UNTUK SMA/MA KELAS XII , JAKARTA :


ERLANGGA
https://www.academia.edu/30180980/Makalah_Bioteknologi_dalam_Bidang_Pertanian
http://www.scribd.com/doc/54690425/bioteknologi-pertanian
http://www.anneahira.com/manfaat-bioteknologi.htm
www.anneahira.com/bioteknologi–bidang–pertanian.htm

Anda mungkin juga menyukai