Anda di halaman 1dari 14

COST MINIMIZATION ANALYSIS

DEFINISI

Teknik yang berkonsentrasi menilai biaya langsung kesehatan yang terkait dengan intervensi

Teknik yang melakukan pilihan diantara beberapa altenative untuk mendapatkan outcome yang setara

Parameter yang digunakan

2 obat yang di gunakan

1 indikasi dalam penyakit yang sama

Data konsumsi obat yang di gunakan

Klasifikasi biaya

Kerangka penetapan Rawat inap atau Rawat singkat

Alat kesehatan yang digunkan

Visit Dokter

Pemantauan Apoteker

Biaya administrasi ( biaya perawat )

Penggunaan obat lain

biaya

Biaya obat terapi

Efektifitas

Efek samping

Biaya penyerta lainnya

Aplikasi analisis cost minimization

Puskesmas

Klinik obat setempat

Rumah Sakit Umum


Rumah Sakit Khusus

Contoh kasus

Penggunaan obat kemotherapi pada pasien kanker payudara di Rumah Sakit Dharmais Jakarta

Obat yang di gunakan

Capecitabine oral 500 mg

Paclitaxel IV 80 mg

Kerangka analisis nya

Paclitaxel 175 mg/m2

Biaya obat : Rp. 6.300.000

Rawat singkat : 1.000.000

Obat pramedikasi : 1.000.000

Pealatan kesehatan : 200.000

capecitabine

Biaya obat : Rp. 3.828.000

Obat ES : 50.000

Perbandingan

Total cost kemoterapi dengan paclitaxel : Rp. 8.500.000

Total cost kemoterai dengan capecitbine : Rp.3.878.000

kesimpulan

Pada studi kasus di atas dapat dilihat dua penggunaan obat yang biaya nya lebih minimal

Regimen capecitabine lebih minimal di banding regimen paclitaxel


COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

Teknik analisis memang berakar dari analisis biaya-manfaat, yang kemudian mengalami perkembangan
hingga dewasa ini. Dari perkembangan sejarah tercatat bahwa pertama kali teknis analisis biaya-biaya ini
digunakan oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat pada sekitar dasawarsa enampuluhan. Teknik ini
dengan cepat kemudian memasuki berbagai sector, termasuk diantaranya sector ekonomi.Teknik
analisa biaya manfaat (ABM atau CBA) dengan mudah menjadi terkenal karena hasilnya memungkinkan
pengambilan keputusan mempunyai gambaran yang lengkap dari sisi pengorbanan dan hasilnya
sekaligus. Sehingga teknik ini sering disebut sebagai teknik untuk landasan kebijaksanaan yang akan
mengeffisienkan alokasi dana secara lintas sektral.

Namun, teknik ini pada perkembangan waktu berikutnya menjadi kurang disukai oleh para manager
local. Sehingga pada dasawarsa tujuhpuluhan terbentuk modifikasi teknik analisa biaya manfaat yang
kemudian dikenal sebagai teknik analisis effektifitas-biaya (AEB atau CEA). Perbedaan mendasar
keduanya ter;letak pada perhitungan sisi manfaat programnya. Biaya pada teknik ABM mengharuskan
membrikan nilaiuang dari semua manfaat program, maka pada teknik AEB hal itu tidak perlu. Yang
terpenting pada teknik AEB mengharuskan semua manfaat identik untuk semua program yang
diperbandingkan. Cost Effectiveness adalah analisis yang digunakan untuk memilih metode yang paling
effisien dalam pencapaian tujuan akhir program.

Dalam analisis biaya, biasanya dibandingkan sebagai alternative biaya dengan jasa-jasa yang diberikan,
misalnya jumlah mahasiswa yang dilayani, jumlah pasien yang masuk rumah sakit, jumlah pasien yang
disembuhkan atau jumlah dan berbagai macam jasa kesehatan yang diberikan. Dalam cost effectiveness
semua jasa-jasa ini dinyatakan dalam variabel-variabel status kesehatan seperti statistic mortalitas
dan morbiditas untuk kelompok tertentu. Dalam menganalisis suatu program pendidikan kesehatan,
sering digunakan ukuran dari perubahan pengetahuan atau sikap sebagai hasil dari intervensi.

