Anda di halaman 1dari 8

‫‪Sejauh Mana Kualitas Keislaman Kita‬‬

‫‪Khutbah Jumat:‬‬

‫صلهى هللاُ‬ ‫س ْو ّل ّه َ‬ ‫سنه ّة َر ُ‬ ‫ب العَالَ ّم ْي َن أ َ َم َرنَا ّباتِّّبَاعّ ّكتَا ّب ّه َو ُ‬ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ّ هَلِلّ َر ِّ ّ‬


‫س ْب َحانَهُ َوتَعَالَى‪( :‬اتهبّعُوا َما أ ُ ْن ّز َل ّإلَ ْي ُك ْم ّم ْن َر ّبِّ ُك ْم‬ ‫سله َم فَقَا َل ُ‬ ‫علَ ْي ّه َو َ‬ ‫َ‬
‫ش َه ُد أ َ ْن َال‬‫ون)‪َ ،‬وأ َ ْ‬ ‫َوال تَت ه ّبعُوا ّم ْن دُونّ ّه أ َ ْو ّليَا َء قَ ّليالً َما تَذَك ُهر َ‬
‫اء ّه َو ّصفَاتّ ّه‬ ‫س َم ّ‬‫ّإلَهَ ّإ هال هللاُ َو ْح َدهُ َال ش َّر ْي َك لَهُ فّي ُربُ ْو ّبيَتّ ّه َوأُلُ ّهيَتّ ّه َوأ َ ْ‬
‫س ْولُهُ‬‫ع ْب ُد ُه َو َر ُ‬‫ش َه ُد أ َ هن ُم َح همدًا َ‬ ‫ع هما يُش ّْرك ُْو َن‪َ .‬وأ َ ْ‬ ‫ان هللاُ َ‬ ‫س ْب َح َ‬ ‫َو ُ‬
‫ض ْوا‬ ‫ص َحابّ ّه اَله ّذ ْي َن قَ َ‬ ‫علَى آ ّل ّه َوأ َ ْ‬ ‫علَ ْي ّه َو َ‬ ‫صلهى هللاُ َ‬ ‫ّق ال َمأ ْ ُم ْو ّن َ‬ ‫صاد َ‬ ‫ال َ‬
‫سله َم ت َ ْ‬
‫س ّل ْي ًما َكثّ ْي ًرا‬ ‫ق َو ّب ّه يَ ْع ّدلُ ْو َن َو َ‬ ‫‪ّ .‬با ْل َح ِّ ّ‬
‫‪:‬أ َ هما بَ ْع ُد‬

‫س ْي ُر ْوا‬ ‫س ْب َحانَهُ َوتَعَالَى‪ ،‬ت َ َم ه‬


‫سك ُْوا ّب ّد ْينّ ُك ْم َو ّ‬ ‫اس‪ ،‬اّتهقُ ْوا هللاَ ُ‬ ‫أَيُّ َها النه ُ‬
‫علَى َم ْن َهاجّ َربِّّ ُك ْم ِّل َ ْج ّل أ َ ْن ت َ ّصلُ ْوا ّإلَ ْي ّه َو ّإلَى َجنهتّ ّه َجنهاتُ النه ّع ْي ّم َوذَ ّل َك‬‫َ‬
‫سله َم‬
‫علَ ْي ّه َو َ‬
‫صلهى هللاُ َ‬‫س ْو ّل ّه َ‬‫سنه ّة َر ُ‬ ‫‪ّ .‬با ّتِّبَاعّ ّكتَا ّب ّه َو ُ‬
‫‪Kaum muslimin,‬‬

‫‪Kita senantiasa memuji Allah Ta’ala atas segala nikmat yang Dia anugerahkan‬‬
‫‪kepada kita. Terutama kenikmatan Islam dan iman. Sebuah kenikmatan yang‬‬
‫‪tidak ada bandingnya dengan kenikmatan yang ada di dunia ini. Namun sayang,‬‬
‫‪banyak di antara kita tidak menyadari bahwa Islam dan iman itu adalah‬‬
‫‪kenikmatan. Sehingga kita tidak pandai mensyukurinya. Ibnu Taimiyah‬‬
rahimahullah mengatakan, “Dalam kehidupan dunia ada sebuah nikmat. Nikmat
itu, serupa dengan nikmat surga. Nikmat itu adalah nikmat Islam dan iman.”

