FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KASUS PSIKOTIK 3
Rabu, 15 November 2017
Dibawakan oleh :
dr. Yuliastuty
( C106 216 204 )
Moderator :
dr. Irma Santy, Sp.KJ
Hari : Rabu
Tanggal : 15 November 2017
Jam : 08.00 WITA - Selesai
Tempat : Ruang Pertemuan Psikiatri RSKD Prov. Sulsel
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. H
No. RM : 155849
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Jl. Tidung 5 Blok 15/52 Makassar
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal 31 Oktober
2017, pukul 11.00 WITA, diantar oleh ibu pasien.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja.
5
c. Riwayat Pernikahan
Pasien telah menikah dan memiliki 5 orang anak (P,L,L,L,L). Pasien dengan
suami mempunyai usia beda 3 tahun. Pasien ditinggalkan oleh suami sejak 5 tahun
lalu dan menikah dengan perempuan lain dan saat ini suami pasien telah beristri
sebanyak 3 kali. Istri kedua pasien telah diceraikan dan saat ini suami pasien tinggal
di Dobo-Maluku Tenggara bersama istri ketiganya. Pasien tidak diceraikan oleh suami
sampai sekarang namun masih dinafkahi. Anak pertama, kedua, dan ketiga pasien
sekarang ikut dengan suami pasien di Dobo-Maluku Tenggara. Sedang anak ke empat
dan kelima tinggal bersama pasien dan orang tua pasien. Selama berumah tangga,
pasien selalu bertengkar dengan suaminya. Suami pasien kembali dari Dobo hanya
setahun sekali atau malah 3 tahun sekali tergantung jadwal kapal dan kesibukannya.
Bila suami pasien pulang, pasien selalu mencurigai suaminya mempunyai perempuan
lain sehingga selalu terjadi pertengkaran. Sehingga suami pasien yang selama ini
merasa tidak nyaman dengan kecurigaan pasien yang berlebihan memutuskan untuk
beristri lagi agar kecurigaan istrinya tersebut menjadi kenyataan.
Sejak suami menikah lagi, tidak ada komunikasi lagi antara pasien dengan
suaminya. Suami tidak mau menghubungi kembali pasien karena pasien selalu marah-
marah bila dihubungi oleh suaminya. Suami pasien baru mulai kembali berkomunikasi
sejak 2 tahun terakhir karena mendapat kabar bahwa istrinya tersebut mulai sakit.
d. Riwayat Psikoseksual
Pada usia 12 tahun, pasien mendapatkan menarche dan mulai menyukai
lawan jenisnya. Pasien mengaku sempat pacaran beberapa kali sejak mulai tamat SD.
Pasien terakhir berberpacaran dengan suaminya sekarang selama 5 bulan. Pada saat
pasien berpacaran, pasien dan suaminya sempat tidak pulang ke rumah selama sehari
semalam dan membawa lari perhisan emas orang tua pasien. Orang tua pasien
mencurigai pasien dan suaminya itu telah melakukan tindakan asusila, sehingga orang
tua pasien memaksa agar anaknya segera dinikahi. Pasien mengaku pada saat mereka
pergi itu pasien tidak hanya berdua namun bersama dengan banyak teman yang lain.
Akan tetapi orang tua pasien tidak mau mengerti dan akhirnya pasien dinikahkan
paksa. Menurut pengakuan suami pasien, pasien baru melakukan hubungan seksual
pertama setelah mereka menikah.
d. Riwayat Agama
6
Pasien adalah seorang yang tidak taat beragama.. Sebelum pasien sakit,
pasien tidak pernah sholat 5 waktu. Pasien tidak tahu mengaji. Dan pasien tidak
pernah puasa selama bulan Ramadhan.
e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
g. Aktivitas Sosial
Pasien dikenal seorang yang tidak ramah, jarang keluar rumah dan tidak
pernah mau mengikuti kegiatan sosial di kampungnya. Pasien tidak pernah mau
bila diajak untuk menjenguk orang sakit atau orang yang terkena musibah. Pasien
lebih senang di rumah dan melakukan kegiatannya sehari-hari mengurus anak.