Analisis Cost Effectiveness

Mengingat tidak semua manfaat (benefit) dapat diukur/dinilai dengan uang, maka beberapa macam
program/proyek disektor social seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya, sukar dianalisis
berdasarkan cost benefit analiss. Cost effectiveness merupakan alat Bantu kita dalam menganalisis
proyek-proyek tersebut sebelum diputuskan alternatip mana yang akan dipilih.

Analisis cost –effectiveness merupakan cara memilih untuk menilai program yang terbaik bila
beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih (Thompson, 1980).
Dalam menganalisa biaya suatu penyakit, analisa cost effectiveness mendasarkan pada perbandingan
dari biaya suatu program pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bentuk
perkiraan dari kematian dan kasus yang bias dicegah (Quade,1979).

Pada CEA, criteria penilaian program mana yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost
dari masing-masing alternative program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost
terendah yang akan dipilih oleh para analisis/pengambilan keputusan. Secara sistematis, unit cost dari
masing-masing program dapat dihitung dengan rumus berikut:
∑ Ct

(1+r)t

Unit cost = ________

Jumlah unit

Dimana : Ct = biaya pada tahun t

r = Discount rate

t = Tahun (1…… n).

Dalam menganalisa biaya suatu penyakit, analisis cost effectiveness mendasarkan pada perbandingan
antara biaya suatu program pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bentuk
perkiraan dari kematian dan kasus yang bsa dicegah (Quade, 1979). Misalnya, Program A dengan biaya
US $ 25.000 dapat menyelamatkan 100 orang penderita. Sehingga unit costnya atau CE rationya US $
250/life. Sedangkan dengan biaya yang sama, program B hanya dapat menyelamatkan 15 orang
penderita, berarti unit cost/CE rationya mencapai $ 1.677/life. Dalam hal ini jelas program A yang akan
dipilih karma lebih effektif dari pada program B.

Perbedaan CEA

CEA berbeda dari analisis manfaat biaya (CBA) dan analisis manfaat biaya (CUA) yaitu:

1. CEA mengungkapkan hasil unit alam (misalnya, "kasus-kasus pencegahan" atau "jumlah nyawa
diselamatkan"), sedangkan

2. CBA memberikan nilai dolar disebabkan hasil program, dan

3. CUA adalah bentuk khusus CEA yang meliputi kualitas-hidup komponen yang terkait dengan
morbiditas menggunakan indeks kesehatan umum seperti kualitas hidup yang disesuaikan tahun
(QALYs) dan cacat-kehidupan disesuaikan tahun (DALYs)

Keuntungan CEA

1. Hemat waktu dan sumber daya intensif

2. lebih mudah untuk memahami

3. lebih cocok untuk pengambilan keputusan.

Karena CEA menggunakan ukuran hasil tertentu yang harus umum di antara program-program yang
dipertimbangkan, nilainya terbatas ketika program memiliki hasil yang berbeda.

Kelemahan CEA
Dalam CEA terdapat beberapa keterbatasan atau kelemahan yang dapat dibedakan kedalam
keterbatasan; konsep, pengukuran, perhitungan, data dan interprestasi. Keterbatasan konsep ini
menyangkut :

1. alternative alternative tidak dapat dibandingkan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa sulitnya ditemui CEA yang ideal, dimana tiap-tiap alternative identik pada semua criteria,
sehingga analisis dalam mendesain suatu CEA, harus sedapat mungkin membandingkan alternative
alternative tersebut.

2. pada umumnya CEA berdasarkan dari analisis suatu biaya dan suatu pengaruh misalnya rupiah/anak
yang diimunisasi. Padahal banyak program-program yang mempunyai efek berganda. Apabila CEA hanya
berdasarkan pada satu ukuran ke efektifan (satu biaya dan satu pengaruh) mungkin menghasilkan satu
kesimpulan yang tidak lengkap dan menyesatkan.

3. biaya dan pengaruh mana yang harus diukur? Pertanyaan ini timbul mengingat belum adanya
kesempatan diantara para analisis atau ahli. Disatu pihak menghendaki semua biaya dan pengaruh
diukur, sedangkan yang lainnya sepakat hanya mengukur biaya dan pengaruh-pengaruh tertentu saja.

