Anda di halaman 1dari 2

A.

MOTIVASI
Adanya keinginan dan kebutuhan pada diri individu, memotivasi individu tersebut
untuk memenuhinya. Individu yang merasa haus mengarahkan perilakunya ke arah minum,
demikian pula individu yang lapar akan mengarahkan perilakunya ke arah makanan.
Mahasiswa yang haus ilmu keperawatan akan mengarahkan perilakunya ke arah hal
tersebut. Dibandingkan dengan individu yang tidak haus atau tidak lapar, ternyata individu
tersebut melakukan perilaku yang lebih giat disbanding yang tidak termotivasi.
Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau bereaksi. Menurut
Nancy Stevenson (2001), “Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang
membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons. Dan menurut Sarwono, S.W
(2000), “Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang
timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan
atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.

B. JENIS MOTIVATOR
Manusia sifatnya unik sehingga untuk sehingga untuk memotivasi satu dengan yang
lain tidak harus sama. Melalui pemahaman tentang hirarki kebutuhan Maslow, kita dapat
menhetahui jenis-jenis motivator. Individu memiliki hirarki kebutuhan yang menentukan
tindakannya. Sekali kebutuhan paling dasar dipuaskan, individu akan termotivasi untuk
mencapai kebutuhan berikutnya. Banyak motivator yang menggerakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Abraham & Shanley (1997) menyebutkan jenis motivator secara
umum, yaitu uang, penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja
yang menarik, jam kerja yang fleksibel, promosi persahabatan, pengakuan, penghargaan,
kemandirian, lingkungan yang kreatif, bonus atau hadiah, ucapan terimakasih, dan
keyakinan dalam bekerja. Selain jenis motivator tersebut, ada beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu:
a. Motivating by force atau memotivasi dengan kekerasan, yaitu cara memotivasi
dengan menggunakan ancaman hukuman dan kekerasan agar individu yang
dimotivasi melakukan apa yang harus dilakukan.
Contoh:
Seorang komandan mengancam akan memberikan hukuman kepada anak buahnya
apabila mereka tidak disiplin. Jenis motivasi ini lazim dalam bidang militer, namum
tidak lazim dalam masyarakat demokratis.
b. Motivating by enticement atau memotivasi dengan bujukan, yaitu cara memotivasi
dengan bujukan atau memberi hadiah agar individu melakukan sesuatu sesuai
harapan individu atau organisasi yang memberikan motivasi.
Contoh:
1. Mahasiswa yang berprestasi akan diberikan hadiah oleh pendidikan
2. Pimpinan perusahaan akan menaikkan gaji/upah karyawannya apabila
perusahaannya maju dan memperoleh keuntungan besar.
c. Motivating by identification atau ego-involvement atau memotivasi dengan
indentifikasi, yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga
individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya
sendiri dalam mencapai sesuatu.
Contoh:
1. Seorang mahasiswa belajar dengan giat karena ia termotivasi bahwa bila
belajar dengan baik dan berprestasi, yang memetik hasilnya adalah diri
sendiri.
2. Seorang karyawan bekerja dengan baik, bukan karena ancaman atau
bujukan, tetapi karena termotivasi akan kesadarannya untuk bekerja baik
agar perusahaannya maju dan dampaknya kesejateraan meningkat

C. MOTIVASI DALAM KEPERAWATAN


Menurut Abraham C. dan Shanley F (1997) motivasi perawat agar tetap bekerja di
departemen kesehatan Inggris didasarkan pada hasil penelitian Barret (1988), yaitu:
a. Kepuasan dengan pekerjaan mereka
b. Suasana kerja yang baik
c. Dukungan manajerial yang baik
d. Tersedianya pendidikan berkelanjutan
e. Pengembangan profesionalisme

Menurut Abraham C. dan Shanley F (1997), menyebutkan bahwa McDowell (1989)


dalam penelitiannya menemukan hal-hal yang memotivasi perawat tetap bekerja di
keperawatan, yaitu:

a. Kepuasan kerja
b. Pengembangan profesional
c. Kondisi kerja yang baik
d. Tingkat penggajian

Namun, Hinsaw, dkk (1987) dalam penelitiannya di Amerika Serikat menemukan faktor-
faktor pendukung motivasi perawat, yaitu:

a. Pengurangan staf
b. Status professional
c. Kesenangan pada posisi yang dimiliki
d. Kemampuan memberikan aspek yang berkualitas
e. Kekohesifitasan kelompok
f. Pengenalan terhadap keunikan perawat
g. Kesempatan pertumbuhan professional
h. Pengendalian praktik keperawatan

Anda mungkin juga menyukai