Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KASUS PSIKOTIK 3
Rabu, 15 November 2017

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)


Schizophrenia (295.90)

Dibawakan oleh :
dr. Yuliastuty
( C106 216 204 )

Moderator :
dr. Irma Santy, Sp.KJ

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan Kasus Psikotik III dengan
judul “Skizofrenia Paranoid (F20.0)” pada Konferensi Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :

Hari : Rabu
Tanggal : 15 November 2017
Jam : 08.00 WITA - Selesai
Tempat : Ruang Pertemuan Psikiatri RSKD Prov. Sulsel

Makassar, 15 November 2017


Moderator,

dr. Irma Santy, Sp.KJ

1
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. H
No. RM : 155849
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Jl. Tidung 5 Blok 15/52 Makassar
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal 31 Oktober
2017, pukul 11.00 WITA, diantar oleh ibu pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari:
1. Nama : Ny. S
Umur :
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Cendrawasih-Makassar
Hubungan dengan pasien : Saudara Ipar Pasien
2. Nama : Tn.R
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dobo- Maluku Tenggara
Hubungan dengan pasien : Suami Pasien
A. Keluhan Utama
2
Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Dialami sejak 2 hari sebelum masuk UGD RSKD dan memberat pada 1 hari
terakhir. Pasien ingin membunuh anak bungsunya yang masih berusia 6 tahun. Pasien
tiba-tiba mengambil parang, mengejar dan ingin memotong anak bungsunya. Namun
dapat segera dicegah oleh keluarga dan anak pasien dapat melarikan diri. Sebelumnya
pasien selalu melarang anak bungsunya itu keluar rumah karena alasan diluar rumah
ada tentara yang ingin membunuh anaknya itu. Pasien sudah 2 hari terakhir tidak dapat
tidur, tidak mau makan, dan tidak pernah mau mandi atau mengganti pakaian
Dua minggu terakhir pasien mulai gelisah, selalu mondar-mandir tanpa tujuan ,
bicara sendiri, dan marah-marah tanpa alasan. Pasien sering mendengar suara-suara
yang menyuruh pasien ke kuburan, dan sering melihat bayangan-bayangan. Pasien
mulai gelisah sejak anak pertama pasien dinikahkan oleh ayah dan ibu tirinya di Dobo-
Maluku Tenggara dan pasien tidak diperbolehkan untuk hadir. Awalnya pasien sudah
dijanjikan untuk bisa menghadiri acara pernikahan anaknya tersebut namun tiba-tiba
dibatalkan oleh sang suami sehingga sejak saat itu pasien sangat terpukul dan selalu
mengatakan bahwa anak pertamanya telah meninggal dunia dibunuh orang. Pasien
sempat diberi obat oleh petugas puskesmas yang dipanggil ke rumah berupa obat
berwarna putih 2 macam dan warna orange. Setelah mengkonsumsi obat, pasien cukup
tenang dan dapat tidur. Namun setelah itu kembali gelisah. Hal ini sangat menganggu
keluarga sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RSKD.
Pada tahun tahun 2014 pasien sering bicara sendiri seakan-akan ada orang yang
ditemani berbicara, mondar-mandir didalam rumah, tidur malam tidak baik hanya
sekitar 2-3 jam semalam. Pasien sering marah-marah tanpa sebab. Bila diajak ke
dokter, pasien selalu menolak dan merasa dirinya tidak sakit. Akan tetapi selalu minta
dibawa ke dukun karena merasa diguna-guna oleh tetangganya, namun keluarga pasien
tidak menghiraukan.
Perubahan perilaku pertama kali tampak pada tahun 2012. Pada saat itu suami
pasien menikah lagi dengan wanita lain. Pasien merasa sangat terpukul karena merasa
suaminya yang selama menjalankan usaha dibantu dari hasil menjual perhiasan emas
pasien, namun ternyata setelah berhasil, suami pasien menikah lagi dengan wanita lain
dan menguasai seluruh keuangan keluarga. Suami pasien selama ini bekerja di Dobo-
Maluku Tenggara sebagai wiraswasta, mempunyai beberapa kapal penangkap ikan
3
yang disewakan. Saat ini suami pasien sudah mempunyai 2 orang istri lain selain
pasien. Sejak saat itu pasien mulai sering bicara sendiri, dan tidak mau keluar rumah.
Bila diajak bicara sering tidak nyambung, sering ketawa sendiri dan tiba-tiba menangis
tanpa sebab. Pasien tidak diobati dan dibiarkan saja oleh keluarganya.

1. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma kapitis,
dan kejang yang mempengaruhi fungsi otak.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien merokok 1 bungkus per hari sejak pasien mulai sakit. Pasien tidak pernah
mengkonsumsi alkohol. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

3. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya


Pasien tidak pernah menderita gangguan jiwa sebelumnya.

C. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, spontan, di rumah, cukup bulan,dan langsung menangis,
ditolong oleh dukun. Berat badan lahir tidak diketahui. Ibu pasien tidak pernah
mengalami perdarahan dan penyakit fisik selama kehamilan. Tidak ada
penyalahgunaan alkohol, obat-obatan atau jamu selama kehamilan Ibu. Pada saat bayi,
pasien tidak pernah mengalami demam tinggi maupun kejang. Pasien merupakan anak
yang sangat diharapkan karena pasien baru hadir setelah orang tuanya menikah selama
7 tahun.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)


Pasien mendapatkan ASI hingga umur 3 tahun. Pasien diberikan makanan
pendamping ASI sejak umur 5 bulan. Saat itu, pasien diasuh oleh kedua orang tuanya.
Pasien tidak pernah sakit yang sampai harus di rawat di Rumah Sakit. Di bawah asuhan
orang tuanya, pasien selalu mendapat perhatian lebih. Semua keinginan pasien selalu
dipenuhi oleh kedua orang tuanya terutama ayah pasien.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)
4
Pasien mulai bersekolah pada usia 6 tahun. Selama bersekolah pasien tidak
pernah mempunyai teman dekat. Pasien sangat memilih teman. Pasien sering
berkelahi dengan teman-temannya karena pasien tidak pernah mau kalah. Pasien bila
pulang dari sekolah langsung pulang ke rumah. Prestasi pasien selama sekolah tidak
cukup baik. Pasien termasuk anak yang sangat manja. Semua keinginannya harus
segera dituruti oleh orang tuanya. Pada saat itu kehidupan ekonomi keluarga dapat
dikatakan berkecukupan. Sehingga semua keinginan pasien selalu dapat dipenuhi.
Orang tua pasien merupakan orang yang sabar. Hubungan pasien dengan ayahnya
sangat dekat.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir (12-14 tahun)


Pasien hanya bersekolah sampai tamat kelas 6 SD. Pasien tidak mau
melanjutkan lagi pendidikan karena merasa tidak pernah cocok dengan teman-
temannya. Keinginan pasien untuk berhenti sekolah dibiarkan saja oleh orang tuanya.
Pada usia 12 tahun pasien mengalami pubertas di masa ini, dan di usia ini pasien
mendapatkan menarche. Selama putus sekolah pasien hanya melakukan kegiatan
sehari-hari di rumah. Pasien malas bergaul dan keluar rumah.

5. Riwayat Masa Remaja (15-18 tahun)


Pada usia 18 tahun pasien mulai pacaran dengan suami pasien sekarang.
Pasien berpacaran selama 5 bulan. Pada saat pasien berpacaran, pasien dan suami
sempat tidak pulang ke rumah selama sehari semalam. Orang tua pasien mencurigai
pasien dan suami melakukan tindakan asusila, sehingga orang tua pasien memaksa
suami pasien untuk segera menikahi pasien.

6. Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah hanya sampai kelas 6 SD. Pasien tidak melanjutkan
pendidikan karena alasan tidak cocok dengan teman-temannya. Prestasi pasien
disekolah tidak cukup baik.

b. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja.

