Anda di halaman 1dari 78

Digitally signed by FKIP

DN: cn=FKIP, o=FKIP-USM, ou=http://fkip.serambimekkah.ac.id, email=musliyadi@gmail.com, c=ID


Date: 2012.12.12 01:23:44 +07'00'

ISSN 1693-4849

JURNAL PENDIDIKAN
SERAMBI ILMU
(Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)

VOLUME 13 NOMOR 2 SEPTEMBER 2012

• Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic (PMR)


Muhamad Saleh (Hal 51–59)

• Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Dalam Mengkonstruksi Algoritma Perkalian Siswa SD


Cut Morina Zubainur (Hal 60–65)

• Penerapan Model Apprentice Training Yang Berwawasan Konstruktivisme Dalam Upaya Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Kimia
Mariati MR, Cut Nova Riska (Hal 66–69)

• Relevansi Sikap Ilmiah Siswa Dengan Konsep Hakikat Sains Dalam Pelaksanaan Percobaan Pada
Pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh
Sardinah, Tursinawati, Anita Noviyanti (Hal 70-80)

• Manajemen Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan pada BKPP Aceh


Sri Rezeki, Murniati, AR, Cut Zahri Harun (Hal 81–90)

• Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teknologi Informasi (T.I) pada Jurusan Bahasa Arab
FAkultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
Zulkhairi, Djailani. AR, Nasir Usman (Hal 91-97)

• Strategi Menebak Makna Kata Berdasarkan Konteks dan Dampaknya Pada Kemampuan Reading
dan Pemerolehan Kosakata Aktif dan Pasif
Septhia Irnanda, Muhammad Aulia (Hal 98-107)

• Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share (TPS) Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup di SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie
Yahya (Hal 108-117)

• Efektivitas Peningkatan Kemampuan Profesional Guru SMK di Kabupaten Aceh Besar


Megawati (Hal 118-124)

Diterbit Oleh
FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Jurnal Hal Banda Aceh


Pendidikan Volume 13 Nomor 2 September
Serambi Ilmu 2012
51

PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN


PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIC (PMR)

Oleh:
Muhamad Saleh, S.Pd.,M.Pd

Abstrak. Materi matematika sekolah didominasi oleh materi yang bersifat abstrak. Untuk itu
perlu upaya pembelajaran matematika yang “disajikan” secara konkret sehingga lebih mudah
dipahami oleh siswa. Bila semua guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif
melalui pendekatan matematika relisatik diikuti pula dengan pengetahuan procedural yang
memadai, akan dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika yaitu makna dan
maksud dari apa yang dia lakukan/kerjakan. Lebih lanjut siswa akan memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika dan prosedur penyelesaian
matematika dan melalui kerja kelompok akan tertanam pada diri siswa suatu karakter yang
menghargai pendapat orang lain. Selain itu kualitas lulusan para siswa akan dapat meningkat
khususnya pada materi matematika. Model pembelajaran yang membawa siswa ke
Pendekatan realistik matematika ditonjolkan agar materi matem model pemblejaran yang
lebih konkret dapat di terapkan melalui Pembelajran Matematika Realistik (PMR).

Kata kunci: guru, kooperatif, realistic.

Pada tahun 1916 John Dewey seorang kontekstual melalui pendekatan matematika
staf pengajar di Universitas Chicago menulis realistik. Pendekatan pembelajaran
sebuah buku yang menetapkan sebuah konsep matematika realistik adalah suatu
pendidikan menyatakan bahwa kelas pembelajaran berfokus pada masalah yang
seharusnya cerminan masyarakat dalam sistem dapat dibayangkan siswa sebagai masalah
sosial dengan menjalankan prosedur dalam kehidupan nyata mereka atau masalah
demokrasi dan proses ilmiah. Namun dalam dunia mereka. Dengan demikian
sebenarnya model pembelajaran kooperatif melalui masalah realistik yang dihadapkan
merupakan ide lama pada awal abad pertama, kepada siswa memberi peluang untuk mereka
dimana seorang filosof berpendapat bahwa jawab sesuai dengan hasil pegamatan yang
untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki dilakukan oleh siswa itu sendiri sehingga
teman. Dengan teman dapat berinteraksi dalam kesan yang mereka terima labih baik dan lebih
belajar untuk mencapai suatu tujuan, (Ibrahim lama mereka ingat (Muhamad Saleh,
dkk, 2000:12). 2003:101).
Tujuan pembelajaran yang Melalui penerapan pembelajaran
diharapkan setelah pebelajar mengikuti kooperatif yang mencakup sekelompok siswa
serangkaian proses belajar bergantung dari bekerja dalam sebuah tim yang terdiri dari
masing-masing mata pelajaran. Matematika teman sebaya dalam kelompok, mereka dapat
salah satu mata pelajaran yang di pelajari oleh berinteraksi untuk mecapai tujuan. Kerja
siswa di sekolah pada jenjang pendidikan kelompok dapat juga bermanfaat tuntuk
dasar dan menengah. Objek dasar yang mengatasi/mengurangi kefakuman, karena
dipelajari dalam matematika adalah abstrak. siswa yang mampu diharapkan dapat
Keabstrakan yang terdapat dalam matematika membimbing temannya yang kurang mampu
itu perlu diupayakan sehingga dapat (Muhamad Saleh, 2003:13).
diwujudkan lebih konkret dan dapat membantu Disisi lain keabstrakan yang terdapat
siswa sehingga mereka lebih mudah dalam matematika itu perlu diwujudkan lebih
memahaminya. Salah satu upaya yang dapat konkret sehingga dapat membantu siswa lebih
membantu siswa memahami konsep mudah memahaminya. Dengan demikian perlu
matematika melalui pembelajaran yang lebih diupayakan suatu model pembelajaran
konkret atau masalah yang dikemas secara kooperatif yang penerapannya kepada para

Muhamad Saleh, S.Pd., M.Pd adalah Dosen Kopertis Wil I dpk pada FKIP Univeersitas Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 52

siswa diajak untuk berdiskusi untuk Dengan demikian struktur tujuan


menyelesaikan masalah matematika melalui kompetitif, siswa berusaha mencapai
masalah kontekstual yang realistik. Demikian suatu tujuan sehingga siswa lain tidak
halnya yang yang termuat dalam standar isi mencapai tujuan tersebut.
(2006:139) mengatakan bahwa : “Dalam setiap 3) Struktur tujuan kooperatif
kesempatan, pembelajaran matematika Struktur tujuan kooperatif terjadi jika
hendaknya dimulai dengan pengenalan seorang siswa dapat mencapai tujuan
masalah yang sesuai dengan situasi (contextual beserta siswa lain dengan siapa mereka
problem). bekerja sama mencapai tujuan tersebut.
Dengan mengajukan masalah kontekstual, Dalam struktur tujuan kooperatif tiap-
peserta didik secara bertahap dibimbing untuk tiap siswa memiliki andil dalam
menguasai konsep matematika. Untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai
meningkatkan keefektifan pembelajaran, ilustrasi dapat digambarkan seperti dua
sekolah diharapkan menggunakan teknologi orang yang bekerja dan berperan saling
informasi dan komunikasi seperti komputer, ketergantungan satu sama lain.
alat peraga, atau media lainnya”. Sehingga keberhasilan seseorang
Melalui kegiatan diskusi yang merupakan keberhasilan bersama,
dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan sebaliknya kegagalan seseorang
masalah kontekstual, diharapkan siswa dapat mempengaruhi kegagalan bersama pula.
menemukan suatu prinsip atau konsep Dalam struktur ini, bagaikan suatu tim
matematis dalam bentuk model matematika yang terdapat dalam satu sistem yang
dan suatu kesimpulan bagaimana cara atau masing-msing anggota memiliki peran
proses penyelesaiannya dan selanjutnya penting dalam kelompoknya. Struktur
dibimbing oleh guru untuk matematika yang inilah yang akan diterapkan dalam
lebih luas dan formal yaitu dengan model pembelajaran bagian kedua.
memanfaatkan atau mentransformasikannya ke
dalam bentuk lambang atau simbol-simbol Struktur penghargaan yang
(matematisasi horizontal dan matematisasi diterapkan juga bervariasi, tergantung pada
vertikal). model pembelajaran yang dilaksanakan.
Penghargaan individualistic dapat diberikan
Struktur tujuan kepada siapa saja dan tidak tergantung kepada
Setiap proses belajar mengandung siswa lain. Penghargaan kompetitif diberikan
struktur tujuan yang diharapkan dapat dicapai kepada siswa yang mampu mengalahkan
oleh siswa. Ada tiga struktur tujuan yang dapat pesaingnya di dalam kelas. Dengan edmikian
dipedomani oleh para guru dalam bagi siapa yang memeproleh rngking dalam
melaksanakan proses pembelajaran: kelas, maka kepadanya diberikan
1) Struktur tujuan individualistik. penghargaan. Sedangkan pengarhgaan
Struktur tujuan individualistic terjadi jika kooepratif diberikan kepada satu tim yang
pencapaiana tujuan seorang siswa tidak mampu bekerja sama dengan baik sehingga
memerlukan interaksi dengan siswa lain menjadi pemenang. Pemberain penghargaan
dan tidak bergantung pula dengan hasil diberikan kepada siswa dengan tujuan dapat
baik atau buruknya yang dicapai orang meningkatkan motivasi belajar siswa penerima
lain. Secara individual, siswa meyakini penghargaan juga siswa lainnya.
bahwa untuk mencapai tujuan yang dia
inginkan tidak ada hubungannya dengan 1. Pengertian Belajar Kooperatif
siswa lain. Belajar koopratif adalah cara belajar
2) Struktur tujuan kompetitif yang menerapkan kerjasama antar siswa dalam
Struktur tujuan kompetitif merupakan sekelompok kecil terdiri dari 3 sampai 5 orang
prinsip persaingan simana siswa berusaha siswa dalam satu kelompok sehingga mereka
mampu tampil lebih baik sehingga dapat belajar dalam satu tim untuk mecapai
orang/siswa lain dapat ditaklukkan. tujuan. Di dalam belajar kooperatif pebelajar
Muhamad Saleh, Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan PMR
53

berdiskusi dan saling mambantu serta dapat menunjukkan bahwa mereka dapat
memberikan motivasi serta saling membantu memahami isi materi
antara satu siswa dengan lainnya dalam rangka c. Kesempatan yang sama untuk sukses
pemahaman terhadap isi materi pelajaran (equal oppurtunity for success),
(Johnson & Johnson, 1991:6). Belajar dalam mempunyai pengertian bahwa setiap
satu kelompok yaitu bekerja secara bersama anggota kelompok mempunyai
untuk menyelesaikan sebuah masalah, kesempatan yang sama untuk menguasai
menyelesaikan tugas-tugas yang materi pelajaran dan mendapatkan
diajukan/dihadapi. Dalam belajar kelompok penghargaan dari kemampuan yang
semua anggota tim memiliki tugas dan dicapainya.
tanggung jawab dan secara bersamaan
membahas dan menyelesaikan masalah yang 2. Unsur-unsur keberhasilan belajar
dihadapi. Dalam belajar kooperatif tidak kooperatif
hanya sekedar mengelompokkan siswa dalam Keberhsilan penggunaan model ini
satu kelas menjadi beberapa kelompok yang menurut Johnson & Johnson (1991:56-59)
duduk saling berdekatan, namun dalam proses dapat dicapai dengan memperhatikan lima
dan kegiatan belajarnya hanya seorang komponen essensial sebagai berikut:
diantaranya yang aktif menyelesiakn tugas a. Saling ketergantungan positif
yang diberikan. Belajar kooeperatif Setiap anggota kelompok harus merasa
menekankan agar terjadi interaksi antar teman adanya rasa saling tergantung secara
sebaya dalam kelompoknya dalam rangka positif. Mempunyai rasa “satu untuk
menyeledaikan tugas kelompok. Kehadiran semua”. Merasa tidak akan sukses jika
teman sebaya sebagai kolega dalam belajar pebelajar yang lian juga tidak sukses.
memberikan rasa lebih bebas beraktifitas Dengan demikian tugas/kegiatan
karena dalam ruang lingkup kelompok yang kelompok haruslah mencerminkan aspek
semuanya merupakan orang-orang dekat dan saling ketergantungan.
teman bergaul. Dengan demikian setiap siswa b. Interaksi langsung
akan lebih berarni untuk mengemukakan ide- Komunikasi verbal antar pebelajar yang
ide atau pendapatnya dalam kelompok. didukung oleh saling ketergantungan
positif diharapkan akan menghasilkan
1) Karakteristik belajar kooperatif hasil belajar yang labih sempurna. Posisi
Tiga karakteris untuk semua jenis di atur sedemikian rupa sehingga mereka
model belajar kooperatif yang dikemukan bertatapan secara langsung antara satu
Slavin dalam Kauchak (1998:235) sebagai sama lain sehingga memudahkan mereka
berikut: saling berkomunikasi.
a. Tujuan kelompok (group goals) :adalah c. Pertanggung jawaban individual
menghargai anggota kelompok dari (individual accountability and personal
kemampuan yang berbeda untuk bekerja responsibility).
bersama dan membantu satu sama lain Penguasaan bahan ajar setiap individual
untuk mencapai tujuan pembelajaran. selaku anggota kelompook sangat
b. Tanggung jawab individual (individual menentukan sumbangan, dukungan dan
accountability): mempunyai bantuan yang diberikan untuk anggota
pengertaian bahwa setiap anggota lain di kelompoknya. Dengan demikian
kelompok memberikan keinginan untuk setiap anggota kelompok bertanggung
menguasai materi, dan setiap anggota jawab untuk mempelajari bahan ajar dan
diasses oleh anggota yang lain. Hal ini bertanggung jawab pula terhadap hasil
merupakan ide yang sangat penting. belajar kelompok.
Pebelajar yang terlibat dalam belajar d. Ketrampilan berinteraksi antar
kooperatrif akan memahami bahwa individual dan kelompok (interpersonal
mereka diharapkan untuk belajar dan and small-group skill)
melakukan aktivitas bersama-sama serta
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 54

Keterampilan sosial sengat penting dalam Illustrasi pembelajaran yang


belajar kooperatif dan harus sederhana di atas mengajak para siswa
diajarkan/disampaikan kepada pebelajar. menyelesaikan masalah dengan membawa
Pebelajar perlu dimotivasi untuk mereka kepada sesuatu yang bukan hal
bekerjasama dan berkolaborasi dengan baru bagi mereka dan diselesaikan secara
sesama. Kerjasama ini sangat bermanfaat bersama-sama (berkelompok).
bagi pebelajar di dalam memahami Belajar merurut pandangan konstruktivis
konsep-konsep sulit. merupakan suatu kegiatan aktif, dimana
e. Proses kelompok (group-processing) pebelajar membangun sendiri
Efektifitas di dalam belajar kelompok ini pengetahunannya. Menurut Suparno
dapat dilakukan dengan cara melakukan (1997:28) bahwa : “konstruktivisme
pembagian tugas untuk memimpin secara beranggapan bawha pengetahuan adlah
bergantian. Pebelajar memantau dan hasil konstruksi manusia. Manusia
menjelaskan tindakan mana yang dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka
menyumbangkan belajar dan mana yang melalui intearksi mereka dengan objek,
tidak dari setiap kegiatan yang terjadi di fenomena, pengalaman, dan lingkungan
kelompok. mereka”. Dengan demikian kegiatan
Hasil dari proses belajar manusia mengajar menurut pandangan
diharapkan dapat meningkatkan konstruktivis bukanlah memindahkan
pengetahuannya dari yang tidak paham pengetahuan dari guru ke pebelajar seperti
sehingga dapat menjadi paham dan dapat memindahkan air dari suatu wadah ke
mengaktualisasikannya dalam kehidupan media/wadah lain. Kegiatan mengajar
sehari-hari. Untuk memahamkan merupakan kegiatan yang dapat
seseorang dari sesuatu yang belum membantu dan memfasilitasi siswa
mereka katahaui, perlu diawali dari apa belajar agar mereka dapat membangun
yang telah mereka ketahui melalui pengetahuannya sendiri. Suparno
pengenalan maslaah yang sesuai dengan (1997:12) mengatakan : “banyak cara
situasi (contextual problem) sesuai belajar di sekolah didasarkan pada teori
dengan yang dimaksud oleh Badan konstruktivisme, seperti cara belajar yang
Standare Nasional Pendidikan. Kemudian menekankan pernan murid dalam
melalui masalah yang diajukan, guru membentuk pengetahuannya sedangkan
dapat membimbingnya dengan guru lebih berperan sebagai fasilitator
mengarahkan pola pikir yang dimiliki yang membantu keaktifan murid
oleh siswa dan menuju kekonsep yang tersaebut dalam pembentukan
benar. Poroses belajar seperti ini yang pengetahuannya. Kurikulum pendidikan
dapat menjadikan proses pembelajaran sains dan matematika mulai disesuaikan
yang berpusat pada siswa (student berdasarkan prinsip konstruktivime”.
centered). Proses pembelajaran seperti Sesuai dengan pandangan
yang dikemukakan di atas, siswa akan konstruktivisme di atas, para siswa perlu
lebih mudah memahami dan menemukan diajak belajar dengan memanfaatkan
apa yang ingin mereka temukan sehingga sesuatu yang telah dipahami oleh mereka.
pemahaman yang mereka terima/miliki
merupakan hasil dari membangun 3. Langkah-langkah dalam belajar kooperatif
pengetahuannya sendiri. Berikut Slavin (1995:75) menyatakan 5
diberikan ilustrasi suatu masalah pecahan langkah utama di dalam kegiatan pembelajaran
yang disajikan dengan pengajuan masalah untuk setiap bentuk model belajar kooperatif
kontekstual (contextual problem) : sebagai berikut
Kepada siswa (kelompok) diminta (1). penyajian kelas
untuk membagi dua sama luas (2). kegiatan belajar kelompok
kertas yang telah disediakan. (3 ).tes individual
(4). skor peningkatan individual dan
Muhamad Saleh, Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan PMR 55

(5). penghargaan kelompok mendemonstrasikan konsep atau


Sebelum kelima langkah di atas keterampilan secara aktif dengan
dilaksanakan terlebih dahulu diberikan mengggunakan berbagai contoh, (4)
informasi kepada pebelajar tentang pentingnya sering mengecek pemahaman
materi yang akan dipelajari, tujuan pebelajar dengan mengajukan
pembelajaran yang ingin dicapai, penjejakan pertanyaan, (5) menjelskan mengapa
tentang pengetahuan prasyarat dan jawaban ini benar atau salah, kecual
pembentukan kelompok. jika hal tersebut sudah cukup jelas,
1. penyajian kelas. (6) berpindah kekonsep dengan cepat,
Penyajian kelas adalah tahap yang begitu pebelajar sudah menguasainya,
dilakukan dengan penyajian informasi (7) memelihara situasi dengan
melalui berbagai metoda dengan menghilangkan gangguan,
pendekatan pendidikan realistic menanyakan berbagai pertanyaan dan
matematika. Tahap ini menggunakan terus melaksanakan pembelajaran
waktu 1-2 jam pertremuan. Setiap dengan teratur.
pembelajaran dengan model STAD, selalu 3) Latihan Terbimbing
dimulai dengan menjelaskan tujuan Kegiatan pembelajaran pada latihan
pembelajran, memberikan motivasi untuk terbimbing antara lain (1) meminta
berkooperatif, menggali pengetahuan siswa untuk mengerjakan soal atau
prasyarat dan sebagainya, disesuaikan contoh atau menjawab pertanyaan
dengan isi bahan ajar/pelajaran dan yang diajukan oleh guru, (2)
kemampuan peserta didik/siswa. Langkah- menunjuk peera didik secara random
langkah penyajian pembelajran untuk menjawab pertanyaan, (3) tidak
menekankan pada beberapa hal berikut: memberikan tugas yang
1) pembukaan menggunakan waktu yang realtif
hal yang dilakukan pada kegiatan alam, (4) memberikan waktu kepada
pembukaan antara lain, (1) siswa untuk bekerja satu atau dua
memberikan informasi tentuang maslah atau contoh, kemudain
tujuan pembelajran, menjelaskan ,memberikan umpan balik.
kepada pebelajrea apa yangakan 2. belajar kelompok
dipelajari, dan mengapa pembelajaran Pada tahap ini pebelajar bekerjasama
ini dinanggap penting, (2). dalam kelompok untuk menyelesaikan
Membangkitkan rasa ingin tahu tugas-tugas yang diberikan. Dengan
pebelajar dengan demonstrasi yang melibatkan kemampuan dan potensi yang
mengagumkan misalnya dengan ada pada diri setiap anggota kelompok
memberikan teka-teki, masalah diharapkan semua anggota dapat
kehidupan sehari dengan pendekatan memahami apa yang menjadi jawaban
realistic, atau berbaagai hal l;ain, (3). mereka sehingga hal ini menimbulkan
Mengajak pebelajar bekerja konsekwensi setiap anggota kelompok
dikelompok untuk menemukan dapat dan mampu mempresentasikan
konsep dan menambah keinginan jawaban yang diberikan kelompok.
pebelajar untuk belajar, (4) Materi yang digunakan di dalam kegiatan
mengulang atau menggali kembali ini adalah dua lembar tugas dan dua
pengetahuan prasyarat yang lembar kunci jawaban untuk setiap
diperlukan kelompok. Lembar tugs diberikan pada
2) pengembangan waktu kegiatan belajar kelompok,
kegiatan yang dilakukan pada sdangkan kunci jawban diberikan setelah
umumnya (1) memfokuskan pada kegiatan kelompok selesai. Satu
tujuan yang ingindiajarkan pada kelompok terdiri dari 2-6 orang siswa.
pebelajar, (2) memfokuskan pada Guru membagikan lembar kerja memuat
pengertian, bukan hafalan, (3) materi/masalah yang dirancang memuat
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 56

realistic matematika untuk setiap siswa. 3. tes individual


Dimana satu lembar digunakan oleh dua Tes individual adalah tes untuk menguji
orang atau lebih, dengan tujuan agar dapat kinerja dan kemampuan setiap pebelajar..
terjalin kerja sama diantara sesame dalam Pada tahap ini pebelajar tidak
kelompok. Guru memberikan tahapan dan diperkenankan saling membantu antara
fungsi belajar kelompok tipe STAD, satu anggota dengan anggota lain dalam
dimana setiap peserta didik mendapatkan satu kelompok maupun kelompok lain.
peran meimpion anggota-anggota di dalam Hasil tes individu setiap anggota kelompok
kelompoknya. Dengan mendapat peran berdampak atau memberikan kontribusi
dikelompoknya, diharapkan setiap anggota skor terhadap kelompoknya.
kelompok termotivasi un tuk membuka 4. skor peningkatan individual
wacana dalam diskusi. Dengand emikian Skor peningkatan secara individual
diharapkan setiapanggota kelompok dilakukan berdasarkan skor dasar yang
mendapat perannya masing-masing, diperoleh secara individu. Lebih
seperti mencari,m enjelaskan dan lengkapnya poin perkembangan seperti
menuliskan hasil pembicaraan, mengecek yang di paparkan pada table berikut:
jawaban dan saling mengganti peran dalam
waktu tertentu.

Skor peserta didik Poin perkembangan


Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 5
10 poin hingga 1 poin dibawah skor dasar 10
Skor dasar sampai 10 poin di atasnya 20
lebih 10 poin di atas skor dasar 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

5. penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok didasarkan pada perolehan poin perkembangan kelompok. Penentuan poin
pencapaian kelompok digunakan rumus yang diadaptasi dari Slavin (1995:82). Nk adalah
keterangan tentang poin perkembangan kelompok yaitu:
jumlah total skor perkembangan kelompok
Nk =
banyaknya anggota kelompok
dengan sebutan penghargaan sebagai berikut:
a. poin rata-rata 15, sebagai kelompok baik
b. poin rata-rata 20 sebagai kelompok hebat
c. poin rata-rata 25, sebagai kelompok super

4. Jenis-jenis Model Belajar Kooperatif namun dari masing-masing jenis memiliki


Pada bagian ini akan disampaikan karakteristik tersendiri..
tiga tipe belajar kooperatif yaitu :
1). Student Teams Achievement Devision Student Teams Achievement Division
(STAD), (STAD)
2) Team Games Tournament (TGT) dan Student Teams Achievement Division
3). Teams Assisted Individualitation (TAI). (STAD) merupakan salah satu model yang
Secara umum dari ketiga jenis belajar paling sederhana dari semua model belajar
kooperatif di atas memiliki cirri-ciri yang kooperatif, dan merupakan suatu model yang
sama, yaitu diawali dengan penyajian kelas, baik untuk pembelajaran yang baru mengenal
kegiatan belajar kelompok, tes individu dan tentang belajar kooperatif (Slavin, 1986:1).
penghargaan atas keberhasilan kelompok. Prosedur dalam model STAD mengikuti
tahapan sebagai berikut:
Muhamad Saleh, Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan PMR 57

Tahap 1. tahapan penyajian guru / Penyajian perhatian yang besar pada “reinvention”, yakni
kelas siswa diharapkan membangun konsep dan
Langkah-langkah penyajian menekankan pada struktur matematika bermula dari intuisi
beberapa hal berikut: mereka masing-masing; (b) pengenalan
1. Pembukaan, konsep dan abstraksi melalui hal-hal yang
2. pengembangan dan konkret atau dari sekitar siswa; (c) selama
3. latihan terbimbing pematematikaan, siswa mengkontruksi
gagasannya sendiri, tidak perlu sama antar
Team Games Tournament (TGT) siswa yang satu dengan lainnya, bahkan tidak
Team Games Tournament (TGT) perlu sama dengan gagasan gurunya; (d) hasil
tidak menggunakan tes individual, tetapi pemikiran siswa dikonfrontir dengan hasil
menggantinya dengan turnamen yang pemikiran siswa lainnya (Treffers dan
dilakukan terlebih dahulu dengan membentuk Panhuizen dalam Yuwono, 2001:3).
kelompok baru yang masing-masing memiliki Dengan pengenalan konsep dan
kemampuan relative sama. abstraksi melalui hal-hal yang konkret atau
dari sekitar siswa akhirnya kebenaran dapat
Teams Assisted Individualitation (TAI) dirujukkan kepada kenyataan yang ada atau
Teams Assisted Individualitation realitas, sehingga dalam keadaan ini dapat
(TAI) dimulai dengan tes penempatan untuk dikatakan bahwa ‘hakim tertinggi ilmu
mementukan tingkat kemampuan prasyarat pengetahuan alam adalah realitas’ (Soedjadi
pebelajar. Setiap anggota kelompok dapat 1999/2000:29).
mengerjakan materi yang berbeda-beda. Jika Menurut Gravemeijer (dalam
pebelajar mengalami kesulitan, maka ia masih Zulkardi, 2002:652) Realistic Mathematics
harus menyelesaikan soal lain ditahap tersebut. Education mempunyai lima karakteristik, yaitu
:
5. Pendidikan Matematika Realistik (1) Menggunakan masalah kontekstual
Pendekatan metode pembelajaran (masalah kontekstual sebagai aplikasi
merupakan faktor yang mempengaruhi proses dan sebagai titik tolak darimana
pembelajaran (Joni, 1983:68). Pembelajaran matematika yang diinginkan dapat
Realistic Mathematics Education (RME) telah muncul)
diteliti dan dikembangkan di Belanda dan (2) Menggunakan model atau jembatan
telah berhasil meningkatkan prestasi belajar dengan instrumen vertikal (perhatian di
matematika siswa. arahkan pada pengembangan model,
Di Indonesia istilah Realistic skema dan simbolisasi dari pada hanya
Mathematics Education (RME) dikenal menstransfer rumus atau matematika
dengan Pendidikan Matematika Realistik formal secara langsung).
Indonesia (PMRI). Pendidikan matematika (3) Menggunakan kontribusi murid
realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan (kontribusi yang besar pada proses
realitas yaitu hal-hal yang nyata atau konkret belajar mengajar diharapkan dari
dan dapat diamati secara langsung sesuai konstruksi murid sendiri yang
dengan lingkungan tempat siswa berada mengarahkan mereka dari metode
(Soedjadi, 2001:2). Sedangkan menurut informal mereka ke arah yang lebih
Suharta (2001:9): ”Matematika Realistik (MR) formal atau standar).
merupakan salah satu pendekatan (4) Interaktivitas (negosiasi secara eksplisit,
pembelajaran matematika yang berorientasi intervensi, kooperasi dan evaluasi
pada pematematisasian pengalaman sehari-hari sesama murid dan guru adalah faktor
(mathematize everyday experience) dan penting dalam proses belajar secara
menerapkan matematika dalam kehidupan konstruktif di mana strategi informal
sehari-hari (everydaying mathematics)”. murid digunakan sebagai jantung untuk
Pembelajaran yang berorientasi pada mencapai yang formal).
RME dapat dicirikan oleh : (a) pemberian
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 58

(5) Terintegrasi dengan topik pembelajaran matematika realistik, kepada anak dihadapkan
lainnya (pendekatan holistik, hal-hal yang berkaitan dengan konteks dalam
menunjukkan bahwa unit-unit belajar kehidupan sehari-hari dan disamping itu
tidak akan dicapai secara terpisah tetapi benda-benda yang dapat diamati juga
keterkatian dan keterintegrasian harus di digunakan. Dengan memanfaatkan apa yang
eksploitasi dalam pemecahan masalah). telah biasa pada siswa juga benda yang dapat
Dari karakteristik yang terdapat pada diamati untuk menyelesaikan permasalahan
matematika realistik, akan membuat siswa yang berkaitan dengan pecahan akan terjadi
mampu menyelesaikan suatu masalah secara suatu aktivitas atau proses pematematikaan
logis. Didalam laporannya Shepard, 1975 horizontal. Sedangkan matematisasi vertikal
(dalam Hudojo, 1979:49) mengatakan bahwa tidak lain proses yang terjadi dalam
anak-anak pada tahap operasi konkrit mampu matematika itu sendiri yang mengarah pada
menyelesaikan suatu masalah secara logis bila pengembangan pengetahuan dan keterampilan
masalah tersebut dipilih dengan menggunakan yang berjalan dalam sistim dunia simbol.
bahasa sederhana-tidak menggunakan bahasa Sebelumnya telah disebutkan bahwa
yang kompleks. dalam pendidikan matematika realistik,
a. Penekanan Pematematikaan pada pengalaman belajar siswa dimulai dari suatu
Matematika Realistik yang realistik atau hal yang telah terbayangkan
Dua jenis yang berkaitan dengan oleh siswa. Dengan demikian pembelajaran
pematematikaan yaitu pematematikaan tidak diawali dengan formal, melainkan lebih
horizontal dan pematematikaan vertikal. banyak berawal dari intuisi siswa. Sebagai
Pematematikaan horizontal berkaitan dengan contoh dalam matematisasi vertikal adalah
pengetahuan yang telah dimiliki siswa proses pembuktian dalam matematika atau
sebelumnya bersama intuisi mereka sebagai mungkin proses mencari selesaian yang
alat untuk menyelesaikan masalah dari dunia menggunakan strategi manipulatif simbol-
nyata. Sedangkan pematematikaan vertikal simbol.
berkaitan dengan proses organisasi kembali Berkaitan dengan dua tipe
pengetahuan yang telah diperoleh dalam pematematikaan di atas, Treffers (1987) dan
simbol-simbol matematika yang lebih abstrak Freudental (1991), (dalam Yuwono 2001:23)
(Traffer 1991:32). mengklasifikasikan pendekatan pembelajaran
Matematisasi horizontal lebih matematika berdasarkan intensitas
menekankan proses trasnformasi masalah yang pematematikaan:
dinyatakan dalam bahasa sehari-hari ke dalam • mekanistik atau pandekatan tradisional,
bahasa matematika atau sering kita sebut dalam pendekatan ini pembelajaran
dengan pemodelan dari situasi soal. Pada matematika lebih difokuskan pada drill,
matematisasi horizontal siswa dengan dan panghafalan rumus saja, sedangkan
pengetahuan yang dimilikinya dapat proses pematimatikaan keduanya tidak
mengorganisasikan dan menyelesaikan tampak;
masalah yang ada pada situasi dunia nyata • emperistik, lebih menekankan kepada
dengan kata lain matematika horizontal pematematikaan horizontal dan cenderung
bergerak dari dunia nyata ke dunia simbol. Hal mengabaikan pematematikaan vertikal;
ini dilakukan melalui interaksi sosial antara • strukturalis, lebih menekankan kepada
siswa. Sedangkan pada matematisasi vertikal, pematematikaan vertikal dan cenderung
proses pengorganisasian kembali dengan mengabaikan pemetematikaan horizontal,
menggunakan matematika itu sendiri atau pendekatan ini sering disebut ‘new math’
“dunia nyata” merupakan sumber dari membangun konsep matematika
matematisasi sebagai tempat untuk berdasarkan pada teori himpunan;
mengaplikasikan kembali konsep-konsep • realistik, memberikan perhatian yang
matematika. seimbang antara pematematikaan yang
Sesuai dengan pelaksanaan horizontal dan vertikal dan disampaikan
pembelajaran pecahan dengan pendekatan secara terpadu terhadap siswa.
Muhamad Saleh, Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan PMR 59

