Anda di halaman 1dari 36

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TANDA BAHAYA PADA PERSALINAN


Judul : Tanda Bahaya Dalam Persalinan
Tema : Kenali Tanda Bahaya Persalinan
Sasaran : Para ibu-ibu hamil
Tempat : Aula STIKes Bina Bangsa Majene
Hari/Tanggal :
Waktu : 20 Menit
Metode : 1. Presentasi
2. Tanya Jawab
Pemateri : Tuti Syumrah Aryono

A. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit tentang pentingnya mengetahui tanda-
tanda persalinan, diharapkan peserta penyuluhan dapat lebih memahami pentingnya melakukan
tes kesehatan untuk meminimalisir gangguan yang berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan
janin.
B. Tujuan Intuksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali :
1) Persiapan persalinan
2) Tanda-tanda persalinan
3) Hal yang harus dilakukan
4) Masalah dalam persalinan
5) Tanda-tanda bahaya ibu bersalin
6) Bahaya Yang Tejadi Jika Persalinan Tidak Ditolong Oleh Petugas Kesehatan
7) Persiapan Persalinan Dan Kegawatdaruratan
C. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap / Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Media
Waktu
1 Pembukaan  Salam perkenalan Menjawab salam Presentasi
3 Menit  Menjelaskan tujuan pertemuan Memperhatikan Manual
 Menyamakan persepsi terhadap Memperhatikan
sasaran
2 Pelaksanaan  Menjelaskan: Laptop
10 menit 1. Persiapan persalinan Memperhatikan LCD
2. Tanda-tanda persalinan Memperhatikan Power Point
3. Hal yang harus dilakukan Memperhatikan Layar
4. Masalah dalam persalinan
5. Tanda-tanda bahaya ibu bersalin Memperhatikan
6. Bahaya Yang Tejadi Jika Memperhatikan
Persalinan Tidak Ditolong Oleh
Petugas Kesehatan Memperhatikan
7. Persiapan Persalinan Dan Memperhatikan
Kegawatdaruratan
3. Evaluasi Mengajukan pertanyaan kembali Menjawab Presentasi
5 Menit kepada para sasaran/memberikan pertanyaan Manual
evaluasi
4. Terminasi  Mengucapkan terima kasih atas Mendengarkan Presentasi
2 menit peran serta peserta Manual
 Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

D. MATERI
Terlampir
MATERI
TANDA BAHAYA PERSALINAN

1. PENGERTIAN PERSALINAN
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan
lahir. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin.

2. TANDA-TANDA PERSALINAN

Proses persalinan berbeda-beda pada tiap individu, namun ada beberapa tanda yang dapat
membantu ibu untuk memperkirakan kapan waktu persalinan tiba. Selama kehamilan, ibu akan
merasakan kontraksi rahim (mulas, kram perut) yang lemah dan tidak teratur, yang disebut
kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi tersebut tidak menyebabkan lahirnya bayi. Menjelang
persalinan akan terjadi kontraksi otot-otot rahim yang menyebabkan bayi lahir, ini disebut His.
His pada bulan terakhir kehamilan akan terjadi beberapa kali.

Ciri-ciri tanda bahwa persalinan mulai berlangsung

1) Lendir bercampur darah keluar dari jalan lahir


Pengeluaran lendir bercampur darah, terjadi karena sumbatan yang tebal pada mulut rahim
terlepas sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan karena bercsampur
darah.

Apa yang harus dilakukan?

Pengeluaran darah dan lendir dapat terjadi beberapa hari sebelum persalinan, jadi tunggulah
sampai anda mendapat kontraksi yang teratur atau air ketuban pecah, sebelum anda pergi ke
rumah sakit. Anda harus menghubungi nakes bila terjadi perdarahan hebat

2) Air ketuban pecah

Kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehionggga air ketuban keluar (normal air
ketuban adakah cairan yang bersih, jernih dan tidak berbau.
Apa yang harus dilakukan?

Hubungi nakes dan segera ke fasilitas kesehatan, wapaupun anda belum merasakan kontraksi,
karena ini menjadi resiko infeksi. Sementara diperjalan gunakan pembalut wanita agar dapat
mnyerap cairan ketuban yang keluar.

3) Kontraksi yang teratur

Tidak seperti kontraksi braxton hick, kontraksi timbul secara teratur, mula-mula kontraksi hanya
sebentar kemudian bertambah lama dan bertambah kuat, dan kontraksi terjadi simetris di kedua
sisi perut mulai dari bagian atas delkat saluran telur ke seluruh rahim, dan nyeri tidak hilang/
berkurang dengan istirahat atau elusan.

Apa yang harus dilakukan?

Ketika kontraksi teratur, mulailah untuk menghitung waktunya. Catatlah lamanya waktu antara
satu kontraksi dengan kontraksi berikut, dan lamanya kontraksi berlangsung. Persalinan hanya
terjadi bile kontraksi menjadi semakin dekat 40 detik antara kontraksi lainnya. Persalinan
pertama kali akan berlangsung 12-14 jam sehingga lebih baik anda menunggu di rumah atau
beristirahat mengumpulkan energi untuk persalinan. Jadi kontraksi anda sudah setiap 5 menit
sekali atau sangat sakit anda dapat pergi ke rumah sakit. Jangan lupa membawa tas yang sudah
anda siapkan

3. HAL YANG HARUS DILAKUKAN

Hal-hal yang harus dilakukan ibu bersalin

1. Proses persalinan berlangsung 12 jam sejak terasa mulas. Jadi ibu masih bisa makan, minum,
BAK, dan jalan-jalan

2. Jika mulas-mulas bertambah, terik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkan melalui
mulut

3. Jika ibu merasa ingin BAB berarti bayi akan lahir segera beri tahu nakes

4. Ikuti anjuran nakes kapan ibu harus mengejan waktu bayi akan lahir.

4. MASALAH DALAM PERSALINAN

Demi keselamatan ibu dan bayi, waspadai beberapa masalah saat persalinan berikut ini:
1) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas

2) Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan

3) Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir

4) Tidak kuat mengejan

5) Mengalami kejang-kejang

6) Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas

7) Air ketuban keruh dan berbau

8) Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar

9) Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat

10) Keluar darah banyak ketika bayi lahir

Jangan remehkan masalah-masalah tersebut saat persalinan. Dalam kondisi semacam itu,
perlu penanganan medis yang sifatnya darurat demi keselamatan ibu dan bayi.

5. TANDA-TANDA BAHAYA IBU BERSALIN

1) Ketuban pecah dini

Normalnya ketuban pecah beberapa saat sebelum melahirkan. Jikqa sebelum tanggal
perkiraan persalinan ibu talah merasa keluarnyacairan dalm jumlah banyak dari kemaluan
(pecahnya ketuban), Segeralah ke Nakes, karena ketuban pecah dini meningkatkan resiko
terjadinya infeksi.

2) Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan lanjut ( Ususia kehamilan > 20 minggu) meskipun sangat
sedikit dapat merupakan ancaman bagi ibu dan janin. Ibu perlu segera mendapatkan pertolongan
di Nakes.

3) Pergerakan janin berkurang

Berkurang atau hilangnya pergerakan janin dapat merupakan suatu tanda gawat janin yang
dapat berakhir denagn kematian janin. Karena itu sebaiknya ibu mengerti cara menghitung
pergerakan janin dalam satu hari, dan segera ke Nakes jika menduga pergerakan janin berkurang.
Pemantauan pergerakan janin harus sudah duimual;ai sejak awal, yakni sejak ibu merasa
pergerakan janinnya, karena ibu sendirilah yang paling tahu dan mungkin mendeteksei kesehatan
janinnya, bisanya memperhatikan gerakan janin setiap hari, dianjurkan untuk memperhatikannya
pada malaam hari, saat itu janin sedang ’bangun’. Caranya : ibu berbaring ( malam hari dan
menghitung gerakan janin selama 20 menit. Janin yang sehat akan bergerak labih dari 5 kali
dalam 20 menit. Apabila ini terjadi, janin ibu akan baik selama 24 jam berikutnya sehingga
dengan memantau gerakan janin ibu dapat memprediksi kesehatan janin setidaknya 24 jam ke
depan. Apabila janin bergerak kurang dari 5 kali dalam 20 menit segera hubungi nakes untuk
mndapatkan pemantauan yang lebih akurat dengan cara NST (Non Stress Test)

4) Tekanan darah meningkat

Tekanan darah meningkat tanpa pemeriksaan tensi darah sulit diketahui, tetapi apabila ibu
merasa bengkak pada kaki yang tidak hilang setelah diistirahatkan, bengkat pada punggung
tangan, bengkak pada kelopak mata atau bagian tubuh lainnya segera hubungi nakes karena
kemungkinan ibu terancam pre-eklampsi (keracunan kehamilan).

6. BAHAYA YANG TEJADI JIKA PERSALINAN TIDAK DITOLONG OLEH PETUGAS


KESEHATAN

a. Alat-alat persalinan tidak memadai

b. Persalinan tidak ditangani secara tepat

c. Bahaya yang terjadi tidak dengan cepat ditangani

d. Penanganan komplikasi terlambat

e. Kematian ibu dan atau janin

7. PERSIAPAN PERSALINAN DAN KEGAWATDARURATAN

a. Menyiapakan baju, popok, selimut bayi dan lain-lain.

b. Tempat yang akan dijadikan sebagai tempat melahirkan.

c. Biaya pada waktu melahirkan.

d. Siapkan donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan ibu

e. Menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu perlukan.


Tanda-Tanda Bahaya Persalinan

by unzilaturrohmah — Categories: Uncategorized — 2 Comments

Tanda-tanda bahaya persalinan


1. Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan
tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida)
atau sebelum 5 cm (multigravida).

a. Prinsip Dasar

 Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
o Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam Obstetri berkaitan dengan
penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai
sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan
infeksi ibu.
o Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane
atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua factor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks.
o Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan.

b. Masalah

 Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
 Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
 Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37
minggu maupun kehamilan aterm.

c. Penilaian klinik

 Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina,
jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan
ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
 Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
 Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi, bila suhu ibu ≥ 380 C, air ketuban
yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (Lekosit Esterase).
Lekosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takhikardi, mungkin mengalami
infeksi intrauterine.
 Tentukan tanda-tanda in partu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
menilai skor pelvic.

d. Penanganan

Konservatif

 Rawat di Rumah Sakit


 Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
 Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotika sama
halnya jika terjadi amnionitis
 Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu

- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin ampisilin 4 x 500 mg
selama 7 hari DITAMBAH eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari.

- Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin


betametason 12 mg I.M. dalam 2 dosis setiap 12 jam ATAU deksametason 6 mg I.M. dalam 4
dosis setiap 6 jam.

- Lakikan persalinan pada kehamilan 37 minggu

- Jika terdapat his dan darah lender, kemungkinan terjadi persalinan preterm

 Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu

- Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi
resiko infeksi sreptokokus grup B:

ü Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam ATAU penisilin G 2 juta unit I.V. setiap 6 jam sampai
persalianan jika tidak ada infeksi pasca persalinan hentika antibiotika

- Nilai serviks

ü Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin

ü Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infuse oksitosin atau
lahirkan dengan seksio sesarea.

2. Perdarahan Pada Kehamilan Muda

a. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
di luar kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Terminology umum untuk masalah ini adalah keguguran atau
miscarriage.

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan. Terminology untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau
abortus provokatus.

 Masalah
a) Perdarahan bercak hingga derajat sedang pada kehamilan muda

b) Perdarahan massif atau hebat pada kehamilan muda.

 Penanganan umum

a) Lakukan penilaian awal untuk segera menetukan kondisi pasien (gawat darurat,komplikasi
berat atau masih cukup stabil)

b) Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilitasi pasien sebelum melakukan
tindakan lanjutan (evaluasi medic atau merujuk)

c) Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau
dirujuk ke rumah sakit.

ü Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahn hebat, segera atasi komplikasi
tersebut

ü Gunakan jarum infuse besar (16 G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2
jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer.

ü Periksa kadar Hb, golongan darah dan uji padanan-silang (crossmatch)

ü Ingat : kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok berat

ü Bila terdapat tanda-tanda Sepsis, berikan antibiotika yang sesuai

ü Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan

ü Lakukan pemantaun ketat tentang kondisi pascatindakan dan perkembangan lanjutan.

 Jenis-jenis abortus

1) Abortus imminens terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap


kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut
atau dipertahankan.

ü Tidak perlu pengonbatan khusus atau tirah baring total

ü Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlrbihan atau melakukan hubungan
seksual

ü Bila perdarah:

- Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan
lagi.
- Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG) lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).

- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala
klinik dan hasil pemeriksaan ginekologi

2) Abortus insipiens

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada
dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan
berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.

ü Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan
dengan peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila
usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kutretase (D&K)

ü Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16
minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan:

- Infuse Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat
dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi
pengeluaran hasil konsepsi.

- Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.

- Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang
sama setelah 4 jam dari dosis awal.

ü Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D&K
(hati-hati resiki perforasi)

3) Abortus Inkomplit

Perdarahan pada kehamilan muda di mana sebagian dari hasil konsepsi telah ke luar dari kavum
uteri melalui kanalis servikalis.