7. Riwayat Keluarga
Pasien anak tunggal (♀). Pasien telah menikah dan memiiki 5 orang anak.
Suami pasien anak ke 6 dari 6 bersaudara. Suami pasien telah menikah sebanyak
3 kali. Pasien merupakan istri pertama. Anak pertama pasien telah menikah 2
minggu yang lalu. Pasien tidak mempunyai keluarga yang memiliki riwayat
gangguan yang sama dengan pasien. Sejak kecil pasien diasuh oleh kedua orang
tuanya. Ayah pasien merupakan seorang yang sabar, tidak pernah marah, dan
sangat dekat dengan anaknya, selalu membela anaknya walaupun salah, dan selalu
mengikuti keinginan anaknya.Ibu pasien adalah seorang yang sabar, selalu
menyimpan masalahnya sendiri, dan tidak pernah marah pada anaknya. Pasien
mengaku tidak senang dengan ayahnya sejak kecil. Pasien bila ditanyakan
penyebabnya tidak mau menjawab. Pasien hanya mengatakan bahwa pasien
sangat tidak senang dengan ayahnya.
GENOGRAM
7
Keterangan
= Laki – laki
= Perempuan
= Gangguan Jiwa
= Meninggal
= Penderita
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat
dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat
ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
9
Tenang
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan tidak spontan, lambat menjawab, intonasi
pelan.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Tumpul
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : cukup
2. Kontinuitas : cukup relevan
3. Isi Pikiran :
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
Waham persekutorik
Pasien meyakini semua tetangganya ingin mencelakai pasien karena iri terhadap
pasien.
F. Pengendalian Impuls
Terganggu
Aksis 2
Dari informasi yang didapatkan, pasien dikenal sebagai orang yang kurang ramah,
tidak pernah mau mengalah, tidak suka bergaul, tidak mempunyai teman dekat, dan pasien
selalu mencurigai orang tanpa alasan yang jelas, mengarah kepada ciri kepribadian
paranoid. Mekanisme pertahanan yang paling sering digunakan adalah displacement dan
proyeksi.
Aksis 3
Tidak ada diagnosis
Aksis 4
Stressor masalah dengan “primary support group” : suami menikah lagi.
Aksis 5
GAF Scale saat masuk RSKD : 20-11 (Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri)
GAF Scale Saat ini : 50-41 ( gejala berat, disabilitas berat)
2. Psikologik
14
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya halusinasi
auditorik , halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham kejar, yang
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
B. Non Farmakologis
- Psikoterapi Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian
mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping
yang mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau
minum obat secara teratur.
- Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa
menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan
keteraturan pengobatan.
PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
15
Usia pasien pertama kali terkena Pasien merasa sakit karena
saat dewasa diguna-guna
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai
efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
Skor PANSS
16
Gejala Positif:20 , Gejala Negatif 31: , Psikopatologi Umum: 26
Skor Total: 77
Interpretasi : sakit sedang
Terapi
- Risperidon 2mg / 12 jam / oral
XI. DISKUSI
Skizofrenia merupakan suatu gambaran sindrom klinis dengan berbagai macam
penyebab dan perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi keretakan jiwa atau
ketidakharmonisan dan ketidaksesuaian antara proses pikir, perasaan dan perbuatan serta
hilang timbul dengan manisfestasi klinis yang beragam. Gangguan skizofrenia umumnya
ditandai oleh adanya penyimpangan dari pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan
adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tidak terganggu, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.1,2
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III),
skizofrenia dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria:3
Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini (dan biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-
gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
- Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting
- Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion of perception.
- Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, mendiskusikan perihal pasien di antara mereka, jenis suara halusinasi
lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
- Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil.
Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:
- Halusinasi yang menetap dari pancaindra apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
17
- Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
- Perilaku katatonik
- Gejala-gejala “negatif”: seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala tersebut di atas berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak
berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM - V)
diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan Kriteria A yaitu ditemukan dua atau lebih
gejala karakteristik berupa waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku yang sangat kacau
atau katatonik, serta gejala negatif, yang masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang
signifikan selama periode 1 bulan.4
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III),
skizofrenia paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria halusinasi dan/ atau
waham harus menonjol, suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing), Halusinasi pembauan atau
pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol, Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.5
Pada model diathesis stress, skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi antara
faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan (diatesis) jika
dikenai stesor akan lebih mudah untuk menjadi skizofrenia.6
Dalam kasus ini, stressor yang diperkirakan menjadi pencetus timbulnya gangguan
jiwa pada pasien adalah pada saat suami pasien menikah lagi dengan wanita lain. Pasien
merasa sangat terpukul karena merasa selama suaminya menjalankan usaha selalu dibantu
dari hasil menjual perhiasan emas pasien. Akan tetapi setelah berhasil, suami pasien
menikah lagi dengan wanita lain dan menguasai seluruh keuangan keluarga.
18
Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya skizofrenia. 5 Namun pada kasus
ini tidak diketahui ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai risiko yang besar pada
perkembangan skizofrenia. Stresor sosial juga mempengaruhi perkembangan suatu
skizofrenia. 6
Pada kasus ini, pihak keluarga menyadari perubahan perilaku sejak 5 tahun terakhir
tetapi menggangap pasien tidak mengalami gangguan jiwa sehingga pasien tidak pernah
mendapatkan pengobatan.
Medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, tetapi intervensi
psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan terapi somatik tergantung
dari keadaan pasien ketika datang dalam fase apa, jika dalam fase akut perlu penanganan
yang segera. Penanganan pada fase akut lebih difokuskan untuk menurunkan symptom
psikotik yang berat, umumnya setelah dilakukan pengobatan selama 4-8 minggu dengan
menggunakan obat antipsikotik pasien dapat masuk dalam fase stabilisasi. 1,2,6
Pada pasien ini diberikan antipsikotik tipikal yaitu Risperidon. Risperidon merupakan
obat antipsikotik golongan atipikal yang terhadap reseptor dopamin D2 dan reseptor 5-
HT2A, selain itu juga memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor alfa 1, alfa 2 adrenergik,
sementara baik untuk mengatasi gejala positif dan negatif. Pemberiannya dimulai dari dosis
minimal sebesar 0,5 – 1 mg, dimana dosis akhir ideal untuk sebagian pasien adalah 4 – 6
mg/hr dimana dosis lebih dari ini akan memberikan efek yang menyerupai obat antipsikotik
tipikal. Efek samping yang dapat ditemukan tardif diskinesia dan sedikit peningkatan berat
badan. Risperidone tidak menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif. Di samping itu,
Risperidon menyebabkan efek samping ekstrapiramidal yang jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan obat antipsikotik tipikal, sehingga relatif aman bila dikonsumsi untuk
jangka waktu yang lebih lama7,8
Pertimbangan pemberian risperidon karena pasien ini merupakan usia muda yang
produktif dan pertama kali mengalami gangguan. Risperidon merupakan atypical high
potesial yang jarang menimbulkan efek EPS (Ekstra Piramidal Syndrome). Efek EPS dapat
menghambat produktifitas kerja. Dari segi ekonomi, pasien memiliki asuransi BPJS yang
dapat digunakan setiap kali kontrol dan mendapatkan obat. Pertimbangan pemilihan
Rispreridon dibandingkan atypical lainnya karena risperidon tergolong murah dibandingkan
atypical lainnya, memiliki efek yang baik terhadap gejala positif dan negatif, dan ditanggung
oleh asuransi bpjs.
