Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PROGRAM PENGENDALIAN TB

DI PUSKESMAS TUMINTING KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO


Indri C. Kalesaran*, Christian R. Tilaar*, A. J. M. Rattu*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Salah satu hal yang penting dalam informasi strategis program pengendalian TB yaitu pencatatan dan
pelaporan. Data yang dikumpulkan harus valid, yaitu akurat, lengkap dan tepat waktu. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sistem pencatatan dan pelaporan program pengendalian Tuberkulosis. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang dilaksanakan pada bulan April-Oktober 2014 di Puskesmas Tuminting.
Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan penilikan dokumen. Informasi dikumpulkan dari 5
orang informan. Validasi hasil penelitian menggunakan metode triangulasi. Program pengendalian TB disetiap
unit pelayanan kesehatan mengacu pada buku pedoman nasional pengendalian TB, begitu juga dengan
pencatatan dan pelaporan program TB. Pencatatan dan pelaporan program TB di Puskesmas Tuminting belum
dilaksanakan secara optimal. Untuk pencatatan pasien TB dan laboratorium tidak tersedianya formulir yang
legkap, formulir tersebut yaitu TB 02, TB 07, TB 08, TB 09, TB 10, TB 11dan TB 12. Begitupun untuk pencatatan
dan pelaporan logistik OAT tidak tersedianya buku penerimaan barang, buku pengeluaran barang dan kartu
stok. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu sistem pencatatan dan pelaporan program pengendalian TB belum
berjalan dengan baik. Puskesmas Tuminting harus lebih mengoptimalkan sistem pencatatan dan pelaporan
program TB agar setiap data yang diperlukan tersedia secara lengkap, selain itu Dinas Kesehatan Kota Manado
harus mengoptimalkan monitoring dan evaluasi.

Kata Kunci: Pencatatan, Pelaporan, Tuberkulosis, Puskesmas

ABSTRACT
One of the things that are important in TB control programs of strategic information that is recording and
reporting. The data collected should be valid, that is accurate, complete and timely. This study aims to determine
the system of recording and reporting of TB control programs. This study used a qualitative method, the unit of
analysis is a system for recording and reporting of TB control programs at public health centers of Tuminting.
Data were obtained through in-depth interviews, observation and document searches. Information collected from
5 informants. Validation of the data by the method of triangulation. TB control programs in each unit of health
care refers to the National TB control manuals, as well as recording and reporting of TB programs. Recording
and reporting of TB programs have not been implemented optimally. For the recording of TB patients and the
unavailability of laboratory form is not complete, the form that is TB 02, TB 07, TB 08, TB 09, TB 10, TB 11 and
TB 12. Likewise for the recording and reporting of logistics OAT unavailability of goods receipt books, book
expenses goods and card stock. The conclusion of this research is recording and reporting of Public Health
center Tuminting should further optimize the system for recording and reporting of TB programs to any
necessary data full in available and also the official health city of Manado should optimize monitoring and
evaluations.

Key words: Recording, Reporting, Tubercullosis, Public Health Center

1
PENDAHULUAN Setelah peneliti melakukan observasi di
Tuberkulosis (TB) merupakan pembunuh lapangan, peneliti menemukan adanya sistem
terbesar kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Data pencatatan yang masih kurang baik berupa
WHO pada tahun 2012, 8,6 juta orang terserang format-format yang tidak tersedia lengkap di
TB dengan kematian 1,3 juta orang, dan lebih Puskesmas, tidak tersedianya laporan
dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara pemeriksaan dahak, selain itu tidak tersedianya
berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap pencatatan tentang logistik obat anti-TB. Hal
tahun, 9 juta orang terserang TB dan 3 juta inilah yang mendorong peneliti merasa tertarik
orang yang menderita TB tidak mendapatkan untuk melakukan penelitian dengan judul
pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan “Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan
(WHO, 2014). Program Pengendalian TB di Puskesmas
Sistem pencatatan dan pelaporan program Tuminting Kecamatan Tuminting Kota
TB Nasional dikembangkan mengacu pedoman Manado”.
internasional dari WHO dengan TB 03 sebagai
register utama yang dikelola oleh Wasor (Wakil METODE PENELITIAN
Supervisioir) Kabupaten/Kota sebagai Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
penanggung jawab (Kemenkes, 2011a). yang dilaksanakan di Puskesmas Tuminting
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kota Manado pada bulan April-Oktober 2014.
Dinas Kesehatan Kota Manado tahun 2013, Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri
Puskesmas Tuminting merupakan wilayah selanjutnya dibantu dengan instrumen tambahan
dengan penderita TB tertinggi di Kota Manado berupa alat rekam, alat bantu menulis, kamera
dengan jumlah pasien 236. Data yang diperoleh serta pedoman wawancara. Wawancara
dari Puskesmas Tuminting pada bulan Januari - dilakukan kepada lima informan yaitu Kepala
Agustus tahun 2014 terdapat 140 pasien TB. seksi P2TB Dinas Kesehatan Kota Manado,
Tingginya kasus TB di wilayah kerja Puskesmas Wasor TB Dinas Kesehatan Kota Manado,
Tuminting diharapkan sistem pencatatan dan Kepala Puskesmas, pemegang program TB
pelaporan dilaksanakan dengan baik. Pada Puskesmas Tuminting, dan petugas
kenyataannya, ditemukan sistem pencatatan laboratorium Puskesmas Tuminting. Validasi
yang masih kurang baik karena tidak sesuai data hasil penelitian dilakukan dengan metode
dengan buku pedoman nasional. Hal tersebut triangulasi sumber dan triangulasi metode.
menyebabkan melemahnya pengawasan
terhadap pengobatan pasien sehingga angka
kejadian TB masih tinggi di wilayah Tuminting.

2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN triwulan hasil pengobatan), formulir TB 09
Pencatatan dan Pelaporan Pasien TB (formulir rujukan/pindah pasien), dan formulir
Sehubungan dengan pencatatan dan pelaporan TB 10 (formulir hasil akhir pengobatan dari
pasien TB, ada beberapa pertanyaan yang pasien TB pindahan). Berdasarkan hasil
diajukan dalam wawancara. Berdasarkan hasil wawancara, Kepala Seksi P2TB menuturkan
wawancara dengan informan, secara umum bahwa format tersedia cukup karena ada
untuk pencatatan dan pelaporan program bantuan dari Global Fund. Selain itu, informasi
pengendalian TB sudah menggunakan format lain yang didapatkan dari pihak Puskesmas
yang baku. Wasor TB Kota Manado bahwa setiap format tersedia cukup baik itu
menambahkan penjelasan bahwa sudah ada melalui Dinas Kesehatan Kota Manado ataupun
Sistem Informasi TB Terpadu (SITT) yang pengadaan sendiri dari Puskesmas tersebut.
digunakan secara online diseluruh Indonesia, Dalam hal ini untuk ketersediaan format tidak
yang diharapkan sistem tersebut lebih menjadi masalah. Dengan adanya pelaporan
memudahkan dalam mengakses data pasien TB yang dilakukan setiap triwulan, diharapkan
secara nasional. Berdasarkan hasil observasi setiap program pengendalian TB khususnya
peneliti menemukan bahwa di Puskesmas dalam pencatatan dan pelaporan dapat diawasi
Tuminting belum menggunakan sistem tersebut. dengan lebih baik. Akan tetapi, dengan
Keterbatasan petugas dalam mengoperasikan melemahnya monitoring dari Dinas Kesehatan
komputer membuat sistem tersebut belum bisa menyebabkan ada formulir-formulir yang tidak
digunakan di Puskesmas Tuminting. Sampai disiapkan di Puskesmas.
saat ini untuk pencatatan dan pelaporan pasien Sistem pencatatan dan pelaporan
masih dengan sistem manual, yaitu masih menggunakan standar register yang merupakan
menggunakan formulir yang disediakan oleh kunci utama dari program TB Nasional.
Dinas Kesehatan. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan yang cermat dan informasi yang
secara manual tersebut membutuhkan format- tersistematis meningkatkan manajemen kasus
format yang lengkap, agar memaksimalkan data dan perawatan pasien. Sistem pencatatan dan
yang akan dihasilkan. Namun pada kenyataan pelaporan menggunakan standar register yang
dilapangan, berdasarkan hasil penilikan merupakan kunci utama dari program TB
dokumen, peneliti menemukan bahwa beberapa Nasional. Pencatatan yang cermat dan informasi
jenis formulir yang digunakan belum tersedia yang tersistematis meningkatkan manajemen
lengkap di Puskesmas Tuminting. Formulir kasus dan perawatan pasien. Hal ini juga
tersebut yaitu: formulir TB 02 (kartu identitas memungkinkan untuk penilaian kegiatan
pasien), formulir TB 07 (laporan triwulan kasus program TB Nasional. Berikut ini dokumen
baru dan pengobatan), formulir TB 08 (laporan