Berkaitan dengan dua pendekatan Pernyataan di atas dimaksdukan agar


pembelajaran tersebut, Treffers (1991:32) siswa belajar matematika di sekolah adalah un
memberikan gambaran sebagaimana dalam tuk mempersiapkan siswa agar sanggup
tabel dibawah ini. menghadapi perubahan keadaan di dalam
Tabel 1 kehidupan dan dunia yang selalu berkembang,
Horizontal Vertikal melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
Mekanistik logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif;
- -
mempersiapkan siswa agar dapat
Empiristik + -
menggunakan matematika dan pola pikir
Strukturalis - +
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan
Realistik + + dalam mempelajari ilmu pengetahuan
(Depdikbud, 1994 :1).
b. Pendidikan Matematika Realistik dan Untuk manecapai maksud di atas,
Relevansinya Dengan Pembelajaran guru perlu memperhatikan dan menumbuh
Pecahan kembangkan daya imajinasi dan rasa ingin
Pendidikan matematika realistik tahu siswa kita, juga siswa harus dibiasakan
menggunakan hal ’nyata’. Realistik yang untuk mendapat kesempatan bertanya dan
diumaksud dalam tulisan ini adalah hal-hal berpendapat sehingga dalam proses belajar
yang nyata atau konkret yang dapat diamati matematika tersebut anak merasa bahwa
atau dapat dipahami lewat membayangkan. matematika lebih bermakna. Jika siswa telah
Dengan demikian mungkin saja digunakan memiliki kebermaknaan matematika, harapan
benda-benda konkret dalam meragakan ide selanjutnya akan terbentuk rasa ingin tahu dan
matematika untuk menemukan suatu konsep kecintaan siswa terhadap matematika.
(Marpaung 2001:9) Agar siswa merasa matematika lebih
Pecahan yang termasuk dalam cabang bermakna, sebaiknya diupayakan siswa aktif
matematika, banyak terdapat penerapannya mengkonstruksi pengetahuan matematika itu,
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dan guru berperan sebagai fasilitator. Artinya
sebelum anak memperoleh pengetahuan bahwa murid harus didorong dan diberi
formal disekolah mengenai pecahan, mereka kesempatan untuk mengemukakan pendapat
telah memiliki pengetahuan yang berkaitan sesuai dengan jalan pikirannya dan mungkin
dengan pecahan, misalnya ketika anak juga dapat belajar dari ide-ide temannya
membagikan sesuatu menjadi dua bagian yang sendiri.
sama. Aktivitas siswa pada saat
Pengetahuan informal yang selalu menyelesaikan masalah sesuai dengan jalan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari- pikirannya, sesuai dengan karakteristik/prinsip
hari perlu dikembangkan melalui intuisi anak dari pembelajaran pendidikan matematika
ke dalam bentuk matematika formal termasuk realistik. Karkteristik/prinsip dari
misalnya rumus-rumus yang dinyatakan dalam pembelajaran pendidikan matematika realistik
bentuk simbol-simbol atau variabel. Dengan adalah suatu kegiatan atau aktivitas konstruktif
demikian pada saat anak kembali menghadapi (Sutawidjaja, 2001 & Marpaung, 2001:3).
permasalahan dalam konteks kehidupan, Landasan filosofi ini dekat dengan filasafat
mereka telah terbiasa dan lebih lanjut konstrukstivisme yang menyebutkan bahwa
diharapkan dalam pemecahan masalah yang pengetahuan itu adalah konstruksi dari
dihadapi tersebut akan lebih baik. Pernyataan seseorang yang sedang belajar (Suparno,
tersebut di atas sesuai dengan terdapat dalam 1997:29). Demikian halnya yang dikatakan
panduan pengembangan silabus mata pelajran oleh (Nikson dalam Hudojo, 1988 : 6) bahwa
matamtika bahwa guru perlu pandangan konstruktivis memandang
mengembangakan sikap menggunakan pembelajaran sebagai usaha membantu siswa
matematika sebagai alat untuk memecahkan dalam mengkonstruk konsep-konsep/prinsip-
problematika baik di sekolah maupun di prisnip matematika dengan kemampuannya
rumah. sendiri melalui proses internalisasi sehingga
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 60

konsep tesebut terbangun kembali. Belajar dan saling membagi pengetahuan, saling
dengan kemampuannya sendiri berarti berkomunikasi, saling membantu untuk
menggunakan hal-hal apa yang telah memahamkan materi pelajaran.
diketahuinya sebagai pengetahuan awal. • Karakteristik model belajar kooperatif
Salah satu faktor penting yang dapat adalah:
mempengaruhi belajar anak adalah apa yang - tujuan kelompok
telah diketahuinya, yaitu berupa pengetahuan - tanggung jawab individu
awal (Novak, 1985: 20). Pengetahuan awal - kesempatan yang sama untuk sukses.
yang telah dimiliki oleh anak akan • Keberhasilan suatu model belajar
berkembang secara optimal bila diikuti dengan kooperatif didasari oleh unsur-unsur
ketepatan pemanfaatannya dalam hal berikut:
menerima konsep baru. Guru sangat berperan - saling bergantungan
dalam hal ini, sehingga dituntut agar guru - interaksi langsung
berusaha mengetahui dan memanfaatkan - pertanggung jawaban individu
pengetahuan awal siswa yang telah ada dalam - keterampilan berintegrasi
pikiraannya sebelum mereka mempelajari - prosese kelompok
lebih lanjut sutu konsep atau pengetahuan • langkah-langkah dalam penerapan model
baru. Bila dalam belajarnya siswa menghadapi kooperatif adalah
hal atau masalah yang tidak asing atau familiar - penyajian
terhadap dirinya harapan selanjutnya bahwa - belajar kelompok
siswa akan terlibat langsung secara aktif dalam - kinerja individu dan penghargaan
proses pembelajaran. konerja kelompok.
Guru hendaknya dapat memilih dan • Pelaksanaan pembelajaran kooperatif
menggunakan strategi atau metode dalam suatu model pembeljaran yang memusat
pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga pada siswa dalam kelompoknya dan guru
lebih banyak melibatkan siswa secara aktif berperan sebagai fasilitator dan mediator.
dalam belajar yaitu aktif secara mental, fisik, • Dengan menerapkan model koopeatif
maupun sosial. Untuk mensinergikan keaktifan dalam pembelajran dapat menimbulkan
ini dalam pembelajaran dapat saja siswa sikap positif terhadap budaya gotong
dibimbing kearah mengamati, menebak, royong yang merupakan milik budaya
berbuat, mencoba sehingga pada akhirnya rakyat Indonesia dan memiliki prinsip
mampu menjawab persoalan yang mengarah demokrasi
kepada pertanyaan “mengapa”. Prinsip belajar • Pendidikan Matematika Relasistik
aktif inilah yang mampu menumbuhkan dan Indonesia (PMRI) adalah suatu
mengarahkan sasaran pembelajaran sesuai pendekatan yang dapat membantu guru
dengan tujuan belajar matematika. melaksanakan proses pembelajaran yang
membawa siswa masuk kedalam konteks
2. Rangkuman dunia nyata, sehingga siswa memiliki
Dari uraian yang telah disampaikan, kesan yang ”berkualitas” karena siswa
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai mengalami langsung dalam menemukan
berikut: konsep matematika yang dihadapkan dan
• Belajar kooperatif (kooperatif learning) mereka pelajari.
mengandung pengertian sebagai suatu • Pendidikan matematika realistik,
strategi pembelajaran yang membagi memberikan perhatian yang seimbang
siswa dalam beberapa kelompok yang antara pematematikaan yang horizontal
setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang. dan vertikal serta disampaikan secara
Dalam kelompok tersebut, masing-masing terpadu terhadap siswa.
siswa sebagai anggota kelompok aktif dan
mereka bekerja bersama dalam Daftar Pustaka
menyelesaikan permasalahan ayng Armanto D. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
diajukan sehingga terjadi suatu diskusi Pendidikan (KTSP) dan Pendidikan
Muhamad Saleh, Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan PMR 61

Matematika Realistik Indonesia Matematika. Makalah Disajikan


(PMRI). Makalah disajikan pada Pada Seminar Nasional “Realistic
seminar PMRI di Banda Aceh April Mathematics Education (RME).
2007. Surabaya: Jurusan Matematika
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan FMIPA UNESA. 24 Februari 2001.
Silabus Mata Pelajaran Matematika, Suharta. 2001. Pembelajaran Pecahan Dalam
Jakarta. Matematika Realistik. Makalah
Hudojo. 1979. Pengembangan Kurikulum Disajikan Pada Seminar Nasional
Matematika & Pelaksanaannya di “Realistic Mathematics Education
Depan Kelas. Surabaya: Usaha (RME). Surabaya: Jurusan
Nasional. Matematika FMIPA UNESA. 24
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Februari 2001.
Kooperatif. Universitas Negeri Suparno P. 1997. Filsafat Konstruktifisme
Surabaya, University Pres, Surabaya. Dalam Pendidikan. Kanisius,
Johnson, D.W & Johnson, R.T. 1991. Yogyakarta.
Learning Together and Alone, Sutawidjaja, A. 2001. Pendidikan Matematika
Coopertive, Competitive, and Realistik. Makalah Disajikan pada
Individualistic Leraning. (Third stadium general. Jurusan Tadris
Edition). Boston: Allyn and Bacon. Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN
Marpaung 2001. Prospek RME Untuk Syarif Hidayatullah, Jakarta. 27
Pembelajaran Matematika di Oktober 2001.
Indonesia. Makalah disajikan dalam Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran
seminar Nasional Realistic Matematika Kontemporer. Univ
Mathematics EducationUniv Negeri Pendidikan Indonesia (UPI),
Surabaya di Jurusan Matematika Bandung-Indonesia.
FMIPA UNESA, Surabaya 24 Feb Treffers. 1991. Didactical Background Of a
2001. mathematics program for primary
Marpaung, Y.2002. Pendidikan Matematika education, dalam L.Streefland (Ed),
Realistik di Indonesai. Perubahan Realistic Mathematics Education in
Paradigma Dalam Pembelajaran Primary School (hal 21). Utrecht
Matematika Di Sekolah. Dalam University, The Netherlands.
Jurnal Matematika atau Yuwono, I. 2001. RME (Realistic Mathematics
Pembelajarannya. Tahun VIII, Edisi Education) dan Hasil Studi Awal
Khusus, Juli 2002. Proseding Implementasinya di SLTP. Makalah
Konfrensi Nasional Matematika XI disajikan dalam seminar Nasional
Bagian I, UM 22-25 Juli 2002. Realistic Mathematics Education
Muhamad Saleh. 2003. Pembelajaran Materi Univ Negeri Surabaya di Jurusan
Peluang Melalui Pendekatan Matematika FMIPA UNESA,
Pendidikan Matematika Realistik. Surabaya 24 Feb 2001.
Tesis tidak diterbitkan, Malang Zulkardi. 2002. Pendidikan Realistik
Program PascaSarjana Universitas Matematika Indonesia:
Negeri Malang. Perkembangan Dan Permasalahan.
Novak, J.D, Gowin, D.B. 1985. Learning How Dalam jurnal matamatika ataiu
to Learn. New York: Glenco Mc pembelajarannya. Tahun VIII. Edisi
Millan/MCc Graw Hill. khusus, Juli 2002. Proseding
Slavin, E.R.1995.Cooperative Learning: Konfrensi Nasional Matematika XI
Theory, Research, and Practice bagian I, UM 22-25 juli 2002
(Second Editiion). Massachusetts.
Allyn and Bacon.
Soedjadi. 2001. Pemanfaatan Realitas dan
Lingkungan Dalam Pembelajaran
62
60

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM


MENGKONSTRUKSI ALGORITMA PERKALIAN SISWA SD

Oleh:
Cut Morina Zubainur

Abstrak: Dalam penerapan PMRI di sekolah, siswa belajar secara mandiri atau berkelompok
untuk menentukan strategi penyelesaian kontekstual. Strategi ini dikembangkan dan
diciptakan sendiri oleh siswa (free production) dalam bentuk matematika informal (diagram,
gambar, kode, simbol, dan lainnya) dan juga matematika formal seperti konsep dan algoritma
yang telah mereka pelajari sebelumnya. Guru memfasilitasi pembentukan matematika
informal menjadi matematika formal yang standar. Aktifitas belajar berlangsung secara maju
melalui diskusi interaktif antara siswa dan guru. Pendekatan realistik merupakan pendekatan
pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara
aktif dan mentalnya dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dikaitkan dengan pengalaman
kehidupan nyata siswa. Tulisan ini akan membahas contoh soal kontekstual dan alternatif
jawaban siswa yang muncul pada proses pembelajaran yang bertujuan mengkonstruksi
algoritma perkalian. Proses ini diperlukan untuk menjembatani siswa dalam melakukan
perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka. Perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka
merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai siswa kelas III semester 1
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Alternatif jawaban siswa
didasarkan pada pengamatan yang dilakukan terhadap siswa SD Negeri 69 Banda Aceh, SDIT
Nurul Ishlah Banda Aceh, dan SD Negeri 3 Banda Aceh.

Kata kunci: penerapan, PMRI,mengkonstruksi, algoritma, perkalian

Pendekatan realistik merupakan 1987) melalui penyelesaian permasalahan


pendekatan pembelajaran matematika yang yang realistik dan kontekstual. Hal ini sesuai
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dengan pandangan teori constructivism yang
terlibat secara aktif dan mentalnya dalam menyatakan bahwa pengetahuan matematika
mengkonstruksi pengetahuan yang dikaitkan tidak dapat diajarkan oleh guru tetapi
dengan pengalaman kehidupan nyata siswa dibangun sendiri oleh siswa (Nur, 2001).
(Hadi, 2005). Pembelajaran matematika Menurut Gravemeijer (1994) terdapat
dengan menggunakan pendekatan realistik tiga prinsip utama dalam PMRI, yaitu (1)
pertama sekali dikembangkan di Belanda penemuan terbimbing dan bermatematika
semenjak tahun 1971 dengan nama RME secara maju (guided reinvention and
(Realistic Mathematics Education) yang progressive mathematizartion), (2) realitas
berdasar pada konsep Fruedenthal yang (realty principle), dan (3) model
mengatakan bahwa matematika merupakan pengembangan mandiri (self-developed
aktivitas manusia (Fruedenthal dalam model).
Gravemeijer, 1994). RME di Indonesia dikenal Prinsip penemuan terbimbing berarti
dengan Pendidikan Matematika Realistik siswa diberikan kesempatan untuk
Indonesia (PMRI). menemukan sendiri konsep matematika
PMRI didasarkan pada argumen dengan menyelesaikan berbagai soal
Freudental (1973) bahwa matematika harus kontekstual. Soal kontekstual ini mengarahkan
tidak disajikan pada siswa dalam bentuk hasil- siswa membentuk konsep, menyusun model,
jadi (a ready-made product) tetapi siswa harus menerapkan konsep yang telah diketahui, dan
belajar menemukan kembali konsep-konsep menyelesaikannya berdasarkan kaidah
matematika tersebut. Siswa membentuk matematika yang berlaku (Treffers & Goffree,
sendiri konsep dan prosedur matematika 1985). Berdasarkan soal, siswa membangun
(conceptual mathematization, De Lange, model dari (model of) situasi soal (dalam

Cut Morina Zubainur, S.Pd, M.Pd adalah Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 61

bentuk formal atau tidak), kemudian untuk menentukan strategi penyelesaian


menyusun model matematika untuk (model kontekstual. Strategi ini dikembangkan dan
for) menyelesaikannya hingga siswa diciptakan sendiri oleh siswa (free production)
mendapatkan pengetahuan formal matematika. dalam bentuk matematika informal (diagram,
Prinsip bermatematika secara maju gambar, kode, simbol, dan lainnya) dan juga
dapat dibagi atas dua komponen yaitu matematika formal seperti konsep dan
bermatematika secara horizontal, siswa algoritma yang telah mereka pelajari
mengidentifikasi bahwa soal kontekstual harus sebelumnya. Guru memfasilitasi pembentukan
ditransver ke dalam soal bentuk matematika matematika informal menjadi matematika
untuk lebih dipahami lebih lanjut. Dalam formal yang standar. Aktifitas belajar
bermatematika secara vertikal, siswa berlangsung secara maju melalui diskusi
menyelesaikan bentuk matematika formal atau interaktif antara siswa dan guru.
tidak formal dari soal kontekstual dengan Pengembangan fenomena
menggunakan konsep, operasi dan prosedur pembelajaran dijelaskan oleh Streefland
(aturan, rumusan, dan kondisi) matematika (1990) dalam teori pengajaran 5 x 5 (the five
yang berlaku. Siswa menunjukkan tenets of the instructional theory of RME).
hubungandari rumus yang digunakan, a. Belajar merupakan aktivitas konstruksi
membuktikan aturan matematika yang berlaku, yang distimulasikan dengan kekonkritan
membandingkan model, menggunakan model (concreteness) dan mengajar melibatkan
yang berbeda, mengkombinasikan dan penggunaan soal yang dikenal siswa.
menerapkan model, serta merumuskan konsep b. Belajar merupakan proses jangka panjang
matematika dan mengeneralisasikannya (De yang bergerak dari konkrit menuju abstrak
Lange, 1987). dan mengajar memfasilitasi siswa dari
Prinsip realitas (realty principle) pengetahuan matematika tidak formal
menekankan pentingnya soal kontekstual menuju matematika formal.
untuk memperkenalkan topik-topik c. Belajar difasilitasi oleh refleksi terhadap
matematika kepada siswa. Soal kontekstual pola pikir mandiri dan pola pikir orang
didefinisikan sebagai soal yang lain, dan mengajar meliputi pendorongan
merepresentasikan hadirnya lingkungan yang siswa untuk melihat kembali dan
nyata bagi siswa (Gravemeijer, 1999). merefleksikannya dalam proses belajar.
Pengertian nyata bukan sebatas apa nyata pada d. Belajar melibatkan konteks sosial-budaya,
pandangan siswa tetapi juga semua hal yang jadi mengajar meliputi pemberian
dapat dibayangkan siswa, terjangkau oleh kesempatan berkomunikasi dan
imajinasinya (Van den Heuvel-Panhuizen, bekerjasama dalam kelompok kecil atau
1996). Dalam hal ini konteks merujuk pada diskusi kelas.
situasi dalam hidup sehari-hari, situasi yang e. Belajar merupakan pengkonstruksian
bersifat fantasi, dan juga soal matematika itu pengetahuan dan keterampilan menuju
sendiri (bare mathematical problems). bentuk yang terstruktur, dan mengajar
Prinsip ketiga adalah pengembangan melibatkan berbagai aspek yang saling
model mandiri (self-developed model) yang berkaitan.
berfungsi menjembatani antara pengetahuan Berdasarkan uraian prinsip RME di
matematika tidak formal dan formal dari atas, maka pembelajaran matematika yang
siswa. Dalam menyelesaikan masalah dilaksanakan di kelas hendaknya memberikan
kontekstual dari situasi nyata, siswa kepada siswa situasi masalah yang dapat
menemukan model untuk (model for) bentuk mereka bayangkan atau miliki hubungan
tersebut (bentuk formal matematika), hingga dengan dunia nyata. Nyata yang dimaksudkan
mendapatkan penyelesaian masalah tersebut dalam realistik selain dekat dengan kehidupan
dalam bentuk pengetahuan matematika yang sehari-hari siswa, juga dapat dibayangkan
standar. (nyata dalam pikiran) siswa. Sehingga proses
Dalam penerapan PMRI di sekolah, pembelajaran dapat memberi kesempatan
siswa belajar secara mandiri atau berkelompok kepada siswa mengkonstruksi pemahamannya
Cut Morina, Penerapan Pendekatan Matematika Realistik 62

tentang matematika. Hal ini diharapkan dapat 2. Konteks menunjang terbentuknya ruang
mengaktifkan siswa, melatih siswa berlaku gerak dan transparansi soal
demokratis, membuat kelas menyenangkan, Konteks akan memberikan kesempatan
dan memacu guru untuk meningkatkan hasil bagi siswa menunjukkan kemampuannya.
belajar siswa. Soal tentang perkalian misalnya jumlah
penghapus yang ada dalam 13 kemasan,
Pembahasan dimana tiap-tiap kemasan terdiri dari 6
Prinsip kedua PMRI menekankan penghapus merupakan contoh dimana
pada pentingnya konteks dalam siswa dapat menghasilkan konsep
memperkenalkan topik-topik matematika perkalian sebagai penjumlahan berulang.
kepada siswa. Konteks dimanfaatkan sebagai 3. Konteks dapat melahirkan berbagai
bahan ilustrasi dari soal matematika. Soal variasi strategi
kontekstual dalam PMRI didefinisikan sebagai Konteks soal seperti pada butir 2 di atas
soal yang merepresentasikan hadirnya mengandung saran untuk siswa dalam
lingkungan yang nyata bagi siswa. Nyata yang menggunakan kemampuannya untuk
dimaksud adalah semua kondisi dekat dengan menyusun banyak strategi penyelesaian.
kehidupan sehari-hari siswa, atau dapat Setiap strategi yang dirancang merupakan
dibayangkan (nyata dalam pikiran), dan inspirasi langsung dari soal tersebut.
terjangkau oleh imajinasi siswa. Hal yang Tingkat kedalaman dan konsep yang
perlu dipertimbangkan adalah bahwa soal digunakan siswa mengindikasikan
kontekstual tersebut cocok untuk proses kedalaman pengetahuan matematika yang
matematisasi, dimana siswa dapat mengenal telah dimilikinya.
situasinya dan dapat menggunakan Berikut akan diulas contoh soal
pengetahuan mereka untuk memodelkan dan kontekstual dan alternatif jawaban siswa yang
menyelesaikannya. muncul pada proses pembelajaran yang
Beberapa fungsi utama konteks bertujuan mengkonstruksi algoritma perkalian.
menurut pendapat Van den Heuvel-Pahuizen Proses ini diperlukan untuk menjembatani
(1996) adalah: siswa dalam melakukan perkalian yang
1. Konteks membantu agar soal dapat hasilnya bilangan tiga angka. Perkalian yang
dipecahkan hasilnya bilangan tiga angka merupakan salah
Soal kontekstual yang disajikan dengan satu kompetensi dasar yang harus dicapai
menarik akan memudajkan siswa untuk siswa kelas III semester 1 berdasarkan
membayangkan soal secara visual dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
menangkap maksud soal tersebut serta (KTSP). Alternatif jawaban siswa didasarkan
dapat mengilustrasikannya dalam bentuk pada pengamatan yang dilakukan terhadap
yang berbeda (gambar dan bagan). Dalam siswa SD Negeri 69 Banda Aceh, SDIT Nurul
hal ini siswa dapat menggunakan model Ishlah Banda Aceh, dan SD Negeri 3 Banda
matematika yang formal maupun yang Aceh.
tidak formal. Bentuk matematika yang
tidak formal seperti membuat Soal:
gambar/ilustrasi tentang soal tersebut Humaira akan membagikan pensil kepada 13
dalam bentuk berbeda dari semula. orang temannya yang kurang mampu. Tiap-
Misalnya soal yang berkaitan dengan tiap teman-teman Humaira akan mendapatkan
suatu benda yang dikelompokan. 6 pensil. Berapa banyakkah pensil yang harus
Kelompok-kelompok tersebut dapat disiapkan Humaira?
digambarkan dengan gambar lingkaran,
sedangkan bendanya digambarkan dengan Berikut akan disajikan strategi yang
bundaran-bundaran dalan lingkaran digunakan siswa menyelesaikan soal tersebut.
tersebut sebanyak benda yang disebutkan
dalam soal.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 63

Strategi 1. Tujuh anak akan mendapatkan 42 pensil


Satu anak akan mendapatkan 6 pensil Delapan anak akan mendapatkan 48 pensil
Dua anak akan mendapatkan 12 pensil Sembilan anak akan mendapatkan 54 pensil
Tiga anak akan mendapatkan 18 pensil Sepuluh anak akan mendapatkan 60 pensil
Empat anak akan mendapatkan 24 pensil Sebelas anak akan mendapatkan 66 pensil
Lima anak akan mendapatkan 30 pensil Dua belas anak akan mendapatkan 72 pensil
Enam anak akan mendapatkan 36 pensil Tiga belas anak akan mendapatkan 78 pensil
Strategi 2.
13 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6

12 12 12 12 12 12 + 6

24 24 24 +6

72
6+
78

Strategi 3.
13 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6

60 18

60
18 +
78
Strategi 4.
13 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6

60 18
10 x 6 = 60
3 x 6 = 18 +
13 x 6 = 78
Dari strategi 4 untuk pembelajaran pada semester 1. Hal ini memberikan kesempatan
pertemuan selanjutnya, siswa dapat dimotivasi kepada guru untuk menggali ide siswa
sehingga bentuk menuliskan dalam bentuk lain yang lebih
10 x 6 = 60 praktis. Bentuk yang lebih praktis misalnya
3 x 6 = 18 + 13 atau 13
13 x 6 = 78 6 x 6 x
dapat ditulis dalam bentuk lain, misalnya 18 18
menjadi 60 6
13 = 10 + 3 78 78
6= 6 x Pengalaman siswa dalam
10 + 8 menyelesaikan soal di atas dapat digunakan
60 + 0 untuk menyelesaikan perkalian yang
70 + 8 = 78 menghasilkan bilangan tiga angka. Siswa
Berdasarkan pengalaman, siswa mempunyai strategi jawaban berbeda dalam
merasa kurang nyaman dengan cara (bentuk) menyelesaikan perkalian yang hasilnya
penyelesaian di atas. Perasaan kurang nyaman bilangan tiga angka berikut.
tersebut juga ditunjukkan siswa saat belajar 25 x 5 = ....
penjumlahan dengan cara tersebut di kelas II
Cut Morina, Penerapan Pendekatan Matematika Realistik 64

Strategi 1. siswa perlu dilatih membuat soal penjumlahan


10 x 5 = 50 bilangan yang hasilnya 13 (5 dengan 8, 7
10 x 5 = 50 dengan 6, atau 5 dengan 6 dan 2, dst). Pada
5 x 5 = 25 + awalnya pembelajaran akan berjalan lambat.
25 x 5 = 125 Namun kondisi ini lebih bermanfaat
dibandingkan jika guru langsung menyajikan
Strategi 2. cara cepat (cara yang selama ini dilakukan),
20 x 5 = 50 dimana siswa tidak memahami alasan
5 x 5 = 25 + penggunaan cara cepat tersebut dalam
25 x 5 = 125 menyelesaikan soal yang diberikan. Siswa
hanya diminta menghafal dan melakukan
Dari strategi 2 di atas, siswa dapat dimotivasi prosedur yang asing baginya.
sehingga bentuk Manfaat lain yang dapat diperoleh
20 x 5 = 50 siswa antara lain adalah melalui proses seperti
5 x 5 = 25 + di atas guru dapat membangun kepercayaan
25 x 5 = 125 diri siswa. Karena ternyata soal matematika
dapat diselesaikan siswa berdasarkan ide atau
dapat ditulis dalam bentuk lain, misalnya strategi yang muncul dalam dirinya. Hal ini
menjadi diharapkan akan menumbuhkan rasa senang
25 = 20 + 5 belajar matematika karena sesuai dengan
5= 5 x tingkat berpikir siswa.
20 + 5
100 + 0 + 0 + Penutup
100 + 20 + 5 = 125 Pengetahuan matematika tidak dapat
Karena sebelumnya siswa telah diajarkan oleh guru tetapi dibangun sendiri
memiliki pengalaman menemukan cara yang oleh siswa. Siswa harus belajar menemukan
praktis dalam menyelesaian 13 x 6 = ...., guru kembali dan membentuk sendiri konsep-
dapat memotivasi siswa menuliskan bentuk di konsep dan prosedur matematika tersebut.
atas dalam bentuk lain yang lebih praktis, Konteks dapat dimanfaatkan sebagai bahan
misalnya ilustrasi dalam memperkenalkan topik-topik
25 atau 25 matematika kepada siswa. Soal kontekstual
5 x 5 x hendaknya dapat menghadirkan lingkungan
25 25 yang nyata bagi siswa, artinya dekat dengan
100 + 10 + kehidupan sehari-hari siswa, atau dapat
125 125 dibayangkan (nyata dalam pikiran), dan
Diharapkan dari pengalaman di atas terjangkau oleh imajinasi siswa. Hal yang
siswa akan menemukan alternatif strategi perlu untuk proses matematisasi, dimana siswa
untuk menyelesaikan perkalian yang dapat mengenal situasinya dan dapat
menghasilkan bilangan tiga angka lainnya menggunakan pengetahuan mereka untuk
seperti memodelkan dan menyelesaikannya. Konteks
12 x 13 = ...... sangat membantu dalam mengkonstruksi
22 x 15 = ..... algoritma perkalian yang hasilnya bilangan
dst. tiga angka. Peran guru dalam memfasilitasi
Proses di atas akan dapat terjadi jika pembentukan matematika informal menjadi
siswa diberi kesempatan yang cukup untuk matematika formal yang standar melalui
menemukan alternatif strategi penyelesaian diskusi interaktif antara siswa dan guru,
(mungkin berbeda-beda untuk tiap-tiap siswa) merupakan suatu hal yang mutlak.
tanpa merasa tertekan. Kesempatan yang
cukup maksudnya dari segi waktu dan Daftar Pustaka
pemahaman terhadap materi prasyarat, De Lange, Jan. (1994). Assessing
misalnya sebelum menemukan 13 = 10 + 3 Mathematical Skills,
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 65

Understanding, and Thingking. In Tanjung Malim Malaysia: Quantum


Richard Lesh and J. Lamon (Ed), Books.
Asessment of Authentic
Performance in School Sabda Saifuddin, (2006). Model kurikulum
Mathematics Texas A&M terpadu IPTEK dan IMTAK. Jakarta:
University, College Station, Texas: Quantum Teaching Ciputat Press
AAAS Press. Group.

Gravemeijer, K.P.E. (1994) Developing Saedah Siraj, (2007) Pendidikan anak-anak


Realistics Mathematics Education. (Children education) (2nd ed.).
Utrecht, The Netherlands: Selangor, Malaysia: Alam Pintar.
Freudenthal Institute.
Saedah Siraj, (2009). Pengurusan kurikulum
Johar R., (2001). Implementasi belajar anak. (Curriculum management). Selangor,
Semarang: Grafika Press. Malaysia: Alam Pintar

Johar R.(2004). Strategi belajar mengajar . Saedah Siraj, Ahmad Sobri Shuib, & Halimah
Banda Aceh. FKIP Unsyiah. Salleh (Eds.), (2008). Pengajaran
efektif (Effective teaching). [in
Muhammad Noor (2000). Strategi belajar writing]
mengajar . Surabaya Pusat Studi
Matematika dan IPA Sekolah Dasar Sanders, J.R, (1994), The evaluation
dan Menengah standards, 2nd Ed., Thousand Oaks:
Sage Publications.
Mulyasa, E (2002). Kurikulum berbasis
kompetensi konsep dan implementasi. Santrock, J.W, (1994). Child development.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Edisi VI. Wisconsin: Brown &
Mulyasa, E (2008). Kurikulum berbasis Benchmark.
kompetensi dalam prakteks. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Soefie, Ibrahim,(2009) Penguasaan konsep
IPA bagi guru sekolah dasar Jurnal
McNeil, J.D., (1977), Curriculum: a compre- Serambi Ilmu No. XII Vol 3 thn IV.
hensive introduction. Boston: Little, 12-15.
Brown and Company.
Scriven, M, (1991). Evaluation thesaurus, 4th
Morina Zubainur Cut,dkk (2008). Kurikulum Ed. Thousand Oaks: Sage
integratif pada pembelajaran tematik Publications.
di SD/MI Banda Aceh Unsyiah
Darussalam.

Morrow, L.M., Smith, J.K., dan Wilkinson,


L.Ch., Ed., (1994). Integrated
language arts: controversy to
concensus. Massachusetts: Allyn &
Bacon.

Nurdin Syafruddin, (2005). Mengenali


profesional guru. Jakarta: Gramedia.

Nurdin Abubakar dan Ikhsan, (2003).


Falsafah pendidikan dan kurikulum.
66

PENERAPAN MODEL APPRENTICE TRAINING YANG BERWAWASAN


KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA

Oleh:
Mariati MR dan Cut Nova Riska

Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran,


meningkatkan hasil belajar siswa, dan meningkatkan keterampilan siswa pada konsep
larutan asam dan larutan basa melalui penerapan model apprentice training yang
berwawasan konstruktivisme di SMA Negeri 4 Kota Banda Aceh. Penelitian tindakan ini
melibatkan 38 orang siswa. Data penelitian dikumpulkan dengan tes, uji keterampilan,
kuisioner, pedoman observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa, dan dianalisis analisis
secara naratif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, proses
pembelajaran berlangsung cukup efektif, rerata hasil belajar siswa mencapai 77,6;
sedangkan rerata nilai uji keterampilan siswa sebesar 78,7. Pada siklus 11, proses
pembelajaran berlangsung lebih efektif, rerata hasil belajar siswa mencapai 80,1;
sedangkan rerata nilai uji keterampilan siswa sebesar 80,3. Hasil analisis respon siswa
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki persepsi dan sikap positif jauh lebih besar
dibandingkan yang memiliki respon negative.

Kata Kunci : Model apprentice training, konstruktivisme, hasil belajar, keterampilan.

Kedudukan guru dalam proses metode pembelajaran di bawah karakteristik


pembelajaran pada kurikulum ditegaskan tujuan pembelajaran dan siswa. Hal ini
bahwa sangatlah strategis dan menentukan. diakui oleh Reigluth (1983) yang
Strategis karena guru akan menentukan menyatakan bahwa pada hakekatnya hanya
kedalaman dan keluasan materi pelajaran, variable metode pembelajaran yang
sedangkan bersifat menentukan karena berpeluang besar untuk dapat dimanipulasi
gurulah yang memilih dan memilah bahan oleh setiap guru dan perancang
pelajaran yang akan disajikan kepada siswa. pembelajaran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi guru Keberhasilan dan kebermaknaan
dalam upaya mempeluas dan memperdalam pada pelajaran kimia sangat terkait dengan
materi pelajaran adalah rancangan kesinergian antara pemaparan konsep di
pembelajaran yang dibuat dan dipilihnya. kelas dengan kegiatan praktikum di
Melalui fungsi ini proses pembelajaran yang laboratorium. Di kalangan guru dan terlebih
efektif, efisien, menarik dan hasil lagi di kalangan siswa, masih sangat banyak
pembelajaran yang bermutu tinggi dapat ditemui keluhan. Pada guru sendiri
dilakukan dan dicapai oleh setiap guru. ditemukan permasalahan rendahnya
Berdasarkan pengamatan, guru di kemampuan konsep dan keterampilan dalam
lapangan jarang memanfaatkan fungsi ini melaksanakan kegiatan praktikum. Untuk
secara optimal. Hal ini disebabkan oleh mengantisipasi dampak ini, maka salah satu
kenyataan bahwa tugas yang diemban guru upaya yang dapat ditempuh adalah melalui
sebagai perancang pembelajaran sangat perbaikan sistem pembelajaran dengan
rumit, karena dia berhadapan dengan dua memberikan suatu tindakan berupa
variable di luar kontrolnya, yaitu cakupan isi penerapan model apprentice training dalam
pelajaran yang telah ditetapkan tedebih proses pembelajaran kimia.
dahulu berdasarkan tujuan yang akan Model apprentice training
dicapai, dan siswa yang membawa merupakan salah satu bentuk gabungan
seperangkat sikap, kemampuan awal dan antara pembelajaran di kelas, praktek dan
karakteristik perseorangan lainnya ke dalam pengalaman kerja di laboratorium yang
situasi pembelajaran. Guru hanya dilakukan secara terstruktur dan terintegrasi.
berpeluang memanipulasi strategi atau Guna membantu guru dalam menciptakan

Dra. Mariati MR, M.Si adalah Dosen Tetap Yayasan Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 67

suasana pembelajaran yang kondusif dan 2. Siklus II


berkualitas maka dicobalakukan penelitian Kegiatan yang dilakukan pada
tindakan (action research) dengan siklus II pada prinsipnya sama dengan pada
menerapkan model apprentice training. siklus I, tetapi dengan perbaikan-perbaikan
Penelitian ini sifatnya on the spot yaitu berdasarkan hasil refleksi siklus I.
berawal dari situasi dan kondisi alamiah 3. Pengumpulan data
(realita) untuk mengatasi permasalahan yang Data yang dikumpulkan terdiri dari
dihadapi oleh guru dalam upaya data awal dan data akhir setelah tindakan
mendongkrak prestasi belajar siswa ke arah pada setiap siklus penelitian, yaitu:
yang lebih baik. a. Data hasil belajar siswa tentang
konsep larutan asam dan larutan basa
Metode Penelitian dikumpulkan dengan teknik pre-test
Subyek pada penelitian ini dipilih dan post-test yang berbentuk essay
secara random 1 (satu) kelas siswa pada terstruktur.
kelas XI SMA Negeri 4 Banda Aceh. b. Data tingkat keterampilan awal
Penelitian ini dilakukan pada konsep larutan dikumpulkan dengan teknik uji
asam dan larutan basa yang dibagi menjadi keterampilan.
dua siklus besar, yaitu siklus I dan siklus II. c. Data mengenai proses pembelajaran
Rancangan penelitian tindakan untuk dan praktikum di laboratorium
masing-masing siklus mencakup beberapa dikumpulkan dengan teknik
tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi.
observasi/evaluasi, dan refleksi. d. Data respon mahasiswa dikumpulkan
1. Siklus I dengan teknik angket.
a. Perencanaan. Pada tahapan 4. Analisis data dan indikator penelitian
perencanaan ditempuh langkah- Data yang terkumpul kemudian
langkah: menyiapkan instrumen dianalisis secara kualitatif dan
penelitian, menelusuri pengetahuan dideskripsikan secara naratif. Hasil belajar
awal dan keterampilan awal siswa, siswa dianalisis secara deskriptif.
manyusun dan menyempurnakan LKS Keberhasilan siswa dalam pembelajaran
yang berorientasi konstruktivisme, tercapai jika nilai rata-rata hasil post-test
dan menyiapkan buku panduan. pada setiap siklus mencapai 70. Data tentang
b. Tindakan. Pada tahap tindakan tingkat keterampilan mahasiswa dianalisis
dilakukan I-angkah-langkah: secara deskriptif. Keberhasilan siswa dalam
melaksanakan program pembelajaran menguasai keterampilan tercapai jika nilai
dan pelatihan, sebelum pelatihan, rata-rata post-test mencapai minimal 70.
instruktur teriebih dahulu Analisis terhadap respon siswa dilakukan
memberikan ceramah dan perhitungan persentase.
demonstrasi di hadapan siswa tentang
teknik kerja di laboratorium, Hasil Penelitian
selanjutnya memberikan kesempatan Materi ajar yang dibelajarkan pada
kepada siswa untuk melakukan siklus I adalah larutan asam, yang dilakukan
sendiri di bawah bimbingan dan dengan pendekatan/teknik bertanya. Siswa
petunjuk instruktur dalam proses pembelajaran tampak masih
c. Observasi/evaluasi. Pada tahap ini kurang aktif merespon pertanyaan guru.
ditempuh langkah-langkah: Kemasan LKS yang kurang menarik, dan
mengamati proses pelaksanaan keterlambatan dalam pendistribusian LKS
pembelajaran dan pelatihan dengan kepada siswa cukup menyulitkan siswa
lembaran observasi, mengevaluasi mengikuti pembelajaran yang dilakukan.
penguasaan konsep, hasil Pada kegiatan praktikum, siswa masih lebih
pembelajaran, dan respon siswa. banyak menunggu instruksi dari guru,
d. Refleksi. Berdasarkan hasil karena pengetahuan awal siswa tentang
observasi/evaluasi yang dilakukan larutan asam relatif masih rendah.
pada siklus I, maka dilaksanakan Rerata nilai hasil belajar dan uji
refleksi untuk melakukan tindakan keterampilan praktikum yang diperoleh
pada siklus berikutnya. siswa pada siklus I seperti ditunjukkan pada
68
Mariati Mr Dan Cut Nova Riska, Penerapan Model Apprentice Training Yang

table berikut.