19
Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien berada dalam
fase perbaikan dibanding fase akut. Pada kasus ini, terapi keluarga lebih ditekankan karena
bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai skizofrenia. Materi yang diberikan
berupa pengenalan tanda-tanda kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan, antisipasi
dari efek samping pengobatan da peran keluarga terhadap penderita skizofrenia. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan
pasien.1,2
Prognosis pasien ini adalah dubia ad malam, dinilai dengan melihat faktor-faktor
pendukung dan penghambat penyembuhannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences /
Clinical Psychiatry. 11th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2015.
2. Willy F. Maramis. Albert A. Maramis. Skizofrenia dalam Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Edisi 2. Airlangga University Press. 2009.
3. Sylvia D. Elvira. Gitayanti Hadisukanto. Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.
4. Black DW, et al. Schizophrenia Spectrum and Other Psychotic Disorder in DSM V
Guidebook. American Psychiatric Association. USA. 2014.
5. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. 2003.
6. Sinaga B.R. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, jakarta 2007
7. Maslim R. Obat Anti Psikosis dalam Penggunaan Klinis Obat Psikotropik., Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Jakarta, 2007.
8. Arana G.W, Rosenbaurg, Antipsychotic Drugs in Handbook of Psychiatric Drug
Therapy, Lippincot Williams &Wilkins, Philadelphia, USA, 2005.
21
IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT
22
Tahun Situasi Kehidupan Gejala Riwayat Respon
pengobatan
berobat
2017 Anak pertama pasien Ingin membunuh anak Dirawat inap Pasien sudah
menikah di Dobo- bungsunya dengan di RSKD tenang
Maluku Tenggara dan parang prov.sulsel
pasien tidak
Bicara sendiri
diperbolehkan
melihat Mondar-mandir didalam
rumah
Meyakini tetangganya
ingin mencelakainya
dengan guna-guna
23
WAWANCARA
AUTOANAMNESA I ( 30 September 2017 di Bangsal Kenanga)
Pasien penampilan menggunakan baju daster warna hitam. Perawakan tubuh agak gemuk,
warna kulit sawo matang, berambut pendek sebahu berantakan. Perawatan diri kesan
kurang.
Pukul 12.00 WITA, pasien berada di Bangsal Kenanga
D : Assalamu alaikum, ibu H….Selamat siang!
P : Wa’alaikum salam, dok. Siang.
D : Perkenalkan saya dr. Yuli
P : iye
D : Apa kabar ibu H hari ini?
P : Lemas…
D : Ibu H sudah makan?
P : (Hanya menggeleng)
D : Ibu H….saya dapat informasi bahwa ibu H sudah 3 hari ini tidak mau keluar mandi
dan makan. Bisa diceritakan ke saya apa yang menyebabkan ibu H tidak mau makan?
P : Tidak mau
D : Apa karena makanannya tidak enak?
P : Enakji. Tapi tidak mau saja
D : Ibu H boleh saya tahu apa yang menyebabkan ibu H dibawa kesini?
P : Dikira sarafka’
D : Menurut ibu H, ibu H sakit saraf atau tidak
P : Saraf mungkin
D : Saraf itu menurut ibu H bagaimana?
P : Pusiiing…..
D : Siapa yang antar ibu H kesini?
P : Iparku….Namba’….Jamal….3 orangki
D : Ibu H asal dari mana?
P : Barebbo
D : Berebbo itu kabupaten apa?
P : Kabupaten Bone. Bukan saya tinggal di kota…di desa….
D : Ibu H di Barebbo tinggal sama siapa?
P : Sama ibu…sama bapak
24
D : Saya dapat informasi kalau selama ini ibu H juga tinggal bersama ke 2 anaknya.
Apakah benar seperti itu?
P : Tidak ada. Bunuhmi saja saya dokter. Mauka’ parang tajam. Bunuhmi saja saya
dokter.
D : Apa yang menyebabkan ibu H minta di bunuh?
P : Tersiksaka’ mauka’ pulang
D : Ibu H mau pulang untuk apa?
