Anda di halaman 1dari 47

PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan ini merupakan pengaplikasian dari materi kuliah ke dalam


permasalahan yang sebenarnya. Didalam Laporan ini berisi tentang penentuan bahan
dan dimensi dari Poros Propeller Toyota Avanza. Penentuan bahan ini dilakukan
untuk dijadikan tolak ukur sebagai bahan pertimbangan, bahan pertimbangan ini
berdasarkan dengan beberapa teori dasar dan hasil dari analisa serta kesimpulan
yang diperoleh dari hasil percobaan.

Poros merupakan salah satu elemen mesin yang memegang peranan penting
sebagai penerus daya bersama-sama dengan putaran. Oleh karena itu poros harus
dirancang melalui suatu perhitungan sesuai dengan beban yang akan dialaminya.
Pemilihan bahan yang digunakan sebuah komponen akan menjadi pertimbangan yang
mendasar untuk menentukan dimensi sebuah poros yang akan menerima
pembebanan.

Dalam hal ini penulis mengambil judul Poros Propeller Toyota Avanza,
dikarenakan penulis telah mengetahui hal-hal yang apa saja yang dibutuhkan untuk
merancang ulang poros tersebut dan telah mengetahui peran penting dari poros
Propeller.

Sebenarnya alat ini tidak hanya digunakan pada Toyota Avanza saja, akan
tetapi alat ini digunakan disemua mobil bahkan kereta api pun menggunakan alat ini
sebagai penerus daya yang mengalami beban puntir murni.

Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan Poros Propeller ini,
diantaranya adalah penentuan bahan, dimensi yang sesusai, kegunaanya dan lain-lain.
Tetapi dalam makalah ini hanya memusatkan pembahasan pada penentuan material
untuk komponen-komponen dari poros ini.

1
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Beban yang bekerja pada poros umumnya adalah beban berulang, jika poros
tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya maka akan terjadi kejutan
pada saat mulai atau sedang berputar. Beban tersebut dapat dianalisa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan teori yang tersirat dalam laporan
ini.

Dalam pelaksanaan suatu tugas perancangan elemen mesin diperlukan usaha


yang sungguh-sungguh untuk menunjang keberhasilan suatu perancangan.
Selanjutnya diperlukan pula dasar-dasar perancangan serta pengalaman, sehingga
dapat dihasilkan rancangan elemen mesin yang cukup berkualitas dan dapat
dipertanggung jawabkan. Hal ini semua diperlukan karena mengingat banyak sekali
faktor yang harus dipertimbangkan, baik dari segi fungsi, kegunaan, konstruksi,
maupun segi keamanan.

1.2 Tujuan Perancangan

Pada Laporan ini akan dibahas penentuan dimensi utama poros propeller
belakang Toyota Avanza. Tujuan yang akan dicapai adalah untuk menghitung :

 dimensi poros

 dimensi universal joint

 kekuatan sambungan las

Dimana perancangan dilakukan sesuai dengan jenis bahan dan pembebanan yang
dialami.

2
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

1.3 Metodologi

Metodologi penyusunan yang dipakai adalah Metodologi Deskriptif yang


teknik operasionalnya sebagai berikut :

 Observasi: Pengamatan secara langsung elemen-elemen atau komponen


propeller sebagai studi komparatif dari studi literatur yang telah didapat saat
kuliah dengan kenyataan sebenarnya.

 Interview: Tanya jawab atau wawancara dengan orang-orang yang lebih


mengetahui secara teknis seputar poros propeller.

 Studi Literatur: Mempelajari literatur yang berhubungan dengan masalah


terkait yang didapat dari dokumen-dokumen, buku-buku ataupun internet
sebagai referensi.

 Membandingkan data hasil pengukuran geometrik dan hasil perhitungan


untuk membuat analisa.

1.4 Ruang Lingkup Kajian

Dalam laporan ini ada batasan masalah yang meliputi parameter-parameter


sebagai berikut :

- momen puntir poros

- tegangan geser yang diijinkan

- dimensi poros

- defleksi Poros

- dimensi universal joint

- tegangan lentur dan tegangan geser maksimum universal joint

- pengecekan sambungan las.

3
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

1.5 Sistematika Pembahasan

BAB I : Pendahuluan, memberikan gambaran latar belakang dipilihnya


poros sebagai obyek perancangan.

BAB II : Studi Literatur, teori dasar tentang poros berdasarkan jenis


pembebanannya, menjelaskan hal-hal yang penting dalam
perencanaan berupa penurunan rumus serta bahan-bahan yang
biasa digunakan untuk pembuatan poros dan cara kerja dari poros
itu sendiri.