ü Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komlikasi (perdarahan hebat,
syok, infeksi/sepsis)

ü Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahn hingga ukuran sedang,
dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:

- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral

- Bila perdarahan terus berlangsung, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K
(pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin)
ü Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin 500 mg oral atau
doksisiklin 100 mg)

ü Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam

ü Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan evaluasi
dengan AVM

ü Bila pasien tampak anemic, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (anemia
sedang) atau transfuse darah (anemia berat)

4) Abortus komplit perdarahan pada kehamilan muda dimana sekuruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri.

ü Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3×1 tablet/hari untuk 3 hari

ü Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfat ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu,sayuran segar, ikan ,
daging, telur). Untuk anemia berat, berikan tranfusi darah.

ü Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir
akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis.

3. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba
fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90%).

Tanda gejalanya sangtlah bervariasi bergantung pada pecah atau tidaknya kehamilan tersebut.
Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes
kehamilan dari serum dikombinasidenga ultrasonografi. Jika diperoleh hasil yang tidak
membeku, segera mulai penanganan.

a. Diagnosis banding

Diagnosis banding tersering untuk kehamilan ektopik adalah abortus imminens. Diagnosi
banding adalah penyakit radang panggul baik akut Maupin kronis, kista ovarium (terpuntir atau
ruptur), dan apendisitis akut. Jika tersedia, ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan
abortus imminens atau kista ovarium terpuntir dengan kehamilan ektopik.

b. Penanganan awal

 Jika fasilitas memungkinkan, segera lakukan uji silang darah dan laparotomi. Jangan
menunggu darah sebelum melakukan pembedahan
 Jika fasilitas tidak memungkinkan, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dengan
memperhatikan hal-hal yang diuraikan pada bagian penilaian awal.
 Pada laparotomi, eksplorasi kedua avaria dan tuba fallopi:
- Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (tuba yang berdarah dan
hasil konsepsi dieksisi bersama-sama). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar kasus.

- Jika kerusakan pada tuba kecil, lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba
dipertahankan). Hal ini hanya dilakukan jika konservasi kesuburan merupakan hal yang penting
untuk ibu tersebut, karena resiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.

c. Auto-transfusi

Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan auto-transfusi jika darah intraab-dominal masih
segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada akhir kehamilan, darah dapat terkontaminasi
dengan air ketuban, dan lain-lain sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk auto-transfusi).
Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka:

 Sewaktu ibu tersebut berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen
tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk memasukkan
jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan di set donor.
 Cara lain, bukalah abdomen:

- Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan kasa untuk
memisahkan bekuan darah

- Bersihkan bagian atas dari kantong donor darah dengan cairan antiseptic dan bukalah
dengan pisau steril

- Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali melalui set
penyaring dengan cara biasa

- Jika tidak ersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium sitrat 10 ml
untuk setiap 90 ml darah.

b.

c.

d. Penanganan selanjutnya

 Sebelum memperoleh ibu pulang, lakukan konseling dan nasihat mengenai prognosis
kesuburannya. Mengingat meningkatnya risiko akan kehamilan ektopik selanjutnya,
konseling metode kontrasepsi metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontarsepsi,
jika diinginkan, merupakan hal yang penting
 Perbaiki anemia dengan sulfas ferrosus 600 mg/hari per oral selama 2 minggu
 Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4 minggu.
4. Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif.
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :

 His tidak efisien (adekuat)


 Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
 Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)

a. Tanda dan gejala partus lama, yaitu:

 Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf.


 Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
 Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik.

b. Penanganan umum

 Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan tingkat
hidrasinya)
 Kaji kembali partograf, tentukan apakan pasien berada dalam persalinan.

- Nilai frekuensi dan lamanya his.

 Perbaiki keadaan umum dengan:

- Dukungan emosi perubahan posisi (sesuaidengan penanganan persalinan normal)

- Periksa keton dalam urin dan berikan cairan, baik oral maupun parentraln dan upayakan
buang air kecil (katerisasi hanya kalau perlu)

 Berikan analgesia: tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kgBB) atau morfin


10 mg IM, jika pasien meraskan nyeri yang sangat

c. Penanganan khusus periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah. Jika
didapatkan infeksi, obati secara adekuat. Jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.

 Fase Laten Memanjang (Prolonged Latent Phase)

Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara retrospektif. Jika his berhenti, pasien disebut
belum in partu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah
lebih dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten. Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak tanda-
tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks:

ü Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin,
mungkin pasien belum in partu
ü Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin

- Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam

- Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam,
lakukan seksio sesarea

ü Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau):

- Lakukan akselerasipersalinan dengan oksitosin

- Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan

Ø Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

Ø DITAMBAH gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

Ø Jika dilakukan seksio sesarea lanjutkan antibiotika DITAMBAH metronidazol 500 mg IV


setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam

 Fase aktif memanjang

ü Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih utuh,
pecahkan ketuban

ü Nilai his:

- Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik)
pertimbangkan adanya inersia uteri

- Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangkan
adanya disproporsi, obstruksi, malposisi atau malpresentasi

ü Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat kemajuan
persalinan.

5. Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat
ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif.

Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetric biasanya adalah perdarahan (syok
hipovolemik), sepsis (syok septic), gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok
neurogenik), alergi (syok anafilaktik).

Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini.
 Perdarahan pada awal kehamilan (seperti abortus, kehamilan ektopik atau mola)
 Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (seperti plasenta previa, solusio
plasenta, rupture uteri)
 Perdarahan setelah melahirkan (seperti rupture uteri, atonia uteri, robekan jalan lahir,
plasenta yang tertinggal)
 Infeksi (seperti pada abortus yang tidak aman atau abortus septic, amnionitis, merritis,
pielonefritis)
 Trauma (seperti perlukaan pada uterus atau usus selama abortus, rupture uteri, robekan
jalan lahir)

a. Tanda dan gejala

Diagnosis syok jika terdapat tanda atau gejala berikut:

- Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih)

- Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)

b. Tanda dan gejala lain dari syok meliputi:

- Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut)

- Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab

- Pernafasan yang cepat (30 kali per menit atau lebih)

- Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran

- Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam)

c. Penanganan Awal

- Mintalah bantuan segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan
gawat darurat

- Lukukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan
nafas bebas.

- Pantau tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh)

- Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan resiko terjadinya
aspirasi jika ia muntah dan untuk memastikan jalan nafasnya terbuka

- Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan
menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
- Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika
memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki)

d. Penanganan khusus

- Mulailah pemberian infuse (ukuran 16 atau 18) segera berikan cairan infuse (garam
fisiologik atau Ringer Laktat) awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit.