5
c. Riwayat Pernikahan
Pasien telah menikah dan memiliki 5 orang anak (P,L,L,L,L). Pasien dengan
suami mempunyai usia beda 3 tahun. Pasien ditinggalkan oleh suami sejak 5 tahun
lalu dan menikah dengan perempuan lain dan saat ini suami pasien telah beristri
sebanyak 3 kali. Istri kedua pasien telah diceraikan dan saat ini suami pasien tinggal
di Dobo-Maluku Tenggara bersama istri ketiganya. Pasien tidak diceraikan oleh suami
sampai sekarang namun masih dinafkahi. Anak pertama, kedua, dan ketiga pasien
sekarang ikut dengan suami pasien di Dobo-Maluku Tenggara. Sedang anak ke empat
dan kelima tinggal bersama pasien dan orang tua pasien. Selama berumah tangga,
pasien selalu bertengkar dengan suaminya. Suami pasien kembali dari Dobo hanya
setahun sekali atau malah 3 tahun sekali tergantung jadwal kapal dan kesibukannya.
Bila suami pasien pulang, pasien selalu mencurigai suaminya mempunyai perempuan
lain sehingga selalu terjadi pertengkaran. Sehingga suami pasien yang selama ini
merasa tidak nyaman dengan kecurigaan pasien yang berlebihan memutuskan untuk
beristri lagi agar kecurigaan istrinya tersebut menjadi kenyataan.
Sejak suami menikah lagi, tidak ada komunikasi lagi antara pasien dengan
suaminya. Suami tidak mau menghubungi kembali pasien karena pasien selalu marah-
marah bila dihubungi oleh suaminya. Suami pasien baru mulai kembali berkomunikasi
sejak 2 tahun terakhir karena mendapat kabar bahwa istrinya tersebut mulai sakit.

d. Riwayat Psikoseksual
Pada usia 12 tahun, pasien mendapatkan menarche dan mulai menyukai
lawan jenisnya. Pasien mengaku sempat pacaran beberapa kali sejak mulai tamat SD.
Pasien terakhir berberpacaran dengan suaminya sekarang selama 5 bulan. Pada saat
pasien berpacaran, pasien dan suaminya sempat tidak pulang ke rumah selama sehari
semalam dan membawa lari perhisan emas orang tua pasien. Orang tua pasien
mencurigai pasien dan suaminya itu telah melakukan tindakan asusila, sehingga orang
tua pasien memaksa agar anaknya segera dinikahi. Pasien mengaku pada saat mereka
pergi itu pasien tidak hanya berdua namun bersama dengan banyak teman yang lain.
Akan tetapi orang tua pasien tidak mau mengerti dan akhirnya pasien dinikahkan
paksa. Menurut pengakuan suami pasien, pasien baru melakukan hubungan seksual
pertama setelah mereka menikah.

d. Riwayat Agama
6
Pasien adalah seorang yang tidak taat beragama.. Sebelum pasien sakit,
pasien tidak pernah sholat 5 waktu. Pasien tidak tahu mengaji. Dan pasien tidak
pernah puasa selama bulan Ramadhan.

e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.

f. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.

g. Aktivitas Sosial
Pasien dikenal seorang yang tidak ramah, jarang keluar rumah dan tidak
pernah mau mengikuti kegiatan sosial di kampungnya. Pasien tidak pernah mau
bila diajak untuk menjenguk orang sakit atau orang yang terkena musibah. Pasien
lebih senang di rumah dan melakukan kegiatannya sehari-hari mengurus anak.

