Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Wedamu
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Tolaki
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tgl penerimaan : 14 September 2016
Rumah Sakit : Bahteramas
Rekam Medik : 46 38 84
Dokter Muda Pemeriksa : Muhammad Fajrianto, S. Ked

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : bercak putih pada mata kanan
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan penglihatan menurun pada mata kanan.
Keluhan ini semakin lama semakin memburuk disertai keluhan nyeri.
Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya bercak putih pada matanya
kurang lebih sejak ± 9 bulan yang lalu. Saat ini menyangkal adanya
keluhan mata berair terus menerus, pegel, mata merah, belekan, gatal.
Pasien menyangkal adanya keluhan pusing, mual/muntah.

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Riwayat diabetes melitus disangkal
 Riwayat hipertensi tidak ada
 Riwayat alergi tidak ada
 Riwayat melakukan operasi pada mata (-)

1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang, gizi baik, compos mentis
Tanda vital
1. Tekanan darah : 130/80 mmHg
2. Nadi : 78 kali/menit
3. Pernapasan : 20 kali/menit

IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI


A. Inspeksi
No. Pemeriksaan OS OD
1. Palpebra Edema (-) Edema (-)
2. App. Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
3. Silia Sekret (-) Sekret (-)
4. Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)
5. Bola mata Ke segala arah Ke segala arah
Mekanisme
6.
muscular
Kornea Jernih Ulkus (+), center (+)
ukuran ±1-2 mm, sudah
terjadi
7. penyembuhan,disertai
perforasi di paracentral
tengah dengan warna
kehitaman
8. Bilik mata depan Normal Dangkal
Iris Coklat Coklat, keluar (+),
9.
menonjol di kornea
10. Pupil Bulat, sentral,RC (+) Bulat (-), RC (-)
11. Lensa Jernih Jernih

2
B. Palpasi
No. Pemeriksaan OS OD
1. Tensi Okuler Normal Normal
2. Nyeri Tekan (-) (-)
3. Massa Tumor (-) (-)
4. Glandula periaurikuler (-) (-)

C. Tonometri : Tidak dilakukan pemeriksaan


D. Visus :VOD=6/30
VOS= 0
E. Campus Visual : Tidak dilakukan pemeriksaan
F. Color sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
G. Light sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
H. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OS OD
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+), mixed
injection (+)
Kornea Jernih Ulkus (+), central (+)
ukuran ±1-2 mm, sudah
terjadi
penyembuhan,disertai
perforasi di paracentral
tengah dengan warna
kehitaman
Bilik mata depan Normal Dangkal
Iris Coklat Coklat, keluar (+)
Pupil Bulat, sentral, Refleks Bulat (-), Refleks cahaya
cahaya (+) (-), tertarik ke arah
adhesi.
Lensa Jernih Jernih

3
I. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
J. Tes Fluorescein : Tidak dilakukan pemeriksaan
K. USG B-Scan : Tidak dilakukan pemeriksaan
L. Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan

V. Resume
Pasien perempuan, 64 tahun datang ke poli RSUB dengan keluhan
penglihatan menurun pada mata kanan. Keluhan ini semakin lama semakin
memburuk disertai keluhan nyeri. Selain itu pasien juga mengeluhkan
adanya bercak putih pada matanya kurang lebih sejak ± 9 bulan yang lalu.
Saat ini menyangkal adanya keluhan mata berair terus menerus, pegel, mata
merah, belekan, gatal. Pasien menyangkal adanya keluhan pusing,
mual/muntah.
Pada inspeksi oftalmologi, OD palpebra edema (-), silia sekret (-),
konjungtiva hiperemis, mixed injeksi (+), pada kornea terdapat ulkus (+)
ukuran ± 1-2 mm, sudah terjadi penyembuhan disertai perforasi di
paracentral berwarna kehitaman, bilik mata depan dangkal, iris OD
berwarna cokelat keluar, menonjol, pupil tertarik ke arah adhesi, refleks
cahaya (-) dan detail lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan visus
didapatkan VOD = 6/30 dan VOS = 0.
VI. Diagnosis
Leukoma Kornea Okuli Dextra
VII. Penatalaksanaan
- Topikal: tetes mata Cendo lyteers 3x1 gtt OD