BAB III : Perhitungan, membahas perhitungan dalam perancangan.

BAB IV: Analisa, pada bab ini dilakukan analisis terhadap hasil perancangan.

BAB V : Kesimpulan , menyajikan kesimpulan hasil perancangan poros.

4
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Prinsip Kerja Poros

Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama–sama dengan putaran. Peranan utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Poros propeller bekerja untuk meneruskan daya putaran dari transmisi ke


diferial dalam keadaan tidak dalam satu garis lurus. Dan putaran diteruskan dari
transmisi ke poros propeller dan dari poros propeller ke diferensial melalui universal
joint, universal joint berfungsi untuk eneruskan daya putaran yang dalam keadaan
tidak satu garis.

2.1.1 Klasifikasi Poros

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menuruut


pembebanannya sebagai berikut :

 Poros Transmisi
Poros tersebut mendapat beban puntir murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai dan lain–lain. Contoh
pada mesin yang mengalami beban puntir murni yaitu gardan.

 Poros Spindel
Poros spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek,
seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya
berupa puntiran, disebut spindel.

Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya


kecil, sebab apabila deformasinya besar benda kerja tidak akan

5
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

silindris. Serta bentuk dan ukuran harus teliti. Poros spindel


berhubungan langsung dengan benda kerja.

 Poros Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kertas barang,
dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang
tidak boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya
mendapat beban lentur, kecuali digerakkan oleh penggerak
mula dimana mengalami beban puntir juga. Menurut
bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum,
poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lain–
lain. Poros luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat
kebebasan dari perubahan arah, dan lain–lain.

2.1.2 Poros Propeller pada Toyota Avanza

Propeller shaft memindahkan tenaga dari transmisi ke differential


transmisi umurnnya terpasang pada chassis frame, sedangkan differential dan
sumbu belakang rear axle disangga oleh suspensi sejajar dengan roda
belakang. Oleh sebab itu posisi differential terhadap transmisi selalu berubah-
ubah pada saat kendaraan berjalan, sesuai dengan permukaan jalan dan ukuran
propeller shaft beban.

Propeller shaft dibuat sedemikian rupa agar dapat memindahkan


tenaga dari transmisi ke differential dengan lembut tanpa dipengaruhi akibat
adanya perubahan-perubahan tadi.

Untuk tujuan ini universal joint dipasang pada setiap ujung, fungsinya
untuk menyerap perubahan sudut dari suspensi. Selain itu sleeve yoke bersatu
untuk menyerap perubahan antara transmisi dan diferential.

6
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.1 Perubahan transmisi dan diferential

Pada umumnya propeller shaft dibuat dari tabung pipa baja yang
memiliki ketahanan terhadap gaya puntiran atau bengkok. selain itu dipilih
tabung pipa baja di karenakan luas penampang yang di perlukan lebih kecil
jika dibandingkan dengan poros pejal, selain itu biaya yang harus di
keluarkan lebih kecil jika digunakan poros yang pejal. Bandul pengimbang
balance weight dipasang dibagian luar pipa dengan tujuan untuk
keseimbangan pada waktu berputar.

Pada umumnya propeller shaft terdiri dari satu pipa yang mempunyai
dua penghubung yang terpasang pada kedua ujung berbentuk universal joint.
Tipe propeller shaft dua bagian dengan tiga joint kadang-kadang
menggunakan bearing tengah yang bertujuan untuk mengurangi getaran dan
bunyi.

2.2 Universal Joint


Universal joint, U sendi, Cardan joint, Hardy-Spicer sendi, atau
sendi Hooke adalah joint dalam sebuah batang kaku yang dimungkinkan batang
tersebut membengkok dalam segala arah, dan umumnya digunakan pada rotary
shaft ( poros yang berputar ) yang mengirimkan gerakan ( putaran ). Terdiri dari

7
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

sepasang engsel terletak berdekatan, berorientasi pada 90° untuk satu sama lain, dan
dihubungkan dengan poros salib.

Gambar 2.2 Tipe cross joint

2.2.1 Universal Joint solid

Fungsi universal joint ialah untuk meredam bahan sudut dan untuk
melembutkan perpindhan tenaga dari transmisi ke differential. Universal joint

8
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

ada dua tipe : universal join solid bearing cup yang dapat dibongkar dan sal
joint tipe shell bearing cup yang tidak dibongkar.

