Anda di halaman 1dari 11

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume XXVI, Nomor 4, 2001:13 - 23 ISSN 0216-1877

EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DAN PERANANNYA


SEBAGAI HABITAT BERBAGAI FAUNA AQUATIK

Oleh

PRAMUDJI*)

ABSTRACT

THE ROLE OF MANGROVE FOREST ECOSYSTEM AS HABITAT FOR MARINE


ORGANISMS. Mangrove forest in Indonesia is estimated to cover an area of 4.25
million hectares. Even if it is only about 2 % of the entire land territory,
nonetheless its economics and environmental values should not be under-
estimated. Therefore, its presence must be maintained. Being a transitions zone
between terrestrial and marine ecosystem, the mangrove ecosystem has been
known for long to have multiple functions and constitutes an important link in
maintaining biological equilibrium in the coastal ecosystem.
Mangrove forest ecosystem is an important habitat for marine organisms.
Generally, it is dominated by molluscs and crustaceans. The mollusc is composed
mainly of the Gastropoda and further dominated by two families, namely the
Potamidae and Ellobiidae. As for the crustacean, it is composed mainly of the
Brachyura. Some of mangroves fauna are also known as consumables and
economically important such as Terebralia palustris, Telescopium telescopium
(Gastropoda), Anadara antiquate, Polymesoda coaxans, Ostrea cucullata (Bivalvia),
and Scylla serrate, S. olivacea, Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus, Labnanium
politum (Crustacea).

PENGERTIAN MANGROVE (MACNAE 1968). Dalam bahasa Portugis, kata


mangrove dipergunakan untuk individu jenis
Hutan mangrove merupakan formasi dari tumbuhan, dan kata mangal dipergunakan
tumbuhan yang spesifik, dan umumnya untuk komunitas hutan yang terdiri atas
dijumpai tumbuh dan berkembang pada individu-individu jenis mangrove. Sedangkan
kawasan pesisir yang terlindung di daerah dalam bahasa Inggris, kata mangrove
tropika dan subtropika. Kata mangrove sendiri dipergunakan baik untuk komunitas pohon-
berasal dari perpaduan antara bahasa Portugis pohonan atau rumput-rumputan yang tumbuh
yaitu mangue, dan bahasa Inggris yaitu grove di kawasan pesisir maupun untuk individu jenis

