Anda di halaman 1dari 5

Marhaban Ya Ramadhan 5 Bekal Wajib Menjelang Bulan

Ramadhan 2017, Hal-hal yang Harus dipersiapkan Seorang Muslim


“Ya Allah, pertemukan kami dengan Ramadhan. Bantulah kami Ya Allah untuk menunaikan
ibadah puasa dengan sebaik-baiknya dan melakukan Qiyamullail pada malamnya. Ya Allah,
terimalah segala amalan kami ini. Amin”

Ya Allah … dengan ijinMu… sebentar lagi bulan Ramadhan akan segera menjelang, saya
memohon dan berharap Engkau merelakanku untuk bersiap-siap menyambutnya. Saya
memohon Engkau akan memberikan kesempatan untukku mendapatkan Ramadhan yang
jauh lebih baik dan indah dibandingkan tahun-tahun yang telah lalu…

Bulan Ramadhan merupakan salah satu nikmat sangat agung yang diberikan kepada umat Islam
untuk mendapat ampunan dan rahmat Allah SWT. Di bulan Ramadhan seseorang membutuhkan
bekal intelektual dan pengetahuan yang cukup untuk bisa menjadi orang yang bershaum
sesungguhnya agar bukan sekadar menahan lapar dan haus. Jangan sampai memasuki bulan
Ramadhan dalam keadaan belum membaca bab fikih shaum. Selain itu, seseorang juga
membutuhkan kecerdasan emosional yang memadai untuk tetap dapat berjiwa seimbang meski
dalam kondisi lapar dan lemah.

Karena itu, latihan mengendalikan emosi dan syahwat harus dimulai sebelum memasuki gerbang
Ramadhan. Persiapan fisik yang cukup juga perlu dipersiapkan agar jasad tetap dalam kondisi
prima saat menjalani shaum, menyesuaikan pola makan, pola tidur, dan istirahat sesuai bulan
Ramadhan juga dapat dipersiapkan sebelumnya. Berolahraga yang cukup dan memilih jenis
makanan yang menunjang kesehatan juga menjadi penting.

Insya Allah Ramadhan akan segera tiba, oleh karenanya Setidaknya ada 4 hal yang perlu
dipersiapkan untuk menyambut Ramadhan, apa saja 5 persiapan tersebut?

1. Mempersiapan Nurani (Ruhiyah)

Persiapan ruhiyah atau mempersiapkan nurani untuk menyambut bulan Ramadhan merupakan
persiapan yang sudah seharusnya dipersiapkan. Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan cara
tazkiyatun nafs/ membersihkan hati dari penyakit-penyakit dalam jiwanya sehingga hati nurani

1
akan bersih dari penyakit-penyakit yang dapat mengganggu ibadah di bulan Ramadhan nantinya.
“Dan beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya ” (Asy-Syams:9)

2. Mempersiapan Ilmu Ramadhan (ilmiyah)

Ibadah di bulan Ramdhan akan lebih maksimal jika kita mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan bulan Ramadhan yang dapat membekali kita untuk menjalani ibadah di bulan ini,
terutama ilmu-ilmu tentang amalan di bulan Ramadhan seperti hikmah puasa Ramadhan, tadarus
Al-Quran, shalat Tarawih, i’tikaf di masjid hingga zakat.

Kita dapat mengetahui ilmu yang dapat menjadi bekal ramadhan nantinya melalui banyak cara.
Bisa dengan mengikuti pengajian/majelis, membaca buku tentang Ramadhan, bertanya kepada
ahlinya, bisa juga mencari melalui media internet. Dengan mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan Ramadhan kita akan lebih siap melaksanakan amalan-amalan di bulan Ramadhan.

Terkait dengan persiaan ilmu ramadhan, Anda dapat mengunjungi halaman kami (Kumpulan
Artikel Ramadhan). Pada halaman tersebut, kami sebutkan beberapa kekeliruan di bulan
ramadhan, beberapa hadis daif bulan ramadhan, pemaknaan lailatul qadar yang keliru. hingga
pembatal dan bukan pembatal puasa yang jarang dibedakan saudara kita.

3. Mempersiapkan Fisik (Persiapan Jasadiyah)


Puasa identik dengan ibadah yang memerlukan fisik yang prima. Orang yang fisiknya kuat akan
lancar dalam menjalankan puasa. Oleh karen itu, kita perlu mempersiapkan fisik kita untuk
menjalankan ibadah Ramadhan dengan lancar walaupun saat bekerja.
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah”
(HR.Muslim, Baihaki, Ibnu Majah)

4. Mempersiapkan Harta (Persiapan Maliyah)


Mempersiapkan harta di bulan Ramadhan bukan berarti untuk membeli makanan yang banyak,
melainkan untuk amal ibadah seperti infak/shadaqah, zakat mal maupun zakat fitrah, atau
memberi makanan buka puasa untuk orang lain.

Dengan melakukan persiapan di atas semoga ibadah kita di bulan Ramahan nantinya akan lebih
maksimal dan tentunya mendapat pahala dari Allah Ta’ala. Pada akhirnya, Selamat menyambut
bulan Ramadhan bagi umat muslim di seluruh dunia.
2
5. Jangan Lupa, Perbarui Taubat!
Nabi SAW telah mengingatkan kita pada sabdanya:

َّ ‫َطا ٌء َو َخي ُْر ْالخ‬


‫َطائِينَ الت َّ َّوابُون‬ َّ ‫ُك ُّل اب ِْن آدَ َم خ‬
“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah
yang bertaubat.”

Taubat di sini mengisyaratkan tata cara seseorang menghadapi bulan ramadhan. Dia menyambut
bulan ramadhan tanpa beberapa sekat yang akan mengotri bulan ramadhan. Oleh karena itu
muslim yang memperhatikan hal ini akan selalu berusah untuk memohon ampunan kepada Allah
SWT agar suci dari dosa.
Sebagaiaman yang disebutkan dalam QS An-nur ayat 31:

٣١( َ‫َّللاِ َج ِميعًا أَيُّ َها ْال ُمؤْ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬
َّ ‫َوتُوبُوا ِإلَى‬
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (An Nuur: 31).

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah
kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi
setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan
kejujuran taubat.

Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan
kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus
madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan
ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Sekilas Pemaknaan terhadap Kata Marhaban Ya


Ramadhan

Kata "marhaban" di beberapa kamus yang penulis baca diartikan sebagai penghormatan dalam
menyambut tamu yang akan datang (juga diartikan selamta datang). Kata ini bahkan disamakan
dengan ahlan wa sahlan yang memiliki arti serupa. Meski di kedua kata ini memiliki arti selamat

3
datang. Namun tidak ada seorang ulama pun yang menganjurkan pemakaian kata ahlan wasahlan
untuk dalam menantikan kehadiran tamu agung "ramadhan" sehingga kata yang paling umum
digunakan yaitu Marhaban ya Ramadhan.

Ahlan memiliki akar kata "ahl" atau dalam bahasa indonesia di artikan "keluarga" berbeda
dengan kata sahlan yang terambil dari "sahl" atau dalam bahasa indonesia diartikan mudah. Di
beberapa tempat kata sahlan juga diartikan sebagai "dataran rendah". Pengartian ini dimaksudkan
bahwa dataran rendah gampang dilalui oleh siapapun

Dari pemaknaan ini, kata ahlan wasahlan di gunakan sebagai ungkapan dalam menyambut atau
"selamat datang". yang ditengahnya terdapat sebuah kalimat tersembunyi atau tersirat. Jika di
urutkan, maka ahlan wasahlan bisa di artikan (kamu sedang di tengah) keluarga dan (telah
melalui) dataran rendah yang mudah."

Kata Marhaban bersal dari kat rahb, atau dalam bahasa indonesia berarti "luas" dan
"lapang", Hal ini menunjukkan bahwa tamu yang akan kita sambut memilik kemuliaan, dimana
kita harus dalam keadaan lapang dan senang. Selain itu, kita harus mempersiapkan segala hal
yang akan dikerjakan nantinya. Dari kata ini juga lahir kata rahbat, berarti sebuah ruang yang
luas untuk dikendarai. Hal ini dimaksudkan bahwa kita akan mendapatkan sebuah ruangan luas
yang nantinya kita gunakan dalam mendapatkan segala kebaikan untuk melanjutkan perjalanan
selanjutnya (setelah bulan ramadhan).

Dari urain tersebut, pengucapan marhaban ya ramadhan dimaksudkan sebagai ucapan kepada
bulan ramadhan. Atau sebuah penantian dengan penuh kesenangan, memiliki hati yang
senantiasa dalam keadaan lapang, dengan berbagai persiapan yang matang. Shingga dapat di
simpulkan bahwa kata "marhaban ya ramadhan" merupakan kendaraan yang akan mengasah diri
kita untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda (baca: keistimewaan bulan Ramadhan).

Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu
ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta
iblis yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki,
bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila
tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak
dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga
jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-
4
Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian
kurang lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin.

Tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Tahukah Anda apakah bekal itu?
Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi
nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarus, serta siangnya
dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara. Semoga kita berhasil,
dan untuk itu mari kita buka lembaran Al-Quran mempelajari bagaimana tuntunannya.

Anda mungkin juga menyukai