Oleh karena itulah, para nabi dan rasul meminta agar diwafatkan dalam keadaan
Islam dan iman. Nabi Yusuf ‘alaihissalam berdoa yang diabadikan Allah dalam
firman-Nya,

‫س ّل ًما َوأ َ ْل ّح ْقنّي ّبال ه‬


َ ‫صا ّل ّح‬
‫ين‬ ْ ‫ت َ َوفهنّي ُم‬
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-
orang yang saleh.” [Quran Yusuf: 101].

Namun beberapa banyak di antara kita yang melaksanakan hakitkat Islam itu
sendiri. Hakikat Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan
mentauhidkannya. Tunduk dan patuh dengan ketundukan. Serta berlepas diri
dari kesyirikan dan pelakunya. Seorang yang mengatakan bahwa dirinya Islam,
artinya ia berserah diri dan tunduk kepada Allah. Yaitu ia siap diatur oleh Allah.
Ia siap menerima semua ketentuan dari Allah. Dan ia ridha dengan takdir-Nya.
Ketika seseorang mengatakan, “Saya Islam” artinya Ya Allah aku siap diatur
dengan perintah dan larangan-Mu.

Berapa banyak perintah dan larangan Allah kepada kita. Namun hawa nafsu kita
sering kali menghalangi untuk tunduk dan patuh secara sempurna kepada Allah.
Ketika seseorang memeluk Islam, seharusnya dia mengatakan, “Kami
mendengar dan kami patuh”. Karena itu konsekuensi keislamannya. Allah
Ta’ala berfirman,
ّ‫اَلِل‬ َ ُ‫سو ُل بّ َما أ ُ ّنز َل إّلَ ْي ّه ّمن هربِّّ ّه َوا ْل ُم ْؤ ّمن‬
‫ون ۚ ُك ٌّل آ َم َن بّ ه‬ ‫آ َم َن ه‬
ُ ‫الر‬
ُ ‫ق بَ ْي َن أ َ َح ٍد ّ ِّمن ُّر‬
‫س ّل ّه ۚ َوقَالُوا‬ ُ ‫س ّل ّه َال نُفَ ّ ِّر‬
ُ ‫َو َم َالئّ َكتّ ّه َو ُكت ُ ّب ّه َو ُر‬
ُ ‫غ ْف َرانَ َك َربهنَا َو ّإلَ ْي َك ا ْل َم ّص‬
‫ير‬ ُ ۚ ‫س ّم ْعنَا َوأ َ َط ْعنَا‬ َ
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami
dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan
kepada Engkaulah tempat kembali”.” [Quran Al-Baqarah: 285].

Inilah hakikat Islam yang dipahami oleh para nabi dan rasul. Tentu kita tahu
kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau telah mempraktikkan arti ketundukan
dan berserah diri yang sebenarnya. Atau dalam bahasa yang lebih ringkas, arti
Islam yang sebenarnya. Allah mengujinya dengan memerintahkan agar ia
menyembelih anaknya Ismail. Anak shaleh yang ia dapat setelah lamanya masa
penantian. Beliau mengatakan pada anaknya,

ّ َ‫ظ ْر َماذَا ت َ َر ٰى ۚ قَا َل يَا أَب‬


‫ت‬ ُ ‫ّإ ّنِّي أ َ َر ٰى ّفي ا ْل َمنَ ّام أَنِّّي أ َ ْذبَ ُح َك فَان‬
َ ‫صا ّب ّر‬
‫ين‬ ‫ست َ ّج ُدنّي إّن شَا َء ه‬
‫َّللاُ ّم َن ال ه‬ َ ۚ ‫ا ْفعَ ْل َما ت ُ ْؤ َم ُر‬
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.” [Quran Ash-Shaffat: 102].
Inilah contoh bapak dan anak yang tunduk dan pasrah kepada Allah dengan
ketundukan yang hakiki. Namun, Allah senantiasa memberi jalan keluar bagi
orang-orang yang menaati-Nya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,

‫َوفَ َد ْينَا ُه ّب ّذ ْبحٍ ع َّظ ٍيم‬


“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Quran Ash-
Shaffat: 102].

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini benar-benar menjadi parameter bagi
kita. Sudah sejauh mana keislaman kita? Sejauh mana ketundukan kita terhadap
perintah dan larangan Allah? Sampai manakah keislaman kita, ketundukan dan
kepatuhan kita kepada Allah? Sejauh mana semangat kita dalam menyambut
perintah Allah?

Allah Ta’ala berfirman,

‫ش َج َر بَ ْينَ ُه ْم ث ُ هم َال يَ ّجدُوا فّي‬


َ ‫وك فّي َما‬ َ ُ‫فَ َال َو َر ّبِّ َك َال يُ ْؤ ّمن‬
َ ‫ون َحت ه ٰى يُ َح ّ ِّك ُم‬
ْ َ ‫س ّلِّ ُموا ت‬
‫س ّلي ًما‬ َ ُ‫ض ْيتَ َوي‬ َ َ‫أَنفُس ّّه ْم َح َر ًجا ّ ِّم هما ق‬
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [Quran An-
Nisa: 65].
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menetapkan tiga syarat agar seseorang dikatakan
benar imannya. Ketika datang perintah Allah dan Rasul-Nya sikap mereka
adalah menjadikan Rasulullah sebagai hakim. Pertama, menjadikan hadits-
hadits beliau sebagai panduan dalam segala urusan. Setelah mereka dapati
hadits-hadits tersebut, kedua: tidak terdapat rasa berat di hati mereka terhadap
putusan tersebut. Dan ketiga, mereka menerima putusan tersebut dengan
sepenuh hati. Tidak ada perasaan jengkel. Berat. Dan tidak nyaman. Mereka
ridha terhadap putusan Allah dan Rasul-Nya.

Inilah keislaman total dan hakiki.

‫ان َوال ّذِّ ْك ّر‬


ّ َ‫آن العَ ّظ ْي ّم َونَفَ ْعنَا ّب َما فّ ْي ّه ّم َن البَي‬ ّ ‫ار َك هللاُ َولَ ُك ْم فّي القُ ْر‬ َ َ‫ب‬
ْ َ ‫ أَقُ ْو ُل قَ ْو ّلي َهذَا َوأ‬،‫ال َح ّك ْي ّم‬
ْ ‫ست َ ْغ ّف ُر هللاَ ّل ْي َولَ ُك ْم َولَ َج ّم ْي ّع ال ُم‬
‫س ّل ّم ْي َن‬
ْ ‫ب فَا‬
َ ‫ست َ ْغ ّف ُر ْو ُه ّإنههُ ُه َو الغَفُ ْو ُر‬
‫الر ّح ْي ُم‬ ٍ ‫م ْن ُك ّ ِّل ذَ ْن‬. ّ
Khutbah Kedua:

،‫امتّنَانّ ّه‬ ْ ‫علَى ت َ ْوفّ ْي ّق ّه َو‬ َ ُ‫شك ُُره‬ُ َ ‫ َوأ‬،‫سانّ ّه‬ َ ‫ض ّل ّه َو ّإ ْح‬ْ َ‫علَى ف‬َ ّ‫ا َ ْل َح ْم ُد ّ هَلِل‬
‫ش َه ُد أ َ هن ُم َح همدًا‬ ْ َ ‫ َوأ‬،ُ‫ش َه ُد أ َ ْن َال ّإلَهَ إّ هال هللاُ َو ْح َد ُه َال ش َّر ْي َك لَه‬ ْ َ ‫َوأ‬
ْ َ ‫سله َم ت‬
ً ‫س ّل ْيما‬ َ ‫ َو‬،‫ص َحابّ ّه‬ ْ َ ‫علَى آ ّل ّه َوأ‬ َ ‫علَ ْي ّه َو‬
َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ،ُ‫س ْولُه‬ُ ‫ع ْب ُد ُه َو َر‬ َ
‫ َكثّ ْي ًرا‬.

‫أ َ هما بَ ْع ُد‬:

ُ ‫أَيُّ َها النه‬،


‫ اّتهقُ ْوا هللاَ تَعَالَى‬،‫اس‬
Ibadallah,

Untuk menjalankan keislaman kita secara kafah. Tidak mungkin bisa kita lalui
tanpa pertolongan Allah. Betapa banyak orang yang mengaku Islam, tapi
mereka tidak menaati Allah. Apabila ada ayat dan hadits yang bertentangan
dengan logika mereka, dengan kepentingan mereka, dengan hawa nafsu mereka,
dengan mudah mereka tolak. Mereka tafsrikan sesuai keinginan mereka. Agar
kepentingan mereka tetap berjalan. Allah Ta’ala berfirman tentang orang-orang
munafik.