- Berikan paling sedikit 2 liter cairan ini pada 1 jam pertama. Jumlah ini melebihi cairan
yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan, setelah kehilangan
cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam.

- Jangan berikan cairan melalui mulut pada ibu yang mengalami syok

6. Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 mlsetelah
bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pascapersalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai
definisi ini

 Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang


hanya setengah dari sebenarnya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau
dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di
lantai
 Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin
ibu. Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri
terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.

Seorang ibu yang sehat dan tidak anemic pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah

 Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini
dapat tidak dikendali sampai terjadi syok

a. Masalah

 Perdarahan setelah bayi lahir dan dalam 24 jam pertama persalinan (perdarahan
Pascapersalinan Primer atau P3)
 Perdarahan setelah 24 jam pertama persalinan (Perdarahan Pascapersalinan Sekunder
atau P2)

b. Penanganan

 Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
 Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi,
tekanan darah, pernafasna, dan suhu tubuh)
 Jika curiga adanya syok, segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok tidak terlihat,
ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut karena status wanita tersebut dapat
memburuk denga cepat. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.
 Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:

- Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif.

- Berikan 10 unit oksitosin IM

 Pasang infuse cairan IV


 Lakukan kateterasi, dan pantau cairan keluar-masuk
 Periksa kelengkapan plasenta
 Periksa kemungkinan ronbekan serviks, vagina dan perineum
 Jika perdarahn terus berlangsung, lakukan uji beku darah
 Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar
hemoglobin.

7. Kejang atau Eklampsia merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani pada
kehamilan, yaitu berupa kejang-kejang pada ibu hamil akibat kehamilan itu sendiri. Biasanya,
sebelum terjadi eklampsia, terdapat suatu diagnosa preeklampsia. Disebut preeklampsia karena
penyakit ini mengawali terjadinya eklampsia.

Preeklampsia merupakan penyakit denagan tanda adanya hipertensi, udema, dan proteinuria
(adanya protein dalam urin) yang timbul karena kehamilan. Biasanya sindrom preeklampsia
ringan sering tidak diketahui/tidak diperhatikan oleh ibu hamil bersangkutan. Sehingga tanpa
disadari dalam waktu singkat dapat menjadi preeklampsia berat atau bahkan eklampsia.
Preeklampsia umumnya terjadi dalam trimester ke-3 kehamilan, namun dapat pula terjadi
sebelumnya. Ia lebih sering terjadi pada wanita yang hamil anak pertama pada usia kehamilan
mulai 20 minggu.

a. Penyebab

Sampai saat ini, penyebab terjadinya preeklampsia/eklampsia masih belum pasti. Salah satu teori
yang banyak dikemukakan dewasa ini adanya iskemia (pembuluh darah terjepit sehingga terjadi
gangguan aliran pembuluh darah dan berkurangnya aliran darah) pada plasenta. Namun teori ini
juga belum bisa menerangkan berbagai pertanyaan yang bersangkutan tentangnya.

Frekuensi terjadinya preeklampsia pada tiap negara berbeda, karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi, yaitu sosial ekonomi, adanya perbedaan kriteria dalam peningkatan diagnosa,
dan sebagainya. Wanita yang baru pertama kali hamil memiliki risiko terjadinya preeklampsia
dan eklampsia lebih besar dari yang sudah beberapa kali melahirkan.

b. Gejala
Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, udema, dan proteinuria. Berat
ringannya penyakit tergantung dari tingginya kadar-kadar tersebut. Biasanya hipertensi muncul
lebih awal dari gejala lainnya. Gejala yang tampak akan berbeda bila dibandingkan dengan
keluhan kehamilan dengan disertai hipertensi, karena biasanya tekanan darah sudah tinggi sejak
awal kehamilan.

Pada wanita hamil dengan preeklampsia, umumnya tekanan darah pada kondisi tidak hamil
adalah normal atau malah cenderung rendah, sehingga seringkali ibu hamil terkejut sewaktu
mengetahui tekanan darahnya meningkat secara tiba-tiba. Ada beberapa tahap preeklampsia
sebelum menjadi eklampsia. Preeklampsia ringan terjadi jika tekanan darah sedikit di atas
140/100 mmhg. Pada preeklampsia sedang, gejala berupa tekanan darah naik di atas 140/100
mmhg dengan disertai rasa pusing, dan terdapat pembengkakan di daerah wajah, jari tangan dan
kaki. Disebut preeklampsia berat jika tekanan darah di atas 160/100 mmhg, pusing bertambah
berat, terdapat gangguan penglihatan berupa mata kabur dan susah buang air besar.

Bila kondisi tersebut tidak segera diatasi, ditakutkan akan terjadi eklampsia (kejang) yang lama
kelamaan akan mengganggu fungsi organ tubuh yang lain dan mengancam jiwa ibu hamil dan
janinnya.. Udema ialah penimbunan cairan secara berlebihan pada jaringan longgar tubuh.
Kondisi ini terlihat dari kenaikan berat badan yang tampak mencolok serta pembengkakan di jari
tangan, kaki dan wajah. Memang, bengkak pada kehamilan merupakan hal yang biasa, namun
jika berlebihan tetap harus diwaspadai.

Tiap ibu hamil diharuskan mengalami peningkatan berat badan selama kehamilannya. Kenaikan
berat badan 0,5 kg per minggu masih dianggap normal. Namun jika terdapat penambahan berat
badan lebih dari 1 kg per minggu secara berturut-turut, harus dicurigai kemungkinan terjadinya
preeklampsia.

c. Terapi

Terapi yang diberikan pada ibu hamil dengan preeklampsia bertujuan mencegah terjadinya
preeklampsia menjadi lebih berat atau menjadi eklampsia. Ibu hamil diharapkan mampu
melahirkan bayi hidup, dan mampu melahirkan dengan trauma yang minimal baik pada bayi
maupun ibu sendiri.

Untuk penderita preeklampsia ringan, dianjurkan untuk bed rest dengan kaki lebih tinggi dari
badan. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya aliran darah ke plasenta, ginjal, tekanan
pembuluh darah vena pada anggota gerak tubuh bagian bawah berkurang dan penyerapan cairan
pada daerah tersebut berkurang pula sehingga udema akan berkurang.

Kemudian ibu hamil dianjurkan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi, rendah
lemak, karbohidrat, mengurangi garam dan memperbanyak sayuran dan buah segar. Bila dengan
cara itu kondisi ibu hamil belum juga membaik, walaupun sudah ditambah pemberian obat-
obatan, maka kehamilan harus segera diakhiri meskipun umur janin masih belum mencukupi.