Keterbatasan pengukuran dalam CEA, tidak berbeda jauh dengan CBA, yaitu adanya beberapa biaya dan
pengaruh yang tidak dapat dukur dengan tepat, sehingga banyak CEA menggunakan asumsi-asumsi ini
untuk mendapatkan ukuran-ukuran pengganti.

Karena CEA berdasarkan pada pemeriksaan atas alternative-alternatif diskret, maka sulit menentukan
atau menghitung suatu alternative yang optimal yang berada pada alternative alternative diskret
tersebut. Ini merupakan keterbatasan dalam hal perhitungan.

Keterbatasan lain dalam melakukan CEA adalah keterbatasan akan data yang lengkap, mudah diperoleh
dan benar, serta keterbatasan akan interpretasi. CEA bukan merupakan satu-satunya pilihan dalam
menentukan suatu alternative program, tapi diperlukan juga pertimbangan-pertimbangan lain sebelum
program-program tersebut diputuskan untuk dipilih.

Pada decade delapanpuluhan, dan kususnya untuk sector kesehatan, teknik CBA dan CEA dirasa kurang
sesuai. Sekali lagi masalah nya terletak pada cara perhitungan sisi manfaatnya. Baik menilai manfaat
dengan uang maupun membuat semua manfaat tadi identik oleh beberapa ahli masih belum bias
menunjukkan beberapa manfaatdri program kesehatan dengan baik. Seharusnya hasil program
kesehatan ditunjukkandari manfaatnya terhadapa peningkatan kemanfaatan hidup pasien. Sehingga
kemudian diajukan teknik analisis baru yang sampai saat ini dianggap paling sesuai untuk program
kesehatan. Teknik tersebut sekarang dikenal dengan nama teknik kegunaan biaya (AKB atau CUA).

Studi kasus

Riduan Joesoef dan kawan-kawan (1983) melakukan penelitian terhadap tiga alternatif pengobatan,
yaitu, (a)pengobatan kombinasi dengan menggunakan 65% regimen standar dan 35% regimen jangka
pendek (b) pengobatan jangka pendek dengan menggunakan 100%regimen jangka pendek , dan (c)
pengobatan standard dengan menggunakan 100% regimen standar. Dalam perhitungan dari biaya,
hanya biaya yang berhubungann dengan pengeluaran pemerintah untuk pembelian obat-obatan yang
dihitung. Banyak pengeluaran pemerintah yang lain yang mungkin saja mempengaruhi biaya seperti
biaya “overhead”, biaya tenaga kerja, biaya modal dan biaya “caseholding” tidak diperhitungkan. Oleh
karenanya penelitian ini belum lagi menyeluruh. Meskipun demikian, analisis yang dilakukan
menunjukkan cara pengobatan yang paling baikadalah pengobatan jangkapendek, karena ternyata cara
ini memberikan manfaat yang tertinggi baik dihitung dari segi biaya maupun dari segi “effectiveness”.

Suatu analisis cost-effectiveness dicoba diterapkan di program imunisasi gabungan yang terdiri dari
cacar, dipheteria, tetanus, pertusis dan tuberculosa terhadapa bayi berumur 3-14 bulan dan pencegahan
tetanus neonatorium bagi ibu-ibu hamil. Lakoasi dari penelitian yang dipilih adalah puskesmas yang
dilaksanakan di puskesmas kecamatan kauman dan ngunut di ulung agung, jawa timur. Penelitian
dilakukan oleh Budiyono satrodjojo dkk dari P4K, Surabaya. Alternatif yang ingin dibandingkan terdiri
dari dengan dan tanpa partisipasi organisasi wanita dikedua desa tersebut. Biaya yang dikeluarkan
terdiri dari biaya operasi tahunan secara nyata pada setiap kecamatan, sedangkan untuk efekifitasnya
dilihat dari segi cakupan program imunisasi tersebut.

Dari data yang diperoleh didapat hasil bahwa kecamatan kauman memiliki effektifitas lebih besar
dibandingkan kecamatan ngunut yaitu, dibidang imunisasi bayi sebesar +71,04% dari target populasi,
sedangkan di bidang imunisasi lengkap ibu hamil + 18,81% dari taget populasi. Akan tetapi dari
pembiayaan alternatif Kauman lebih tinggi dari alternatif ngunut sebesar ( - ) Rp. 19.075,81.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Novita M, Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antidiabetik Tunggal Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Rawat Jalan Di RSU Pandan Arang Boyolali, 2008, Fakultas Farmasi Muhammadiyah, Surakarta.