3
yang digunakan dalam program TB Nasional demikian pencatatan dan pelaporan
(KNCV, 2001): laboratorium TB belum berjalan dengan baik.
a. Kartu Pengobatan TB Dalam rangka menjaga kualitas
b. Register TB Daerah pemeriksaan laboratorium mikroskopis TB, juga
c. Kartu Identitas TB dilaksanakan pemantapan mutu eksternal berupa
d. Laporan Triwulan 1: Kasus Baru dan uji silang. Sediaan yang telah diperiksa oleh
kambuh laboratorium, secara periodik akan diambil
e. Laporan Triwulan 2: Hasil pengobatan sampel oleh pengelolah program kota untuk
diperiksa ulang di laboratorium Rujukan Uji
Pencatatan dan Pelaporan Laboratorium Silang. Pengiriman ulang sediaan untuk uji
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua silang menggunakan formulir TB 12. Pada akhir
informan mengenai pencatatan dan pelaporan periode uji silang, pengelolah program kota
laboratorium TB, diberikan penjelasan bahwa akan memberilan umpan balik ke laboratorium
pencatatan laboratorium sudah dilaksanakan mikroskopis untuk meningkatkan kinerjanya
sesuai dengan pedoman Nasional, dan untuk (Kemenkes, 2012).
setiap petugas laboratorium sudah mengikuti Dalam program penanggulangan TB,
pelatihan, sehingga diharapkan dapat pemeriksaan mikroskopik dahak merupakan
melaksanakan tugas dengan baik. Berdasarkan komponen kunci untuk menegakkan diagnosis
observasi dilapangan, dalam pencatatan dan serta evaluasi dan tindak lanjut pengobatan.
pelaporan laboratorium di Puskesmas Pemeriksaan 3 spesimen (SPS) dahak secara
Tuminting masih terdapat kekurangan- mikroskopis nilainya identik dengan
kekurangan dalam hal tidak tersedianya pemerikasaan dahak secara biakan. Pemeriksaan
formulir yang lengkap. Formulir yang tidak dahak mikroskopis merupakan pemeriksaan
tersedia yaitu formulir TB 11 (laporan triwulan yang paling efisien, mudah, murah, bersifat
hasil pemeriksaan dahak mikroskopis akhir spesifik dan dapat dilaksanakan di semua unit
tahap intensif) dan formulir TB 12 (formulir laboratorium yang kinerjanya harus dipantau
pengiriman sediaan untuk uji silang). Untuk uji melalui pemantapan mutu laboratorium
silang hasil pemerikasaan mikroskopis (Kemenkes, 2011e).
Puskesmas Tuminting dilaksanakan setiap
triwulan. Dengan tidak tersedianya formulir Pencatatan dan Pelaporan Logistik OAT
pengiriman sediaan uji silang, maka laporan Berdasarkan hasil wawancara Wasor TB
hasil uji silang tidak dapat diketahui dalam hal menuturkan dalam pencatatan dan pelaporan
ini berhubungan dengan error rate. Dengan logistik OAT yang dicatat yaitu stok barang
yang masuk dan yang digunakan. Hasil

