Anda di halaman 1dari 14

Jaringan granulasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Jaringan granulasi adalah jaringan fibrosa yang terbentuk dari bekuan darah sebagai bagian dari
proses penyembuhan luka, sampai matang menjadi jaringan parut.[1]
Secara histologis terbentuknya jaringan granulasi ditandai dengan proliferasi pembuluh darah baru
(neovaskularisasi) dan fibroblas.[2] Rekrutmen dan stimulasi fibroblasdikendalikan oleh banyak faktor
pertumbuhan, meliputi platelet-derived growth factor (PDGF), basic fibroblast growth
factor (bFGF), transforming growth factor-beta (TGF- β), sitokin(interleukin 1), dan tumor necrosis
factor (TNF) yang disekresikan oleh leukosit dan fibroblas.[2] Secara khusus makrofag merupakan
unsur sel yang penting pada pembentukan jaringan granulasi. [2]
Pembentukan pembuluh darah baru akan membantu mempercepat proses granulasi dan
normalisasi jaringan.[2] Pembentukan granulasi berfungsi untuk menyuplai vitamin, mineral, glukosa,
dan asam amino ke fibroblas untuk memaksimalkan pembentukan kolagen serta membebaskan
jaringan dari nekrosis, benda asing, dan infeksi sehingga mempercepat penyembuhan radang.
[2]
Proses granulasi dimulai sejak awal proses penyembuhan (hari ke-3 hingga ke-5) dan berlanjut
selama beberapa minggu tergantung pada luas penyembuhan. [2]
Luka bakar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Star of life caution.svg

Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam artikel ini boleh
digunakan hanya untuk penjelasan ilmiah, bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan
diagnosis medis.

Perhatian: Informasi dalam artikel ini bukanlah resep atau nasihat medis. Wikipedia bukan pengganti
dokter.

Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional.

Luka bakar

Hand2ndburn.jpg

Luka bakar derajat 2 pada tangan

Klasifikasi dan rujukan luar

Spesialisasi Kedaruratan medis

ICD-10 T20.–T31.

ICD-9-CM 940–949

DiseasesDB 1791

MedlinePlus 000030
eMedicine article/1278244

MeSH D002056

[sunting di Wikidata]

Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang disebabkan oleh panas, listrik, zat kimia,
gesekan, atau radiasi.[1] Luka bakar yang hanya mempengaruhi kulit bagian luar dikenal sebagai luka
bakar superfisial atau derajat I. Bila cedera menembus beberapa lapisan di bawahnya, hal ini disebut luka
bakar sebagian lapisan kulit atau derajat II. Pada Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit atau
derajat III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit. Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera ke
jaringan yang lebih dalam, seperti otot atau tulang.

Perawatan yang diperlukan bergantung pada tingkat keparahan luka bakar. Luka bakar superfisial
mungkin dapat ditangani dengan pereda nyeri sederhana, sementara luka bakar besar mungkin
memerlukan pengobatan yang lebih lama di pusat perawatan luka bakar khusus. Mendinginkan dengan
air ledeng mungkin membantu meredakan nyeri dan mengurangi kerusakan; akan tetapi, paparan dalam
jangka waktu lama dapat mengakibatkan suhu tubuh rendah. Luka bakar yang mengenai sebagian
lapisan kulit mungkin perlu dibersihkan dengan sabun dan air, kemudian dibalut. Cara untuk menangani
lepuh masih belum jelas, tetapi mungkin ada baiknya untuk membiarkan lepuh tersebut tetap utuh. Luka
bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit biasanya membutuhkan pembedahan, seperti cangkok kulit.
Luka bakar yang luas seringkali membutuhkan banyak cairan intravena karena respon peradangan
selanjutnya akan mengakibatkan kebocoran cairan kapiler yang signifikan dan edema. Komplikasi paling
umum dari luka bakar adalah infeksi.

Meskipun luka bakar yang besar bisa berakibat fatal, perawatan modern yang dikembangkan sejak tahun
1960 telah meningkatkan hasil penanganan secara signifikan, terutama pada anak dan remaja.[2] Secara
global, sekitar 11 juta orang dengan luka bakar akan mencari perawatan medis, dan 300.000 orang
meninggal karena luka bakar setiap tahunnya.[3] Di Amerika Serikat, sekitar 4% dari pasien yang dirawat
di pusat perawatan luka bakar meninggal karena luka bakar.[4] Hasil jangka panjang dari perawatan luka
bakar berhubungan erat dengan ukuran luka bakar dan usia orang yang mengalami luka bakar tersebut.