7. Riwayat Keluarga
Pasien anak tunggal (♀). Pasien telah menikah dan memiiki 5 orang anak.
Suami pasien anak ke 6 dari 6 bersaudara. Suami pasien telah menikah sebanyak
3 kali. Pasien merupakan istri pertama. Anak pertama pasien telah menikah 2
minggu yang lalu. Pasien tidak mempunyai keluarga yang memiliki riwayat
gangguan yang sama dengan pasien. Sejak kecil pasien diasuh oleh kedua orang
tuanya. Ayah pasien merupakan seorang yang sabar, tidak pernah marah, dan
sangat dekat dengan anaknya, selalu membela anaknya walaupun salah, dan selalu
mengikuti keinginan anaknya.Ibu pasien adalah seorang yang sabar, selalu
menyimpan masalahnya sendiri, dan tidak pernah marah pada anaknya. Pasien
mengaku tidak senang dengan ayahnya sejak kecil. Pasien bila ditanyakan
penyebabnya tidak mau menjawab. Pasien hanya mengatakan bahwa pasien
sangat tidak senang dengan ayahnya.

GENOGRAM
7
Keterangan
= Laki – laki
= Perempuan
= Gangguan Jiwa
= Meninggal
= Penderita

8. Situasi Kehidupan Sekarang


Saat ini, pasien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya serta 2 orang
anak kandungnya di Bone. Pasien tinggal di rumah panggung yang dibangun oleh suami
pasien. Selama ini pasien hidup dari nafkah yang dikirim suami tiap bulan dan dari
hasil ternak sapi orang tua pasien. Orang tua pasien sudah sangat tua. Ibu pasien masih
mengurusi ternak sapi yang dimilikinya, sedangkan ayah pasien sudah sekitar 10 tahun
menderita kebutaan dan tidak bisa bekerja lagi. Suami pasien sekarang tinggal di Dobo-
Maluku Tenggara bersama istri ketiga dan 3 anak kandungnya. Suami pasien telah
bercerai dengan istri keduanya. Suami pasien tidak mempunyai anak dari istri kedua
dan istri ketiganya.

9. Persepsi Pasien Tentang diri dan Lingkungannya


8
Pasien merasa tidak mengalami gangguan jiwa. Pasien rela dibawa ke rumah
sakit karena diberi alasan oleh keluarga hanya untuk dibawan berobat ke dokter saraf.
Menurut pasien, dia tidak mengamuk dan ingin membunuh anaknya. Pasien memegang
parang karena takut tetangganya ingin mencelakainya. Pasien selalu dibisiki oleh suara-
suara yang selalu menyuruh pasien melakukan sesuatu. Pasien sering melihat bayangan
kucing, dan manusia yang menghampirinya. Pasien selalu curiga kalau tetangganya
ingin mencelakai pasien karena iri terhadap pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS ( Tanggal 30 September 2017 di


Bangsal Kenanga)
A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 110/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh
36,5°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru, dan
abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat
dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat
ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 30 September 2017 jam 12.00 di


Bangsal Kenanga)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan, wajah tampak sesuai dengan umurnya (38 tahun), perawakan
tubuh agak gemuk, kulit sawo matang, berambut pendek sebahu berantakan,
memakai baju daster berwarna hitam, perawatan diri kesan kurang.

2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
9
Tenang

4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan tidak spontan, lambat menjawab, intonasi
pelan.

5. Sikap terhadap pemeriksa


Cukup kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Tumpul
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya.
2. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : baik
b. Jangka Sedang : baik
c. Jangka Pendek : baik
d. Jangka Segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian
Agak terganggu
5. Pikiran Abstrak
Baik
6. Bakat Kreatif
Tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri
10
Terganggu

D. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri


1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+): pasien mendengar suara yang dipersepsikan sebagai laki-
laki dan perempuan yang menyuruh pasien melakukan sesuatu.
Halusinasi Visual (+) : Pasien melihat bayangan kucing dan manusia yang selalu
datang menghampiri pasien.
2. Ilusi
Tidak ada
3. Depersonalisasi
Tidak ada
4. Derealisasi
Tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : cukup
2. Kontinuitas : cukup relevan
3. Isi Pikiran :
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
Waham persekutorik
Pasien meyakini semua tetangganya ingin mencelakai pasien karena iri terhadap
pasien.