Gambar 2.3 Universal joint

Kondisi jalan mempengaruhi kerja suspensi dan berakibat pada posisi


differential selalu berubah-ubah terhadap transmisi. Universal joint dipakai
untuk mengatasi kondisi tersebut agar poros selalu dapat berputar dengan
lancar, sehingga universal joint harus mempunyai syarat : dapat mengurangi
resiko kerusakan propeller saat poros bergerak naik/ turun, tidak berisik atau
berputar dengan lembut, konstruksinya sederhana dan tidak mudah rusak. Jadi
universal joint berfungsi untuk melembutkan pentransfer tenaga dari transmisi
ke diferensial. Dimana konstruksi dari universal joint dimungkinkan berputar
lembut dan tidak mudah rusak. Berikut Konstruksi Hook Joint :

9
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.4 Konstruksi Hook Joint

Pada umumnya poros propeller menggunakan konstruksi tipe ini,


karena selain konstruksinya yang sederhana tipe ini juga berfungsi secara
akurat dan konstan. Konstruksi hook joint adalah seperti ganbar di atas. Ada
dua tipe hook joint yaitu shell bearing cup type dan solid bearing cup type.
Pada tipe shell bearing cup universal joint tidak bisa dibongkar sedangkan
pada tipe solid bearing cup bisa dibongkar. Ilustrasi konstruksi kedua tipe
universal joint tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.5 Konstruksi hook joint tipe shell bearing cup

10
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.6 Konstruksi hook joint tipe solid bearing cup


2.2.2 Flexible Joint
Flexible joint terdiri dari karet kopling yang keras yang diletakkan
diantara dua yoke berbentuk kaki tiga. Selama flexible joint tidak menghasilkan
gesekan akan berputar lembut tanpa diperlukan pelumasan.

11
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.7 flexible joint

2.2.3 Constant Velocity Joint


Constant velocity joint mempunyai keuntungan memindahkan putaran
dan momen lebih lembut, dan mempunyai kerugian mahal karena desainnya
komplit. Oleh karena itu jarang dipakai untuk penyambungan propeller shaft,
tetapi lebih sering dipakai pada poros penggerak depan dari kendaraan penggerak
roda depan atau poros penggerak belakang dari kendaraan dengan suspensi
belakang independent.

Gambar 2.8 Constant Velocity Joint

2.2.4 Penghubung Bola Peluru (Pot Joint)


Kemampuan sudut dapat meneruskan tenaga/putaran pada sudut
maksimum 50o (rata – rata 30o). Penggunaan Pada suspensi independent. Pada
aksel rigrid depan dengan penggerak roda (4 wheel drive). Sifat – sifat Kerjanya
lebih stabil (konstan).

12
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.9 Penghubung Bola Peluru (Pot Joint)

2.2.5 Trunion Joint


Model ini berusaha menggabungkan tipe hook joint dan slip joint, namun
hasilnya masih dibawah slip joint sendiri, sehingga jarang digunakan.
Konstruksinya dapat dilihat pada gambar disamping.

Gambar 2.10 Trunion Joint

2.2.6 Slip Joint


Bagian ujung poros propeller yang dihubungkan dengan poros output
transmisi terdapat alur-alur untuk pemasangan slip joint. Hal ini memungkinkan

13
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

panjangnya poros propeller shaft sesuai dengan jarak output transmisi dengan
differential. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar disamping.

Gambar 2.11 Slip Joint

2.2.7 Center Bearing


Center bearing terdiri dari rubber bushing yang melindungi bearing
dimana gerakannya menahan propeller shaft. Rubber bushing juga berfungsi
untuk mencegah getaran yang mencapai bodi kendaraan. Dan hasilnya getaran
atau bunyi dari propeller shaft pada kecepatan tinggi dapat dikurangi seminimal
mungkin.

Gambar 2.12 Center Bearing

14
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Toyota Avanza merupakan kendaraan roda empat buatan Toyota Motor


Co.,Ltd yang pada dasarnya dibuat untuk memenuhi pasaran kendaraan
keluarga dengan dimensi kompak. Tidak seperti kendaraan sekelas lain yang
pada saat ini mempunyai volume silinder yang besar, ada dua jenis mesin
yang di produksi oleh Toyota yaitu 1300 cc dan 1500 cc. Hal ini disebabkan
karena Toyota memang mengkhususkan diri membuat kendaraan ber-cc kecil.

Volume silinder yang kecil tidak membuat Toyota Avanza mengalami


masalah besar dalam penggunaanya. Perbandingan gigi transmisi yang baik,
dan dibantu oleh bodi dan rangka yang kompak dan ringan, kekurangan
tersebut dapat diatasi. Toyota mengeluarkan dua versi dari Toyota Avanza
yaitu:

 Toyota avanza

Gambar 2.13 Toyota Avanza

 Toyota Avanza veloz.