Daftar isi

1 Gejala dan Tanda

2 Penyebab

2.1 Panas

2.2 Zat kimia

2.3 Listrik
2.4 Radiasi

2.5 Bukan kecelakaan

3 Patofisiologi

4 Diagnosis

4.1 Ukuran

4.2 Tingkat Keparahan

5 Pencegahan

6 Penatalaksanaan

6.1 Cairan intravena

6.2 Perawatan luka

6.3 Pengobatan

6.4 Pembedahan

6.5 Pengobatan Alternatif

7 Prognosis

7.1 Komplikasi

8 Epidemiologi

8.1 Negara maju

8.2 Negara berkembang

9 Sejarah

10 Referensi

11 Pranala luar

Gejala dan Tanda

Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya. Luka bakar superfisial menyebabkan nyeri
selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan dengan pengelupasan kulit selama beberapa hari berikutnya.
[5][6] Individu yang menderita luka bakar berat mungkin menunjukkan perasaan tidak nyaman atau
mengeluhkan adanya tekanan dibandingkan nyeri. Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit
mungkin sepenuhnya tidak sensitif terhadap sentuhan ringan atau tusukan.[6] Luka bakar superfisial
biasanya berwarna merah, sedangkan luka bakar berat bisa berwarna merah muda, putih atau hitam.[6]
Luka bakar di sekitar mulut atau rambut yang terbakar di dalam hidung bisa mengindikasikan terjadinya
luka bakar di saluran napas, tetapi temuan ini sifatnya tidak pasti.[7] Tanda-tanda yang lebih
mengkhawatirkan meliputi: sesak napas, serak, dan stridor atau mengi.[7] Rasa gatal umum dialami
selama proses penyembuhan, serta terjadi pada 90% orang dewasa dan hampir semua anak.[8] Mati
rasa atau kesemutan masih dapat dirasakan dalam waktu yang lama setelah cedera listrik.[9] Luka bakar
juga bisa menyebabkan gangguan emosional dan psikologis.[3]

Jenis[10] Lapisan yang dilibatkan Tampilan Tekstur Sensasi Waktu Penyembuhan


Prognosis Contoh

Superfisial (derajat I) Epidermis[5] Merah tanpa lepuh[10] Kering Nyeri [10] 5-10 hari[10]
[11] Sembuh dengan baik;[10] Sengatan matahari yang berulang meningkatkan risiko kanker kulit di
kemudian hari[12] Sengatan matahari adalah contoh luka bakar derajat I.

Agak superfisial, mengenai sebagian lapisan kulit (derajat II) Meluas ke lapisan dermis (papiler)
superfisial [10] Merah dengan lepuh yang jelas. Pucat dengan tekanan.[10] Lembab[10] Sangat
nyeri[10] kurang dari 2–3 minggu[6][10] Infeksi lokal/selulitis tetapi biasanya tanpa parut[6]

Luka bakar derajat II di ibu jari

Cukup dalam, mengenai sebagian lapisan kulit (derajat II) Meluas ke lapisan dermis (retikular)
dalam[10] Kuning atau putih. Lebih tidak pucat. Mungkin melepuh.[10] Agak kering[6]
Tekanan dan tidak nyaman[6] 3–8 minggu[10] Parut, kerut (mungkin memerlukan eksisi dan
cangkok kulit)[6] Luka bakar derajat II karena kontak dengan air mendidih

Seluruh lapisan kulit (Derajat III) Meluas ke seluruh lapisan dermis[10] Kaku dan putih/coklat[10] Tidak
pucat[6] Kasar[10] Tidak nyeri[10] Lama (berbulan-bulan) dan tidak sempurna[10] Parut,
kerut, amputasi (eksisi dini dianjurkan)[6] Luka bakar derajat III berusia delapan hari yang
disebabkan oleh knalpot motor.

Derajat IV Meluas ke seluruh lapisan kulit, dan ke dalam lapisan lemak, otot dan tulang di
bawahnya [10] Hitam; hangus dengan eskar Kering Tidak nyeri Perlu eksisi[10] Amputasi,
gangguan fungsional yang signifikan dan, dalam beberapa kasus, kematian.[10] Luka bakar derajat IV

Penyebab

Luka bakar disebabkan oleh berbagai sumber eksternal yang dapat digolongkan menjadi panas, kimia,
listrik, dan radiasi.[13] Di Amerika Serikat, penyebab paling umum dari luka bakar adalah: kebakaran atau
api (44%), melepuh (33%), benda panas (9%), listrik (4%), dan zat kimia (3%).[14] Sebagian besar (69%)
cedera luka bakar terjadi di rumah atau tempat kerja (9%),[4] dan kebanyakan adalah akibat kecelakaan,
sementara 2% disebabkan oleh serangan orang lain, dan 1-2% disebabkan oleh percobaan bunuh diri.[3]
Sumber-sumber ini bisa menyebabkan cedera inhalasi di saluran napas dan/atau paru-paru, dengan
tingkat kejadian sekitar 6%.[15]

Merokok merupakan faktor risiko, tetapi konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko. Luka bakar
yang berhubungan dengan api lebih umum terjadi pada iklim yang lebih dingin.[3] Faktor risiko spesifik di
negara berkembang meliputi memasak dengan api terbuka atau di atas lantai[1] serta gangguan
perkembangan pada anak dan penyakit kronis pada orang dewasa.[16]
Panas