Pada penderita eklampsia, jika umur kehamilan belum mencukupi untuk lahir, selain diberikan
obat penenang dan penguat rahim, biasanya oleh pihak rumah sakit akan diisolasi di suatu ruang
tersendiri dengan lampu yang gelap, karena ia harus benar-benar tenang. Sebab bila ia dikejutkan
sedikit oleh sesuatu atau mendapat rangsang cahaya yang menyilaukan, ditakutkan akan terjadi
kejang berulang yang akan semakin memperburuk kondisi kehamilannya. Bila dengan segala
usaha tersebut masih belum bisa mencegah terjadinya kejang, maka mau tidak mau kehamilan
harus segera diakhiri.

d. Diagnosa

Diagnosa terhadap kecurigaan preeklampsia dan eklampsia harus segera ditegakkan untuk
mencegah terjadinya kematian baik ibu hamil maupun janin. Umumnya terjadinya preeklampsia
sukar dicegah, namun kita masih bisa mencegah supaya tidak menjadi lebih parah.

Diagnosa didasarkan pada adanya dua dari ketiga hal tanda utama di atas, yaitu hipertensi,
udema, dan proteinuria. Adanya 1 tanda sudah harus diwaspadai, oleh karena semakin cepat
terdeteksi, semakin cepat pula dokter menanganinya dan mencegah prognosis yang lebih buruk
lagi.

e. Pencegahan

Tidak ada cara lain untuk mencegah preeklampsia atau eklampsia selain dengan menjaga
kehamilan dengan baik. Salah satu caranya dengan selalu mengkonsumsi sayuran, buah segar
yang bergizi dan menjalani pola hidup sehat.

Makanan yang dikonsumsi haruslah yang mengandung sedikit garam, rendah lemak, karbohidrat
dan tinggi kandungan gizinya. Istirahat dan menjaga makanan sangat berguna bagi ibu hamil.
Selain itu, pemeriksaan kehamilan secara teratur amat sangat dianjurkan untuk terus memonitor
kondisi ibu hamil maupun janin yang tengah dikandungnya. Bila suatu saat ibu hamil merasakan
pusing atau leher terasa kaku, harap segera mengukur tekanan darah. Siapa tahu, itu salah satu
tanda timbulnya hipertensi pada kehamilan yang dapat menjadi penyakit yang lebih parah lagi.

8. Distosia bahu adalah kepala janin dilahirkan tetapi bahu tersangkut dan tidak dapat
dilahirkan

a. Penanganan umun

- Pada setiap persalinan bersiaplah untuk menghadapi distosia bahu, khususnya pada
persalinan dengan bayi besar

- Siapkan beberapa orang untuk membantu

b. Diagnosis

- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva

- Dagu tertarik dan menekan perineum


- Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang simfisis pubis

c. Penanganan

- Buatlah episiotomy yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak dan
member ruangan untuk tindakan

- Dalam posisi ibu berbaring telentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan lututnya sejauh mungkin kearah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk
menekan fleksi kedua lutut ibu kearah dada.

9. Gawat janin dalam persalinan

a. Masalah

- Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180 per menit.

- Air ketuban hijau kental

b. Penanganan

- Baringkan ibu miring ke kiri, aanjurkan ibu untuk menarik nafas panjang perlahan-lahan
dan berhenti meneran

- Nilai ulanh DJJ setelah 5 menit:

 Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi.
Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran
 Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaa
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir
 Dampingi ibu ketempat rujuk

10. Infeksi dalam persalinan

a. Prinsip dasar

 Infeksi intrauterine (korioamnionitis, infeksi intramnion, amnionitis) merupakan infeksi


akut pada cairan ketuban, janin dan selaput koriomnion yang disebabkan oleh bakteri.
 Sekitar 25 % infeksi intrauterine disebabkan oleh ketuban pecah dini
 Makin lama jarak antara ketuban pecah dengan persalinan, makin tinggi pula resiko
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
 Vagina merupakan medium kultur yang sangatbaik bagi flora vagina, perubahan suasana
vagina selama kehamilan , menyebabkan turunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi

b. Masalah
Infeksi intrauterine merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan perinatal

c. Penanganan

 Observasi jalannya persalinan dengan baik dan benar


 Evaluasi setiap demam yang terjadi dalam periode persalinan
 Kenali segera apabila terjadi ketuban pecah sebelum waktunya
 Periksa dalam hanya dilakukan atas indikasi yang jelas dan ikuti jadwal evaluasi ulang
menurut partograf atau waktu yang telah ditentukan sebelumnya
 Terapkan prinsip kewaspadaan universal
 Nilai dengan cermat setiap kasus rujukan dengan dugaan partus lama, macet atau yang
bermasalah
 Lakukan pengobatan profilaksis apabila persalinan diduga akan berlangsung lama
 Region genetalia dan sekitranya merupakan area dengan resiko tinggi kejadian infeksi
atau merupakan tempat sumber infeksi.

Tanda-tanda bahaya persalinan

1. Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan
tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida)
atau sebelum 5 cm (multigravida).

a. Prinsip Dasar

 Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
o Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam Obstetri berkaitan dengan
penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai
sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan
infeksi ibu.
o Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane
atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua factor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks.
o Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan.

b. Masalah

 Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
 Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
 Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37
minggu maupun kehamilan aterm.

c. Penilaian klinik
 Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina,
jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan
ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
 Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
 Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi, bila suhu ibu ≥ 380 C, air ketuban
yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (Lekosit Esterase).
Lekosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takhikardi, mungkin mengalami
infeksi intrauterine.
 Tentukan tanda-tanda in partu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
menilai skor pelvic.

d. Penanganan

Konservatif

 Rawat di Rumah Sakit


 Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
 Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotika sama
halnya jika terjadi amnionitis
 Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu

- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin ampisilin 4 x 500 mg
selama 7 hari DITAMBAH eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari.

- Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin


betametason 12 mg I.M. dalam 2 dosis setiap 12 jam ATAU deksametason 6 mg I.M. dalam 4
dosis setiap 6 jam.

- Lakikan persalinan pada kehamilan 37 minggu

- Jika terdapat his dan darah lender, kemungkinan terjadi persalinan preterm

 Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu

- Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi
resiko infeksi sreptokokus grup B:

ü Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam ATAU penisilin G 2 juta unit I.V. setiap 6 jam sampai
persalianan jika tidak ada infeksi pasca persalinan hentika antibiotika

- Nilai serviks

ü Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin


ü Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infuse oksitosin atau
lahirkan dengan seksio sesarea.

2. Perdarahan Pada Kehamilan Muda

a. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
di luar kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Terminology umum untuk masalah ini adalah keguguran atau
miscarriage.

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan. Terminology untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau
abortus provokatus.