15
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.14 Toyota Avanza Veloz

Karena Toyota Avanza merupakan kelas suv atau bahasa umumnya


mobil keluarga. Pada dasarnya Toyota Avanza ini mempunyai 2 bagian poros
propeller, yaitu:
 Poros propeller tengah menyalurkan tenaga gerak dari Tarnsmisi ke
poros yang kedua.poros yang pertama di topang dengan bearing center
yang menempel pada chasis.
 Poros propeller belakang menyalurkan tenaga dari poros pertama ke
differensial belakang.

Gambar 2.15 Beberapa bentuk poros propeller pada kendaraan

2.3 Hal-Hal Penting Dalam Merancang Poros


Untuk merencanakan sebuan poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.

16
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

2.3.1 Kekuatan Poros


Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur, ada juga poros yang mendapat beban tarik
atau tekan seperti pada poros turbin.

Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter


poros diperkecil (poros bertingkat) atau bila poros mempunyai alur pasak
harus diperhatikan, sehingga sebuah poros harus cukup kuat menahan beban
yang terjadi pada poros tersebut.

2.3.2 Kekakuan Poros


Meskipun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup, tetapi jika
lenturan defleksi puntirannya melebihi batas yang diizinkan maka akan
mengakibatkan ketidaktelitian misalnya pada mesin perkakas atau getaran
suara pada turbin dan gear box. Karena itu disamping kekuatan juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan menggunakan
poros tersebut.

2.3.3 Puntiran Kritis


Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa. Hal ini bisa terjadi pada turbin,
motor torak silinder, motor listrik dan lain–lain. Serta dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian lainnnya. Jika mungkin harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga putaran kerja lebih dari putaran kritis.

2.3.4 Korosi
Bahan–bahan tahan korosi (termasuk plastik) dipilih untuk poros
propeller dan pompa, bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
Demikian juga poros–poros yang terancam kavitasi dan poros–poros mesin
yang berhenti lama, sampai baras–batas tertentu dapat pula dilakukan
perlindungan terhadap korosi.

17
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

2.3.5 Bahan Poros


Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinishing, yaitu baja karbon konstruksi mesin yang dihasilkan
dari igot yang di – kill (baja yang dioksidasi dengan ferro silikon dan dicor)

Meskipun demikian kelurusan poros ini agak kurang tetap dan dapat
mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang misalnya diberi
alur pasak dan adanya tegangan sisa dalam terasnya. Penarikan dingin
membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah.

Poros untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya


dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang tahan terhadap keausan.
Beberapa diantaranya adalah baja khrom, nikel, baja khrom nikel molibden,
baja khrom, baja molibden dan lain–lain. Meskipun demikian pemakaian baja
paduan khusus tidak selalu diharuskan, alasannya hanya karena putaran tinggi,
dan beban berat, dalam hal demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja
karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan
yang diperlukan. Poros–poros yang bentuknya sulit seperti poros engkol
banyak dibuat dari besi cor nodular atau coran lainnya.

2.4 Perumusan Masalah Perancangan Ulang Poros Propeller Belakang


Toyota Avanza

START

1. Daya yang ditransmisikan P (kW)


Putaran poros n (rpm)

2. Faktor Koreksi fc

3. Daya rencana Pd (kW)


18
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
5. Bahan poros rencana
4. Momen
T
. Kekuatan (kgtarik
Faktor koreksi
6.7Tegangan
mm) σb (kg/mm
lenturan
geserb yang
2
(Kt))
diizinkan
. Diameter
8Faktor
Faktor poros
keamanan
τ (kg/mm
koreksi d)s (mm)
2Sf
puntiran Sf (C )
1 2 b
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

9. Bahan pasak
Penampang pasak b x h
Kedalaman alur pasak
t1(mm) & t2(mm)
Tegangan geser yang terjadi

10. Dimensi pasak

11. Bahanporos
Kekuatan tarik σb (kg/mm2)
Faktor keamanan Sf1 Sf2

12. Diameter poros D2


=(Do2 & Di2)

13. Defleksi puntiran

14. θ :
θ

15. Diameter poros ds (mm) & D1=(Do1 & Di1)


Bahan poros
Dimensi pasak
Bahan pasak
Diameter poros D2=(Do2 & Di2)

STOP

END
19
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

2.5 Sambungan Las


Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil
batang yang bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan
yang tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan
las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang
banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan
(lap), tegak (T), sudut, dan sisi, seperti yang diperlihatkan.

Gambar 2.16 Notasi las

20
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.17 Jenis-jenis las

2.5.1 Sambungan Sebidang


Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-
ujung plat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan
utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul
pada sambungan lewatan tunggal. Bila digunakan bersama dengan las tumpul
penetrasi sempurna (full penetration groove weld), sambungan sebidang
menghasilkan ukuran sambungan minimum dan biasanya lebih estetis dari
pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung yang akan
disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau
dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit
penyesuaian dapat dilakukan, dan potongan yang akan disambung harus

21
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan sambungan sebidang


dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan dengan akurat.