ْ ‫اَلِلّ َوا ْليَ ْو ّم ْاْل ّخ ّر َو‬


ْ‫ارتَابَت‬ ‫ون ّب ه‬ َ ُ‫ّين َال يُ ْؤ ّمن‬ َ ‫ستَأ ْ ّذنُ َك الهذ‬
ْ َ‫إّنه َما ي‬
َ َ ‫) َولَ ْو أ َ َرادُوا ا ْل ُخ ُرو َج َِل‬45( ‫ُون‬
‫عدُّوا‬ َ ‫قُلُوبُ ُه ْم فَ ُه ْم فّي َر ْي ّب ّه ْم يَت َ َر هدد‬
َ ‫ط ُه ْم َو ّقي َل ا ْقعُدُوا َم َع ا ْلقَا ّعد‬
‫ّين‬ ‫ع هدةً َو ٰلَ ّكن ك َّر َه ه‬
َ ‫َّللاُ انبّعَاث َ ُه ْم فَثَبه‬ ُ ُ‫لَه‬
(46)
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu,
karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. Dan jika mereka mau
berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu,
tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan
keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama
orang-orang yang tinggal itu”.” [Quran At-Taubah: 45-46].

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di ketika menafsirkan firman Allah


“Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu”, beliau mengatakan,
‫‪“Siapa yang Allah beratkan hatinya untuk menaati Allah, berarti Allah tidak‬‬
‫”‪suka memberikan kebaikan untuknya.‬‬

‫‪Kaum muslimin,‬‬

‫‪Marilah kita intropeksi diri, sudah sejauh mana keislaman kita. Seperti apa‬‬
‫‪kualitasnya. Hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan agar‬‬
‫‪memasukkan kita ke dalam Islam secara kafah.‬‬

‫اب هللاّ‪َ ،‬و َخ ْي َر‬ ‫ث ّكت َ ُ‬ ‫فَاتهقُ ْوا هللاَ ّعبَا َد هللاّ‪َ ،‬وا ْعلَ ُم ْوا أ َ هن َخ ْي َر ال َح ّد ْي ّ‬
‫سله َم‪َ ،‬وش هَر اِل ُ ُم ْو ّر‬ ‫علَ ْي ّه َو َ‬ ‫صلهى هللاُ َ‬ ‫ْي ُم َح هم ٍد َ‬ ‫ال َه ْدي ّ َهد ُ‬
‫ع ّة‪ ،‬فَ ّإ هن يَ َد هللاّ‬ ‫ض َاللَةٌ‪َ ،‬و َ‬
‫علَ ْي ُك ْم ّبا ْل َج َما َ‬ ‫ع ٍة َ‬‫ُم ْح َدثَات ُ َها‪َ ،‬و ُك هل ّب ْد َ‬
‫شذه فّي النه ّار‬ ‫شذه َ‬ ‫ع ّة‪َ ،‬و َم ْن َ‬ ‫علَى ال َج َما َ‬ ‫‪َ .‬‬