Di Amerika Serikat, api dan cairan panas adalah penyebab luka bakar yang paling umum.[15] Dari semua
kasus kebakaran rumah yang mengakibatkan kematian, 25% disebabkan oleh rokok dan 22% disebabkan
oleh alat pemanas.[1] Hampir separuh cedera diakibatkan oleh upaya memadamkan kebakaran.[1]
Melepuh disebabkan oleh cairan panas atau gas dan paling umum terjadi karena paparan pada minuman
panas, suhu air keran yang panas di bak mandi atau pancuran, minyak goreng yang panas, atau uap.[17]
Cedera lepuh paling umum terjadi pada anak di bawah usia lima tahun[10] dan, di Amerika Serikat dan
Australia, populasi ini mencakup sekitar dua pertiga dari seluruh kasus luka bakar.[15] Kontak dengan
benda panas adalah penyebab dari 20-30% kasus luka bakar pada anak.[15] Pada umumnya, lepuh
adalah luka bakar derajat I atau II, tetapi bisa juga mengakibatkan luka bakar derajat III, terutama karena
kontak yang lama.[18] Kembang api adalah penyebab umum luka bakar selama musim liburan di banyak
negara.[19] Hal ini khususnya merupakan faktor risiko bagi remaja pria.[20]

Zat kimia

Artikel utama: Luka bakar kimia

Zat kimia menyebabkan 2 sampai 11% dari semua kasus luka bakar dan menyebabkan hingga 30%
kematian yang berkaitan dengan luka bakar.[21] Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh lebih dari 25.000
zat,[10] kebanyakan di antaranya adalah basa keras (55%) atau asam keras (26%).[21] Kebanyakan
kematian akibat luka bakar kimia terjadi akibat menelan zat tersebut ingesti.[10] Penyebab umumnya
meliputi: asam sulfat yang biasa ditemukan pada pembersih toilet, sodium hipoklorit yang biasa
ditemukan pada pemutih, dan hidrokarbon berhalogen yang biasa ditemukan pada penghilang cat.[10]
Asam hidrofluorida bisa menyebabkan luka bakar dalam yang mungkin tidak menimbulkan gejala hingga
beberapa saat setelah terpapar.[22] Asam format bisa menyebabkan kerusakan sel darah merah dalam
jumlah besar.[7]

Listrik

Artikel utama: Luka bakar listrik

Luka bakar atau cedera listrik digolongkan menjadi cedera listrik tegangan tinggi (1000 volt atau lebih),
cedera listrik tegangan rendah (kurang dari 1000 volt), atau luka bakar kilat yang disebabkan oleh busur
listrik.[10] Penyebab paling umum dari luka bakar listrik pada anak-anak adalah kabel listrik (60%) dan
saklar listrik (14%).[15] Petir juga bisa mengakibatkan luka bakar listrik.[23] Faktor risiko tersambar petir
meliputi aktivitas luar ruangan seperti mendaki gunung, golf, dan olahraga di lapangan, serta bekerja di
luar ruangan.[9] Angka kematian akibat sambaran petir adalah sekitar 10%.[9]

Meskipun cedera listrik terutama mengakibatkan luka bakar, cedera ini juga bisa mengakibatkan patah
tulang atau dislokasi karena trauma tumpul atau kontraksi otot.[9] Pada cedera istrik tegangan tinggi,
sebagian besar kerusakan mungkin terjadi di bagian dalam tubuh, sehingga sejauh mana cedera terjadi
tidak dapat dinilai dengan pemeriksaan kulit saja.[9] Kontak dengan tegangan rendah maupun tinggi bisa
mengakibatkan aritmia jantung atau serangan jantung.[9]

Radiasi

Artikel utama: Luka bakar radiasi

Luka bakar radiasi bisa disebabkan oleh paparan berlarut-larut terhadap sinar ultraviolet (seperti dari
matahari, bilik pewarna kulit atau pengelasan busur) atau dari radiasi pengion (seperti dari terapi radiasi,
sinar-X atau debu radioaktif).[24] Paparan sinar matahari adalah penyebab paling umum dari luka bakar
radiasi dan penyebab paling umum dari luka bakar superfisial secara keseluruhan.[25] Jenis kulit
seseorang akan secara bermakna menentukan kerentanannya dalam mengalami sengatan matahari.[26]
Efek radiasi pengion pada kulit tergantung pada jumlah paparan ke area tersebut, di mana kerontokan
rambut terlihat setelah paparan sebesar 3 Gy, kemerahan terlihat setelah paparan sebesar 10 Gy,
pengelupasan kulit basah setelah paparan sebesar 20 Gy, dan nekrosis setelah paparan sebesar 30 Gy.
[27] Kemerahan, bila terjadi, mungkin tidak muncul hingga beberapa saat setelah terpapar.[27]
Pengobatan luka bakar radiasi sama seperti luka bakar lainnya.[27] Luka bakar gelombang mikro terjadi
karena pemanasan termal yang disebabkan oleh gelombang mikro.[28] Meskipun paparan selama dua
detik bisa mengakibatkan cedera, secara keseluruhan kasus ini jarang terjadi.[28]

Bukan kecelakaan

Dari semua pasien yang dirawat karena lepuh atau luka bakar api, 3 – 10% disebabkan oleh serangan
orang lain.[29] Alasannya mencakup: penganiayaan anak, konflik pribadi, penganiayaan pasangan,
penganiayaan orang tua, dan konflik bisnis.[29] Cedera rendam atau lepuh rendam mungkin
mengindikasikan penganiayaan anak.[18] Cedera ini terjadi ketika salah satu anggota tubuh atau bagian
bawah tubuh (pantat atau perineum) ditahan di bawah permukaan air panas.[18] Ini biasanya
mengakibatkan batasan atas yang tajam dan seringkali simetris.[18] Tanda-tanda kemungkinan
penganiayaan lainnya meliputi: luka bakar melingkar, tidak adanya tanda cipratan, luka bakar dengan
kedalaman yang sama, dan ditemukannya tanda-tanda penelantaran atau penganiayaan lainnya.[30]

Pembakaran pengantin, merupakan suatu bentuk kekerasan dalam rumah tangga, yang terjadi pada
sejumlah budaya seperti misalnya di India dimana perempuan dibakar karena pihak suami atau
keluarganya menganggap mas kawin dari pihak perempuan tidak memadai.[31][32] Di Pakistan, luka
bakar asam merupakan penyebab dari 13% dari luka bakar disengaja, dan umumnya berhubungan
dengan kekerasan dalam rumah tangga.[30] Pembakaran-diri (membakar diri sebagai bentuk protes) juga
merupakan sesuatu yang relatif umum di antara perempuan India.[3]

Patofisiologi
Tiga derajat luka bakar

Pada suhu lebih tinggi dari 44 °C (111 °F), protein mulai kehilangan bentuk tiga dimensinya dan mulai
terurai.[33] Keadaan ini menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan.[10] Kebanyakan efek kesehatan
langsung dari luka bakar adalah gangguan sekunder terhadap fungsi kulit yang normal.[10] Efek-efek ini
meliputi gangguan sensasi kulit, kemampuan untuk mencegah keluarnya air melalui evaporasi, dan
kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh.[10] Gangguan pada membran sel menyebabkan sel
kehilangan kalium yang keluar dari sel dan mengisi ruang di luar sel sehingga sel tersebut mengikat air
dan natrium.[10]

Pada luka bakar yang luas (lebih dari 30% dari total area permukaan tubuh), akan terdapat suatu respon
peradangan yang signifikan.[34] Keadaan ini menyebabkan meningkatnya kebocoran cairan dari
pembuluh kapiler,[7] dan kemudian menyebabkan pembengkakan jaringan edema.[10] Hal ini
selanjutnya menyebabkan hilangnya volume darah secara keseluruhan, dan kehilangan plasma yang
signifikan dari darah yang tersisa, sehingga menyebabkan darah menjadi lebih kental.[10] Terhambatnya
aliran darah ke organ seperti misalnya ginjal dan saluran cerna dapat mengakibatkan gagal ginjal dan
tukak lambung.[35]

Meningkatnya kadar katekolamin dan kortisol dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik yang dapat
berlangsung bertahun-tahun.[34] Keadaan ini berhubungan dengan meningkatnya curah jantung,
metabolisme, denyut jantung cepat, dan buruknya fungsi imun.[34]

Diagnosis

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalaman, mekanisme cedera, luasan dan cedera lain
yang diakibatkan oleh luka bakar tersebut. Klasifikasi yang paling umum digunakan adalah yang
berdasarkan kedalaman luka bakar. Kedalaman dari luka bakar biasanya ditentukan berdasarkan
pemeriksaan, walaupun kadang dapat juga dilakukan pemeriksaan biopsi.[10] Biasanya sangat sulit untuk
menentukan kedalaman luka bakar hanya dengan satu kali pemeriksaan sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan ulang dalam beberapa hari.[7] Pada pasien dengan keluhan sakit kepala atau pusing dan
menderita luka bakar karena api, harus dipertimbangkan keracunan karbon monoksida.[36] Keracunan
sianida juga perlu dipertimbangkan.[7]

Ukuran

Ukuran luka bakar ditentukan berdasarkan persentase dari luas permukaan tubuh (LPB) yang terkena
luka bakar sebagian atau seluruh lapisan kulit.[10] Luka bakar derajat satu hanya menunjukkan warna
merah dan tidak melepuh tidak termasuk kedalam perkiraan ini.[10] Kebanyakan luka bakar (70%)
mengenai kurang dari 10% LPB.[15]
Terdapat beberapa cara untuk menentukan LPB, didalamnya termasuk "aturan sembilan", tabel Lund dan
Browder, serta perkiraan berdasarkan ukuran telapak tangan seseorang.[5] "Aturan sembilan" sangat
mudah diingat tetapi hanya akurat untuk orang yang berusia lebih dari 16 tahun.[5] Estimasi yang lebih
akurat akan diperoleh bila menggunakan tabel Lund dan Browder, yang juga mempertimbangkan
berbagai proporsi bagian tubuh pada orang dewasa dan anak-anak.[5] Ukuran telapak tangan seseorang
(termasuk telapak dan jari) mendekati 1% dari LPBnya.[5]

Tingkat Keparahan

Klasifikasi American Burn Association[36]

Ringan Sedang Berat

Dewasa <10% LPB Dewasa 10-20% LPB Dewasa >20% LPB

Usia muda atau tua < 5% LPB Usia muda atau tua 5-10% LPB Usia muda atau tua >10% LPB

<2% luka bakar yang mengenai

seluruh lapisan kulit 2-5% luka bakar yang mengenai seluruh

lapisan kulit >5% luka bakar yang mengenai

seluruh lapisan kulit

Cedera tegangan tinggi Luka bakar tegangan tinggi

Kemungkinan cedera inhalasi Diketahui menderita cedera inhalasi

Luka bakar melingkar Luka bakar signifikan pada muka,

persendian, tangan dan kaki

Masalah kesehatan lainnya Cedera yang berkaitan

Untuk menentukan apakah diperlukan Referensi untuk dibawa ke pusat perawatan khusus luka bakar,
Asosiasi Luka Bakar Amerika merancang suatu sistem klasifikasi. Pada sistem ini, luka bakar
diklasifikasikan menjadi berat, sedang, dan ringan. Keadaan ini dinilai berdasrkan sejumlah faktor, di
antaranya adalah luas permukaan total tubuh yang terkena, adanya luka bakar pada bagian tubuh
tertentu, usia penderita, dan cedera lain yang terkait.[36] Luka bakar ringan pada umumnya dapat diatasi
di rumah, luka bakar sedang biasanya dapat diatasi di rumah sakit, luka bakar berat harus ditangani di
pusat perawatan khusus luka bakar.[36]

Pencegahan

Berdasarkan sejarah, sekitar setengah dari luka bakar dapat dicegah.[1] Program pencegahan luka bakar
secara signifikan telah menurunkan tingkat kejadian luka bakar yang bersifat serius.[33] Tindakan
pencegahan termasuk: membatasi suhu air panas, alarm asap, sistem penyemprot air, konstruksi
bangunan yang sesuai, dan pakaian tahan api.[1] Para ahli menganjurkan pengaturan pemanas air di
bawah suhu 48,8 °C (119,8 °F).[15] Tindakan lain untuk menghindari lepuh adalah dengan mengukur
suhu air mandi dengan termometer, dan meletakkan pelindung cipratan pada kompor.[33] Walaupun
pengaruh peraturan penggunaan kembang api masih belum jelas, terdapat bukti sementara bahwa
peraturan ini bermanfaat[37] dengan adanya rekomendasi pembatasan penjualan kembang api kepada
anak-anak.[15]

Penatalaksanaan

Tindakan resusitasi dimulai dengan menilai dan menstabilkan jalan napas, pernapasan, serta sirkulasi
penderita.[5] Jika dicurigai terjadi cedera inhalasi, mungkin diperlukan intubasi awal.[7] Penanganan ini
kemudian diikuti dengan penanganan luka bakar itu sendiri. Seseorang dengan luka bakar yang luas
dapat dibungkus menggunakan kain seprei bersih sampai tiba di rumah sakit.[7] Karena luka bakar
mudah terkena infeksi, suntikan booster tetanus harus diberikan bila pasien tersebut belum
mendapatkan imunisasi tetanus ini dalam jangka lima tahun terakhir.[38] Di Amerika Serikat, 95% dari
penderita luka bakar yang masuk ke unit gawat darurat dirawat dan diperbolehkan pulang, sementara
5% memerlukan perawatan di rumah sakit.[3] Pada luka bakar berat, pemberian asupan makanan dini
sangat penting.[34] Oksigenasi hiperbarik mungkin dapat beguna sebagai tambahan dari penanganan
secara tradisional.[39]

Cairan intravena

Pada penderita dengan perfusi jaringan yang buruk, harus diberikan bolus larutan kristaloid isotonik.[5]
Pada anak-anak dengan kondisi luka bakar lebih dari 10-20%&nbsp LPB dan pada dewasa dengan kondisi
luka bakar lebih dari 15%&nbsp LPB harus ditindaklanjuti dengan resusitasi cairan formal dan
pemantauan.[5][40][41] Bila memungkinkan, tindakan ini harus dilakukan sebelum ke rumah sakit bagi
penderita dengan luka bakar lebih luas dari 25% LPB.[40] Formula Parkland dapat membantu
menentukan volume cairan intravena yang diperlukan dalam waktu 24 jam pertama. Formula ini
didasarkan atas LPB dan berat badan orang yang terkena luka bakar. Setengah dari jumlah cairan ini
harus diberikan pada 8 jam pertama, dan sisanya diberikan pada sisa waktu 16 jam. Jangka waktu ini
dimulai sejak luka bakar bakar terjadi, bukan dari saat resusitasi cairan diberikan.Pada anak diperlukan
pemberian cairan rumatan tambahan berupa glukosa.[7] Selain itu, penderita dengan cedera inhalasi
memerlukan lebih banyak cairan.[42] Sementara resusitasi cairan yang tidak cukup dapat menyebabkan
masalah, resusitasi yang berlebihan juga dapat berakibat buruk.[43] Formula ini hanya merupakan
pedoman, dengan infus yang ideal diberikan berdasarkan keluaran urin yaitu >30 mL/h pada orang
dewasa atau >1mL/kg pada anak-anak dan tekanan darah arteri rata-rata lebih tinggi dari 60 mmHg.[7]

Walaupun Larutan ringer laktat sering digunakan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa larutan ini
lebih baik dari larutan salin normal.[5] Cairan kristaloid tampak sama baiknya dengan cairan koloid, dan
karena koloid lebih mahal, penggunaan cairan ini tidak dianjurkan.[44] Transfusi darah sangat jarang
diperlukan.[10] Transfusi darah hanya dianjurkan bila kadar hemoglobin turun di bawah 60-80 g/L (6-8
g/dL)[45] karena adanya risiko komplikasi.[7] Kateter intravena dapat dipasang melalui kulit yang
terbakar bila diperlukan, atau dapat juga menggunakan infus intraoseus.[7]
Perawatan luka

Pendinginan dini (selama 30 menit pertama sejak terjadinya luka bakar) akan mengurangi kedalaman
luka bakar dan nyeri, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati karena pendinginan berlebih dapat
menimbulkan hipotermia.[5][10] Tindakan ini harus dilakukan dengan menggunakan air dingin 10–25 °C
(50,0–77,0 °F) dan bukan air es, karena air es dapat menyebabkan cedera yang lebih parah.[5][33] Luka
bakar karena zat kimia memerlukan irigasi yang ekstensif[10] Membersihkan, pembersihan jaringan mati
menggunakan sabun dan air, dan penggunaan pembalut merupakan aspek yang penting dalam
penanganan luka bakar. Bila terdapat lepuh yang utuh, tidak terlalu jelas apa yang harus dilakukan.
Beberapa bukti sementara mendukung dibiarkannya lepuh ini apa adanya. Luka bakar derajat dua
memerlukan evaluasi kembali setelah dua hari.[33]

Pada penatalaksanaan luka bakar derajat satu dan dua, tidak ditemukan bukti nyata untuk menentukan
tipe pembalutan yang harus digunakan.[46][47] Biasanya tidak masalah untuk membiarkan luka bakar
tingkat satu tanpa pembalutan.[33] Pemberian antibiotik oles umumnya disarankan, walaupun
pemakaian obat ini tidak didukung oleh bukti yang cukup.[48] Perak sulfadiazine (suatu jenis antibiotik)
tidak dianjurkan untuk dipakai karena berpotensi memperlambat waktu penyembuhan.[47] Masih
belum ada cukup bukti yang mendukung penggunaan balutan yang mengandung perak[49] atau terapi
luka tekanan negatif.[50]

Pengobatan

Luka bakar bisa sangat menyakitkan dan terdapat berbagai pilihan yang bisa digunakan untuk mengatasi
rasa sakit. Pilihannya meliputi analgesik sederhana (seperti ibuprofen dan asetaminofen) dan opioid
seperti morfin. Benzodiazepin bisa digunakan sebagai tambahan untuk analgesik guna membantu
menurunkan kecemasan.[33] Selama proses penyembuhan, antihistamin, pijat, atau stimulasi saraf
transkutaneus bisa digunakan untuk membantu mengatasi rasa gatal.[8] Namun, antihistamin hanya
efektif untuk tujuan ini pada 20% orang.[51] Terdapat bukti sementara yang mendukung penggunaan
gabapentin[8] dan penggunaan obat tersebut beralasan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan
dengan antihistamin.[52]

Antibiotik intravena dianjurkan sebelum pembedahan pada pasien yang mengalami luka bakar luas
(>60% LPB).[53] Templat:Hingga, panduan yang ada tidak menganjurkan penggunaan antibiotik secara
umum karena adanya kekhawatiran mengenai resistensi antibiotik[48] dan meningkatnya risiko infeksi
jamur.[7] Namun bukti sementara menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik intravena bisa
memperbaiki tingkat kelangsungan hidup pada pasien yang mengalami luka bakar luas dan berat.[48]
Eritropoietin belum ditemukan efektif untuk mencegah atau mengobati anemia pada orang yang
mengalami luka bakar.[7] Pada luka bakar yang disebabkan oleh asam hidrofluorat, kalsium glukonat
merupakan antidot khusus dan bisa digunakan secara intravena dan/atau dioleskan.[22]
Pembedahan

Luka yang memerlukan penutupan dengan pembedahan menggunakan cangkok kulit atau flap (biasanya
untuk luka bakar yang lebih dari luka bakar ketebalan lengkap berukuran kecil) harus ditangani sesegera
mungkin.[54] Luka bakar melingkar pada anggota gerak atau dada mungkin memerlukan bedah segera
untuk membuang kulit mati, yang dikenal sebagai eskarotomi.[55] Tindakan ini dilakukan untuk
menangani atau mencegah masalah dengan sirkulasi jauh, atau ventilasi.[55] Belum jelas apakah bedah
eskarotomi berguna untuk luka bahar pada leher atau jari.[55] Fasiotomi mungkin diperlukan untuk luka
bakar akibat sengatan listrik.[55]

Pengobatan Alternatif

Madu sudah digunakan sejak zaman kuno untuk membantu penyembuhan luka dan mungkin
bermanfaat untuk luka bakar derajat pertama dan kedua.[56][57] Belum cukup bukti untuk penggunaan
lidah buaya.[58] Walaupun perak sulfadiazine mungkin bermanfaat untuk menurunkan rasa sakit,[11]
dan tinjauan pustaka yang dilakukan pada tahun 2007 menemukan bukti sementara yang menunjukkan
bahwa perak sulfadiazine dapat memperbaiki waktu penyembuhan [59] tinjauan pustaka selanjutnya
yang dilakukan pada tahun 2012 tidak menunjukkan perbaikan penyembuhan luka dengan penggunaan
perak sulfadiasin.[58]

Ada sedikit bukti bahwa vitamin E dapat membantu menyembuhkan keloid atau bekas luka.[60]
Penggunaan mentega tidak dianjurkan.[61] Di negara berpendapatan rendah, sepertiga luka bakar
diobati dengan obat tradisional, yang dapat meliputi pengolesan telur, lumpur, daun atau kotoran sapi.
[16] Penanganan dengan pembedahan terbatas pada beberapa kasus karena sumber daya dan
ketersediaan keuangan yang tidak mencukupi.[16] Ada sejumlah metode lain yang bisa digunakan
sebagai tambahan untuk pengobatan guna menurunkan rasa sakit dan kecemasan termasuk: terapi
realitas maya, hipnosis, dan pendekatan perilaku seperti teknik pengalihan perhatian.[52]

Prognosis

Prognosis di AS[62]

LPB Kematian

<10% 0.6%

10-20% 2.9%

20-30% 8.6%

30-40% 16%

40-50% 25%

50-60% 37%
60-70% 43%

70-80% 57%

80-90% 73%

>90% 85%

Inhalation 23%

Progonosisnya lebih buruk bagi orang dengan luka bakar luas, orang yang berusia tua, dan wanita.[10]
Terjadinya cedera karena menghirup asap, cedera signifikan lain seperti patah tulang panjang, dan
penyakit penyerta yang bersifat serius (misalnya penyakit jantung, diabetes, penyakit psikiatrik, dan
keinginan untuk bunuh diri) juga mempengaruhi prognosis.[10] Rata-rata, dari pasien yang dirawat inap
di pusat perawatan luka bakar di Amerika Serikat, 4% meninggal,[15] dengan hasil perawatan untuk tiap
orang bergantung pada tingkat keparahan cedera luka bakar. Contohnya, tingkat mortalitas penderita
rawat inap dengan luka bakar kurang dari 10% LPB adalah sebesar kurang dari 1%, sementara penderita
rawat inap dengan luka bakar 90% LPB memiliki tingkat mortalitas 85%.[62] Di Afghanistan, orang
dengan luka bakar lebih dari 60% LPB jarang dapat bertahan hidup.[15] Skor Baux secara historis sudah
digunakan untuk menentukan prognosis luka bakar berat; namun, dengan perbaikan dalam teknik
perawatan, data ini tidak lagi begitu akurat.[7] Skor tersebut ditentukan dengan menambahkan ukuran
luka bakar (% LPB) pada usia penderita, yang dulunya lebih kurang sama dengan risiko kematian.[7]

Komplikasi

Sejumlah komplikasi bisa muncul, dan infeksi merupakan komplikasi yang paling umum terjadi.[15]
Berdasarkan urutan frekuensi terjadinya, mulai dari yang paling sering sampai yang paling jarang,
komplikasi untuk luka bakar dapat meliputi: pneumonia, selulit, infeksi saluran kencing dan kegagalan
pernafasan.[15] Faktor risiko untuk infeksi termasuk: luka bakar dengan lebih dari 30% LPB, luka bakar
ketebalan lengkap, usia ekstrem (muda atau tua), atau luka bakar yang terjadi pada kaki atau perineum.
[63] Pneumonia umumnya terjadi pada mereka dengan cedera inhalasi.[7]

Anemia sekunder pada luka bakar ketebalan lengkap dengan LPB lebih dari 10% sering ditemukan.[5]
Luka bakar karena listrik bisa menyebabkan sindrom kompartemen atau rabdomiolisis karena kerusakan
otot.[7] Penggumpalan darah dalam vena kaki diperkirakan terjadi pada 6% hingga 25% orang.[7]
Keadaan hipermetabolik yang mungkin tidak sembuh selama bertahun-tahun setelah luka bakar berat
menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan hilangnya massa otot.[34] Keloid bisa terjadi sebagai
akibat dari luka bakar, terutama pada orang yang berusia muda dan berkulit gelap.[60] Setelah
mengalami luka bakar, anak-anak mungkin mengalami trauma dan mengalami gangguan stress paska
trauma.[64] Bekas luka juga bisa mengakibatkan gangguan citra tubuh.[64] Di Negara-negara
berkembang, luka bakar parah bisa mengakibatkan isolasi sosial, kemiskinan ekstrem dan di kalangan
anak-anak pengucilan.[3]

Epidemiologi
Tahun hidup penyesuaian disabilitas untuk luka bakar dalam 100.000 penduduk pada tahun 2004.[65]

no data

< 50

50-100

100-150

150-200

200-250

250-300

300-350

350-400

400-450

450-500

500-600

> 600

Hingga tahun 2004, 11 juta kasus luka bakar memerlukan perawatan medis di seluruh dunia dan
menyebabkan 300.000 kematian.[3] Hal ini membuat luka bakar menjadi penyebab cedera utama
keempat setelah kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, dan tindak kekerasan.[3] Sekitar 90% luka bakar
terjadi di negara berkembang.[3] Hal ini sebagian disebabkan oleh kepadatan penduduk yang berlebihan
dan kondisi memasak yang tidak aman.[3] Secara keseluruhan, hampir 60% dari luka bakar yang bersifat
fatal terjadi di Asia Tenggara dengan tingkat kejadian 11,6 per 100.000 penduduk.[15]

Di negara maju, tingkat mortalitas karena luka bakar pada pria dewasa dua kali lebih tinggi dari wanita.
Hal ini kemungkinan terjadi karena pria dewasa memiliki pekerjaan dan aktivitas dengan risiko lebih
tinggi. Namun, di banyak negara berkembang wanita berisiko dua kali lebih tinggi daripada pria. Hal ini
sering dikaitkan dengan kecelakaan di dapur dan kekerasan rumah tangga.[3] Di kalangan anak-anak,
kematian karena luka bakar terjadi lebih dari sepuluh kali lebih tinggi di negara berkembang
dibandingkan di negara maju.[3] Secara keseluruhan, luka bakar merupakan salah satu dari lima belas
penyebab utama kematian di kalangan anak-anak.[1] Dari tahun 1980an hingga 2004, banyak negara
sudah mengalami penurunan dalam tingkat kematian karena luka bakar yang bersifat fatal dan luka
bakar pada umumnya.[3]

Negara maju
Diperkirakan 500.000 cedera luka bakar mendapatkan perawatan medis tiap tahunnya di Amerika
Serikat.[33] Cedera ini menyebabkan sekitar 3.300 kematian pada tahun 2008.[1] Kebanyakan luka bakar
(70%) dan kematian karena luka bakar terjadi di kalangan pria.[4][10] Insiden tertinggi luka bakar api
terjadi di kalangan usia 18 – 35 tahun, sementara insiden luka bakar lepuh tertinggi terjadi di kalangan
anak-anak di bawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 65 tahun.[10] Luka bakar karena listrik
menyebabkan sekitar 1.000 kematian per tahun.[66] Petir menyebabkan kematian sekitar 60 orang per
tahun.[9] Di Eropa, luka bakar dengan sengaja paling sering terjadi di kalangan pria setengah baya.[29]

Negara berkembang

Di India, sekitar 700.000 hingga 800.000 orang per tahunnya menderita luka bakar berat, walaupun
hanya sedikit yang dirawat di pusat perawatan khusus luka bakar.[67] Tingkat luka bakar tertinggi terjadi
di kalangan wanita berusia 16–35 tahun.[67] Sebagian dari tingginya tingkat kejadian ini berkaitan
dengan dapur yang tidak aman dan pakaian longgar khas India.[67] Diperkirakan sepertiga dari semua
luka bakar di India disebabkan oleh pakaian yang terbakar oleh nyala api terbuka.[68] Luka bakar karena
disengaja juga penyebab utama dan tingkatnya tinggi di kalangan wanita muda, nomor dua setelah
kekerasan rumah tangga dan perlukaan diri sendiri.[3][29]

Sejarah

Guillaume Dupuytren (1777-1835) yang mengembangkan tingkat klasifikasi luka bakar

Lukisan gua dari lebih dari 3500 tahun yang lalu mendokumentasikan luka bakar dan cara
pengobatannya.[2] Papirus Smith Mesir pada 1500 tahun sebelum masehi menggambarkan pengobatan
menggunakan madu dan salep damar.[2] Banyak pengobatan lain yang sudah lama digunakan, termasuk
penggunaan daun teh oleh orang Cina yang didokumentasikan hingga tahun 600 sebelum masehi, lemak
babi dan cuka oleh Hipokrates yang didokumentasikan hingga tahun 400 sebelum masehi, dan anggur
dan mur oleh Celsus yang didokumentasikan hingga 100 tahun sebelum Masehi.[2] Ahli bedah Prancis
Ambroise Paré adalah orang pertama yang menggambarkan berbagai derajat luka bakar pada tahun
1500an.[69] Guillaume Dupuytren memperluas derajat ini menjadi enam tingkat keparahan yang
berbeda pada tahun 1832.[2][70]

Rumah sakit pertama yang merawat luka bakar dibuka pada tahun 1843 di London, Inggris dan
perkembangan perawatan luka bakar modern dimulai pada akhir tahun 1800an dan awal 1900an.[2][69]
Selama Perang Dunia I, Henry D. Dakin dan Alexis Carrel mengembangkan standar untuk membersihkan
dan membasmi kuman dari luka dan luka bakar dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit, yang
secara signifikan menurunkan mortalitas.[2] Pada tahun 1940an, pentingnya eksisi dini dan cangkok kulit
telah diakui, dan pada sekitar kurun waktu yang sama, resusitasi cairan dan formula untuk pedoman
resusitasi telah dikembangkan.[2] Pada tahun 1970an, para peneliti menunjukkan pentingnya keadaan
hipermetabolik yang terjadi setelah luka bakar berukuran besar.[2]

Anda mungkin juga menyukai