Anda di halaman 1dari 12

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (2) 2017, 141 – 152

Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Makanan


Pendamping ASI Dini

Eko Heryanto
Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma’arif Baturaja
Email: ekoheryanto@ymail.com

ABSTRAK

Kejadian infeksi saluran pencernaan dan pernafasan merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian
bayi di Indonesia yang disebabkan oleh pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini. Pemberian MPASI
dini pada bayi dengan ASI parsial lebih beresiko terserang diare, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi
dengan ASI predominan. Data yang diambil tahun 2016 di Desa Negeri Agung tercatat kasus bayi sudah di beri
MPASI yaitu sebesar 42 bayi (45,65%) dari 92 bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemberian MPASI dini. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan
populasi seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan di Desa Negeri Agung pada periode Januari –
Maret 2017 yang berjumlah 51 orang. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square. Data penelitian
menunjukkan sebanyak 5,1% responden memberikan MPASI dini kepada bayinya, 51% responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang MPASI, 62,7% responden dengan kecukupan ASI, 52,9% responden dengan
kategori tidak bekerja dan sebanyak 54,9% responden mendapatkan dukungan dari keluarga. Hasil analisis
menunjukkan korelasi antara pemberian MPASI dini dengan pengetahuan (p value 0,017), kecukupan ASI (p
value 0,001), pekerjaan (p value 0,001) dan dukungan keluarga (p value 0,001). Petugas kesehatan dapat
meningkatkan perhatian ibu menyusui terhadap pemberian ASI ekslusif dengan memberikan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan mengenai manfaat dan pentingnya ASI ekslusif.

Kata Kunci: Pengetahuan, Kecukupan ASI, pekerjaan, Dukungan Keluarga, MPASI Dini

RELATED FACTORS WITH PROVIDING EARLY WEANING FOOD

ABSTRACT

The occurrence of gastrointestinal and respiratory infections caused by early early weaning food (MPASI) is one
factor of the high infant mortality rate in Indonesia. The administration of early MPASI in infants with partial
breast milk is more at risk for diarrhea, influenza, and fever than infants with predominant breast milk. Data
taken in 2016 in the village of Negeri Agung recorded cases of infants have been given MPASI that amounted to
42 babies (45.65%) of 92 babies. This study aims to determine the factors associated with the provision of early
MPASI. This study is a cross sectional study with a population of all mothers who have babies aged 7-12 months
in Desa Negeri Agung in period January - March 2017 which amounted to 51 people. Statistical analysis used
was chi square test. The data showed that 5.1% of respondents gave early MPASI to their babies, 51% of
respondents had good knowledge about MPASI, 62.7% of respondents were sufficiently breastfeed, 52.9% of
respondents were not working and 54.9% get support from family. The result of analysis showed correlation
between early MPASI with knowledge (p value 0,017), breastfeed sufficiency (p value 0,000), occupation (p
value 0,001) and family support (p value 0,000). Healthcare officer may increase attention of breastfeeding
mothers to exclusive breastfeeding by providing education or health education on the benefits and importance of
exclusive breastfeeding.

Keywords: Knowledge, Breastfeeding Sufficiency, Occupation, Family Support, Early Weaning Food

How to Cite: Heryanto, Eko. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. 2 (2), 141 – 152.