P : Anakku….mauka’ urus anakku
D : Ibu H ada informasi saya dapat kalau ibu H dibawa kesini karena ibu H mengamuk.
Benarkah seperti itu?
P : Tidak
D : Ibu H sudah berapa hari tidak makan?
P : Dua
D : Ibu H sudah berapa hari tidak mandi?
P : Dua
D : Bisa saya tahu alasan ibu H tidak mau mandi?
P : Takut
D : Takut dengan apa?
P : Tidak tau
D : Saya boleh tahu sudah berapa lama ibu H merasa sakit?
P : Lamami sakit saraf
D : Selama ini ibu H pernah berobat kemana?
P : Tidak ada. Seandainya saya tau mauka’ dibawa kesini saya tidak naik
D : Bagaimana caranya ibu H bisa sampai kesini?
P : Dipaksaka’ sama iparku
D : Apa alasan ipar ibu H membewa kesini?
P : Tidak tau
D : Ibu H sudah bersuami?
P : Sudah
D : Dimana sekarang suami ibu H ?
P : Tidak ada pi merantau
D : Siapa nama suami ibu H?
P : R nama waktu kecilnya T
D : Saya bisa tahu ibu H kenal dimana dengan suami?
25
P : Satu kampung
D : Sejak kapan suami ibu H mulai merantau?
P : Lamami….sejak anakku baru 1…2….eh 3
D : Suami ibu H berapa lama biasa pulang ke rumah?
P : lamami tidak pulang
D : Ada saya dapat informasi kalau suami ibu H menikah lagi?
P : Iye….3 mi istrinya
D : Apa alasan suami ibu H menikah lagi?
P : Nda tau
D : Waktu suami ibu H menikah lagi bagaimana perasaan ibu H?
P : Sakit
D : Apakah ada sempat terlintas dipikiran ibu H perasaan ingin bunuh diri waktu ibu
suami menikah lagi?
P : Tidak
D : Ibu H apakah ada yang membuat ibu H merasa tidak nyaman akhir-akhir ini?
P : Iye
D : Apakah ibu H bersedia menceritakannya kepada saya?
P : Anuuuu….pengaruh-pengaruh dari iparku dengan suamiku
D : Pengaruh seperti apa yang ibu H maksud?
P : Ada bayangan-bayangan
D : Bayangan-bayangan seperti apa itu?
P : Sembarang….
D : Boleh saya diceritakan bagaimana bentuk bayangan itu?
P : Kadang kulihat orang, kadng kulihat kucing
D : Apa yang dilakukan oleh bayangan itu?
P : Sembarang
D : Selain bayangan apa lagi yang biasa mengganggu ibu H?
P : Suara….suara orang berteriak minta tolong
D : Apakah suara itu selalu datang?
P : Iya
D : Jika suara-suara itu dating apa yang ibu H lakukan?
P : Tidak ada
D : Apakah ibu H tidak terganggu dengan suara-suara itu?
P : Terganggu. Kubaca-bacai kalo ada. Kusuruh keluar. Tapi dia tetap masuk
26
D : Jadi bagaimana cara menghilangkan suara-suara itu?
P : Kusuruh keluar….dia tetap masuk
D : Suara apa yang biasa ibu H dengar selain suara teriakan?
P : Suara burung-burung, sama suara orang cerita-cerita. Biasa suruh-suruhka’
sembarang. Tapi waktu saya begini kurasa iparku yang tarikka’ kerumahnya. Setelah
saya dirumahnya malah tambah sakitka’.
D : Ibu H apakah ada yang menurut ibu H ingin mencelakai ibu H?
P : Itu tetanggaku
D : Ada apa dengan tetangga ibu H?
P : nda tau….selalu ka’ bertengkar. Nda tauka’ kenapa selalu dia gangguka’. Dia ejek-
ejekka’
D : Apa alasan tetangga ibu H selalu mengejek ibu H?
P : Nda tau…karena mereka kaya sedangkan saya miskin.