‫س ّه َو َم َالئّ َكتّ ّه قَا َل‬ ‫ث ُ هم اّ ْعلَ ُم ْوا أ َ هن هللاَ أ َ َم َر ُك ْم بّأ َ ْم ٍر بَ َدأ َ فّ ْي ّه ّبنَ ْف ّ‬
‫علَى النهبّ ِّّي يَا‬ ‫ون َ‬ ‫صلُّ َ‬ ‫َّللاَ َو َمالئّ َكتَهُ يُ َ‬ ‫س ْب َحانَهُ َوتَعَالَى‪ّ ( :‬إ هن ه‬ ‫ُ‬
‫س ّلِّ ْم‬
‫ص ّ ِّل َو َ‬ ‫س ّلي ًما)‪ ،‬الله ُه هم َ‬ ‫س ّلِّ ُموا ت َ ْ‬ ‫علَ ْي ّه َو َ‬ ‫صلُّوا َ‬ ‫ّين آ َمنُوا َ‬ ‫أَيُّ َها الهذ َ‬
‫ض الله ُه هم ع َْن ُخلَفَائّ ّه‬ ‫ار َ‬ ‫س ْو ّل َك نَ ّب ّيِّنَا ُم َح همدٍ‪َ ،‬و ْ‬ ‫ع ْبد َّك َو َر ُ‬ ‫علَى َ‬ ‫َ‬
‫ع ّل ِّي ٍ‪،‬‬
‫ان‪َ ،‬و َ‬ ‫عثْ َم َ‬ ‫ع َم َر‪َ ،‬و ُ‬ ‫ش ّد ْي َن‪ ،‬ا َ ِْلَئّ هم ّة ال َم ْه ّد ّي ْي َن‪ ،‬أَبّ ْي بَ ْك ٍر‪َ ،‬و ُ‬ ‫الرا ّ‬ ‫َ‬
‫ان ّإلَى يَ ْو ّم‬ ‫س ٍ‬ ‫ص َحابَ ّة أ َ ْج َم ّع ْي َن‪َ ،‬وع َّن التهابّ ّع ْي َن َو َم ْن ت َ ّبعَ ُه ْم بّ ّإ ْح َ‬ ‫َوع َّن ال ه‬
‫‪.‬ال ّ ِّد ْي َن‬
‫ش ِّْر َك َوال ُمش ّْر ّك ْي َن‪َ ،‬ود ّ َِّم ْر‬ ‫س ّل ّم ْي َن‪َ ،‬وأ َ ّذ هل ال ّ‬ ‫س َال َم َوال ُم ْ‬‫اإل ْ‬‫اَلله ُه هم أ َ ّع هز ّ‬
‫س ّل ّم ْي َن‬ ‫سائّ َر بّ َال ّد ال ُم ْ‬‫آمنًا ُم ْط َمئّنًّا َو َ‬ ‫أ َ ْعدَا َء ال ّ ِّد ْي َن‪َ ،‬و َجعَ َل َهذَا البَلَ َد ّ‬
‫ستّ ْق َر َ‬
‫ارنَا‬ ‫علَ ْينَا أ َ ْمنَنَا َو ّإ ْي َمانَنَا َوا ْ‬ ‫احفَ ْظ َ‬ ‫ب العَالَ ّم ْي َن‪ ،‬الله ُه هم ْ‬ ‫عَا َمةً يَا َر ه‬
‫آمنها ّفي‬ ‫ص ّلحْ ُو َالةَ أ ُ ُم ْو ّرنَا‪ ،‬اَلله ُه هم ّ‬ ‫س ْل َطانَنَا َوأ َ ْ‬‫ص ّلحْ ُ‬ ‫ّفي أ َ ْو َطا ّننَا َوأ َ ْ‬
‫س ّل ّم ْي َن فّي ُك ّ ِّل‬ ‫ص ّلحْ ُو َالةَ أ ُ ُم ْو ّر ال ُم ْ‬ ‫ص ّلحْ ُو َالةَ أ ُ ُم ْو ّرنَا َوأ َ ْ‬‫د َُو ّرنَا َوأ َ ْ‬
‫(ربهنَا‬ ‫ب‪َ ،‬‬ ‫َاج ٍل قَ ّر ْي ٍ‬
‫ش هد ّة ّبفَ َرجّ ع ّ‬ ‫ق َوال ّ ِّ‬ ‫ض ْي ّ‬‫َان َوأ َ ْخ ّر ْج ُه ْم ّم ْن َهذَا ال ه‬ ‫َمك ٍ‬
‫‪(.‬تَقَبه ْل ّمنها ّإنه َك أ َ ْنتَ ال ه‬
‫س ّمي ُع ا ْلعَ ّلي ُم‬

‫اء ذّي ا ْلقُ ْربَى‬ ‫ان َو ّإيت َ ّ‬ ‫س ّ‬ ‫َّللاَ يَأ ْ ُم ُر ّبا ْلعَ ْد ّل َو ّ‬
‫اإل ْح َ‬ ‫ّعبَا َد هللا‪( ،‬إّ هن ه‬
‫ون)‪،‬‬ ‫ظ ُك ْم لَعَله ُك ْم تَذَك ُهر َ‬ ‫َاء َوا ْل ُمنك َّر َوا ْلبَ ْغي ّ يَ ّع ُ‬
‫َويَ ْن َهى ع َْن ا ْلفَ ْحش ّ‬
‫ضوا اِل َ ْي َم َ‬
‫ان بَ ْع َد )‬ ‫َّللاّ إّذَا عَا َه ْدت ُ ْم َوال تَنقُ ُ‬ ‫َوأ َ ْوفُوا بّعَ ْه ّد ه‬
‫ون)‪،‬‬ ‫َّللاَ يَ ْعلَ ُم َما ت َ ْفعَلُ َ‬
‫علَ ْي ُك ْم َك ّفيالً إّ هن ه‬ ‫ت َ ْو ّكي ّد َها َوقَ ْد َجعَ ْلت ُ ْم ه‬
‫َّللاَ َ‬
‫علَى نّعَ ّم ّه يَ ّز ْد ُك ْم‪َ ،‬ولَ ّذ ْك ُر هللاّ أ َ ْكبَ َر‪،‬‬ ‫شك ُُر ْوهُ َ‬‫فَ ْذك ُُر ْوا هللاَ يَ ْذك ُْر ُك ْم‪َ ،‬وا ْ‬
‫صنَعُ ْو َن‬ ‫‪.‬وهللاُ يَ ْعلَ ُم َما ت َ ْ‬
‫َ‬
‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬
‫‪Artikel www.KhotbahJumat.com‬‬

Anda mungkin juga menyukai