2.5.2 Sambungan Lewatan


Sambungan lewatan merupakan jenis yang paling umum. Sambungan
ini mempunyai dua keuntungan utama, yaitu:
1. Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak
memerlukan ketepatan dalam pembuatannya bila dibanding dengan
jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser untuk
mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk
penyesuaian panjang.
2. Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak
memerlukan persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan nyala
(api) atau geseran. Sambungan lewatan menggunakan las sudut
sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di
lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya
dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-
kadang potongan-potongan diletakkan ke posisinya dengan beberapa
baut pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali setelah
dilas.

Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk


menyambung plat yang tebalnya berlainan.

2.5.3 Sambungan Tegak


Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan
(built-up) seperti profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku
tumpuan atau penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol
(bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak
lurus. Jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang

22
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las
tumpul.

2.5.4 Sambungan Sudut


Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang
berbentuk kotak segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok
yang memikul momen puntir yang besar.

2.5.5 Sambungan Sisi


Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai
untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk
mempertahankan kesejajaran (alignment) awal. Seperti yang dapat
disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi kelima jenis
sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya terdapat
lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural dengan
lainnya, perencana harus dapat memilih sambungan (atau kombinasi
sambungan) terbaik dalam setiap persoalan.

2.6 Rumusan Perhitungan

2.6.1 Momen Puntir


Momen puntir harus dimengerti terlebih dahulu sebelum kita
melangkah lebih jauh. Tujuannya adalah untuk menghindari penafsiran yang
menganggap bahwa momen dan kerja itu sama. Secara matematis momen dan
kerja adalah sama. Karena persamaan yaitu gaya dikalikan dengan jarak
(F x S). Tetapi secara fisis kerja dan momen berbeda, dalam kerja lintasannya
berupa garis lurus sedangkan dalam momen lintasannya harus tegak lurus.

23
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.18 Potongan melintang sebuah poros

Momen puntir yang dialami pada poros dapat dilihat dari penurunan
persamaan :
ker ja (W )
Daya  ………………….(2.1)
Waktu ( s )

Dimana kerja dalam satu putaran = F  2r , jika dalam satu menit ada n
putaran, maka daya dalam satu putaran adalah
N  2r  F  n ………………….(2.2)
Dengan mengkonversikan satuan menit ke detik maka diperoleh persamaan :
2r  F  n
N ( kg m/s ) ………………….(2.3)
60
Dari definisi momen puntir adalah gaya yang terjadi dikalikan dengan jarak,
T F r …………………..(2.4)
maka :
(T / 1000)  (2  n / 60)
N …………………(2.5)
102
sehingga
N
T  9,74  10 5 (kg mm) ……………….(2.6)
n

24
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Untuk langkah koreksi pada N diambil fc sebagai faktor koreksi. faktor


koreksi ini tergantung jenis daya yang ditransmisikan.

Tabel 2.1 Faktor-faktor koreksi daya yang akan

ditransmisikan (fc)

Daya yang akan ditransmisikan Fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5
Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1978

Maka :

T=k. …………………….(2.7)

dimana :
Pd = N x fc ………………….(2.8)
T = Momen puntir ( kg mm )
Pd = Daya hasil koreksi (hp)
n = Jumlah putaran per menit (rpm)

2.6.2 Tegangan Geser yang Diizinkan


Poros propeller pada umumnya meneruskan daya melalui roda gigi.
Dengan demikian poros propeller mendapatkan beban puntir, sedangkan
tegangan geser yang diizinkan dapat ditentukan dari persamaan:

ta = …………………….(2.9)

25
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

dimana : ta = tegangan geser yang diizinkan


b = kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu bahan poros
Sf1 = faktor keamanan yang tergantung pada sifat dari
bahan yang bersangkutan.