D : Ibu H mendengar langsung kalau tetangga ibu H mengejek ibu H?
P : Tidak…perasaanku saja. Apalagi itu iparku…
D : Ada apa dengan ipar ibu H?
P : Galak. Samaji semua…
D : Ibu H saya mendapat informasi kalau ibu H sempat ingin membunuh anak ibu H.
Bisa saya diceritakan kejadian sebenarnya?
P : Tidak …Cuma saya pegang parang karna tetangga saya mau bunuh saya.
D : Apa alasan tetangga ibu H mau bunuh ibu H?
P : Nda tau
D : Tetangga yang mana yang mana yang mau
P : Itu tetanggaku yang dulu ambil kartu keluargaku mau kasi keluar saya dari kartu
keluarga. Dia selalu bawa parang. Takutka’ jadi saya juga ambil parang.
D : Tinggal dimana itu tetangga ibu H? di samping rumah ibu H?
P : Bukan….bukan samping rumahku
D : Jadi siapa nama tetangga ibu H itu?
P : “Y” tapi bukan Cuma Y semua juga satu kampung
D : Apa buktinya kalau mereka semua tidak senang dengan ibu H dan ingin mencelakai
ibu H?
P : Dia selalu cemburu kalau saya beli apa-apa.
D : Ibu H….infrmasi yang say dapat anak pertama ibu H baru saja menikah di Dobo.
Apa alasan ibu H tidak menghadiri acara pernikahan anak pertama ibu H?
27
P : Tidak ada uang
D : Menurut informasi ibu H sudah diajak oleh suami ibu H namun ibu H menolak
dengan alasan sementara sakit.
P : Tidak. Saya tidak pergi karena tidak ada uang. Suamiku tidak kirimkan uang kapal.
Cuma uang belanja.
D : Ibu H tidak minta pada suami ibu H?
P : Tidak. Malu…seandainya dia mau dia kirimkanka’ uang tapi ini tidak uang belanja
saja.
D : Ibu H bisa ulangi apa yang saya sebut? 5…4….2…
P : 5…4…2…
D : Ibu H bisa hitung berapa 2+2?
P : 4
D : Kalau 4+4?
P : 8
D : Ibu H coba dikurangi 100-5 berapa?
P : 95
D : 95-2?
P : 93
D : Ibu H jika menemukan dompet di jalan apa yang ibu H lakukan?
P : Saya kasi kembali ke yang punya
D : Ibu H tidak ingin mengambilnya?
P : tidak boleh toh….pernah saya juga dapat uang 50 ribu sama anakku tapi saya tidak
ambil.
D : Ibu H maaf ibu H tau persamaan apel dengan jeruk?
P : Sama-sama buah
D : Kalau perbedaannya?
P : Satu manis satu kecut.
D : Maaf ibu H…apakah ibu H merokok?
P : iye
D : Kalau boleh tahu berapa batang sehari?
P : Tergantungji kalau tidak ada yang lihat
D : Kalau Alkohol?
P : Tidak
D : Ibu H pernah konsumsi obat-obatan terlarang?
28
P : Tidak
D : Apa yang paling sering ibu H lakukan di rumah seminggu terkhir ini?
P : Di rumah ji menyapu….mengepel….
D : Apakah ibu H punya bakat kesenian, seperti main alat musik membuat hal yang
bernilai dan dapat dijual?
P : Tidak ada
D : Baik ibu H, terimakasih atas kerjasamanya. Untuk sementara ibu H istirahat dulu
disini ya.. nanti kalau ibu H sudah merasa baikan baru boleh dijemput pulang oleh
keluarga. Obatnya diminum teratur ya ibu H…..terima kasih….selamat Siang!
P : Iye’
AUTOANAMNESA II (7 Oktober 2017 di PICU Meranti RSKD)
Seorang perempuan, memakai baju kaos warna biru, celana panjang putih, wajah nampak
pucat, nafsu makan mulai membaik, tidur cukup.
D : Selamat siang ibu H
P : Siang
D : Bagaimana kabarnya ibu H hari ini ?
P : Baik
D : Bagaimana tidurnya H semalam?
P : Bagus
D : Kalau nafsu makan ibu H bagaimana?
P : Bagusmi
D : Tadi pagi ibu H makan apa?
P : Telur saja sama nasi
D : Bagaimana perasaan ibu H akhir-akhir ini?
P : Nda enak. Mungkin lebih enak kalau saya pulang
D : Kalau dibandingkan dengan waktu ibu H baru masuk disini bagaimana perasaan
ibu H?
P : Enakmi
D : Beberapa hari yang lalu ibu H sempat tidak mau makan. Saya boleh tau apa
sebabnya’?
P : Dimana?...kapan?
D : Ibu H sudah tidak ingat?
P : Tidak…lupami
D : Tapi sekarang perasaan ibu H sudah enak ya?
29
P : Iye enakmi. Telponmi keluargaku dokter
D : Ibu H masih ingat apa yang menyebabkan ibu H dibawa ke sini?
P : Tidak ingat. Oohhh waktu itu saya mau bawa parang.
D : Ibu H bawa parang untuk apa?
P : Karna takutka’. Takut sama orang sama orang di bawah rumah. Banyak yang bawa
parang. Padahal saya tidak apa-apa.
D : Menurut ibu H apa ibu H mempunyai kesalahan sehingga banyak orang yang mau
mencelakai ibu H?
P : Nda tau juga…. Dia kira saya busuk…kotor…jadi dia mau bunuhka’. Trus itu
iparku kasika’ obat. Trus nda bisaka’ bernafas.
D : Setelah itu apa yang terjadi?
P : Gelisahka’….setelah minumka’ itu obat.
D : apa lagi yang terjadi ibu H?
P : Gelisahka’…..panas itu badanku. Jadi saya mengamuk nda kurasai
D : Tapi adakah perasaan kalau ada orang yang mau celakai ibu H?
P : Iye’….itu iparku saja. Iparku itu di kasi uang untuk bawa saya kesini. Anakku
dimanami itu?
D : Apa alasannya ipar ibu H bawa ibu H kesini?
P : nda tau juga….katanya bawaka’ parang…trus dia kasi ka’ obat. Suaminya yang
kasi minumka’. Di depan televise itu dikasi minumka’. Satu ji kuminum. Yang lain
tidak kuminum. Seandainya kuminum semuanya nda tauka’ apa yang terjadi.
D : Berarti itu obat yang membuat ibu H mengamuk?
P : Nda tau juga. Setelah saya minum itu obat gelisahka’, hidungku tertututp, nda
bisaka’ bernafas.
D : Menurut ibu H itu obat sengaja diminumkan ke ibu H?
P : Iya sengaja…sengaja
D : Apa tujuan obat itu diberikan ipar ibu H?
P : Supaya saya lemas…trus, mereka rencana memang bawa saya kesini
D : Apakah ada masalah antara ibu H dengan ipar ibu H?
P : Nda tau juga…..nda ada masalahku. Baik-baikji. Padahal sebenarnya kalau saya
tidak minum itu obat saya tidak mengamuk. Obatnya yang disini bagus.
D : Berarti nanti kalau ibu H keluar dari sini nanti obatnya harus tetap diminum
ya…biar ibu H tidak mengamuk lagi. Menurut ibu H berarti ibu H sengaja
dimasukkan kesini oleh ipar ibu H?
30
P : Iye’
D : Ibu H….apa masih ada yang sering mengganggu ibu H selama dirawat disini?
P : Iya ada….sering saya liat bayangan-bayangan di dinding. Ada juga suara-suara
D : suara-suara bagaimana yang ibu H biasa dengarkan itu ?
P : Suara-suara sembarang. Biasa dia suruhka’ bilang yang tidak baik, disuruhka’ ejek-
ejeki orang supaya dipukulka’.
D : Suara-suara itu sampai sekarang masih ada ibu H?
P : sekarang tidak ada. Kalau saya diam-diam baru dia datang.
D : Apakah ibu H takut dengan suara itu?
P : Tidak
D : Apakah ibu H terganggu dengan suara-suara itu?
P : Terganggu
D : Apakah ibu H bisa tidur dengan suara-suara itu?
P : Tidak bisa
D : Tadi malam ibu H tidur?
P : Tidurji
D : Ibu H…saya dapat informasi kalau ibu H selalu merasa kalau tetangga ibu H
semua tidak senang dengan ibu ?
P : Iye’ itu juga saya tidak tau kenapa padahal saya tidak pernah keluar.
D : Apa yang menyebabkan ibu H jarang keluar rumah?
P : Karena tetanggaku cerewet semua. Suka ejek-ejek orang yang miskin
D : Ibu H sendiri tidak pernah mengjek tetangganya?
P : Kalau dia mulai saya juga balas mengejek. Kalau tidak…tidak…
D : Ibu H seandainya ibu H sudah boleh dikelaurkan dari RS apa rencana ibu H jika
sudah sampai di rumah?
P : Mauka’ urus anakku
D : Selain itu apa lagi yang ibu H ingi lakukan?
P : Mauka’ cari uang dokter….untuk anak-anakku.
D : Selama ini ibu H tidak pernah bekerja atau berusaha cari penghasilan tambahan
untuk keluarga?
P : Tidak pernah
D : Apa alasannya?
P : Tidak tau. Tidak mau saja
D : Tapi sekarang ibu H sudah punya keinginan mencari uang tambahan ya?
31
P : Iye’
D : Apa ibu H punya bakat atau keterampilan yang bisa dijadikan sumber mencari
penghasilan?
P : tidak ada
D : Baiklah ibu H. Terima kasih informasinya hari ini. Obatnya terus diminum biar ibu
H bisa segera pulang dan berkumpul kembali bersama keluarga. Selamat
beristirahat ibu H…..
P : Iye’
32
NO PANSS 30-9-2017 7-10-2017
1. P1 = Waham-Waham 6 5
2. P2 = Kekacauan Konsep/Proses Pikir 3 2
3. P3 = Perilaku Halusinatorik 6 5
4. P4 = Gaduh Gelisah 2 1
5. P5 = Perasaan Kebesaran 1 1
6. P6 = Perilaku Pencuriga / Kejaran 6 5
7. P7 = Hostilitas 1 1
Jumlah 25 20
1. N1= Afek Menumpul 6 6
2. N2 = Menarik diri secara emosional 6 5
3. N3 = Hubungan Interaktif yang buruk 6 5
4. N4 = Asosial / Menarik Diri Secara Sosial 6 5
5. N5 = Gangguan Berpikir Abstrak 5 4
6. N6 = Kurangnya spontanitas dan aliran pembicaraan 6 5
7. N7 = Pikiran Stereotipik 1 1
Jumlah 36 31
1. G1 = Somatisasi 1 1
2. G2 = Kecemasan 1 1
3. G3 = Rasa Bersalah 1 1
4. G4 = Ketegangan Motorik 1 1
5. G5 = Mannerisme dan Posturing 1 1
6. G6 = Depresi 1 1
7. G7 = Retardasi Motorik 1 1
8. G8 = Ketidakkoperatifan 2 1
9. G9 = Isi Pikiran Yang Tidak Lazim 6 4
10. G10 = Disorientasi 3 1
11. G11 = Gangguan Perhatian / Atensi 5 1
12. G12 = Kurangnya Daya Nilai dan Tilikan 5 4
13. G13 = Gangguan Berkehendak / Avolisi 1 1
14. G14 = Gangguan Pengendalian Impuls 1 1
15. G15 = Preokupasi 1 1
16. G16 = Penghindaran Terhadap Aktivitas Sosial 6 5
Jumlah 37 26
TOTAL 98 77
33
34