F. Pengendalian Impuls
Terganggu

G. Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit (Tilikan 1)

H. Taraf Dapat Dipercaya


11
Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Tanggal 30 September 2017)


PANSS :
Gejala Positif: 25, Gejala Negatif: 36, Psikopatologi Umum: 37
Skor Total: 98
Interpretasi : sakit berat

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang pasien perempuan berusia 38 tahun di bawa ke UGD RSKD untuk
pertama kalinya karena mengamuk. Dialami sejak 2 hari sebelum masuk UGD RSKD
dan memberat pada 1 hari terakhir. Pasien ingin membunuh anak bungsunya yang
masih berusia 6 tahun. Pasien tiba-tiba mengambil parang, mengejar dan ingin
memotong anak bungsunya. Namun dapat segera dicegah oleh keluarga dan anak
pasien dapat melarikan diri. Sebelumnya pasien selalu melarang anak bungsunya itu
keluar rumah karena alasan diluar rumah ada tentara yang ingin membunuh anaknya
itu. Pasien sudah 2 hari terakhir tidak dapat tidur, tidak mau makan, dan tidak pernah
mau mandi atau mengganti pakaian.
Perubahan perilaku pertama kali tampak pada tahun 2012. Pada saat itu suami
pasien menikah lagi dengan wanita lain. Pasien merasa sangat terpukul karena merasa
suaminya yang selama menjalankan usaha dibantu dari hasil menjual perhiasan emas
pasien, namun ternyata setelah berhasil, suami pasien menikah lagi dengan wanita lain
dan menguasai seluruh keuangan keluarga. Sejak saat itu pasien mulai sering bicara
sendiri, dan tidak mau keluar rumah. Bila diajak bicara sering tidak nyambung, sering
ketawa sendiri dan tiba-tiba menangis tanpa sebab. Pasien tidak diobati dan dibiarkan
saja oleh keluarganya
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang perempuan, wajah tampak
sesuai dengan umurnya (38 tahun), perawakan tubuh agak gemuk, kulit sawo matang,
berambut pendek sebahu berantakan, memakai baju daster berwarna hitam, perawatan
diri kesan kurang. Kesadaran berubah, psikomotor tenang, pembicaraan tidak spontan,
lambat menjawab, intonasi pelan, sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif. Mood
sulit dinilai, afek tumpul, keserasian tidak serasi, empati tidak dapat dirabarasakan.
Taraf pendidikan sesuai, orientasi waktu, tempat, dan orang baik, daya ingat jangka
12
panjang, sedang, pendek, dan segera cukup baik. Konsentrasi dan perhatian agak
terganggu, pikiran abstrak baik, kemampuan menolong diri sendiri kurang.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
dan halusinasi visual. Pada proses berpikir produktivitas cukup, kontinuitas cukup
relevan. Terdapat gangguan isi pikir berupa waham persekutorik.
Pengendalian impuls terganggu, uji daya nilai, norma sosial dan penilaian
realitas terganggu. Pasien merasa dirinya tidak sakit, dan secara umum yang diutarakan
oleh pasien dapat dipercaya.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK DAN EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis 1
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala klinis yang bermakna, yaitu perilaku gelisah, berbicara sendiri, tertawa sendiri,
mondar-mandir tanpa tujuan, tidak dapat tidur di malam hari, dan tidak mau makan dan
mandi serta mengganti pakaian. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada
pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar, serta terdapat hendaya (disability) pada fungsi
psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita dimana
pasien merasa dirinya sakit karena diguna-guna oleh tetangganya, adanya hendaya berat
dalam fungsi mental berupa halusinasi auditorik dan visual, dan waham persekutorik, serta
adanya hendaya berat dalam fungsi sosial berupa ketidakmampuan membina relasi dengan
orang lain yang menyebabkan pasien tidak mampu lagi bekerja, sehingga didiagnosis
Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan,
sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan dan
berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari alloanamesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan adanya
halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham persekutorik, serta arus pikiran yang
terganggu dengan perlangsungan lebih dari satu bulan, sehingga memenuhi kriteria
Skizofrenia (F20) Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Five Edition
(DSM V) diagnosis diarahkan pada Schizophrenia (295.90). Pada pasien ini ditemukan
adanya halusinasi auditorik, dan waham persekutorik yang menonjol, yang sudah
berlangsung sejak 5 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit, gejala negatif tampak
13
berupa ekspresi mimik wajah yang berkurang, afek yang menumpul, pasien jadi lebih
pendiam, asociality dimana pasien kurang mampu berinteraksi secara sosial dan menarik
diri, dan gejala negatif pasien tersebut dirasakan semakin memberat dari sebelumnya. yang
mengarah pada Skizofrenia Paranoid Episodik dengan Kemuduran Progresif (F20.01).
Pasien di diagnosis banding dengan Skizofrenia YTT (F20.9) karena gejala-gejala
positif dan negatif ditemukan bersamaan.

