Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai agen perubahan dalam proses pembelajaran dituntut untuk

memiliki kompetensi pedagogic. Tercapainya kompetensi ini ditunjukkam

dengan berbagai indikator antara lain menguasai teori belajar dan prinsip-

prinsip belajar yang mendidik serta mengembangkan kurikulum terkait mata

pelajaran yang diampunya. Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang

pendidik untuk memahami konsep-konsep pembelajaran yang diketahui oleh

guru, selanjutnya digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan proses

pembelajaran mereka.

Penggunaan metode ceramah dalam praktek pembelajaran dikelas,

seingkali tidak dapat dihindari oleh para guru, selain itu penggunaan metode

diskusi kelompok atau kerjasama tim dalam pembelajaran saati ini pun

banyak di implementasikan oleh para guru. Diskusi kelompok dalam hal ini

guru mengkondisikan para guru untuk bekerja sama menyelesaikan suatu

tugas, selain itu guru juga dapat menggunakan metode pembelajaran

collaborative learning. Strategi ini digunakan oleh para guru dengan maksud

meningkatkan keaktifan belajar para siswa melalui kerjasama di dalam kelas.

Dengan kata lain penggunaan kerjasama tim dan sistem kolaboratif dalam

pembelajaran dapat dikatakan pula sebagai sarana penerapan nilai kerjasama

atau kekompakkna dalam pendidikan karakter dan budaya bangsa.


B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kerjasama tim dan sistem pembelajaran kolaboratif?

2. Bagaimana penerpan metode pembelajaran kerjasama tim dan sistem

kolaboratif?

3. Apa saja macam-macam bentuk pembelajaran kolaboratif?

4. Apa perbedaan dari pembelajaran kerjasama tim (kooperatif) dan sistem

kolaboratif?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi pembelajaran kerjasama tim dan sistem

kolaboratif.

2. Untuk memahami penerapan pembelajaran kerjasama tim dan sistem

kolaboratif di dalam kelas.

3. Mengetahui dan memahami macam-macam bentuk metode pembelajaran

kerjasama tim dan sistem kolaboratif

4. Untuk mengetahui perbedaan antara pembelajaran kerjasama tim dan

sistem kolaboratif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif dan Kooperatif

Kata kolaborasi dan kooperasi cenderung diartikan dalam makna yang

sama yaitu kerjasama. Istilah kolaborasi menunjuk pada filsafat interaksi dan

gaya hidup personal, sedangkan kooperasi lebih memilih menggambarkan

sebuah struktur interaksi yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian suatu

hasil atau tujuan tertentu. Pembelajaran kolaboratif sebagai situasi dimana

terdapat dua atau lebih orang belajar secara bersama-sama, dengan

memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain. Sementara,

pembelajaran kooperatif secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses

pembelajaran yang didesain untuk membantu siswa agar dapa berinteraksi dan

bekerjasama dalam kolektif.

Pembelajaran kolaboratif adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih

orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama.

Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada model di mana pengetahuan dapat

dibuat dalam suatu populasi di mana anggotanya secara aktif berinteraksi

dengan berbagi pengalaman dan mengambil peran berbeda.

Dengan kata lain, pembelajaran kolaboratif mengacu pada lingkungan dan

metodologi kegiatan peserta didik melakukan tugas umum dimana setiap

individu tergantung dan bertanggung jawab satu sama lain. Hal ini juga

teermasuk percakapan dengan tatap muka dan diskusi secara online. Metode
untuk memeriksa proses pembelajaran kolaboratif meliputi analisis,

percakapan, dan analisis wacana statistik.

B. Konsep Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, ada empat unsur penting dalam

SPK, yaitu:

1. Adanya peserta dalam kelompok

2. Adanya aturan kelompok

3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok dan

4. Adanya tujuan yang harus dicapai

Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Sanjaya (2006: 240)

“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai

enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan

terhadap kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan penghargaan

(reward), jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan.”

Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi

pembelajaran kooperatif (SPK). SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu


komponen tugas kooperatif dan komponen struktur intensif kooperatif. Tugas

kooperatif berkaitan dengan hal yang yang menyebabkan anggota bekerjasama

dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur intensif kooperatif

merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerjasama

mencapai tujuan kelompok.

Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif menurut

sanjaya (2006:242) adalah:

1. Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena

itu, tim harus mampu membuat setiap siswa untuk belajar. Semua

anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran

ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap 14 kelompok harus heterogen,

hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberi

dan menerima pengalaman sehingga diharapkan setiap anggota dapat

memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

2. Didasarkan pada menejemen koopratif. Manajemen kooperatif

mempunyai empat fungsi pokok, fungsi tersebut meliputi fungsi

perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol.

