Penyunting
IGM. Reza Gunadi Ranuh
Alpha Fardah Athiyyah
Badriul Hegar Syarif
Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Penyusun
UKK Gastrohepatologi
Gangguan saluran cerna fungsional rentan terjadi pada bayi dalam beberapa
bulan pertama kehidupannya. Gangguan ini dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab kompleks yang saling berinteraksi, mulai dari faktor biologis,
psikososial, lingkungan, bahkan budaya. Bayi dan anak prasekolah belum
dapat membedakan tekanan emosi dan gangguan fisik, oleh karena itu
diperlukan pengamatan klinis dokter yang teliti disamping laporan dan
interpretasi dari orangtua.
Gejala klinis gangguan saluran cerna fungsional tidak spesifik, di sisi
lain diperlukan tatalaksana yang tepat dan segera. Oleh karena itu, adanya
panduan atau guideline mengenai penanganan gangguan saluran cerna
fungsional dirasa penting. Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (UKK IDAI) Gastrohepatologi mengembangkan rekomendasi
untuk tiga gangguan saluran cerna fungsional yang sering ditemukan pada
praktik klinis, yaitu regurgitasi, kolik infantil, dan konstipasi. Dengan adanya
rekomendasi ini, diharapkan dokter anak dapat melakukan diagnosis dan
tata laksana gangguan saluran cerna fungsional dengan benar dan terstandar
sesuai perkembangan literatur terbaru.
Kriteria diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis refluks gastroesofagus (RGE) dan regurgitasi
cukup diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang cermat. Gejala
klinis pada PRGE sangat tidak spesifik, sehinga tidak direkomendasikan
menegakkan diagnosi PRGE hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisis, tetapi diperlukan dukungan pemeriksaan penunjang yang akurat.
Diagnosis PRGE dan terapi Proton Pump Inhibitor atau H2 antagonis hanya
berdasarkan bayi menangis berkepanjangan dan rewel adalah tidak rasional,
karena kedua keadaan tersebut merupakan kondisi fisologi pada bayi sehat.13
Pemeriksaan penunjang akurat yang diperlukan untuk mendiagnosis
PRGE adalah endoskopi disertai pemeriksaan patologi anatomi jaringan
biopsi esofagus atau Pemantauan pH esofagus. Kedua pemeriksaan
penunjang tersebut hanya dimiliki oleh rumah sakit besar di wilayah
Tanda bahaya
Tanda bahaya yang ditemukan pada bayi dengan gejala refluks
gastroesofagus, harus dipertimbangkan adanya gangguan organik sebagai
penyebab gejala tersebut. ‘Tanda bahaya’ pada refluks gastroesofagus, antara
lain (1) muntah berlebihan, (2) muntah darah (hematemesis), (3) rewel dan
Edukasi
Regurgitasi tanpa tanda bahaya merupakan keadaan fisiologis. Edukasi
kepada orang tua mengenai evolusi RGE merupakan tahap awal yang harus
disampaikan oleh dokter. Pada regurgitasi berlebihan, tata laksana perlu
dilengkapi dengan meletakkan bayi pada posisi terlentang dengan sudut 60
derajat terhadap dasar tempat tidur pada bayi yang mendapat ASI eksklusif,
atau pemberian ‘thickening milk’ pada bayi yang sudah mendapat susu
formula. Pemberian thickening formula untuk meningkatkan viskositas
makanan, sehingga mengurangi gejala regurgitasi, frekuensi menangis,
dan meningkatkan waktu tidur. Susu formula dengan kandungan protein
Kolik infantil
definisi
Kolik infantil merupakan perilaku bayi berupa menangis lebih dari 3 jam
dalam sehari, selama 3 hari dalam seminggu tanpa alasan yang jelas atau
tanpa penyebab organik, yang telah berlangsung dalam 1 minggu terakhir.15
Prevalens kolik infantil secara keseluruhan sebesar 5-25% bayi dan
lebih sering pada 4 bulan pertama kehidupan.20,21Australia. A total of 483
first-born infants were monitored prospectively from 2 weeks through 2, 4,
8, 12, 18, and 24 months. Child behavior, maternal depression, parenting
stress, and marital quality were assessed. Predictor variables were parent
reports of moderate or greater cry-fuss problems (2 and 4 months Prevalens
kolik infantil sama besarnya pada bayi yang mendapat ASI eksklusif maupun
susu formula.22 Meski pada kajian lain didapatkan prevalens kolik infantil
yang lebih tinggi pada kelompok bayi yang mendapat susu formula.23
Prevalens kolik infantil juga lebih besar pada bayi berat badan lahir lebih
rendah dibandingkan dengan berat bayi normal.23
Kolik infantil bukanlah suatu penyakit, berat badan bayi tetap naik
sesuai usianya.24 Hanya sebagian kecil (5-10%) disebabkan oleh gangguan
organik.3,25 Berbagai faktor dianggap berperan terhadap kolik infantil, antara
lain psikososial dan hubungan ibu dan anak yang kurang baik, alergi protein
susu sapi, atau PRGE.2,24,25
Kriteria Diagnosis14
1. Usia ≤ 3 bulan
2. Sering rewel, marah, atau menangis
3. Episode berlangsung > 3 jam perhari, > 3 hari perminggu dan terjadi
minimal dalam satu minggu
4. Tidak ada gangguan pertumbuhan
2. Alergi
Kolik infantil dikaitkan dengan kondisi alergi terutama terhadap pro-
tein susu sapi, bila didapatkan riwayat atopi pada bayi maupun dalam
keluarga. Menyingkirkan alergi protein susu sapi sebagai penyebab ko-
lik merupakan tahapan penting dalam menangani bayi dengan kolik
infantil. Walaupun demikian, kolik infantil belum dapat diangap se-
cara pasti sebagai akibat alergi protein susu sapi.27
3. Intoleransi laktosa
Kolik infantil dikaitkan dengan intoleransi laktosa akibat fermentasi
laktosa yang tidak terhidrolisis di dalam usus halus oleh bakteri di
dalam usus besar. Fermentasi menghasilkan asam laktat, gas hidro-
gen, dan peningkatan tekanan osmosis intralumen yang menyebabkan
distensi usus dan nyeri. Gejala intoleransi laktosa mencakup (a) Kolik,
(b) flatus berlebihan, (c) diare cair, (d) distensi abdomen, (e) ruam
perianal. Penelitian double-blind randomized placebo-controlled crossover
memperlihatkan pemberian laktase pada 53 bayi kolik infantil menu-
runkan kadar hidrogen napas dan waktu menangis sebesar 45%.28,29
4. Psikologi
Kolik infantil tidak hanya menyebabkan kecemasan pada orangtua,
tetapi juga berdampak terhadap interaksi orangtua dan anak. Menan-
gis yang tidak dapat ditenangkan menyebabkan ibu stress.30 Ibu yang
mengalami depresi dapat berpengaruh terhadap perkembangan men-
Ibu dengan bayi kolik infantil memiliki skor frustasi/marah lebih tinggi
dan efikasi diri lebih rendah dibanding kontrol. Demikian pula, gangguan
tidur kerap terjadi pada orangtua, pengasuh, dan bayi.34 Kolik infantil dapat
menyebabkan penghentian perawatan bayi, pengenalan makanan padat lebih
dini karena orang tua/pengasuh menganggap bayi masih lapar sehingga terus
menangis, pemberian ASI terganggu, berganti-ganti susu formula.35,36
Konstipasi
Definisi
Kesulitan atau jarang buang air besar yang terjadi selama setidaknya dua
minggu. Konstipasi merupakan 5-30% keluhan anak yang menyebabkan
orang tua membawa anaknya berobat ke dokter. Rerata 5-10 anak dari 100-
150 anak berusia 4-5 bulan dan sepertiga anak berusia di atas 5 tahun yang
berobat ke dokter spesialis anak setiap bulannya mengalami konstipasi.
Sepertiga kasus konstipasi akan menjadi kronis bila tidak ditangani dengan
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan Kriteria Rome III, diagnosis konstipasi fungsional ditegakkan
bila bayi dan anak usia < 4 tahun, dalam 1 bulan minimal memperlihatkan
2 gejala berikut : 17
1. Defekasi dua kali atau kurang per minggu
2. Minimal 1 episode inkontinens/minggu (setelah anak terlatih ke toilet)
3. Riwayat retensi feses yang berlebihan
4. Riwayat mengedan yang sulit atau sangat sakit
5. Adanya massa feses yang besar pada rektum
6. Riwayat adanya feses dengan diameter besar sehingga menyumbat
toilet
Tanda Bahaya16
1. Tidak ada meconium >48 jam
2. Distensi Abdominal
3. Muntah
4. Gagal tumbuh
5. BAB berdarah
6. Perkembangan saraf terhambat
7. Ketidaknormalan pada anus
8. Gejala penyebab organik lain
Edukasi
Edukasi merupakan hal utama yang harus dilakukan pada saat kunjungan
pertama. Para klinisi diharapkan mampu menghilangkan rasa khawatir
Rekomendasi
1. Gangguan saluran cerna fungsional ditegakkan dengan menggunakan
Kriteria Rome
2. Evaluasi terhadap ‘Tanda bahaya’ harus dilakukan setiap mendiagnosis
dan memantau anak dengan gangguan saluran cerna fungsional
3. Reassurance dan edukasi kepada orang tua merupakan tahap awal
yang harus dilakukan oleh dokter saat menata laksana anak dengan
gangguan saluran cerna fungsional
1. Regurgitasi
a. Untuk menegakkan diagnosis regurgitasi dan RGE cukup
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang cermat.