Sichel Werner dan Peter Eckstein, basic economic consepts macroeconomics and microeconomics, 1974,
Rand mc nally college, Publishing Compani U.S.A.

Tjiptoherijanto Prijono, Budhi soesetyo, Ekonomi Kesehatan, 1992, PAU-EK-UI, Universitas Indonesia,
Jakarta.

COST BENEFIT ANALYSIS

A. Pendahuluan

Kesehatan adalah salah satu hal yang paling berharga dalam kehidupan. Ketika sakit, tak jarang
seseorang harus mengeluarkan sejumlah uang dalam jumlah yang cukup besar. Pemerintah sendiri baru-
baru ini mengeluarkan kebijakan Jamkesmas sebagai bentuk upaya pembiayaan kesehatan. Kita
berharap agar kebijakan ini dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang adil, berkualitas dan dapat
diakses oleh masyarakat luas.

Berbicara mengenai efisiensi biaya pengobatan rasanya akan turut pula membicarakan tentang obat
karena obat merupakan komponen penting dalam upaya pelayanan kesehatan bahkan penggunaan obat
dapat mencapai 40 % dari seluruh komponen biaya pelayanan kesehatan.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga obat sehingga sering kali pasien kesulitan untuk
melakukan efisiensi dalam investasi kesehatannya. Pasien sulit memprediksi biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan pengobatan yang pada akhirnya dapat membuat pasien enggan untuk
mengakses layanan kesehatan karena kekhawatiran harus menanggung biaya yang besar.

Untuk itu dalam farmakoekonomi dikenal istilah cost benefit analysis. Analisis ini digunakan untuk
menilai apakah keuntungan pengobatan lebih besar dari biaya.

B. Pengertian Cost Benefit Analisis

Cost benefit analisis adalah analisis yang membandingkan antara biaya (cost) dari suatu penyakit dengan
output atau keuntungan (benefit) dari pengobatan. Cost mencerminkan biaya dari penyakit dan
pengobatannya. Sedangkan keuntungan mencerminkan hasil dari sebuah pengobatan/terapi. Benefit
yang dimaksudkan disini dapat bersifat netral, positif atau negatif yang bergantung dari hasil yang
dicapai. Sebuah terapi yang manjur akan menghasilkan benefit yang positif. Sedangkan terapi yang tidak
manjur berarti tidak menghasilkan keuntungan (netral) atau bahkan dapat merugikan (benefit yang
negatif).

Dalam cost benefit analisis, input (biaya) dan output (hasil pengobatan) dikuantifikasi berdasarkan nilai
uang. Dengan demikian, akan mudah membandingkan antara intervensi terapetik yang satu dengan
yang lain. Sehingga, dapat ditentukan dengan mudah apakah hasil dari sebuah pengobatan (output)
sebanding dengan investasi yang di lakukan. Dari analisis ini, dapat diketahui berapa jumlah uang yang
pantas/akan dikeluarkan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu keuntungan dalam hal kesehatan.

Perhitungan antara cost dan benefit (dalam nilai uang) dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

1. Membagi perkiraan benefit dengan perkiraan cost, yang akan memberikan rasio benefit-to-cost. Jika
rasio ini lebih besar dari 1, berarti pilihan tersebut menguntungkan.

2. Mengurangi nilai benefit dengan nilai cost. Bila hasilnya positif, maka pilihan tersebut memberikan
keuntungan.

Tabel 1. Dasar pengukuran Cost Benefit Analisis

Metode Dasar Pengukuran output Perhitungan antara cost dan benefit

Cost Benefit Cost dan benefit diukur dalam satuan yang sama, yaitu uang.