Tegangan (s)

smaksimum/ultimatte
su

sf

syield

Patah

Regangan (e)
Gambar 2.19 Diagram tegangan-regangan tarik tipikal
= daerah tegangan geser yang diizinkan (ta )

2.6.3 Diameter Poros


Diameter poros dapat ditentukan dari hasil perhitungan tegangan geser
yang diizinkan, dimana tegangan geser yang diizinkan  tegangan yang
terjadi. Diameter poros dapat ditentukan dengan persamaan :

ta = ..……………………..(2.10)

26
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

tmax = ……………………...(2.11)

ta = = =

asumsi, a = 0,8
di = a.do
di4 = (a.do)4

maka ; do min =(

=[

Do

Di

27
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Gambar 2.20 Potongan melintang poros berongga

Jika yang ingin digunakan poros berongga maka persamaannya menjadi :



Ip 
32
 D04  Di4  ……………………..(2.14)

dimana :
Do = diameter luar
Di = diameter dalam
Dengan demikian maka :
p 16 p
Tegangan puntir t p   p C  …………………..(2.15)
D 3

dimana :
Mp = Momen puntir = T
Ip =Inersia polar
C =1/2 D
Poros Berongga, maka
.D0
tp 

16
 D04  Di4 
…..……………..(2.16)

1
 .D0 .16 
4

Di   D04   …………………
 t p . 

(2.17)

2.6.4 Menghitung Universal Joint

Universal joint, U sendi, Cardan joint, Hardy-Spicer sendi, atau


sendi Hooke adalah joint dalam sebuah batang kaku yang dimungkinkan

28
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

batang tersebut membengkok dalam segala arah, dan umumnya digunakan


pada rotary shaft (poros yang berputar) yang mengirimkan gerakan (putaran).
Terdiri dari sepasang engsel terletak berdekatan, berorientasi pada 90° untuk
satu sama lain, dan dihubungkan dengan poros salib.

Gambar 2.21 universal joint

Diameter Universal Joint dapat ditentukan dari hasil perhitungan

tegangan geser yang diizinkan, dimana tegangan geser yang diizinkan 

tegangan yang terjadi. Diameter Universal Joint dapat ditentukan dengan

persamaan sebagai berikut :

 Tegangan Geser Maksimum

t = = ; v = gaya geser (mm2)

A = luas penampang universal joint

 Tegangan Lentur Maksimum

σmax = ; M = momen punter (Torsi) (kg.mm)

29
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

c = diameter universal joint.(mm)


J = momen inersia polar.(mm4)

 Diameter Universal Joint


Dengan menggunakan Teori Tegangan Geser Maksimum, dapat dituliskan
sebagai berikut :
t = tegangan geser maksimum (kg/mm2)

tmax = ; σ = tegangan lentur maksimum (kg/mm2)

Dengan menggunakan cara trial and error, maka di peroleh harga dari diameter
dari universal joint.

2.6.5 Menghitung Sambungan Las


Mengelas adalah menyambung dua bagaian logam dengan cara memanaskan
sampai suhu lebur.dengan memakai behan pengisi. Dalam sambungan las ini, yang
akan dibahas hanya bagaimana cara menghitung kekuatan hasil pengelasan saja.
Sistim sambungan las ini termasuk jenis sambungan tetap dimana pada konstruksi
dan alat permesinan, sambungan las ini sangat banyak digunakan. Untuk menghitung
kekuatan sambungan las ini, disesuaikan dengan cara pengelasannya serta jenis
pembebanan yang bekerja pada penampang yang dilastersebut.

Dengan menggunakan Teori Tegangan Geser Maksimum, maka kekuatan


sambungan las dapat di ketahui dengan persamaan sebagai berikut :

30
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

tlas = ; Mp = T = memon punter (torsi)

r = jarak titik pusat poros ke kulit terluar poros ( )


J = memon inersia polar
J = 0,707.h.Ju
Ju = 2π
J = 0,707.h (2π )

tlas =

BAB III
PERHITUNGAN

3.1 Perhitungan Poros Gardan


3.1.1 Data Spesifikasi Mesin
Data yang digunakan :
Daya (N) = 104 Hp pada 6000 rpm
Momen putaran maksimum = 14,4 Kg.m pada 4000 rpm

31
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

3.1.2 Torsi (T)


Untuk menghitung Torsi maksimum, dengan asumsi Daya yang konstan
maka dipilih putaran yang paling rendah, yaitu pada putaran 104 Hp
Putaran mesin (input) pada 6000 rpm. Karena daya yang dipakai adalah
daya maksimum, maka faktor koreksi (fc) yang digunakan adalah 1,2.
Pd (Daya yang direncanakan) = fc.P
= 1,2 (104)
= 124,8Hp
3.1.2.1 Torsi yang terjadi
Diketahui:
Gear 1 = 1: 3,769
Gaer 2 = 1: 2,045
Gaer 3 = 1: 1,376
Gear 4 = 1: 1,000
Gear 5 = 1: 0,838
R = 1: 4,128

T=k.

T = 71620.