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 142
Eko Heryanto

PENDAHULUAN Data yang diambil dari Dinas Kesehatan


Kabupaten OKU Selatan tahun 2014 bayi
Usia 0 - 24 bulan merupakan masa
yang sudah diberikan MP-ASI dini sebesar
pertumbuhan dan perkembangan yang
4.776 bayi (42,78%) dari 11.164 bayi,
pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai
kemudian pada tahun 2015 bayi yang
periode emas sekaligus periode kritis.
sudah diberikan MP-ASI dini menjadi
Periode emas dapat diwujudkan apabila
4.809 bayi (42,93%) dari 11.201 bayi dan
pada masa ini bayi dan anak memperoleh
pada tahun 2016 bayi yang sudah diberikan
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh
MP-ASI dini menjadi sebesar 4.712 bayi
kembang optimal. (Depkes RI, 2010).
(41,89%) dari 11.248 bayi (Dinkes OKU
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Selatan, 2016).
di dalam Global Strategy for Infant and
Berdasarkan data yang diambil dari UPTD
Young Child Feeding, World Health
Puskesmas Buay Sandang Aji tahun 2014
Organization (WHO) merekomendasikan
bayi yang sudah diberikan MP-ASI dini
empat hal penting yang harus dilakukan
sebesar 278 bayi (44,33%) dari 627 bayi,
yaitu; pertama memberikan air susu ibu
pada tahun 2015 menjadi sebesar 264 bayi
kepada bayi segera dalam waktu 30 menit
(43,06%) dari 613 bayi dan pada tahun
setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya
2016 menjadi 281 bayi (44,46%) dari 632
air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI
bayi (Puskesmas Buay Sandang Aji, 2015).
secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berusia 6 bulan, ketiga memberikan Desa Negeri Agung yang merupakan salah
makanan pendamping air susu ibu (MP- satu dari 16 desa yang berada di Wilayah
ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 Kerja UPTD Puskesmas Buay Sandang Aji
bulan, dan keempat meneruskan pemberian pada tahun 2014 bayi yang sudah diberikan
ASI sampai anak berusia 24 bulan atau MP-ASI dini sebesar 51 bayi (46, 78%) dari
lebih (Depkes RI, 2012) 109 bayi, pada tahun 2015 menjadi sebesar
Secara umum praktik pemberian ASI 48 bayi (45,71%) dari 105 bayi dan pada
tahun 2016 Desa Negeri Agung menempati
eksklusif masih rendah dari target
urutan ke 2 dengan kasus bayi sudah di
pencapaian. Hanya 35% bayi di dunia dan
beri MP-ASI yaitu sebesar sebesar 42 bayi
39% di Negara berkembang yang
(45,65%) dari 92 bayi.
mendapatkan ASI eksklusif. Rata-rata
pemberian ASI eksklusif di wilayah Asia Banyak faktor yang berhubungan dengan
Tenggara hanya 45%. UNICEF pemberian MP-ASI dini oleh ibu. Faktor-
menyimpulkan, cakupan ASI eksklusif 6 faktor tersebut meliputi pengetahuan,
bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata kesehatan dan pekerjaan ibu, iklan MP-ASI,
dunia yaitu 38% (Helmi & Lupiana, 2011). petugas kesehatan, budaya dan sosial
ekonomi. Pengetahuan ibu yang masih
Kejadian infeksi saluran pencernaan dan
kurang terhadap manfaat pemberian ASI
pernafasan akibat pemberian MP-ASI dini
eksklusif sangat erat kaitannya dengan
merupakan salah satu penyebab tingginya
pemberian MP-ASI dini. Faktor
angka kematian bayi di Indonesia. Dampak
penghambat keberlanjutan pemberian ASI
negatif dari pemberian MP-ASI dini
adalah pengetahuan dan keyakinan ibu
tersebut sesuai dengan riset yang dilakukan
bahwa bayi tidak akan cukup memperoleh
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
zat gizi jika hanya diberi ASI sampai umur
Gizi dan Makanan diketahui, bayi ASI
6 bulan.
parsial lebih banyak yang terserang diare,
batuk-pilek, dan panas daripada bayi ASI Berdasarkan latar belakang diatas, maka
predominan. peneliti melakukan melakukan penelitian

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 143
Eko Heryanto

dengan tujuan mengkaji faktor-faktor yang Agustus – Oktober 2017 yang berjumlah 51
berhubungan dengan pemberian MPASI. orang. Lokasi penelitian di Desa Negeri
Agung Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
METODE PENELITIAN Buay Sandang Aji Kabupaten OKU
Desain penelitian yang digunakan adalah Selatan. Analisa yang digunakan
desain penelitian Crossectional, dimana menggunakan analisa univariat yaitu
variabel independen dan variabel dependen dilakukan untuk menjelaskan karakteristik
diobservasi sekaligus pada saat yang sama. masing-masing variabel yang diteliti
dengan menggunakan distribusi frekuensi
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan dalam ukuran persentase dan bivariat yaitu
variabel independen adalah pengetahuan Untuk menilai hubungan antara variabel
ibu, pekerjaan ibu, kecukupan ASI dan independen dengan dependen yang
dukungan keluarga, sedangkan yang merupakan kategori maka uji statistik yang
dimaksud dengan variabel dependen adalah digunakan adalah uji chi square, pada
pemberian MP-ASI dini. Populasi tingkat kepercayaan 95%, dan hubungan
penelitian adalah seluruh ibu yang dikatakan bermakna apabila p value ≤ 0.05
mempunyai bayi berusia 7 – 12 bulan. dan tidak ada hubungan yang bermakna jika
Sampel diambil total populasi periode bulan p value > 0.05 (Hastono, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi frekuensi

Variabel Jumlah Persentase

Pemberian MP ASI Dini


Ya 23 45,1
Tidak 28 54,9
Pengetahuan Ibu
Tidak Baik 25 49
Baik 26 51
Kecukupan ASI
Kurang 19 37,3
Cukup 32 62,7
Pekerjaan
Bekerja 24 47,1
Tidak Bekerja 27 52,9
Dukungan Keluarga
Mendukung 28 54,9
Tidak mendukung 23 45,1

Tabel 1. menunjukkan responden yang kategori pengetahuan tidak baik yaitu


bayinya tidak diberikan MP-ASI dini yaitu sebanyak 25 (49%) responden. Kategori
sebanyak 28 (54,9%) lebih besar kecukupan ASI cukup lebih besar 32 (62,
dibandingkan responden yang bayinya 7%) responden dibandingkan responden
sudah diberikan MP-ASI dini sebanyak 23 dengan kategori kecukupan ASI kurang
(45,1%). Sebanya 26 (51%) responden yaitu sebanyak 19 (37, 3%) responden.
dengan kategori pengetahuan baik lebih Kategori pekerjaan tidak bekerja lebih besar
besar dibandingkan responden dengan sebanyak 27 (52, 9%) responden

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 144
Eko Heryanto

dibandingkan responden dengan kategori keluarga mendukung lebih besar


pekerjaan bekerja yaitu sebanyak 24 (47, dibandingkan responden dengan kategori
1%) responden. Dan sebanyak 28 (54,9%) dukungan keluarga tidak mendukung.yaitu
responden dengan kategori dukungan sebanyak 23 (45,1%) responden

Tabel. 2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare


Kejadian Diare
Ya Tidak  % P value
N % N %
Pengetahuan
Baik 16 64 9 36 25 100
0,017
Tidak baik 7 26,9 19 73,1 26 100
Kecukupan ASI
Kurang 17 89,5 2 10,5 19 100
0,000
Cukup 6 18,8 26 81,3 32 100
Pekerjaan
Bekerja 17 70,8 7 29,2 24 100
Tida bekerja 6 22,2 21 77,8 27 100 0,001
Dukungan Keluarga
Mendukung 20 71,8 8 28,6 28 100 0,000
Tidak mendukung 3 13 20 87 23 100

Dari tabel 2. proporsi responden dengan tidak bekerja yang bayinya sudah diberi
pengetahuan kurang yang bayinya sudah MP-ASI dini yaitu 6 (22,2%) responden.
diberi MP-ASI dini sebanyak 16 (64%) Hasil uji statistik chi square diperoleh p
responden, lebih besar dibandingkan value 0,001. Hal ini berarti ada hubungan
dengan proporsi responden dengan yang bermakna antara pekerjaan responden
pengetahuan baik yang bayinya sudah dengan pemberian MP-ASI dini.
diberi MP-ASI dini yaitu 7 (26,9%) Proporsi responden dengan dukungan
responden. Hasil uji statistik chi square keluarga mendukung yang bayinya sudah
diperoleh p value 0,017. Hal ini berarti ada diberi MP-ASI dini sebanyak 20 (71, 4%)
hubungan yang bermakna antara responden, lebih besar dibandingkan
pengetahuan responden dengan pemberian dengan proporsi responden dengan
MP-ASI dini. Proporsi responden dengan dukungan keluarga tidak mendukung yang
kecukupan ASI kurang yang bayinya sudah bayinya sudah diberi MP-ASI dini yaitu 3
diberi MP-ASI dini sebanyak 17 (89, 5%) (13%) responden. Hasil uji statistik chi
responden, lebih besar dibandingkan square diperoleh p value 0,000. Hal ini
dengan proporsi responden dengan berarti ada hubungan yang bermakna antara
kecukupan ASI cukup yang bayinya sudah dukungan keluarga dengan pemberian MP-
diberi MP-ASI dini yaitu 6 (18,8%) ASI dini.
responden. Hasil uji statistik chi square
diperoleh p value 0,000. Hal ini berarti ada Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
hubungan yang bermakna pemberian Pemberian MP-ASI Dini.
kecukupan ASI dengan pemberian MP-ASI
dini. Dari hasil analisa univariat diketahui
sebanyak 26 (51%) responden dengan
Kategori bekerja yang bayinya sudah diberi kategori pengetahuan baik dan sebanyak 25
MP-ASI dini sebanyak 17 (70, 8%) (49%) responden dengan kategori
responden, lebih besar dibandingkan pengetahuan tidak baik. Hasil uji statistik
dengan proporsi responden dengan kategori