b. Posisi bayi dengan regurgitasi berlebihan adalah terlentang dengan
sudut 60 derajat terhadap dasar tempat tidur
2. Kolik Infantil
a. Kolik infantil adalah kondisi fisiologi bayi yang terkait dengan
maturitas perkembangan saluran cernanya dan
b. Tanda bahaya kolik infantil dapat dikelompokan menjadi 4
kondisi, yaitu (1) penyakit RGE, (2) alergi protein susu sapi,
(3) intoleransi laktosa dan (4) faktor kecemasan orangtua. Tata
laksana selanjutnya disesuaikan dengan kondisi.
c. Evaluasi klinis berkala harus dilakukan oleh setiap dokter yang
menangani bayi dengan koilik infantil, mengingat gejala klinis
yang diperlihatan tidak spesifik.
d. Proton Pump Inhibitor (PPI) atau H2 antagonis tidak boleh
diberikan kepada bayi dengan kolik infantil tanpa dukungan
pemeriksaan penunjang akurat.
3. Konstipasi
a. Konstipasi pada bayi usia di atas 2 minggu, pertimbangkan
konstipasi fungsional.
b. Asupan bayi yang mencakup jumlah, penyiapan, dan jenis
makanan, harus diverifikasi terlebih dahulu pada bayi dan anak
dengan konstipasi
c. Laktulosa dan PEG digunakan sebagai terapi maintenance untuk
melunakan tinja. Laktulosa dapat diberikan pada bayi, termasuk
usia di bawah 6 bulan, sedangkan larutan PEG hanya untuk
bayi berusia di atas 6 bulan. Efektivitas larutan PEG lebih besar
dibanding laktulosa.
d. Evakuasi tinja dilakukan pada anak dengan impaksi, karena
kumpulan tinja dalam rektum dapat sebagai penyebab rasa nyeri
saat defekasi.
e. Gliserin suposutoria cukup aman dan efektif digunakan pada
bayi.
f. Secara umum, enema fosfat cukup efektif tetapi pemberian pada
Daftar pustaka
1. Rasquin A, Di Lorenzo C, Forbes D, Guiraldes E, Hyams JS, Staiano A, et al.
Childhood functional gastrointestinal disorders: child/adolescent. Gastroen-
terology. 2006 Apr 1;130(5):1527–37.
2. Iacono G, Merolla R, D’Amico D, Bonci E, Cavataio F, Di Prima L, et al.
Gastrointestinal symptoms in infancy: a population-based prospective study.
Dig Liver Dis. 2005 Jun;37(6):432–8.
3. Vandenplas Y, Abkari A, Bellaiche M, Benninga M, Chouraqui JP, Cokura F,
et al. Prevalence and Health Outcomes of Functional Gastrointestinal Symp-
toms in Infants From Birth to 12 Months of Age. J Pediatr Gastroenterol
Nutr. 2015 Nov;61(5):531–7.
4. Douglas P, Hill P. Managing infants who cry excessively in the first few months
of life. BMJ. 2011; 343:d7772.
5. Hegar B, Vandenplas Y. Gastroesophageal reflux: natural evolution, diagnos-
tic approach and treatment. Turk J Pediatr. 2013;55(1):1–7.
6. Hegar B, Dewanti NR, Kadim M, Alatas S, Firmansyah A, Vandenplas Y.
Natural evolution of regurgitation in healthy infants. Acta Paediatr. 2009
Jul;98(7):1189–93.
7. Osatakul S, Sriplung H, Puetpaiboon A, Junjana C, Chamnongpakdi S. Prev-
alence and natural course of gastroesophageal reflux symptoms: a 1-year co-
hort study in Thai infants. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2002 Jan;34(1):63–7.
8. Nelson SP, Chen EH, Syniar GM, Christoffel KK. Prevalence of symptoms
of gastroesophageal reflux during infancy. A pediatric practice-based sur-
vey. Pediatric Practice Research Group. Arch Pediatr Adolesc Med. 1997
Jun;151(6):569–72.
5. Apakah berat badan bayi anda sulit untuk mencapai peningkatan yang
adekuat?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
7. Menurut anda, apakah bayi anda menangis lebih atau rewel daripada
normal?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
10. Apakah bayi anda pernah tampak kejang atau melengkungkan pung-
gungnya?
a. Ya (2)
b. Tidak (0)
11. Apakah bayi anda pernah berhenti nafas saat terjaga dan tampak beru-
saha keras untuk bernafas kembali atau terlihat membiru?
a. Ya (6)
b. Tidak (0)