 Masalah

a) Perdarahan bercak hingga derajat sedang pada kehamilan muda

b) Perdarahan massif atau hebat pada kehamilan muda.

 Penanganan umum

a) Lakukan penilaian awal untuk segera menetukan kondisi pasien (gawat darurat,komplikasi
berat atau masih cukup stabil)

b) Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilitasi pasien sebelum melakukan
tindakan lanjutan (evaluasi medic atau merujuk)

c) Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau
dirujuk ke rumah sakit.

ü Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahn hebat, segera atasi komplikasi
tersebut

ü Gunakan jarum infuse besar (16 G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2
jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer.

ü Periksa kadar Hb, golongan darah dan uji padanan-silang (crossmatch)

ü Ingat : kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok berat

ü Bila terdapat tanda-tanda Sepsis, berikan antibiotika yang sesuai


ü Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan

ü Lakukan pemantaun ketat tentang kondisi pascatindakan dan perkembangan lanjutan.

 Jenis-jenis abortus

1) Abortus imminens terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap


kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut
atau dipertahankan.

ü Tidak perlu pengonbatan khusus atau tirah baring total

ü Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlrbihan atau melakukan hubungan
seksual

ü Bila perdarah:

- Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan
lagi.

- Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG) lakukan konfirmasi


kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).

- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala
klinik dan hasil pemeriksaan ginekologi

2) Abortus insipiens

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada
dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan
berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.

ü Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan
dengan peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila
usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kutretase (D&K)

ü Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16
minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan:

- Infuse Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat
dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi
pengeluaran hasil konsepsi.

- Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.


- Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang
sama setelah 4 jam dari dosis awal.

ü Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D&K
(hati-hati resiki perforasi)

3) Abortus Inkomplit

Perdarahan pada kehamilan muda di mana sebagian dari hasil konsepsi telah ke luar dari kavum
uteri melalui kanalis servikalis.

ü Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komlikasi (perdarahan hebat,
syok, infeksi/sepsis)

ü Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahn hingga ukuran sedang,
dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:

- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral

- Bila perdarahan terus berlangsung, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K
(pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin)

ü Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin 500 mg oral atau
doksisiklin 100 mg)

ü Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam

ü Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan evaluasi
dengan AVM

ü Bila pasien tampak anemic, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (anemia
sedang) atau transfuse darah (anemia berat)

4) Abortus komplit perdarahan pada kehamilan muda dimana sekuruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri.

ü Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3×1 tablet/hari untuk 3 hari

ü Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfat ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu,sayuran segar, ikan ,
daging, telur). Untuk anemia berat, berikan tranfusi darah.

ü Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir
akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis.
3. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba
fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90%).

Tanda gejalanya sangtlah bervariasi bergantung pada pecah atau tidaknya kehamilan tersebut.
Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes
kehamilan dari serum dikombinasidenga ultrasonografi. Jika diperoleh hasil yang tidak
membeku, segera mulai penanganan.

a. Diagnosis banding

Diagnosis banding tersering untuk kehamilan ektopik adalah abortus imminens. Diagnosi
banding adalah penyakit radang panggul baik akut Maupin kronis, kista ovarium (terpuntir atau
ruptur), dan apendisitis akut. Jika tersedia, ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan
abortus imminens atau kista ovarium terpuntir dengan kehamilan ektopik.

b. Penanganan awal

 Jika fasilitas memungkinkan, segera lakukan uji silang darah dan laparotomi. Jangan
menunggu darah sebelum melakukan pembedahan
 Jika fasilitas tidak memungkinkan, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dengan
memperhatikan hal-hal yang diuraikan pada bagian penilaian awal.
 Pada laparotomi, eksplorasi kedua avaria dan tuba fallopi:

- Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (tuba yang berdarah dan
hasil konsepsi dieksisi bersama-sama). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar kasus.

- Jika kerusakan pada tuba kecil, lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba
dipertahankan). Hal ini hanya dilakukan jika konservasi kesuburan merupakan hal yang penting
untuk ibu tersebut, karena resiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.

c. Auto-transfusi

Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan auto-transfusi jika darah intraab-dominal masih
segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada akhir kehamilan, darah dapat terkontaminasi
dengan air ketuban, dan lain-lain sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk auto-transfusi).
Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka:

 Sewaktu ibu tersebut berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen
tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk memasukkan
jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan di set donor.
 Cara lain, bukalah abdomen:

- Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan kasa untuk
memisahkan bekuan darah
- Bersihkan bagian atas dari kantong donor darah dengan cairan antiseptic dan bukalah
dengan pisau steril

- Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali melalui set
penyaring dengan cara biasa

- Jika tidak ersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium sitrat 10 ml
untuk setiap 90 ml darah.

b.

c.

d. Penanganan selanjutnya

 Sebelum memperoleh ibu pulang, lakukan konseling dan nasihat mengenai prognosis
kesuburannya. Mengingat meningkatnya risiko akan kehamilan ektopik selanjutnya,
konseling metode kontrasepsi metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontarsepsi,
jika diinginkan, merupakan hal yang penting
 Perbaiki anemia dengan sulfas ferrosus 600 mg/hari per oral selama 2 minggu
 Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4 minggu.

4. Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif.
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :

 His tidak efisien (adekuat)


 Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
 Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)

a. Tanda dan gejala partus lama, yaitu:

 Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf.


 Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
 Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik.

b. Penanganan umum

 Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan tingkat
hidrasinya)
 Kaji kembali partograf, tentukan apakan pasien berada dalam persalinan.

- Nilai frekuensi dan lamanya his.

 Perbaiki keadaan umum dengan:


- Dukungan emosi perubahan posisi (sesuaidengan penanganan persalinan normal)

- Periksa keton dalam urin dan berikan cairan, baik oral maupun parentraln dan upayakan
buang air kecil (katerisasi hanya kalau perlu)

 Berikan analgesia: tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kgBB) atau morfin


10 mg IM, jika pasien meraskan nyeri yang sangat

c. Penanganan khusus periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah. Jika
didapatkan infeksi, obati secara adekuat. Jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.

 Fase Laten Memanjang (Prolonged Latent Phase)

Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara retrospektif. Jika his berhenti, pasien disebut
belum in partu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah
lebih dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten. Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak tanda-
tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks:

ü Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin,
mungkin pasien belum in partu

ü Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin

- Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam

- Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam,
lakukan seksio sesarea

ü Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau):

- Lakukan akselerasipersalinan dengan oksitosin

- Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan

Ø Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

Ø DITAMBAH gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

Ø Jika dilakukan seksio sesarea lanjutkan antibiotika DITAMBAH metronidazol 500 mg IV


setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam

 Fase aktif memanjang

ü Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih utuh,
pecahkan ketuban
ü Nilai his:

- Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik)
pertimbangkan adanya inersia uteri

- Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangkan
adanya disproporsi, obstruksi, malposisi atau malpresentasi

ü Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat kemajuan
persalinan.

5. Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat
ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif.

Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetric biasanya adalah perdarahan (syok
hipovolemik), sepsis (syok septic), gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok
neurogenik), alergi (syok anafilaktik).

Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini.

 Perdarahan pada awal kehamilan (seperti abortus, kehamilan ektopik atau mola)
 Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (seperti plasenta previa, solusio
plasenta, rupture uteri)
 Perdarahan setelah melahirkan (seperti rupture uteri, atonia uteri, robekan jalan lahir,
plasenta yang tertinggal)
 Infeksi (seperti pada abortus yang tidak aman atau abortus septic, amnionitis, merritis,
pielonefritis)
 Trauma (seperti perlukaan pada uterus atau usus selama abortus, rupture uteri, robekan
jalan lahir)

a. Tanda dan gejala

Diagnosis syok jika terdapat tanda atau gejala berikut:

- Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih)

- Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)

b. Tanda dan gejala lain dari syok meliputi:

- Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut)

- Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab

- Pernafasan yang cepat (30 kali per menit atau lebih)


- Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran

- Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam)

c. Penanganan Awal

- Mintalah bantuan segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan
gawat darurat

- Lukukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan
nafas bebas.

- Pantau tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh)

- Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan resiko terjadinya
aspirasi jika ia muntah dan untuk memastikan jalan nafasnya terbuka

- Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan
menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.

- Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika
memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki)

d. Penanganan khusus

- Mulailah pemberian infuse (ukuran 16 atau 18) segera berikan cairan infuse (garam
fisiologik atau Ringer Laktat) awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit.

- Berikan paling sedikit 2 liter cairan ini pada 1 jam pertama. Jumlah ini melebihi cairan
yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan, setelah kehilangan
cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam.

- Jangan berikan cairan melalui mulut pada ibu yang mengalami syok

6. Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 mlsetelah
bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pascapersalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai
definisi ini

 Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang


hanya setengah dari sebenarnya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau
dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di
lantai
 Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin
ibu. Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri
terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.
Seorang ibu yang sehat dan tidak anemic pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah

 Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini
dapat tidak dikendali sampai terjadi syok

a. Masalah

 Perdarahan setelah bayi lahir dan dalam 24 jam pertama persalinan (perdarahan
Pascapersalinan Primer atau P3)
 Perdarahan setelah 24 jam pertama persalinan (Perdarahan Pascapersalinan Sekunder
atau P2)

b. Penanganan

 Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
 Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi,
tekanan darah, pernafasna, dan suhu tubuh)
 Jika curiga adanya syok, segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok tidak terlihat,
ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut karena status wanita tersebut dapat
memburuk denga cepat. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.
 Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:

- Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif.

- Berikan 10 unit oksitosin IM

 Pasang infuse cairan IV


 Lakukan kateterasi, dan pantau cairan keluar-masuk
 Periksa kelengkapan plasenta
 Periksa kemungkinan ronbekan serviks, vagina dan perineum
 Jika perdarahn terus berlangsung, lakukan uji beku darah
 Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar
hemoglobin.

7. Kejang atau Eklampsia merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani pada
kehamilan, yaitu berupa kejang-kejang pada ibu hamil akibat kehamilan itu sendiri. Biasanya,
sebelum terjadi eklampsia, terdapat suatu diagnosa preeklampsia. Disebut preeklampsia karena
penyakit ini mengawali terjadinya eklampsia.

Preeklampsia merupakan penyakit denagan tanda adanya hipertensi, udema, dan proteinuria
(adanya protein dalam urin) yang timbul karena kehamilan. Biasanya sindrom preeklampsia
ringan sering tidak diketahui/tidak diperhatikan oleh ibu hamil bersangkutan. Sehingga tanpa
disadari dalam waktu singkat dapat menjadi preeklampsia berat atau bahkan eklampsia.
Preeklampsia umumnya terjadi dalam trimester ke-3 kehamilan, namun dapat pula terjadi
sebelumnya. Ia lebih sering terjadi pada wanita yang hamil anak pertama pada usia kehamilan
mulai 20 minggu.

a. Penyebab

Sampai saat ini, penyebab terjadinya preeklampsia/eklampsia masih belum pasti. Salah satu teori
yang banyak dikemukakan dewasa ini adanya iskemia (pembuluh darah terjepit sehingga terjadi
gangguan aliran pembuluh darah dan berkurangnya aliran darah) pada plasenta. Namun teori ini
juga belum bisa menerangkan berbagai pertanyaan yang bersangkutan tentangnya.

Frekuensi terjadinya preeklampsia pada tiap negara berbeda, karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi, yaitu sosial ekonomi, adanya perbedaan kriteria dalam peningkatan diagnosa,
dan sebagainya. Wanita yang baru pertama kali hamil memiliki risiko terjadinya preeklampsia
dan eklampsia lebih besar dari yang sudah beberapa kali melahirkan.

b. Gejala

Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, udema, dan proteinuria. Berat
ringannya penyakit tergantung dari tingginya kadar-kadar tersebut. Biasanya hipertensi muncul
lebih awal dari gejala lainnya. Gejala yang tampak akan berbeda bila dibandingkan dengan
keluhan kehamilan dengan disertai hipertensi, karena biasanya tekanan darah sudah tinggi sejak
awal kehamilan.

Pada wanita hamil dengan preeklampsia, umumnya tekanan darah pada kondisi tidak hamil
adalah normal atau malah cenderung rendah, sehingga seringkali ibu hamil terkejut sewaktu
mengetahui tekanan darahnya meningkat secara tiba-tiba. Ada beberapa tahap preeklampsia
sebelum menjadi eklampsia. Preeklampsia ringan terjadi jika tekanan darah sedikit di atas
140/100 mmhg. Pada preeklampsia sedang, gejala berupa tekanan darah naik di atas 140/100
mmhg dengan disertai rasa pusing, dan terdapat pembengkakan di daerah wajah, jari tangan dan
kaki. Disebut preeklampsia berat jika tekanan darah di atas 160/100 mmhg, pusing bertambah
berat, terdapat gangguan penglihatan berupa mata kabur dan susah buang air besar.

Bila kondisi tersebut tidak segera diatasi, ditakutkan akan terjadi eklampsia (kejang) yang lama
kelamaan akan mengganggu fungsi organ tubuh yang lain dan mengancam jiwa ibu hamil dan
janinnya.. Udema ialah penimbunan cairan secara berlebihan pada jaringan longgar tubuh.
Kondisi ini terlihat dari kenaikan berat badan yang tampak mencolok serta pembengkakan di jari
tangan, kaki dan wajah. Memang, bengkak pada kehamilan merupakan hal yang biasa, namun
jika berlebihan tetap harus diwaspadai.