Fungsi perencanaan pada pembelajaran kooperatif menunjukan bahwa

pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar

proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi organisasi

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah bekerjasama antar


setiap anggota kelompok, oleh karena itu perlu diatur tugas dan

tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi pelaksanaan

menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang telah

ditentukan. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes

maupun non tes.

3. Kemauan untuk bekerjasama. Keberhasilan pembelajaran kooperatif

ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu, prinsip

kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.

Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung

jawab masing-masing, tetapi juga ditanamkan perlunya saling

membantu. Misalnya, siswa pintar perlu membantu siswa kurang pintar.

4. Keterampilan bekerjasama Kemauan untuk bekerjasama dalam

kelompok kemudian dipraktikan melalui aktifitas dan kegiatan yang

tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian,

siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berintraksi dan

berkomunikasi dengan anggota tim. Siswa perlu dibantu mengatasi

berbagai hambatan dalam berintraksi dan berkomunikasi, sehingga

setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan

memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok.

Adapun prosedur pembelajaran koopratif menurut Sanjaya (2006:246)

terdiri atas empat tahapan, yaitu:


1. Menjelaskan materi.

Tahap ini dimulai dengan penyampaian pokok-pokok materi

pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama

dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi

pembelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum

tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa

akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).

2. Belajar dalam kelompok.

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok

materi pembelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada

kelompok belajarnya masing-masing. Pengelompokkan dalam

pembelajaran kooperatif bersifat heterogen yang didasarkan atas

perbedaan akademik, jenis kelamin, sosial-ekonomi dan etnik. Dalam

hal kemampuan akademik, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari

satu orang kemampuan akademik tinggi, dua orang berkemampuan

akademik sedang dan satu orang berkemampuan akademik rendah.

Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar

menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara

bersama, membandingkan jawaban mereka, dengan mengoreksi hal-hal

yang kurang tepat.

3. Penilaian.

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes

atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individu maupun secara
kelompok. Tes individu nantinya akan memberikan informasi

kemampuan setiap siswa, sedangkan tes kelompok akan memberikan

informasi kemampuan setiap kelompok. Hal ini disebakan nilai

kelompok adalah nilai bersama dalam kelompok yang merupakan hasil

kerjasama setiap anggota kelompok.

4. Pengakuan tim.

Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling

menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan

penghargaan atau hadiah. Pengakuan atau pemberian panghargaan

tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan

juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mempu

meningkatkan prestasi mereka.

C. Prinsip- Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan

dibawah ini yaitu:

1. Prinsip Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas

sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota

kelompoknya. Oleh sebab itu perlu didasari oleh setiap anggota kelompok

keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja

masing-masing anggota.

2. Tanggung Jawab Perseorangan


Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama, oleh

karena itu keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,

maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai

dengan tugasnya.

3. Interaksi Tatap Muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas

kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan

informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan

memberikan pengalaman yang berharga kepada anggota kelompok untuk

bekerjasama,

4. Partisipasi dan Komunikasi

Pembelajaran kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap anggota

mampu berpartisipasi aktif dan komunikatif. Kemampuan ini sangat

penting sebagai bekal mereka dalam kehifupan dimasyarakat kelak. Oleh

sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa

dengan kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan

ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun.

D. Konsep Pembelajaran Kolaboratif

1. Metode kolaboratif.

a. Belajar itu aktif dan konstruktif

Untuk mempelajari bahan pelajaran, siswa harus terlibat secara aktif

dengan bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa membangun makna

atau mencipta sesuatu yang baru dan terkait dengan bahan pelajaran.

b. Belajar itu tergantung konteks

Kegiatan pembelajaran menghadapkan siswa pada tugas atau

masalah menantang yang teksit dengan konteks yang sudah dikenal

siswa. Siswa terlibat langsung dalam penyelesaikan tugas atau

pemecahan masalah itu.

c. Siswa itu beraneka latar belakang

Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar

belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan

itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerjasama, dan bahkan

diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam

proses belajar.

d. Belajar itu bersifat sosial

Proses belajar merupakan proses interaksi social yang didalamnya

siswa membangun makna yang diterima bersama.

Menurut Piaget dan Vigotsky, Strategi pembelajaran kolaboratif

didukung oleh adanya tiga teori, yaitu:

1) Teori Kognitif

Teori ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar

anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif sehingga dalam

suatu kelompok akan terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan

pada setiap anggota.


2) Teori Konstruktivisme Sosial

Pada teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang akan

membantu perkembangan individu dan meningkatkan sikap saling

menghormati pendapat semu anggota semua kelompok.

3) Teori Motivasi

Teori ini teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena

pembelajaran tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif

bagi siswa untuk belajar, menambah keberanian anggota untuk

memberi pendapat dan menciptakan situasi saling memerlukan pada

seluruh anggota dalam kelompok.

Piaget dengan konsepnya “active learning” berpendapat bahwa para

siswa belajar lebih baik jika mereka berpikir secara kelompok,

menurut pikiran mereka maka oleh sebab itu menjelaskan sebuah

pekerjaan lebih baik menampilkan di depan keras. Piaget juga berpendapat

bila suatu kelompok aktif kelompok tersebut akan melibatkan yang lain

untuk berpikir bersama, sehingga dalam belajar lebih menarik (Smith, B.L.

and Mac Gregor, 2004)

E. Landasan Filosofi Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada landasan konstruktivisme social.

Selain itu kondisi kolaborasi diperlukan pada kondisi dunia saat ini.

1. Tujuan Pembelajaran Kolaboratif

Dalam penerapan kolaborasi, terdapat pergeseran peran siswa, yaitu:


a. Memaksimalkan proses kerja sama yang berlangsung secara alamiah di

antara para siswa.

b. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa,

konsektual, terintegrasi, dan bernuansa kerja sama

c. Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan pengalaman siswa

dalam kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.

d. Memberi kesempatan pada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses

belajar.

e. Mengembangkan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.

2. Manfaat Pembelajaran Kolaboratif

Manfaat pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok.

b. Siswa belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.

c. Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa,

d. Meningkatkan keberanian memunculkan ide atau pendapat.

e. Memupuk rasa tanggung jawab siswa.

3. Sifat-sifat Pembelajaran Kolaboratif

Terdapat empat sifat-sifat umum yaitu dua perkara berkenaan dengan

perubahan hubungan antara guru dan siswa, yang ketiga berkaitan dengan

pendekatan baru penyampaian guru dan yang keempat menyatakan isi kelas

kolaboratif.

a. Berbagi informasi antara siswa dan guru


b. Pembagian kekuasaan

c. Guru sebagai perantara (mediator)

d. Kelompok siswa yang heterogen

F. Perbedaan Kooperatif dengan Kolaboratif

Belajar kolaboratif adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk

dapat bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan

informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada

mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Disini guru bertindak

sebagai fasilitator, yang memberikan dukungan tetapi tidak mendiktekan

kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.

Sedangkan belajar kooperatif adalah konsep yang lebih luas, pembelajaran

kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuan dari masing-masing anggota dalam

kelompok berbeda. Dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama untuk memahami materi

pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif ini, belajar dikatakan belum sesuai

jika salah satu dari anggota kelompok belum menguasia bahan pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan, perbedaan antara dua pendekatan belajar ini

adalah kedua pendekatan ini dikembangkan untuk pelajar-pelajar yang

berbeda. Yakni pelajar-pelajar yang memiliki tingkat pemahaman, dan berpola

pikir yang berbeda pula, pembelajaran kolaboratif ditunjukkan pada peserta


didik yang telah memiliki tingkat pemahaman yang tinggi, sementara

pembelajaran kooperatif ditunjukkan pada peserta didik yang tingkat

pemahamannnya lebih sederhana dari pelajar kolaboratif.

G. Model Pembelajaran Kolaboratif

Ada banyak macam pembelajaran kolaboratif yang dikembangkan oleh

para ahli, tetapi hanya sekitar sepuluh macam yang mendapatkan perhatian

secara luas, yaitu:

1. TAI (Team Assited Individualization)

2. STAD (Student Teams Achievement Division)

3. Round Table

4. Jigsaw

5. TGT (Team Game Tournament)

6. NHT (Numbered Head Together)

7. GI (Group Investigation)

8. Three Minute Review

9. Three Step Interview

10. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)


BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa collaborative learning

merupakan salah satu strategi pembelejaran yang digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar. Dalam strategi tersebut lebih memfokuskan

bagaimana memaksimalkan partisipasi dan keaktifan dalam pembelajaran serta

bagaimana siswa dapat mengkonstruksi sendiri ilmu pengetahuan untuk

menjadi miliknya. Dalam strategi ini, peran guru cenderung menjadi fasilitator,

motivator, dan membimbing menemukan alternatif pemencahan bila terjadi

siswa mengalami kesulitan belajar.

B. Saran

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,

khususnya bagi para pendidik untuk bisa menerapkan pembelajaran

Collaborative Learning di dalam kelas. Agar tercipta suasana yang

menyenangkan dan menggembirakan bagi siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru Slip Setara D-III.

Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.

Smith, B. L., and MacGregor, J. T. (1992). "What is collaborative learning?" In


Goodsell, A. S., Maher, M. R., and Tinto, V., Eds. (1992), Collaborative
Learning: A Sourcebook for Higher Education. National Center on Postsecondary
Teaching, Learning, & Assessment, Syracuse University.

Rockwood, H. S. III (1995a). "Cooperative and collaborative learning" The


national & learning forum, 4 (6), 8-9.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta : prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai