Anda di halaman 1dari 6

I.

Pendahuluan peledakan yang memakai lubang bor


vertikal atau hampir vertikal. Lubang
Pada dasarnya suatu proses bor diatur dalam satu deretan atau
peledakan akan terjadi suatu reaksi beberapa deretan sejajar atau kearah
eksotermis (panas) dimana bahan bidang bebas (free face). Kondisi batuan
pembentuk bahan peledak akan dari satu tempat ke tempat yang lain
terdekomposisi dan akan membentuk akan berbeda walaupun jenisnya sama.
hasil sehingga hasil reaksi peledakan Hal ini disebabkan oleh proses genesa
pada proses energi yang terkandung batuan yang akan mempengaruhi
dalam handak berbentuk energi karakteristik masa batuan secara fisik
potensial akan dilepaskan dan maupun mekanik. Berikut parameter-
ditransportasikan kedalam bentuk parameter yang digunakan dalan
energi panas. rancangan geometri peledakan menurut
Peledakan jenjang merupakan R. L. Ash.
peledakan yang memakai lubang bor
vertikal atau hampir vertikal. Lubang 1. Burden
bor diatur dalam satu deretan atau Burden merupakan jarak tegak
beberapa deretan sejajar atau kearah lurus terpendek antara muatan bahan
bidang bebas. Kondisi batuan dari satu peledak dengan bidang bebas yang
tempat ke tempat yang lain akan terdekat atau kearah dimana batuan
berbeda walaupun jenisnya sama. Hal akan terlempar. Jarak barden yang
ini disebabkan oleh proses genesa terlalu kecil akan menghasilkan
batuan yang akan mempengaruhi bongkaran yang terlalu hancur dan
karakteristik masa batuan secara fisik tergeser jauh dari dinding jenjang dan
maupun mekanik. kemungkinan terjadinya batuan
Perlu diamati pula kenampakan terbang yang sangat besar. Sedangkan
struktur geologi, misalnya kekar jika jarak burden terlalu besar akan
retakan atau rekahan, sisipan dari menghasilkan menghasilkan gelombang
lempung, dan bidang diskontinu Tarik yang sangat lemah dibawah kuat
lainnya. Kondisi geologi semacam itu Tarik batuan, sehingga batuan dalam
akan mempengaruhi kemampuan area burden tidak hancur. Besarnya
ledakan. Tentunya pada batuan yang berden tergantung karakteristik
relatif kompak dan tanpa di dominasi batuan, karakteristikmbahan peledak
struktur geologi tersebut di atas, dan diameter lubang ledak.
jumlah bahan peledak yang diperlukan
akan lebih banyak untuk jumlah
produksi tertentu di banding batuan
yang sudah ada rekahanya.
Tujuan dilakukanya praktikum
ini adalah untuk memahami prinsip
peledakan jenjang, memahami
macam-macam pola pengeboran dan
peledakan serta memahami rangkaian
peledakan jenjang.

II. Tinjauan Pustaka

Geometri peledakan adalah suatu Gbr. 1. Pengaruh Variasi burden


rancangan jarak, ukuran dimensi dari terhadap Lingkungan.
lubang ledak yang dibuat pada area
pertambangan yang akan di ledakkan.
Peledakan jenjang merupakan
2. Stemming
Stemming adalah kolom material
penutup lubang ledak diatas kolom isian
bahan peledak. Stemming yang terlalu
pendek yang dapat mengakibatkan batu
terbang (fly rock) dan suara ledakan
yang keras, sedangkan stemming yang
terlalu panjang akan mengakibatkan
retakan kebelakang jenjang dan
bongkah disekitar dinding jenjang.
Secara tektonik jenjang stemming sama
dengan jenjang burden, agar tekanan ke
arah bidang bebas atasdan samping
seimbang. Gbr. 3. Variasi subdrilling terhadap
Untuk memampatkan gas-gas kinerja peledakan.
peledakan agar tidak keluar terlalu dini
melalui lubang tembak sehingga gas-gas 4. Spacing
peledakan tersebut terlebih dahulu Spacing merupakan jarak
dapat mengekspansi rekahan-rekahan diantara lubang ledak dalam suatu
pada batuan yang disebabkan baris yang sejajar dengan bidang bebas
gelombang kejut. (Free Face). Jika spacing terlalu besar
akan menghasilkan fragmen yang tidak
baik dan dinding akhir yang
ditinggalkan cenderung tidak rata,
sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari
jarak barden maka akan
mengakibatkan tekanan sekitar
stemming yang lebih dan mengbatkan
gas hasil ledakan dihamburkan ke atas
atmosfer diikuti dengan suara bising.

Gbr. 2. Pengaruh stemming pada


kinerja peledakan.