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 145
Eko Heryanto

diperoleh p value value 0,017. Hal ini dibandingkan dengan ibu yang
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna pengetahuannya kurang. Responden dengan
antara pengetahuan responden dengan pengetahuan baik, sudah memahami bahwa
pemberian MP-ASI dini. bayi di bawah umur 6 bulan belum boleh
diberikan makanan lain selain ASI
Pengetahuan adalah hasil penginderaan
dikarenakan pencernaannya belum siap.
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
Semakin baik pengetahuan responden maka
suatu objek melalui indera yang dimilikinya
cenderung untuk tidak memberikan MP-
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
ASI dini. Namun dalam penelitian ini
Dengan sendirinya, pada waktu
ditemukan juga responden dengan
penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan baik yang memberikan MP-
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
ASI dini kepada bayinya. Dalam hal ini
oleh intensitas perhatian dan persepsi
pengetahuan yang didapat responden hanya
terhadap objek. Sebagian besar
sebatas tahu tentang MP-ASI dini, tetapi
pengetahuan seseorang diperoleh melalui
tidak dipraktikkan dalam tindakan nyata.
indera pendengaran (telinga), dan indera
Ini banyak terjadi pada responden dengan
penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
usia muda yang belum mempunyai banyak
terhadap objek mempunyai intensitas atau
pengalaman dalam merawat bayi. Meskipun
tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
mereka tahu tentang MP-ASI dini, namun
2012).
dalam tindakan masih dipengaruhi orang
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran tua yang dianggap lebih berpengalaman.
manusia sebagai hasil penggunaan panca
Selanjutnya berdasarkan pengakuan
inderanya. Pengetahuan juga merupakan
responden dengan kategori pengetahuan
hasil mengingat suatu hal, termasuk
kurang alasan mereka sudah memberikan
mengingat kembali kejadian yang pernah
MP-ASI pada bayi sejak usia di bawah
dialami baik secara sengaja maupun tidak
enam bulan dikarenakan kurang
disengaja dan ini terjadi setelah orang
memahami pengetahuan tentang MP-ASI.
melakukan kontak atau pengamatan
Responden mengenalkan makanan
terhadap suatu objek tertentu (Mubarok,
tambahan seperti susu formula dan
2009).
makanan lunak kurang dari 6 bulan agar
Sejalan dengan hasil penelitian anaknya kenyang dan tertidur pulas, jika
Kumalasari, dkk (2015) tentang faktor- anak diberi makan pisang sewaktu berumur
faktor yang berhubungan dengan pemberian 2 bulan agar anak tidak rewel dan lebih
makanan pendamping ASI dini di wilayah tenang, berat badan anak akan bertambah
binaan Puskesmas Sidomulyo Pekan Baru dan lebih cepat besar. Hal ini disebabkan
didapatkan hasil bahwa ibu yang memiliki karena ketidaktahuan ibu tentang manfaat
tingkat pengetahuan dalam kategori “tidak dan cara pemberian MP-ASI yang benar
baik” memiliki risiko sebesar 2,425 kali dan kebiasaan pemberian MP-ASI yang
untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi tidak tepat. Hal lain yang berhubungan
usia <6 bulan. Pengetahuan ibu yang masih dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi
kurang terhadap manfaat pemberian ASI di Desa Negeri Agung ialah sikap ibu
eksklusif sangat erat kaitannya dengan terhadap pemberian MP-ASI tersebut,
pemberian MP-ASI dini. dimana sikap ibu menganggap bahwa
Dalam penelitian ini menunjukkan adanya pemberian MP-ASI merupakan hal yang
hubungan yang bermakna antara tidak perlu dikhawatirkan, dan merupakan
pengetahuan dengan pemberian MP-ASI, suatu faktor kebiasaan masyarakat
dimana ibu dengan pengetahuan yang baik setempat, bahwa bayi di bawah usia enam
cenderung tidak memberikan MP-ASI bulan sudah bisa diberikan makanan

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 146
Eko Heryanto

pendampin MP-ASI atau menu makanan kelenjar hipofise anterior yang ada yang
keluarga. berada di dasar otak. Bila bayi mengisap
ASI maka ASI akan dikeluarkan dari
Oleh karena itu, apabila pengetahuan
gudang ASI yang disebut sinus laktiferus.
tentang pemberian MP-ASI ditingkatkan,
Proses pengisapan akan merangsang ujung
maka kecenderungan untuk tidak
saraf disekitar payudara untuk membawa
memberikan MP-ASI dini pada bayi dapat
pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk
juga tercapai secara optimal. Diharapkan
memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin
kepada petugas kesehatan untuk
kemudian akan dialirkan ke kelenjar
meningkatkan frekuensi dan kualitas
payudara untuk merangsang pembuatan
programnya melalui berbagai metode, di
ASI. Hal ini disebut dengan refleks
antaranya seperti meningkatkan pembuatan
pembentukan ASI atau refleks prolaktin
leaflet yang memuat informasi yang
(Roesli, 2010).
lengkap tentang kapan waktu yang tepat
untuk memberikan MP-ASI. Tingkat Pada minggu bulan terakhir kehamilan,
keseringan mendapatkan informasi akan kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
meningkatkan pengetahuan seluruh menghasilkan ASI. Apabila tidak ada
masyarakat. kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari
Hubungan Kecukupan ASI dengan dan jumlah akan terus bertambah sehingga
Pemberian MP-ASI Dini mencapai 400-450 ml pada waktu mencapai
Dari hasil analisa univariat diketahui usia minggu kedua. Dalam keadaan
sebanyak 32 (62,7%) responden dengan produksi ASI telah normal volume susu
kategori kecukupan ASI cukup dan terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5
sebanyak 19 (37,3%) responden dengan menit pertama pengisapan oleh bayi
kategori kecukupan ASI kurang. Hasil uji biasanya berlangsung selama 15-25 menit
statistik diperoleh p value 0,000. Hal ini (Hubertin, 2014).
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna Pada hari-hari pertama setelah kelahiran
antara kecukupan ASI dengan pemberian apabila bayi dibiarkan menyusu sesuai
MP-ASI dini. keinginannya dan tidak diberikan cairan
Produksi ASI adalah proses terjadinya lain maka akan dihasilkan secara bertahap
pengeluaran air susu dimulai atau 10–100 ml ASI per hari. Produksi ASI akan
dirangsang oleh isapan mulut bayi pada optimal setelah hari 10-14. Bayi sehat akan
puting susu ibu. Gerakan tersebut mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari.
merangsang kelenjar Pictuitary Anterior Setelah 6 bulan pertama produksi ASI akan
untuk memproduksi sejumlah prolaktin, menurun menjadi 400-700 ml sehingga
hormon utama yang mengandalkan diperlukan makanan pendamping ASI.
pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya sekitar
air susu juga tergantung pada Let Down 300-500 ml sehingga makanan padat
Replex, dimana hisapan puting dapat menjadi makanan utama.
merangsang kelenjar Pictuitary Posterior Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan
untuk menghasilkan hormon oksitolesin, pemberian ASI. Menyusui paling baik
yang dapat merangsang serabut otot halus dilakukan sesuai permintaan bayi (on
di dalam dinding saluran susu agar demand) termasuk pada malam hari,
membiarkan susu dapat mengalir secara minimal 8 kali per hari. Produksi ASI
lancer (Roesli, 2012). sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi
Produksi ASI merupakan hasil menyusu. Makin jarang bayi disusui
perangsangan payudara oleh hormon biasanya produksi ASI akan berkurang
prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh (Arifin, 2011).

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 147
Eko Heryanto

Sejalan dengan hasil penelitian yang telah Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian
dilakukan oleh Sulastri (2014) di Kelurahan MP-ASI Dini.
Sine Sragen dimana dari 80 responden Dari hasil analisa univariat diketahui
terdapat 2,5% pemberian MP-ASI tepat sebanyak 27 (52,9%) responden dengan
waktu dan 97,5% pemberian MP-ASI dini. kategori pekerjaan tidak bekerja dan
Hal ini menunjukkan bahwa produksi ASI sebanyak 24 (47,1%) responden dengan
mempengaruhi pemberian MP-ASI dini kategori pekerjaan bekerja. Hasil uji
pada bayi. statistik diperoleh p value 0,001. Hal ini
Dalam penelitian ini masih ditemukan berarti bahwa ada hubungan yang bermakna
responden dengan kecukupan ASI cukup, antara dukungan keluarga dengan
namun sudah memberikan MP-ASI dini pemberian MP-ASI dini.
kepada bayinya. Hal ini disebabkan karena Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan
ibu melakukan persalinan dibantu oleh seseorang setiap hari dalam menjalani
dukun bayi. Penolong persalinan non-nakes kehidupannya. Faktor pekerjaan adalah
(seperti dukun beranak) menganjurkan faktor yang berhubungan dengan aktivitas
memberikan makana lain selain ASI berupa ibu setiap harinya untuk memperoleh
madu dan pisang. penghasilan guna memenuhi kebutuhan
Sedangkan pada responden dengan hidupnya yang menjadi alasan pemberian
kecukupan ASI kurang, menurut hasil makanan tambahan pada bayi usia kurang
wawancara diperoleh informasi bahwa dari enam bulan. Pekerjaan ibu bisa saja
masih ada ibu-ibu yang memberikan dilakukan di rumah, di tempat kerja baik
makanan tambahan bagi bayi di usia kurang yang dekat maupun jauh dari rumah. Ibu
dari 6 bulan dengan alasan karena produksi yang belum bekerja sering memberikan
ASI kurang dan bayi menangis. Dalam makanan tambahan dini dengan alasan
pikiran ibu, bayi yang terus menangis melatih atau mencoba agar pada waktu ibu
dianggap lapar sementara ASI tidak cukup, mulai bekerja bayi sudah terbiasa. Status
sehingga mereka terpaksa memberikan pekerjaan yang semakin baik dan sosial
makanan tambahan untuk memenuhi ekonomi keluarga yang meningkat
kebutuhan bayi. Jenis MP-ASI yang menyebabkan ibu mudah untuk
diberikan selain susu formula yaitu berupa memberikan susu formula dan MP-ASI
pisang, bubur instant dan bubur yang dibuat pada anak (Mubarak, 2009).
sendiri. Selain itu responden juga Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang
mengungkapkan bahwa anaknya menolak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk menyusu pada ibu karena kesulitan yang berpengaruh terhadap orang lain dan
mencari puting ibunya, karena puting ibu kegiatan yang dilakukan orang tua bersifat
yang tidak menonjol, yang membuat menghasilkan uang sehingga pendapatan
keluarnya ASI tidak lancar. keluarga dapat memadai kebutuhan anak
Untuk itu hendaknya tenaga kesehatan guna pertumbuhan dan perkembangan anak
(bidan) diharapkan lebih sering (Irawati, 2014).
memberikan informasi kepada ibu-ibu Sejalannya dengan arus modernisasi saat ini
menyusui tentang bagaimana meningkatkan dimana partisipasi angkatan kerja wanita,
produksi ASI yaitu dengan mengkonsumsi baik di sektor formal maupun informal
makanan sayuran hijau seperti daun katuk, cenderung meningkat, hal tersebut yang
daun pepaya, bayam, buncis, jagung dan menjadikan salah satu kendala bagi ibu-ibu
kacang. Dapat juga dengan meminum untuk memberikan ASI eksklusif. Turut
vitamin pelancar ASI, susu ibu hamil dan sertanya ibu dalam mencari nafkah untuk
memperbanyak konsumsi air putih. memenuhi kebutuhan hidup keluarganya,

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 148
Eko Heryanto

khususnya ibu yang masih menyusui kemudian menyimpannya di dalam kulkas


menyebabkan bayinya tidak dapat disusui sehingga bayinya tetap mendapatkan ASI
dengan baik dan teratur. Hal yang membuat eksklusif walaupun ibu sedang tidak berada
ibu memberhentikan pemberian ASI di samping sang bayi. Jadi, alasan ibu
eksklusif adalah singkatnya masa cuti bekerja bukan merupakan alasan untuk ibu
hamil/melahirkan yang mengharuskan ibu memberikan MP-ASI dini kepada bayinya.
kembali bekerja sehingga mengganggu
upaya pemberian ASI eksklusif selama Hubungan Dukungan Keluarga dengan
enam bulan. Bagi ibu yang sering keluar Pemberian MP-ASI.
rumah baik dikarenakan bekerja ataupun Dari hasil analisa diketahui sebanyak 28
karena kegiatan sosial menjadikan ibu lebih (54,9%) responden dengan kategori
sering memberikan susu formula dukungan keluarga mendukung dan
dibandingkan memberikan ASI sebanyak 24 (45,1%) responden dengan
(Mulyaningsih, 2010). kategori dukungan keluarga tidak
Sejalan dengan hasil penelitian Pernanda mendukung. Hasil uji statistik diperoleh p
(2010) tentang hubungan pekerjaan dengan value 0,000. Hal ini berarti bahwa ada
MP-ASI dini, didapatkan hasil bahwa hubungan yang bermakna antara dukungan
terdapat hubungan antara pekerjaan dengan keluarga dengan pemberian MP-ASI dini.
pemberian MP-ASI dini dimana proporsi Sesuai teori Bussard dan Ball (1966) dalam
ibu-ibu yang bekerja sebesar (40.2%) Friedman (2010) keluarga merupakan
memiliki proporsi MP-ASI dini lebih tinggi lingkungan sosial yang sangat dekat
dibandingkan proporsi ibu-ibu yang tidak hubungannya dengan seseorang. Di
bekerja (50,9%) dengan nilai p < 0,05. keluarga itu seseorang dibesarkan,
Dalam penelitian ini, umumnya responden bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan
bekerja sebagai petani dengan waktu kerja yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola
mulai dari pagi sampai tengah hari, pemikiran, dan kebiasannya dan berfungsi
terkadang sampai sore hari. Para ibu sebagai saksi segenap budaya luar, dan
menyusui yang bekerja merasa sangat mediasi hubungan anak dengan
kesulitan membagi waktu untuk lingkungannya.
memberikan ASI secara Eksklusif kepada Dukungan keluarga merupakan suatu
bayinya sehingga sebagai alternatif agar proses yang terjadi sepanjang masa
bayinya tetap terpenuhi kebutuhannya para kehidupan, sifat dan jenis dukungan
ibu mulai memberikan MP-ASI seperti susu berbeda-beda pada setiap tahap siklus
formula kepada bayinya ketika mereka kehidupan. Setiap anggota keluarga
berada di luar rumah. Padahal sebenarnya, mempunyai struktur peran formal dan
walaupun ibu sibuk dalam pekerjaannya, informal, misalnya ayah mempunyai peran
pemberian ASI eksklusif kepada bayi masih formal sebagai kepala keluarga dan pencari
bisa dilakukan yaitu dengan cara memompa nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai
atau memerah ASI dan selanjutnya ASI panutan dan pelindung keluarga. Struktur
disimpan untuk diberikan kepada bayinya. keluarga meliputi kemampuan
Selain itu hal ini juga didukung dengan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling
banyaknya iklan ditelevisi tentang susu berbagi, kemampuan sistem pendukung di
formula yang menawarkan berbagai macam antara anggota keluarga, kemampuan
keunggulan yang dapat dirasakan pada bayi. perawatan diri dan kemampuan
Sebagai solusi dari kondisi tersebut, menyelesaikan masalah. Menurut Bugges
petugas kesehatan sebaiknya memberikan dalam Friedman (2004) keluarga terdiri dari
konseling kepada para ibu menyusui yang orang-orang yang disatukan oleh ikatan
bekerja tersebut untuk dapat memerah ASI perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 149
Eko Heryanto

anggota sebuah keluarga biasanya hidup (dukungan keluarga) dengan variabel


bersama-sama dalam satu rumah tangga, terikat(pemberian MP-ASI dini) dengan
atau jika mereka hidup secara terpisah, nilai signifikan P Value sebesar 0,012, hal
mereka tetap menganggap rumah tangga ini menunjukkan ada hubungan antara
tersebut sebagai rumah mereka. Anggota dukungan keluarga dengan pemberian MP-
keluarga berinteraksi dan berkomunikasi ASI dini karena p value < α (0,012 < 0,05).
satu sama lain dalam peran-peran sosial Hal ini dapat diartikan, jika seseorang tidak
keluarga seperti suami isteri, ayah dan ibu, mempunyai dukungan dari keluarganya
anak laki-laki (Firedman, 2010). untuk memberikan ASI eksklusif maka
akan meningkatkan pemberian MP-ASI
Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu
dini pada bayi.
dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan isntrumental dan Dukungan keluarga mempunyai hubungan
dukungan emosional. Dukungan yang signifikan dengan pemberian makanan
informasional adalah keluarga berfungsi pendamping ASI. Dukungan keluarga yang
sebagai sebuah keluarga diseminator atau tinggi terhadap pemberian makanan
penyebar informasi tentang semua pendamping ASI menimbulkan efek negatif
informasi yang ada dalam kehidupan. terhadap kesehatan bayi. Hal ini jelas
Keluarga berfungsi sebagai pencari bahwa jika keluarga memberikan peran atau
informasi yang berhubungan dengan dukungan yang baik akan mendorong ibu
masalah menyusui dari tenaga kesehatan, untuk tidak memberikan makanan
dan melakukan konsultasi, serta mencari pendamping ASI kepada bayi mereka saat
informasi dari media cetak maupun sumber usia 0-6 bulan, untuk itu informasi tentang
lain yang mendukung. Dukungan penilaian MP-ASI bukan hanya diberikan kepada ibu-
adalah jenis dukungan dimana keluarga ibu saja tetapi suami dan keluarga,
bertindak sebagai pembimbing dan sehingga mereka juga memperoleh
bimbingan umpan balik, memecahkan pengetahuan tentang MP-ASI dan
masalah dan sebagai sumber validator membantu untuk mencegah atau
identitas anggota dalam keluarga. mendukung ibu untuk tidak memberikan
Dukungan instrumental adalah bentuk MP-ASI secara dini.
dukungan dimana keluarga sebagai sebuah Menurut asumsi peneliti, masih ada
sumber petolongan praktis dan kongkrit dijumpai ibu-ibu yang mempunyai bayi
untuk menyelesaikan masalah, dan yang memberikan MP-ASI terlalu dini,
dukungan emosional adalah bentuk dikarenakan adanya pengaruh yang lebih
dukungan dimana keluarga sebagai sebuah kuat, yaitu anjuran keluarga terdekat,
tempat pemulihan yang aman dan damai misalnya suami/orang tua. Mayoritas
untuk beristirahat dan membantu secara responden mengaku pernah mendapatkan
psikologis untuk menstabilkan emosi dan anjuran untuk memberikan susu formula
mengendalikan diri. Salah satu bentuknya dan MP-ASI dini pada masa pemberian ASI
adalah melalui pemberian motivasi dan eksklusif. Dukungan suami ataupun
sebagai fasilitator serta mendengarkan keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang
seluruh keluhan-keluhan anggota keluarga ibu yang mendapatkan dukungan oleh
atau ibu terhadap masalah yang sedang suami ataupun anggota keluarga lainnya
dihadapinya (Firedman, 2010). atau bahkan menakut-nakuti tentang mitos
Sesuai dengan hasil penelitian Tiasna bahwa bayinya akan merasa kelaparan jika
(2015) dengan judul hubungan dukungan hanya diberikan ASI saja, hal tersebut akan
keluarga dengan pemberian MP-ASI dini di mengganggu psikologis ibu dan bahwa
Puskesmas Sewon 1 Bantul diperoleh membuat ibu merasa cemas akan kondisi
analisis Chi Square antara variabel bebas bayinya dan membuat ibu untuk berfikir

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 150
Eko Heryanto

memberikan tambahan susu formula/MP- pada bayi. Hal ini disebabkan pentingnya
ASI dini untuk sang bayi. ASI ekslusif bagi bayi. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan oleh petugas
Petugas kesehatan hendaknya memotivasi
kesehatan misalnya dengan memberikan
keluarga untuk meningkatkan perhatian
penyuluhan atau pendidikan kesehatan
kepada ibu menyusui terhadap pemberian
kepada masyarakat.
ASI ekslusif pada bayi. Hal ini disebabkan
pentingnya ASI ekslusif bagi bayi.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan
oleh petugas kesehatan misalnya dengan
memberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan kepada masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pemberian MPASI dini
dengan pengetahuan (p value 0,017),
kecukupan ASI (p value 0,000), pekerjaan
(p value 0,001) dan dukungan keluarga (p
value 0,000) di Desa Negeri Agung
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Buay
Sandang Aji Kabupaten OKU Selatan.
Diharapkan kepada petugas kesehatan
untuk meningkatkan frekuensi dan kualitas
programnya melalui pembuatan leaflet yang
memuat informasi lengkap tentang kapan
waktu yang tepat untuk memberikan MP-
ASI. Tenaga kesehatan (bidan) diharapkan
lebih sering memberikan informasi kepada
ibu-ibu menyusui tentang bagaimana
meningkatkan produksi ASI yaitu dengan
mengkonsumsi makanan sayuran hijau
seperti daun katuk, daun pepaya, bayam,
buncis, jagung dan kacang. Dapat juga
dengan meminum vitamin pelancar ASI,
susu ibu hamil dan memperbanyak
konsumsi air putih. Petugas kesehatan
sebaiknya memberikan konseling kepada
para ibu menyusui yang bekerja tersebut
untuk dapat memerah ASI kemudian
menyimpannya di dalam kulkas sehingga
bayinya tetap mendapatkan ASI eksklusif
walaupun ibu sedang tidak berada di
samping sang bayi. Petugas kesehatan
hendaknya memotivasi keluarga untuk
meningkatkan perhatian kepada ibu
menyusui terhadap pemberian ASI ekslusif