Table 1. Nilai uji keterampilan dan hasil belajar siklus I


Pre Pos Gain
No Aspek
X SD X SD X SD
1. Uji Keterampilan 22,8 10,1 78,7 8,5 23,8 10,8
2. Hasil Belajar 39,8 11,0 77,6 7,6 32,8 10,1

Dari tabel di atas tampak bahwa ajar yang diberikan pada siklus II adalah
rata-rata hasil belajar dan tingkat larutan basa. Pada proses pembelajaran,
keterampilan siswa setelah tindakan siswa tampak sudah aktif merespon
termasuk dalam kategori baik. Bertolak dari pertanyaan guru dengan intensitas
hasil yang diperoleh pada siklus I, maka keterlibatan yang cukup banyak.
pelaksanaan pembelajaran dan praktikum Rerata nilai hasil belajar dan uji
pada siklus II diusahakan upaya-upaya keterampilan yang diperoleh siswa pada
perbaikan dengan mendistdbusikan LKS siklus II ini seperti ditunjukkan pada tabel 2
sedini mungkin, dan memberikan bimbingan berikut.
di saat praktikum yang lebih intensif. Materi

Table 2. Nilai uji keterampilan dan hasil belajar siklus II


Pre Pos Gain
No Aspek
X SD X SD X SD
1. Uji Keterampilan 38,9 9,6 80,3 8,1 40,9 9,8
2. Hasil Belajar 40,1 10,8 80,1 7,8 47,1 11,6

Dari tabel di atas tampak bahwa rata- untuk menganalisis permasalahan pada materi
rata hasil belajar dan tingkat keterampilan siswa larutan asam dan larutan basa. Hal ini teriihat
setelah tindakan termasuk dalam kategori baik, dari hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus
namun hasilnya belum optimal karena masih I termasuk kategori baik dengan rerata 78,7 dan
ada siswa yang masih mendapatkan program 80,1 pada siklus II. Begitu pula terjadi
remedial untuk bias melewati standar KKM peningkatan gain score dari 32,8 (pada siklus I)
yang ditetapkan. menjadi 47,1 (pada siklus II).
Hasil terhadap respon siswa terhadap Hasil belajar yang dicapai siswa baik
pelaksanaan pembelajaran larutan asam basa pada siklus I maupun pada siklus II sudah
diperoleh bahwa persentase siswa dengan memenuhi target penelitian tindakan ini. Namun
jawaban skor 4 dan 5 sebesar 54.8%, sedangkan demikian, hasil yang dicapai belum optimal
jawaban skor 3 sebesar 10%, dan jawaban karena masih ada beberapa siswa yang
dengan skor 1 dan 2 sebesar 15,11%. diremedial untuk mencapai nilai KKM yang
telah ditetapkan oleh pihak sekolah.
Pembahasan Lebih lanjut, pelaksanaan praktikurn
Pembelajaran pada konsep larutan pada konsep larutan asam larutan basa telah
asam basa dengan model apprentice training mampu meningkatkan keterampilan siswa
yang berwawasan konstruktivisme diharapkan bekerja di laboratorium secara lebih merata
dapat meningkatkan hasil belajar dan pada seluruh siswa (biasanya hanya beberapa
keterampilan praktikum siswa di laboratorium. siswa saja yang aktif dan terampil). Guru
Penelitian tindakan yang dilakukan terhadap memberikan bimbingan dan latihan yang lebih
siswa menunjukkan bahwa pembelajaran pada intensif kepada siswa yang memiliki tingkat
materi larutan asam dan larutan basa dengan keterampilan awal yang relatif masih rendah,
penerapan model apprentice training baik pada dan mengelola proses praktikum sedemikian
siklus I maupun siklus II telah menunjukkan rupa sehingga siswa yang relatif lebih aktif dan
peningkatan penguasaan konsep. Peningkatan lebih terampil mau membantu siswa yang
penguasaan konsep-konsep larutan asam dan kurang aktif dan kurang terampil, sehingga pada
larutan basa secara ilmiah akan memberikan akhimya siswa dapat bekerja secara mandiri.
kontribusi pada peningkatan kemampuan siswa Dari dua siklus yang dilaksanakan tampak
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 69

terjadi peningkatan tingkat keterampilan siswa • Menindaklanjuti respon positif dari siswa,
dalam bekerja, dimana pada siklus I rerata nilai perlu kiranya penerapan model apprentice
uji keterampilan siswa 79,8 dan pada siklus II training yang berwawasan
80,1. Begitu pula terjadi peningkatan gain score konstruktivisme ini dilanjutkan pada
dari 23,8 (pada siklus 1) menjadi 40,9 (pada konsep-konsep lain yang relevan.
siklus II). Penerapan model apprentice training
menunjukkan telah mampu meningkatkan Daftar Pustaka
keterampilan siswa bekerja di laboratorium pada Ausubel, D.P., et.al, 1978. Educational
praktikum konsep larutan asam dan larutan Psychology: A Cognitive Vie, 2nd, New
basa. Hasil empiris ini mendukung pernyataan York : Holt Rinehart and Winstone.
Kearsley (1996) yang menyatakan bahwa
keterampilan bekerja di laboratorium dalam Berg, 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi.
pelaksanaan praktikum suatu konsep tidak bisa Salatiga : Universitas Satya Wacana.
diperoleh dengan pembelajaran konsep yang
biasa dilakukan lewat kegiatan demonstrasi. Borgia, E.T. & D. Schuler, 2003. Action
Di samping terjadinya peningkatan Research in Early Childhood
hasil belajar dan tingkat keterampilan siswa, Education Online, diakses 16 April
penerapan model apprentice trandrig juga 2003.
memperbaiki respon siswa terhadap
pembelajaran kimia. Jawaban angket yang Huew, 1994. Modern Teaching Learning
diberikan kepada siswa pada akhir dari siklus II Approach. Singapore: John Wiley &
menunjukkan bahwa persentase siswa yang Sons.
memiliki persepsi dan sikap yang positif
sebanyak 54,8% lebih besar dibandingkan Kearsley, G., 1982. Training and Technology, A
persentase siswa yang memiliki persepsi dan Handbook For HRD Profesionals,
sikap negative sebanyak 25,1%. Hal ini Canada: Addison Wesley Publishing
menunjukkan bahwa siswa sangat bergairah Company, Inc.
dalam mengikuti pembelajaran melalui
penerapan model apprentice training pada Kemmis, S. & Mc. Taggert, 1988. The Action
konsep larutan asam dan larutan basa, sehingga Research Planner, (3rd ed), Victoria:
proses pembelajaran berlangsung lebih efektif Deakin University.
dibandingkan sebelumnya.
Moekijat, 1991. Latihan dan Pengembangan
Kesimpulan Sumber Daya Manusia, Bandung:
• Penerapan model apprentice training Mandar Maju.
yang berwawasan konstruktivisme dapat
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa O,Loughlin, M., 1992. "Rethinking Science
pada konsep larutan asam dan larutan Beyond Piagetian Constructivism
basa. Toward a Socioculture", Model of
• Penerapan model apprentice training Teaching and Learning, In Ronal G.
yang berwawasan konstruktivisme dapat Good (Ed), Journal of Research in
meningkatkan keterampilan siswa dalam Science Teaching. 20(8).
pelaksanaan praktikum pada konsep
larutan asam dan larutan basa. Reigluth, C.M., 1983. Instruction-Design
• Siswa memiliki respon yang positif Teories and Models; An Overview of
terhadap proses pembelajaran kimia Their Current Status. London :
dengan penerapan model apprentice Lawrence Erlbaum Associates,
training yang berwawasan Publisher.
konstruktivisme.
Shasta, J., 1998. "Peranan Pelatihan Tentang
Saran Teknik Pemakaian dan Perawatan Alat-
• Perlu adanya penambahan guru alat Laboratorium dalam Mengurangi
pendamping, mengingat bahwa proses Tingkat Kesalahan dan Kerusakan
kegiatan praktikum di laboratorium yang Alat-alat Laboratorium Pada Saat
bertujuan untuk meningkatkan Mahasiswa Berpraktikum", Journal
keterampilan siswa secara individual Pendidikan dan Pengajaran, IKIP
memerlukan jumlah guru Singara
pendamping/instruktur yang rnemadai.
70

RELEVANSI SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN KONSEP HAKIKAT SAINS


DALAM PELAKSANAAN PERCOBAAN PADA PEMBELAJARAN
IPA DI SDN KOTA BANDA ACEH

Oleh
Sardinah, Tursinawati, dan Anita Noviyanti

Abstrak: Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari IPA. Aspek
hakikat sains mengandung tiga aspek yaitu sains sebagai produk, sains sebagai proses, dan
sains sebagai sikap ilmiah. Kurangnya penanaman nilai sikap ilmiah dalam proses kegiatan
ilmiah berakibat pada peroleh hakikat sains yang tidak utuh dan kurangnya terbentuk sikap
ilmiah siswa dalam melaksanakan kegiatan ilmiah. Dengan demikian perlu adanya analisis
relevansi sikap ilmiah siswa dengan hakikat sains dalam pelaksanaan percobaan pada
pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh. Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian
ini adalah: Bagaimanakah kemunculan sikap ilmiah, penguasaan konsep hakikat sains siswa,
dan hubungan antara sikap ilmiah siswa yang dilaksanakan dalam percobaan pembelajaran
IPA SD dengan konsep hakikat sains?. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan untuk melihat relevansi sikap ilmiah siswa dengan
hakikat sains dalam melaksanakan percobaan pada pembelajaran IPA SDN Kota Banda Aceh.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi deskriptif dan uji korelasi. Penelitian
ini akan dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Banda Aceh. Populasi dari
penelitian ini adalah siswa kelas V SDN di Kota Banda Aceh dengan jumlah 71 SDN. Sampel
ditetapkan pada 10 SDN. Instrumen yang digunakan dala penelitian ini adalah lembar
observasi, dokumentasi, tes, pedoman wawancara guru. Teknik analisis Data menggunakan
rumus persentase dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kemampuan
dasar siswa terhadap penguasaan konsep hakikat sains menunjukkan rerata 40%. Hal ini
menunjukkan pada kategori rendah. Pada kemunculan sikap ilmiah siswa pada pelaksanaan
percobaan pada pembelajaran IPA menunjukkan kategori baik. Dan terdapat hubungan antara
sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat sains pada pembelajaran IPA di SDN Kota Banda
Aceh dengan ketentuan thitung > ttabel yaitu (30,8 > 1,28).

Kata Kunci : Sikap ilmiah, konsep hakikat sains, pelaksanaan percobaan.

Terpuruknya moralitas banga dalamnya mengandung sikap ilmiah (Scientific


Indonesia adalah bentuk ketidak tercapaian attitude) yang merupakan faktor sentral dalam
proses pendidikan di negara kita. Jujur, teliti, menyongkong perkembangan ilmu.
rasa ingin tahu, tidak berprasangka, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
bertanggung jawab dan kedisiplinan diri merupakan pondasi awal dalam menciptakan
adalah harapan yang ingin dimiliki pada siswa-siswa yang memiliki pengetahuan,
peserta didik kita. Namun hal ini semakin sulit keterampilan dan sikap ilmiah. Pembelajaran
kita temui dalam diri siswa, baik pada siswa IPA diarahkan dengan cara mencari tahu
SMA, SMP ataupun SD. Maka perlu adanya tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
pembentukan sikap seperti pada pembelajaran bukan hanya merupakan penguasaan
IPA, yaitu pembentukan sikap ilmiah yang kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
mengacu kepada sikap yang harus dimiliki fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,
seorang ilmuan atau penyelidik dalam tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
melakukan proses penelitian. Sebagaimana dan pembentukan sikap ilmiah.
yang diungkapkan oleh Abroscato (1982) sains Hakikat sains adalah landasan untuk
meliputi aspek sikap di samping sains sebagai berpijak dalam mempelajari IPA. Banyak cara
produk dan proses. Sains sebagai proses di yang telah dilakukan untuk mencapai aspek

Dra. Sardinah, M. Si, Tursinawati. S.Pd.I. M. Pd, Anita Noviyanti, M. Pd adalah Dosen Tetap
Yayasan Serambi Mekkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 71

yang terkandung di dalam hakikat sains, pada kategori yang paling rendah
namun belum juga menunjukkan hasil yang dibandingkan dari aspek lain pada hakikat
memuaskan. Berdasarkan hasil wawancara sains. Susilawati (2009) menjelaskan bahwa
dengan beberapa guru IPA di SD di Aceh guru belum memahami hakikat sains
menunjukkan bahwa guru telah menerapkan seutuhnya. Salah satu faktor masih rendahnya
beberapa model pembelajaran yang pemahaman hakikat sains oleh guru adalah
berorientasi pada siswa, dan banyaknya kurangnya pemahaman konsep hakikat sains
percobaan telah dilakukan dalam pembelajaran yang dimiliki guru, hal ini disebabkan guru
IPA di SD, namun mutu pendidikan IPA di SD tidak memperoleh pengetahuan yang jelas
belumlah menunjukkan hasil yang memuaskan tentang hakikat sains.
dan hakikat sains belumlah terwujud secara Hakikat sains belumlah menjadi satu
utuh. Disamping itu juga guru belum kesatuan dalam proses pembelajaran IPA.
memahami konsep hakikat sains. Hal ini Pentingnya pengembangan sikap ilmiah siswa
sejalan yang diungkapkan Widodo (2007) dalam melaksanakan kegiatan ilmiah sehingga
pembelajaran sains yang hanya membelajarkan dapat membentuk sikap saintis yang tepat.
fakta, konsep, prinsip,hukum, dan teori Dengan demikian akan tercapailah hakikat
sesungguhnya belum membelajarkan sains sains/IPA secara utuh. Maka perlu adanya
secara utuh. Dalam membelajarkan sains guru suatu penelitian untuk mengetahui relevansi
hendaknya juga melatih keterampilan siswa sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat
untuk berproses (keterampilan proses) dan sains dalam pelaksanaan percobaan pada
juga menanamkan sikap ilmiah, misalnya rasa pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh.
ingin tahu, jujur, bekerja keras, pantang Berdasarkan uraian di atas, penelitian
menyerah, dan terbuka. ini untuk menjawab pertanyaan sebagai
Untuk mencapai hakikat sains secara berikut : Bagaimanakah kemunculan sikap
utuh membutuhkan upaya dan kompetensi ilmiah yang dilaksanakan dalam percobaan
guru untuk memuat aspek hakikat sains dalam pada pembelajaran IPA di SDN Kota Banda
proses pembelajaran IPA. Percobaan pada Aceh?; Bagaimanakah penguasaan konsep
pembelajaran IPA merupakan bentuk hakikat sains siswa pada pembelajaran IPA di
sederhana dari aspek sains sebagai proses yaitu SDN Kota Banda Aceh? Adakah hubungan
melakukan kegiatan ilmiah sehingga antara sikap ilmiah siswa yang dilaksanakan
membangkitkan motivasi siswa menjadi dalam percobaan pada pembelajaran IPA SD
seorang ilmuan di masa akan datang. dengan penguasaan konsep hakikat sains
Walaupun demikian sikap ilmiah menjadi siswa?
aspek yang sangat penting dalam 1. Hakikat sains
melaksanakan percobaan-percobaan (kegiatan Hakikat sains merupakan syarat
ilmiah sederhana). Sikap ilmiah siswa menjadi dalam mata pelajaran IPA baik pada jenjang
tolak ukur etika penelitian para ilmuan dalam pendidikan SD, SMP, SMA, dan selanjutnya.
menjalani kegiatan ilmiah. Apabila sikap Karena segala aspek yang termuat dalam
ilmiah siswa dalam melaksanakan percobaan pembelajaran IPA baik hasilnya, proses yang
tidak dimilikinya, maka akan berdampak dilaksanakan dalam pembelajaran IPA, dan
negatif kepada produk sains atau teknologi sikap-sikap yang harus dimiliki siswa dalam
yang mereka hasilkan. Oleh sebab itu sikap melaksanakan proses pembelajaran adalah
ilmiah dalam melaksanakan percobaan pada suatu keutuhan dan aspek hakikat sains.
proses pembelajaran menjadi syarat mutlak Apabila kita berbicar tentang IPA maka kita
yang harus diketahui dan dimiliki oleh peserta sedang membahas aspek-aspek hakikat sains.
didik kita. Hakikat sains mengandung tiga aspek
Dari hasil penelitian menggambarkan yaitu, sains sebagai produk, sains sebagai
pentingnya aspek hakikat sains dalam proses proses dan sains sebagai sikap. Sejalan dengan
pembelajaran IPA. Tursinawati (2010) ungkapan Sulistyorini (2007) menyatakan
menjelaskan tentang peningkatan pemahaman bahwa hakikatnya, IPA dapat dipandang dari
siswa pada aspek sains sebagai sikap berada segi produk, proses dan dari segi
Sardinah, Tursinawati, dan Anita Noviyanti, Relevansi Sikap Ilmiah Siswa 72

pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA menjadi sekumpulan teori dan konsep melalui
memiliki dimensi proses, dimensi hasil serangkaian proses ilmiah yang dilakukan
(Produk), dan dimensi pengembangan sikap manusia. Teori maupun konsep yang
ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi
keterkaitan. Menurut Mariana dan Praginda terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan
(2009) hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bagi kehidupan manusia. Tursinawati (2010)
merupakan makna alam dan berbagai menjabarkan hakikat sains sesuai yang
fenomena/perilaku/karakteristik yang dikemas tercantum pada Tabel. 1.

Tabel 1.1 Hakikat Sains


NO. HAKIKAT INDIKATOR
SAINS
1 Sains sebagai 1) Ilmu pengetahuan berlandaskan pada fakta empiris
produk 2) Teori yang lebih tepat daripada teori sebelumnya dapat mengubah
ilmu pengetahuan
3) Pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti eksperimental
4) Ilmu pengetahuan adalah suatu usaha untuk menjelaskan gejala
5) Ilmu pengetahuan berlandaskan pada argumentasi yang logis
6) Ilmu pengetahuan bersifat objektif
7) Ilmu pengetahuan dibangun oleh apa yang telah ada sebelumnya
8) Produk sains berupa hukum, teori, fakta, konsep dan prinsip
9) Ilmu pengetahuan berperan penting dalam teknologi
2 Sains Sebagai 1) Pengetahuan ilmiah bersifat sementara
Proses 2) Ilmu pengetahuan harus dapat diuji
3) Pengetahuan ilmiah berdasarkan pada pengamatan
4) Metode ilmiah merupakan cara untuk melakukan penyelidikan
meliputi merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, membuktikan
hipotesis dan membuat kesimpulan
5) Ilmu pengetahuan yang diuji menjadi kerangka berfikir bagi ilmu
pengetahuan
3. Sains sebagai 1) Ilmuwan tidak pernah puas terhadap ilmu pengetahuan
sikap 2) Ilmu pengetahuan bersifat konsisten
3) Ilmuwan harus terbuka pada ide baru
4) Ilmuwan bersifat jujur
5) Ilmu pengetahuan menjadi bagian dari tradisi intelektual
6) Ilmuwan harus bertanggung jawab terhadap keilmuwannya

2. Sikap Ilmiah siswa dalam pelaksanaan anak usia SD/MI, yaitu: Sikap ingin tahu,
percobaan pada pembelajaran IPA sikap ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap
Makna “sikap” pada pengajaran IPA tidak putus asa, sikap tidak berprasangka,
SD/MI dibatasi pengertiannya pada sikap sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab,
ilmiah terhadap perolehan ilmu pengetahuan sikap berpikir bebas, sikap kedisiplinan diri.
alam sekitar. Menurut Wynne Harlen dalam Namun demikian sikap ilmiah dapat
Hendro Darmojo (dalam Sulistyorini, 2007), dikembangkan menjadi beberapa aspek lagi
setidak-tidaknya ada sembilan aspek sikap dari yaitu:
sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 73


Tabel. 2. Aspek-Aspek sikap Ilmiah dalam pelaksanaan praktikum pada pembelajaran IPA
No Aspek-Aspek Sikap Indicator
Ilmiah
1 Ilmuan bersifat jujur 1) Melaporkan pemerhatian asal walaupun pemerhatian asal
menyangkal hipotesis awal
2 Ilmuan harus terbuka 2) Kesedian untuk menukar pandangan/pendapat
pada ide-ide baru 3) Menerima hasil penyelidikan sesuai dengan data walaupun
(willnes ti Change tidak sesuai dengan hipotesis
Opinions)
3 Ilmuan harus 4) Menjaga alat dan bahan yang dilakukan dalam
bertanggung jawab praktikum/penyelidikan
terhadap keilmuannya 5) melaksanakan tugas dan kewajibannya yang dibebankan dalam
kegiatan percobaan/penyelidikan
4 Ilmuan harus bersikap 6) Sikap mempertimbangkan semua data yang ada sebelum
objective sebelum membuat keputusan
7) Melaporkan apa adanya tanpa melakukan manipulasi ke data
dan sampai ke atasnya
5 Bekerja sama 8) Menghargai pendapat orang lain
(Kooperatife) 9) Berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan kelompok dalam
kegiatan pembelajaran
10) Menafsirkan bersama-sama terhadap hasil pengamatan
6 Pemikiran kritikal 11) mencari kejelasan pernyataan atau pertanyaan
(Critical mindedness) 12) mencoba memperoleh informasi yang benar
7 Berlandaskan pada bukti 13) Sikap seseorang bergantung kepada fakta, data-data emperikal
(respect for evidence) dalam membuat keputusan
8 Rasa ingin tahu 14) Mengajukan dugaan sementara (hipotesis) terhadap fenomena
alam
15) Mengamati kejadian atau fenemona yang dilaksanakan dalam
praktikum IPA
9 Sikap mawas diri (hati- 16) Sikap hati-hati dalam melaksanakan praktikum/penyelidikan
hati) 17) Menjaga keaman dari bahaya yang ditimbulkan dalam
melaksanakan praktikum/penyelidikan
10 Kedisiplinan diri 18) patuh pada berbagai ketentuaan /peraturan laboratorium
19) Menempatkan alat laboratorium pada tempatnya
11 Kesadaran atau peduli 20) Mengembngkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
terhadap lingkungan yang sudah terjadi

Hakikat sains tidak hanya terfokus saat ini. Untuk memperbaiki moralitas bangsa,
kepada aspek sains sebagai produk, namun maka usaha yang tepat adalah menanamkan
memiliki arti yang lebih luas yaitu kegiatan- sikap ilmiah sejak dini pada peserta didik kita.
kegiatan ilmiah yang mengarahkan mereka Aplikasi pembetukan sikap ilmiah dapat
untuk memahami apa sebenarnya yang dilaksanakan dalam setiap proses
dipelajari dalam sains/IPA. Artinya disini, pembelajaran, baik dalam menyampaikan
terjadinya proses-proses pemerolehan materi, melaksanakan percobaan, dalam
informasi dengan kegiatan inkuiri dengan menilai hasil percobaan dan prestasi belajar
memiliki sikap ilmiah dalam melaksanakan siswa. Sikap ilmiah sangat bermakna dalam
proses pembelajaran IPA. Sains sebagai sikap interaksi sosial, ilmu pengatahuan dan
hendaknya menjadi penekanan yang amat teknologi. Apabila sikap ilmiah telah terbentuk
penting karena semakin terpuruknya dalam diri siswa maka akan terwujudlah suri
moral/sikap orang pada perkembangan sosial tauladan yang baik bagi peserta didik, baik
Sardinah, Tursinawati, dan Anita Noviyanti, Relevansi Sikap Ilmiah Siswa 74


dalam melaksanakan penyeldikan atau contectual learning, Salingtemas. Beberapa


berinteraksi dengan masyarakat. Secara tidak metode pembelajaran yang dapat mendukung
langsung sikap ilmiah dalam proses model pembelajaran adalah metode
pembelajaran IPA dapat menyelesaikan demonstrasi, eksperimen, diskusi, kelompok,
masalah-masalah moralitas anak bangsa ini. karya wisata. Trihastuti (2008) menyatakan
Pembentukan sikap ilmiah siswa bahwa pendidikan sains diarahkan untuk
dapat terbentuk apabila guru yang mengajar inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
memiliki kompetensi dan kreativitas dalam peserta didik untuk memperoleh pemahaman
mengajar. Guru dituntut untuk dapat yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
memahami konsep hakikat sains, karena
apabila guru tidak memahami hakikat sains Metode Penelitian
maka guru kesulitan dalam membentuk sikap Pendekatan yang digunakan dalam
ilmiah siswa. Hal ini disebabkan oleh penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dan
ketidaktahuan guru terhadap aspek-aspek kuantitatif. Penelitian kualitatif bertujuan
yang terkandung pada hakikat sains sebagai untuk melihat kemunculan sikap ilmiah siswa
sikap. Selain itu siswa juga dituntut untuk dalam pelaksanaan percobaan pada
dapat memahami konsep hakikat sains, agar pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh.
sikap-sikap yang akan terbentuk dalam diri Sedangkan penelitian kuantitatif bertujuan
mereka menjadi lebih bermakna dalam untuk mengetahui hubungan atau relevansi
kehidupan sosial, ilmu dan teknologi. sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat
Firman dan Widodo (2007) sains dalam pelaksanaan percobaan pada
menjelaskan bahwa seorang guru sains pembelajaran IPA SDN Kota Banda Aceh, dan
dituntut untuk mempunyai gambaran yang kemampuan dasar penguasaan siswa terhadap
jelas dan tepat tentang apa itu sains, sebab konsep hakikat sains. Jenis penelitian yang
keyakinan tentang sains akan sangat digunakan adalah penelitian studi deskriptif
berpengaruh terhadap bagaimana seorang guru dan uji korelasi. Penelitian ini akan
mengajarkan sains. National Science dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri di
Foundation/ NSF ( 2004) menjelaskan bahwa Kota Banda Aceh. Populasi dari penelitian ini
sebaiknya pendidikan sains membutuhkan adalah siswa kelas V SDN di Kota Banda
pembelajaran konsep ilmiah dan Aceh dengan jumlah 71 SDN. Sampel dari
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah. penelitian ini adalah siswa kelas V SDN di
Ruang kelas yang efektif bergantung pada Kota Banda Aceh dengan jumlah 10 SDN
berbagai cara mengajar ilmu tersebut. Apabila yang mewakili setiap kecamatan yang ada
proses pengamatan dan pertanyaan muncul, pada Kota Banda Aceh. Instrumen penelitian
memberikan kesempatan untuk berinteraksi ini adalah observasi, dokumentasi, dan tes.
lebih dengan fenomena dan lebih besar potensi Observasi bertujuan untuk mengamati
untuk pengembangan pemahaman lebih lanjut. kemunculan sikap ilmiah siswa dalam
Pemahaman hakikat sains penting pelaksanaan percobaan pada pembelajaran
untuk dipahami oleh guru dan siswa, karena IPAdi SDN Kota Banda Aceh. Tes digunakan
ketika guru dan siswa tidak memahami hakikat untuk mengetahui kemampuan dasar siswa
dari suatu pembelajaran maka akan terhadap penguasaan konsep hakikat sains.
memperoleh kebuntuan pencapaian Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara
pembelajaran IPA. Pembelajaran sains tidak sikap ilmiah dalam pelaksanaan percobaan
terarah dan proses yang dilaksanakan dalam pada pembelajaran IPA dengan konsep hakikat
pembelajaran IPA menjadi sia-sia, disebabkan sains dianalisis antara hasil kemunculan sikap
kurangnya pemahaman akan hakikat sains. ilmiah dalap pelaksanaan percobaan pada
Untuk memberikan pemahaman pembelajaran IPA dengan kemampuan dasar
konsep hakikat sains, guru dapat menentukan siswa dalam penguasaan konsep hakikat sains.
model pembelajaran yang berpusat pada siswa Pedoman wawancara guru digunakan sebagai
seperti model pembelajaran inkuiri terbimbing, panduan wawancara dengan guru untuk
pembelajaran kooperatif, pembelajaran mengetahui pengalaman guru dalam
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 75


memperoleh konsep hakikat sains dan diberikan lembar soal penguasaan konsep
pelaksanaan pembelajaran IPA yang hakikat sains pada siswa. Dari hasil analisis
mengkaitkan seluruh askpek hakikat sains data dan uji statistik diperoleh bahwa dari 10
khususnya hakikat sains di SDN Kota Banda SD Negeri Kota Banada Aceh kemampuan
Aceh. dasara siswa dalam penguasaan konsep
Hasil Penelitian hakikat sians berada pada rata-rata 40%
a. Penguasaan konsep hakikat sains pada dengan kategori rendah. Hal ini menunjukkan
siswa SD bahwa masih rendahnya penguasaan konsep
Dalam mengukur kemampuan siswa hakikat siswa siswa di SD. Hal ini dapat
dalam penguasaan konsep hakikat sains dilihat pada table di bawah ini:
Tabel.3. Kemampuan Dasar Siswa dalam Penguasaan Konsep Hakikat Sains
Di SD Kota Banda
Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar / SDN R
Jlh
N Hakikat Indikator No SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD E
™
O Sains Soal 2 8 56 60 20 51 67 63 03 16 % R
A
22 23 26 9 26 22 23 26 22 26 225 T
Jumlah siswa A
1. Ilmu Pengetahuan
Berlandaskan Pada 1 12 0 2 0 13 6 10 3 3 14 63 28
Fakta Empiris
2. Teori yang lebih
tepat daripada teori
sebelumnya dapat 2 10 7 19 6 12 10 13 13 9 12 111 49
mengubah ilmu
pengetahuan
3. Pengetahuan
ilmiah didasarkan
3 11 4 9 4 11 4 9 6 5 17 80 36
pada bukti
eksperimental
4. Ilmu pengetahuan
adalah suatu usaha
4 15 9 11 1 17 12 14 15 15 19 128 57
untuk menjelaskan
Sains gejala
1 Sebagai 5. Ilmu pengetahuan
Produk berlandaskan pada
5 17 7 14 2 16 12 15 13 11 18 125 56
argumentasi yang
logis
6. Ilmu pengetahuan
6 19 11 15 3 16 16 13 5 13 18 129 57
bersifat objektif
7. Ilmu pengetahuan
dibangun oleh apa
7 2 5 16 3 10 3 9 5 7 9 69 31
yang telah ada
sebelumnya
8. Produk sain
berupa hukum, teori,
8 2 1 0 1 3 4 2 2 1 1 17 8 41
fakta, konsep dan
prinsip
9. Ilmu pengetahuan 9 13 12 13 3 15 9 13 11 5 14 108 48
berperan penting
Sardinah, Tursinawati, dan Anita Noviyanti, Relevansi Sikap Ilmiah Siswa 76

dalam teknologi

10. Pengetahuan
ilmiah bersifat 10 4 8 4 3 13 5 12 9 7 9 74 33
sementara
11. Ilmu pengetahuan
11 12 6 7 0 7 3 8 4 8 7 62 28
harus dapat diuji
12. Pengetahuan
ilmiah berdasarkan 12 10 3 8 2 14 6 15 8 6 17 89 40
pada pengamatan
13.Metode ilmiah
merupakan cara untuk
Sains
2 Sebagai melakukan
Proses penyelidikan meliputi
merumuskan 130 58
13 15 8 13 3 15 15 20 11 15 15
masalah,mengajukan
hipotesis,
membuktikan
hipotesis dan
membuat kesimpulan
14. Ilmu pengetahuan
yang di uji menjadi
14 17 7 20 8 18 12 17 11 7 5 136 60
kerangka berfikir bagi 44
ilmu pengetahuan
15. Ilmuwan tidak
pernah puas terhadap 15 14 5 14 2 8 11 17 5 4 95 42
ilmu pengetahuan
16. Ilmu pengetahuan
16 0 6 3 2 4 5 3 3 2 3 47 21
bersifat konsisten
17. Ilmuan harus
17 3 4 5 3 3 3 6 5 4 7 60 27
terbuka pada ide baru
Sains
3 Sebagai 18. Ilmuan bersifat
18 11 12 17 7 11 13 12 11 4 9 125 56
Sikap jujur
19. Ilmu pengetahuan
menjadi bagian dari 19 3 2 6 5 5 5 1 6 7 3 62 28
tradisi intelektual
20. Ilmuwan harus
bertanggung jawab
20 10 7 6 6 3 6 10 7 5 3 83 37
terhadap 35
keilmuwannya
TOTAL 200 124 202 64 214 160 219 153 138 200 1674
RERAT
40
A

Untuk lebih rinci dapat dijabarkan pada grafik di bawah ini:


Jurnal Pendidikann Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor
or 2 77


<ĞŵĂŵƉ
ƉƵĂŶĂƐĂƌWĞŶŐƵĂƐĂĂŶ<ŽŶƐĞƉ,ĂŬŝŬĂƚ^ĂŝŶƐ^ŝƐǁĂ
Ă^<ŽƚĂ

Ɖ ϳϬ
ϱϱϳ ϱϲ ϱϳ ϱϴ ϲϬ ϱϲ
Ğ ϲϬ ϰϵ ϰϴ
ƌ ϱϬ ϰϮ ϭͲϵ͗ƐĂŝŶƐ
ϰϬ ϯϳ ƐĞďĂŐĂŝƉƌŽĚƵŬ
Ɛ ϰϬ ϯϲ ϯϯ ϭϬͲϭϰ͗ƐĂŝŶƐ
Ϯϴ ϯϭ
Ğ Ϯϴ Ϯϳ Ϯϴ ƐĞďĂŐĂŝƉƌŽƐĞƐ
ϯϬ Ϯϭ ^ĞƌŝĞƐϭ
ϭϱͲϮϬ͗ƐĂŽŶƐ
Ŷ ƐĞďĂŐĂŝƐŝŬĂƉ
ϮϬ
ƚ ϴ ŝůŵŝĂŚ
ϭϬ
Ă
Ϭ
Ɛ
Ğ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭϯ ϭϰ ϭϱ ϭϲ ϭϳ ϭϴ ϭϵ ϮϬ

