DISUSUN OLEH:
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang hemofilia dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dan
dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing sehingga kami dapa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya mkalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan doanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat mengetahui tentang rhesus. Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini.
Penyusun
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Definisi Hemofilia
JENIS-JENIS HEMOFILIA
Klasifikasi hemophilia dibedakan atas 3 macam :
a. Hemofilia A
Ditandai karena penderita tidak memiliki zat anti hemofili globulin (factor
VIII).Kira-kira 80 % dari kasus hemophilia adalah tipe ini.Seseorang mampu
membentuk antihemofilia globulin (AHG) dalam serum darahnya karena ia memiliki
gen dominan H sedang alelnya resesif tidak dapat membentuk zat tersebut.Oleh
karena gennya terangkai X maka perempuan normal dapat mempunyai genotif H-
_.Perempuan hemophilia mempunyai genotif hh,sedangkan laki-laki hemophilia h
c. Hemofilia C
2. Etiologi
5. Pemeriksaan Fisik
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
· Periksakan gigi dan gusi tiap 6 bulan atau setahun sekali ke dokter Pengobatan
Pada dasarnya, pengobatan hemofilia ialah mengganti atau menambah faktor
antihemofilia yang kurang. Namun, langkah pertama yang harus diambil apabila
mengalami perdarahan akut adalah melakukan tindakan RICE (Rest, Ice,
Compression, Evaluation) pada lokasi perdarahan untuk menghentikan atau
mengurangi perdarahan. Tindakan tersebut harus dikerjakan, terutama apabila
penderita jauh dari pusat pengobatan, sebelum pengobatan definitif dapat diberikan.
Karena penderita hemofilia mengalami defisiensi (kekurangan) faktor
pembekuan darah, maka pengobatannya berupa pemberian tambahan faktor
pembekuan darah atau terapi pengganti. Penderita hemofilia A memerlukan tambahan
faktor VIII, sedangkan penderita hemofilia B memerlukan tambahan faktor IX.
Saat ini, pemberian faktor VIII dan faktor IX untuk penderita hemofilia semakin
praktis. Faktor VIII atau faktor IX telah dikemas dalam bentuk konsentrat sehingga
mudah untuk disuntikkan dan menunjang home therapy (terapi mandiri). Perdarahan
akan berhenti bila pemberian faktor VIII atau faktor IX mencapai kadar yang
dibutuhkan. Masih terkait dengan pengobatan hemofilia, Himpunan Masyarakat
Hemofilia Indonesia memberikan beberapa saran, yaitu:
Pada umumnya, penderita hemofilia dapat merasakan suatu sensasi (nyeri atau seperti
urat ditarik) di lokasi yang akan mengalami perdarahan. Dalam keadaan ini, pengobatan
dapat segera dilakukan, sehingga akan menghentikan perdarahan, mengurangi rasa sakit,
dan mengurangi risiko terjadinya kerusakan sendi, otot, maupun organ lain. Makin cepat
perdarahan diobati, makin sedikit faktor VIII atau faktor IX yang diperlukan untuk
menghentikan perdarahan.
Kadangkala pada penderita hemofilia terjadi gejala yang tidak jelas: perdarahan atau
bukan? Bila ini terjadi, jangan ditunda-tunda, segera berikan faktor VIII dan faktor IX.
Jangan ditunggu sampai gejala klinik yang lebih jelas timbul, seperti rasa panas, bengkak,
dan nyeri.
Sampai saat ini, belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia, namun
dengan pengobatan yang memadai penderita dapat hidup sehat. Tanpa pengobatan yang
memadai, penderita hemofilia — terutama hemofilia berat — berisiko besar mengalami
kecacatan. Penderita bisa mengalami kemuduran fisik dan kesulitan melakukan aktivitas
sehari-hari, seperti berjalan atau bahkan meninggal dalam usia sangat muda.
Penderita hemofilia juga harus rajin melakukan perawatan dan pemeriksaan
kesehatan gigi dan gusi secara rutin. Untuk pemeriksaan gigi dan khusus, minimal
setengah tahun sekali, karena kalau giginya bermasalah semisalnya harus dicabut,
tentunya dapat menimbulkan perdarahan.
Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga berat tubuh agar
tidak berlebihan. Karena berat badan berlebih dapat mengakibatkan perdarahan pada
sendi-sendi di bagian kaki (terutama pada kasus hemofilia berat).
Penderita hemofilia harus menghindari penggunaan aspirin karena dapat
meningkatkan perdarahan dan jangan sembarang mengonsumsi obat-obatan.
Olahraga secara teratur untuk menjaga otot dan sendi tetap kuat dan untuk
kesehatan tubuh. Kondisi fisik yang baik dapat mengurangi jumlah masa perdarahan.
Jadi, siapa bilang penderita hemofilia tidak dapat beraktifitas dan menjalani hidup
layaknya orang normal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Hemofilia merupakan penyakit yang bersifat herediter. Pada penyakit ini
terjadi gangguan pada gen yang mengekspresikan faktor pembekuan darah, sehingga jika
terjadi luka,luka tersebut sukar menutup.
Klasifikasi hemofilia dibedakan atas 3 macam :
· Hemofilia A
· Hemofilia B atau penyakit “Christmas”
· Hemofilia C
B. Saran
Dengan riwayat keluarga ada yang menderita penyakit hemophilia,probabilitas
anak tersebut menderita hemophilia banding anak tersebut normal adalah 50% : 50%.
Disarankan bagi anak tersebut terlebih dahulu menjalankan pemeriksaan kadar faktornya
untuk mengetahui jenis dan tingkat hemophilia.
Jika setelah melalui tes anak tersebut dinyatakan penderita hemophilia maka
atersebut dapat disunat dengan konsekuensi harus menjalani prosedur khusus.Namun jika
ternyata anak tersebut normal maka sircumsisi dapat dengan prosedur sepertibiasanya.
DAFTAR PUSTAKA
Cecily. L Betz, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Alih bahasa Jan Tambayong,
EGC: JAKARTA
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1,
Infomedika, Jakarta
Sodeman, 1995, Patofisiologi Sodeman : Mekanisme Penyakit, Editor, Joko Suyono,
Hipocrates, Jakarta
Arif M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius,
FKUI, Jakarta
http://kompas.co.id/read/xml/2008/12/29/09050239/bila.berdarah.sulit.berhenti