Disusun oleh :
KELOMPOK : F
JURUSAN FISIKA
2019
BAB 1
OPTIKA GEOMETRI
Optika , ilmu tentang cahaya,dibagi menjadi dalam tiga bagian yaitu optika
geometri,optika fisis dan optika kuantum.Optika geometri didekati dengan konsp bahwa cahaya
merambat lurus,optika fisis didekati dengan konsep cahaya sebagai gelombang dan optika
kuantum didekati dngan konsep interaksi cahaya dengan bahan,
Dalam kehidupan sehari-hari panjang gelombang dianggap sangat kecil bila
dibandingkan dengan besar penghalang atau lubang, sehingga ifraksi atau pembelokan cahaya
disekitar penghalang sering diabaikan.Dalam optika geometri gelombang cahaya dianggap
merambat dalam garis lurus, seperti tampak dalam percobaan-percobaan sedrhana dalam
kehidupan sehari-hari,
1.1 Pemantulan Cahaya
Seseorang dapat melihat benda karena benda tersebut mengeluarkan atau memantulkan
cahaya ke mata kita. Karena ada cahaya dari benda ke mata kita, entah cahaya itu memang
berasal dari benda tersebut, entah karena benda itu memantulkan cahaya yang datang kepadanya
lalu mengenai mata kita. Jadi, gejala melihat erat kaitannya dengan keberadaan cahaya atau
sinar.
Cabang fisika yang mempelajari cahaya yang meliputi bagaimana terjadinya cahaya,
bagaiamana perambatannya, bagaimana pengukurannya dan bagaimana sifat-sifat cahaya dikenal
dengan nama Optika. Dari sini kemudian dikenal kata optik yang berkaitan dengan kacamata
sebagai alat bantu penglihatan. Optika dibedakan atas optik geometri dan optik fisik.
Pada optik geometri dipelajari sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat-alat yang
ukurannya relatif lebih besar dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya. Sedangkan pada
optik fisik cahaya dipelajari dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif sama atau
lebih kecil dibanding panjang gelombang cahaya sendiri.
Cahaya selalu merambat lurus seperti yang terlihat manakala cahaya matahari menerobos
dedaunan. Sehingga cahaya yang merambat digambarkan sebagai garis lurus berarah yang
disebut sinar cahaya, sedangkan berkas cahaya terdiri dari beberapa garis berarah. Berkas cahaya
bisa parallel z, divergen (menyebar) atau konvergen (mengumpul).
Seorang ahli matematika berkebangsaan belanda yang bernama Willebrod Snellius (1591
– 1626) dalam penelitiannya ia berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya yang berbunyi :
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul.
Secara garis besar pemantulan cahaya terbagi menjadi dua yaitu pemantulan teratur dan
pemantulan baur (pemantulan difus). Pemantulan teratur terjadi jika berkas sinar sejajar jatuh
pada permukaan halus sehingga berkas sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dan searah,
sedangkan pemantulan baur terjadi jika sinar sejajar jatuh pada permukaan yang kasar sehingga
sinar tersebut akan dipantulkan ke segala arah.
a. Pemantulan pada cermin datar
Cermin datar adalah cermin yang bentuk permukaannya datar. Di rumahmu pasti
memiliki cermin datar yang digunakan setiap hari untuk bercermin. Sekarang cobalah kamu
bercermin di depan cermin tersebut! Apa yang terjadi? Perhatikan bayanganmu di cermin
tersebut! Besarnya bayangan yang ada di cermin tidak berubah sama sekali masih sama dengan
besar kamu yang sesungguhnya, demikian juga jarakmu ke cermin juga sama dengan jarak
bayangan ke cermin. Sekarang ambilah kertas kemudian tulis namamu di atas kertas tersebut
kemudian hadapkan tulisan tersebut menghadap cermin. Perhatikan tulisan yang ada di kertas!
Kamu akan mendapatkan kesan bahwa tulisan tersebut terbalik seolah-olah posisi sebelah kanan
menjadi kiri.
