Eko Heryanto
Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma’arif Baturaja
Email: ekoheryanto@ymail.com
ABSTRAK
Kejadian infeksi saluran pencernaan dan pernafasan merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian
bayi di Indonesia yang disebabkan oleh pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini. Pemberian MPASI
dini pada bayi dengan ASI parsial lebih beresiko terserang diare, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi
dengan ASI predominan. Data yang diambil tahun 2016 di Desa Negeri Agung tercatat kasus bayi sudah di beri
MPASI yaitu sebesar 42 bayi (45,65%) dari 92 bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemberian MPASI dini. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan
populasi seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan di Desa Negeri Agung pada periode Januari –
Maret 2017 yang berjumlah 51 orang. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square. Data penelitian
menunjukkan sebanyak 5,1% responden memberikan MPASI dini kepada bayinya, 51% responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang MPASI, 62,7% responden dengan kecukupan ASI, 52,9% responden dengan
kategori tidak bekerja dan sebanyak 54,9% responden mendapatkan dukungan dari keluarga. Hasil analisis
menunjukkan korelasi antara pemberian MPASI dini dengan pengetahuan (p value 0,017), kecukupan ASI (p
value 0,001), pekerjaan (p value 0,001) dan dukungan keluarga (p value 0,001). Petugas kesehatan dapat
meningkatkan perhatian ibu menyusui terhadap pemberian ASI ekslusif dengan memberikan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan mengenai manfaat dan pentingnya ASI ekslusif.
Kata Kunci: Pengetahuan, Kecukupan ASI, pekerjaan, Dukungan Keluarga, MPASI Dini
ABSTRACT
The occurrence of gastrointestinal and respiratory infections caused by early early weaning food (MPASI) is one
factor of the high infant mortality rate in Indonesia. The administration of early MPASI in infants with partial
breast milk is more at risk for diarrhea, influenza, and fever than infants with predominant breast milk. Data
taken in 2016 in the village of Negeri Agung recorded cases of infants have been given MPASI that amounted to
42 babies (45.65%) of 92 babies. This study aims to determine the factors associated with the provision of early
MPASI. This study is a cross sectional study with a population of all mothers who have babies aged 7-12 months
in Desa Negeri Agung in period January - March 2017 which amounted to 51 people. Statistical analysis used
was chi square test. The data showed that 5.1% of respondents gave early MPASI to their babies, 51% of
respondents had good knowledge about MPASI, 62.7% of respondents were sufficiently breastfeed, 52.9% of
respondents were not working and 54.9% get support from family. The result of analysis showed correlation
between early MPASI with knowledge (p value 0,017), breastfeed sufficiency (p value 0,000), occupation (p
value 0,001) and family support (p value 0,000). Healthcare officer may increase attention of breastfeeding
mothers to exclusive breastfeeding by providing education or health education on the benefits and importance of
exclusive breastfeeding.
Keywords: Knowledge, Breastfeeding Sufficiency, Occupation, Family Support, Early Weaning Food
How to Cite: Heryanto, Eko. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. 2 (2), 141 – 152.
dengan tujuan mengkaji faktor-faktor yang Agustus – Oktober 2017 yang berjumlah 51
berhubungan dengan pemberian MPASI. orang. Lokasi penelitian di Desa Negeri
Agung Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
METODE PENELITIAN Buay Sandang Aji Kabupaten OKU
Desain penelitian yang digunakan adalah Selatan. Analisa yang digunakan
desain penelitian Crossectional, dimana menggunakan analisa univariat yaitu
variabel independen dan variabel dependen dilakukan untuk menjelaskan karakteristik
diobservasi sekaligus pada saat yang sama. masing-masing variabel yang diteliti
dengan menggunakan distribusi frekuensi
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan dalam ukuran persentase dan bivariat yaitu
variabel independen adalah pengetahuan Untuk menilai hubungan antara variabel
ibu, pekerjaan ibu, kecukupan ASI dan independen dengan dependen yang
dukungan keluarga, sedangkan yang merupakan kategori maka uji statistik yang
dimaksud dengan variabel dependen adalah digunakan adalah uji chi square, pada
pemberian MP-ASI dini. Populasi tingkat kepercayaan 95%, dan hubungan
penelitian adalah seluruh ibu yang dikatakan bermakna apabila p value ≤ 0.05
mempunyai bayi berusia 7 – 12 bulan. dan tidak ada hubungan yang bermakna jika
Sampel diambil total populasi periode bulan p value > 0.05 (Hastono, 2001).
Dari tabel 2. proporsi responden dengan tidak bekerja yang bayinya sudah diberi
pengetahuan kurang yang bayinya sudah MP-ASI dini yaitu 6 (22,2%) responden.
diberi MP-ASI dini sebanyak 16 (64%) Hasil uji statistik chi square diperoleh p
responden, lebih besar dibandingkan value 0,001. Hal ini berarti ada hubungan
dengan proporsi responden dengan yang bermakna antara pekerjaan responden
pengetahuan baik yang bayinya sudah dengan pemberian MP-ASI dini.
diberi MP-ASI dini yaitu 7 (26,9%) Proporsi responden dengan dukungan
responden. Hasil uji statistik chi square keluarga mendukung yang bayinya sudah
diperoleh p value 0,017. Hal ini berarti ada diberi MP-ASI dini sebanyak 20 (71, 4%)
hubungan yang bermakna antara responden, lebih besar dibandingkan
pengetahuan responden dengan pemberian dengan proporsi responden dengan
MP-ASI dini. Proporsi responden dengan dukungan keluarga tidak mendukung yang
kecukupan ASI kurang yang bayinya sudah bayinya sudah diberi MP-ASI dini yaitu 3
diberi MP-ASI dini sebanyak 17 (89, 5%) (13%) responden. Hasil uji statistik chi
responden, lebih besar dibandingkan square diperoleh p value 0,000. Hal ini
dengan proporsi responden dengan berarti ada hubungan yang bermakna antara
kecukupan ASI cukup yang bayinya sudah dukungan keluarga dengan pemberian MP-
diberi MP-ASI dini yaitu 6 (18,8%) ASI dini.
responden. Hasil uji statistik chi square
diperoleh p value 0,000. Hal ini berarti ada Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
hubungan yang bermakna pemberian Pemberian MP-ASI Dini.
kecukupan ASI dengan pemberian MP-ASI
dini. Dari hasil analisa univariat diketahui
sebanyak 26 (51%) responden dengan
Kategori bekerja yang bayinya sudah diberi kategori pengetahuan baik dan sebanyak 25
MP-ASI dini sebanyak 17 (70, 8%) (49%) responden dengan kategori
responden, lebih besar dibandingkan pengetahuan tidak baik. Hasil uji statistik
dengan proporsi responden dengan kategori
diperoleh p value value 0,017. Hal ini dibandingkan dengan ibu yang
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna pengetahuannya kurang. Responden dengan
antara pengetahuan responden dengan pengetahuan baik, sudah memahami bahwa
pemberian MP-ASI dini. bayi di bawah umur 6 bulan belum boleh
diberikan makanan lain selain ASI
Pengetahuan adalah hasil penginderaan
dikarenakan pencernaannya belum siap.
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
Semakin baik pengetahuan responden maka
suatu objek melalui indera yang dimilikinya
cenderung untuk tidak memberikan MP-
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
ASI dini. Namun dalam penelitian ini
Dengan sendirinya, pada waktu
ditemukan juga responden dengan
penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan baik yang memberikan MP-
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
ASI dini kepada bayinya. Dalam hal ini
oleh intensitas perhatian dan persepsi
pengetahuan yang didapat responden hanya
terhadap objek. Sebagian besar
sebatas tahu tentang MP-ASI dini, tetapi
pengetahuan seseorang diperoleh melalui
tidak dipraktikkan dalam tindakan nyata.
indera pendengaran (telinga), dan indera
Ini banyak terjadi pada responden dengan
penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
usia muda yang belum mempunyai banyak
terhadap objek mempunyai intensitas atau
pengalaman dalam merawat bayi. Meskipun
tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
mereka tahu tentang MP-ASI dini, namun
2012).
dalam tindakan masih dipengaruhi orang
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran tua yang dianggap lebih berpengalaman.
manusia sebagai hasil penggunaan panca
Selanjutnya berdasarkan pengakuan
inderanya. Pengetahuan juga merupakan
responden dengan kategori pengetahuan
hasil mengingat suatu hal, termasuk
kurang alasan mereka sudah memberikan
mengingat kembali kejadian yang pernah
MP-ASI pada bayi sejak usia di bawah
dialami baik secara sengaja maupun tidak
enam bulan dikarenakan kurang
disengaja dan ini terjadi setelah orang
memahami pengetahuan tentang MP-ASI.
melakukan kontak atau pengamatan
Responden mengenalkan makanan
terhadap suatu objek tertentu (Mubarok,
tambahan seperti susu formula dan
2009).
makanan lunak kurang dari 6 bulan agar
Sejalan dengan hasil penelitian anaknya kenyang dan tertidur pulas, jika
Kumalasari, dkk (2015) tentang faktor- anak diberi makan pisang sewaktu berumur
faktor yang berhubungan dengan pemberian 2 bulan agar anak tidak rewel dan lebih
makanan pendamping ASI dini di wilayah tenang, berat badan anak akan bertambah
binaan Puskesmas Sidomulyo Pekan Baru dan lebih cepat besar. Hal ini disebabkan
didapatkan hasil bahwa ibu yang memiliki karena ketidaktahuan ibu tentang manfaat
tingkat pengetahuan dalam kategori “tidak dan cara pemberian MP-ASI yang benar
baik” memiliki risiko sebesar 2,425 kali dan kebiasaan pemberian MP-ASI yang
untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi tidak tepat. Hal lain yang berhubungan
usia <6 bulan. Pengetahuan ibu yang masih dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi
kurang terhadap manfaat pemberian ASI di Desa Negeri Agung ialah sikap ibu
eksklusif sangat erat kaitannya dengan terhadap pemberian MP-ASI tersebut,
pemberian MP-ASI dini. dimana sikap ibu menganggap bahwa
Dalam penelitian ini menunjukkan adanya pemberian MP-ASI merupakan hal yang
hubungan yang bermakna antara tidak perlu dikhawatirkan, dan merupakan
pengetahuan dengan pemberian MP-ASI, suatu faktor kebiasaan masyarakat
dimana ibu dengan pengetahuan yang baik setempat, bahwa bayi di bawah usia enam
cenderung tidak memberikan MP-ASI bulan sudah bisa diberikan makanan
pendampin MP-ASI atau menu makanan kelenjar hipofise anterior yang ada yang
keluarga. berada di dasar otak. Bila bayi mengisap
ASI maka ASI akan dikeluarkan dari
Oleh karena itu, apabila pengetahuan
gudang ASI yang disebut sinus laktiferus.
tentang pemberian MP-ASI ditingkatkan,
Proses pengisapan akan merangsang ujung
maka kecenderungan untuk tidak
saraf disekitar payudara untuk membawa
memberikan MP-ASI dini pada bayi dapat
pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk
juga tercapai secara optimal. Diharapkan
memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin
kepada petugas kesehatan untuk
kemudian akan dialirkan ke kelenjar
meningkatkan frekuensi dan kualitas
payudara untuk merangsang pembuatan
programnya melalui berbagai metode, di
ASI. Hal ini disebut dengan refleks
antaranya seperti meningkatkan pembuatan
pembentukan ASI atau refleks prolaktin
leaflet yang memuat informasi yang
(Roesli, 2010).
lengkap tentang kapan waktu yang tepat
untuk memberikan MP-ASI. Tingkat Pada minggu bulan terakhir kehamilan,
keseringan mendapatkan informasi akan kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
meningkatkan pengetahuan seluruh menghasilkan ASI. Apabila tidak ada
masyarakat. kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari
Hubungan Kecukupan ASI dengan dan jumlah akan terus bertambah sehingga
Pemberian MP-ASI Dini mencapai 400-450 ml pada waktu mencapai
Dari hasil analisa univariat diketahui usia minggu kedua. Dalam keadaan
sebanyak 32 (62,7%) responden dengan produksi ASI telah normal volume susu
kategori kecukupan ASI cukup dan terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5
sebanyak 19 (37,3%) responden dengan menit pertama pengisapan oleh bayi
kategori kecukupan ASI kurang. Hasil uji biasanya berlangsung selama 15-25 menit
statistik diperoleh p value 0,000. Hal ini (Hubertin, 2014).
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna Pada hari-hari pertama setelah kelahiran
antara kecukupan ASI dengan pemberian apabila bayi dibiarkan menyusu sesuai
MP-ASI dini. keinginannya dan tidak diberikan cairan
Produksi ASI adalah proses terjadinya lain maka akan dihasilkan secara bertahap
pengeluaran air susu dimulai atau 10–100 ml ASI per hari. Produksi ASI akan
dirangsang oleh isapan mulut bayi pada optimal setelah hari 10-14. Bayi sehat akan
puting susu ibu. Gerakan tersebut mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari.
merangsang kelenjar Pictuitary Anterior Setelah 6 bulan pertama produksi ASI akan
untuk memproduksi sejumlah prolaktin, menurun menjadi 400-700 ml sehingga
hormon utama yang mengandalkan diperlukan makanan pendamping ASI.
pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya sekitar
air susu juga tergantung pada Let Down 300-500 ml sehingga makanan padat
Replex, dimana hisapan puting dapat menjadi makanan utama.
merangsang kelenjar Pictuitary Posterior Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan
untuk menghasilkan hormon oksitolesin, pemberian ASI. Menyusui paling baik
yang dapat merangsang serabut otot halus dilakukan sesuai permintaan bayi (on
di dalam dinding saluran susu agar demand) termasuk pada malam hari,
membiarkan susu dapat mengalir secara minimal 8 kali per hari. Produksi ASI
lancer (Roesli, 2012). sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi
Produksi ASI merupakan hasil menyusu. Makin jarang bayi disusui
perangsangan payudara oleh hormon biasanya produksi ASI akan berkurang
prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh (Arifin, 2011).
Sejalan dengan hasil penelitian yang telah Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian
dilakukan oleh Sulastri (2014) di Kelurahan MP-ASI Dini.
Sine Sragen dimana dari 80 responden Dari hasil analisa univariat diketahui
terdapat 2,5% pemberian MP-ASI tepat sebanyak 27 (52,9%) responden dengan
waktu dan 97,5% pemberian MP-ASI dini. kategori pekerjaan tidak bekerja dan
Hal ini menunjukkan bahwa produksi ASI sebanyak 24 (47,1%) responden dengan
mempengaruhi pemberian MP-ASI dini kategori pekerjaan bekerja. Hasil uji
pada bayi. statistik diperoleh p value 0,001. Hal ini
Dalam penelitian ini masih ditemukan berarti bahwa ada hubungan yang bermakna
responden dengan kecukupan ASI cukup, antara dukungan keluarga dengan
namun sudah memberikan MP-ASI dini pemberian MP-ASI dini.
kepada bayinya. Hal ini disebabkan karena Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan
ibu melakukan persalinan dibantu oleh seseorang setiap hari dalam menjalani
dukun bayi. Penolong persalinan non-nakes kehidupannya. Faktor pekerjaan adalah
(seperti dukun beranak) menganjurkan faktor yang berhubungan dengan aktivitas
memberikan makana lain selain ASI berupa ibu setiap harinya untuk memperoleh
madu dan pisang. penghasilan guna memenuhi kebutuhan
Sedangkan pada responden dengan hidupnya yang menjadi alasan pemberian
kecukupan ASI kurang, menurut hasil makanan tambahan pada bayi usia kurang
wawancara diperoleh informasi bahwa dari enam bulan. Pekerjaan ibu bisa saja
masih ada ibu-ibu yang memberikan dilakukan di rumah, di tempat kerja baik
makanan tambahan bagi bayi di usia kurang yang dekat maupun jauh dari rumah. Ibu
dari 6 bulan dengan alasan karena produksi yang belum bekerja sering memberikan
ASI kurang dan bayi menangis. Dalam makanan tambahan dini dengan alasan
pikiran ibu, bayi yang terus menangis melatih atau mencoba agar pada waktu ibu
dianggap lapar sementara ASI tidak cukup, mulai bekerja bayi sudah terbiasa. Status
sehingga mereka terpaksa memberikan pekerjaan yang semakin baik dan sosial
makanan tambahan untuk memenuhi ekonomi keluarga yang meningkat
kebutuhan bayi. Jenis MP-ASI yang menyebabkan ibu mudah untuk
diberikan selain susu formula yaitu berupa memberikan susu formula dan MP-ASI
pisang, bubur instant dan bubur yang dibuat pada anak (Mubarak, 2009).
sendiri. Selain itu responden juga Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang
mengungkapkan bahwa anaknya menolak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk menyusu pada ibu karena kesulitan yang berpengaruh terhadap orang lain dan
mencari puting ibunya, karena puting ibu kegiatan yang dilakukan orang tua bersifat
yang tidak menonjol, yang membuat menghasilkan uang sehingga pendapatan
keluarnya ASI tidak lancar. keluarga dapat memadai kebutuhan anak
Untuk itu hendaknya tenaga kesehatan guna pertumbuhan dan perkembangan anak
(bidan) diharapkan lebih sering (Irawati, 2014).
memberikan informasi kepada ibu-ibu Sejalannya dengan arus modernisasi saat ini
menyusui tentang bagaimana meningkatkan dimana partisipasi angkatan kerja wanita,
produksi ASI yaitu dengan mengkonsumsi baik di sektor formal maupun informal
makanan sayuran hijau seperti daun katuk, cenderung meningkat, hal tersebut yang
daun pepaya, bayam, buncis, jagung dan menjadikan salah satu kendala bagi ibu-ibu
kacang. Dapat juga dengan meminum untuk memberikan ASI eksklusif. Turut
vitamin pelancar ASI, susu ibu hamil dan sertanya ibu dalam mencari nafkah untuk
memperbanyak konsumsi air putih. memenuhi kebutuhan hidup keluarganya,
memberikan tambahan susu formula/MP- pada bayi. Hal ini disebabkan pentingnya
ASI dini untuk sang bayi. ASI ekslusif bagi bayi. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan oleh petugas
Petugas kesehatan hendaknya memotivasi
kesehatan misalnya dengan memberikan
keluarga untuk meningkatkan perhatian
penyuluhan atau pendidikan kesehatan
kepada ibu menyusui terhadap pemberian
kepada masyarakat.
ASI ekslusif pada bayi. Hal ini disebabkan
pentingnya ASI ekslusif bagi bayi.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan
oleh petugas kesehatan misalnya dengan
memberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan kepada masyarakat.