3. Subdrilling
Subdrilling merupakan lubang
ledak yang berada dibawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat
lantai jenjang relatif rata setelah
peledakan. Pada tambang batubara
harus diberi jarak antara ujung lubang Gbr. 4. Interval lubang ledak pada
tembak dengan lapisan batubara yg peledakan jenjang.
disebut dengan stand off, untuk
menghindari penghancuran batubara. 5. Waktu tunda
Untuk menghasilkan hasil permukaan Pemakaian detonator tunda
yang sempurna maka penentuan suatu dimaksudkan untuk mendapatkan
lubang bor yang ada dibawah lantai perbedaan waktu peledakan antara dua
jenjang memiliki peranan penting agar lubang ledak sehingga diperoleh secara
permukaan tidak bergelombang. beruntun. Pengaturan waktu ini dapat
diterapkan pada peledakan beruntun Dalam melakukan kegiatan
antar baris bang ledak. Pola penyalaan pembongkaran harus menentukan pola
adalah suatu urutan waktu peledakan pengeboran dan pola peledakan yang
antara lubang bor dalam satu baris dan akan digunakan untuk menyempurkan
antara baris yang satu dengan yg penempatan pada material yang akan
lainnya. Penentuan waktu tunda antar diledakkan. Berikut terbagi atas :
lubang dipengaruhi oleh tipe batuan.
1. Pola pengeboran
Pola pengeboran yang biasa
diterapkan pada tambang terbuka
biasanya menggunakan dua macam pola
pengeboran yaitu Pola pengeboran segi
empat adalah pola pengeboran dengan
penempatan lubang-lubang tembak
antara baris satu dengan baris
berikutnya sejajar dan membentuk segi
empat. Pola pengeboran segi empat
yang mana panjang burden dengan
panjang spasi tidak sama besar disebut
square rectangular pattern. Sedangkan
Gbr. 5. Waktu tunda yang sempurna. pola pemboran selang-seling adalah pola
pemboran yang penempatan lubang
6. Penentuan Powder Factor ledak pada baris yang berurutan tidak
Powder factor adalah saling sejajar, dan untuk pola
perbandingan antara berat bahan pengeboran selang-seling yang mana
peledak yang digunakan dengan panjang burden tidak sama dengan
jumlah material yang mau diledakkan. panjang spasi disebut staggered
Dan berikut klasifikasi powder factor rectangular pattern.
yang digunakan berdasarkan dari jenis
batuanya yang di susun oleh Bandhari
pada tahun 1997.

Tabel 1. powder factor peledakan


beberapa jenis batuan
( Bandhari,1997 ).

Gbr. 6. Pola Pengeboran.

2. Pola peledakan
merupakan urutan waktu
peledakan antara lubang – lubang bor
dalam satu baris dengan lubang bor
pada baris berikutnya ataupun antara
lubang bor yang satu dengan lubang bor
yang lainnya. Pola peledakan ini
ditentukan berdasarkan urutan waktu
peledakan serta arah runtuhan material
yang diharapkan. Berdasarkan arah
runtuhan batuan, pola peledakan Berdasarkan urutan waktu peledakan,
diklasifikasikan sebagai berikut. maka pola peledakan diklasifikasikan
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang sebagai berikut :
arah runtuhan batuannya ke depan dan a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu
membentuk kotak. pola yang menerapkan peledakan secara
serentak untuk semua lubang tembak
dengan menggunakan detonator jenis
simultaneous.
b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu
pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang
satu dengan baris lainnya dengan
menggunakan detonator tunda yang
mempunyai elemen waktu tunda.

III. Prosedur Kerja


Gbr. 6. Pola Peledakan box cut. Dalam praktikum kali ini metode
yang akan digunakan yaitu menghitung
b. Corner cut (echelon cut) , yaitu pola rancangan geometri peledakan jenjang
peledakan yang arah runtuhan untuk meledakkan batu andesit dengan
batuannya ke salah satu sudut dari menggunakan persamaan R. L. Ash
bidang bebasnya. dan menghitung powder factor atau
perbandingan antara banyaknya bahan
peledak yang digunakan dengan volume
bahan galian yang akan diledakkan.