Contoh: biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kematian, biaya untuk mengurangi tekanan darah, rasa
sakit dll. Keuntungan bersih = Keuntungan – biaya

Rasio = benefit/cost

Keunggulan & Kelemahan dari CBA

Memberikan keunggulan dibandingkan analisis lainnya, karena keduanya dinilai dengan uang, mudah
dibandingkan. Namun demikian, terdapat kelemahan dari CBA, yaitu sulitnya menterjemahkan suatu
output dalam unit uang. Misalkan bagaimana mengukur rasa sakit, hidup manusia, dalam suatu nilai
uang? Terdapat dua pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Pendekatan human capital

Suatu nilai dari output/keuntungan dianggap sama dengan produktivitas ekonomi yang dapat dihasilkan
dari keuntungan tersebut. Sebagai contoh, biaya dari sebuah penyakit, adalah biaya yang diakibatkan
karena hilangnya produktivitas berkenaan dengan terjangkitnya penyakit ini. Pendapatan seseorang
sebelum dikenakan pajak atau nilai dari kegiatan (pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak) dapat
digunakan untuk mengukur nilai suatu cost dan benefit orang tersebut.

Contoh kasus:

Studi analisis cost dan benefit dari pemberian vaksin meninggococus kepada mahasiswa. Dalam studi ini
nilai dari produktivitas mahasiswa diperkirakan mencapai 1 juta dolar. Padahal, nilai moneter ini belum
tentu mewakili nilai riil seorang mahasiswa dalam masyarakat.

2. Pendekatan willingness-to-pay /kemauan untuk membayar sejumlah uang

Metode pendekatan willingness-to-pay, memperkirakan nilai dari benefit/output kesehatan dengan cara
memeperkirakan berapa orang akan membayar untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal hal yang
tidak diinginkan.

Sebagai contoh kasus:

Jika seseorang mau membayar $100 untuk mengurangi risiko kematian dari 1:1000 menjadi 1:2000,
secara teoritis, sebuah hidup manusia bernilai: $ 200.000 didapat dari [$100 / (0.001-0.0005)].
Permasalahan dengan metode ini adalah, apa yang dikatakan seseorang tentang kemauan membayar,
belum tentu berkaitan dengan apa yang akan dilakukan mereka. Selain itu, persepsi setiap orang
tentang penurunan risiko kematian berbeda-beda, tergantung kondisinya.

C. Aplikasi Analisis Cost Benefit

Cost benefit analisis dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan:

1. Menyediakan data tentang net monetary outcome (hasil net output dalam bentuk uang) untuk
sebuah intervensi medis. Bukan hanya sekedar berfungsi sebagai pembanding antara intervensi yang
satu dengan yang lain saja.Net outcome = benefit – cost. Atau dalam bentuk ratio benefit/cost

2. Menyediakan data tentang net monetary outcome untuk beberapa intervensi medis. Contoh:

Untuk mengontrol diabetes & hipertensi, lebih baik menggunakan diet dan olahraga terlebih dahulu,
daripada langsung menggunakan terapi obat. Hal ini dapat dihitung dan dibandingkan. Jadi CBA bisa
digunakan untuk membandingkan (dalam satuan uang) alternatif pengobatan yang satu dengan yang
lain.

3. Perbandingan langsung secara kuantitatif intervesi medis untuk penyakit yang berbeda
Hal ini berguna untuk suatu rumah sakit, agen asuransi, pemerintah, karena budget keuangannya sering
kali terbatas. Jadi, sebuah intervensi medis diharapkan dapat memberikan dampak kesehatan
yang besar.

Misalnya: Perlukah sebuah rumah sakit melakukan program edukasi untuk medidik masyarakat tentang
bahaya keracunan pestisida? Ataukan lebih baik dana tersebut digunakan untuk membeli alat diagnostik
yang baru?

Dalam mengambil keputusan, CBA berperan sebagai alat untuk membantu pengambilan keputusan,
dengan mempertimbangkan faktor terkait lainnya.

D. Contoh Perhitungan analisis cost-benefit

1) Sebuah RS ingin membandingkan obat yang akan diberikan pada pasien dalam mengatasi hipertensi,
analisis cost benefit menunjukkan hasil sebagai berikut:

Total Cost Total Benefit Benefit: Cost Net benefit

Obat A 90.000 120.000 120.000/90.000 = 1.33 120.000-90.000 = 30.000

Obat B 100.000 135.000 135.000/100.000 = 1.35 135.000-100.000 = 35.000

Dari perhitungan diatas, keduanya memberikan rasio benefit:cost > 1 dan net benefit yang positif.
Namun Obat B memberikan keuntungan lebih dibandingkan Obat A.