Aksis 2
Dari informasi yang didapatkan, pasien dikenal sebagai orang yang kurang ramah,
tidak pernah mau mengalah, tidak suka bergaul, tidak mempunyai teman dekat, dan pasien
selalu mencurigai orang tanpa alasan yang jelas, mengarah kepada ciri kepribadian
paranoid. Mekanisme pertahanan yang paling sering digunakan adalah displacement dan
proyeksi.

Aksis 3
Tidak ada diagnosis

Aksis 4
Stressor masalah dengan “primary support group” : suami menikah lagi.

Aksis 5
GAF Scale saat masuk RSKD : 20-11 (Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri)
GAF Scale Saat ini : 50-41 ( gejala berat, disabilitas berat)

VII. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan
psikofarmakoterapi.

2. Psikologik
14
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya halusinasi
auditorik , halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham kejar, yang
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VII. RENCANA TERAPI


A. Farmakologis
- Risperidon 2 mg / 12 jam / oral

B. Non Farmakologis
- Psikoterapi Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian
mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping
yang mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau
minum obat secara teratur.
- Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa
menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan
keteraturan pengobatan.

PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

Faktor Pendukung Faktor Penghambat

15
Usia pasien pertama kali terkena Pasien merasa sakit karena
saat dewasa diguna-guna

Stressor yang jelas Keluarga tidak mendukung


Riwayat melakukan tindakan
penyerangan
Gejala negatif
Tanpa remisi dalam 3 tahun
Riwayat sosial yang buruk

X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai
efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.

Tanggal 7 Oktober 2017 (di PICU Meranti RSKD)


Pemeriksaan Status Mental
Seorang perempuan, memakai baju kaos warna biru, celana panjang putih, wajah nampak
pucat, nafsu makan mulai membaik, tidur cukup.
Pasien tampak tenang.
- Kontak mata (+)kesan kurang, verbal (+)
- Psikomotor : Tenang
- Verbalisasi : spontan, lancar, intonasi biasa
- Afek : Tumpul
- Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
- Arus Pikir : relevan.
- Gangguan isi pikir : waham persekutorik (pasien yakin bahwa iparnya ingin
membunuhnya dengan memberinya obat yang membuatnya tidak bisa bernafas)

Skor PANSS

16
Gejala Positif:20 , Gejala Negatif 31: , Psikopatologi Umum: 26
Skor Total: 77
Interpretasi : sakit sedang

Terapi
- Risperidon 2mg / 12 jam / oral

XI. DISKUSI
Skizofrenia merupakan suatu gambaran sindrom klinis dengan berbagai macam
penyebab dan perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi keretakan jiwa atau
ketidakharmonisan dan ketidaksesuaian antara proses pikir, perasaan dan perbuatan serta
hilang timbul dengan manisfestasi klinis yang beragam. Gangguan skizofrenia umumnya
ditandai oleh adanya penyimpangan dari pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan
adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tidak terganggu, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.1,2
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III),
skizofrenia dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria:3
 Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini (dan biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-
gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
- Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting
- Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion of perception.
- Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, mendiskusikan perihal pasien di antara mereka, jenis suara halusinasi
lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
- Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil.
 Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:
- Halusinasi yang menetap dari pancaindra apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