Gambar.1. Diag
agram Kemampuan Dasar Penguasaan Konsep Hakikat Sain
ains Siswa
SDN Kota Banda

Berdasarkan gam
ambar di atas b. Kemunculan sikap ilmia iah siswa
menunjukkan bahwa yang ng berada paling Untuk mengetahu hui kemunculan
rendah adalah indicator 8 yyaitu produk sain sikap ilmiah siswa maka m dilakukan
berupa hukum, teori, fakta,, kkonsep dan prinsip pengamatan langsung terhad adap sikap ilmiah
memperoleh nilai 8%. Indica cator ini merupakan siswa yang dilaksanakan pada p praktikum
bagian dari sains sebagai pro
produk. Sedangakan dalam pembelajaran IPA dii SD Negeri Kota
yang menunjukkan paling ti tinggi berada pada Banda Aceh. Selanjutn
utnya dianalisis
indicator ilmu pengetahua uan yang di uji mengunakan persentasi. Asp spek-aspek sikap
menjadi kerangka berferfikir bagi ilmu ilmiah yang dilaksanakan dala alam pembelajaran
pengetahuan memperoleh nnilai sebesar 60%. IPA di SD Negeri Kota Banda Ba Aceh yang
Indicator ini merupakan bbagian dari sains diamati oleh obsover dapat dilihat
di pada Tabel.
sebagai proses. 2. Sedangkan hasil analisis isis data dan uji
Secara keseluruhann kemampuan dasar statistik dapat dijabarkan pada
da Gambar. 2.
siswa dalam penguasaan kon onsep hakikat sains
rata-rata 40% pada kategorii ti
tidak baik.
Sardinah,
Sardinah,Tursina
inawati,
sinawati,dan
Tursin danAnita
AnitaNoviyanti,
Noviyanti,Relevansi
RelevansiSikap
SikapIlmiah wa 
IlmiahSiswa
Sisw
iswa 78
 

<ĞŵƵŶĐƵůĂŶ^ŝŬĂƉ/ůŵ
ůŵŝĂŚƐŝƐǁĂĚĂůĂŵWĞůĂŬƐĂŶĂĂŶWĞƌĐŽďĂĂŶƉĂĚĂWĞŵďĞůĂ
ůĂũĂƌĂŶ/W
Ěŝ^E͘ĐĞŚ

ϴϵ ϭ
ϴϲ͕Ϯ ϴϳ͕ϲ
ϵϬ Ϯ
ϴϬ ϳϵ͕ϭ ϳϳ ϯ
Ɖ ϴϬ ϳϳϰ͕Ϯ ϳϮ ϳϰ͕Ϯ ϰ
ϳϭ ϳϬ
Ğ ϲϱ͕ϴ ϱ
ϳϬ ϲϮ͕ϳ ϲϰ͕ϰ ϲ
ƌ ϳ
ϲϬ ϱϭ͕ϭ
Ɛ ϴ
ϱϬ ϵ
Ğ
ϭϬ
Ŷ ϰϬ ϭϭ
ƚ ϯϬ Ϯϯ͕ϱ ϭϮ
Ϯϭ͕ϯ Ϯϭ ϭϯ
Ă ϭϲ͕ϰ ϭϰ
ϮϬ
Ɛ ϭϱ
ϭϬ ϯ͕ϱ ϭϲ
Ğ ϭϳ
Ϭ
ϭϴ
ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭϯ ϭϰ ϭϱ ϭϲ ϭϳ ϭϴ ϭϵ ϮϬ ϭϵ
ϮϬ
Gambar 2. Uji Stati
atistik dari Sikap Ilmiah Siswa

Berdasarkan gam
ambar di atas individual kurang memperha hatikan data yang
menunjukkan bahwa yang ng berada paling harus dikumpulkan secara ra apa adanya.
rendah adalah indicator 1 yaitu melaporkan Sehingga hal ini menunjukka kan kepada sikap
pemerhatian asal walaupunn pemerhatian asal ilmiah siswa kurang jujur.
menyangkal hipotesis awall memperoleh nilai Sedangkan peroleh han persentase
3.5%. Indicator ini merupa pakan bagian dari tertinggi dari 20 indikator sikap
sik ilmiah yaitu
sikap ilmiah sebagai Ilmua uan bersifat jujur. pada indicator ke-20 yaitu mengembangkan
Sedangakan yang menunjuk ukkan paling tinggi upaya-upaya untuk memper erbaiki kerusakan
berada pada indicato
tor 20 yaitu alam yang sudah terjadi memperoleh
m nilai
mengembangkan upaya
ya-upaya untuk sebesar 89%. Indicator ini merupakan
m bagian
memperbaiki kerusakan al alam yang sudah sikap ilmiah dari kesadara aran atau peduli
terjadi memperoleh nilailai sebesar 89%. terhadap lingkungan. Hall ini disebabkan
Indicator ini merupakan bagagian sikap ilmiah karena media yang dig igunakan dalam
dari kesadaran atau ppeduli terhadap pelaksanaan percobaan pad ada pembelajaran
lingkungan. yang menghindari kerusakan n lingkungan yaitu
Pada indicator
or melaporkan penggunaan barang bekas.. Hampir seluruh
pemerhatian asal walaupunn pemerhatian asal sekolah dari 10 SDN Kot ota Banda Aceh
menyangkal hipotesis awall memperoleh nilai memanfaatkan alat dan bah ahan bekas yang
3.5%. Indicator ini merupa pakan bagian dari digunakan dalam pra
raktikum pada
sikap ilmiah sebagai Ilmua uan bersifat jujur, pembelajaran IPA. pengguna naan barang bekas
merupakan indicator terenrendah dari sikap yang tidak dipakai lagi oleh masyarakat
m dapat
ilmiah dibandingkan dengangan sikap ilmiah mengurangi pencemaran lingk gkungan. Sikap ini
lainnya. Hal ini disebabka kan adalah. Pada merupakan suatu sikap ilmiahah kesadaran atau
indicator ini kurang muncul
culnya sikap ilmiah peduli terhadap lingkungan.
siswa terhadap melaporka kan data-data apa Secara keseluruhan kemunculan
k sikap
adanya yang ada dalam pelak
aksanaan percobaan ilmiah siswa dalam pelaksa sanaan percobaan
pada pembelajaran IPA. A. Siswa secara
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 79


pada pembelajaran IPA rerata 60% berada Berdasarkan hasil atau data diperoleh
pada kategori cukup. bahwa masih rendahnya kemampuan dasar
siswa dalam penguasaan konsep hakikat sains
c. Hubungan antara sikap ilmiah siswa siswa di Sekolah Dasar yaitu 40%. Hal ini
yang dilaksanakan dalam percobaan disebabkan karena konsep hakikat sains
pada pembelajaran IPA SD dengan merupakan hal baru bagi siswa dan
penguasaan konsep hakikat sains siswa pengatahuan guru pada konsep hakikat sains
Berdasarkan hasil perhitungan data masih rendah. Susilawati (2009) menjelaskan
diperoleh koefisien korelasi yang muncul bahwa guru belum memahami hakikat sains
antara relevansi sikap ilmiah siswa dan konsep seutuhnya. Salah satu faktor masih rendahnya
hakikat sains siswa SD adalah 0.90, yang pemahaman hakikat sains oleh guru adalah
berada pada kategori tinggi. kurangnya pemahaman konsep hakikat sains
Untuk menguji hipotesis yang yang dimiliki guru, hal ini disebabkan guru
dirumuskan, digunakan uji distribusi t, dengan tidak memperoleh pengetahuan yang jelas
୬ିଶ tentang hakikat sains.
rumus sebagai berikut : – ൌ ”ට
ଵି୰; Pada kemunculan sikap ilmiah
Hasil perhitungan koefisien korelasi dapat digolongkan pada kategori baik. Hal ini
antara sikap ilmiah siswa dengan konsep disebabkan karena siswa telah melaksanakan
hakikat sains pada pembelajaran IPA SDN kegiatan ilmiah secara baik, khususnya pada
Kota Banda Aceh adalah 0.90, dengan jumlah kegiatan bekerja sama. Namun siswa masih
subjek 225 siswa sebanyak 10 Sekolah Dasar rendah dalam pemahaman atau penguasaan
Negeri dalam Kota Banda Aceh. Hasil tersebut konsep terhadap hakikat sains.
akan diuji dengan menggunakan uji distribusi Pada hubungan sikap ilmiah siswa
t. Perhitungan uji distribusi t terhadap dengan konsep hakikat sains dalam
koefisien korelasi antara sikap ilmiah siswa pelaksanaan percobaan pada pembelajaran IPA
dengan konsep hakikat sains adalah 30,8. menunjukkan adanya hubungan yang
Selanjutnya angka tersebut dibandingkan signifikan yaitu thitung > ttabel yaitu (30,8 >
dengan koefisien korelasi kritik yang tertera 1,28). Dengan demikian hipotesis yang
dalam daftar t-tabel pada n = 225 dan taraf diajukan dalam penelitian ini Ha diterima dan
signifikansi 0.90, yaitu 1,28. Hasil Ho ditolak. Dengan demikian dapat
perbandingan kedua nilai tersebut disimpulkan bahwa “terdapat hubungan antara
menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu (30,8 > sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat
1,28). Dengan demikian hipotesis yang sains pada pembelajaran IPA di SDN Kota
diajukan dalam penelitian ini “terdapat Banda Aceh”. Adapun tingkat korelasi dan
hubungan antara sikap ilmiah siswa dengan pengujian hipotesis terhadap kemunculan
konsep hakikat sains pada pembelajaran IPA sikap ilmiah pada konsep hakikat sains berada
di SDN Kota Banda Aceh”. Adapun tingkat pada kategori tinggi.
korelasi dan pengujian hipotesis terhadap
kemunculan sikap ilmiah pada konsep hakikat Penutup
sains berada pada kategori tinggi. Dari hasil penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Pembahasan 1. Kemampuan dasar siswa dalam
Pembahasan hasil penelitian ini penguasaan konsep hakikat sains
berdasarkan analisis data dan temuan di diperoleh secara total rata-rata 40% pada
lapangan. Penelitian ini dioerentasikan pada kategori tidak baik
tiga aspek yaitu kemampuan dasar penguasaan 2. Kemunculan sikap ilmiah siswa pada
konsep hakikat sains siswa SD, kemunculan sepuluh SD Negeri diperoleh rata-rata
sikap ilmiah, dan hubungan atau relevansi 60% pada kategori cukup. Hal ini
sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat disebabkan karena siswa telah
siswa pada pelaksanaan percobaan pada melaksanakan kegiatan ilmiah secara baik,
pembelajaran IPA. khususnya pada kegiatan bekerja sama.
Sardinah, Tursinawati, dan Anita Noviyanti, Relevansi Sikap Ilmiah Siswa 80


Namun siswa masih rendah dalam NRC. (2000). Inquiry and The National
pemahaman atau penguasaan konsep Science Education Standarts. A Guide
terhadap hakikat sains. for Teaching ang Learning.
3. Terdapat hubungan antara sikap ilmiah Washington DC: National Academic
siswa dengan konsep hakikat sains pada Press
pembelajaran IPA di SDN Kota Banda
Aceh, dengan menunjukkan adanya National Science Foundation/NSF (2004 )
hubungan yang signifikan yaitu thitung > Inquiry Thoughts, Views, and
ttabel yaitu (30,8 > 1,28). Strategies for the K–5 Classroom.
Arlington: Division of Elementary,
Daftar Pustaka Secondary, and Informal Education.

Alberta (2004) Focus on inquiry: a teacher’s Smolska, Eva Krugly dan taylor, Peter C
guide to implementing inquiry-based 92004) Inquiry in Science Education:
learning. Canada:Alberta Learning. International Perspectives.
http://www.learning.gov.ab.ca International Jurnal Of Science
(Maret, 2010) Education.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Sulistyorini, Sri (2007) Pembelajaran IPA
(2006). Panduan Penyusunan KTSP Sekolah Dasar, Dan Penerapan
Jenjang Pendidikan Dasar. Jakarta: Dalam KTSP. Yogyakarta: Unnes dan
BNSP Tiara Wacana.

Bell, Frederich h. (1978) Teaching And Tursinawati,. (2008). Penerapan pembelajaran


Learning Mathematics (in Secondary inkuiri terbimbing Untuk
School). Dubuque, Lowa: Wm.C. meningkatkan penguasaan konsep
Brown Company. dan pemahaman hakikat sains siswa.
Bandung: UPI Press. [Tesis, tidak
Hergenhahn dan Olson, Matthew H (2008) diterbitkan]
Theories Of Learning, Edisi Ketujuh.
Jakarta: Kencana. Trihastuti, Singgih dan Rimy, Yoko
(2008) Lembaga Penjaminan Mutu
Holbrook, Jack dan Rannikmae, Miia (2007) Pendidikandaerah Istimewa
The Nature of Science Education for Yogyakarta 2008 . Yogyakarta:
Enhancing Scientific Literacy. LPMP.
Intenational Jurnal of Science
Education Vol 29, No 11, 3 Widodo, Ari, dkk (2007) Pendidikan IPA Di
September 2007, PP. 1347-1362 SD. Bandung: UPI Press.

Liem, Tik L (2007) Asyiknya Meneliti Sains.


Jawa Barat: Pundak Scientific.

McComas, W.F. dan Olson, J.K. (1998). The


Nature of Science in International
Science Education Standards
Document. In W. F. McComas (Ed),
The Nature of Science in Science
Education. Dordrecht: Kluwer
Academic Publishers. (pp. 41-52)
ϴϭ

AMANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PRAJABATAN PADA BKPP ACEH

Oleh
Sri Rezeki, Murniati, AR, Cut Zahri Harun

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan,


evaluasi, dan hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan manajemen
pembelajaran diklat prajabatan pada Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
Aceh. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik
pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa:(1) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran diklat prajabatan
dilakukan oleh tenaga pengajar sesuai kompetensi yang ditetapkan Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia; (2) Pelaksanaan pembelajaran diklat
prajabatan dilakukan oleh widyaiswara sesuai kompetensi yang ditetapkan Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia; (3) Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk
mengetahui kemampuan peserta dalam penguasaan materi melalui ujian tertulis
setelah seluruh mata diklat dalam kurikulum diberikan; dan (4) Hambatan-hambatan
yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen pembelajaran diklat prajabatan adalah
kurangnya kemampuan pengelolaan pembelajaran secara efektif oleh widyaiswara,
kurangnya motivasi intrinsik peserta diklat, dan kurangnya pemantauan oleh
penyelenggara diklat.

Kata kunci :manajemen dan pembelajaran diklat

Sumber Daya Manusia (SDM) pada Kesatuan Republik Indonesia. Kompetensi


hakekatnya merupakan pelaku utama dalam sumber daya aparatur secara umum berarti
proses pembangunan. Pemerintah sebagai kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
penggerak, pembimbing, pembina, dan seorang PNS berupa pengetahuan,
pencipta iklim yang dapat meningkatkan dan keterampilan, sikap, dan perilaku, yang
menumbuh kembangkan semangat dalam ilmu diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan
pengetahuan dan teknologi guna memperteguh fungsinya.
akhlak mulia, kreatif, disiplin, bertanggung Kompetensi dapat ditingkatkan melalui
jawab dalam mengembangkan kualitas pendidikan dan pelatihan (diklat). Diklat
manusia. SDM merupakan unsur utama dalam merupakan proses pembelajaran yang
organisasi dan tidak terlepas dari proses melibatkan perolehan keahlian, konsep,
manajemen yakni strategi perencanaan, peraturan dan sikap untuk meningkatkan
pengembangan manajemen dan kinerja dengan hakekat meningkatkan kualitas
pengembangan organisasi. produktivitas, mengurangi waktu belajar
SDM merupakan kunci keberhasilan formal, dan pengembangan kepribadian
organisasi, karena pada dasarnya SDM yang mereka.
merancang, memasang, mengoperasikan dan Smith (Nawawi, 2005:99) memperkuat
memelihara sistem integral input, proses, dan tentang manfaat pelatihan sebagai berikut: (a)
output (Nasution, 2006:27). Dalam organisasi pelatihan dan pengembangan memiliki potensi
pemerintahan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan produktivitas tenaga
merupakan unsur utama SDM dan mempunyai kerja, (b) pelatihan dan pengembangan dapat
peranan dalam keberhasilan penyelenggaraan memperbaiki kualitas output dan seseorang
pemerintahan dan pembangunan. yang lebih terlatih tidak hanya lebih kompeten
Menurut Lembaga Administrasi Negara terhadap pekerjaannya tetapi juga lebih peka
(2008:18) mengemukakan bahwa untuk terhadap tindakannya, dan (c) pelatihan dan
melaksanakan tugas pelayanan, sumber daya pengembangan memperbaiki kemampuan
aparatur dituntut memiliki kompetensi, organisasi untuk menghadapi perubahan,
profesionalisme, wawasan global, dan mampu kesuksesan implementasi perubahan apakah
berperan sebagai unsur perekat Negara

Sri Rezeki adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Murniati, AR dan Cut Zahri Harun adalah Dosen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϴϮ


bersifat teknik atau strategi tergantung pada Secara umum dapat dinyatakan bahwa
keterampilan dari SDM dalam organisasi itu. manajemen sama dengan administrasi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Manajemen merupakan serangkaian kegiatan
Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan atau proses yang sumber daya yang tidak
Jabatan Pegawai Negeri Sipil, antara lain berhubungan ke dalam keseluruhan sistem
ditetapkan jenis-jenis pendidikan dan untuk pencapaian tujuan. Manajemen sebagai
pelatihan PNS. Salah satu jenis diklat adalah kekuatan mutlak yang dibutuhkan oleh
diklat prajabatan golongan III yang merupakan organisasi atau lembaga yang membutuhkan
syarat pengangkatan Calon Pegawai Negeri SDM dengan sumber daya fisik, termasuk
Sipil (CPNS) untuk menjadi PNS golongan lembaga pendidikan atau sekolah. Organisasi
III. adalah wadah aktivitas manajemen
Diklat prajabatan golongan III (Syafaruddin dan Nasution, 2005:71).
dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan Hasibuan (2005:5) menyatakan salah
dalam rangka pembentukan wawasan satu pengertian manajemen bahwa manajemen
kebangsaan, kepribadian dan etika PNS. adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
Disamping pengetahuan dasar tentang sistem disistemasi, dikumpulkan dan diterima
penyelenggaraan pemerintah Negara, bidang menurut pengertian kebenaran universal
tugas dan budaya organisasinya agar mampu mengenai manajer.
melaksanakan tugas dan peranannya sebagai Berdasarkan pengertian tersebut,
pelayan masyarakat. Berdasarkan uraian di manajemen adalah sebuah proses yang
atas, penulis ingin mengkaji masalah ini secara dilakukan oleh seseorang atau bersama-sama
mendalam, dengan membuat sebuah penelitian dengan memanfaatkan orang lain beserta
tentang ”Manajemen Pembelajaran Pendidikan fungsi-fungsinya secara berkesinambungan
dan Pelatihan Prajabatan pada Badan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Aceh. Suwardi (2007:1) menyatakan bahwa
manajemen pembelajaran sendiri dapat
Rumusan Masalah diartikan sebagai usaha untuk mengelola
Adapun yang menjadi rumusan masalah sumber daya yang digunakan dalam
dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
manajemen pembelajaran pendidikan dan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam
pelatihan prajabatan pada Badan Kepegawaian tinjauan Siswanto (2008:73), bahwa
Pendidikan dan Pelatihan Aceh?. manajemen SDM dapat diartikan sebagai
kegiatan perencanaan, pengadaan,
Teori Pendukung pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan
Menurut Usman (2009:5) SDM dalam upaya mencapai tujuan
mengemukakan bahwa manajemen berasal individual maupun organisasional. Adapun
dari bahasa latin yaitu dari kata manus yang pelatihan adalah proses pembelajaran yang
berarti tangan dan agere yang berarti melibatkan perolehan keahlian, konsep,
melakukan. Penggabungan kata-kata tersebut peraturan, atau sikap untuk meningkatkan
menjadi kata kerja manager yang berarti kinerja karyawan. Perencanaan adalah usaha
menangani managere diterjemahkan dalam sadar yang dilakukan yang terorganisir dan
bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to terus menerus dilakukan untuk memilih
manage dengan kata benda management dan alternatif yang baik yang bermanfaat dalam
manajer untuk orang yang melakukan kegiatan pencapaian tujuan pembelajaran.
manajemen. Akhirnya management Perencanaan dikatakan berhasil jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kegiatan yang telah dirumuskan dapat
menjadi manajemen atau pengelolaan. Sagala terlaksana sesuai dengan rencana yang telah
(2009:54) menyatakan bahwa administrasi dan ditetapkan. Jadi perencanaan pembelajaran
manajemen pendidikan adalah mencakup menentukan sesuatu yang harus dilaksanakan
semua kegiatan yang dijalankan oleh institusi dan cara melakukannya, sehingga
pendidikan, khususnya satuan pendidikan pada pelaksanaannya sesuai dengan rencana. Fattah
berbagai tingkatan dan fungsi tugasnya dalam (2006:49) menyatakan bahwa perencanaan
rangka mencapai tujuan. merupakan tindakan menetapkan apa yang

  
Sri Rezeki, Murniati, Ar, Cut Zahri Harun, Manajemen Pembelajaran Pendidikan ϴϯ


akan dikerjakan, bagaimana mengerjakan, apa dengan sengaja dalam bentuk pemberian
yang harus dikerjakan dan siapa yang bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan
mengerjakannya. oleh tenaga profesional dalam waktu tertentu
Dengan demikian, perencanaan sangat bertujuan meningkatkan kemampuan kerja
penting dilakukan agar tujuan yang telah guna meningkatkan efektivitas, produktivitas
ditetapkan dapat berjalan sebagaimana dalam suatu organisasi. Sehingga dapat
mestinya, dapat diarahkan menuju arah yang dipahami bahwa dalam pelatihan terdapat
lebih baik dan berpengaruh terhadap unsur, proses-proses yang disengaja dalam
pelaksanaannya yang baik pula. rangka pemberian bantuan kepada peserta
Dalam pelaksanaan pembelajaran diklat yang dilakukan oleh fasilitator yang
widyaiswara sangat berperan dalam profesional dalam satuan waktu tertentu
pencapaian tujuan pembelajaran, menciptakan bertujuan meningkatkan kemampuan tenaga
kegiatan belajar yang efektif sehingga harus kerja.
dirumuskan tahap perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi yang tepat dalam Metodologi Penelitian
pembelajaran. Widyaiswara hendaknya Penelitian ini menggunakan pendekatan
memahami hal-hal yang berhubungan dengan kualitatif, hal ini karena bentuk penelitian ini
pembelajaran yaitu dengan membuat mempunyai ciri-ciri penting, diantaranya
GBPP/SAP, menetapkan kegiatan belajar peneliti merupakan instrumen kunci, data
mengajar yang harus dilakukan, menetapkan bersifat deskriptif, menitik beratkan pada
alat penilaian untuk mengukur keberhasilan proses, analisis data bersifat induktif dan
pembelajaran. pemaknaan setiap kejadian dengan perhatian
Widyaiswara harus kreatif dalam yang esensial.
memotivasi dan menciptakan atmosfir kelas Menurut Creswell (Emzir:2007:27)
yang kondusif untuk mendorong peserta agar bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu
secara sadar memaksa dirinya menggunakan proses penelitian dan pemahaman yang
kemampuan verbalnya untuk bertanya dan berdasarkan pada metodologi dengan
menjawab pertanyaan. Widyaiswara juga menyelidiki suatu fenomena sosial dan
harus memberikan penguatan kepada peserta masalah manusia.
dengan memberikan pujian apabila bertanya Selanjutnya Sukardi (2005:15)
dan menjawab pertanyaan. Keaktifan peserta menyatakan bahwa penelitian deskriptif
diklat dalam kegiatan pembelajaran sangat merupakan metode penelitian yang berusaha
tergantung dari pemanfaatan potensi yang menggambarkan obyek atau subyek yang
mereka miliki. Karenanya keaktifan peserta diteliti sesuai dengan apa adanya dengan
dalam menjalani proses belajar mengajar tujuan menggambarkan secara sistematis
merupakan salah satu kunci keberhasilan fakta dan karakteristik obyek yang di teliti
pencapaian tujuan pembelajaan. secara tepat.
Peserta diklat akan aktif dalam kegiatan Penelitian kualitatif adalah prosedur
pembelajaran bila ada motivasi, baik penelitian yang menghasilkan data deskriptif
motivasi ekstrinsik maupun instrinsik. berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari
Berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
terdapat beberapa pendapat, Purwanto (Moleong, 2007:3).
(2006:7) mengartikan bahwa pendidikan Subjek dalam penelitian ini adalah
sebagai usaha sadar untuk mempersiapkan ketua penyelenggara diklat, sekretaris, dan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, peserta diklat pra jabatan golongan III.
pengajaran bagi peranan dimasa mendatang. Selanjutnya ada beberapa orang subjek
Sedangkan pelatihan adalah usaha sadar tambahan yang tidak disebutkan sebagai
untuk memperbaiki kinerja pegawai pada trianggulasi data antara lain petugas
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya ruangan, petugas pengamanan kegiatan
(Nawawi, 2005:51). Dalam tinjauan Hamalik diklat, dan staf administrasi. Penetapan subjek
(2005:10), konsep sistem pelatihan secara penelitian ini dipilih karena keterlibatan
operasional adalah proses yang meliputi mereka secara langsung dalam manajemen
serangkaian tindakan yang dilaksanakan pembelajaran diklat pra jabatan.

  
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϴϰ


Moleong (2005:65) mengemukakan mengajar terlebih dahulu mempersiapkan


bahwa subjek penelitian pada penelitian GBPP/SAP, bahan ajar, dan bahan tayang
kualitatif adalah sampel bertujuan artinya sehingga dengan adanya perencanaan tersebut
menjaring informasi dari berbagai macam widyaiswara lebih mudah dan terarah dalam
sumber dan bentuknya sehingga dapat dirinci mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran.
kekhususan yang ada dalam konteks yang Perencanaan yang baik akan memberikan
unik. Dalam menemukan data yang benar pengaruh terhadap proses belajar mengajar.
tentang manajemen pembelajaran pendidikan
dan pelatihan prajabatan pada BKPP Aceh, Pelaksanaan Pembelajaran Diklat
peneliti mengunakan teknik pengumpulan Prajabatan pada BKPP Aceh
data melalui: observasi, wawancara dan Untuk memperoleh data terhadap
studi dokumentasi. pelaksanaan pembelajaran diklat prajabatan
Selanjutnya untuk menganilisis data peneliti telah melakukan pengamatan terhadap
yang telah dikumpulkan sejak awal penelitian pelaksanaan pembelajaran. Adapun
sampai akhir penelitian dengan teknik pendekatan yang dilakukan adalah andragogi
reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. dan menggunakan metode ceramah yang
dikombinasikan dengan tanya jawab, diskusi
Hasil Penelitian dan simulasi (role playing).
Berdasarkan hasil wawancara dan
Perencanaan Pembelajaran Diklat observasi di lapangan widyaiswara
Prajabatan pada BKPP Aceh menggunakan metode mengajar, media,
Hasil penelitian membuktikan bahwa sarana dan prasarana pembelajaran meskipun
perencanaan pembelajaran diklat prajabatan masih terbatas namun berdasarkan
pada BKPP Aceh berpedoman pada wawancara dengan peserta, widyaiswara
kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan kurang kreatif dalam menciptakan tmosfir
Kepala LAN-RI Nomor 18 Tahun 2010. kelas yang menarik sehingga proses
Dalam kurikulum pembelajaran tersebut kominikasi tidak optimal.
memuat analisis materi pembelajaran yang Dari hasil observasi penelitian
memuat tentang standar kompetensi, membuktikan bahwa pelaksanaan
kompetensi dasar, indikator dan materi pokok. pembelajaran dimulai dengan membuka
Selanjutnya hasil penelitian pembelajaran dan melakukan evaluasi awal
membuktikan bahwa widyaiswara diberikan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan
kesempatan untuk menyiapkan GBPP/SAP, peserta. Terdapat sebagian widyaiswara yang
bahan ajar, dan bahan tayang serta seluruh kurang memperhatikan penggunaan waktu
perangkat pembelajaran yang diperlukan sehingga penyampaian materi tidak terstruktur
sesuai dengan kurikulum yang mencakup dengan baik. Sebenarnya hal ini bukan
kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman disebabkan karena ketidakmampuan
belajar, target pendidikan, penilaian, alokasi widyaiswara dalam menggelola materi
waktu dan sumber belajar. pembelajaran, namun disebabkan karena
Bersadarkan wawancara dengan kurangnya pengelolaan waktu.
penyelenggara diklat dapat diketahui bahwa
untuk menunjuk tenaga widyaiswara yang Evaluasi Pembelajaran Diklat Prajabatan
akan mengajar pada diklat prajabatan pada BKPP Aceh
kompetensi yang harus dimiliki widyaiswara Hasil penelitian memuktikan bahwa
pada pembelajaran diklat prajabatan golongan sebagian besar widyaiswara melakukan
III diantaranya memahami dan mampu evaluasi pembelajaran saat pertama kali
membimbing peserta agar memiliki komitmen memasuki ruangan. Penilaian tersebut dalam
dan integritas moral serta tanggung jawab bentuk pertanyaan tentang masalah yang sudah
profesi sebagai PNS, memahami dan diajarkan ataupun wawasan lainnya yang
membimbing peserta untuk menegakkan berhubungan dengan materi diklat. Evaluasi
disiplin dan memiliki etos kerja. juga dilakukan pada saat diklat berlangsung
Dari hasil observasi penelian untuk mengetahui sejauh mana pemaham,an
membuktikan bahwa semua widyaiswara yang

  
Sri Rezeki, Murniati, Ar, Cut Zahri Harun, Manajemen Pembelajaran Pendidikan ϴϱ


peserta terhadap materi yang sedang PEMBAHASAN


disampaikan.
Hasil penelitian juga membuktikan Perencanaan Pembelajaran Diklat
bahwa evaluasi yang dilakukan dalam Prajabatan pada BKPP Aceh
pembelajaran diklat prajabatan adalah Perencanaan pembelajaran merupakan
penilaian berbasis kelas yang didasarkan pada kegiatan persiapan yang harus dilaksanakan
prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian oleh widyaiswara dan merupakan langkah
berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten awal dari suatu kegiatan pembelajaran.
sebagai akuntabilitas publik. Langkah pertama yang dilakukan widyaiswara
Hal ini berarti penilaian berbasis kelas adalah menelaah kurikulum dan silabus yang
harus dilakukan secara terus menerus selama telah ditetapkan agar dapat dijabarkan
proses belajar mengajar sehingga sistem dalam GBPP/SAP. Hal ini dilakukan untuk
penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil menjaga kesesuaian bahan ajar dan bahan
ujian semata, tetapi juga didasarkan pada tayang dengan kurikulum yang berlaku.
proses pembelajarannya. Perencanaan pembelajaran diklat
prajabatan telah sesuai dengan tujuannya yaitu,
untuk memberi perbekalan kepada PNS untuk
memahami lebih lanjut tentang tanggung
Hambatan dalam Pelaksanaan Manajemen jawab dan fungsinya dalam lingkungan
Pembelajaran Diklat Prajabatan pada kerjanya. Hal ini sesuai dengan Peraturan
BKPP Aceh Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
Hasil penelitian membuktikan bahwa 18 Tahun 2010 tentang Pedoman
terdapat berbagai hambatan sehingga target Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Prajabatan yang mengemukankan bahwa salah
Beberapa masalah yang dihadapi widyaiswara. satu tujuan pembelajaran diklat prajabatan
Terbatasnya kemampuan widyaiswara dalam adalah untuk dapat membentuk sosok PNS
mengembangkan GBPP/SAP sehingga masih yang mampu menjadi perekat persatuan dan
banyak widyaiswara yang mengadopsi dari kesatuan bangsa, maka diklat prajabatan
widyaiswara lainnya untuk digunakan dalam tersebut mengarah kepada upaya peningkatan:
mengajar. (a) sikap dan semangat pengabdian yang
Namun secara umum widyaiswra yang berorientasi pada kepentingan masyarakat,
menjadi subjek penelitian ini sudah bangsa, Negara, dan tanah air, (b) kompetensi
melakukan sesuai dengan petunjuk. yaitu teknis, manajerial dan kepemimpinan, (c) efe-
mengembangkan GBPP/SAP berdasarkan siensi dan efektifitas, dan (d) kualitas
ketentuan LAN-RI. Untuk terlaksananya pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan
perencanaan pembelajaran dengan baik, semangat, kerjasama dan tanggung jawab
widyaiswara harus aktif mengembangkan sesuai dengan lingkungan kerja dan organisasi.
potensi dirinya baik melalui diskusi dengan Berkaitan dengan perencanaan
teman sejawat, dan mengikuti pelatihan. pembelajaran yang menjadi tanggung jawab
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan widyaiswara terdapat beberapa hal yang
oleh Suwardi (2007:6) bahwa upaya berkaitan dengan perencanaan bahan pelajaran
membangun hubungan yang baik dan luas diantaranya harus menyusun GBPP/SAP,
dapat dilakukan dengan membina jaringan bahan ajar dan bahan tayang.
kerjasama atau networking untuk membantu Hamalik (2005:80) menyatakan bahwa
meningkatkan kinerja sesama pengajar sebagai penyusunan program pembelajaran yang
suatu profesi. Perencanaan pembelajaran efektif membutuhkan pengkajian (analisis)
sangat menentukan suksesnya pembelajaran yang cermat. Pada dasarnya, penggunaan
karena itu widyaiswara sangat dituntut agar analisis merupakan bentuk penerapan
dapat meningkatkan dan mengembangkan diri pendekatan sistem yang disebut sistem
secara professional. analisis.