Tiap ibu hamil diharuskan mengalami peningkatan berat badan selama kehamilannya. Kenaikan
berat badan 0,5 kg per minggu masih dianggap normal. Namun jika terdapat penambahan berat
badan lebih dari 1 kg per minggu secara berturut-turut, harus dicurigai kemungkinan terjadinya
preeklampsia.

c. Terapi
Terapi yang diberikan pada ibu hamil dengan preeklampsia bertujuan mencegah terjadinya
preeklampsia menjadi lebih berat atau menjadi eklampsia. Ibu hamil diharapkan mampu
melahirkan bayi hidup, dan mampu melahirkan dengan trauma yang minimal baik pada bayi
maupun ibu sendiri.

Untuk penderita preeklampsia ringan, dianjurkan untuk bed rest dengan kaki lebih tinggi dari
badan. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya aliran darah ke plasenta, ginjal, tekanan
pembuluh darah vena pada anggota gerak tubuh bagian bawah berkurang dan penyerapan cairan
pada daerah tersebut berkurang pula sehingga udema akan berkurang.

Kemudian ibu hamil dianjurkan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi, rendah
lemak, karbohidrat, mengurangi garam dan memperbanyak sayuran dan buah segar. Bila dengan
cara itu kondisi ibu hamil belum juga membaik, walaupun sudah ditambah pemberian obat-
obatan, maka kehamilan harus segera diakhiri meskipun umur janin masih belum mencukupi.

Pada penderita eklampsia, jika umur kehamilan belum mencukupi untuk lahir, selain diberikan
obat penenang dan penguat rahim, biasanya oleh pihak rumah sakit akan diisolasi di suatu ruang
tersendiri dengan lampu yang gelap, karena ia harus benar-benar tenang. Sebab bila ia dikejutkan
sedikit oleh sesuatu atau mendapat rangsang cahaya yang menyilaukan, ditakutkan akan terjadi
kejang berulang yang akan semakin memperburuk kondisi kehamilannya. Bila dengan segala
usaha tersebut masih belum bisa mencegah terjadinya kejang, maka mau tidak mau kehamilan
harus segera diakhiri.

d. Diagnosa

Diagnosa terhadap kecurigaan preeklampsia dan eklampsia harus segera ditegakkan untuk
mencegah terjadinya kematian baik ibu hamil maupun janin. Umumnya terjadinya preeklampsia
sukar dicegah, namun kita masih bisa mencegah supaya tidak menjadi lebih parah.

Diagnosa didasarkan pada adanya dua dari ketiga hal tanda utama di atas, yaitu hipertensi,
udema, dan proteinuria. Adanya 1 tanda sudah harus diwaspadai, oleh karena semakin cepat
terdeteksi, semakin cepat pula dokter menanganinya dan mencegah prognosis yang lebih buruk
lagi.

e. Pencegahan

Tidak ada cara lain untuk mencegah preeklampsia atau eklampsia selain dengan menjaga
kehamilan dengan baik. Salah satu caranya dengan selalu mengkonsumsi sayuran, buah segar
yang bergizi dan menjalani pola hidup sehat.

Makanan yang dikonsumsi haruslah yang mengandung sedikit garam, rendah lemak, karbohidrat
dan tinggi kandungan gizinya. Istirahat dan menjaga makanan sangat berguna bagi ibu hamil.
Selain itu, pemeriksaan kehamilan secara teratur amat sangat dianjurkan untuk terus memonitor
kondisi ibu hamil maupun janin yang tengah dikandungnya. Bila suatu saat ibu hamil merasakan
pusing atau leher terasa kaku, harap segera mengukur tekanan darah. Siapa tahu, itu salah satu
tanda timbulnya hipertensi pada kehamilan yang dapat menjadi penyakit yang lebih parah lagi.
8. Distosia bahu adalah kepala janin dilahirkan tetapi bahu tersangkut dan tidak dapat
dilahirkan

a. Penanganan umun

- Pada setiap persalinan bersiaplah untuk menghadapi distosia bahu, khususnya pada
persalinan dengan bayi besar

- Siapkan beberapa orang untuk membantu

b. Diagnosis

- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva

- Dagu tertarik dan menekan perineum

- Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang simfisis pubis

c. Penanganan

- Buatlah episiotomy yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak dan
member ruangan untuk tindakan

- Dalam posisi ibu berbaring telentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan lututnya sejauh mungkin kearah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk
menekan fleksi kedua lutut ibu kearah dada.

9. Gawat janin dalam persalinan

a. Masalah

- Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180 per menit.

- Air ketuban hijau kental

b. Penanganan

- Baringkan ibu miring ke kiri, aanjurkan ibu untuk menarik nafas panjang perlahan-lahan
dan berhenti meneran

- Nilai ulanh DJJ setelah 5 menit:

 Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi.
Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran
 Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaa
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir
 Dampingi ibu ketempat rujuk

10. Infeksi dalam persalinan

a. Prinsip dasar

 Infeksi intrauterine (korioamnionitis, infeksi intramnion, amnionitis) merupakan infeksi


akut pada cairan ketuban, janin dan selaput koriomnion yang disebabkan oleh bakteri.
 Sekitar 25 % infeksi intrauterine disebabkan oleh ketuban pecah dini
 Makin lama jarak antara ketuban pecah dengan persalinan, makin tinggi pula resiko
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
 Vagina merupakan medium kultur yang sangatbaik bagi flora vagina, perubahan suasana
vagina selama kehamilan , menyebabkan turunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi

b. Masalah

Infeksi intrauterine merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan perinatal

c. Penanganan

 Observasi jalannya persalinan dengan baik dan benar


 Evaluasi setiap demam yang terjadi dalam periode persalinan
 Kenali segera apabila terjadi ketuban pecah sebelum waktunya
 Periksa dalam hanya dilakukan atas indikasi yang jelas dan ikuti jadwal evaluasi ulang
menurut partograf atau waktu yang telah ditentukan sebelumnya
 Terapkan prinsip kewaspadaan universal
 Nilai dengan cermat setiap kasus rujukan dengan dugaan partus lama, macet atau yang
bermasalah
 Lakukan pengobatan profilaksis apabila persalinan diduga akan berlangsung lama
 Region genetalia dan sekitranya merupakan area dengan resiko tinggi kejadian infeksi
atau merupakan tempat sumber infeksi.

Daftar Pustaka
Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2009,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai