3. Subdrilling
Subdrilling merupakan lubang
ledak yang berada dibawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat
lantai jenjang relatif rata setelah
peledakan. Pada tambang batubara
harus diberi jarak antara ujung lubang Gbr. 4. Interval lubang ledak pada
tembak dengan lapisan batubara yg peledakan jenjang.
disebut dengan stand off, untuk
menghindari penghancuran batubara. 5. Waktu tunda
Untuk menghasilkan hasil permukaan Pemakaian detonator tunda
yang sempurna maka penentuan suatu dimaksudkan untuk mendapatkan
lubang bor yang ada dibawah lantai perbedaan waktu peledakan antara dua
jenjang memiliki peranan penting agar lubang ledak sehingga diperoleh secara
permukaan tidak bergelombang. beruntun. Pengaturan waktu ini dapat
diterapkan pada peledakan beruntun Dalam melakukan kegiatan
antar baris bang ledak. Pola penyalaan pembongkaran harus menentukan pola
adalah suatu urutan waktu peledakan pengeboran dan pola peledakan yang
antara lubang bor dalam satu baris dan akan digunakan untuk menyempurkan
antara baris yang satu dengan yg penempatan pada material yang akan
lainnya. Penentuan waktu tunda antar diledakkan. Berikut terbagi atas :
lubang dipengaruhi oleh tipe batuan.
1. Pola pengeboran
Pola pengeboran yang biasa
diterapkan pada tambang terbuka
biasanya menggunakan dua macam pola
pengeboran yaitu Pola pengeboran segi
empat adalah pola pengeboran dengan
penempatan lubang-lubang tembak
antara baris satu dengan baris
berikutnya sejajar dan membentuk segi
empat. Pola pengeboran segi empat
yang mana panjang burden dengan
panjang spasi tidak sama besar disebut
square rectangular pattern. Sedangkan
Gbr. 5. Waktu tunda yang sempurna. pola pemboran selang-seling adalah pola
pemboran yang penempatan lubang
6. Penentuan Powder Factor ledak pada baris yang berurutan tidak
Powder factor adalah saling sejajar, dan untuk pola
perbandingan antara berat bahan pengeboran selang-seling yang mana
peledak yang digunakan dengan panjang burden tidak sama dengan
jumlah material yang mau diledakkan. panjang spasi disebut staggered
Dan berikut klasifikasi powder factor rectangular pattern.
yang digunakan berdasarkan dari jenis
batuanya yang di susun oleh Bandhari
pada tahun 1997.
2. Pola peledakan
merupakan urutan waktu
peledakan antara lubang – lubang bor
dalam satu baris dengan lubang bor
pada baris berikutnya ataupun antara
lubang bor yang satu dengan lubang bor
yang lainnya. Pola peledakan ini
ditentukan berdasarkan urutan waktu
peledakan serta arah runtuhan material
yang diharapkan. Berdasarkan arah
runtuhan batuan, pola peledakan Berdasarkan urutan waktu peledakan,
diklasifikasikan sebagai berikut. maka pola peledakan diklasifikasikan
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang sebagai berikut :
arah runtuhan batuannya ke depan dan a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu
membentuk kotak. pola yang menerapkan peledakan secara
serentak untuk semua lubang tembak
dengan menggunakan detonator jenis
simultaneous.
b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu
pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang
satu dengan baris lainnya dengan
menggunakan detonator tunda yang
mempunyai elemen waktu tunda.
Hasil
Kb × De
B = 12
Kb = Kb standar × AF1 × AF2
D std 1
Gbr. 7. Pola Peledakan echelon. AF1 = 〔 〕3
D
2,58 1
= 〔 〕3
c. “V” cut, yaitu pola peledakan yang 2,5
arah runtuhan batuannya kedepan dan = 1,010
membentuk huruf V. SG × (Ve)2
AF2 = 〔 SG std ×
1
〕3
(Ve std)2
0,90 × (5500)2 1
= 〔 1,20 × (3600)2 〕3
27225000 1
= 〔 15552000 〕3
= 1,205
Kb = 30 × 1,010 × 1,205
= 36,511
36,511 ×4,5"
B = 12
164229,5
= 12
= 13691,625 ft
Gbr. 8. Pola Peledakan “V” cut. = 4,173 m.
Peledakan pada suatu komoditas batu
S = Ks × B = 1,5 × 4,173 = 6,259 m andesit dengan bahan peledak emulsi,
memiliki panjang burden 4,173 m dan
T = Kt × B = 0,80 × 4,173 = 3,338 m
untuk membuat kesejajaran pada
J = Kj × B = 0,25 × 4,173 = 1,043 m lubang tembaknya spacing yang
H = Kh × B = 4 × 4,173 = 16,692 m digunakan yaitu 6,259 m dan kolom
materialnya yang menutupi kolom isian
L = H − J = 16,692 − 1,043 memiliki kedalaman 3,338 m dan untuk
= 15,649 m membuat permukaan hasil ledakan
PC = H − T = 16,692 × 3,338 dapat rata untuk itu di beri kedalaman
= 13,354 m lubang ledak yang berada dibawah garis
de = 0,508 × De2 × SG lantai jenjang atau subdrilling yaitu
1,043 m dan total dari kedalaman
= 0,508 × 4,52 × 0,90
lubang ledaknya yaitu 16, 692 m dari
= 10,287 × 0,90 tinggi jenjang yang berkisar 15,649
kg sedangkan kolom isian bahan
= 9,258 ⁄m
E peledaknya atau powder catch memiliki
PF = kedalaman sebanyak 13,354 dengan
W
loading density yang memiliki
W = Target Produksi kerapatan 9,258 kg dalam satu meter.
= 62000 Ton. Target produksi yang direncakana
sebelumya yaitu akan meledakkan batu
E = PC × de × n andesit sebanyak 62.000 dengan total
panjang dari lubang ledak pertama
P sampai terakhir berkisar antara
n= × Jumlah baris
S 210,998 m yang berjumlah 101 lubang
ledak untuk itu diperlukan bahan
P ×l ×t = V peledak emulsi sebanyak 12486 kg
P × (baris × 𝑠𝑝𝑎𝑐𝑖𝑛𝑔) × t = V untuk meledakkan semua lubang
tersebut sehingga didapatkan powder
P × (3 × 6,259) × 15,649 factor yaitu 0,20 kg per ton dari
P × 18,777 × 15,649 = 62000 perbandingan antara massa bahan
peledak yang digunakan dengan volume
62000
P = 18,777×15,649
batuan yang akan diledakkan.
62000
P = 293,84 V.Kesimpulan
Ucapan Terimakasih
Daftar Pustaka