Anda di halaman 1dari 12

Abortus

Definisi
Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di bawah 20
minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang (Chalik, 1998). Sedangkan
Llewollyn & Jones (2002) mendefenisikan abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya
kurang dari 500 gram. WHO merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi telah
mencapai 22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.

Epidemiologi
Dari 210 juta kehamilan, 75 juta dianggap tidak direncanakan di mana sekitar 15%
kehamilan akan berakhir pada abortus. Sekitar 500.000 wanita meninggal akibat
komplikasi persalinan, 7 juta wanita mengalami gangguan kesehatan setelah
melahirkan. Pada negara berkembang, prevalensi abortus mencapai 160 per 100000
kelahiran hidup dan paling tinggi terdapat di Afrika yaitu 870 per 100000 kelahiran
hidup.

Etiologi
Abortus memiliki banyak faktor penyebab, tetapi beberapa studi menunjukkan 60%
disebabkan oleh kelainan kromosom.
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50% -
60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu:
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya hipotiroid, diabetes melitus.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti phospholipid
syndrom.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma, herpes, klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan
abortus.

Klasifikasi Abortus
Secara umum abortus dibagi menjadi:
1. Abortus Spontan:
a. Abortus yang mengancam (iminens)
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang tidak disertai
dengan dilatasi servix dan pengeluaran janin
b. Abortus insipiens
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang disertai dengan
dilatasi servix dan nyeri
c. Abortus inkomplit
Ditandai oleh pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteru
d. Abortus komplit
Ditandai oleh pengeluaran seluruh hasil konsepsi
e. Abortus tertunda
Ditandai oleh kematian janin tanpa disertai pengeluaran hasil konsepsi
f. Abortus Habitualis
Ditandai oleh abortus yang berlangsung selama 3 kali atau lebih secara berurutan
g. Abortus Septik
Abortus yang disertai dengan infeksi pada uterus
2. Abortus yang diinduksi:
Abortus yang dicetuskan karena pertimbangan medis atau secara elektif

Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya
kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua
dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari
hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8 – 14

2
minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban
lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis
servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 –
22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus
dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).

Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada abortus pada umumnya sama, antara lain:
a. Perdarahan atau bercak darah dari jalan lahir pada trimester pertama
b. Jumlah darah umumnya sedikit
c. Warna darah bervariasi dari kecoklatan hingga merah segar
d. Perdarahan bisa berlangsung hingga beberapa hari
e. Biasa didahului oleh mulas-mulas atau sakit pinggang

Diagnosa
1. Abortus iminens:
a. Anamnesis:
• Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
• Biasa berupa bercak-bercak
• Bisa atau tidak disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
• Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
b. Pemeriksaan Fisik:
• Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup,
tidak
ditemukan jaringan

3
2. Abortus insipiens:
a. Anamnesis:
 Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
 Biasa berupa darah segar yang mengalir
 Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
 Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
b. Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka, tidak
ditemukan jaringan

3. Abortus inkomplit:
a. Anamnesis:
 Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
 Biasa berupa darah segar yang mengalir
 Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
 Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
b. Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka,
bisa
ditemukan jaringan di jalan lahir

4. Abortus komplit:
a. Anamnesis:
• Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
• Darah biasa berupa bercak-bercak
• Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
• Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
b. Pemeriksaan Fisik:
• Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup,
tidak ditemukan jaringan

5. Abortus tertunda:
a. Anamnesis:

4
 Uterus yang berkembang lebih rendah dibandingkan usia kehamilannya
 Bisa tidak ditemukan perdarahan atau hanya bercak-bercak
 Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
b. Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio
tertutup, tidak ditemukan jaringan

6. Abortus septik:
a. Anamnesis:
 Ditemukan satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas
 Riwayat sedang menggunakan IUD
 Riwayat percobaan abortus sendiri
b. Pemeriksaan Fisik:
 Demam > 38 °C
 Inspekulo: ditemukan salah satu tanda abortus seperti di atas

Penatalaksanaan
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok maka
diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian, jaringan
dikeluarkan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri
obat-obat uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus dimana
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim
kosong, terapi yang diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi
dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau
tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan. Histerotomia anterior juga dapat
dilakukan dan pada penderita, diberikan tonika dan antibiotika. Pengobatan pada
kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan
sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks
inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu operasi Shirodkar atau McDonald

Pendekatan terapi bedah yang umum dilakukan yaitu:


1. Aspirasi Vakum

5
Aspirasi vakum adalah prosedur yang aman dan efektif dan menjadi terapi pilihan
sebelum teknik dilatasi dan kuretase. Teknik ini bisa digunakan hingga masa gestasi
12 minggu dan 99,5% efektif. Komplikasi teknik ini lebih rendah dibandingkan teknik
dilatasi dan kuretase, dilatasi servik yang dibutuhkan lebih kecil, harga yang lebih
murah, tidak diperlukan anastesi umum.
2. Dilatasi dan Kuretase
Teknik ini lebih berbahaya dan lebih sakit dibandingkan teknik aspirasi vakum
sehingga pemilihan teknik ini umumnya dibatasi bila aspirasi dan terapi medikasi
tidak bisa diberikan. Teknik ini bisa digunakan hingga masa gestasi 12 mingguan
99% efektif.

Komplikasi
a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat
pula timbul lama setelah tindakan.
b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah
seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan
adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan
dengan teliti.
c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara
masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium
dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan
kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat mematikan
dengan segera.
d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat
alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas
atau terlalu dingin.
e. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera
yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.

6
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik.

Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi abortus spontan
sebelumnya (Manuaba, 1998).
1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
2. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin
pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih abortus spontan
yang tidak jelas.

Abortus Provokatus
Abortus provokatus yang dikenal di Indonesia dengan istilah aborsi berasal dari
bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Abortus
provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam jenis abortus.
Menurut Nainggolan (2006) dalam Kusmariyanto (2002), pengertian aborsi atau
abortus provokatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim
sebelum waktunya. Dengan kata lain “pengeluaran” itu dimaksudkan bahwa
keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia, baik melalui cara
mekanik atau obat. Abortus elektif atau sukarela adalah pengakhiran kehamilan
sebelum janin mampu hidup atas dasar permintaan wanita, dan tidak karena kesehatan
ibu yang terganggu atau penyakit pada janin (Pritchard et al., 1991).
Abortus terapeutik adalah pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu
hidup dengan maksud melindungi kesehatan ibu. Antara indikasi untuk melakukan
abortus therapeutik adalah apabila kelangsungan kehamilan dapat membahayakan
nyawa wanita tersebut seperti pada penyakit vaskular hipertensif tahap lanjut dan
invasive karsinoma pada serviks. Selain itu, abortus terapeutik juga boleh dilakukan

7
pada kehamilan akibat perkosaan atau akibat hubungan saudara (incest) dan sebagai
pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas fisik yang berat atau retardasi
mental (Cunningham et al., 2005).
Kontraindikasi untuk melakukan abortus terapeutik adalah seperti kehamilan ektopik,
insufiensi adrenal, anemia, gangguan pembekuan darah dan penyakit kardiovaskular
(Trupin, 2002)

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Mc Donald PC, Grant NF. William’s Obstetrics 21th Ed.
Connecticut, Appleton and Lange, Prentice Hall International Inc, 2001.
2. Danforth’s Obstetrics and Gynecology. 9th Ed. Lippincott Williams&Wilkins
Publishers. 2003.
3. Pernoll ML. Late pregnancy Complication. In DeCherney AH, Pernoll ML, eds.
Current Obstetrics & Gynecologic Diagnosis & Treatment. 8th ed. London:
Prentice-Hall International Inc. 1994.
4. Krisnadi SR, Mose JC, Effendi JS. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RSUP DR. Hasan Sadikin. Edisi pertama. Bandung. 2005.

9
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Ny. S
- Umur : 34 tahun
- Alamat : Jl. Sultan Mahmud
- Agama : Islam
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Tanggal, waktu MRS : 5 Juni 2014, 19.30 WIB
- Tanggal Pemeriksaan : 5 Juni 2014

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
Anamnesis Khusus :Pasien dengan G6P5A0 datang dengan keluhan
perdarahan pervaginam sejak 5 hari yang lalu, awalnya dikatakan perdarahan
berupa flek-flek yang warnanya merah kecoklatan namun sejak pagi 1 hari yang
lalu terdapat gumpalan-gumpalan darah berwarna hitam, disertai nyeri pada perut
bagian bawah, pasien pernah jatuh di depan rumahnya sehari sebelum perdarahan.
Pasien juga mengatakan sedang hamil 5 minggu.

Keterangan tambahan :
Riwayat pernikahan : menikah 1 kali, I. ♀, 21 thn, SMA, IRT
♂, 22 thn, SMA, wiraswasta
Riwayat obstetri : I : 2003/aterm/bidan/normal/♂/2,6kg
II : 2004//aterm/bidan/normal/♂/2,8kg
III : 2006//aterm/bidan/normal/♂/2,7kg
IV : 2008/aterm/bidan/normal/♀/2,4kg
V : 2011/aterm/bidan/normal/♂/2,5kg
VI : Kehamilan saat ini

kontrasepsi : (-)
Riwayat menstruasi : Umur Menarche : 13 tahun, siklus 28 hari, lama : 7
hari HPHT : 9 April 2014
Tanggal Perkiraan lahir : 16 Januari 2015

10
Prenatal care : Di Bidan 1x, tes kehamilan.

III. STATUS GENERALIS


Keadaan Umum : Komposmentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Jantung : BJ I, II murni reguler, murmur (-)
Paru-paru : VBS sonor kiri=kanan
Edema : -/-
Varices : -/-
Refleks : fisiologis +/+
Hati : sulit dinilai
Limpa : sulit dinilai

IV. LABORATORIUM
Hb : 9,7 gr/dl
Leukosit : 6.900/mm3
Trombosit : 321.000 /mm3

V. STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar :
Tinggi Fundus Uteri : tidak teraba
Lingkar Perut : 72 cm
Letak anak :-
BJA :-
His :-
Pemeriksaan Dalam:
Vulva/vagina : massa (-), laserasi (-), fluksus (+), tampak gumpalan darah di
introitus vagina, dibersihkan kesan tidak mengalir.
Portio : licin, erosi (-), lividae (+), fluksus (+) dari kanalis servikalis, OUE
terbuka

11
VI. RIWAYAT OBSTETRI
I : 2003/aterm/bidan/normal/♂/2,6kg
II : 2004//aterm/bidan/normal/♂/2,8kg
III : 2006//aterm/bidan/normal/♂/2,7kg
IV : 2008/aterm/bidan/normal/♀/2,4kg
V : 2011/aterm/bidan/normal/♂/2,5kg
VI : Kehamilan saat ini

VII. DIAGNOSIS
Pasien G6P5A0 gravida 5-6 minggu dengan abortus inkomplit

VIII. RENCANA PENGELOLAAN


Kuretase

IX. PROGNOSA
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam: ad bonam

12

Anda mungkin juga menyukai