Dari percobaan ini dapat kita simpulkan bahwa cermin datar akan membentuk bayangan
dengan sifat-sifat maya, sama tegak dengan benda aslinya dan sama besar dengan benda aslinya.
1. Melukis Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar
Untuk melukis bayangan pada cermin datar menggunakan hukum pemantulan cahaya.
Misalkan saja Anda hendak menentukan bayangan benda O sebagaimana terlihat pada gambar 2.
Sinar datang dari O ke cermin membentuk sudut datang (i) , di titik tersebut ada garis normal
tegak yang lurus permukaan cermin. Dengan bantuan busur derajat, ukurlah besar sudut datang
(i) yakni sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal. Ukurlah sudut pantul (r)
yaitu sudut antara garis normal dan sinar pantul yang besarnya sama dengan sudut datang. Posisi
bayangan dapat ditentukan dengan memperpanjang sinar pantul D melalui C hingga ke O' yang
berpotongan dengan garis OO' melalui B.
2. Menggabung Dua Cermin Datar
Dua buah cermin datar yang digabung dengan cara tertentu dapat memperbanyak jumlah
bayangan sebuah benda. Jumlah bayangan yang terjadi bergantung pada besar sudut yang
dibentuk oleh kedua cermin itu. Jika kamu memiliki dua buah cermin segi empat lakukanlah
percobaan berikut. Letakkan kedua cermin tersebut saling berhadapan dengan salah satu sisi segi
empat tersebut berhimpit hingga membentuk sudut 900, kemudian letakkanlah sebuah benda P
(pensil misalnya) diantara kedua cermin tersebut! Perhatikanlah berapa jumlah bayangan yang
terbentuk?
Ubahlah sudut cermin hingga membentuk sudut 600, berapakah jumlah bayangan yang terbentuk
sekarang? Hitunglah seluruh bayangan pensil yang tampak di permukaan kedua cermin A
maupun B. Ternyata sebanyak lima bayangan.
Bila sudut antara dua cermin datar 90 menghasilkan 3 bayangan dari suatu benda yang
diletakkan di antara kedua cermin tersebut dan sudut 60° menghasilkan 5 bayangan, berapakah
jumlah bayangan yang dibentuk bila sudut antara dua cermin 30° , 22,5° , 15° dan seterusnya?
Ternyata jika sudut kedua cermin diubah-ubah (0<α<900) jumlah bayangan benda juga akan
berubah-ubah sesuai dengan persamaan empiris
360
𝑛= −1
𝛼
dengan :
n : Jumlah bayangan
α : sudut antara kedua cermin
b. Pemantulan pada Cermin Sferik (Lengkung)
Cermin sferik adalah cermin lengkung seperti permukaan lengkung sebuah bola dengan
jari-jari kelengkungan R. Cemin ini dibedakan atas cermin cekung (konkaf) dan cermin cembung
(konveks). Setiap cermin sferik baik itu cermin cekung ataupun cermin cembung memiliki fokus
f yang besarnya setengah jari-jari kelengkungan cermin tersebut.
𝑅
𝑓= 2
dengan
f : jarak fokus
R : jari-jari kelengkungan cermin
Bagian-bagian cermin lengkung antara lain adalah sumbu utama (C-O), titik pusat kelengkungan
cermin ( C ), titik pusat bidang cermin ( O ), jari-jari kelengkungan cermin ( R ), titik fokus /
titik api ( F ) , jarak fokus (f) dan bidang focus.
Garis pada cermin sferik yang menghubungkan antara pusat kelengkungan C, titik fokus
f dan titik tengah cermin O disebut sumbu utama. Menurut dalil Esbach jarak antara dua titik
tertentu pada cermin cekung dapat diberi nomor-nomor ruang. Jarak sepanjang OF diberi nomor
ruang I, sepanjang FC diberi nomor ruang II, lebih jauh dari C diberi nomor ruang III dan dari O
masuk ke dalam cermin diberi nomor ruang IV. Ruang I sampai III ada di depan cermin cekung
(daerah nyata) dan ruang IV ada di belakang cermin cekung (daerah maya).
Pada cermin cekung semua cahaya yang datang sejajar sumbu utama akan difokuskan sesuai
dengan sifatnya yaitu mengumpulkan cahaya. Titik berkumpulnya sinar-sinar pantul disebut titik
fokus atau titik api yang terletak di sumbu utama. Cara melukis sinarsinar pantulnya tetap
menggunakan hukum pemantulan cahaya.
Sinar yang datang melalui titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
Sinar-sinar yang datang melalui pusat kelengkungan ( C ) akan dipantulkan kembali melalui
titik pusat kelengkungan tersebut.
2. Pembentukan bayangan oleh cermin cembung
Sama halnya dengan cermin cekung, pada cermin cembung juga mempunyai tiga macam
sinar istimewa. Karena jarak fokus dan pusat kelengkungan cermin cembung berada di belakang
cermin maka ketiga sinar istimewa pada cermin cembung tersebut adalah :
Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah
berasal dari titik fokus (F).
Sinar yang datang menuju titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Pembiasan cahaya
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang
batas dua medium tembus cahaya yang berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya
mempengaruhi penglihatan pengamat. Contoh yang jelas adalah bila sebatang tongkat
yang sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air dan bening akan terlihat patah.
1. Indeks Bisa Medium
Ketika kamu sedang minum es pernahkah kamu memperhatikan sedotan yang
ada pada gelas es ? Sedotan tersebut akan terlihat patah setelah melalui batas antara
udara dan air. Hal ini terjadi karena adanya peristiwa pembiasan atau refraksi cahaya.
Bagaimana sebenarnya peristiwa ini terjadi?
Kecepatan merambat cahaya pada tiap-tiap medium berbeda-beda tergantung
pada kerapatan medium tersebut. Perbandingan perbedaan kecepatan rambat cahaya
ini selanjutnya disebut sebagai indeks bias. Dalam dunia optik dikenal ada dua
macam indeks bias yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias
mutlak adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan
cahaya di medium tersebut
𝑐
𝑛medium =
𝑣
Dengan
Nmedium : indeks bias mutlak medium
c : cepat rambat cahaya di ruang hampa
v : cepat rambat cahaya di suatu medium
Setiap medium memiliki indeks bias yang berbeda-beda, karena perbedaan
indeks bias inilah maka jika ada seberkas sinar yang melalui dua medium yang
berbeda kerapatannya maka berkas sinar tersebut akan dibiaskan. Pada tahun 1621
Snellius, seorang fisikawan berkebangsaan Belanda melakukan serangkaian
percobaan untuk menyelidiki hubungan antara sudut datang (i) dan sudut bias (r).
Hukum pembiasan Snellius berbunyi:
Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari suatu cahaya yang
melewati dua medium yang berbeda merupakan suatu konstanta.
sin 𝑖 𝑛2
=
sin 𝑟 𝑛1
Menurut teori muka gelombang rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai
muka gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu
membelok saat menembus bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti
diperlihatkan gambar 18.
Cahaya datang dengan sudut i dan
dibiaskan dengan sudut r. Cepat rambat
cahaya di medium 1 adalah v1 dan di
medium 2 adalah v2. Waktu yang
diperlukan cahaya untuk merambat dari B
ke D sama dengan waktu yang dibutuhkan
dari A ke E sehingga DE menjadi muka
gelombang pada medium 2. Pada segitiga
ABD berlaku persamaan trigonometri
sebagai berikut ;
𝐵𝐷 𝑣1𝑡
sin 𝑖 = = , sedangkan pada segitiga AED berlaku persamaan
𝐴𝐷 𝐴𝐷
𝐴𝐸 𝑉1 𝑡
trigonometri sebagai berikut ; sin 𝑟 = = , Bila kedua persamaan
𝐴𝐷 𝐴𝐷
sin 𝑖 𝑉
dibandingkan akan diperoleh = 𝑉1
sin 𝑟 2
sin 𝑖 𝑛1 𝑉1 λ1
Sehingga berlaku persamaan pembiasan ; = = =
sin 𝑟 𝑛2 𝑉2 λ2
Dengan
n1 : indeks bias medium 1
n2 : indeks bias medium 2
v1 : cepat rambat cahaya di medium 1
v2 : cepat rambat cahaya di medium 2
λ1 : panjang gelombang cahaya di medium
λ2 : panjang gelombang cahaya di medium 2
Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan dibiaskan
mendekati garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias
lainnya ke udara akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias
yang berseberangan akan melihat sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar
bias akhir mengalami pergeseran sinar terhadap arah semula.
Menentukan besar pergeseran sinar
𝛿𝑚 + 𝛽 𝒏𝟐
=
𝛽 𝒏𝟏
𝒏
𝛿𝑚 = 𝒏 𝟐 𝛽- 𝛽
𝟏
𝒏𝟐
𝛿𝑚 = ( -1)𝛽
𝒏𝟏
4. Pembiasan Cahaya Pada Permukaan Lengkung
Permukaan lengkung lebih dikenal sebagai Lensa tebal, dalam kehidupan sehari-
hari dapat diambilkan contoh, antara lain :
- Akuarium berbentuk bola
- Silinder kaca
- Tabung Elenmeyer
- Plastik berisi air di warung makan
Sinar-sinar dari benda benda yang berada pada medium 1 dengan indeks bias
mutlak n1 di depan sebuah permukaan lengkung bening yang indeks bias mutlaknya
akan dibiaskan sehingga terbentuk bayangan benda. Bayangan ini bersifat nyata
karena dapat ditangkap layar.
Persamaan yang menyatakan hubungan antara indeks bias medium, indeks bias
permukaan lengkung, jarak benda, jarak bayangan, dan jari-jari permukaan lengkung
dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝑛1 𝑛2 𝑛2 −𝑛1
[ + = ]
𝑠 𝑠, 𝑅
Dengan keterangan,
n1 = indeks bias medium di sekitar permukaan lengkung
n2 = indeks bias permukaan lengkung
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
R = jari-jari kelengkungan permukaan lengkung
Syarat : R = (+) jika sinar datang menjumpai permukaan cembung
R = (-) jika sinar datang menjumpai permukaan cekung
Pembiasan pada permukaan lengkung tidak harus menghasilkan bayangan yang
ukurannya sama dengan ukuran bendanya. Pembentukan bayangan pada permukaan
lengkung
Sinar dari benda AB dan menuju permukaan lengkung dibiaskan sedemikian oleh
permukaan tersebut sehingga terbentuk bayangan A'B'. Bila tinggi benda AB = h dan
tinggi bayangan A'B' = h', akan diperoleh
ℎ
tan 𝑖 = atau h = s tan I dan
𝑠
ℎ,
tan 𝑖 = atau ℎ, = 𝑠 , tan r
𝑠,
ℎ, 𝑠 , tan 𝑟
Perbesaran yang terjadi adalah 𝑀= =
𝑠, 𝑠 tan 𝑟
Bila i dan r merupakan sudut-sudut kecil, maka harga tan i = sin i dan tan r = sin r
𝑠 , tan 𝑟
Sehingga : 𝑀= 𝑠 tan 𝑟
𝒔𝒊𝒏 𝒊 𝒏𝟐 𝒔𝒊𝒏 𝒓 𝒏𝟏