  
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϴϲ


Pelaksanaan Pembelajaran Diklat untuk menumbuhkan keberanian peserta diklat


Prajabatan pada BKPP Aceh untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Karena itu perlu dibiasakan keberanian
widyaiswara merupakan fasilitator dan dituntut dalam pengambilan keputusan, bertanya dan
untuk memfasilitasi proses belajar mengajar menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta
sesuai dengan pendekatan orang dewasa diklat. Widyaiswara juga harus kreatif dalam
sehingga diperlukan kemampuan menciptakan atmosfir kelas yang kondusif un-
berkomunikasi secara efektif, pengelolaan tuk mendorong peserta agar secara sadar
kelas menyenangkan dan mengembangkan memaksa dirinya menggunakan kemampuan
metode pembelajaran yang sesuai. verbal untuk bertanya dan menjawab
Pelaksanaan pembelajaran hendaknya pertanyaan.
dilaksanakan secara terstruktur dan diawasi Keaktifan peserta diklat dalam kegiatan
agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan pembelajaran sangat tergantung dari
tujuan pembelajaran. Pengawasan tersebut kemampuan widyaiswara dalam pemanfaatan
turut membantu kegiatan belajar secara potensi yang mereka miliki, karenanya perlu
optimal dan merangsang peserta untuk belajar. senantiasa memberikan motivasi pembelajaran
Salah satu faktor yang mendukung pada peserta.
kondisi belajar dalam diklat kemampuan Beberapa hal yang dapat merangsang
widyaiswara memberikan motivasi tumbuhnya motivasi belajar peserta diklat
pembelajaran selama proses belajar yang sebagaimana yang tercantum dalam (LAN,
dilakukan. Dalam proses belajar mengajar 2008:32) antara lain: (a) penampilan
terjadi komunikasi langsung dari widyaiswara widyaiswara yang hangat dan menumbuhkan
dan peserta secara timbal balik. Kedua belah partisipasi positif, (b) peserta diklat
pihak berperan dan berbuat secara aktif dalam mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran,
kerangka kerja dengan menggunakan cara dan (c) tersedianya fasilitas, media, sumber belajar,
kerangka berpikir yang disepakati dan dan lingkungan belajar yang mendukung
dipahami bersama. kegiatan pembelajaran, (d) adanya prinsip
Dengan demikian kriteria keberhasilan pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta
dari rangkaian keseluruhan proses interaksi diklat, (e) adanya konsistensi dalam penerapan
belajar mengajar tersebut hendaknya dapat aturan atau perlakuan oleh widyaiswara dalam
dilihat pada perubahan-perubahan yang pembelajaran, dan (f) adanya pemberian
diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi reinforcement atau penguatan dalam proses
peserta diklat. Selama proses pembelajaran pembelajaran.
berlangsung, yang menjadi inti aktivitas belajar
adalah terciptanya komunikasi pembelajaran Evaluasi Pembelajaran Diklat Prajabatan
yang efektif yang mencakup asas kejelasan pada BKPP Aceh
pesan, asas konsistensi, asas ketepatan waktu, Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang
asas distribusi pesan, dan asas pesan yang merupakan kewajiban bagi setiap tenaga
menarik dan mudah dipahami. pengajar. Dikatakan kewajiban karena setiap
Dengan memperhatikan asas-asas widyaiswara pada akhirnya harus dapat
tersebut pelaksanaan pembelajaran menjadi memberikan informasi kepada lembaga dan
lebih bermakna. Pelaksanaan pembelajaran kepada peserta sendiri, bagaimana dan sampai
dikatakan berhasil apabila peserta diklat dimana penguasaan dan kemampuan yang
mengalami perubahan-perubahan signifikan telah dicapai tentang materi tertentu yang telah
setelah menjalani proses belajar. Perubahan dipelajarinya.
tersebut meliputi tahapan pengetahuan, Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian,
keterampilan dan perilaku sebagaimana yang karena penilaian merupakan proses
diharapkan. menetapkan kualitas hasil belajar atau proses
Sebagai pemberi motivasi, hendaknya untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
widyaiswara mengembangkan sikap percaya pembelajaran oleh peserta didik. Mengingat
diri dan mencoba menemukan apa yang kompleksnya proses penilaian, widyaiswara
peserta biasa lakukan. Widyaiswara dituntut dituntut untuk menguasai pengetahuan,

  
Sri Rezeki, Murniati, Ar, Cut Zahri Harun, Manajemen Pembelajaran Pendidikan ϴϳ


ketrampilan, dan sikap yang memadai tentang kemampuan dan potensi yang mereka miliki,
penilaian itu sendiri. maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan
Evaluasi bukan akhir dari pembelajaran, siswa pada kelompok yang sesuai.
tetapi merupakan proses kontinu untuk Selain dari fungsi tersebut di atas,
membantu peserta dalam rangka pencapaian evaluasi juga berfungsi sebagai wacana psi-
tujuan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran kologis yang sangat signifikan bagi peserta
diklat prajabatan yang diterapkan oleh diklat dan fasilitator. Bagi peserta diklat,
widyaiswara dan penyelenggara pada BKPP penilaian merupakan alat bantu untuk
Aceh meliputi aspek penguasaan materi yang mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam
dilaksanakan secara tertulis. Indikator menilai kemampuan dan kemajuan dirinya
penguasaan tersebut adalah angka yang sendiri.
dihasilkan dari jawaban peserta dalam ujian Bagi fasilitator, evaluasi menjadi
tertulis, yang dilakukan setelah seluruh mata kebutuhan untuk mengidektifikasi hasil usaha
diklat dalam kurikulum diberikan. dan tanggungjawabnya dalam
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah mengembangkan potensi belajar peserta diklat.
untuk mendapatkan data pembuktian yang Pengetahuan seperti ini dapat menimbulkan se-
akan menunjukkan sampai di mana tingkat mangat pada widyaiswara dalam menentukan
kemampuan dan keberhasilan peserta didik langkah pendidikan lanjutan bagi peserta
dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikulum. Di diklat.
samping itu dapat digunakan untuk mengukur Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa
dan menilai sampai di mana tingkat fasilitator yang berhasil dalam pembelajaran
keefektifan pengalaman belajar, kegiatan- tidak saja mampu menyampaikan materi,
kegiatan belajar, dan metode mengajar yang menggunakan metode dan media dengan baik,
digunakan. tetapi juga harus didukung oleh kegiatan
Dengan demikian, dapat dikatakan evaluasi yang tepat.
betapa penting peranan dan fungsi evaluasi Sebab dari hasil evaluasi itulah dapat
proses pembelajaran. Dalam melaksanakan diketahui kemampuan fasilitator dan peserta
penilaian tenga pengajar dituntut untuk diklat dalam proses pembelajaran. Pada saat
membuat laporan tentang hasil penilaiannya merumuskan alat penilaian juga harus melihat
tentang kemajuan pembelajaran peserta. tingkat kesulitan soal yang dibuat oleh
Sehubungan dengan deskripsi hasil trainer diklat.
evaluasi belajar, Syafaruddin dan Nasution Dengan demikian evaluasi yang
(2005:139) menjabarkan fungsi-fungsi diterapkan dapat dimulai dengan perencanaan
evaluasi hasil belajar tersebut antara lain evaluasi yang dikembangkan dan dirancang
sebagai berikut: (a) untuk diagnostik dan oleh fasilitator diklat, pelaksanaan evaluasi
pengembangan, penggunaan hasil dari yang sesuai dengan perencanaan, selanjutnya
kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar melakukan analisis dari hasil pelaksanaan
diagnosis kelemahan dan keunggulan peserta penilaian, dan pemanfaatan hasil evaluasi
didik dan sebab-sebabnya. Diagnosis inilah untuk kepentingan tindak lanjut program
yang dapat dilakukan guru terhadap pembelajaran yang berkesinambungan.
pengembangan kegiatan pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar, (b) untuk seleksi, Hambatan dalam Pelaksanaan Manajemen
hasil dari kegiatan evaluasi belajar seringkali Pembelajaran Diklat Prajabatan pada
digunakan sebagai dasar untuk menentukan BKPP Aceh
siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis Widyaiswara merupakan faktor penting
jabatan atau jenis pendidikan tertentu karena dalam pelaksanaan pembelajaran karena
hasil dari evaluasi ini bertujuan untuk seleksi, kemampuannya sangat mempengaruhi proses
(c) untuk kenaikan kelas, menentukan apakah pembelajaran. Sebagai tenaga pengajar
seorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang Widyaiswara mempunyai ruang lingkup
lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
yang dapat mendukung keputusan yang dibuat mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS
guru, dan (d) untuk penempatan, agar siswa pada lembaga diklat pemerintah.
dapat berkembang sesuai dengan tingkat

  
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϴϴ


Artinya, selain pada peserta pelatihan itu adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
sendiri, keberhasilan peserta pelatihan dalam langsung dipergunakan dan menunjang proses
menyerap, mengerti dan memahami materi pendidikan, khususunya proses belajar men-
yang disampaikan dalam sebuah kegiatan gajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi,
pelatihan sebagian besar terletak pada serta alat-alat dan media pengajaran.
widyaiswara. Adapun yang dimaksud dengan
Bila dilihat dari aspek tenaga pengajar, prasarana pendidikan adalah fasilitas yang
maka kendala yang dihadapi BKPP Aceh secara tidak langsung menunjang jalannya
mencakup aspek-aspek berikut: (a) rendahnya proses pendidikan atau pengajaran, seperti
kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan halaman, kebun, taman, sekolah, jalan menuju
pembelajaran diklat secara efektif, (b) sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara
kurangnya waktu yang tersedia untuk langsung untuk proses belajar mengajar,
menanamkan kompetensi-kompetensi yang seperti taman sekolah islami untuk pengajaran
diharapkan dari peserta diklat, (c) kurangnya biologi, halaman sekolah sekaligus lapangan
keterlibatan peserta diklat dalam proses belajar olah raga, komponen tersebut merupakan
sehingga pembelajaran tidak optimal, dan (d) sarana pendidikan.
kurangnya kemampuan widyaiswara dalam Diperlukan pemahaman akan pentingnya
melakukan evaluasi awal pembelajaran manajemen sarana dan prasarana pendidikan
sehingga tidak mengetahui kemampuan kelas. pada setiap lembaga pendidikan dan pelatihan.
Dari aspek peserta diklat, kendala yang Deskripsi di atas semakin mempertebal
dihadapi BKPP Aceh mencakup komponen pemahaman kita akan pentingnya
berikut, yaitu kurangnya motivasi intrinsik pemahaman manajemen sarana dan
peserta diklat untuk mendalami materi prasarana pendidikan di setiap lembaga
pembelajaran sehingga pembelajaran yang pendidikan dan pelatihan.
diajarkan hanya untuk melengkapi syarat Dalam pengelolaan bidang manajemen
sebagai PNS saja. Deskripsi tersebut sarana dan prasarana pendidikan khususnya,
merupakan hambatan yang harus dipenuhi faktor penting dalam memajukan lembaga
oleh penyelenggara diklat dan widyaiswara pendidikan dan pelatihan dalam rangka
dalam perannya sebagai tenaga pegajar yang meningkatkan mutu pendidikan adalah
mampu membangkitkan motivasi belajar para tersedianya sarana dan prasarana pendidikan
peserta diklat. yang sejajar dan sesuai kebutuhan.
Dalam proses belajar, motivasi sangat Dalam pengelolaan bidang manajemen
diperlukan, sebab seseorang yang tidak sarana dan prasarana pendidikan khususnya,
mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan faktor penting dalam memajukan lembaga
mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini pendidikan dan pelatihan dalam rangka
merupakan pertanda bahwa sesuatu yang meningkatkan mutu pendidikan adalah
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. tersedianya sarana dan prasarana pendidikan
Sedangkan pada aspek pengelola diklat, yang sejajar dan sesuai kebutuhan. Bila hal ini
kendala dihadapi BKPP Aceh mencakup dipenuhi oleh masing pengelola administrasi
aspek-aspek penyediaan sarana dan prasarana setiap lembaga diklat tentunya
pembelajaran, yaitu: (a) modul pembelajaran, penyelenggaraan proses belajar mengajar akan
(b) LCD/projector (c) white board dan flip dapat terlaksana dengan baik dan
chart (d) jaringan komputer dan internet (e) menyenangkan. Di samping itu, manajemen
tehnologi multimedia. sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
Pelaksanaan manajemen pembelajaran berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas
tidak akan berjalan maksimal apabila tidak perencanaan, pengadaan, pendistribusian,
memiliki fasilitas pembelajaran yang penggunaan, perawatan, inventarisasi, serta
memadai. Pengelolaan sarana dan prasarana penghapusan.
pendidikan merupakan kegiatan yang amat Hal ini menunjukkan bahwa perlunya
penting, karena keberadaannya akan sangat suatu proses dan keahlian seorang
mendukung suksesnya proses pembelajaran. penyelenggara dalam kegiatan pengelolaan
Hal ini sesuai dengan pernyataan dan tindakan preventif yang tepat terhadap
Mulyasa (2007:49), bahwa sarana pendidikan

  
Sri Rezeki, Murniati, Ar, Cut Zahri Harun, Manajemen Pembelajaran Pendidikan ϴϵ


masing-masing fasilitas yang dimiliki terhadap sumber belajar, bentuk dan teknik
sarana dan prasarana. evaluasi dapat berjalan dengan lancar.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran,
Kesimpulan widyaiswara diharapkan dapat mengelola
Dari hasil temuan penelitian, ada pembelajaran, memodifikasi metode
beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, pembelajaran dengan lebih bervariasi
yaitu: sehingga peserta diklat terlibat langsung
1. Perencanaan pembelajaran diklat dalam proses pembelajaran.
prajabatan pada BKPP Aceh dilakukan 3. Evaluasi pembelajaran diklat memberi
dengan penyusunan kurikulum seluruh banyak manfaat bagi peserta diklat, untuk
mata pembelajaran diklat prajabatan yang itu penyelenggara diharapkan dapat
dilakukan oleh widyaiswara sesuai menyampaikan hasil evaluasi secara
dengan jenis komponen pembelajaran, akurat kepada peserta diklat sehingga
dan relevansi bahan ajar yang dikemas dapat mengetahui kompetensi yang harus
dalam format RPP pembelajaran sesuai ditingkatkan individu masing-masing.
dengan konsentrasinya masing-masing 4. Untuk menanggulangi hambatan dan
kelompok kerja widyaiswara. permasalahan manajemen pembelajaran
2. Pelaksanaan pembelajaran diklat diklat prajabatan, diperlukan leader
prajabatan pada BKPP Aceh dilakukan komitmen dan kerjasama tim dengan
dengan: (a) membuat GBPP/SAP, (b) tanggung jawab yang tinggi secara terus
menetapkan kegiatan belajar dengan menerus.
peserta diklat, dan (c) menetapkan alat
penilaian untuk mengukur keberhasilan Daftar Pustaka
pengajaran. Emzir. (2007). Metode Penelitian Pendidikan
3. Adapun dalam proses belajar mengajar Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta:Raja
dilakukan dengan pendekatan interaksi Grafindo Persada.
dengan peserta diklat, sedangkan
widyaiswara hanya berperan sebagai Fatah, Nanang. (2006). Landasan Manajemen
fasilitator pembelajaran sehingga Pendidikan. Bandung:Remaja Rosda-
menimbulkan nuansa pembelajaran yang karya.
aktif.
4. Evaluasi pembelajaran diklat prajabatan Hamalik, Oemar. (2005). Proses Belajar
pada BKPP Aceh dilakukan dalam bentuk Mengajar. Bandung:Bumi Aksara.
tiga aspek antara lain: (a) evaluasi
program pembelajaran diklat yang Hasibuan, J.J. (2005). Proses Belajar
diajarkan, (b) evaluasi proses Mengajar, Bandung: Remaja
pembelajaran diklat yang diajarkan, dan Rosdakarya.
(c) evaluasi hasil pembelajaran diklat.
5. Hambatan dalam pelaksanaan manajemen Lembaga Administrasi Negara. (2008). Modul
pembelajaran diklat prajabatan pada Diklat:Analisis Kebutuhan Diklat,
BKPP Aceh antara lain dipengaruhi oleh Jakarta:Tim Lembaga Administrasi
aspek tenaga pengajar, peserta diklat, dan Negara Republik Indonesia.
pengelola diklat
Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi
Saran Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Adapun saran-saran yang diajukan Rosdakarya.
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran diklat -------------, (2007). Metodologi Penelitian
prajabatan hendaknya disiapkan dengan Kualitatif. Bandung: Remaja
baik agar pelaksanaan pembelajaran yang Rosdakarya.
meliputi tujuan pembelajaran, materi,
interaksi belajar mengajar, media dan Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis
Sekolah, Bandung:Remaja Rosdakarya.

  
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϵϬ


Nasution. (2006). Kurikulum dan Pengajaran,


Jakarta:Bina Aksara.

Nawawi, Hadari. (2005). Administrasi


Personel Untuk Peningkatan
Produktivitas Kerja, Jakarta:Haji
Intermedia.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000


tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan PNS.

Purwanto, Ngalim. (2006). Ilmu Pendidikan


Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan


Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan, Bandung:Alfabeta.

Siswanto, H. B. (2008). Pengantar


Manajemen, Jakarta:Bina Aksara.

Sukardi, Dewa Ketut. (2005). Bimbingan dan


Penyuluhan Belajar di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.

Suwardi. (2007). Manajemen Pembelajaran:


Mencipta Guru Kreatif dan
Berkompetensi, Jakarta:Temprina
Media Grafika.

Syafaruddin dan Irwan Nasution, (2005).


Manajemen Pembelajaran,
Jakarta:Quantum Teaching.

Usman, Husaini. (2009). Manajemen:Teori,


Praktek, dan Riset Pendidikan,
Jakarta:Bumi Aksara.

  
ϵϭ


MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS TEKNOLOGI


INFORMASI (T.I) PADA JURUSAN BAHASA ARAB FAKULTAS
TARBIYAHIAIN AR-RANIRY BANDA ACEH

Oleh
Zulkhairi, Djailani. AR, Nasir Usman

Abstrak: Dalam era globalisasi dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(T.I.K) yang bergerak begitu cepat, mengharuskan semua sistem dan tatanan pendidikan
untuk menyesuaikan diri baik, visi, misi, tujuan serta strateginya demi tercapainya
pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Salah satunya dengan melaksanakan
pengelolaan pembelajaran bahasa arab berbasis Teknologi Informasi pada Jurusan
Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah angket wawancara dan observasi dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa para dosen bahasa Arab pada jurusan bahasa Arab
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh yang mengajar di kelas ternyata belum
seluruhnya membuat perencanaan pembelajaran berupa Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
dengan baik dan benar dalam ketikan Microsoft Word bahasa Arab. Dalam pelaksanaan
pembelajaran menunjukkan bahwa dalam membuka pelajaran, menjelaskan materi
perkuliahan, kebanyakan para dosen bahasa Arab sudah mampu dan mahir dalam
melaksanakannya dengan baik terutama dalam menyiapkan alat-alat pendukung
pembelajaran seperti leptop, flashdisk, infokus, dan layanan wifi internet online. Hasil
penelitian melalui observasi mengenai penilaian perkuliahan mahasiswa pada jurusan
bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh belum baik. Hasil
wawancara dengan salah seorang dosen pada jurusan bahasa Arab Fakultas Tarbiyah
IAIN AR-Raniry Banda Aceh yaitu Bapak Marzun R menunjukkan bahwa belum
semuanya berupaya meningkatkan evaluasi dalam pembelajaran di ruang belajar, karena
penilaian yang dilakukan adalah penilaian proses dan produk.

Kata Kunci : Manajemen Pembelajaran, Bahasa Arab, dan Teknologi Informasi (T.I)

Sejalan dengan perkembangan zaman terwujudnya student center. Maka salah satu
di era globalisasi serta kemajuan dibidang komponen penting dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mutu dan kualitas pendidikan di era
pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, globalisasi ini adalah dengan melaksanakan
maka pembaharuan dalam lembaga pengelolaan proses pembelajaran
pendidikan harus segera dilakukan, demi (manajemen pembelajaran) dengan dukungan
terciptanya pendidikan yang terarah, bermutu berbagai fasilitas Teknologi Informasi (T.I)
dan berkualitas. Untuk menghasilkan dan multimedia pembelajaran, sehingga
pendidikan yang berkualitas, diperlukan pembelajaran menjadi lebih terbuka, kreatif,
manajemen yang baik dan terarah yang dapat efektif dan dinamis, yang akhirnya kita bisa
mendukung tercapainya tujuan pendidikan. merapatkan barisan untuk sejajar dalam
Pasca pengesahan Undang-Undang globalisasi dunia pendidikan nasional bahkan
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Internasional.
Pendidikan Nasional tersebut terjadi Kenyataan menunjukkan bahwa dalam
perubahan besar dalam konteks pengelolaan penerapan pembelajaran berbasis Teknologi
proses pendidikan di Indonesia. Dalam Informasi dan multimedia oleh para dosen di
undang-undang tersebut tidak lagi dikenal IAIN Ar-Raniry Banda Aceh masih banyak
istilah pengajaran, namun menggunakan ditemui kendala, terutama yang berkaitan
istilah pembelajaran. Pada konsep dengan Sumber Daya Manusia (SDM)
pengajaran akan memunculkan kondisi maupun kelengkapan sarana dan
teacher center. Sedangkan pada konsep prasarananya, dan untuk mengatasi kendala-
pembelajaran dosen lebih bersifat fasilitator kendala tersebut, tentu menjadi suatu
yang membuat siswa belajar sendiri. Pada keharusan bagi para dosen dan akademisi
konsep ini pula sangat mungkin dan relevan pendidikan melakukan perencanaan dan

Zulkhairi adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala


Djailani. AR, dan Nasir Usman Harun adalah Dosen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϵϮ
 

pengaturan yang matang tentang lebih luas dari pada kata “pengajaran”, jika
pemanfaatan fasilitas Teknologi Informasi kata pengajaran ada dalam konteks dosen-
dan Komunikasi (T.I.K) dalam proses murid dikelas (ruang) formal, akan tetapi
pembelajaran. pembelajaran atau instruction mencakup
Berdasarkan permasalahan di atas, pula kegiatan belajar mengajar yang tidak
maka yang menjadi fokus dalam rumusan dihadiri dosen secara fisik, oleh karena dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah instruction yang ditekankan adalah proses
profesionalitas para dosen dalam belajar, maka usaha-usaha yang terencana
melaksanakan pengelolaan pembelajaran dalam memanipulasi sumber-sumber belajar
bahasa Arab dengan menggunakan alat-alat agar terjadi proses belajar dalam diri siswa,
(hardware dan software) Teknologi yang kita sebut dengan pembelajaran
Informasi (T.I) pada Jurusan Bahasa Arab (Sadiman dkk. 2008:7).
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Sebagaimana dikemukakan oleh Wina
Aceh? Sanjaya (2008:78) kata pembelajaran adalah
terjemahan dari “instruction” yang banyak
Landasan Teori dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika
Kata manajemen berasal dari bahasa Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh
Prancis “ménagement” yang memiliki arti Psikologi Kognitif-Holistik yang
seni melaksanakan dan mengatur. Bahasa menempatkan siswa atau mahasiswa sebagai
Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa sumber dari kegiatan.
Inggris menjadi “management” yang Pembelajaran dapat didefinisikan
memiliki arti seni melaksanakan dan sebagai suatu proses kegiatan atau
mengatur. Sedangkan menurut Siswanto perubahan lewat reaksi dari suatu situasi
(2006:3) memberikan batasan manajemen yang dihadapi. Sebagaimana ungkapan
sebagai berikut; “Manajemen adalah seni dan Hilgard dan Bower dalam Bonoma (1987:6)
ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, yaitu :“Learning is the process by wich an
pengarahan, pemotivasian dan pengendalian activity originates or is changed through
terhadap orang dan mekanisme kerja untuk reacting to an encountered situation” Dari
mencapai tujuan”. definisi di atas dapat dipahami bahwa
Menurut Widjaja (2002:6) bahwa pembelajaran terjadi ketika anda berubah
fungsi-fungsi atau bagian-bagian proses karena suatu kejadian dan perubahan yang
manajemen terdiri dari : (1) perencanaan, (2) tejadi bukan secara alami seperti menjadi
pengorganisasian, (3) pengarahan, (4) dewasa dengan sendirinya, akan tetapi lebih
pengendalian. Sedangkan menurut Siagian karena reaksi dari situasi yang dihadapi
(2005:32) berpendapat bahwa: Pada dasarnya (Jogiyanto, 2006:12).
para ilmuwan telah sepakat tentang fungsi-
fungsi manajerial dapat digolongkan dalam Metode Penelitian
dua jenis utama, yaitu fungsi organik dan Dalam penelitian ini peneliti
fungsi penunjang, fungsi-fungsi organik menggunakan metode penelitian kualitatif
tersebut merupakan penjabaran dengan menggunakan pendekatan bersifat
kebijaksanaan dasar atau strategi organisasi analisis deskriptif. Pendekatan yang bersifat
yang harus digunakan dalam bertindak, analisis deskriptif adalah sebuah bentuk
diantara klasifikasi fungsi-fungsi organik pengumpulan data secara kaya dari suatu
manajemen yaitu; Perencanaan, fenomena yang ada untuk dianalisis,
pengorganisasian, penggerakan, sehingga diperoleh gambaran terhadap apa
pengawasan dan penilaian. Sedangkan fungsi yang sudah diteliti. data yang dikumpulkan
penunjang adalah meliputi berbagai kegiatan berupa kata-kata, gambar, dokumen, serta
yang diselenggarakan oleh satuan kerja tingkah laku. Selain itu peneliti bermaksud
dalam organisasi dan dimaksudkan memahami situasi sosial secara mendalam,
mendukung semua fungsi organik para menemukan pola, hipotesis dan teori
manajer. (Sugiyono 2006:399). Selain alasan tersebut,
Kata “pembelajaran” sengaja dipakai peneliti juga mempunyai beberapa
sebagai padanan kata “instruction” dari kata pertimbangan-pertimbangan.
bahasa Inggris, kata instruction atau Pertama, menyesuaikan metode
pembelajaran mempunyai pengertian yang kualitatif lebih mudah apabila berhadapan


Zulkhairi, Djailani. AR, Nasir Usman Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teknologi ϵϯ


dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini dosen pangkat serta golongannya maupun
menyajikan secara langsung hakikat bidang keahlian yang dimilikinya.
hubungan antara peneliti dan responden. Analisis data hasil penelitian ini
Ketiga, metode ini lebih peka dan dapat dilakukan secara induktif dan dilakukan
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman secara terus menerus, kegiatan ini dilakukan
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai mulai sejak pengumpulan data dan dikerjakan
yang dihadapi (Moleong 2004:10). lagi sesudah meninggalkan lapangan tempat
Dalam penelitin ini, lokasi yang penelitian. Analisa data ini dilakukan oleh
peneliti pilih adalah Institut Agama Islam peneliti dengan mengikuti proses analisis
Negeri (IAIN) Ar-Raniry Banda Aceh. data kualitatif interaktif, sebagaimana
Mengenai waktu dan masa penelitian dimulai dikemukakan oleh Milles dan Huberman
pada awal bulan mei tahun 2010 dan pada dalam Rachman (1999:20) bahwa metode
waktu itu peneliti sedang melakukan analisis interaksi dimana komponen reduksi
perbaikan proposal penelitian hingga selesai data dan sajian data dilakukan bersamaan
penelitian. dengan proses pengumpulan data.
Dalam penelitian ini yang menjadi
instrumen penelitian adalah para dosen Hasil Penelitian
bahasa Arab yang masi aktif sebagai staf Berdasarkan temuan dilapangan, dari
pengajar tetap pada jurusan bahasa Arab hasil observasi, data hasil wawancara dengan
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda ketua jurusan bahasa Arab dan masing-
Aceh, yang berjumlah 10 orang dosen. masing dosen pengajar bahasa Arab di IAIN
Penentuan subjek penelitian tersebut Ar-Raniry Banda Aceh. Peneliti paparkan
berpedoman pada pendapat arikunto secara lengkap dan rinci sesuai fakta yang
(2001:154), yaitu sampel yang diambil dalam ada pada Jurusan bahasa Arab Fakultas
sebuah penelitian jika populasinya kurang Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
dari 100, maka lebih baik diambil sebagaimana berikut ini:
seluruhnya, sehingga penelitiannya 1. Gambaran Umum lokasi Penelitian
merupakan penelitian populasi. Apabila Sebagaimana dengan permasalahan di
populasinya lebih besar dari 100 maka dapat atas, penelitian ini dilaksanakan pada jurusan
diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-
Adapun teknik-teknik yang digunakan Raniry Banda Aceh, termasuk Dekan
adalah sebagai berikut : (1) Metode Fakultas Tarbiyah, ketua jurusan bahasa Arab
Observasi. Metode observasi dilakukan beserta para dosen pada jurusan bahasa Arab
dengan cara melakukan pengamatan secara Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda
langsung terhadap fenomena yang akan Aceh. Fakultas Tarbiyah yang dulunya
diteliti. Dimana dilakukan pengamatan atau terletak di sebelah barat kantor biro Rektor
pemusatan perhatian terhadap obyek dengan kemudian karena musibah tsunami maka
menggunakan seluruh alat indera. Jadi untuk sementara proses pembelajaran di
mengobservasi dapat dilakukan melalui kampus terutama Fakultas Tarbiyah
penglihatan, penciuman, pendengaran dan dipindahkan ke lokasi Gedung Universitas
pengecap (Arikunto, 1997:204). (2) Metode Iskandar Muda (UNIDA) di Surin arah dekat
Wawancara. Wawancara adalah percakapan monumen kapal PLTD apung yang diterjang
dengan maksud tertentu. Teknik Wawancara ombak tsunami beberapa tahun lalu.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Profil IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
wawancara terstruktur dengan menggunakan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
alat bantu yaitu pedoman wawancara. Ar-Raniry Banda Aceh adalah sebuah
(3) Metode Dokumentasi. Dokumentasi yaitu lembaga pendidikan Islam resmi yang ada di
teknik yang digunakan untuk mencari data Aceh yang terletak di kota Banda Aceh
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa tepatnya di komplek mahasiswa Darussalam
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dibawah naungan Kementerian Agama
prasasti, notulen rapat, agenda, dan Republik Indonesia. Adapun struktur
sebagainya (Arikunto, 1997:206). Metode ini organisasinya dipimpin oleh seorang rektor
digunakan untuk memperoleh data mengenai yaitu Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA
perangkat pembelajaran para dosen, daftar masa Periode 2009 sampai dengan sekarang.
nama-nama mahasiswa, daftar nama-nama Adapun pembantu rektor I yaitu Prof. Dr.


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϵϰ
 

Amirul Hadi MA, dengan berbagai bidang pelajaran, kebanyakan para dosen bahasa
dan seksi masing-masing. IAIN Ar-Raniry Arab sudah mampu dan mahir dalam
Banda Aceh terdiri dari fakultas-fakultas, melaksanakannya dengan baik terutama
diantaranya Fakultas Syari’ah, Fakultas dalam menyiapkan alat-alat pendukung
Tarbiyah, Fakultas adab (sastra), Fakultas pembelajaran seperti leptop, flashdisk,
Ushuluddin dan Fakultas Dakwah. infokus, dan layanan wifi internet online. Ada
Penelitian ini dilakukan pada Fakultas sebahagian dosen yang masih kurang mampu
Tarbiyah yang dipimpin oleh seorang dekan membuka pelajaran dengan fasilitas
yaitu Bapak DR. Muhibbuthabry, M.Ag, Teknologi Informasi (T.I) langsung menulis
yang didalamnya terdapat program studi atau di papan tulis (whiteboard) tema dari isi mata
jurusan-jurusan, diantanya; jurusan kuliah yang akan di ajarkan serta tidak
pendidikan bahasa Inggris, jurusan memotivasi mahasiswa dengan pertanyaan-
pendidikan bahasa Arab, jurusan pendidikan pertanyaan.
Fisika, jurusan pendidikan Biologi, jurusan b) Menjelaskan Materi Kuliah
pendidikan matematika, jurusan pendidikan Hasil penelitian berdasarkan
kimia. Adapun tempat penelitian ini observasi pada jurusan bahasa Arab Fakultas
berlangsung pada jurusan bahasa Arab yang Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
dipimpin oleh seorang Ketua Jurusan diperoleh data bahwa kegiatan yang
(KAJUR) yaitu Bapak Drs. Suhaimi, M.Ag dilakukan oleh para dosen dalam proses
beserta para dosen. pembelajaran untuk penyampaian materi
b. Kualifikasi Tingkat Pendidikan Dosen perkuliahan meliputi menulis isi materi
Jurusan Bahasa Arab kuliah yang akan dipelajari dan
Berdasarkan hasil observasi, menjelaskannya, dan ada juga dosen yang
wawancara, dan studi dokumentasi jumlah memaparkannya melalui leptop, infokus dan
diperoleh data sebagaimana paparan berikut proyektor atau dinding kelas, lalu
ini: (1) Suhaimi, Drs. M.Ag, dimana jenjang mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta
pendidikannya adalah Strata dua (S2), (2) para mahasiswa memperhatikan dan
Azwir, MMLS, jenjang pendidikannya menanggapi jawaban temannya,
adalah Strata dua (S2), (3)Bukhari Muslim, mengarahkan mahasiswa bekerja dalam
M.Ag. Dr. Jenjang pendidikannya adalah kelompok, memberi bimbingan kepada
Strata Tiga (S3), (4) Wardi A.Wahab, Drs. mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam
M.Ag. jenjang pendidikan adalah Strata Dua memahami materi perkuliahan.
(S2). (5) Muakhir, MA dengan jenjang
pendidikannya Strata Dua (S2), (6) Qusaiyen, 3. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab
M, Ag dengan jenjang pendidikannya Strata berbasis Teknologi Informasi (T.I)
Dua (S2), (7) Jamaluddin, MA dengan Hasil penelitian melalui observasi
jenjang pendidikannya Strata Dua (S2), (8) mengenai penilaian belajar mahasiswa pada
Hilmi, M.Ed dengan jenjang pendidikannya jurusan bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN
Strata Dua (S2), (9) Tarmizi, Ninoersy, MA Ar-Raniry Banda Aceh belum baik. Upaya
dengan jenjang pendidikannya Strata Dua dosen dalam menentukan keberhasilan
(S2) dan (10) Marzun R, Drs. M.Ag, jenjang mahasiswa terbatas pada hasil test yang biasa
pendidikannya adalah S2. dilakukan secara tertulis. Sasaran penilaian
hanya terbatas untuk mengetahui kemampuan
2. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa peserta didik mengisi soal yang biasa keluar
Arab Berbasis Teknologi Informasi dalam test.
Peneliti telah melakukan pengamatan Dosen belum memiliki keterampilan
terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa yang cukup dalam mendemonstrasikan alat -
Arab pada jurusan bahasa Arab yang alat Teknologi Informasi (T.I) seperti leptop,
dilakukan di ruang kelas gedung Lantai I, dan flashdisk, proyektor, infokus, sarana wifi
lantai II komplek kampus Universitas kampus yang dapat memotivasi mahasiswa
Iskandar Muda yang terletak di kawasan untuk belajar lebih giat dan bersemangat, dan
Surin sebagaimana gambaran berikut: juga tidak adanya fasilitas kampus yang
a) Membuka Pembelajaran lengkap dalam menunjang belajar siswa
Hasil penelitian observasi dengan menggunakan komputer atau leptop
menunjukkan bahwa dalam membuka berbahasa Arab atau minimal memiliki


Zulkhairi, Djailani. AR, Nasir Usman Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teknologi ϵϱ
 

program Mikrosoft Word bahasa Arab. dalam kurikulum, 2004 (KBK) dan KTSP
bahwa dosen atau dosen seharusnya memberi
4. Hambatan Pembelajaran Bahasa Arab kesempatan kepada peserta didik atau
berbasis Teknologi Informasi (T.I) mahasiswanya untuk membangun sendiri
Hasil wawancara dengan dosen pengetahuannya dengan bantuan dosen
bahasa Arab jurusan bahasa Arab Fakultas terhadap suatu masalah secara realistis.
Tarbiyah IAIN AR-Raniry Banda Aceh Proses mengkonstruksi materi perkuliahan
menunjukkan bahwa hanya sebahagian dosen yang dialami peserta didik perlu dipahami
saja yang melengkapi langkah langkah oleh dosen tersebut. Oleh karena itu dosen
pembelajaran bahasa Arab dengan baik dan seyogyanya harus mampu mengupayakan
menyampaikannya dengan menggunakan proses rekonstruksi ini sedernikian bagus
media atau alat-alat Teknologi Informasi sehingga peserta didik dapat belajar dengan
(T.I),. pendekatan konstruktivisme.
Dalam penyampaian bahan ajar,
Pembahasan dosen seharusnya mampu meningkatkan
Pembahasan yang diuraikan disini pemahaman dan keterampilannya dalam
mengenai manajemen pembelajaran bahasa mengembangkan materi perkuliahan yang
Arab berbasis Teknologi Informasi pada terkait dengan tema. Kemampuan dosen
jurusan bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN dalam mengembangkan materi perkuliahan
Ar-Raniry Banda Aceh. (a) Perencanaan ini erat hubungannya dengan pernillihan tema
Pembelajaran Bahasa Arab berbasis yang menarik sehingga menjadi fokus
Teknologi Informasi (T.I). Hasil penelitian mahasiswa dalam proses pelaksanaan
menunjukkan, bahwa upaya dosen bahasa pembelajaran. Pemilihan tema yang dekat
Arab jurusan bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dengan diri dan lingkungan mahasiswa
IAIN Ar-Raniry Banda Aceh yang mengajar sangat membantu dosen dalam
masih menggunakan pembelajaran manual mengembangkan materi perkuliahan.
dan kurang membuat perencanaan Tindakan seperti ini, dari hasil penelitian
pembelajaran dengan fasilitas dan alat-alat yang dilakukan pada jurusan bahasa Arab
Teknologi Informasi (T.I) seperti; Komputer, Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda
leptop, flashdisk, sarana wifi. Berikut ini ada Aceh, ternyata dilakukan oleh sebahagian
beberapa langkah pembelajaran yang besar para dosen.
dikeluarkan oleh badan Standar Nasional Pelaksanaan perkuliahan yang
(BSNP). (b) Pelaksanaan Pembelajaran belum baik oleh sebahagian dosen pada
Bahasa Arab berbasis Teknologi Informasi jurusan bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN
(T.I) Berdasarkan observasi, dokumentasi Ar-Raniry Banda Aceh ternyata juga terkait
dan wawancara menunjukkan bahwa dosen dengan penguasaan materi perkuliahan yang
bahasa Arab pada jurusan bahasa Arab belum baik pada sebagian dosen. Hal ini
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda ditunjukkan oleh prilaku tertentu misalnya
Aceh masih kurang mampu melaksanakan teknik penyampaian materi perkuliahan yang
pembelajaran atau perkuliahan dengan baik, monoton, dosen lebih banyak duduk dikursi
karena terlihat dosen mengalami kesulitan membaca dan memerintahkan peserta didik
dalam hal sebagai berikut; (1) Belum membuka buku paketnya masing-masing
dikomunukasikannya tujuan dan kegiatan untuk membuat tugas. Perilaku dosen yang
perkuliahan yang akan dilakukan kepada demikian dapat menyebabkan hilangnya
mahasiswa secara jelas. (2) Belum dipahami kepercayaan peserta didik sehingga akan sulit
dan digunakannya media dan alat-alat mengendalikan ruangan belajar dengan baik.
Teknologi Informasi (T.I) dalam pelaksanaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkuliahan. (3) Pada akhir kegiatan inti dosen bahasa Arab pada jurusan bahasa Arab
dosen tidak melakukan pembahasan maupun Fakultas tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda
mengarahkan mahasiswa untuk selalu Aceh menunjukkan sebahagian dosen yang
memanfaatkan alat-alat Teknologi Informasi mampu membuka pembelajaran dengan baik.
(T.I) dalam pembelajaran baik di kampus Sebelum pelajaran dimulai dosen berusaha
maupun diluar kampus. menarik perhatian mahasiswa dengan
Hal ini bertentangan dengan berbagai cara, bertanya tentang pembelajaran
pendekatan konstuktivisme yang terdapat yang sudah pernah diajarkan atau


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϵϲ


mengumpulkan tugas rumah, atau yang pengorganisasian, pengarahan dan


lainnya. (2) Menjelaskan Materi Kuliah.Hasil pengawasan, usaha-usaha para anggota
penelitian menunjukkan kemampuan dosen organisasi dan penggunaan sumber daya-
bahasa Arab yang sebagian kecil belum baik sumber daya organisasi lainnya agar
dalam menyampaikan atau menjelaskan rnencapai tujuan organisasi yang telah
materi perkuliahan kepada mahasiswa. ditetapkan. (2) Pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan data hasil penelitian bahasa Arab jurusan bahasa Arab Fakultas
terhadap program evaluasi yang dilakukan Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
oleh dosen bahasa Arab Fakultas Tarbiyah menekankan pada dosen tentang penyusunan
IAIN Ar-Raniry Banda Aceh ternyata semua silabus dan penyusunan Satuan Acara
dosen melakukan evaluasi untuk menentukan Perkuliahan (SAP) dan penyampaian
keberhasilan, belajar peserta didik terbatas pembelajaran di kelas. (3) Seorang dosen
pada hasil test yang dilakukan secara tertulis. maupun dosen harus memahami dan
Akibatnya sasaran pembelajaran hanya mengerti tentang unsur-unsur serta
terbatas pada kemampuan peserta, didik komponen proses pengelolaan pembelajaran
untuk mengisi soal yang biasa keluar dalam (manajemen pembelajaran) yang terdiri dari;
test. Seharusnya penilaian yang dilaksanakan Perencanaan, pengorganisasian,
dosen juga mengcakup ulangan harian atau pengarahan, pengawasan beserta
ulangan setelah selesai pembelajaran evaluasinya dalam pengajaran baik
kompetensi dasar tertentu dengan istilah per- dilingkungan sekolah maupun diperguruan
KD, sedangkan ujian semester akhir tinggi. (4) Evaluasi dalam pembelajaran
dilaksanakan setelah menyelesaikan sejumlah bahasa Arab yang dilakukan pada jurusan
KD yang telah ditetapkan pada semester bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-
tersebut dan biasanya dilaksanakan pada Raniry Banda Aceh adalah tes formatif dan
batas akhir waktu pembelajaran yang telah tes sumatif untuk mengukur tingkat kemajuan
ditetapkan. peserta didik. (5) Hambatan yang dihadapi
Selanjutnya dari temuan penelitian oleh dosen bahasa Arab diantaranya
dosen bahasa Arab jurusan bahasa Arab kurangnya pemahaman dosen tentang
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Teknologi Informasi (T.I) yang berhubungan
Aceh kurang memperhatikan penilaian proses dengan pembelajaran bahasa Arab.
dan cenderung hanya melakukan penilaian
hasil saja. Padahal untuk meningkatkan Saran
kualitas pembelajaran, evaluasi sebaiknya Berdasarkan hasil penelitian yang
bukan dilakukan pada hasil belajar saja, akan telah dilakukan tentang “Manajemen
tetapi juga terhadap proses belajar karena Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis
pada dasarnya penilaian merupakan salah Teknologi Informasi (T.I) pada Jurusan
satu bagian yang terintegrasi dengan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-
pembelajaran. Dalam proses belajar yang Raniry Banda Aceh” maka penulis
dinilai adalah bagaimana langkah-langkah menyarankan sebagai berikut : (1) Kepada
berpikir peserta didik dalam menyelesaikan para dosen bahasa arab pada Jurusan Bahasa
masalah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
pendapat Sanjaya (2008:33): "Untuk Banda Aceh, diharapkan untuk terus belajar
meningkatkan kualitas pembelajaran, memahami tentang perangkat komputer serta
evaluasi sebaiknya dilakukan bukan hanya alat-alat multimedia pembelajaran lainnya
terhadap hasil belajar, akan tetapi juga proses serta mengerti cara-cara penggunaannya,
belajar". sehingga para dosen-dosen bahasa arab lebih
maju dari segi keilmuan dalam bidang
Kesimpulan Teknologi Informasi (T.I) dan multimedia
Berdasarkan hasil penelitian saya pendidikan. (2) Kepada pihak fakultas
mengenai Manajemen Pembelajaran Bahasa disarankan untuk lebih memperbanyak
Arab Berbasis Teknologi Informasi (T.I) workshop, pelatihan serta bimbingan kepada
pada Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah seluruh dosen di lingkungan kampus IAIN
IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, dapat saya Ar-Raniry Banda Aceh di bidang penggunaan
simpulkan sebagai berikut : (1) Manajemen Teknologi Informasi dan Multimedia dalam
adalah suatu proses perencanaan, pembelajaran. (3) Kepada pihak jurusan


Zulkhairi, Djailani. AR, Nasir Usman Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teknologi ϵϳ
 

terutama ketua jurusan bahasa arab dan Murniati, A.R. (2008). Manajemen Stratejik,
sekretarisnya untuk lebih banyak lagi Peran Kepala Sekolah dalam
mengarahkan para staff pengajarnya agar Pemberdayaan. Bandung : Cita Pustaka
selalu menggunakan dan memanfaatkan Media Perintis.
media pembelajaran berbasis Informasi dan
Teknologi (Infotech) dalam tiap-tiap Moh. Gade (2005) “Kesiapan Dosen dalam
pertemuan pembelajarannya agar suasana Pengimplementasian Kurikulum
proses belajar-mengajar lebih inovatif dan Berbasis Kompetensi (KBK, Tesis
aktif. (tidak diterbitkan).

Daftar Kepustakaan Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat


Anonim, (2003). Undang-undang Sistem Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan
Pendidikan Nasional No.20 Tahun Praktis. Bandung : PT Remaja
2003, Jakarta : Sinar Grafika , PT. Rosdakary

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Munir, (2008). Kurikulum Berbasis


Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Bandung : Alfabeta CV, Kerjasama
Arsyad, Azhar. (2005). Media Sekolah Pascasarjana UPI.
Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo
Persada, PT. Nasution, S. (2003). Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT.
Away, Yuwaldi. (2008). Sistem Informasi Tarsito.
Manajemen Pendidikan. Modul Kuliah
Mhs. Program Studi. Administrasi Oetomo, Dharma, Budi Oetomo. (2002). E-
Pendidikan, UNSYIAH. Education, Konsep Teknologi dan
Aplikasi Internet Pendidikan.
Bafadal Ibrahim, (2004). Dasar-Dasar Yoyakarta ; Andi, PT.
Manajemen dan Supervisi pada Taman
Kanak-Kanak, Jakarta : Bumi Aksara, Rohani, Ahmad, H.M. (2004). Pengelolaan
PT. Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta,
PT.
Djamarah Bahri Syaiful, Zein Aswan.
(2002). Strategi Belajar Mengajar. Sanjaya, Wina. (2009). Perencanaan dan
Jakarta : Asdi Mahasatya. Desain Sistem Perencanaan. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
HM. Jogiyanto. (2006). Filosofi,
Pendekatan, dan Penerapan Simamora, L. (2003). Cakrawala Pendidikan
Pembelajaran Metode Kasus. E-Learning : Konsep dan
Yogyakarta ; Andi, PT. Perkembangan Teknologi yang
Mendukung. Jakarta : U.T.
Hamalik, Oemar. (1989). Media Pendidikan,
Bandung : Citra Aditya Bakti, PT Siswanto H.B.(2005), Pengantar
Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Heriyanto Dwi. (2005). Belajar dan
Mengajar Bahasa Inggris dengan Wena Made. (2009). Strategi Pembelajaran
Menggunakan Teknologi Modern. Inovatif Kontemporer. Jakarta; Bumi
Yogyakarta ; Pustaka Widyatama. Aksara, PT.
Lexy J Moleong (2007) Metode Penelitian
Kualitatif, Bandung : Remaja W.Gulo. (2005). Strategi Belajar Mengajar.
Risdakarya, PT. (Edisi Revisi). Jakarta : Gramedia PT.

Miarso, Yusuf Hadi. (2005). Menyemai Yamin, Martinis. H. (2009). Strategi


Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta; Pembelajaran berbasis Kompetensi.
Prenada Media, Ciputat ; Gaung Persada Press


98

STRATEGI MENEBAK MAKNA KATA BERDASARKAN KONTEKS


DAN DAMPAKNYA PADA KEMAMPUAN READING DAN
PEMEROLEHAN KOSAKATA AKTIF DAN PASIF

Oleh
Septhia Irnanda dan Muhammad Aulia

Abstract: Konteks dapat membantu seseorang untuk memahami ide-ide di dalam teks,
sekaligus menambah kosakata. Penelitian ini ingin melihat apakah (1) strategi menebak
makna kata yang diaplikasikan pada kegiatan membaca akan mampu meningkatkan
kemampuan mahasiswa memahami teks?, dan (2)apakah makna kata yang diperoleh dengan
menggunakan strategi menebak berdasarkan konteks lebih dapat diingat (kosakata pasif) dan
digunakan dalam skil bahasa produktif (kosakata aktif) dibandingkan dengan kata-kata yang
diperoleh maknanya tanpa strategi menebak atau dengan strategi melihat kamus. Penelitian
merupakan sebuah eksperimen yang melibatkan dua kluster; eksperimen dan kontrol. Hasil
menunjukkan bahwa (1)tidak ada perbedaan signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas
reading dalam kemampuan Reading comprehension setelah strategi diterapkan, namun (2)
kelas eksperimen dapat mengingat kata dengan lebih baik dan lebih banyak menggunakannya
dalam kalimat dibandingkan kelas kontrol.

Keywords: strategi menebak makna kata, konteks, teks, kamus, kosakata aktif , kosakata
pasif

Kemampuan menebak makna kata 2. Membantu meningkatkan pemahaman


merupakan sesuatu yang penting bagi seorang dalam membaca karena pembaca tetap
pembelajar bahasa inggri karena dapat fokus pada isi bacaan yang sedang dibaca.
meningkatkan kemampuan berfikir dan 3. Membantu membangun kosakata karena
kemampuan menghubungkan pada siswa cenderung lebih mengingat kata yang
karena mereka mengaktifkan skil tersebut saat ditebak.
menebak makna kata. Keingintahuan mereka 4. Membuat pembaca lebih menikmati
akan makna kata tersebut mendorong mereka kegiatan membaca karena tidak perlu
untuk menghubungkan kata tersebut dengan berhenti sebentar-sebentar.
konteks kalimat. Pada akhirnya, saat mereka Qian menyatakan dalam jurnalnya
berhasil menebak dengan benar, mereka akan bahwa skil menebak makna kata (berdasarkan
lebih percaya diri untuk mencoba cara ini konteks) adalah skil yang paling penting bagi
dikesempatan yang lain. pembaca untuk mendapatkan kosakata baru.
Gu dan Johnson (1996) menyebutkan Pendapat ini beralasan karena skil ini memang
bahwa pembelajaran kosakata bahasa kedua sangat bermanfaat bagi para pembelajar
(L2) meliputi strategi-strategi seperti bahasa pada kondisi-kondisi seperti saat
metakognitif, kognitif, memori dan aktifasi. mereka sedang mengikuti tes membaca
Kognitif strategi dalam taksonomi Gu dan dimana kamus tidak boleh dipergunakan, atau
Johnson meliputi strategi menebak, pada kondisi dimana kamus tida tersedia dan
penggunaan kamus yang bijaksana dan strategi tidak ada orang yang dapat ditanyai.
mencatat (note-taking). Dalam website English Online,
Kemampuan menebak kata adalah disebutkan bahwa:
penting bagi pembelajar bahasa Inggris pada “Yet when using the dictionary, students
khususnya. Mikulecky and Jeffries (1996:49) have to learn to consider the context of
menyatakan bahwa strategi ini efektif karena: the word as the explanations in
1. Cepat dan pembaca tidak terganggu dictionaries can be confusing. Students
kegiatan membacanya. should therefore learn strategies to guess

Septhia Irnanda, M.TESOL dan Muhammad Aulia, M.TESOL adalah Dosen Tetap Yayasan Serambi Mekkah

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 99

the meaning of a word before referring to Tujuan daripada penelitian ini adalah
the dictionary. This will also encourage untuk mengetahui keefektifan strategi
them to use their thinking and linking menebak makna kata berdasarkan konteks
skills and making a good guess builds up terhadap peningkatan kosakata mahasiswa
their confidence.” Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
“Namun saat menggunakan kamus, Serambi Mekkah Banda Aceh.
siswa harus belajar mempertimbangkan
konteks dari kata karena penjelasan di dalam A. Contextual Guessing/ Berdasarkan
kamus dapat saja membingungkan. Siswa Konteks
harus belajar strategi menebak mana kata Teknik memperoleh makna kata sulit
sebelum merujuk ke kamus. Cara ini akan didalam teks dengan cara melihat konteks
mendorong mereka untuk menggunakan skil dikenal dengan contextual guessing atau
berpikir dan skil menghubungkan mereka dan context identification atau penggunaan
ketika mereka berhasil menebak dengan benar, petunjuk konteks (Qian, 2005:4). Konteks
kepercayaan diri mereka dapat bertambah” memainkan peran penting dalam
Jadi, skil menebak makna kata ini pengidentifikasian kata-kata di dalam teks
dapat mengembangkan kemampuan siswa (Gough dikutip dari Dycus 1997). Rapaport
dalam berpikir dan menghubungkan informasi (2001:1) menyatakan bahwa pemerolehan
karena mereka mengaktifkan skil-skil ini saat kokata melalui ‘konteks’ adalah pemerolehan
mereka mencoba menebak makna kata di kata yang aktif dan bersengaja dengan cara
dalam teks. Keingintahuan mereka untuk menarik pemahaman dari petunjuk-petunjuk
mengetahui makna kata mendorong mereka tekstual dan pengetahuan yang sudah dimilki
untuk menghubungkan kata-kata dengan termasuk kemampuan dan hipotesis tetang
konteks dalam kalimat. Pada akhirnya, ketika bahasa, tanpa bantuan eksternal seperti dari
mereka berhasil menebak, mereka akan orang lain ataupun kamus.
percaya diri untuk mencoba teknik yang sama Memiliki kemampuan menganalisa
dikemudian hari. konteks adalah salah satu persyaratan dalam
Dalam website developing membaca kritis. Kontekstualisasi adalah
teacher.com, McDonough and Shaw (2003) sebuah strategi membaca kritis yang
menyatakan bahwa: memungkinkan pembelajar bahasa membuat
“Prediction is crucial in reading and to kesimpulan tentang pemilihan konteks
become efficient readers our learners historical maupun cultural untuk melihat
need to develop this skill. Predicting will perbedaan antara konteks didalam teks dengan
allow them to react with the text by having konteks yang kita miliki (Axelrod, 1996:432).
expectations and ideas about the purpose
of the text, as well as ideas about possible B. Context Clues / Konteks sebagai
outcomes. Predicting will help them Petunjuk
become selective about what is significant Kustaryo (1988:23) menyatakan bahwa
and insignificant in the passage and how “kata-kata yang terisolasi seringkali tidak
to pick up the key words in reading, which memberikan makna yang berarti. Kata-kata
will ultimately lead to better fluency and memiliki makna yang berbeda tergantung pada
reading speed. It also leads the student to konteks. Contohnya kata banks, makna
become sensitive to contextual and extra- sebenarnya ditentukan oleh penggunaannya.
textual clues in creating meaning.” She placed all her money in the bank. (a
Singkatnya, memprediksi atau place to deposit money)
menebak makna kata penting dalam kegiatan The river bank overflowed from the
membaca karena cara ini memiliki banyak storm. (the earth sides of a river)
keuntungan bagi pembaca, khususnya A plane appeared out of the fog, banked,
pembelajar bahasa asing yang sangat and stopped. (to tilt and cause to turn)
bergantung pada kamus untuk meningkatkan Dengan kata lain, sebuah kata akan
kosakatanya. menunjukkan makna sebenarnya ketika
Septhia Irnanda dan Muhammad Aulia, Strategi Menebak Makna Kata Berdasarkan Konteks 100

diletakkan didalam kalimat. Inilah yang 2. Petunjuk dari konteks juga dapat
disebut makna secara konteks. membantu dalam menentukan penekanan
Penelitian telah menunjukkan konteks (accentuation) dari kata-kata yang mirip
dapat memberikan pengaruh yang besar pada namun dalam konteks yang berbeda, atau
perbendaharaan kata pembelajar (Stahl, 1999). penggunaan dalam tata bahasa yang
Belajar kosakata melalui konteks dipercaya berbeda juga akan mempengaruhi makna.
lebih baik daripada belajar kosakata dengan 3. Konteks memberikan petunjuk dari makna
mengahapal urutan kata dan maknanya (list kata-kata yang bervariasi berdasarkan
learning). Pertama karena konteks subjek area yang digunakan.
memberikan ruang yang lebih besar untuk a) Mengidentifikasi Hubungan-Hubungan
menghubung-hubungkan materi pembelajaran Didalam Konteks
sehingga dapat lebih bermakna. Kedua, Setiap teks memiliki kohesi leksikal
konteks menyediakan sebuah situasi yang atau hubungan yang mengikat setiap kata-kata
mirip dengan situasi belajar langsung di dalamnya menjadi sebuah kesatuan.
(discovery learning). Menurut Qian (2005:15), Hubungan itu antara lain ditunjukkan dengan
petunjuk konteks memiliki beberapa kegunaan adanya pronoun atau kata ganti, sinonim,
di dalam membaca: antonym, kata hubung maupun sekedar
1. Petunjuk dari konteks dapat membantu pengulangan (restatement/repetition). Berikut
pembaca mendapatkan cara baca dan adalah ilustrasi hubungan leksikal yang oleh
makna dari kata yang tidak diketahui Henry (2004).
didalam teks.

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Petunjuk Kontekstual


Clue Word & Definition Sentence
Monition – warning Tabloid newspapers must love to print the monitions of
Synonym or
of impending Nostradamus. It seems every other week his warnings of
Restatement
danger. impending danger are on the front page.
Ignoble – not
Antonym or To be a thief is to be ignoble. If one were a thief, having a
having high moral
Contrast strong moral character would not be important.
character.
Many wealthy people take up altruistic causes; for instance,
Altruistic -
Example Princess Diana worked to help people with AIDS, the poor,
unselfish
and the victims of land mines.
General Sense Elevations – A climber must think about the harmful impact high
of Passage heights mountain elevations can have on her body.

1. Synonyms atau Restatement Restatement atau pengulangan juga


Sebuah sisnonim adalah dua atau merupakan penyebutan kata yang sama dalam
lebih kata-kata yang memiliki makna yang cara yang berbeda, biasanya dengan
sama atau mirip (Hancock 1995:19). Saat penjelasan yang lebih sederhana (Hancock,
seorang penulis menggunakan sebuah istilah 1995:19).
yang sulit, mereka seringkali menggunakan Contoh:
juga sebuah sinonim untuk kata tersebut untuk Polygamy, the practice of having many
membuat makna menjadi lebih jelas. mates, is unlawful, in the United States.
Contoh:
The old man was cantankerous. He was 2. Antonym atau Contrast
ill-tempered, mean and extremely Antonim adalah sebuah kata yang
quarrelsome. memilki makna yang berlawanan. Sebuah
makna yang berlawanan yang diletakkan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 101


dalam sebuah konteks akan memberikan C. Pemerolehan kosakata secara


petunjuk kontras kepada makna kata yang kontekstual/Contextual Vocabulary
tidak diketahui. Kata hubung seperti Acquisition (CVA)
‘walaupun’, ‘tetapi’ dan ‘namun’ menjadi CVA adalah salah satu cara untuk
sinyal hubungan kontras ini. meningkatkan perbendaharaan kata. Rapaport
Contoh: (2000) mendefinisikannya sebagai
The sea lion is a cumbersome animal on pemerolehan kosakata secara sengaja maupun
land, but in the water it is one of the most tidak sengaja dengan cara melakukakan proses
graceful reasoning terhadap petunjuk-petunjuk
kontekstual, pengetahuan awal,tanpa bantuan
3. Example eksternal seperti kamus atau orang lain.
Cara lain memberi petunjuk kepada Dibawah akan diilustrasikan proses
pembaca dalam menemukan makna kata sulit pemerolehan kata melalui CVA:
adalah dengan menggunakan contoh. Seorang What does ‘brachet’ mean?
penulis dapat memberikan satu atau lebih There came a white hart running into
contoh. Contoh-contoh ini tidaklah sama the hall with a white brachet next to him,
dengan sinonim. Kata-kata mengindikasi and thirty couples of black hounds came
seperti, ‘ such as’, ‘including’, dan ‘consists running after them. As the hart went by
of’. Tanda baca seperti colon (:) dan dash (-) the sideboard, the white brachet bit him.
juga dapat menjadi petunjuk pemberian The knight arose, took up the brachet and
contoh/example. rode away with the brachet. A lady came
Contoh: in and cried aloud to King Arthur, “Sire,
The river was full of noxious materials the brachet is mine”. There was the white
such as cleaning agents from factories and brachet which bayed at him fast. The hart
pesticides from the nearby farms. lay dead; a brachet was biting on his
throat, and other hounds came behind.
4. General sense of Passage (Adopted from: Rapaport: 2000)
Menurut perpesktif Dycus (1997:2), Paragraf diatas menceritakan tentang
konteks bukanlah sesuatu yang absolut ada sesuatu bernama ‘brachet’. Sebelum membaca,
didalam teks, namun kadang kala diciptakan seorang pembaca tidak mengetahui arti kata
sendiri oleh si pembaca. Dengan kata lain, ‘brachet’. Namun setiap kalimat dianalisa
pembaca memiliki kontribusi dalam dengan mendalam dengan memperhatikan
membangun makna dari sbuah kata di dalam konteks dan menggunakan pengetahuan awal
konteks. yang sudah dimiliknya (prior knowledge),
Contoh: sehingga makna kata ‘brachet’ bisa diketahui.
The cat springs on the rat. Berikut adalah analisa dari kalimat pertama:
Kata ‘spring’ dalam kalimat diatas There came a white hart running into the
dapat ditebak maknanya karena kita dapat hall with a white brachet next to him, and
membangun makna berdasarkan logika umum thirty couples of black hounds came
dari kalimat tersebut. Kucing biasanya, dalam running after them.
konteks nyata kehidupan, melakukan sesuatu Pembaca akan berpikir bahwa
yang menyakiti tikus. Jadi, kita telah ‘brachet’ pastilah sebuah objek fisik karena
menyempitkan makna dari spring disini; hanya objek fisiklah yang bisa memiliki
bahwa maknanya pastilah suatu aksi yang warna. Tapi pembaca belum dapat memastikan
bernilai negatif. objek fisik apakah ‘brachet’ itu. Apakah benda
Beberapa ahli menganggap jenis hidup atau benda mati. Untuk itu dianalisa
petunjuk ini petunjuk yang dating dari kalimat kedua,
pembaca sehingga mereka As the hart went by the sideboard, the
mengelompokkannya ke dalam pengetahuan white brachet bit him.
awal atau prior knowledge. Pada kalimat diatas pembaca
menemukan petunjuk lain tentang ‘brachet’
Septhia Irnanda dan Muhammad Aulia, Strategi Menebak Makna Kata Berdasarkan Konteks 102

bahwa ternyata ‘brachet’ bisa menggigit. Dari pembahasan diatas, dapatlah kita
Menggunakan logika, dapatlah diasumsikan simpulkan untuk menebak makna kata dalam
sementara bahwa ‘brachet’ adalah seekor teks, kita bergantung pada konteks pada setiap
hewan. Karena yang biasanya menggigit kalimat yang kita asosiasikan satu persatu
adalah hewan. dengan pengetahuan yang sudah kita miliki
The knight arose, took up the brachet and sebelumnya, baik dari budaya, pengalaman
rode away with the brachet. hidup, maupun pembelajaran.
Pada tahap ini, pembaca
mendapatkan inforasi lain lagi tentang Metodologi Penelitian
‘brachet’, bahwa ternyata ia dapat diambil dan Penelitian ini merupakan penelitian
dibawa (took up, rode away with), kesimpulan eksperimental yang melibatkan dua grup
yang bisa diambil adalah bahwa ‘brachet’ mahasiswa dimana satu grup menjadi grup
adalah binatang yang ukurannya lebih kecil eksperimen dan yang lain adalah grup kontrol.
dari manusia sehingga bisa dibawa. Sampling data menggunakan teknik purposive
A lady came in and cried aloud to King sampling yang memilih mahasiswa Bahasa
Arthur, “Sire, the brachet is mine”. Inggris yang telah lulus Reading III. Masing-
Kalimat terakhir member petunjuk masing kelas terdiri dari 20 mahasiswa,
lain yang dapat pembaca tambahkan dan sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini
asosiasikan pada informasi-informasi yang adalah 40 orang. Data dikumpulkan melalui
terdahulu. Potongan kalimat “brachet is dua macam tes. Pertama adalah instrument pre
mine” menunjukkan bahwa binatang ‘brachet’ tes – treatment – lalu post test. Kelas
ini dapat dimiliki. Menggunakan pengetahuna eksperimen diberikan pelatihan reading
kita tentang budaya (cultural knowledge), comprehension menggunakan strategi
dapat disimpulkan bahwa binatang yang dapt menebak makna kata dan dilarang
dimiliki adalah binatang peliharaan dan menggunakan kamus kecuali diakhir pelajaran.
bukanlah binatang buas atau liar. sedangkan kelas kontrol bebas menggunakan
There was the white brachet which bayed kamus didalam kelas dan bebas saling
at him fast bertanya makna kata dengan teman-teman
Kata ‘bay’ adalah sinonim kata ‘bark’ sekelompoknya. Kedua, tes kosakata atau tes
yang berarti menggonggong. Hewan vocabulary. Tes ini diberikan diakhir
peliharaan yang menggonggong adalah anjing. pelatihan terhadap kedua grup yang selama
Sekarang, pembaca telah mendaptakan pelatihan memperoleh materi teks yang
gambaran yang cukup jelas tentang ‘brachet’ didalamnya terdapat kata-kata sulit yang sama.
yang pastilah seekor anjing atau sejenis anjing. Tes kosakata diberikan dengan 4 cara yaitu;
The hart lay dead; a brachet was biting secara tulisan, membaca, mendengar dan
on his throat, and other hounds came berbicara. Tujuannya untuk membandingkan
behind. apakah kosakata yg didapat dengan menebak
Pada kalimat terakhir, diperlukan diterima dan disimpan lebih baik dari kosakata
prior knowledge tentang pola atau aturan yang didapat dengan strategi melihat kamus.
dalam bahasa inggris dimana : Hasil pre-test dan post-test Reading
X and the other Y akan dianalisis menggunakan uji-t untuk
X is a Y melihat apakah ada perbedaan pencapaian
Luisa is and the other girls dalam hal memahami teks setelah mahasiswa
Luisa is a girl mempelajari strategi menebak makna kata.
A brachet is…. And the other hounds Untuk tes kosakata, hasil tes ke-empat skil
brachet is a hound (skil reading, listening, speaking dan writing)
Hound adalah kata benda untuk hunt dari grup kontrol akan dibandingkan dengan
yang bermana ‘memburu’. Maka dapat hasil ke-empat tes dari grup eksperimen.
diasumsikan bahwa hound berarti pemburu. Semua analisis ini akan menggunakan SPSS
Maka pebaca mendapatkan ide bahwa dengan rumus analisis uji t.
‘brachet’ adalah anjing pemburu.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 103


Hasil dan Diskusi


1. hasil pre-tes dan pos-tes grup kontrol dan eksperimen
Tabel 4.5 Hasil pre-tes dan pos-tes kelas Kontrol
Nilai
No Nama
Pre Test Post Test gain
1 Siswa group A 1 45 40 -5
2 Siswa group A 2 35 40 5
3 Siswa group A 3 35 30 -5
4 Siswa group A 4 60 55 -5
5 Siswa group A 5 30 35 5
6 Siswa group A 6 20 30 10
7 Siswa group A 7 40 30 -10
8 Siswa group A 8 50 75 25
9 Siswa group A 9 45 45 0
10 Siswa group A 10 50 65 15
11 Siswa group A 11 50 70 20
12 Siswa group A 12 40 50 10
13 Siswa group A 13 50 75 25
14 Siswa group A 14 40 60 20
15 Siswa group A 15 55 40 -15
16 Siswa group A 16 10 40 30
17 Siswa group A 17 40 50 10
18 Siswa group A 18 40 50 10
19 Siswa group A 19 40 65 25
20 Siswa group A 20 65 45 -20
Mean 42 49.5

Tabel diatas menunjukkan nilai pre-tes dan pos-tes kelas kontrol serta selisih nilai kedua tes
(n-gain). Nilai rata-rata mengalami peningkatan sebanyak 7,5.
Tabel 4.6 Hasil Pre-tes dan Pos-tes Kelas Eksperimen
Nilai
No Nama
Pre Test Post Test gain
1 Mahasiswa grup B 1 35 40 5
2 Mahasiswa grup B 2 55 40 -15
3 Mahasiswa grup B 3 25 30 5
4 Mahasiswa grup B 4 55 60 5
5 Mahasiswa grup B 5 50 65 15
6 Mahasiswa grup B 6 55 25 -30
7 Mahasiswa grup B 7 25 40 15
8 Mahasiswa grup B 8 50 55 5
9 Mahasiswa grup B 9 60 60 0
Septhia Irnanda dan Muhammad Aulia, Strategi Menebak Makna Kata Berdasarkan Konteks 104


10 Mahasiswa grup B 10 55 55 0
11 Mahasiswa grup B 11 25 45 20
12 Mahasiswa grup B 12 85 80 -5
13 Mahasiswa grup B 13 30 45 15
14 Mahasiswa grup B 14 45 30 -15
15 Mahasiswa grup B 15 65 60 -5
16 Mahasiswa grup B 16 30 55 25
17 Mahasiswa grup B 17 40 55 15
18 Mahasiswa grup B 18 55 70 15
19 Mahasiswa grup B 19 35 60 25
20 Mahasiswa grup B 20 45 45 0
Mean 46 50.75

Tabel diatas menginformasikan hasil tes (pretes dan postes) kelas eksperimen yang menggunakan
modul strategi menebak makna kata, serta selisih nilai (n-gain). Nilai rata-rata mengalami peningkatan
sebesar 4,7. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang dialami kelas eksperimen lebih rendah
daripada kelas kontrol.

2. Hasil Tes Kosakata Grup Kontrol Dan Eksperimen


Tabel 4.7 Nilai Tes Kosakata Kelas Kontrol
Kosakata
No Nama Pasif Aktif
Listening Reading Writing Speaking
1 Mahasiswa Grup A1 86.7 100.0 80 90
2 Mahasiswa Grup A2 26.7 53.3 0 0
3 Mahasiswa Grup A3 66.7 73.3 30 50
5 Mahasiswa Grup A4 60.0 80.0 40 80
6 Mahasiswa Grup A5 40.0 73.3 20 30
8 Mahasiswa Grup A6 60.0 53.3 40 40
9 Mahasiswa Grup A7 40.0 40.0 40 20
10 Mahasiswa Grup A8 0.0 0.0 0 10
11 Mahasiswa Grup A9 33.3 40.0 20 10
12 Mahasiswa Grup A10 46.7 73.3 60 60
13 Mahasiswa Grup A11 73.3 66.7 50 10
14 Mahasiswa Grup A12 33.3 26.7 10 40
15 Mahasiswa Grup A13 93.3 80.0 40 30
16 Mahasiswa Grup A14 60.0 60.0 70 60
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 105

18 Mahasiswa Grup A15 60.0 66.7 60 50


19 Mahasiswa Grup A16 60.0 66.7 20 20
20 Mahasiswa Grup A17 40.0 46.7 20 50
21 Mahasiswa Grup A18 46.7 40.0 20 20
22 Mahasiswa Grup A19 53.3 46.7 50 40
23 Mahasiswa Grup A20 73.3 93.3 50 40
Mean 52.7 59.0 36 37.5

Tabel 4.8. Hasil tes Kosakata Grup Eksperimen


Kosakata
No Nama Pasif Aktif
Listening Reading Writing Speaking
1 Mahasiswa grup B 1 80.0 93.3 40 70
2 Mahasiswa grup B 2 73.3 73.3 40 20
3 Mahasiswa grup B 3 80.0 100.0 90 70
4 Mahasiswa grup B 4 80.0 93.3 70 60
5 Mahasiswa grup B 5 86.7 100.0 90 40
6 Mahasiswa grup B 6 53.3 60.0 40 10
7 Mahasiswa grup B 7 93.3 93.3 50 30
8 Mahasiswa grup B 8 86.7 100.0 90 50
9 Mahasiswa grup B 9 93.3 100.0 100 40
10 Mahasiswa grup B 10 86.7 73.3 50 40
11 Mahasiswa grup B 11 80.0 86.7 70 10
12 Mahasiswa grup B 12 93.3 100.0 90 70
13 Mahasiswa grup B 13 93.3 80.0 60 10
14 Mahasiswa grup B 14 80.0 86.7 60 50
15 Mahasiswa grup B 15 93.3 80.0 70 40
16 Mahasiswa grup B 16 53.3 66.7 20 20
8 Mahasiswa grup B 17 66.7 73.3 40 100
18 Mahasiswa grup B 18 80.0 86.7 40 40
19 Mahasiswa grup B 19 93.3 100.0 100 60
20 Mahasiswa grup B 20 86.7 86.7 60 60
Mean 81.7 86.7 63.5 44.5

a. Analisis data nilai pre-tes dan pos-tes signifikan hasil post-tes dari grup eksperimen
menggunakan SPPS uji-t dan grup kontrol adalah 0,38. Ini berarti
Menggunakan rumus uji-t dengan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
program SPSS, didapatkan bahwa taraf
Septhia Irnanda dan Muhammad Aulia, Strategi Menebak Makna Kata Berdasarkan Konteks 106


antara kedua grup dalam kemampuan Reading (1) tidak mempengaruhi kemampuan Reading
Comprehension sebelum perlakuan dilakukan. Comprehension seseorang, namun dapat
Setelah diberikan training terhada meningkatkan kosakata pasif seseorang
kedua grup, dimana grup eksperimen walau belum terbukti dapat meningkatkan
memperoleh training membaca dengan strategi kosakata aktif.
menebak makna kata tanpa kamus, sedang Ini membuktikan bahwa pengajaran
grup kontrol hanya training membaca saja kosakata lewat konteks adalah sangat efektif.
dengan bantuan kamus, maka didapatkan hasil Oleh karena itu, pengetahuan tentang
post-tes dimana taraf signifikan adalah 0,78. menganalisa konteks seperti diatas, patut
Ini artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dimiliki oleh siswa ataupun mahasiswa yang
pada kemampuan Reading Comprehension belajar bahasa inggris. Akan menjadi
antara kedua grup setelah diberikan treatment pertanyaan pengajaran konteks yang seperti
yang berbeda. apakah yang dapat mempengaruhi tidak
ahanya kosakata pasif namun juga kosakata
b. Analisis Data Tes Kosakata Pasif dan pasif seorang pembelajar bahasa Inggris?
Aktif Menggunakan SPSS uji-t
1. Tes Kosakata Pasif;Listening-Reading Daftar Pustaka
Uji-t pada tes kosakata Listening Axelrod, R. B and Cooper, C. R. (1996).
mendapatkan taraf signifikan sebanyak Reading Critically Writing Well.
(t=0,00) dimana berarti ada perbedaan Fourth Edition. New York. St.
signifikan antara kemampuan mengingat Martin’s Press. Inc.
kosakata yang diberikan selama pelatihan
antara grup eksperimen dan grup kontrol, Dycus, David. (1997). Guessing Word
dimana grup eksperimen lebih mampu Meaning from Context:Should we
mengingat kosakata dengan lebih baik ketika encourage it? Aichi Shukutoku
kosakata tersebut diperdengarkan secara audio. University. Available at:
Taraf signifikan yang sama http://www2.aasa.ac.jp. Accesssed
ditunjukkan pada uji t hasil tes kosakata on Wednesday, February 18, 2009.
Reading (t=0,00) sehingga didapatkan Gu. Y & Johnson, R.K (1996). Vocabulary
kesimpulan bahwa grup eksperimen lebih Learning Strategies and Language
mampu mengingat kosakata baru ketika Learning Outcomes. Available at:
kosakata tersebut dihadirkan secara tekstual. www-writing.berkeley.edu.
Accessed on Tuesday, February
2. Tes Kosakata Aktif; Speaking-Writing 17, 2009
Ketika dites untuk menghadirkan
kosakata yang diperoleh selama pelatihan, Hancock. O. H. (1995). Reading Skills for
peserta daro grup kontrol dan grup eksperimen College Students. Third Edition. New
mengikuti tes koskata secara speaking dan Jersey. Prentice
writing. Uji t tes Speaking menunjukkan taraf
signifikan 4,97 yang berarti tidak ada Henry, D.J. 2004. The Skilled Reader. New
perbedaan antara kedua grup. York: Person Education Inc.
Sementara itu, dari uji tes
kemampuan kosakata secara writing, taraf Kustaryo, Sukirah. (1998). Reading
signifikan yang didapat adalah (t=0,01) Techniques for College Students.
dimana berarti tidak ada perbedaan signifikan Jakarta: Depdikbud.
pada hasil tes kedua grup.
Mikulecky, B S. and Jeffries, L. (1996). More
Kesimpulan Reading Power. Addison Wesley
Kesimpulan yang dapat diambil dari Publishing Company. Inc.
hasil penyajian data sebelumnya adalah
bahwa strategi menebak makna kata ternyata
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 107


---- Developing teachers.com. Available


at: www.developing
teachers.com. Accessed on Thursday,
April 2, 2009.

Qian, T.(2005). On Contextual Guessing in


Reading Comprehension. US-China
Foreign Language. Available at:
www.linguist.org . Accessed on
Tuesday, February 17, 2009.

Rapaport. J. W. (2000). What is the ‘Context’


for Contextual Vocabulary
Acquisition? Available at:
http://www.cse.buffalo.edu/_rapaport
/cva.html. Accessed on Monday,
September 15, 2008.
ϭϬϴ


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND


SHARE (TPS)DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATERI CIRI-CIRIMAKHLUK HIDUP DI SMP
NEGERI 2 SAKTI KABUPATEN PIDIE

Oleh:
Yahya

Abtraks: Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Tipe Think Pair and Chare
(TPS) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ciri-ciri makhluk hidup di
SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie telah dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus sampai
dengan 10 September 2012. Permasalah yang dikaji dalam penelitian adalah: Apakah
Penerapan Pembelajaran koopratif tipe think pair and chare mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa pada materi ciri-ciri makhluk hidup di SMP Negeri 2 Sakti
Kabupaten Pidie. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara terperinci ada
tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa pada materi ciri-ciri makhluk hidupmelalui
penerapanmodel pembelajaran kooperatif tipe think pair and chare di SMP Negeri 2 Sakti
Kabupaten Pidie. Sampel penelitian siswa kelas VII A sebanyak 23 orang sebagai
kelompok kontrol dan kelas VII B sebanyak 22 orang sebagai kelompok eksperimen.
Teknik pengumpulan data dengan memberi tes, yaitu pretes dan postes. Teknik
pengolahan data dengan menggunakan statistik uji-t. Hasil analisis data diperoleh t hitung •
t tabel yaitu 2,01 • 1,68 pada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan data tersebut, maka Ha
dapat diterima dan menolak Ho. Maka dapat disimpulkan: Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair and Chare dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
materi cari-ciri makhluk hidup di SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie.

Kata Kunci : Pembelajaran, think pair and chare, ciri-ciri makhluk hidup

Pendidikan merupakan pewarisan nilai- bisa dilepaskan satu sama lain. Dua konsep
nilai kebudayaan, pengetahuan, tersebut menjadi terpadu dalam suatu
keterampilan dari generasi ke generasi kegiatan manakala terjadi interaksi antara
berikutnya melalui berbagai fasilitas dan guru dan siswa serta siswa dengan siswa.
kesempatan. Selain itu pendidikan juga Pada saat pengajaran itu berlangsung
merupakan upaya yang dilakukan manusia interaksi guru dan siswa sebagaimana proses
untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih pengajaran dan memegang peranan penting
baik.Pendidikan yang dilakukan harus sesuai untuk mencapai tujuan pengajaran yang
dengan tujuan pendidikan nasional yaitu efektif” (Nurhadi, 2003:7).
“membentuk manusia yang beriman dan Banyak kalangan siswa menganggap
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, belajar adalah aktifitas yang kurang
beretika (beradab dan berwawasan budaya menyenangkan, duduk berjam-jam dengan
bangsa Indonesia) memiliki nalar (maju, mencurahkan perhatian dan pikiran pada
cakap, kreatif, dan bertanggung jawab), suatu pokok bahasan, baik yang sedang
berkemampuan komunikasi sosial (tertip dan disampaikan guru maupun yang sedang
sadar hukum, komperatif, kompetitif, dihadapi di meja belajar. Kegiatan itu
demokratis) dan berbadan sehat sehingga hampir nselalu dirasakan sebagai beban dari
menjadi manusia mandiri” (Mulyana, pada upaya aktif untuk memperdalam ilmu.
2008:5). Sungguh ironis sekali sangkaan demikian
Proses belajar mengajar pada masih menyelimuti para peserta didik.
hakekatnya selalu diarahkan agar peserta Mungkin tidak banyak dari sejumlah anak
didik dapat belajar dengan baik, sesuai yang memiliki keasadaran bahwa belajar
dengan apa yang tertuang dalam tujuan merupakankewajiban yang harus dijalani.
pendidikan nasional, sehingga dapat Menurutnya gairah belajar, selalu
menghasilkan manusia yang bermanfaat bagi disebabkan oleh karena tidak sesuainya
bangsa, negara serta agama. “Belajar dan metodologis, juga berakar pada paradigma
mengajar merupakan dua konsep yang tidak pendidikan konvensional yang selalu

Drs. Yahya, M.Si adalah Staf pengajar Kopertis Wil I dpk FKIP Unigha Sigli
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϭϬϵ


menggunakan metode pengajaran Tujuan Penelitian


klasikaldan ceramah, tanpa pernah diselingi Sesuai dengan permasalah yang telah
berbagai metode yang menantang untuk dirumuskan, maka peneltian ini memiliki
berusaha, sehingga banyak siswa tidak tujuan yaitu: Untuk mengetahui secara rinci
termotivasi dan kurang bersemangat dalam ada tidaknya peningkatan prestasi belajar
mengikuti pelajaran khususnya pelajaran siswa dengan penerapan model
Biologi. Untuk mengatasi hal tersebut guru pembelajaran kooperatif tipe think pair and
perlu menerapkan metode pembelajaran chare pada materi ciri-ciri makhkluk hidup
yang dapat meningkatkan semangat belajar di SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie.
siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi Hipotesis Penelitian
belajarnya. Dalam peneltian ini yang menjadi
Metode thing pair and chare merupakan hipotesis adalah sebagai berikut: Penerapan
salah satu alternatif metode pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe think
yang dapat diterapkan dalam proses belajar pair and chare dapat meningkatkan prestasi
mengajar sebagai upaya untuk belajar siswa pada materi ciri-ciri makhluk
menumbuhkan semangat belajar siswa. hidup di SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten
Metode think pair and chare memberikan Pidie.
waktu kepada siswa untuk berpikir dan Manfaat Penelitian
merespon serta saling membantu dalam Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat
mengkaji permasalahan yang disajikan guru. bermanfaat untuk:
Dalam proses belajar mengajar seperti ini 1.Bagi siswa, dengan penerapan model
guru bukan lagi sebagai internal fokus pembelajaran kooperatif tipe think pair
belajar, tetapi lebih diarahkan kepada and chare diharap lebih meningkatkan
bagaimana anak didik lebih aktif belajardi prestasi belajar siswa terutama pada
bawah bimbimbingan guru. “Guru tidak lagi materi ciri-ciri makhluk hidup.
merupakan sumber informasi utamadidalam 2.Bagi guru, menjadi salah satu bahan
suatu proses belajar mengajar, situasi masukan dalam usaha meningkatkan
berubah pada siswa menjadi sumber utama hasil belajar mengajar Biologi dengan
pada sesama mereka, sedangkan guru penerapan kooperatif tipe think pair and
bertindak sebagai pemandu dan pembimbing chare.
(Nurhadi, 2004:25). 3.Bagi Sekolah, hasil penelitian ini
Ciri-ciri makhluk hidup merupakan memberikan sumbangan pikiran pada
salah satu materi pelajaran Biologi yang sekolah dalam rangka meningkat mutu
diajarkan pada semester II kelas VII pendidikan di sekolah.
ditingkat SLTP. Pemilihan mertode think 4.Bagi peneliti, lebih mempertajam
pair and chare pada materi ciri-ciri makhluk pemikiran dan kajian penelitian di
hidup diharapkan agar siswa dapat berpikir berbagai bidang khususnya dibidang
lebih kritis dan sistematis serta dapat berbagi pendidikan Biologi.
pengalaman ataupun informasi dengan
sesama anggota kelompok yang terbentuk. LANDASAN TEORETIS
Ciri-ciri makhluk hidup erat kaitannya Pengertian Belajar
dengan kehidupan manusia, hal itu Dalam proses pendidikan di sekolah,
memudahkan siswa dalam mengkaji gejala- kegiatan belajar merupakan kegiatan yang
gejala yang menyangkut dengan ciri khas fondamental. Hal ini berti berhasil tidaknya
makhluk hidup. pencapaian tujuan pendidikan banyak
Rumusan Masalah bergantung pada proses belajar mengajar
Berdasarkan latar belakangn masalah di yang berlangsung. Pandangan seseorang
atas, maka permasalah dapat dapat tentang belajar akan mempengaruhi
dirumuskan adalah : Apakah penerapan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe think belajar. Tiap orang memiliki pandangan
pair and chare dapat meningkatkan prestasi yang berbeda-beda tentang belajar. Menurut
belajar siswa pada materi ciri-ciri makhluk Gie (1982:39) “Belajar merupakan proses
hidup di SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten perubahan tingkah laku seseorang melalui
Pidie. suatu aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan sehingga
Yahya, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share ϭϭϬ


hasilnya akan nampak dari peri lakunya”. bahwa: “Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perubahan ntingkah laku dalam waktu yang belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua
relatif lamadan disertai usaha orang tersebut, golongan, yaitu faktor internal dan
sehingga dari tidak mampu untuk melkukan eksternal”.
sesuatu menjadi mampu melakukannya. Faktor Internal
Usaha untuk mencapai perubahan tingkah Faktor internal ialah faktor yang
laku itu sendiri merupakan proses belajar. timbul dari dala individu itu sendiri. Faktor
Slameto (2003:2) mengartikan ini dibagi dua yaitu Faktor Jasmani dan
“belajar sebagai proses usaha yang Psikologis.
dilakukan seseorang untuk memperoleh 1)Faktor Jasmani
suatu perubahan tingkah laku yang baru Faktor jasmani adalah faktor yang
secara keseluruhansebagai nhasil erat hubunganya dengan fisik dan panca
pengalamannya sendiri dalam interaksi indra seseorang (Slameto:2003:53). Kondisi
dengan lingkungannya”. Kemudian umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
Sardiman (2003:23) mengatakan bahwa: yang menandai tingkat kebugaran organ-
“Belajar berarti berusaha merubah tingkah organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
laku yang membawa suatu perubahan pada mempengaruhi semangat dan intensitas
individu yang belajar. Perubahan itu tidak siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai
pengetahuan, tetapi juga berbentuk pusing-pusing misalnya dapat menurunkan
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian ranah kognitif, sehingga materi yang
harga diri. Jelasnya menyangkut perubahan dipelajari akan nkurang berbekas, Menurut
disegala aspek, tingkah laku dan Syah (2002:153) “Untuk mempertahankan
keperibadian seseorang”. tonus jasmani agar tetap bugar, bahwa
Belajar merupakan suatu proses sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi
yang ditandai dengan adanya perubahan makanan dan minuman yang bergizi”. Selain
yang positif pada diri seseorang baik dari nitu siswa juga memilih waktu sitirah yang
segi keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, cukup, serta secara rutin memlakukan
pemahaman, tingkah laku, kecakapan dan olahraga. Hal ini amat penting sebab
kemampuan yang dihasilkan dari perubahan pola makan dan minum dan
pengalaman dan pelatihan. Hal tersebut pengaturan jam istirahat yang minimum
sejalan dengan pendapat Syaodih (2004:155) akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif
menyatakan bahwa: “Belajar merupakan dan akan mempengaru phisik psikologis
perubahan dalam keperibadian yang seseorang.
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon 2)Faktor psikologis
baru yang berbentuk keterampilan, sikap, Faktor psikologis merupakan faktor
kebiasaan, pengetahuan ndan kecakapan”. yang berhubungan dengan rohaniah. “
Dari beberapa pendapat para ahli Faktor psikologis dapat mempengaruhi
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar siswa antara lain intelegensi, minat,
belajar amat penting dalam kehidupan bakat dan motivasi. Siswa yang memiliki
manusia, karena dapat mewarnai kehidupan tingkat intelegensinyang tinggi akan lebih
sehingga tampil lebih disiplin serta memberi berhasil dalam belajar dari pada siswa yang
landasan berpikir kritis, kreatif serta ikut memiliki tingkat intelegensi yang rendah.
serta dalam perubahan diri ke arah yang Minat dan motivasi juga besar peran dalam
lebih baik. Belajar memberi pola baru dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam
kehidupan modern serta ikut perkembangan belajar.
zaman, sehingga pola-pola berpikir klasikal Dengan demikian faktor internal ini
ditinggalkan, Akhirnya belajar memberi yang berkaitan dengan jasmani perlu dijaga
makna kehidupan yang labih maju. dandibina serta dilatih untuk terbiasa
melakukan sesuatu yang berkaitan dengan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi belajar. Konsep belajar akan lebih mudah
Belajar bila kondisi fisik dalam keadaan sehat. Akan
Dalam usaha mencapai tujuan nampak sulit belar bagi seseorang yang
belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai kondisi fisiknya kurang sempurna. Bukan
faktor. Slameto (2003:54) mengemukakan bearti orang kurang fisik akan menemukan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϭϭϭ


kegagalan dalam belajar, akan tetapi banyak Pembelajaran kooperatif memberi


menemukan kesulitan-kesulitan dalam makna meningkatkan pelayanan kepada
belajar. siswa dengan mengarahkan agar lebih
Faktor eksternal meningkat dalam mengatasi permasalah-
Faktor eksternal adalah berkaitan permasalahan yang dijumpai dalam proses
dengan faktor luar individu dan dapat belajar mengajar. Guru berperan sebagai
mempengaruhi proses belajar mengajar pembimbing unjtuk mengarahkan sisiwa
seseorang. Menurut Slameto (2003:60) agar lebih meningkat dalam kerja sama
mengemukakan bahwa: “Faktor- dengan semua pihak.
faktoreksternal dapat dikelompokkan Peran Guru Dala Pembelajaran
menjadi tiga, yaitu keluarga, sekolah dan Kooperatif
masyarakat”. Lingkungan keluarga Dalam Model pembelajaran
merupakan tempat pertama sekali melalui kooperatif seorang guru memegang peranan
proses belajar bagi anak. Lalu mulai penting. Walaupun dalam model ini siswa
mengenal keluarga, peran ibu bapak ikut dituntut memilki peran lebih, tetapi bukan
mewarna perkembangan dan pertumbuhan si berati guru menjadi pasif. Dalam kegiatan
anak. Lalu yang terakhir faktor sekolah ikut belajar mengajar peran guru sangat
berperan menjadi penyeimbang dalam dibutuhkan. Hal ini tentu untuk lebih mudah
mendapat ilmu pengetahuan. Sekolah mulai tercapainya tujuan belajar yang
perlu dan amat penting perannya dalam sesungguhnya, yaitu adanya perubahan.
kehidupan si anak. Perubahan diharapkan dapat berupa
Pembelajaran Kooperatif penambahan ilmu pengetahuan maupun
Perkembangan model pembelajaran perubahan tingkah laku menuju ke
dari waktu ke waktu terus mengalami dewasaan. Baik dewasa dalam berpikir,
perubahan. Model-model pembelajaran bersikap, maupun bertidak untuk
tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
dengan model-model pembelajaran yang Dalam pelaksanaan model
lebih modern. Salah satu model pembelajaran kooperatif dibutukan kemauan
pembelajaran yang kini banyak mendapat serta kearifan guru dalam mengelola
respon adalah model pembelajaran lingkungan kelas. Sehingga dengan
kooperatif think pair and chare. menggunakan model pembelajaran ini guru
Perhatian guru amat penting untuk bukan menjadi pasif, tetapi harus nlebih
memotivasi siswa agar lebih giat dalam aktif terutama saat menysusun Rencana
belajar, serta dapat mengatasi masalahnya Pembelajaran yang lebih matang.
sendiri. Siswa dituntut untuk dapat bekerja Pengaturan kelas saat model pebelajarana
sama untuk dapat mengatasi berlangsung, serta mempersiapkan tugas-
permasalahannya sendiri dalam proses tugas yang harus dikerjakan para siswa.
belajar mengajar, inilah yang banyak Menururt Soematri (2001:35)
dibahas dalam model pembelajaran “Dalam model pembelajaran kooperatif guru
kooperatif tipe thing pair and chare. haru harus mampu menciptakan kelas
Isjoni (2009:16) mengatakan bahwa; sebagai laboratorium yang lebih demokrtais,
“Pembelajaran kooperatif adalah suatu supaya peserta didi terlatih dan terbiasa
model pembelajaran yang saat ini banyak berbeda pendapat”. Kebiasaan ini amat
digunkan untuk mewujudkan kegiatan penting dikondisikan semenjak di bangku
belajar mengajar yang berpusat pada siswa sekolah, agar peserta didik lebih jujur,
(Studen oriented), terutama untuk mengatasi sportif serta mengakui kelemahannya sendiri
permasalahan yang ditemui guru dalam dan menghargai pendapat orang lain.
mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja Selanjutnya Isjoni (2009:67)
sama dengan orang lain”. Menurut Lie menyebutkan “Peran guru dalam
(2000:34) “Pembelajaran kooperatif adalah pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah
sisten pembelajaran yang memberikan sebagai fasilitator, mediator, director,
kesempatan kepada peserta didik untuk motivator dan evaluator. Jadi peran guru
bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas- bertambah luas, karena itu seorang guru
tugas terstruktur”. dituntut memiliki pengalaman dan
kemampuan yang lebih sehingga tidak salah
Yahya, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share ϭϭϮ


dalam meneraspkan model pembelajaran S2/2 = Simpangan baku dari kelompok


kepada siswa. kontrol

METODE PENELITIAN 4. Untuk menguji hipotesi menggunakan


Tempat dan Watu Penelitian rumus Uji-t :
šͳ െ šʹ
‫ݐ‬ൌ
Penelitian ini dilaksanakan di SMP

Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie semenjak 28 
ƒ„ ൅ ͳȀʹ
Agustus sampai dengan 10 September 2012. ୬ଵ
Populasi dan Sampel Penelitian Keterangan : t = harga t hitung
Adapun yang menjadi populasi X1= nilai rarta-rata kelas eksperimen
dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VII X2= nilai rata-rata kelas kontrol
SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie Tahun Sgab = Varian gabungan antara S1 dan S2
Ajaran 2011/2012. Sampelnya siswa kelas masing-masing tes
VII A sebanyak 23 orang dan siswa Kelas n1 = jumlah siswa mengikuti tes pada kelas
VII B sebanyak 22 orang. eksperimen
n2=Jumlah siswa mengikuti tes pada kelas
Teknik Pengumpulan Data kontrol.
Teknik pengumpulan data Data yang terkumpul kemudian
menggunakan tes untuk melihat ada dikelompokkan dalam tabel distribusi
tidaknya meningkat prestasi siswa SMP frekwensi. Adapun langkah ini yang harus
Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie melalui dilakukan sebelum membuat daftar
penerapan model pembelajaran kooperatic distribusi frekwensi adalah sebagai berikut :
tipe think pair and chare. Tes diberikan 1)Rentang adalah data terbesar dikurangi
dalam bentuk pretes dan postes dalam data terkecil
belajar mengajar ciri-ciri makhluk 2)Banyak kelas interval yang sesuai dengan
hidup.Pretes dan Postes diberikan kepada menggunakan aturan sytruggles yaitu
kelas kontrol dan kelas kelas eksperimen. banyak kelas = 1 +3,3 log n
Setelah proses belajar mengajar berlangsung 3)Panjang kelas interval ( P )
baru diberikan Postes. P = Rentang/banyak kelas
Teknik Pengolahan Data
Teknik ini menggunakan statistik Selanjutnya untuk mengetahui
Uji-t. Data yang diperoleh dalam penelitian apakah objek penelitian (kelas eksperimen
ini diolah dengan menggunakan rumus Uji-t dan kelas kontrol) memiliki kemampuan
dua pihak dengan taraf kepercayaan 5% ߙ yang sama atau tidak, maka perlu diuji
= 0,05) ... Sudjana (2005:70). homogenetitas sampel dengan
σ ௙௜௫௜ menggunakan rumus sebagai berikut:
1.Rumus untuk mencari rat-rata : σ ௙௜ ǥ ௏௔௥௜௔௡௧௘௥௕௘௦௔௥
P = ଵ௏௔௥௜௔௡௧௘௥௞௘ସ௖௜௟
Keterangan : X = nilai rata-rata siswa
Xi= nilai tengah Pengujian hipotesis dalam
Fi = frekwensi kelas kontrol. penelitian ini menggunakan Uji pihak kanan
dengan kritieria pengujian :
2.Rumus untuk mencari Varians (S2) : Jika t hitung” t tabel maka terima Ho tolak Ha
௡ሺσ௙௜ሻሺ௫௜ି௫ሻ మ
௡ିଵ
ika t hitung• t tabel terima H=a tolak Ho
Keterangan : S2 = Varians Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t
n = Jumlah sampel adalah dk =n1 +n2-2 dengan Į = 0,05

3.Rumus untuk menentukan varian


golongan: HASIL PENELITIAN
୬ଵିଵሻ௕ା௡ଶିଵሻௌଶ
ܾܵ݃ܽ ൌV ሺ୬ଵା୬ଶିଶሻ
Data-data penelitian yang
terkumpulkan dalam penelitian ini nilai
Keterangan : n1 = jumlah siswa kelompok siswa kelas VII B sebagai kelas kelas
eksperimen eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas
n2 = jumlah siswa kelompok kiontrol kontrol. Data-data yang telah terkumpul
S1/2 =simpangan baku dari kelompok dapat disajikan dalam tabel berikut :
eksperimen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϭϭϯ


Tabel 4.1 Nilai Pretes dan Postes kelas 6. Herizal 58 35


Eksperimen 7. Ikhsan 38 50
No Kode Nilai Nilai 8. Juliana 30 48
sampel/nama Pretes postes 9. Kamisah 35 55
1 2 3 4 10. Kudri 60 80
1. Abthal Auzan 60 70 11. Mastura 55 60
2. Dedi Sutensi 40 50 12. Maulida Wati 50 77
3. Fakhrurrazi AB 58 68 13. Mutia Sari 47 70
4. Fakhrurrazi IB 65 77 14. Nora 48 45
5. Fauzi 70 80 15. Nova Sari 45 65
6. Firdaus 80 90 16. Rahma Zania 40 58
7. Fitriani 25 45 17 Rizki 44 85
8. Heri Saputra 30 55 18. Saskia Ilmi 35 80
9. Ina Anzaina 80 90 19. Fauna 40 58
10. M. Haikal 72 80 20. Zuhra 20 68
11. Mutaharuddin 50 69 21. Zikrina Aula 25 66
12. Nailul Khairan 45 70 23 Mutia 25 75
13. Rahmani 35 58 22. Zikrina 42 60
14. Sarah Nadia 75 78 Ambia
15. Sri Wahyuni 70 82
16. Taslima 55 63
17. Irlanda Pranto 67 72
18. Yusrizal 60 67
19. Fahrol 50 75
20 Miftahul Jannah 55 65
21. Wahyu 68 75
22. Zikri Hayana 60 85

Tabel 4.2 nilai pretes dan postes Kelas


kontrol
No Kode Nila Nilai
sampel/Nama Pretes Postes
1 2 3 4
1. Arif Munandar 50 75
2, Afrijal 50 70
3. Ayu Natasya 40 60
4. Cut Sarah 45 65
5. Erlia Watierni 60 85

Hasil Nilai Pretes


1. Kelas Eksperimen
a) Menentukan Rentang
Rentang (R) = Nilai tertinggi – nilai terendah, = 80 – 25= 55
b) Menentukan banyak kelas interval
Interval kelas (K) = 1 + 3,3 log n, = 1 + 3,3 log 22, = 1 + 3,3 (1,34), = 1 + 4,42, = 5,42 (K -6)
c) Menentukan Panjang Interval (P)
ோ௘௡௧௔௡௚ ହହ
P= , P= , P = 10
஻௔௡௬௔௞௄௘௟௔௦ ହǡସଶ

Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekwensi Nilai Pretes Kelas Eksperimen


Interval Fi Xi Fi - Xi (Xi – X) (Xi – X) Fi (Xi – X)2
Kelas
1 2 3 4 5 6 7
25 - 34 2 29,5 59 -30 900 1800
35 - 44 2 39,5 79 -20 400 800
45 - 54 3 49,5 148,5 -10 100 300
Yahya, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share ϭϭϰ


55 - 64 5 59,5 297,5 0 0 5
65 – 74 7 69,5 486,5 10 100 700
75 - 84 3 79,5 238,5 20 400 1200
22 1309 4805

Nilai Rata-rata Pretes kelas eksperimen dari tabel 4.3 adalah sebagai berikut:
σி௜௑௜ ଵଷ଴ଽ
‹ ൌ , Xi = , Xi = 59,5
σி௜ ଶଶ
Selanjutnya Varians dan simpangan baku dapat diperoleh :
σி௜ሺ௑௜ି௑ሻଶ ସ଼଴ହ ସ଼଴ହ
Si2 = ௡ିଶ
, i
2
= ଶଶିଵ
, Si2 = ଶଵ
, Si2 = 228,80, Si = 228,80, Si = 15,12

2. Kelas Kontrol
a. Menentukan Rentang
Ruang (R) = Nilai Tertinggi – Nilai Terrendah, 60 – 20 = 40
b. Menentukan banyak kelas interval
Interval Kelas (K) = 1 + 3,3 log n, = 1 + 3,3 log 23, = 1 + 3,3 (1,36), = 1 + 4,48, = 5,48 (K=5)
c. Menentukan Panjang Interval (P):
ோ௘௡௧௔௡௚
P= , P=8
஻௔௡௬௔௞௄௘௟௔௦

Tabel 4.4 Daftar Distribusi Frekwensi Nilai Pretes kleas Kontrol


Interval Fi Xi Fi - Xi XI – X (XI – F (Xi-X)2
Kelas X)2
1 2 3 4 5 6 7
20 – 28 3 24 72 -18,17 330,14 990,42
29 – 36 4 32,5 130 -9,67 93,50 374
37 – 44 5 40,5 202,5 -1,67 2,78 13,9
45 – 52 7 48,5 339,5 6,33 40,06 280,42
53 - 60 4 56,5 14,33 14,33 205,34 821,36
23 970 2480,33

Nilai Rata-rata Pretes Kelas Kontrol dari tabel 4.4 sebagai berikut:
σி௜௑௜ ଽଶ଴
X2 = σி௜ , X2 = ଶଷ , X2 = 42,17

Selanjutnya Varians dan Simpangan Baku dapat diperoleh:


σி௜ሺ௑௜ି௑ሻଶ ଶସ଼଴ǡଵ
S22 = ௡ିଵ
, S22 = ଶଶ , S22 = 112,73, S12, =¥ 112,73, S2 = 10,81

Uji Homogenitas Pretes Ho diterima. Berdasarkan persamaan di atas


Uji homogenitas digunakan untuk diperoleh : S
mengetahui sampel penelitian ini berasal ௌଵଶ ଶଶ଼ǡ଼଴
F Hitung = , F Hitung = , F hitung =
ௌଶଶ ଵଵଶǡ଻ଷ
dari populasi yang sama, sehingga hasil
2,02, F Į (n1 – 1, n2 -1) = F 0,05 (21 – 22)
penelitian dapat berlaku bagi populasi.
= 209
Untuk menguji homogenitas diguanakan
௏௔௥௜௔௡௦்௘௥௕௘௦௔௥ Karena pengujian adalah “ Tolak
rumus : F = ௏௔௥௜௔௡௦ா௧௘௥௞௘௖௜௟ Ho jika F hitung• F (n1 – 1, n2 – 1) dalam hal
Hipotesis yang akan diuji pada taraf ini Ho diterima “ Dari hasil analisis ternyata
Signifikans Į = 0,05. Untuk Pengujiann F hitung ” F tabelyaitu 1,56 2,09, maka Ho
Homogenitas dua sampel dapat ditulis : Ho Diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
=S1 = S2, Ha = S1 = S22. varians-varians kedua kelas adalah
Dengan kriteria pengujian adalah tolak Ho Homogen.
jika F Hitung• F Į ( n1-1, n2 -2) dala hal lain

Hasil nilai Postes


1. Nilai Postes kelompok eksperimen
a. Menentukan Rentang
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϭϭϱ


Rentang (R) = Nilai Tertinggi – Nilai terendah


90 – 45 = 45
b. Menentukan banyak kelas interval
Interval Kelas (K) = 1+ 3,3 Log n, = 1 + 3,3 log 25, = 1 + 3,3 (1,39), = 1 + 4,58, = 5,58 (K + 6)
c. Menentukan Panjang Interval
ோ௘௡௧௔௡௚ ସହ
P = ஻௔௡௬௔௞௄௘௟௔௦ , P = ହǡହ଼, P = 8,06 (P =8)

Tabel 4.5 Daftar Distribusi Frekwensi Nila Postes kelas eksperimen:


Interval Fi Xi Fi - Xi (Xi – X) (Xi – X)2 Fi (Xi – X)2
Kelas
1 2 3 4 5 6 7
45 – 52 3 48,5 97 -22,9 524,41 1048,82
53 – 60 2 56,5 113 -14,9 222,01 444,02
61 – 68 4 64,5 258 -6,9 47,61 190,44
69 – 76 6 72,5 435 1,1 1,21 7,26
77 – 84 5 80,5 402,5 9,1 82,81 414,05
85 - 92 3 88,5 265,5 17,1 292.41 877,23
22 1571 2981,82

Nilai rata-rata postes siswa kelas eksperimen dari tabel 4.5 adalah sebagai berikut :
σ ிூǤ௫ூ ଵହ଻ଵ
X1 = σ௙ூ , xI = ଶଶ , Xi = 71,40

Selanjutnya Varians dan simpangan baku dapat diperoleh:


σி௜ሺ௑௜ି௑ሻଶ ଶଽ଼ଵǡ଼ଶ ଶଽ଼ଵǡ଼ଶ
Si2 = ଶଶିଵ
, Si2 = ௡ିଵ
, Si2 = ଶଶିଵ
, S12 = 135,53, S1 = ¥135,53, Si = 11,64