T = 51245,8 kg.mm
3.1.3 Perhitungan Diameter Poros
Diketahui : cb = faktor lenturan
Kt = faktor koresi (jika terjadi kejutan atau tumbukan)
a = perbandingan diameter di terhadap do poros
T = 39065,454 Kg.mm
a = 0,8
cb = 1
kt = 1,5

32
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Dalam perancangan poros propeller Toyota Avanza di asumsikan bahan


yang digunakan ST 37, yang memiliki kekuatan tarik sebesar

 B  37kg / mm 2

3.1.3.1 Tegangan Geser yang Dizinkan


b
ta 
Sf

Dimana faktor keamannya :


Sf 1  6

Maka tegangan geser yang diizinkan :


37kg / mm 2
ta   6,16 kg/mm2
6

3.1.3.2 Perhitungan Diameter Poros

tmax = ; ta = Tegangan ijin poros = 6,16 kg/mm 2

T = Torsi propeller = 51245,8 kg.mm


Ip = Momen Inersia (mm4 )
C = Jari – jari propeller (mm)

ta = = =

= =

33
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

asumsi, a= 0,8
di = a.do
di4 = (a.do)4

do min =(

=[

= 20,24 mm
di = a.do =0,8.(20,24)
di = 16,192 mm

dalam perancangan ini, diameter luar yang dipilih sebesar 63mm.


diameter tersebut diesesuaikan dengan data yang ada (63 mm > 20,24
mm). Sehingga diameter dalamnya adalah :

di = a.do
di = o,8.(63)
= 50,4 mm
Pemeriksaan Tegangan geser yang terjadi, adalah :

t= = =

= = 1,768 kg/mm2

34
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, maka Tegangan yang

terjadi (t = 1,768 kg/mm2) lebih kecil dari tegangan geser yang

sebenarnya sebesar (ta = 6,16 kg/mm2).

sehingga (t = 6,16 kg/mm2 > ta = 1,768 kg/mm2). AMAN.

3.2 Perhitungan Universal Joint

Y
F2y
F1x

F1x
F2y

3.2.1 DBB Universal Joint Dapat Disederhanakan

F1x L= 59 mm
F1x= 51245,8 kg . mm
a b

M x
a b
x x
59 mm F1x

3.2.2 DBB Potongan

 DBB potongan (a-a)

F1x
M
+ ∑ Fy = 0 ;
N -V+F1x=0

35
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

V V= F1x= 51245,8 kg.mm

 DBB potongan (b-b)

M + ∑M=0;
-M+F1x.(x)=0
N -M+F1x( =0

V M = 51245.8(
F1x = 1511751.1
kg.m

 Diagram Momen Lentur

M
F1x(
(+)
0 X
(-)
F1x(

3.2.3 Tegangan Geser Maksimum

t= =

= = 48,18 kg.mm

3.2.4 Tegangan Lentur Maksimum

σmax =

36
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

3.2.5 Diameter Universal Joint


Diketahui,

Bahan, SNCM 25, σu = 120 kg/mm2


Sf = 6

ta = = 20 kg/mm2

Dengan menggunakan Teori Tegangan Geser Maksimum, dapat dituliskan


sebagai berikut :

tmax =

20 kg/mm =

(20)2 =

d = 42,5 mm

37
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Dengan menggunakan cara trial and error, maka di peroleh harga dari
diameter seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Hasil perhitungan dengan menggunakan cara trial and error

d (mm) t (kg/mm ) 2
Sumber: hasil perhitungan,
2013 35 1290
3.3 Perhitungan 40 579 Sambungan Las
42 432,31
42,5 402,68 6,3
42,4 408,41
t
` r

Dipilih lebar las sama dengan tebal pipa,yaitu 6,3mm


.

tlas = ; Mp = T = 51245,8 kg.mm

r = 31,5 mm.

J = 0,707.h.Ju
= 0,707.h (2π )

tlas =

= = 1,846 kg/mm2

ta = 6,16 kg/mm2

Dalam sambungan las yang akan didesain, kekuatan kawat yang akan diambil
memiliki kekuatan sama dengan bahan induk (poros).

38
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

ta(las) < ta(poros), sebesar 1,846 kg/mm < 6,16 kg/mm


2 2
AMAN.

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Agar poros yang direncanakan mampu menahan terjadinya defleksi akibat


puntiran, maka tegangan geser maksimum yang seabenarnya poros harus lebih kecil
atau sama dengan tegangan geser yang diijinkan.

Dari hasil perhitungan penentuan dimensi utama poros propeller, memang


terdapat beberapa penyimpangan dibandingkan dengan keadaaan yang sebenarnya.
Penyimpangan yang terjadi ini kerena dalam perhitungan yang diameter poros yang
dihitung adalah diameter minimum poros yang dapat menahan beban maksimum
yang terjadi. Tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil perancangan poros
propeller masih aman untuk di gunakan pada Toyota Avanza.