2) Analisis pemberian vaksinasi influenza secara cuma-cuma pada seluruh orang dewasa.

Pemerintah ingin mengetahui: perlukah flu vaksin diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang?
Analisis Cost benefit membandingkan total biaya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
program vaksin flu dengan keuntungan yang didapat, misal: menurunnya kasus influenza. Namun
demikian ada kekurangan dari CBA, yaitu dalam contoh vaksin flu, keuntungan dari pemberian vaksin flu
sulit untuk diterjemahkan dalam bentuk uang.

Keuntungan tersebut berupa:

- Efek vaksin terhadap berkurangnya hari kerja karena gejala flu

- Efek vaksin terhadap berkurangnya efektifitas/ kinerja seseorang karena gejala flu

- Efek vaksin terhadap jumlah kunjungan ke praktisi kesehatan

Dari hasil penelitian, didapatkan hasil:

”Biaya untuk vaksin flu& administrasinya: $43.07. Benefit/keuntungan yg didapat: meningkatkan hari
aktif kerja sebanyak 18%, meningkatkan efektifitas kerja sebanyak 18% mengurangi hari kunjungan ke
praktisi kesehatan sebanyak 13%.”

Dapat disimpulkan, melalui cost benefit analisis, vaksin flu memberikan keuntungan.
Kelemahan dari analisis ini: Menurunnya prokduktifitas kerja, atau meliburkan diri karena harus
beristirahat berbeda antara satu dengan yg lain. Dampak flu terhadap orang dewasa, orang tua, anak-
anak akan sangat berbeda. Dengan demikian, CBA penggunaannya luas dengan syarat benefit dapat
dihitung dengan uang.

E. Kesimpulan

Analisis cost benefit merupakan bagian dari berbagai analisis dalam farmakoekonomi yang
membandingkan antara cost/biaya dan keuntungan. Cost benefit memiliki keunggulan dimana cost dan
benefit dihitung dalam satuan moneter sehingga dapat mudah dibandingkan, namun kelemahan dari
analisis ini adalah tidak semua keuntungan dapat diterjemahkan dalam nilai uang. Analisis cost benefit
dapat diterapkan secara luas, semakin tinggi rasio benefit to cost dan net benefit, semakin
menguntungkan intervensi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bonk, Robert. Pharmacoeconomics in perspective: a primer on research, techniques and information.


1999. NY: Haworth Press Inc.

Walley T, Haycox A, Boland A. 2004. Pharmacoeconomics. Spanyol: Churchill Livingstone.

Malone PM, Mosdel KW. 2001. Drug information: a guide for pharmacists. Edisi kedua. USA: McGraw
Hill

Nichol KL, Mallon KP, Mendelman PM. Cost benefit of influenza vaccination in healthy, working adults:
an economic analysis based on the results of a clinical trial of trivalent live attenuated influenza virus
vaccine.Vaccine, 2003 May 16;21(17-18):2207-17.

ANALISA BIAYA UTILITAS

A. PENDAHULUAN

Di dalam mencari informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan
atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan
ekonomis. Juga untuk meningkatkan kualitas hidup dalam peningkatan kesehatan bagi individu atau
masyarakat. Maka untuk mendapatkan informasi tentang itu metode analisa utilitas ( Cost-Utility
Analysis/CUA) sangat berperan dalam menganalisa, mengukur dan membandingkan antara biaya dan
hasil/konsekwensi dari hasil pengobatan. Karena analisa biaya utilitas ( Cost-Utility Analysis/CUA ).

Merupakan salah satu metode analisa dari farmakoekonomi yang mempunyai korelasi dengan metode
lainnya dalam menentukan kebijakan yang dapat menentukan keputusan biaya, baik dalam sekala kecil
seperti terafi pasien maupun sekala besar seperti penentuan daftar obat yang akan disubsidi
pemerintah.

B. TUJUAN
Tujuan dari tugas ini adalah untuk memahami salah satu metode dalam farmakoekonomi yang dipakai
dalam mengukur manfaat utility-beban lama hidup, menghitung biaya perutility, sehingga dapat
mengambil keputusan / kebijakan untuk menentukan mana yang lebih efektif dan efisien.

C. ANALISA BIAYA UTILITY (COST-UTILITY ANALYSIS)

Analisis Cost-Utility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility-beban lama hidup,
menghitung biaya perutility, mengukur rasio untuk membandingkan diantara beberapa program.
Analisis Cost-Utility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk pilihan setiap idividu atau
masyarakat. Seperti analisis cost-efektivieness, cost- utility analisis membandingkan biaya terhadap
program kesehatan yang diterima dihubungkan dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan
perawatan kesehatan. Dalam cost-utility analisis, peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk
penyesuaian kualitas hidup (quality adjusted life years/QALYs) dan hasilnya ditunjukan dengan biaya
perpenyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi kedalam nilai QALYs,
sebagai contoh jika pasien benar-benar sehat, nilai QALYs dinyatakan dengan angka 1 (satu).

Metode ini dianggap sebagai subkelompok Cost-effektiviness karena Cost-utility analisis juga
menggunakan rasio Cost-effektiveness, tetapi menyesuaikannya dengan skor kualitas hidup. Biasanya
diperlukan wawancara dan meminta pasien untuk memberi skor tentang kualitas hidup mereka. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sudah dibakukan, sebagai contoh digunakan skala
penilaian ( 0=kematian, 10=kesehatan sempurna ). Quality-adjusted life years(QALYs) merupakan
pengukuran yang paling banyak digunakan.

D. TUJUAN

Adalah untuk memperkirakan perbandingan antara suatu biaya intervensi yang berhubungan dengan
kesehatan dan menghasilkan keuntungan dalam hal kualitas hidup dalam setahun oleh para penerima
manfaat kesehatan.

E. MANFAAT

Dalam skala kecil dapat menentukan terafi terhadap pasien dalam suatu pengobatan yang dipilih
sehingga dengan biaya yang minimal berdampak manfaat yang maksimal. Dalam sekala besar
pemerintah dapat menentukan kebijakan dalam hal pemberian subsidi terhadap obat atau program
kesehatan.

F. PRINSIF

Analisa biaya dilakukan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan dalam kurun waktu satu tahun
anggaran. Pelayanan kesehatan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan tercapainya hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat terwujud kesehatan masyarakat yang optimal.
G. CONTOH KASUS

Perbandingan biaya utilitas escitalopram dan sertaline pada pasien depresi

University of Arizona College of Pharmacy, Tucson, AZ 85721, USA. University of Arizona College of
Pharmacy, Tucson, AZ 85721, USA. Armstrong@pharmacy.arizona.edu
Armstrong@pharmacy.arizona.edu

Abstrak:

TUJUAN:

Untuk membangun sebuah model utilitas biaya membandingkan dengan sertraline escitalopram dalam
pengobatan gangguan depresif besar.

METODE: Sebuah model analitik keputusan dibuat untuk membandingkan biaya-manfaat dari kedua
antidepresan dari perspektif perawatan yang dikelola organisasi. Model ini dirancang untuk
membandingkan 10-20 mg / hari escitalopram untuk 50-200 mg / hari sertraline. Manfaat (utilitas) skor
dihitung berdasarkan klinis dan utilitas data yang diperoleh dari literature. Langsung biaya pengobatan
termasuk biaya dari antidepresan, titrasi, kegagalan pengobatan, dan peristiwa-peristiwa buruk Biaya
dan manfaat yang model selama 6 bulan dan model telah ditaklukkan kepada analisis sensitivitas
menyeluruh. Perkiraan 6-bulan biaya total adalah 919 dolar untuk escitalopram dan 1.351 dolar untuk
sertraline. Perkiraan untuk QALYs adalah 0,40296 dan 0,39268 untuk escitalopram sertraline. Perbedaan
ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan dalam biaya akuisisi narkoba dan dampak buruk.
Ketangguhan dari biaya-hasil model utilitas yang diuji dalam simulasi Monte Carlo 10 000 pasien dan ia
mengindikasikan suatu probabilitas bahwa 88,5% escitalopram adalah terapi dominan, menunjukkan
baik biaya yang lebih rendah dan lebih besar QALYs.

KESIMPULAN:

biaya utilitas ini model yang memasukkan biaya titrasi dan dampak efek samping membandingkan
escitalopram 10-20 mg per hari dan sertraline 50-200 mg per hari menunjukkan bahwa escitalopram
tampaknya lebih murah dan menghasilkan kemanjuran (utilitas) pada setidaknya sama baiknya dan
mungkin sedikit lebih baik daripada sertraline.

Contoh lain

kualitas hidup pasien geriatri dengan multipatologi

Tuesday, 21. October 2008, 03:13:01

farmakoepidemi, QALY, pharmacoeconomi, farmakoekonomi, kualitas hidup

KUALITAS HIDUP PASIEN GERIATRI DENGAN MULTIPATOLOGIK DI POLIKLINIK GERIATRI RSUP Dr.
SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2007

oleh : Indri Oktiasari, Dyah Aryani Perwitasari, M.Si., Apt. dr. I Dewa Putu Pramantara S.,Sp.PD,K-Ger.
Dra. Tri Murti Andayani, Apt., SpFRS., Muhammad Muhlis, S.Si., Apt., SpFRS
Pertumbuhan geriatri meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan kerentanan terhadap penyakit bagi
geriatri disebabkan adanya dampak proses menua juga gaya hidup yang salah, dan terpapar polutan.
Karakteristik geriatri adalah multipatologi yang memiliki konsekuensi polifarmasi. Oleh karena itu perlu
penilaian kualitas hidup pasien yang menjalani terapi.

Penelitian ini berjudul Kualitas Hidup Pasien Geriatri dengan Multipatologi di Poliklinik Geriatri RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta periode November – Desember 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas hidup pasien geriatri yang menjalani rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito dan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien.

Penelitian ini bersifat cross sectional. Data diambil melalui wawancara dengan pasien. Identitas yang di
ambil dari pasien berupa inisial nama pasien, jenis kelamin, umur, jumlah obat yang dikonsumsi, jumlah
diagnosa penyakit dan lama kontrol di poli geriatri. Populasi target adalah pasien geriatri poliklinik
geriatri periode November – Desember 2007. Populasi terjangkau adalah pasien geriatri yang dapat di
wawancarai dan bersedia menjadi responden di poligeriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode
November – Desember 2007. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan program
SPSS berupa uji regresi dan uji korelasi untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas hidup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pasien geriatri memiliki kualitas hidup sedang. Dari 44
responden diperoleh pasien dengan kualitas hidup tinggi sebanyak 9 pasien (20,45%), kualitas hidup
sedang sebanyak 27 pasien (61,36 %), dan sebanyak 8 pasien (18,18%) dengan kualitas hidup rendah.
Terdapat pengaruh yang signifikan dengan hubungan korelasi negatif untuk jumlah diagnosa dan jumlah
obat yang di konsumsi. Artinya semakin banyak jumlah diagnosa dan jumlah obat yang dikonsumsi maka
kualitas hidup semakin rendah atau sebaliknya. Sedangkan lama kontrol di poli geriatri tidak memiliki
pengaruh terhadap kualitas hidup.

Kata Kunci : Kualitas hidup, Geriatri, Multipatologik.

H. KESIMPULAN

Cost-Utility Analisis adalah suatu metode parmakoekonomi yang menganalisa, mengukur manfaat dalam
utility-beban lama hidup, menghitung biaya perutility, mengukur ratio untuk membandingkan diantara
beberapa program.

Cost-Utility analisis diperlukan untuk memperoleh informasi tentang analisa biaya sebagai acuan untuk
menentukan kebijakan / keputusan dalam pelayanan kesehatan. Manfaat dari analisa ini dapat dipakai
dalam parmakoekonomi dalam studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya dan hasil /
konsekwensi dari suatu pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bootman, Lyle, dkk. Principles of pharmacoeconomics, second edition.

2. Richardson, Jeff. Cost Utility Analisys : Whar Should be Measured ; Utility, value or haelt Year
Equivalents. University of Zurich, Switzerland. 1990

3. WWW. Majalah Medisina. com. Analisis biaya dan farmakoekonomi, 2009

4. En. Wikipedia. Org/wiki/Cost-Utility analysis

5. Majalah Medisina Edisi 3/Vol I/September-Nopember 2007

6. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17288678

Anda mungkin juga menyukai