17
- Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
- Perilaku katatonik
- Gejala-gejala “negatif”: seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
 Adanya gejala tersebut di atas berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak
berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM - V)
diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan Kriteria A yaitu ditemukan dua atau lebih
gejala karakteristik berupa waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku yang sangat kacau
atau katatonik, serta gejala negatif, yang masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang
signifikan selama periode 1 bulan.4
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III),
skizofrenia paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria halusinasi dan/ atau
waham harus menonjol, suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing), Halusinasi pembauan atau
pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol, Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.5
Pada model diathesis stress, skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi antara
faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan (diatesis) jika
dikenai stesor akan lebih mudah untuk menjadi skizofrenia.6
Dalam kasus ini, stressor yang diperkirakan menjadi pencetus timbulnya gangguan
jiwa pada pasien adalah pada saat suami pasien menikah lagi dengan wanita lain. Pasien
merasa sangat terpukul karena merasa selama suaminya menjalankan usaha selalu dibantu
dari hasil menjual perhiasan emas pasien. Akan tetapi setelah berhasil, suami pasien
menikah lagi dengan wanita lain dan menguasai seluruh keuangan keluarga.
18
Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya skizofrenia. 5 Namun pada kasus
ini tidak diketahui ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai risiko yang besar pada
perkembangan skizofrenia. Stresor sosial juga mempengaruhi perkembangan suatu
skizofrenia. 6
Pada kasus ini, pihak keluarga menyadari perubahan perilaku sejak 5 tahun terakhir
tetapi menggangap pasien tidak mengalami gangguan jiwa sehingga pasien tidak pernah
mendapatkan pengobatan.
Medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, tetapi intervensi
psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan terapi somatik tergantung
dari keadaan pasien ketika datang dalam fase apa, jika dalam fase akut perlu penanganan
yang segera. Penanganan pada fase akut lebih difokuskan untuk menurunkan symptom
psikotik yang berat, umumnya setelah dilakukan pengobatan selama 4-8 minggu dengan
menggunakan obat antipsikotik pasien dapat masuk dalam fase stabilisasi. 1,2,6
Pada pasien ini diberikan antipsikotik tipikal yaitu Risperidon. Risperidon merupakan
obat antipsikotik golongan atipikal yang terhadap reseptor dopamin D2 dan reseptor 5-
HT2A, selain itu juga memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor alfa 1, alfa 2 adrenergik,
sementara baik untuk mengatasi gejala positif dan negatif. Pemberiannya dimulai dari dosis
minimal sebesar 0,5 – 1 mg, dimana dosis akhir ideal untuk sebagian pasien adalah 4 – 6
mg/hr dimana dosis lebih dari ini akan memberikan efek yang menyerupai obat antipsikotik
tipikal. Efek samping yang dapat ditemukan tardif diskinesia dan sedikit peningkatan berat
badan. Risperidone tidak menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif. Di samping itu,
Risperidon menyebabkan efek samping ekstrapiramidal yang jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan obat antipsikotik tipikal, sehingga relatif aman bila dikonsumsi untuk
jangka waktu yang lebih lama7,8
Pertimbangan pemberian risperidon karena pasien ini merupakan usia muda yang
produktif dan pertama kali mengalami gangguan. Risperidon merupakan atypical high
potesial yang jarang menimbulkan efek EPS (Ekstra Piramidal Syndrome). Efek EPS dapat
menghambat produktifitas kerja. Dari segi ekonomi, pasien memiliki asuransi BPJS yang
dapat digunakan setiap kali kontrol dan mendapatkan obat. Pertimbangan pemilihan
Rispreridon dibandingkan atypical lainnya karena risperidon tergolong murah dibandingkan
atypical lainnya, memiliki efek yang baik terhadap gejala positif dan negatif, dan ditanggung
oleh asuransi bpjs.