4
penelitian menunjukkan bahwa pencatatan dan fundamental dalam pengendalian TB. Sebuah
pelaporan logistik OAT belum berjalan dengan sistem yang dapat diandalkan dalam pengadaan
baik. Peneliti menemukan bahwa di Puskesmas dan distribusi semua obat anti-TB penting untuk
Tuminting tidak menyediakan pencatatan dan semua fasilitas kesehatan yang bersangkutan.
pelaporan untuk logistik dan hal tersebut sudah Sistem pencatatan dan pelaporan dirancang
terjadi begitu lama. Tidak adanya format baku untuk memberikan informasi yang dibutuhkan
dalam pencatatan ini, membuat petugas untuk merencanakan, mengadaakan,
kesehatan yang ada tidak membuat pencatatan mendistribusikan dan mengurus kecukupan
dalam buku khusus tentang permintaan dan persediaan obat. Obat anti-TB harus tersedia
penggunaan OAT. Pasokan OAT yang selalu bebas tanpa biaya untuk semua pasien TB, baik
tersedia dan cukup untuk wilayah kerja karena banyak pasien yang miskin dan mungkin
Puskesmas Tuminting membuat pencatatan dan pasien yang sulit untuk mengusahakannya, dan
pelaporan logistik diabaikan. Melemahnya karena pengobatan memiliki manfaat yang
monitoring dan evaluasi menyebabkan tidak mencakup masyarakat secara keseluruhan
adanya perbaikan untuk pencatatan dan (WHO, 2006).
pelaporan logistik sampai saat ini. Peningkatkan manajemen logistik obat
Indonesia telah menerapkaan strategi adalah masalah yang sangat penting bagi
DOTS sejak tahun 1995 sebagai strategi program TB Nasional untuk menjamin tidak
Nasional penanggulangan TB di seluruh terputusanya pasokan obat TB lini pertama dan
Indonesia. Hasil dari Joint External Monitoring kedua di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan.
Mission pada tahun 2011 merekomendasikan Obat lini pertama adalah obat untuk penderita
bahwa perluasan program penanggulangan yang TB biasa, sedangkan obat lini ke dua adalah
cepat harus didukung oleh sumber daya manusia obat untuk penderita TB resisten obat (TB
yang memadai dan dukungan logistik yang Multi-drug resistant). Peran TB CARE I dalam
cuklup. Rekomendasi JEMM tersebut manajemen logistik obat dimulai dari pemilihan
dituangkan dalam 6 area dan salah satu obat, pengadaan, distribusi dan penyimpanan,
rekomendasi tersebut adalah penguatan sistem serta pengawasan dan evaluasi dari manajemen
pengelolaan logistik. Pengelolaan logistik yang logistik obat tersebut. Dukungan lain TB CARE
baik merupakan komponen yang sangat penting I berupa dukungan manajemen yang terdiri dari
dalam mensukseskan program TB Nasional atas penguatan sistem informasi manajemen
(Kemenkes, 2011d). dalam bentuk implementasi E-TB Manager,
Pasokan yang tak terputus dan pembuatan buku pedoman logistik dan Standar
berkelanjutan dari obat anti-TB (OAT) yang prosedur operasional (SOP), pendanaan dan
memiliki kualitas terjamin merupakan hal yang

5
pelatihan dalam manajemen logistik obat triwulan, dan itupun diberikan oleh Dinas
(Kemenkes, 2010). Kesehata langsung pada saat melakukan
monitoring dan evaluasi di Puskesmas
KESIMPULAN tersebut.
1. Pencatatan dan Pelaporan pasien TB 3. Pasokan OAT yang selalu tersedia cukup di
sebenarnya sudah menggunakan SITT, tapi Puskesmas Tuminting membuat sistem
di Puskesmas Tuminting belum pencatatan dan pelaporan diabaikan. Hal
menjalankan sistem tersebut. Keterbatasan tersebut dapat dilihat dengan tidak
petugas dalam mengoperasikan komputer tersedianya buku khusus untuk mencatat
membuat sistem tersebut tidak digunakan. setiap kegiatan yang berhubungan dengan
Sampai saat ini untuk pencatatan dan permintaan dan penggunaan logistik di
pelaporan masih dilakukan secara manual, Puskesmas Tuminting. Setiap kegiatan
hal tersebut membuat sistem pencatatan yang dilakukan tidak dapat terkontrol
dan pelaporan masih belum berjalan dengan baik. Kurangnya pengawasan dari
dengan baik. Selain itu, ada beberapa jenis Dinas Kesehatan membuat hal tersebut
formulir tidak tersedia di Puskesmas berjalan begitu lama di Puskesmas
Tuminting, membuat sistem pencatatan dan Tuminting.
pelaporan pasien TB tidak berjalan sesuai
dengan yang tercantum dalam buku SARAN
pedoman pengendalian TB Nasional. 1. Dinas Kesehatan Kota Manado harus
Formulir yang tidak tersedia yaitu TB 02, lebih memaksimalkan monitoring dan
TB 07, TB 08, TB 09 dan TB 10.
evaluasi agar Program Pengendalian
2. Pencatatan dan pelaporan laboratorium TB
TB khususnya sistem pencatatan dan
juga belum berjalan dengan baik. Beberapa
pelaporan berjalan dengan baik sesuai
formulir yang tidak lengkpa yaitu TB 11
dengan pedoman nasional pengendalian
dan TB 12, yang seharusnya formulir
TB.
tersebut merupakan dokumen yang dapat
menunjukkan mutu dari laboratorium 2. Puskesmas Tuminting harus
tersebut, karena TB 11 adalah formulir memaksimalkan pencatatan dan
permohonan laboratorium TB untuk pelaporan pasien TB maupun
pemeriksaan dahak dan TB 12 merupakan laboratorium. Dengan adanya SITT
formulir pengiriman sediaaan untuk uji diharapkan petugas kesehatan yang ada
silang. Format tersebut nanti tersedia di sudah mampu melakukan pelaporan
Puskesmas pada saat dilakukan pelaporan

6
dengan menggunakan sistem tersebut Koninklijke Nederlandse Centrale
secara online. Vereniging (KNCV). 2001. TB
3. Untuk setiap kegiatan logistik OAT Manual National Tuberkulosis
yang berhubungan dengan permintaan Programme Guidelines
dan penggunaan disediakan buku World Health Organization. 2006. The Stop TB
khusus, agar kegiatan tersebut dapat Strategy (Building on and Enchancing

terkontrol dengan maksimal. DOTS to Meet the TB-Related


Millennium Development Goals)

DAFTAR PUSTAKA World Health Organization. 2014. Reach The 3

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Million. (Online).

2010. Panduan Pengelolaan Logistik (http://www.who.int/campaigns/tb-

Program Pengendalian Tuberkulosis day/2014/event/en/). Diakses pada

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. tanggal 27 Maret 2014

2011a. Strategi Nasional Pengendalian


TB di Indonesia 2010 – 2014
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2011b. Rencana Aksi Nasional,
Informasi Strategis Pengendalian
Tuberkulosis Indonesia: 2011-2014
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2011d. Rencana Aksi Nasional
Logistik Pengendalian Tuberkulosis
2011-2013
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2011e. Rencana Aksi Nasional
Penguatan Laboratorium
Pengendalian Tuberkulosis: 2011-
2014
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2012. Standar Prosedur Operasional
Pemeriksaan Mikroskopis TB

Anda mungkin juga menyukai