2. Nilai Postes kelompok kontrol


a. Menetukan Rentang
Rentang (R) = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
85 -3= 50
b. Menentuakan banyak Kelas interval
Interval Kelas (K) = 1 + 3,3 log n, 1 + 3,3 log 23, 1, 3,3 (1,36), 1 + 4,48, 5,48 (K=5)
௥௘௡௧௔௡௚ ହ଴
c. Menentukan Panjang Interval (P): P = ௕௔௡௬௔௞௞௘௟௔௦, P= ହ , P = 10

Tabel 4.6 Daftar Distribusi Frekwensi Nila Postes kelas kontrol


Interval Fi Xi Fi - Xi Xi - X (Xi – X)2 Fi (Xi-X)2
Kelas
1 2 3 4 5 6 7
35 – 45 2 40 80 -24,36 593,40 1186,8
46 – 56 3 50,5 151,5 -23,86 192.09 576,27
57 – 67 7 60,5 423,5 -3,86 14,89 104,23
68 – 78 6 70,5 423 6,14 37,69 226,14
79 - 89 5 80,5 402,5 16,14 360,49 1302,45
32 1480,5 3395,89
Nilai rata-rata postes kellas kontrol dari tabel 4.6 adalah sebagai berikut :
σ௙ூି௑௜ ଵସ଼଴ǡହ
X2 = σி௜ , X2 = ଶଷ , X2 = 64,36
Selanjutnyan varians dan simpangan baku dapat diperoleh:
σ௙ூି௑௜ ଷଷଽହǡ଼ଽ ଷଷଽହǡ଼ଽ
S22 = , S22= , S22= , S22 = 154, 35, S2 = ¥154,35, S2 = 12,42
σி௜ ଶଷିଵ ଶଶ
Uji Homogenitas postes Untuk menguji homogenitas digunakan
Uji homogenitas digunakan untuk ௏௔௥௜௔௡௦்௘௥௕௘௦௔௥
rumus: F =
mengetahui sampel penelitian ini berasal ௏௔௥௜௔௡௧௘௥௞௘௖௜௟
Hipotesis yang akan diuji pada taraf
dari pipulasi yang sama, sehingga hasil
signifikan Į = 0,05, Untuk pengujian
penelitian dapat berlaku bagi populasi.
Yahya, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share ϭϭϲ


homogenenitas dua sampel dapat ditulis: F Į (n1 – 1, n2 – 1 = F 0,05 (21,22) = 2,09


Ho = Si = S2 Berdasarkan harga F hitung = 1,13 dan F tabel =
Ha = S12 = S22 2,09, maka F hitung ” F tabel ” , dan Ho
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Dengan kriteria pengujian adalah tolak Ho varians-varians kedua kelas adalah
jika F hitung • F Į (n1 -1, n2 -2). Dalam hal homogen.
lalu Ho diterima. Berdasar persamaan di atas
ௌଶଶ ଵହସǡଷହ
maka: F hitung = , F hitung = ǡ
ௌଵଶ ଵଷହǡହଷ
 ‹–—‰ ൌ ͳǡͳ͵
Tinjauan Terhadap Hipotesis
Tinjauan terhadap hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diumuskan dapat diterima atau ditolak. Dari perhitungan sebelumnyadiperoleh nilai Mean dan
Standar Deviasi pada masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen (X = 71,40) dan Varians (S12 =
135,53) dan Variansnya (S12 = 135,53) maka :
ሺ௡ଵିଵሻௌଵଶାሺ௡ଶିଵሻௌଶȀଶ ሺଶଶିଵሻଵଷହǡହଷାሺଶଷିଵሻଵହସǡଷହ ሺଶଵሻଵଷହǡହଷାሺଶଶሻଵହସǡଷହ
S2 = , S2 = , S2 = =
௡ଵା௡ଶିଶ ଶଶାଶଷିଶ ସଷ

௑ଵି௑ଶ
S2 = 145,15, S¥145,15, S = 12,04, maka nilai t diperoleh t = భ
ௌට ାଵȀ௡ଶ
೙భ
଻ଵǡସ଴ିହସǡଷ଺ ଻ǡ଴ସ ଻ǡ଴ସ
t= , t= , t= , t = 2,01
భ ଵଶǡ଴ସሺ଴ǡଶଽሻ ଷǡସଽ
ଵଶǡ଴ସට ାଵȀଶଷ
మమ

Dengan taraf signifikan X =0,05 kebebasan (dk) =43, ternyata diperoleh t


dan derajad kebebasan dk = (n1+n2-2) = hitung • t tabel yaitu 2.01 • 1,68. Berati
(22+23-2) = 43. Maka dari daftar distribusi t hipotesis yang dirumuskan yaitu: Penerapan
diperoleh t (0,95)(43) = 1,68. Pengujian model pembelajaran kooperatif tipe Think
hipotesis dilakukan pada taraf signifikan Pair And Chare dapat meningkatkan prestasi
Į=0,05 dan derajad kebebasan 43. belajar siswa pada materi ciri-ciri makhluk
Rumusan hipotesis dalam penelitian ini hidup di SMP Negeri 2Sakti Kabupaten
adalah sebagai berikut: Pidie. Dengan demikian dapat dikatakan
1) Ho : t hitung ” t tabel = Penerapan bahwa prestasi belajar siswa yang diajarkan
pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak dengan metode TPS mengalami peningkatan
dapat meningkatkan prestasi belajar yang signifikan dibandingkan hasil belajar
siswa pada materi ciri-ciri makhluk yang lain.
hidup. Dalam model pembelajaran
2) Ha : t hitung ” t tabel = Penerapan kooperatif tipe TPS guru harus mampu
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menciptakan kelas sebagai laboratorium
meningkatkan prestasi belajar siswa pada demokratis, supaya anak didik terlatih dan
materi ciri-ciri makhluk hidup. terbiasa berbeda pendapat. Kebiasaan ini
Berdasarkan hasil pengolahan data menjadi amat penting, agar anak didik
diperoleh harga t hitung = 2,01 sedangkan t tabel menghargai pendapat orang lain, jujur,
= 1,68 sehingga Ha dapat diterima, yaitu sportif dan mengakui kekurangannya sendiri
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan dan siap menerima pendapat orang lain yang
pendekatan tipe Think pair and share (TPS) lebih baik serta mampu mencari jalan
lebih baik dari hasil belajar siswa yang pemecahannya.
diajarkan tanpa menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair And Share pada PENUTUP
materi ciri-ciri makhluk hidup. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari
Pembahasan hasil penelitian ini tentang penerapan model
Perdasarkan penelitian di SMP pembelajaran kooperatif tipe Think pair and
Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie dan hasil chare maka dapat diambil beberapa
pengujian hipotesis yang telah dilakukan kesimpulan:
peneliti dengan menggunakan uji-t pada 1.Prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Sakti
taraf signifikan Į = 0,05 dengan derajad Kabupaten Pidie pada materi ciri-ciri
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 ϭϭϳ


makhluk hidup yang diajarkan dengan Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran


menggunakan model pembelajaran tipe Konsuptual dan Penerapannya
hink Pair And Chare dapat meningkat, Dalam KBK. Universitas Negeri
hal tersebut dapat diketahui dari hasil Malang : Malang
analisis data dengan menggunakan
statistik uji-t diperoleh t hitung • t tabel, Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertenyaan
yaitu 2,01 • 1,68. dan Jawaban. Grasindo : Jakarta
2. Guru tidak lagi menjadi salah satu sumber
belajar utama, tugas guru hanya Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi
menyediakan sarana belajardan Belajar Mengajar. Grafindo : Jakarta
membimbing siswa dalam menemukan
dan mempelajari materi ciri-ciri makhluk Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
hidup. yang Mempengaruhinya. Rhineka
Capta : Jakarta
Saran
Adapun beberapa saran yang dapat Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar
disampaikan oleh peneliti adalah sebagai Dalam CBSA. Rhineka Cipta : Jakarta
berikut:
1.Diharapkan kepada guru untuk dapat Syamsuri, Istamar. 1994. IPA- Biologi. CV.
menggunakan model pembelajaran M2S : Bandung
kooperatif tipe think pair and chare
dalam pokok-pokok bahasan yang
disesuaikan dengan tujuan pengajaran.
2.Diharapkan kepada siswa supaya lebih
memperhatikan penjelasan guru saat
mengajar, memanfaatkan waktu
denganbaik, seperti diskusi, bekerja sama
dalam memecahkan masalah agar
memperoleh hasil yang maksimal.
3. Meski pembelajaran kooperatif tipe think
pair and chare memerlukan waktu yang
relatif lama, guru diharapkan terampil
dalam menciptakan suasana belajar yang
lebih baik agar waktu lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1996. Prosudur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Rhineka
cipta : Jakarta

Isjoni. 2009. Coorparatif Learning,


Pengembangan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Altabeta : Bandung

Gie, L. 1982. Cara Belajar yang Efisien.


Gajah Mada Universiti Press :
Yogyakarta

Gie, L. 2002. Cooperative Learning.


Grasindo : Jakarta

Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Berbasis


Kompetensi (Konsep Karakteristik
dan Implimentasi). Rosda Karya :
Bandung
118

EFEKTIVITAS PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU


SMK DI KABUPATEN ACEH BESAR

Oleh:
Megawati

Abstacs: Professional ability step-up teacher is done to increase science and teacher skill.
This observational approaching is kualitatif's approaching. Data collecting tech is
observation, interview, and studi documents. Subject is research it is headmaster,
headmaster representative, majorschairman / studi's program, supervisor, senior teacher
and MGMP. Result observationaling to point out that abilities increasing program
professional teacher be arranged to side school and is performed activity thru supervision,
training, seminar, diklat, upgrading, MGMP, higher learning and another activity. Its
performing is done at school and outside school, even still effective reducing. Faced
constraint are its reducing funds, equipment, its reducing is socialization sides on duty
Education, teacher teaches knowledge area unsuitably with expertise it, partly teacher can't
yet gain control technology, and its low willingness learns for amends.

Key Words: Increasing Effectiveness, Professional and Teacher.

Pendidikan merupakan suatu strategi dasar lapangan (PKL) yang dilakukan melalui
yang dilakukan secara sadar dan terencana kerjasama dengan industri atau perusahaan
dalam mengembangkan semua potensi peserta yang relevan dengan jurusan yang dipelajari
didik. Pendidikan mencerdaskan kehidupan masing-masing peserta didik. Jadi seorang
bangsa, sebagaimana diamanatkan dalam peserta didik yang lulus sekolah kejuruan akan
UUD 1945. Melalui pendidikan, karakter memiliki dua Ijazah yaitu tanda lulus sekolah
manusia dapat dibentuk sehingga memberikan kejuruan sebagaimana yang diberikan di
kontribusi terhadap kemajuan dan sekolah menengah umum lainnya dan
pembangunan karakter bangsa (Nation sertifikat uji kompetensi dari industri atau
Character Building). Sumber daya manusia perusahaan tempat mereka melaksanakan
(human resources) adalah penduduk yang siap praktek kerja lapangan (PKL).
dan mampu menjalankan tugas yang Suatu pertanyaan yang muncul dan
dibebankan kepadanya sehingga dapat menjadi dilema bagi peserta didik yang lulus
memberi kontribusi bagi pembangunan dan pemerintah adalah, apakah pembekalan
bangsa. Dalam rangka menciptakan sumber ilmu melalui kegiatan praktek yang diberikan
daya manusia yang berkualitas, cerdas, di SMK sudah memenuhi standar yang
terampil, kreatif, inovatif, berbudi pekerti ditetapkan oleh dunia usaha dan dunia industri
luhur, bertanggungjawab dan untuk mencegah dan mampukah para lulusan menciptakan
meningkatnya angka pengangguran, lapangan kerja dengan bekal ketrampilan kerja
pemerintah mengupayakannya melalui yang diperolehnya selama belajar di SMK?
pendidikan sekolah menengah seperti SMA/ Jawabannya belum. Hal ini disebabkan oleh
MA dan SMK. Pemerintah merencanakan berbagai faktor yang menghambat
memperbanyak SMK daripada SMA/MA, pelaksanaan pendidikan di SMK Kabupaten
dengan perbandingan 60% : 40%. Program ini Aceh Besar. Oleh karena itu, untuk
bertujuan untuk melahirkan tenaga kerja memperoleh lulusan SMK yang berkualitas,
menengah yang berkualitas sehingga bagi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kadang-
siswa yang tidak melanjutkan pendidikan kadang sulit diprediksi. Salah satu faktor yang
dapat berkiprah di dunia kerja. secara dominan mempengaruhi keberhasilah
Melalui sekolah menengah kejuruan, SMK dalam melahirkan lulusan yang
peserta didik dibekali keterampilan kerja berkualitas adalah guru. Seorang guru harus
melalui kegiatan praktek kejuruan (mata memiliki kompetensi sebagaimana yang
pelajaran produktif), sedangkan pengetahuan terdapat dalam UU No. 20 tahun 2005 tentang
umum diperoleh melalui sejumlah mata guru dan dosen yaitu: ”Kompetensi
pelajaran umum (mata pelajaran adaptif dan pedagogik, kepribadian, profesional, dan
normatif). Selain itu, sekolah berupaya sosial”. Keempat kompetensi tersebut
menyelenggarakan kegiatan praktek kerja merupakan modal utama bagi guru untuk

Megawati : Mahasiswa Pasca Sarjana MAP Unsyiah


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2
119

dapat berkiprah sebagai guru profesional. (2008:284) efektif adalah “Adanya efek
Oleh karena itu, guru harus meningkatkan (akibat, pengaruh, kesannya), manjur,
kemampuannya dalam mengajar. Dengan mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna
adanya upaya tersebut, diharapkan guru (usaha, tindakan)”. Jadi efektivitas merupakan
mampu mengembangkan proses pembelajaran suatu pengukuran tercapainya sasaran dan
yang lebih bermutu, baik dalam penguasaan tujuan yang diharapkan.
ilmu, keterampilan maupun memiliki
kepribadian yang baik. Namun, data empirik Indikator Efektivitas
menunjukkan bahwa umumnya kemampuan Indikator ialah komponen yang menjadi
profesional guru-guru SMK di Kabupaten ukuran untuk menentukan efektifnya suatu
Aceh Besar masih tergolong sedang, karena kegiatan. Indikator pendidikan tersebut yaitu:
penguasaan materi pembelajaran yang 1. Indikator Input;
diampunya masih rendah. Sebagaimana kita 2. Indikator Process;
ketahui bahwa kurikulum SMK berkembang 3. Indikator Output; dan
sesuai dengan tuntutan zaman, sementara guru 4. Indikator Outcome. (Mulyasa, 2009:91)
bersikap apatis. Untuk mengatasi
permasalahan ini, peningkatan kemampuan Pengembangan Personel
profesional guru harus menjadi prioritas utama Pengembangan berasal dari bahasa Inggris
dalam upaya meningkatkan mutu lulusan di “Development”. Dalam Kamus Besar Bahasa
SMK. Hal ini mendorong penulis untuk Indonesia (2008:662) dijelaskan bahwa
melakukan penelitian tentang peningkatan “Pengembangan merupakan proses, cara,
kemampuan profesional guru SMK di perbuatan mengembangkan”. Pengembangan
Kabupaten Aceh Besar. merupakan upaya memperluas, membawa
suatu keadaan kearah yang lebih lengkap dan
METODE PENELITIAN kompleks. Pengembangan lebih ditujukan
Penelitian menggunakan metode deskriptif pada peningkatan pengetahuan dan
dengan pendekatan kualitatif. Lokasi keterampilan teknis dalam melaksanakan
penelitiannya adalah SMK Negeri 1 Mesjid pembelajaran. Hasibuan (2005:69)
Raya, berada di Jalan Laksamana Malahayati mendefinisikannya sebagai berikut:
Kilometer 15 Neuheun dan SMK Negeri 1 Pengembangan personil adalah suatu usaha
Kota Jantho, berada di Jalan Cut Mutia No.1 untuk meningkatkan kemampuan teknis,
Jantho. Penelitian dilakukan selama tiga teoretis, konseptual, dan moral personil
bulan. Subjek penelitiannya kepala sekolah, sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
wakil kepala sekolah, ketua jurusan/prodi, melalui pendidikan dan latihan.
pengawas, guru senior dan MGMP. Pendidikan meningkatkan keahlian teknis,
Instrumen penelitiannya adalah peneliti teoretis, konseptual, dan moral personil,
sendiri dengan pedoman wawancara dan sedangkan latihan bertujuan meningkatkan
observasi. Penelitian dilakukan untuk ketrampilan teknis pelaksanaan pekerjaan.
memperoleh data yang akurat tentang fokus
permasalahan. Uji kredibilitas data antara lain Pengembangan bertujuan meningkatkan
dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, kemampuan guru yang disesuaikan dengan
meningkatkan ketekunan dalam penelitian, kebutuhan guru itu sendiri, melalui kegiatan
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, pelatihan dan pendidikan.
analisis kasus negatif dan membercheck.
Langkah yang ditempuh dalam pengolahan Proses dan Jenis Pengembangan Personel
data adalah reduksi data, display data, serta Pengembangan kemampuan guru
pengambilan kesimpulan dan verifikasi. dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
kerja guru, meningkatkan pemahaman
KAJIAN PUSTAKA konseptual guru. Melalui pengembangan
Konsep Efektivitas personil, organisasi sekolah dapat
Efektivitas berawal dari kata “efektif” dan meningkatkan kontinuitas dan semakin
kata dasarnya adalah”effect” yang berarti besarnya rasa keterkaitan personil dengan
pengaruh, akibat, berhasil sesuai rencana. tempatnya bertugas. Pengembangan adalah
Efektivitas merupakan efek atau akibat yang faktor kunci dalam mempertahankan kualitas
diinginkan dari suatu kegiatan atau pekerjaan. personil. Flippo (Usman, 2012:61)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “Pengembangan staff
Megawati, Efektivitas Peningkatan Kemampuan Profesional Guru 120

dapat dilakukan dalam dunia industri memiliki membimbing peserta didik memenuhi
empat macam metode yakni: latihan ditempat standar kompetensi yang telah ditetapkan
kerja; sekolah vestibule; magang dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
(apprenticeship); pendidikan Khusus. Kompetensi ini harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Kompetensi Guru
Kompetensi mengacu pada kemampuan 4. Kompetensi Sosial
melaksanakan sesuatu yang diperoleh dari Merupakan kemampuan guru untuk
pendidikan, yang memerlukan pengetahuan, menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan
keterampilan dan kepribadian yang baik. lingkungan sekitar sekolah. Dalam SNP,
Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru penjelasan pasal 28 ayat 3 butir d (Mulyasa,
dan dosen pasal 1 ayat 10 dijelaskan bahwa: 2009:173) bahwa “Yang dimaksud dengan
“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, kompetensi sosial adalah kemampuan guru
keterampilan, dan perilaku yang harus sebagai bagian dari masyarakat untuk
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dosen dalam melaksanakan tugas dengan peserta didik, sesama pendidik,
keprofesionalan”. Selanjutnya dalam UU tenaga kependidikan, orang tua peserta
No.14 tahun 2005, bahwa “Guru sebagai agen didik, dan masyarakat sekitar”.
pembelajaran pada semua jenis dan jenjang
pendidikan wajib memiliki kompetensi Strategi Peningkatan Profesional Guru
pedagogik, kompetensi kepribadian, 1. Peningkatan Kemampuan Profesional
kompetensi profesional, dan kompetensi Guru Melalui Supervisi Pendidikan
sosial”. Keempat kompetensi tersebut harus
diperoleh melalui pendidikan profesi. Supervisi ialah suatu bimbingan yang
diberikan kepada personil sekolah agar
1. Kompetensi Pedagogik mereka dapat meningkatkan kemampuan.
Merupakan kemampuan mengelola Supervisi bukan untuk mencari kesalahan,
pembelajaran meliputi pemahaman tapi memperbaiki dan mengembangkan
wawasan/landasan kependidikan; kemampuan yang dimiliki guru.
pemahaman terhadap peserta didik; Supervisi adalah suatu usaha
pengembangan kurikulum/silabus; menstimulir, mengkoordinir, dan
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik membimbing secara kontinu
dan dialogis; perancangan pembelajaran; pertumbuhan guru-guru sekolah, baik
evaluasi hasil belajar; dan pengembangan secara individual maupun kolektif,
peserta didik untuk mengaktualisasikan Boardman (Daryanto, 2006:170).
berbagai potensi yang dimilikinya.
Fungsi utama supervisi adalah untuk
2. Kompetensi Kepribadian perbaikan pengajaran. Sedangkan tujuan inti
Merupakan sejumlah kompetensi yang supervisi yaitu: memahami karakteristik dan
berhubungan dengan kemampuan pribadi kemampuan siswa secara individual dalam
dengan segala karakteristik yang proses belajar; menciptakan suasana yang
mendukung pelaksanaan tugas guru. mendorong siswa aktif belajar sendiri; dan
Mukhtar & Iskandar (2009:117) menyatakan menjadikan kegiatan belajar di sekolah
bahwa “Kompetensi kepribadian merupakan bersifat dinamis dan kreatif, serta
kemampuan kepribadian yang mantap, mempunyai arti untuk kehidupan manusia,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, disiplin, Burhanuddin (Herabudin, 2009:226).
bijaksana, berakhlak mulia, menjadi teladan Untuk mencapai kualitas belajar
bagi peserta didik dan masyarakat, mengajar yang baik, perlu direncanakan
mengevaluasi kinerja sendiri dan bentuk supervisi yang digunakan nantinya,
mengembangkan diri secara berkelanjutan”. salah satunya adalah melalui supervisi
pendidikan. Supervisi pendidikan dapat
didefinisikan sebagai proses pemberian
3. Kompetensi Profesional layanan bantuan supervisi hal kepada guru
Merupakan kemampuan penguasaan untuk meningkatkan kemampuannya dalam
materi pembelajaran secara luas dan melaksanakan tugas-tugas pengelolaan
mendalam yang memungkinkan untuk proses pembelajaran secara efektif.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 121

Supervisi pendidikan merupakan bantuan (latihan selama bekerja) yang dilakukan


yang diberikan kepada personil pendidikan diluar tempat kerja.
untuk mengembangkan proses pendidikan
yang lebih baik dan upaya meningkatkan Selanjutnya, Usman (2007:123)
mutu pendidikan. Supervisi pendidikan mengemukakan bahwa “Strategi
bertujuan mengembangkan situasi belajar pengembangan mutu profesional guru dapat
mengajar kearah yang lebih baik. Olive dilakukan melalui dua cara yaitu pendidikan
(Sahertian, 2005:19) menyatakan bahwa on the job training dan pendidikan di luar
“Sasaran (domain) supervisi pendidikan: a) pekerjaan (off the job training).”
mengembangkan kurikulum yang sedang Untuk pelaksanaan pelatihan,
dilaksanakan di sekolah; b) meningkatkan sebaiknya diidentifikasi masalah yang ada
proses belajar mengajar di sekolah; dan c) dan menetapkan program apa yang akan
mengembangkan seluruh staf di sekolah”. digunakan, merumuskan tujuan, merancang
materi dan media pembelajaran, merancang
2. Peningkatan Kemampuan Profesional metode dan media , menetapkan instrumen
Guru Melalui MGMP penilaian untuk mengukur keberhasilan
program, mengalokasi anggaran, dan
Forum MGMP merupakan wadah menentukan program tindak lanjutnya.
kegiatan profesional guru mata pelajaran Selanjutnya perlu diperhatikan juga
sejenis yang bertujuan untuk membahas beberapa faktor berikut, yaitu: ”Guru yang
berbagai permasalahan yang berhubungan akan dikembangkan, kemampuan guru yang
dengan proses belajar mengajar. MGMP akan dikembangkan, dan kondisi lembaga,
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, seperti dana, fasilitas, dan orang yang bisa
mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dilibatkan sebagai pelaksana”, Bafadal
dan menemukan cara pemecahannya dalam (2005:46). Faktor-faktor tersebut merupakan
melaksanakan tugas, memberi kesempatan pertimbangan dasar yang harus diperhatikan,
kepada guru untuk berbagi informasi dan agar program yang akan dijalankan nantinya
pengalaman, serta membangun kerja sama dapat memberi hasil yang efektif.
yang baik dengan semua pihak dalam upaya
meningkatkan kualitas lulusan. HASIL PEMBAHASAN
1. Program Peningkatan Kompetensi
3. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Profesional Guru.
Kegiatan Pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Pelatihan merupakan salah satu proses disimpulkan bahwa pihak sekolah sudah
mempersiapkan guru untuk suatu pekerjaan, berupaya untuk meningkatkan kemampuan
membantu memperbaiki penampilan, dan profesional guru dengan dilakukannya
mengembangkan potensi sepenuhnya. penyusunan program khusus bagi peningkatan
Latihan lebih berkenaan dengan penerapan kemampuan guru. Program disusun dengan
pengetahuan dari pada penguasaan melibatkan kepala sekolah, wakil kepala
pengetahuan. Latihan adalah proses sekolah, ketua jurusan/prodi, pengawas,
pengubahan yang tertuju pada pembentukan MGMP, dan guru senior. Program tersebut
tingkah laku yang diharapkan. Sistem berisi tentang pengembangan kompetensi guru
pelatihan biasanya mencakup pelatihan yang dilaksanakan di sekolah dan di luar
diluar tempat kerja (off-job) dan ditempat sekolah, seperti supervisi, pelatihan,
kerja (on-job). Mudyahardjo (2009:201) penataran, diklat, magang guru, seminar, dan
membedakan dua bentuk pelatihan guru: kegiatan lain yang dibutuhkan guru.
a. Latihan melalui pendidikan prajabatan Program peningkatan kemampuan guru
(pre-inservice education/training) dilaksanakan untuk memberikan bantuan dan
diselenggarakan di lembaga pendidikan memperbaiki kerja guru dalam meningkatkan
formal. kualitas mengajar agar lebih efektif. Suhardan
b. Latihan melalui pendidikan selama (2010:182) menjelaskan bahwa ”Bantuan
bekerja (in-service education/training) yang diberikan dapat berupa saran dan nasihat,
dilakukan dalam dua macam bentuk, menunjukkan sumber, menyediakan waktu,
yaitu: On-job training (latihan selama meminta bantuan sesama guru, mengunjungi
bekerja) dilaksanakan ditempat kerja kelas, menyediakan fasilitas, memberi izin
yang bersangkutan, dan Off-job training untuk mengikuti kegiatan akademik diluar”.
Megawati, Efektivitas Peningkatan Kemampuan Profesional Guru 122

Program peningkatan kemampuan atau pelatihan, dan (c) Memfasilitasi kegiatan


profesional guru mutlak disusun, karena di MGMP.
SMK guru membutuhkan skill yang memadai
dalam mengajar. Melalui kegiatan 3. Kendala-kendala yang Dihadapi Dalam
pengembangan, guru dapat menyadari Pelaksanaan Peningkatan Kemampuan
pentingnya meningkatkan kemampuan untuk Profesional Guru
dapat menyesuaikan kompetensinya dengan
kemajuan dunia pendidikan khususnya SMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Suhardan (2010:191) menyatakan bahwa pelaksanaan program peningkatan
”Pengembangan guru harus dilakukan ketika kemampuan profesional guru sudah terlaksana
guru dalam keadaan baik yang sangat sesuai perencanaan. Namun masih saja
memungkinkan dilakukan pengembangan terdapat kendala, baik itu kendala yang berasal
yaitu ketika guru sedang membutuhkan dan dari lembaga sekolah, dari guru maupun dari
penuh kesadaran”. Jadi, pengembangan tidak instansi terkait, yang dapat menghambat
dapat dilakukan kapan pun sesuai kemauan keefektifan kegiatan tersebut. Diantara
supervisor, akan tetapi supervisor harus dapat kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
membaca waktu yang tepat. program ini adalah pendanaan, kurangnya
sosialisasi dari Dinas, guru mengajar bukan
2. Pelaksanaan Peningkatan Kompetensi dibidang keahliannya, sebagian guru kurang
Profesional Guru menguasai teknologi, kurangnya sarana
prasarana sekolah, rendahnya kemauan guru
Berdasarkan hasil penelitian dapat untuk mengembangkan diri, serta masih
disimpulkan bahwa pihak sekolah sudah kurangnya pengawas sekolah yang memahami
melaksanakan program pengembangan guru kurikulum SMK.
baik di lingkungan sekolah maupun diluar Pada dasarnya, kendala merupakan aspek
lingkungan sekolah. Pelaksanaan di yang tak terpisahkan dari suatu kegiatan.
lingkungan sekolah dilakukan dalam bentuk Menyadari akan hal itu, langkah yang dapat
pengembangan guru secara teori dan ditempuh oleh pihak sekolah mengenai
pratikum. Secara teori berupa kegiatan permasalahan pendanaan adalah dengan
seminar, pembentukan dan pengaktifan mengajukan penganggaran (budgetting) sesuai
MGMP dan kegiatan lainnya. Sedangkan kebutuhan sekolah dalam jumlah dan kurun
secara praktikum pernah dilakukan dalam waktu tertentu ke pihak dinas pendidikan.
bentuk supervisi dan pelatihan, seperti Selanjutnya kebutuhan sekolah akan
pelatihan komputer. Program pengembangan sarana prasarana yang memadai dapat
guru diluar lingkungan sekolah dilakukan menunjang proses pembelajaran. Pengadaan
dengan kegiatan magang guru, pengiriman sarana dan prasarana pendidikan menjadi
guru untuk mengikuti pelatihan/diklat apabila tanggung jawab pemerintah daerah. Sarana
ada pemanggilan peserta dari pihak terkait. pendidikan berupa peralatan pendidikan,
Mengajar pada dasarnya merupakan media belajar, buku dan sumber belajar, bahan
kegiatan akademik yang berupa interaksi habis pakai, serta perlengkapan lain yang
komunikasi antara guru dan siswa. Melalui diperlukan untuk menunjang pembelajaran.
interaksi ini guru dapat mengaktifkan proses Prasarana pendidikan meliputi ruang kelas,
belajar siswa dengan menggunakan berbagai ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata
macam metode belajar, sehingga pembelajaran usaha, ruang perpustakaan, laboratorium,
dapat menjadi lebih menarik bagi siswa. ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
Untuk mencapai interaksi yang efektif dan kantin, lapangan olahraga, tempat beribadah,
bermakna, potensi guru perlu ditingkatkan. dan ruang lain yang diperlukan di sekolah.
Pengembangan potensi guru dapat dilakukan Kebutuhan tenaga guru juga tidak kalah
melalui program pengembangan yang penting, karena guru merupakan tombak dari
disesuaikan dengan kebutuhan guru. kebermaknaan dan keberhasilan pendidikan.
Upaya yang dapat dilakukan kepala Sekolah membutuhkan guru yang mengajar
sekolah untuk meningkatkan kemampuan sesuai dengan bidang ilmunya. Namun di
guru, diantaranya: (a) Pemberian kesempatan SMK masih ditemukan guru yang mengajar
mengikuti pendidikan dan pelatihan; (b) tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.
Mengirim guru untuk mengikuti penataran Selanjutnya, SMK membutuhkan pengawas
sekolah yang benar-benar memahami
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2 123

kurikulum SMK dan memiliki kemampuan sesuai dengan perkembangan dan


dalam memberikan bantuan kepada guru perubahan kurikulum SMK.
untuk menyelesaikan permasalahan yang 3. Semua kendala yang dihadapi dapat
dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran. teratasi jika dilibatkan semua orang yang
terlibat dalam kegiatan ini, yaitu pelatih
SIMPULAN DAN SARAN dan pihak yang dilatih. Pengembangan
Simpulan hendaknya lebih mengutamakan
1. Program peningkatan kemampuan kebersamaan, saling membutuhkan, saling
profesional guru dilakukan sesuai dengan berbagi, sehingga dapat terciptanya
kebutuhan guru yang disusun setiap hubungan yang harmonis, dan tujuan yang
tahunnya dengan melibatkan kepala ingin diraih dapat tercapai dengan
sekolah, para wakil kepala sekolah, ketua maksimal yang berdampak kepada
jurusan/prodi, pengawas sekolah, forum peningkatan mutu pendidikan ke depan.
MGMP, dan guru senior. Program berisi
upaya pengembangan kompetensi guru DAFTAR PUSTAKA
yang akan dilaksanakan di sekolah dan Bafadal, Ibrahim, 2005, Peningkatan
diluar sekolah. Profesionalisme Guru Sekolah Dasar
2. Pelaksanaan peningkatan kemampuan Dalam Kerangka Manajemen Peningkatan
profesional guru sudah dilakukan di Mutu berbasis Sekolah, Jakarta, Edisi
sekolah dan diluar sekolah. Guru yang Revisi, Bumi Aksara.
telah mengikuti kegiatan pengembangan/
pelatihan seharusnya mensosialisasikan Daryanto, HM, 2006, Administrasi
ilmu yang diperolehnya kepada guru lain, Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.
namun belum berjalan maksimal.
3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam Depdiknas, 2008, Kamus Besar Bahasa
pelaksanaan peningkatan kemampuan Indonesia (KBBI), Jakarta.
profesional guru diantaranya adalah
pendanaan, kurangnya sosialisasi dari Depdiknas, 2005, Undang-undang Republik
dinas pendidikan, bidang ilmu yang Indonesia No.14 Tahun 2005, Tentang
diampu guru tidak sesuai dengan Guru dan Dosen, Jakarta, Departemen
kualifikasi pendidikan, masih ada guru Pendidikan dan Kebudayaan.
yang belum menguasai ilmu teknologi,
sarana prasarana juga merupakan kendala Hasibuan, Malayu, 2005, Manajemen Sumber
yang masih dihadapi sekolah. Daya Manusia, Jakarta, Haji Mas Agung.

Saran-saran Herabudin, 2009, Administrasi & Supervisi


1. Program peningkatan kemampuan Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia.
profesional guru SMK yang telah disusun
sebaiknya dapat dirumuskan kembali Mudyahardjo, Redja, 2009, Pengantar
dengan melibatkan kepala sekolah, Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang
pengawas, para wakil kepala sekolah, Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya
forum MGMP sekolah dan para guru yang dan Pendidikan Di Indonesia, Jakarta,
akan di latih/dikembangkan. Karena jika Raja Grafindo Persada.
melibatkan orang-orang yang akan terlibat
dalam pelaksanaannya, akan memudahkan Mukhtar dan Iskandar, 2009, Orientasi Baru
pemilihan tehnik pengembangan bila lebih Supervisi Pendidikan, Jakarta, Gaung
dahulu diketahui permasalahan yang Persada.
dihadapi para guru dalam pembelajaran.
2. Pelaksanaan peningkatan kemampuan Mulyasa, 2009, Standar Kompetensi Dan
profesional guru harus dilakukan sesuai Sertifikasi Guru, Bandung, Remaja
dengan tujuan untuk memperbaiki Rosdakarya.
pembelajaran. Kegiatan pelatihan perlu
lebih ditingkatkan lagi dan perlu Sahertian, Piet, 2005, Konsep Dasar Dan
disosialisasikan kembali ke tempat Teknik Supervisi Pendidikan Dalam
pelatihan khususnya pelatihan di luar Rangka Pengembangan Sumber Daya
sekolah, agar materi yang sampaikan Manusia, Jakarta, Rineka Cipta.
Megawati, Efektivitas Peningkatan Kemampuan Profesional Guru 124

Suhardan, Dadang, 2010, Supervisi


Pendidikan, Layanan Dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Era
Otonomi Daerah, Bandung, Alfabeta.

Usman, Nasir, 2007, Manajemen Peningkatan


Kinerja Guru, Bandung, Mutiara Ilmu.

Usman, Nasir, 2012, Manajemen Peningkatan


Mutu Kinerja Guru, Konsep, Teori dan
Model, Bandung, Citapustaka Media
Perintis.

Anda mungkin juga menyukai