*) Balai Litbang Biologi Laut, Puslit Oseanografi-LIPI, Jakarta

13

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

tumbuhan lainnya yang tumbuh yang tersebut, beberapa jenis tumbuhan mangrove
berasosiasi dengannya. Selain itu, mampu mengembangkan mekanisme yang
MASTALLER dalam Noor dkk. (1999) memungkinkan secara aktif untuk mengeluarkan
menyebutkan bahwa kata mangrove adalah garam dari jaringan. Sementara itu, organ yang
berasal dari bahasa Melayu-kuno, yaitu mangi- lainnya memiliki daya adaptasi dengan cara
mangi yang digunakan untuk menerangkan mengembangkan sistem akar napas untuk
marga Avicennia, dan sampai saat ini istilah memperoleh oksigen dari sistem perakaran yang
tersebut masih digunakan untuk kawasan hidup pada substrat yang anaerobik. Disamping
Maluku. Berkaitan dengan hal tersebut, itu, beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti
berbagai macam istilah yang digunakan untuk Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan Ceriops sp.
memberikan sebutan pada hutan mangrove, mampu berkembang dengan menggunakan
antara lain adalah coastal woodland, mangal buah (propagul) yang sudah berkecambah
dan tidalforest (MACNAE 1968; WALSH sewaktu masih menempel pada pohon induknya
1974). atau disebut sebagai vivipar. Namun
Secara umum, SAENGER et al. (1986) sebagaimana halnya dengan jenis tumbuhan
memberikan pengertian bahwa hutan mangrove lainnya, tumbuhan mangrove ini tetap
adalah sebagai suatu formasi hutan yang membutuhkan air tawar secara normal, unsur
dipengaruhi oleh adanya pasang-surut air laut, hara dan oksigen. Selain itu, keberadaan hutan
dengan keadaan tanah yang anaerobik. mangrove di kawasan pesisir tersebut biasanya
Sedangkan SUKARDJO (1996), mendefinisikan tumbuh dan berkembang berkaitan erat dengan
hutan mangrove sebagai sekelompok ekosistem lainnya, seperti padang lamun,
tumbuhan yang terdiri atas berbagai macam algae dan terumbu karang.
jenis tumbuhan dari famili yang berbeda, namun Di Indonesia, hutan mangrove tumbuh
memiliki persamaan daya adaptasi morfologi dan tersebar diseluruh Nusantara, mulai dari
dan fisiologi yang sama terhadap habitat yang Pulau Sumatera sampai dengan Pulau Irian.
dipengaruhi oleh pasang surut. Sementara Menurut DARSIDI (1982) luas hutan mangrove
SORIANEGARA (1987) memberi definisi hutan diperkirakan sekitar 4,25 juta hektar, sedangkan
mangrove sebagai hutan yang terutama menurut laporan GIESEN (1993) luas hutan
tumbuh pada lumpur aluvial di daerah pantai mangrove pada tahun 1993 diperkirakan sekitar
dan muara sungai, yang eksistensinya selalu 2,49 juta hektar. Dari seluruh hutan mangrove
dipengaruhi oleh air pasang-surut, dan terdiri yang ada di Indonesia tersebut, ditemukan
dari jenis Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, sekitar 202 jenis tumbuhan yang hidup pada
Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, hutan mangrove, yakni meliputi 89 jenis pohon,
Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa. 5 jenis palm, 19 jenis pemanjat, 44 jenis terna,
TOMLILNSON (1986) mendefinisikan man- 44 jenis epifit, 1 jenis paku-pakuan (NOOR dkk.
grove baik sebagai tumbuhan yang tumbuh di 1999). Dari sejumlah jenis tersebut, sebanyak
daerah pasang-surut maupun sebagai 43 merupakan jenis tumbuhan mangrove sejati,
komunitas. sementara jenis lainnya merupakan jenis
Terkait dengan definisi di atas, maka hal tumbuhan yang biasanya berasosiasi dengan
yang paling mendasar dan penting untuk hutan mangrove jenis. Dari 43 jenis mangrove
dipahami adalah bahwa jenis tumbuhan man- tersebut, 33 jenis termasuk klasifikasi pohon
grove mampu tumbuh dan berkembang pada dan sisanya adalah termasuk jenis perdu.
lingkungan pesisir yang berkadar garam sangat Sedangkan menurut SUKARDJO (1996), jenis
ekstrim, jenuh air, kondisi tanah yang kurang tumbuhan mangrove di Indonesia tercatat
stabil dan anaerob. Dengan kondisi lingkungan sebanyak 75 jenis. Namun SAENGER et al.

14

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

(1983) menyatakan bahwa, jenis tumbuhan mucronata yang kadang-kadang tumbuh


mangrove diseluruh dunia adalah sekitar 60 berdampingan dengan Avicennia marina,
jenis. Perbedaan pendapat tentang besar kemudian untuk Rhizophora stylosa lebih
kecilnya keragaman jenis tumbuhan mangrove menyukai pada pantai yang memiliki tanah pasir
tersebut adalah merupakan hal yang wajar atau pecahan terumbu karang, dan biasanya
dalam dunia penelitian, karena hal ini justru berasosiasi dengan jenis Sonnerafia alba.
memberikan indikasi adanya dinamika ilmu Sedangkan untuk jenis Rhizophora apiculata
pengetahuan. hidup pada daerah transisi.
Selain tipe tanah, kondisi kadar garam
atau salinitas pada substrat juga mempunyai
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI pengaruh terhadap sebaran dan terjadinya
EKSISTENSI MANGROVE permintakatan. Berbagai macam jenis tumbuhan
mangrove mampu bertahan hidup pada
Sebagai daerah peralihan antara laut dan salinitas tinggi, namun jenis Avicennia
daratan, hutan mangrove mempunyai gradien merupakan jenis yang mampu hidup
sifat lingkungan yang sangat ekstrim. Pasang- bertoleransi terhadap kisaran salinitas yang
surut air laut menyebabkan terjadinya sangat besar. MacNAE (1968) menyebutkan
perubahan beberapa faktor lingkungan yang bahwa Avicennia marina mampu tumbuh pada
besar, terutama suhu dan salinitas. Oleh karena salinitas sangat rendah sampai 90‰,
itu, hanya beberapa jenis tumbuhan yang sedangkan Sonneratia sp. umumnya hidup
memiliki daya toleransi yang tinggi terhadap pada salinitas yang tinggi, kecuali Sonnerafia
lingkungan yang ekstrim tersebut saja yang casiolaris (sekitar 10 ‰). Jenis Bruguiera sp
mampu bertahan hidup dan berkembang biasanya tumbuh pada salinitas maksimum
didalamnya. Kondisi yang terjadi tersebut juga sekitar 25‰, sedangkan jenis Ceriops tagal,
menyebabkan rendahnya keanekaragaman Rhizophora mucronafa dan Rhizophora
jenis, namun disisi lain kepadatan populasi stylosa mampu hidup pada salinitas yang relatif
masing-masing jenis umumnya tinggi. tinggi.
Walaupun habitat hutan mangrove Disamping faktor-faktor tersebut di
bersifat khusus, namun masing-masing jenis atas, pasang-surut air laut juga mempunyai
tumbuhan memiliki kisaran ekologi tersendiri, pengaruh terhadap jenis tumbuhan mangrove
sehingga kondisi ini menyebabkan terbentuknya yang tumbuh pada suatu daerah. WATSON
berbagai macam komunitas dan bahkan dalam KARTAWINATA ddk. (1979) memberi-
permintakatan atau zonasi, sehingga kompetisi kan gambaran tentang lima kelas genangan
jenis berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. yang merupakan korelasi antara tingginya
Munculnya fenomena permintakatan yang terjadi genangan air pasang dan lama genangan,
pada hutan mangrove tersebut sangat berkaitan dengan jenis tumbuhan mangrove. Adapun
erat dengan beberapa faktor, antara lain adalah klasifikasi kelas genangan tersebut adalah
tipe tanah, keterbukaan areal mangrove dari sebagai berikut:
hempasan ombak, salinitas dan pengaruh pasang- 1. Kawasan pantai digenangi oleh setiap air
surut (SOERIANEGARA 1971; CHAPMAN 1976, pasang (all high tides). Di tempat seperti ini
KARTAWINATA & WALUYO 1977). Pengaruh jarang jenis mangrove yang mampu hidup,
tipe tanah atau substrat tersebut, sangat jelas kecuali Rhizophora mucronata.
terlihat pada jenis Rhizophora, misalnya pada 2. Kawasan pantai digenangi oleh air pasang
tanah lumpur yang dalam dan lembek akan agak besar (medium high tide). Di tempat
tumbuh dan didominasi oleh Rhizophora

15

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

seperti ini yang muncul adalah jenis variasi iklim dari proses-proses yang terjadi di
Avicennia sp. dan Sonneratia sp. kawasan pesisir dan kombinasi interaksi
3. Kawasan pantai digenangi oleh air pasang biologis, antara lain seperti flora, fauna dan
rata-rata (normal high tide). Tempat ini elemen fisiknya termasuk intervensi aktivitas
mencakup sebagian besar hutan mangrove, manusia.
yang ditumbuhi jenis Rhizopora Ekosistem mangrove merupakan
mucronata, Rhizophora apiculata, Ceriops ekosistem peralihan antara darat dan laut yang
tagal dan Bruguiera parviflora. dikenal memiliki peran dan fungsi sangat besar.
4. Kawasan pantai digenangi oleh air pasang Secara ekologis mangrove memiliki fungsi yang
perbani (spring tides). Di daerah ini jenis sangat penting dalam memainkan peranan
tumbuh jenis Bruguiera sp., dan umumnya sebagai mata rantai makanan di suatu perairan,
adalah Bruguiera cylindrica membentuk yang dapat menumpang kehidupan berbagai
tegakan murni, namun kadang-kadang pada jenis ikan, udang dan moluska. Perlu diketahui
areal yang baik drainasinya ditumbuhi oleh bahwa hutan mangrove tidak hanya melengkapi
Bruguiera parviflora dan Bruguiera pangan bagi biota aquatik saja, akan tetapi juga
sexangula. dapat menciptakan suasana iklim yang kondusif
5. Kawasan pantai yang kadang-kadang bagi kehidupan biota aquatik, serta memiliki
digenangi oleh pasang tertinggi (excep kontribusi terhadap keseimbangan siklus
tional or equinoctial tides). Di tempat ini biologi di suatu perairan. Kekhasan tipe
Bruguiera gymnorrhiza berkembang perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove
dengan baik, dan kadang berasosiasi seperti Rhizophora sp., Avicennia sp. dan
dengan paku-pakuan Acrostichum sp. Sonneratia sp. dan kondisi lantai hutan,
kubangan serta alur-alur yang saling
berhubungan merupakan perlidungan bagi
EKOSISTEM MANGROVE, PERANAN larva berbagai biota laut. Kondisi seperti ini juga
DAN FUNGSINYA sangat penting dalam menyediakan tempat
untuk bertelur, pemijahan dan pembesarkan
Ekosistem hutan mangrove meng- serta tempat mencari makan berbagai macam
gambarkan adanya hubungan yang erat antara ikan dan udang kecil, karena suplai makanannya
sekumpulan vegetasi dengan geomorfologi, tersedia dan terlindung dari ikan pemangsa.
yang ditetapkan sebagai habitat (SUKARDJO Ekosistem mangrove juga berperan sebagai
1996). Fenomena yang muncul di kawasan habitat bagi jenis-jenis ikan, kepiting dan
pantai adalah terjadinya proses pengendapan kerang-kerangan yang mempunyai nilai
sedimen dan kolonisasi oleh tumbuhan ekonomi tinggi.
mangrove dari jenis Rhizophora stylosa yang Dilihat dari aspek fisik, hutan mangrove
dikenal sebagai jenis pioner, sehingga mempunyai peranan sebagai pelindung
memungkinkan bertambahnya luas areal hutan kawasan pesisir dari hempasan angin, arus dan
mangrove. Kondisi sebaliknya juga dapat ombak dari laut, serta berperan juga sebagai
terjadi apabila kawasan pantai tersebut tidak benteng dari pengaruh banjir dari daratan. Tipe
terlindung, hal ini disebabkan oleh adanya perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove
proses erosi pantai sebagai akibat gelombang (pneumatophore) tersebut juga mampu
laut. Terkait dengan fenomena tersebut, mengendapkan lumpur, sehingga memung-
PERCIVAL & WOMERSLEY (1975) kinkan terjadinya perluasan areal hutan
mengungkapkan bahwa ekosistem hutan mangrove. Disamping itu, perakaran jenis
mangrove merupakan refleksi dinamik antara tumbuhan mangrove juga mampu berperan

16

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

sebagai perangkap sedimen dan sekaligus penghuni mangrove kurang begitu jelas
mengendapkan sedimen, yang berarti pula (KARTAWINATA dkk. 1979). Penyebaran
dapat melindungi ekosistem padang lamun dan fauna penghuni hutan mangrove mem-
terumbu karang dari bahaya pelumpuran. perlihatkan dua cara, yaitu penyebaran
Terciptanya keutuhan dan kelestarian ketiga secara vertical dan secara horisontal.
ekosistem dari bahaya kerusakan tersebut, Penyebaran secara vertikal umumnya dilakukan
dapat menciptakan suatu ekosistem yang oleh jenis fauna yang hidupnya menempel atau
sangat luas dan komplek serta dapat melekat pada, akar, cabang maupun batang
memelihara kesuburan, sehingga pada akhirnya pohon mangrove, misalnya jenis Liftorina
dapat menciptakan dan memberikan kesuburan scabra, Nerita albicilla, Menetaria annulus
bagi perairan kawasan pantai dan sekitarnya. dan Melongena galeodes (BUDIMAN &
DARNAEDI 1984; SOEMODIHARDJO 1977).
Sedangkan penyebaran secara horisontal
FAUNA AQUATIK PENGHUNI biasanya ditemukan pada jenis fauna yang
HUTAN MANGROVE hidup pada substrat, baik itu yang tergolong
infauna, yaitu fauna yang hidup dalam lubang
Pengetahuan tentang fauna aquatik atau dalam substrat, maupun yang tergolong
penghuni hutan mangrove di Indonesia hingga epifauna, yaitu fauna yang hidup bebas di atas
saat ini masih dirasakan sangat kurang, dan substrat. Distribusi fauna secara horisontal
kalaupun ada orientasinya bukan pada aspek pada areal hutan mangrove yang sangat luas,
ekologinya, akan tetapi penekanannya biasanya memperlihatkan pola permintakatan
cenderung pada aspek taksonominya. jenis fauna yang dominan dan sejajar dengan
Penelitian fauna mangrove yang dilakukan di garis pantai. Permintakatan yang terjadi di
Indonesia tersebut antara lain dilakukan oleh daerah ini sangat erat kaitannya dengan
SOEMODIHARDJO & KASTORO (1977) yang perubahan sifat ekologi yang sangat ekstrim
menyoroti tentang aspek biologi Telebraria yang terjadi dari laut ke darat. KARTAWINATA
palustris. Kemudian penelitian mengenai & SOEMODIHARDJO (1977) menyatakan
struktur fauna penghuni mangrove dan sebaran bahwa, permintakatan fauna hanya terlihat pada
fauna penghuni hutan mangrove diseluruh In- hutan mangrove sangat iuas, tetapi tidak terlihat
donesia dilakukan oleh SOEMODIHARDJO pada hutan mangrove yang ketebalannya sangat
(1977), SOEMODIHARDJO dkk. (1977), rendah.
BUDIMAN dkk. (1977), AL HAKLIM dkk. Secara ekologis, jenis moluska penghuni
(1982), BUDIMAN & DARNAEDI (1982). mangrove memiliki peranan yang besar dalam
Sedangkan penelitian mengenai ekologi kaitannya dengan rantai makanan di kawasan
fauna mangrove baru dilakukan oleh mangrove, karena disamping sebagai
MARTOSUBROTO & NAAMIN (1977), pemangsa detritus, moluska juga berperan
DJAMALI (1990) dan TORO (1990). dalam merobek atau memperkecil serasah yang
Sebagaimana fenomena yang terjadi baru jatuh. Perilaku moluska jenis Telebraria
pada hutan mangrove yakni dicirikan dengan palustris dan beberapa moluska lainnya dalam
adanya zonasi atau permintakatan oleh jenis memecah atau menghancurkan serasah man-
tumbuhan yang dominan, maka fauna penghuni grove untuk dimakan, namun disisi lain sangat
hutan mangrove pun juga memperlihatkan besar artinya dalam mempercepat proses
adanya permintakatan. Terkait dengan sifat dekomposisi serasah yang dilakukan
fauna yang pada umumnya sangat dinamis, mikrorganime akan lebih cepat. Disamping
maka batasan zonasi yang terjadi pada fauna membantu dalam proses dekomposisi, beberapa

17

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

fauna kepiting juga membantu dalam penyebaran dikonsumsi masyarakat adalah jenis
seedling dengan cara menarik propagul kedalam Polymesoda coaxans, Anadara antiquata dan
lubang tempat persembunyiannya ataupun pada Ostrea cucullata Kelas Crustacea yang
tempat yang berair. Aktifitas kepiting ini ditemukan pada ekosistem hutan mangrove
dampaknya sangat baik dalam kaitannya dengan adalah sebanyak 54 jenis (Tabel 3), dan
distribusi dan kontribusi pertumbuhan dari umumnya didominasi oleh jenis kepiting
seedling mangrove dari jenis Rhizophora sp, (Brachyura) yang dapat dikategorikan sebagai
Bruguiera sp. dan Ceriops sp., terutama pada golongan infauna, sedangkan beberapa jenis
daerah yang sudah atau mulai terjadi konversi udang (Macrura) yang ditemukan pada
hutan mangrove. ekosistem mangrove sebagian besar hanya
Fauna moluska yang hidup sebagai sebagai penghuni sementara. Dari beberapa
penghuni hutan mangrove di Indonesia penelitian yang dilakukan di berbagai tempat
umumnya didominasi oleh Gastropoda, yaitu menunjukkan bahwa famili Grapsidae
sekitar 61 jenis (Tabel 1), sedangkan dari kelas merupakan penyusun utama fauna Crustacea
Bivalvia hanya sekitar 9 jenis saja (Tabel 2). hutan mangrove (SOEMODIHARDJO 1977,
Dari fauna Gastropoda penghuni mangrove BUDIMAN dkk. 1977). Jenis Thalassina
yang memiliki penyebaran yang sangat luas anomala merupakan jenis udang lumpur
adalah Littorina scabra, Terebralia palustris, sebagai penghuni setia hutan mangrove, karena
T. sulcata dan Cerithium patalum. Sedangkan udang ini hidup dengan cara membuat lubang
jenis yang memiliki daya adaptasi yang tinggi dan mencari makan hanya disekitar sarang
terhadap lingkungan yang sangat ekstrim tersebut. Sedangkan pada hutan mangrove
adalah Littorina scabra, Crassostrea cacullata bersubstrat lumpur agak pejal, umumnya
dan Enigmonia aenigmatica (BUDIMAN & didominasi Uca dusumeri. Jenis lain yang
DARNAEDI 1984). Selanjutnya disebutkan muncul pada substrat tersebut adalah Uca
pula bahwa dari sebanyak Gastropoda penghuni lactea, U. vocans, U. signatus dan U. conso-
hutan mangrove tersebut beberapa diantaranya brinus. Diantara kepiting mangrove yang
dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi mempunyai nilai ekonomis dan dikonsumsi
masyarakat sekitar mangrove, antara lain adalah masyarakat adalah Scylla serrata, S. olivacea,
jenis Terebralia palustris dan Telescopium Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus dan
telescopium. Sedangkan kelas Bivalvia yang Labnanium politum.

Tabel 1. Fauna aquatik yang termasuk kelas GASTROPODA penghuni hutan mangrove
di Indonesia (SOEMODIHARDJO 1986; KARTAWINAT dkk. 1979, SABAR dkk.
1979; BUDIMAN & DARNAEDI 1984; MUSTAFA dkk. 1979).

18

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

19

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Tabel 2. Fauna aquatik yang termasuk kelas BIVALVIA penghuni hutan mangrove di
Indonesia (KARTAWINATA dkk. 1979; MUSTAFA dkk. 1979; SABAR dkk.
1979; BUDIMAN & DARNAEDI 1984; SOEMODIHARDJO 1986).

Tabel 3. Fauna aquatik yang termasuk kelas CRUSTACEA penghuni hutan mangrove
di Indonesia (KARTAWINATA dkk. 1979; MSTATA dkk. 1919; SABAR dkk.
1979; BUDIMAN & DARNAEDI 1984; SOEMODIHARDJO 1986).

20

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

21

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

DAFTAR PUSTAKA KARTAWINATA, K. and E. B. WALUYO 1977.


A preliminary study of the mangrove
forest on Pulau Rambut, Jakarta Bay.
AL HAKIM, I., A. L. DEVI dan SISWANTO
Mar. Res. Indon. 18:119-129.
1982. Studi pendahuluan susunan jenis
moluska dan krustasea di Tanjung
Karawang, Jawa Barat Pros. Sem. II KARTAWINATA, K., S. ADISOEMARTO, S.
SOEMODIHARDJO dan I. G. M.
Ekos. Hut. Mangrove. MAB-LIPI:
TANTRA 1979. Status pengetahuan
224-231.
hutan bakau di Indonesia Pros. Sem.
Ekos. Hutan Mangrove: 21-39.
BUDIMAN, A., M. DJAJASASMITA dan F.
SABAR 1977. Penyebaran keong dan
MacNAE, W. 1968. A general account of the
kepeting hutan bakau Wai Sekampung,
fauna and flora of mangrove swamps
Lampung. Ber. Biol. 2:1-24.
and forests in the Indo-West Pacific
Region. Adv. Mar. Biol. 6: 73-270.
BUDIMAN, A. dan D. DARNAEDI 1984.
Struktur komunitas moluska di hutan
MARTOSUBROTO, P. and N. NAAKIIN 1977.
mangrove Morowali, Sulawesi Tengah.
Relationship between tidal forest
Pros. Sem. II Ekos. Mangrove. MAB-
(mangroves) and commercial shrimp
LIPI: 175-182.
production in Indonesia. Mar. Res.
CHAPMAN, V. J. 1976. Mangrove vegetation.
Indonesia. 18:81-86.
J. Cramer, Inder A. R. Gantner Verlag
MUSTAFA, M. NURKIM, H. SOEGONDO, N.
Kommanditgesellschaft, FL-9490
SUTIKNO dan H. SANUSI 1979.
VADUZ, p. 447.
Penelitian komunitas lingkungan dan
regenerasi serta pengembangan hutan
DARSIDI, A. 1984. Pengelolaan hutan man-
mangrove di Sulawesi Selatan. Univer-
grove di Indonesia. Pros. Sem. II Ekos.
sitas Hasanudin, Ujung Pandang.
Hut. Mangrove. MAB-LIPI: 19-28.
(Tidak dipublikasi).
D JAMA LI, A. 1990 . Telah eko logi
NOOR, Y. R., M. KHAZALI dan I. N. N.
kelimpahan juwana udang jerbung
SIJRYADIPURA 1999. Panduan
(Paneus merguensisi de Man) di pengenalan mangrove di Indonesia.
perairan sekitar mangrove Sungai PKA/WI-IP, Bogor: 220 hall.
Donan, Jawa Tengah. Pros. Sem. IV
Ekos. Mangrove. MAB-LIPI: 174-182. PERCIVAL, M. and J. S. WOMERSLEY 1975.
Floristics and ecology of the mangrove
GIESEN, W. 1993. Indonesian Mangrove: An vegetation of Papua New &uinea. Bot.
update on remaining area and main Bull. No. 8:1-96.
management issues. Presented at
International Seminar on "Coastal SABAR, F. M. DJAJASASMITA dan A
Zone Management of Small Island
BUDIMAN 1979. Susunan dan
Ecosystems ". Ambon 7-10 April 1993.
penyebaran moluska dan krustasea pada
beberapa hutan rawa. Pros. Sem. Ekos.
Hutan Mangrove, MAB-LIPI: 120-125.

22

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

SAENGER, P., E. J. HEGERL and J. D. S. SOERIANEGARA, I. 1971. Characteristic of


DA VIE 1983. Global status of mangrove mangrove soil of Java. Rimba
ecosystems. By the working group on Indononesia 15:141-150.
mangrove ecosystems on the IUCN
Commission on Ecology. The environ- SOERIANEGARA, I.1987. Masalah penentuan
mentalist, Vol. 3. Supplement No.: p. 88. jalur hijau hutan mangrove. Pros. Sem.
III Ekos. Mangrove. MAB-LIPI: 3947.
SOEMODIHARDJO, S. 1986. Country reports,
Indonesia. Mangrove of Asia and the SUKARDJO, S. 1996. Gambaran umum ekologi
Pacific State and Management. mangrove di Indonesia Lokakarya
UNESCO-UNDP RAS/79/002 Project: Strategi Nasional Pengelolaan Hutan
89-189. Mangrove di Indonesia. Direktorat
Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi
SOEMODIHARDJO, S. 1977. Beberapa segi lahan, Departemen Kehutanan, Jakarta:
biologi fauna hutan payau dan tinjanan 26 hal.
komunitas mangrove di Pulau Pari.
Oseana 4 & 5:24-32. TOMLINSON, P.B. 1986. The botany of man-
grove. Cambridge University Press.
SOEMODIHARDJO, S. dan W. KASTORO Cambridge, London, New York, New
1977. Notes on Telebraria palustris Rochelle, Melbourne, Sydney: p. 413.
(Gastropoda) from the coral Islands in
the Jakarta Bay area. Mar. Res. Indone- TORO, V. 1990. Beberapa aspek ekologi
sia. 18:131-148. udang windu, Penaeus monodon
Fabricius di perairan mangrove
SOEMODIHARDJO, S., K. KARTAWINATA Segara Anakan, Cilacap, Jawa
den S. PRAWIROATMODJO 1977. Tengah Pros. Sem. IV Ekos. Mangrove.
Kondisi hutan payau di Teluk Jakarta MAB-LIPI: 117-128.
dan pulau-pulau sekitarnya. Ose. Di
Indon. 7:1-23.

23

Oseana, Volume XXVI no. 4, 2001

Anda mungkin juga menyukai