IV. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Kb × De
B = 12
Kb = Kb standar × AF1 × AF2
D std 1
Gbr. 7. Pola Peledakan echelon. AF1 = 〔 〕3
D
2,58 1
= 〔 〕3
c. “V” cut, yaitu pola peledakan yang 2,5
arah runtuhan batuannya kedepan dan = 1,010
membentuk huruf V. SG × (Ve)2
AF2 = 〔 SG std ×
1
〕3
(Ve std)2
0,90 × (5500)2 1
= 〔 1,20 × (3600)2 〕3
27225000 1
= 〔 15552000 〕3
= 1,205
Kb = 30 × 1,010 × 1,205
= 36,511

36,511 ×4,5"
B = 12
164229,5
= 12
= 13691,625 ft
Gbr. 8. Pola Peledakan “V” cut. = 4,173 m.
Peledakan pada suatu komoditas batu
S = Ks × B = 1,5 × 4,173 = 6,259 m andesit dengan bahan peledak emulsi,
memiliki panjang burden 4,173 m dan
T = Kt × B = 0,80 × 4,173 = 3,338 m
untuk membuat kesejajaran pada
J = Kj × B = 0,25 × 4,173 = 1,043 m lubang tembaknya spacing yang
H = Kh × B = 4 × 4,173 = 16,692 m digunakan yaitu 6,259 m dan kolom
materialnya yang menutupi kolom isian
L = H − J = 16,692 − 1,043 memiliki kedalaman 3,338 m dan untuk
= 15,649 m membuat permukaan hasil ledakan
PC = H − T = 16,692 × 3,338 dapat rata untuk itu di beri kedalaman
= 13,354 m lubang ledak yang berada dibawah garis
de = 0,508 × De2 × SG lantai jenjang atau subdrilling yaitu
1,043 m dan total dari kedalaman
= 0,508 × 4,52 × 0,90
lubang ledaknya yaitu 16, 692 m dari
= 10,287 × 0,90 tinggi jenjang yang berkisar 15,649
kg sedangkan kolom isian bahan
= 9,258 ⁄m
E peledaknya atau powder catch memiliki
PF = kedalaman sebanyak 13,354 dengan
W
loading density yang memiliki
W = Target Produksi kerapatan 9,258 kg dalam satu meter.
= 62000 Ton. Target produksi yang direncakana
sebelumya yaitu akan meledakkan batu
E = PC × de × n andesit sebanyak 62.000 dengan total
panjang dari lubang ledak pertama
P sampai terakhir berkisar antara
n= × Jumlah baris
S 210,998 m yang berjumlah 101 lubang
ledak untuk itu diperlukan bahan
P ×l ×t = V peledak emulsi sebanyak 12486 kg
P × (baris × 𝑠𝑝𝑎𝑐𝑖𝑛𝑔) × t = V untuk meledakkan semua lubang
tersebut sehingga didapatkan powder
P × (3 × 6,259) × 15,649 factor yaitu 0,20 kg per ton dari
P × 18,777 × 15,649 = 62000 perbandingan antara massa bahan
peledak yang digunakan dengan volume
62000
P = 18,777×15,649
batuan yang akan diledakkan.
62000
P = 293,84 V.Kesimpulan

= 210,998 m Prinsip peledakan jenjang yaitu


210,998 memiliki banyak lubang ledak dalam
n = ×3 satu atau beberapa deretan dan
6,259
= 101 lubang ledak. memakai lubang bor vertikal dengan
material hasil ledakan menuju ke arah
bidang bebas. Pola pengeboran ada
E = 13,354 × 9,258 × 101
beberapa macam yaitu pola pengeboran
= 12486 kg segi empat dan pola pengeboran selang
seling sedangkan pola peledakan terbagi
12486 Kg atas beberapa macam yaitu
PF = berdasarkan arah ledakan seperti box
62000 Ton
cut, corner cut, dan “V” cut dan
kg berdasarkan urutan waktu peledakan
= 0,20 ⁄ton.
terdiri dari peledakan serentak dan
Pembahasan beruntun. Dari hasil perhitungan
bahwa geometri untuk melakukan
peledakan pada suatu jenjang memiliki
ukuran dari setiap parameternya yaitu
burden 4,173 m, spasi lubang ledak
6,259 m, kolom isian 3,338 m, kolom
material 13,354 m dengan kerapatanya
9,258 kg per meter, kedalaman lubang
ledak 16,692 m dan tinggi jenjang
15,649 m serta powder facktornya yaitu
0,20 kg per ton.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima


kasih kepada pihak Laboratorium
Pengeboran dan Peledakan yang telah
memberikan kesempatan untuk
melakukan praktikum dan termasuk
Zulqifli Wijayanto sebagai asisten
laboratorium yang telah banyak
membantu dan memberikan masukan
selama melakukan kegiatan praktikum.

Daftar Pustaka

Asisten., Korps., 2018, Mata acara 4


Bench Blasting Praktikum
Teknik Peledakan. Jurusan
Teknik Pertambangan
Universitas Muslim Indonesia,
Makassar.
Kramadibrata., Suseno., 2008, Rancangan
Peledakan Jenjang., Departemen
Teknik Pertambangan 1 – 90
ITB, Bandung.
Nurwaskito., Arif., 2011, Review
Tambang Umum., 1 – 10.,
Universitas Muslim Indonesia,
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai