Jauh sebelum orang mengenal literasi masa kini, seperti akses, baca, tulis,
dan sebarkan, baik dengan cara manual maupun pakai alat teknologi canggih, Islam
Paragraf pertama dengan topik perintah membaca, yaitu iqra (bacalah) merupakan
bukti otentik bahwa dalam Islam persoalan literasi bukanlah hal yang baru dan
sepele. Segala nash dalam beragama lengkap tersedia dalam Alquran. Dengan
Nya Allah (qalamumullah) bagi manusia sebagai pedoman hidup menuju cita-cita
mulia, yakni hidup sejahtera dalam keridaan, mati bahagia dalam memuliaan, dan
bangkit sentosa dalam surga keabadian. Mengingat akan urgennya fungsi dan
biasa bagi orang-orang yang gemar berliterasi Alquran, seperti belajar membacanya
dibalas Allah dengan pahala yang berlipat ganda, apalagi bila hal itu kita lakukan
dalam bulan Ramadan. Satu huruf saja kita membacanya, meskipun tidak
merupakan literasi berbasis skil atau keterampilan, bukan hobi atau minat atau
bakat. Untuk terampil membacanya dibutuhkan tekat yang kuat dan semangat yang
workshop khusus perlu digalakkan. Begitu juga untuk dapat memahaminya, sangat
dibutuhkan keyakinan dan kemauan yang kuat melalui penjelasan dan tuntunan para
ulama. Berkaitan dengan hal itu, ada empat kriteria indikator terampil dalam
membaca Alquran, yaitu makhraj (makhrajal huruf), fasahah, qiraah, dan lagu atau
pembacaaan, dan lagu atau irama berkenaan dengan kebagusan pembacaan atau
seni membacakan. Yang sering menjadi persoalan adalah hal yang terkait dengan
dicetuskan sesuai dengan tempat keluarnya suara (alat ucap). Dalam hal ini, bila
tidak benar-benar terampil, banyak pembaca Alquran yang terjebak, dan ini sangat
fatal. Memang membaca Alquran, apalagi hafal 30 juz tidak wajib ain, tetapi mampu
membaca surat al-fatihah dengan benar adalah fardhu ain karena hal itu merupakan
satu Rukun Shalat. Dalam konteks Indonesia atau Aceh, pembaca Alquran sering
direalisasikan sama. Hal seperti itu tidak ada masalah dalam bahasa Indonesia atau
bahasa Aceh atau bahasa lainnya, tetapi merupakan hal yang fatal dalam lafal Arab.
Misalnya, qalbi dan kalbi; bergeser sedikit fonem menyebabkan perubahan makna
dari ‘hati’ menjadi ‘anjing’; qul dan kul; bergeser sedikit fonem menyebabkan
atas, kini banyak generasi muda kita yang belum mampu membaca Alquran dengan
benar. Bacaannya masih patah patèe alias amburadul, atau masih lagèe kameng jak
ateuh batèe (seperti kambing berjalan di atas batu). Padahal dibandingkan dengan
orang lain di dunia, karakter artikulator orang Aceh lebih tepat, fasih, dan merdu
dalam mengartikulasikan lafal Alquran. Realitas ini sungguh ironis bagi generasi
yang tumbuh di negeri syariat. Tak sanggup kita bayangkan apa yang terjadi dengan
generasi beberapa tahun ke depan. Yang pasti mereka terus dikacaukan dan
Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan
memulai Pelajaran di pagi hari , seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan
kegiatan Literasi AL Qur’an Yaitu Membaca Juz Amma , Kegiatan Literasi AL-
Qur’an tersebut sudah berlangsung sejak 1 tahun yang lalu . Dalam Kesempatan
tersebut Yang Memimpin Kegiatan Literasi Digital Adalah Zahrotul Fitria Dan
Safinatun Najjah Siswa Kelas 9. Dalam kesempatan tersebut Surat Yang Di Baca
Adalah AL-FATEHAH Sampai Surat AT- TIN Dilanjutkan membaca ASMAUL
Husnah. Menurut Banu Atmoko , S.Pd Kepala SMP PGRI 6 Surabaya bahwa tujuan
dari kegiatan ini adalah mengenalkan Bacaan Al qur’an Kepada Seluruh Siswa /
siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya , Kegiatan tersebut
Kelahiran APRIL Berharap agar seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya
Pandai IPTEKS Dan Pandai IMTAQ Nya , Sehingga Mampu Berprestasi dan
Berkarya