Anda di halaman 1dari 6

Tugas Ujian Bangsal 2

Rissito Centricia Darurmurti

MINI-MENTAL STATE EXAMINATION

Pertama kali dikembangkan, divalidasi, dan dilaporkan oleh Folstein pada tahun 1975,
Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan suatu bedside diagnostic instrument
pada demensia. Komponen fungsi kognitif yang dinilai beserta cara penilaiannya meliputi:
1) Orientasi waktu dan tempat, masing-masing terdiri atas lima pertanyaan (poin total
maksimal: 10)
2) Registrasi dan memori (1-minute recall), masing-masing dilakukan terhadap tiga
kata (poin total maksimal: 6)
3) Atensi dan kalkulasi, dilakukan dengan (a) pengurangan serial 7 dari angka mula-
mula 100 atau (b) pengejaan kata “WORLD” (versi bahasa Inggris) atau “WAHYU”
(versi bahasa Indonesia) dari huruf paling akhir (poin maksimal: 5)
4) Kemampuan bahasa, dilakukan dengan memberikan tugas-tugas: mengikuti
instruksi verbal (terdiri atas tiga tahap), mengikuti instruksi tertulis (terdiri atas satu
tahap) melakukan pengulangan, melakukan penamaan, memahami bacaan, dan
menulis (poin maksimal: 8)
5) Kemampuan menirukan gambar dua bangun segilima yang saling berpotongan
(poin maksimal: 1)
Formulir MMSE versi bahasa Inggris dan Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Skor
maksimal yang dapat diperoleh adalah 30. Skor MMSE di bawah 24 dapat menjadi suatu
indikasi adanya demensia dengan nilai sensitivitas sebesar 87% dan spesifitas sebesar 82%.
Masing-masing komponen kognitif yang dinilai dalam MMSE memiliki korelasi dengan
area-area tertentu di otak yang bertanggung jawab terhadap fungsi tersebut sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 1.
Dewasa ini, MMSE sudah banyak dikembangkan menjadi berbagai variasi intrumen
yang lebih singkat ataupun lebih terperinci sesuai kebutuhan penerapannya. MMSE juga telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dengan beberapa adaptasi untuk menyesuaikan
budaya dan kebiasaan masing-masing populasi di area tertentu, salah satunya Indonesia.
Terlepas dari berbagai kelebihan serta penerapannya yang luas, MMSE memiliki beberapa
kekurangan, antara lain:
a) Akurasi hasil pemeriksaan bervariasi mengikuti usia, tingkat pendidikan, dan etnis
b) Validitas hasil pemeriksaan dapat dipengaruhi gangguan penglihatan atau
pendengaran

1
Tugas Ujian Bangsal 2
Rissito Centricia Darurmurti

c) Tidak mampu mendeteksi demensia dini pada individu-individu dengan tingkat


pendidikan tinggi (ceiling effect)
d) Tidak mampu mendeteksi progresivitas pada demensia lanjut (floor effect)
e) Terdapat ketidakseimbangan bobot penilaian antara satu komponen dengan komponen
lainnya (sebagai contoh, bobot penilaian orientasi lebih besar dibandingkan bobot
penilaian praksis kontruksional (kemampuan menggambar atau menirukan gambar)
f) Penilaian kemampuan berbahasa cenderung kurang sensitif, kecuali pada kasus-kasus
demensia lanjut
g) Pengurangan serial 7 cenderung memberikan hasil lebih buruk daripada uji
alternatifnya (pengejaan kata “WORLD” atau “WAHYU” dari huruf paling akhir)
h) Penilaian fungsi visopersepsi dan fungsi eksekutif terlalu superfisial
i) Penilaian fungsi memori kurang mendalam sehingga kurang mampu mendeteksi
kasus-kasus amnesia
j) Hanya dapat diakses secara resmi melalui Psychological Assessment Resourcing
(PAR) selaku pemilik hak cipta
Oleh karena itu, diagnosis demensia tidak dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
MMSE saja. Riwayat medis dan sosial serta hasil pemeriksaan fisik yang komprehensif tetap
diperlukan untuk mendukung diagnosis.

2
Tugas Ujian Bangsal 2
Rissito Centricia Darurmurti

LAMPIRAN

Gambar 1. Formulir MMSE versi bahasa Inggris

3
Tugas Ujian Bangsal 2
Rissito Centricia Darurmurti

Gambar 2. Formulir MMSE versi bahasa Indonesia

4
Tugas Ujian Bangsal 2
Rissito Centricia Darurmurti

Pemeriksaan/Fungsi yang Dinilai Area Otak yang Berkaitan Diagnosis Banding Demensia
Orientasi waktu Lobus temporalis, lobus frontalis Terganggu pada demensia lanjut
Orientasi tempat Lobus temporalis, lobus frontalis Terganggu pada demensia lanjut
Immediate recall (hitungan detik) Area Wernicke, area Broca, fasikulus arkuatus DFT > DA
Delayed recall (2-3 menit) Hipokampus, lobus temporalis sisi medial yang DFT > DA
memisahkan hipokampus dan korteks
Atensi Mengeja Korteks prefrontalis, lobus frontalis sisi dorsolateral, DA > DFT
lobus parietalis inferior, girus cinguli
Berhitung Korteks prefrontalis, lobus frontalis sisi dorsolateral, DA > DFT > VASK
lobus parietalis sinistra, girus cinguli
Penamaan Lobus temporalis sinistra, parietalis VASK > DA > DFT
Kemampuan Repetisi Area Wernicke, area Broca, fasikulus arkuatus VASK > DA > DFT
Perintah 3 tahap Lobus temporalis, lobus frontalis, korteks premotorik Bervariasi
berbahasa Pemahaman bacaan Lobus parietalis sinistra, lobus temporalis Bervariasi
Menulis Lobus parietalis Bervariasi
Kemampuan menirukan gambar Lobus parietalis dekstra, ganglia basalis pada DLB = DPP > VASK > DA > DFT
proyeksinya ke korteks prefrontalis
Tabel 1. Komponen kognitif yang dinilai dalam MMSE dan area-area otak yang berkaitan
Keterangan: DA = demensia Alzheimer; DFT = demensia frontotemporal; VASK = demensia vaskular; DLB = demensia Lewy body; DPP =
demensia terkait penyakit Parkinson. Tanda > bermakna “lebih terganggu”

5
Tugas Ujian Bangsal 2
Rissito Centricia Darurmurti

DAFTAR PUSTAKA

1. Emilien, G., Durlach, C., Minaker, K.L., Winblad, B., Gauthier, S., Maloteaux, J-M.
(2004). Alzheimer Disease: Neuropsychology and Pharmacology. Berlin: Birkhäuser
Verlag.
2. Khachiyants, N. & Kim, K. (2012). Mini-Mental Status Examination Mapping to the
Corresponding Brain Areas in Dementia. Applied Technologies and Innovations, 7(2),
55-58. doi: 10.15208/ati.2012.7
3. Larner, A.J. (2017). MMSE Variants and Subscores. Dalam A.J. Larner (Ed.), Cognitive
Screening Instruments: A Practical Approach. Cham: Springer.
4. Paulsen, J.S. & Hoth, K.F. (2004). Neuropsychology. Dalam W.G. Bradley, R.B. Daroff,
G.M. Fenichel, J. Jankovic (Eds.), Neurology in Clinical Practice: Principles of
Diagnosis and Management, Volume 1. Philadelphia: Elseiver.
5. Thakore, N.J. (2008). Mini Mental State Examination. Dalam S. Loue & M. Sajatovic
(Eds.), Encyclopedia of Aging and Public Health. New York: Springer.

Anda mungkin juga menyukai