VIII. Anjuran Pemeriksaan


- Kultur bakteri
- KOH
- Tes Sensitivitas

4
IX. Prognosis
Dubia et malam

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Anatomi Kornea


Kornea (Latin, cornum = seperti tanduk) membentuk bagian anterior bola
mata merupakan jaringan transparan dan avaskular, mempunyai peranan dalam
refraksi cahaya. Indeks refraksi korna adalah 1,377 dan kekuatan refraksi sebesar
43 Dioptri, merupakan 70% dari kekuatan refraksi mata.
Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter
horizontal rata-rata 11,5-11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter vertikal
sedangkan permukaan posterior berbentuk sirkuler dengan diameter 11,7 mm.
Pada orang dewasa ketebalan kornea bervariasi dengan rata-rata 0,65 – 1 mm di
bagian perifer dan 0,55 mm di bagian tengah. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan kurvatur antara permukaan anterior dan posterior kornea. Radius
kurvatur anterior kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius kurvatur permukaan
posterior rata-rata 6,5 – 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada bagian perifer,
namun pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal dan superior lebih datar
dibanding bagian temporal dan inferior. Luas permukaan luar kornea kira-kira 1,3
cm 2 atau 1/14 dari total area bola mata (Wong & Tien Yin, 2001; Karesh J. W.,
2003).

6
II. 2 Histologi Kornea
Secara histologis kornea terdiri atas 5 lapisan, yaitu :
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran Descemet
5. Endotelium

1. Epitel
Tebalnya 50 μm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal
sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel
sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom
dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa
yang merupakan barrier.
Terdapat dua fungsi utama epitel: (1) membentuk barier antara dunia luar
dengan stroma kornea dan (2) membentuk permukaan refraksi yang mulus pada
kornea dalam interaksinya dengan tear film. Barier dibentuk ketika sel-sel epitel
bergerak dari lapisan basal ke permukaan kornea, secara progresif berdiferensiasi

7
hingga sel-sel superfisial membentuk dua lapisan sel tipis yang melingkar yang
dihubungkan oleh tight junction (zonula okluden), merupakan membran yang
bersifat semipermiabel dan resistensi tinggi. Barier ini mencegah masuknya cairan
dari tear film ke stroma dan juga melindungi struktur kornea dan intraokuler dari
infeksi oleh patogen. Mikrovili pada hampir seluruh permukaan superfisial sel-sel
epitel dilindungi oleh glikokaliks sehingga dapat berinteraksi dengan lapisan
musin tear film agar permukaan kornea tetap licin. Berbagai proses metabolik,
biokemikal dan fisikal tampaknya mempunyai tujuan primer mempertahankan
keadaan lapisan sel epitel yang berfungsi sebagai barier dan agar permukaan
kornea tetap licin. Permukaan kornea yang licin berperan penting dalam
terbentuknya penglihatan yang jelas (Watsky M. A. & Olsen T. W., 2003).
2. Membrana Bowman
Membrana Bowman merupakan lapisan superfisial pada stroma, yang
berfungsi sebagai barier terhadap stroma. Kepadatan lapisan Bowman
menghalangi penyebaran infeksi ke dalam stroma yang lebih dalam. Lapisan ini
tidak dapat beregenerasi sehingga bila terjadi trauma akan diganti dengan jaringan
parut (Edelhauser H. F, 2005; Oyster, Clyde W., 1999).
3. Stroma
Stroma tersusun atas matriks ekstraselular seperti kolagen dan
proteoglikan. Matriks ekstraselular ini memegang peranan penting dalam struktur
dan fungsi kornea. Stroma terdiri atas kolagen yang diproduksi oleh keratosit dan
lamella kolagen. Karena ukuran dan bentuknya seragam menghasilkan keteraturan
yang membuat kornea menjadi transparan. Serat-serat kolagen tersusun seperti
lattice (kisi¬-kisi), pola ini berfungsi untuk mengurangi hamburan cahaya
(Edelhauser H. F, 2005; Liesegang T. J., 2008-2009).
Transparansi juga tergantung kandungan air pada stroma yaitu 70%.
Proteoglikan yang merupakan substansi dasar stroma, memberi sifat hidrofilik
pada stroma. Hidrasi sangat dikontrol oleh barier epitel dan endotel serta pompa
endotel (Watsky M. A. & Olsen T. W., 2003; Liesegang T. J., 2008-2009).

8
4. Membrana Descemet
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Membrana
Descemet bersifat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 μm. Membran ini lebih resisten terhadap trauma dan penyakit, dari pada bagian
lain dari kornea (Edelhauser H. F, 2005; Oyster, Clyde W., 1999).
5. Endotel
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam, tersusun dari
epitel selapis gepeng atau kuboid rendah. Berasal dari mesotelium, bentuk
heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidosom dan zonula okluden. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin
diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai
banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa Natrium yang akan
mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion0ion
klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di stroma akan
diserap oleh endotel sehingga stroma dipertahankan dalam keadaan sedikit
dehidrasi, suatu faktor yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi
kornea.
Dua faktor yang berkontribusi dalam mencegah edema stroma dan
mempertahankan kandungan air tetap pada 70% adalah fungsi barier dan pompa
endotel. Fungsi barier endotel diperankan oleh adanya tight junction diantara sel-
sel endotel (Edelhauser H. F, 2005).
Pompa endotel
Stroma kornea memiliki konsentrasi Na+ 134 mEq/L sedangkan humor
aquous 143 mEq/L. Perbedaan osmolaritas tersebut menyebabkan air berpindah
dari stroma ke humor aquous melalui osmosis. Mekanisme ini diatur oleh pompa
metabolik aktif sel-sel endotel. Pompa metabolik ini dikontrol oleh Na+ / K+
ATPase yang terletak di lateral membrane. Dalam menjalankan fungsinya pompa
endotel tergantung pada oksigen, glukosa, metabolisme karbohidrat dan adenosine
triphosphatase. Keseimbangan antara fungsi barier dan pompa endotel akan
mempertahankan keadaan deturgesensi kornea (Edelhauser H. F, 2005).

9
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan (Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, 2002).
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar
dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya (Eva, P.R. & Whitcher J.P, 2008).

II. 3 Fisiologi Kornea


Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya
yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi
relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel
dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih
berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya

10
menyebabkan edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-
sel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea akan
mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan
langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisialis
untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.

II. 4 Sikatrik Kornea


II. 4. 1. Jenis-Jenis Sikatrik Kornea
Penyembuhan luka pada kornea berupa jaringan parut, baik akibat radang
,maupun trauma
• Jenis :
– Nebula
• Penyembuhan akibat
keratitis superfisialis
• Kerusakan kornea pada m.Bowman
sampai 1/3 stroma
• Pada pemeriksaan, terlihat kabut di
kornea, hanya dapat dilihat di kamar
gelap dengan Slit-lamp dan bantuan kaca pembesar

– Makula
• Penyembuhan akibat ulkus kornea
• Kerusakan kornea pada 1/3 stroma
sampai 2/3 ketebalan stroma
• Pada pemeriksaan, putih di kornea,
dapat dilihat di kamar gelap dengan slit-lamp tanpa bantuan kaca
pembesar

11
– Leukoma
• Penyembuhan akibat ulkus kornea
• Kerusakan kornea lebih dari 2/3
ketebalan stroma
• Kornea tampak putih, dari jauh sudah
kelihatan
Apabila ulkus kornea sampai ke
endotel akan mengakibatkan perforasi, dengan tanda :
o Iris prolaps
o COA dangkal
o TIO menurun
kemudian sembuh menjadi leukoma adheren (leukoma disertai
sinekia anterior)
II.4.2 Patogenesis Leukoma
Selama stadium awal, epitel dan stroma di area yang terinfeksi atau
terkena trauma akan membengkak dan nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama
neutrofil) akan mengelilingi ulkus awal ini dan menyebabkan nekrosis lamella
stroma. Pada beberapa inflamasi yang lebih berat, ulkus yang dalam dan abses
stroma yang lebih dalam dapat bergabung sehingga menyebabkan kornea menipis
dan mengelupaskan stroma yang terinfeksi.
Sejalan dengan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, respon
imun seluler dan humoral digabung dengan terapi antibacterial maka akan terjadi
hambatan replikasi bakteri. Mengikuti proses ini akan terjadi fagositosis organism
dan penyerapan debris tanpa destruksi selanjutnya dari kolagen stroma. Selama
stase ini, garis batas terlihat pada epitel ulkus dan infiltrate stroma berkonsolidasi
dan tepinya tumpul. Vaskularisasi kornea bisa terjadi jika keratitis menjadi kronis.
Pada stase penyembuhan, epithelium berganti mulai dari area tengah ulserasi dan
stroma yang nekrosis diganti dengan jaringan parut yang diproduksi fibroblast.
Fibroblast adalah bentuk lain dari histiosit dan keratosit. Daerah kornea yang
menipis diganti dengan jaringan fibrous. Pertumbuhan pembuluh darah baru
langsung di area ulserasi akan mendistribusikan komponen imun seluler dan

12
humoral untuk penyembuhan lebih lanjut. Lapisan Bowman tidak beregenerasi
tetapi diganti dengan jaringan fibrous. Epitel baru akan mengganti dasar yang
ireguler dan vaskularisasi sedikit demi sedikit menghilang.
Pada beberapa ulkus yang berat, keratolisis stroma dapat berkembang
menjadi perforasi kornea. Pembuluh darah uvea dapat berperan pada perforasi
yang nantinya akan menyebabkan sikatrik kornea. Sikatrik yang terjadi setelah
keratitis sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrikyang tipis sekali yang hanya dapat
dilihat dengan slit lamp disebut nebula.Sedangkan sikatrik yang agak tebal dan
dapat kita lihat menggunakan senterdisebut makula. Sikatrik yang tebal sekali
disebut leukoma. Nebula yang difuse,yang terdapat pada daerah pupil lebih
mengganggu daripada leukoma yang kecilyang tidak menutupi daerah pupil.Hal
ini disebabkan karena leukoma menghambat semua cahaya yang
masuk,sedangkan nebula membias secara ireguler, sehingga cahaya yang jatuh di
retinajuga terpencar dan gambaran akan menjadi kabur sekali.

Sampai ke
Agen penyebab Cedera kornea Mulai dari epitel
lapisan endotel

Kerusakan
Inflamasi Nyeri kornea Sikatrik kornea
(ulserasi)

Diagram Patogenesis Leukoma

II.4.3 Penatalaksanaan
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,
kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta
memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

13
Gambar 14. Keratoplasti

II.4.4 Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang
sangat buruk bagi mata.
 Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
 Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa
menutupsempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai
danmerawat lensa tersebut.

14
BAB III

DISKUSI

Pasien perempuan, 64 tahun berkerja sebagai ibu rumah tangga dan tinggal
di Unahaa, datang ke poli RSUB dengan keluhan penglihatan menurun pada mata
kanan. Keluhan ini semakin lama semakin memburuk disertai keluhan nyeri.
Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya bercak putih pada matanya kurang
lebih sejak ± 9 bulan yang lalu.
Penderita menyangkal adanya keluhan mata berair terus menerus, pegel,
mata merah, belekan, gatal. Pasien menyangkal adanya keluhan pusing,
mual/muntah.
Berdasarkan keluhan utama dari penderita, yaitu adanya penurunan
penglihatan disertai dengan riwayat nyeri dan mata merah, maka dapat dipikirkan
kemungkinan adanya ulkus kornea, keratitis, glaukoma akut dan uveitis anterior.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien mengeluh mata kanan tidak
bisa melihat, putih berbayang dan riwayat nyeri. Keluhan ini terjadi secara
bertahap selama 9 minggu yang semakin lama semakin berat. Penderita juga
mengeluh adanya timbulnya bintik putih pada mata. Diagnosis yang sangat
memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus kornea dan keratitis.
Kemungkinan diagnosis glaukoma akut dapat disingkirkan karena pada
penderita ini tidak ada riwayat penurunan penglihatan dengan tiba-tiba dan nyeri
kepala hebat, mual dan muntah yang menyertainya, ataupun keluhan adanya
penglihatan pelangi atau halo ketika melihat lampu.
Kemungkinan uveitis anterior sebagai diagnosis utama pada pasien ini juga
dapat disingkirkan karena pada penderita ini ditemukan adanya infiltrat dan
gambaran tukak di kornea yang menunjukkan bahwa ini adalah bukan suatu murni
uveitis anterior. Kelainan pada kornea seperti ini menunjukkan adanya suatu
inflamasi dan infeksi pada kornea. Kemungkinan uveitis anterior sebagai
komplikasi diagnosis utama dapat dipertimbangkan karena infeksi pada kornea
dapat menyebar ke uvea anterior.

15
Pada inspeksi oftalmologi, OD palpebra edema (-), silia sekret (-),
konjungtiva hiperemis, mixed injeksi (+), pada kornea terdapat ulkus (+) ukuran ±
1-2 mm, sudah terjadi penyembuhan disertai perforasi di paracentral berwarna
kehitaman, bilik mata depan dangkal, iris OD berwarna cokelat keluar, menonjol,
pupil tertarik ke arah adhesi, refleks cahaya (-) dan detail lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD = 6/30 dan VOS = 0.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien ini, didapatkan gejala dari ulkus
kornea tipe leukoma. Leukoma adalah kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan
stroma, Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan. Pada pasien ini
didapatkan visus oculli dextra 6/30. Hal ini dikarenakan adanya laukoma yang
menutupi media refraksi sehingga menghalangi penglihatan pasien.
Diagnosis sikatriks kornea ini dapat ditegakkan karena ditemukan adanya
penurunan visus disertai dengan bercak putih yang menutupi pupil mata kanan
pasien.
Prognosis penderita ini, quo ad vitam bonam, karena tanda-tanda vitalnya
masih dalam batas normal, sedangkan quo ad functionam dubia ad malam karena
walaupun dengan pengobatan yang tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh,
namun meninggalkan bekas berupa sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan
tajam penglihatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section
8, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.179-92
Boles, SF, MD. Lens Complication & Management QEI Winter 2009 Newsletter.
Citied on August 9 th, 2011
Edelhauser HF. The cornea and the sclera, chapter 4 in Adlers Physiology of The
eye Clinical'Aplication. 10 th ed. St.louis, Missouri, Mosby, 2005 : 47-103
Eva PR, Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, eds. General Ophtalmology
17th ed. USA Appleton Lange; 2008. p. 126-49
Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan Turun Mendadak. In: Ilyas S. Ilmu
Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.147-67
Karesh, JW. Topografic anatomy of the eye, In: Duane's Clinical
Ophthalmology. (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins. USA :
2003
Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2000. New York: Thieme. P. 117-44
Liesegang TJ,Deutsch TA. External Disease and Cornea. Section 8, AAO, San
Fransisco, 2008-2009: 181 – 9
Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.
Citied on August 9, 2011. Avaible from:
http://www.emedicine.com/emerg/topic 115.htm
Oyster, Clyde W. The Human Eye, Structure and Function. Sunderland,
Massachussetts, 1999 : 325-350
Watsky MA, Olsen TW., Cornea and Sclera, In: Duane’s Clinical Ophthalmology,
(two volume, chapter four), (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins.
USA : 2003
Wong, Tien Yin, The Cornea in The Ophthalmology Examination Review.
Singapore, World Scientific 2001 : 89 – 90

17

Anda mungkin juga menyukai