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 151
Eko Heryanto

DAFTAR PUSTAKA 546/7/makan/4. (Diakses, 23 Maret


2017).
Arifin, Siregar. (2011). Pemberian ASI
Eksklusif dan Faktor–faktor yang Khomsan, Ali. (2008). Sehat dengan
Mempengaruhinya. Sumatra Utara: Makanan Berkhasiat. Editor: Irwan
Universitas Sumatra Utara. Suhanda. Jakarta: Kompas
Gramedia.
Dadiyanto, WD, dkk. (2012). Simposium
dan Workshop: Nutrisi dan Krisnatuti, D. & Yenrina, R. (2013).
Metabolik, Endokrinologi, Nefrologi Menyiapkan Makanan Pendamping
dan Neurologi. IDAI Cabang Jawa ASI. Jakarta: Puspa Swara.
Tengah: IKA FK Undip.
Kristianto, Yonatan. (2012). Faktor yang
Depkes RI. (2010). Pedoman Umum Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam
Pemberian Makanan Pendamping Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MPASI) Lokal. ASI Pada Bayi Umur 6 – 36 Bulan.
Jakarta: Departemen Kesehatan Jurnal STIKES. Volume 6, No. 1,
Republik Indonesia. Juli 2013.

_________. (2012). Indonesia Menyusui: Kumalasari. (2015). Faktor-Faktor Yang


sepuluh langkah menuju sayang Berhubungan Dengan Pemberian
bayi. Jakarta: Departemen Makanan Pendamping ASI Dini.
Kesehatan Republik Indonesia. Riau: Universitas Riau.

_________. (2013). Makanan Pendamping Mulyaningsih F. (2010). Hubungan antara


ASI (MP-ASI). Jakarta: Direktorat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Bina Gizi Masyarakat. Balita dan Pola Makan Balita
Terhadap Status Gizi Balita di
Friedman. (2010). Keperawatan Keluarga. Kelurahan Srihardono Kecamatan
Jakarta: EGC. Pundong. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Hastono Sutanto Priyo. (2001). Modul Teknik Universitas Negeri
Analisis Data. Jakarta: Fakultas Yogyakarta.
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Mubarak Wahid Iqbal. (2009). Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Teori dan
Hubertin S. (2014). Konsep Penerapan ASI Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Eksklusif: Buku Saku Untuk Bidan.
Jakarta: EGC. Notoatmodjo Soekidjo. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Husaini, M. (2011). Makanan Bayi Bergizi. Rineka Cipta.
Cetakan VIII. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. ______. (2012). Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Irawati, A. (2014). Stop Makanan
Pendamping ASI Terlalu Dini. ______. (2012). Prinsi-Prinsip Dasar Ilmu
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/ Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Gizi+dan+Kesehatan/stop.makanan. Rineka Cipta.
pendamping.asi.terlalu.dini/001/001/
Pernanda. (2010). Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Ibu dalam

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 152
Eko Heryanto

Pemberian Makanan MP-ASI Dini Sulastri. (2014). Hubungan antara


pada Bayi 6-24 Bulan di Kelurahan Pemberian Makanan Tambahan
Pematang Kandis Bangko, pada Usia Dini dengan Tingkat
Kabupaten Merangin Jambi Tahun Kunjungan ke Pelayanan Kesehatan
2010. Karya Tulis Ilmiah. Sumatera di Kelurahan Sine Sragen. Vol. 1
Utara: FK USU. (3): 113-118.

Riksani, R. (2012). Variasi Olahan Tiasna Apriani. (2015). Hubungan


Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Dukungan Keluarga dengan
Dunia Kreasi. Pemberian MP-ASI Dini di
Puskesmas Sewon 1 Bantul. Skripsi.
Roesli, Utami. (2010). Bayi Sehat Berkat Tidak diterbitkan. Jogjakarta.
ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex
Komputindo. Utami. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif.
Yogyakarta: Diva Press.
_______. (2012). Spesifikasi Teknis
Makanan Pendamping Air Susu Ibu Widodo, Triwinarto. (2012). ASI Eksklusif,
(MP-ASI). Jakarta: PT Elex Status Kini dan Harapan di Masa
Komputindo. Pemantauan Kantin Perusahaan.
Jakarta.
Rosmalia Helmi & Mindo Lupiana. (2011).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Margototo Kecamatan Metro
Kibang Kabupaten Lampung Timur.
Skripsi.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013).


Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013. Jakarta.

Setiawan, Albertus. (2009). Pemberian


Makanan Pendamping ASI dan
hubungannya dengan Infeksi pada
Bayi 0-6 bulan di Puskesmas
Cipayung, Kota Depok tahun 2009.
Skripsi.

Simanjuntak, E. (2010). Gambaran


Pengetahuan Ibu Tentang Pola
Pemberian ASI, MP-ASI dan Pola
Penyakit. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Medan. Universitas Sumatera Utara.

Suharyono. (2011). ASI Tinjauan dari


Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)

Anda mungkin juga menyukai