Satu hal yang perlu ditekankan bahwa dalam suatu perancangan ada faktor
yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu proses perancangan yaitu
pengalaman dalam merancang. Dengan pengalaman yang cukup banyak, maka
seorang perancang dapat mengambil faktor-faktor berdasarkan beberapa asumsi yang
tepat sedemikian rupa sehingga rancangannya optimal. Namun demikian dalam
menilai suatu proses perancangan, secara umum kita tidak dapat membenarkan atau
menyalahkan suatu hasil perancangan karena tergantung oleh banyaknya variabel
serta dilakukannya beberapa pembulatan terhadap hasil perhitungan.

39
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Semua hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa poros yag direncanakan


telah memenuhi syarat untuk dibuat dan dioperasikan.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan


spesifikasi poros propeller belakang hasil penentuan yang digunakan pada Toyota
Avanza, adalah sebagai berikut :

1. Poros Propeller

 Bahan ST 37

 Daya pada mesin = 104 Hp

 Momen puntir rencana (T) = 51245.8 kg mm

 Diameter poros luar (do) = 20.24 mm

 Diameter poros dalam (di) = 16.192 mm

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan


spesifikasi universl joint hasil penentuan yang digunakan pada Toyota Avanza,
adalah sebagai berikut :

2. Universal joint

 Bahan (JIS G 4103) SNCM 25

40
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

 Diameter universal joint (ds) = 42.5 mm

 Panjang universal join (L) = 59 mm

 Tegangan lentur maksimum (σmax) = 401,38 kg.mm

 Tegangan geser maksimum (t) = 48,18 kg.mm

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan


bahwa kekutan sambungan las pada poros propeller hasil penentuan yang digunakan
pada Toyota Avanza, adalah sebagai berikut :

3. Kekuatan sambungan las



Tegangan geser yang di ijinkan pada bahan (ta) = 6,846 kg/mm2

Tegangan geser las yang sebenarnya (tlas) = 1,846 kg/mm2

Dalam sambungan las akan diambil kekuatan kawat sambungan las sama
dengan bahan induk (poros).

ta(las) < ta(poros), sebesar 1,846 kg/mm < 6,16 kg/mm


2 2
AMAN.

41
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso dan Suga, K. 1987. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen


Mesin. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.
2. Niemann, G alih bahasa Budiman, Anton dan Priambodo, Bambang. 1992.
Elemen Mesin, Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
3. Spotts, M.F. 1985. Design of Machine Elements, 6th Edition. Englewood Cliffs
: Prentice Hall International, Inc.
4. Dieter,George E alih bahasa Djaprie, Sriati. 1986. Metalurgi Mekanik. Jakarta:
Erlangga.
5. Sato, G. Takeshi dan Hartanto, N. Sugiarto. 1989. Menggambar Mesin
Menurut Standar ISO. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.
6. Popov, E.P. 1981. SI Version Mechanics Of Materials 2nd Edition. Englewood
Cliffs : Prentice Hall International, Inc.

42
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc


Daya yang akan ditransmisikan fc
Daya rata – rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5

Lampiran 2 : Baja paduan untuk poros

43
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Lampiran 3 : Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang


yang difinis dingin untuk poros

44
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Lampiran 4 : Penggolongan baja secara umum

Golongan Kadar C %
Baja lunak - 0,15
Baja liat 0,2 – 0,3
Baja agak keras 0,3 – 0,5
Baja keras 0,5 – 0,8
Baja sangat keras 0,8 – 1,2

Lampiran 5 : Standar baja

45
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

Toyota
Dipasarkan oleh dealer resmi Toyota di Indonesia yaitu Auto2000, Tunas Toyota,
Nasmoco dan Astrido Toyota.
Lampiran 6 : Spesifikasi kendaraan mesin.

Mesin K3-VE 3SZ-VE

semuanya mesin bensin


semuanya tersedia dalam transmisi manual ataupun otomatis

46
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS
PRAKTIKUM ELEMEN MESIN I

4 silinder segaris, 16-katup 4 silinder segaris, 16-katup


Tipe mesin
DOHC, VVT-i EFI DOHC, VVT-i EFI

Isi silinder (cc) 1.298 (1.300) 1.495 (1.500)

Diameter x langkah
72 x 79.7 72 x 91.8
(mm x mm)

Daya maksimum
92/6000 104/6000
(PS/rpm)

Torsi maksimum
12.2/4000 14.4/4000
(kgm/rpm)

Dipakai di Avanza 1.3 E dan 1.3 G Avanza 1.5 S

47
JURUSAN TEKNIK MESIN ITENAS

Anda mungkin juga menyukai