Karena : = atau 𝒔𝒊𝒏 𝟏 = maka diperoleh persamaan
𝒔𝒊𝒏 𝒓 𝒏𝟏 𝒏𝟐
Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus. Fokus pertama (F1)
adalah suatu titik asal sinar yang mengakibatkan sinar-sinar dibiaskan sejajar. Artinya
bayangan akan terbentuk di jauh tak terhingga (s’ = ~) dan jarak benda s sama dengan
jarak fokus
𝑛1 𝑛2 𝑛2 −𝑛1
pertama (s = f1) sehingga dari persamaan permukaan lengkung [ + ]=[ ] di
𝑠 𝑠, 𝑅
𝑛1 𝑛2 𝑛2 −𝑛1 𝑛1 𝑛2 −𝑛1 1 𝑛1 𝑅
peroleh [ + ]=[ ], sehingga [ + 0]=[ ] atau 𝑓 =
𝑠 ~~ 𝑅 𝑠 𝑅 𝑛2 − 𝑛1
𝑛1 𝑅
Sehingga jarak fokus pertamanya sebesar, 𝑓1 = 𝑛2 − 𝑛1
Fokus kedua (F2) permukaan lengkung adalah titik pertemuan sinar-sinar bias apa bila
sinar-sinar yang datang pada bidang lengkung adalah sinar-sinar sejajar. Artinya benda
berada jauh di tak terhingga (s = ) sehingga dengan cara yang sama seperti pada
penurunan fokus pertama di atas, kita dapatkan persamaan fokus kedua permukaan
lengkung.
𝑛1 𝑅
𝑓2 = 𝑛2 − 𝑛1
Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik
focus
Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu
utama
Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.
1 1 𝑛 1 1
Karena ~ = 0, maka rumus jarak focus lensa : 𝑓 = [ 𝑛2 − 1 ]+[ 𝑅 + ]
1 1 𝑅2
1 1 𝑛 1 1
Bila persamaan [𝑠 + 𝑠, ] = [ 𝑛2 − 1 ]+[ 𝑅 + ] disubstitusikan
1 1 𝑅2
1 𝑛 1 1
dengan persamaan = [ 𝑛2 − 1 ]+[ 𝑅 + ] maka akan didapat
𝑓 1 1 𝑅2
persamaan baru yang dikenal sebagai persamaan pembuat lensa, yaitu
1 1 1
= 𝑠 + 𝑠,
𝑓
5. Perbesaran bayangan
Untuk menentukan perbesaran bayangan lensa tipis dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut.
𝑠, ℎ,
M =| |=| | 𝑠 ℎ
6. Daya / Kekuatan Lensa
Daya Lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan lensa.
Daya lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas
sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif,
semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk
mengumpulkan berkas sinar. Untuk lensa negatif, semakin kecil jarak
fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar.
Oleh karena itu kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak
fokus, Rumus kekuatan lensa (power lens).
1 1
𝑝 = 𝑓 dengan satuan 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = Dioptri
Suatu lensa gabungan merupakan gabungan dari dua atau lebih lensa
dengan sumbu utamanya berhimpit dan disusun berdekatan satu sama lain
sehingga tidak ada jarak antara lensa yang satu dengan lensa yang lain
(d=0).
Persamaan lensa gabungan dirumuskan sebagai berikut.
1 1 1 1
+𝑓 + +⋯ dan daya lensa sebagai berikut
𝑓𝑔𝑎𝑏 𝑓1 2 𝑓3
𝑝𝑔𝑎𝑏 = 𝑝1 + 𝑝2 + 𝑝3 + ⋯
Berlaku ketentuan untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f)
bertanda plus, sedangkan untuk lensa negatif (lensa cekung), jarak fokus
bertanda minus.
7. Pembiasan Dua Lensa yang Berhadapan
Apabila sebuah benda AB terletak di antara dua lensa yang
berhadap-hadapan, akan mengalami dua kali proses pembiasan oleh lensa
I dilanjutkan oleh lensa II.
1 1 1 1 1 1
Lensa I : = 𝑠 + 𝑠, Lensa II : = 𝑠 + 𝑠,
𝑓1 1 1 𝑓2 2 2
𝑠11 𝑠21
𝑀1 = | | 𝑀2 = | |
𝑠1 𝑠2