19
Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien berada dalam
fase perbaikan dibanding fase akut. Pada kasus ini, terapi keluarga lebih ditekankan karena
bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai skizofrenia. Materi yang diberikan
berupa pengenalan tanda-tanda kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan, antisipasi
dari efek samping pengobatan da peran keluarga terhadap penderita skizofrenia. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan
pasien.1,2
Prognosis pasien ini adalah dubia ad malam, dinilai dengan melihat faktor-faktor
pendukung dan penghambat penyembuhannya.

Faktor pendukung berupa :


- Stressor yang jelas
- Usia Pasien terkena saat dewasa
Faktor penghambat berupa :
- Pasien merasa dirinya tidak sakit
- Tidak ada dukungan dari keluarga
- Gambaran klinis gejala negative
- Riwayat sosial yang buruk
- Tanpa remisi dalam 3 tahun
- Riwayat melakukan tindakan penyerangan

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences /
Clinical Psychiatry. 11th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2015.
2. Willy F. Maramis. Albert A. Maramis. Skizofrenia dalam Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Edisi 2. Airlangga University Press. 2009.
3. Sylvia D. Elvira. Gitayanti Hadisukanto. Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.
4. Black DW, et al. Schizophrenia Spectrum and Other Psychotic Disorder in DSM V
Guidebook. American Psychiatric Association. USA. 2014.
5. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. 2003.
6. Sinaga B.R. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, jakarta 2007
7. Maslim R. Obat Anti Psikosis dalam Penggunaan Klinis Obat Psikotropik., Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Jakarta, 2007.
8. Arana G.W, Rosenbaurg, Antipsychotic Drugs in Handbook of Psychiatric Drug
Therapy, Lippincot Williams &Wilkins, Philadelphia, USA, 2005.

21
IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT

Tahun Situasi Kehidupan Gejala Riwayat Respon


pengobatan
berobat

2012 Pasien ditinggal sering bicara sendiri Tidak diobati


menikah lagi oleh
suami tidak mau keluar
rumah.

Bila diajak bicara


sering tidak nyambung

Sering ketawa sendiri


dan tiba-tiba menangis
tanpa sebab

2014 Pasien ditinggal Semakin sering bicara Tidak diobati


menikah lagi oleh sendiri seakan-akan
suami ada orang yang
ditemani berbicara

Pasien sering marah-


marah tanpa sebab.

Bila diajak ke dokter,


pasien selalu menolak
dan merasa dirinya
tidak sakit. Akan tetapi
selalu minta dibawa ke
dukun karena merasa
diguna-guna oleh
tetangganya.

22
Tahun Situasi Kehidupan Gejala Riwayat Respon
pengobatan
berobat

2017 Anak pertama pasien Ingin membunuh anak Dirawat inap Pasien sudah
menikah di Dobo- bungsunya dengan di RSKD tenang
Maluku Tenggara dan parang prov.sulsel
pasien tidak
Bicara sendiri
diperbolehkan
melihat Mondar-mandir didalam
rumah

Meyakini tetangganya
ingin mencelakainya
dengan guna-guna

Mengatakan bahwa anak


pertamanya telah
meninggal dibunuh
orang

23
WAWANCARA
AUTOANAMNESA I ( 30 September 2017 di Bangsal Kenanga)
Pasien penampilan menggunakan baju daster warna hitam. Perawakan tubuh agak gemuk,
warna kulit sawo matang, berambut pendek sebahu berantakan. Perawatan diri kesan
kurang.
Pukul 12.00 WITA, pasien berada di Bangsal Kenanga
D : Assalamu alaikum, ibu H….Selamat siang!
P : Wa’alaikum salam, dok. Siang.
D : Perkenalkan saya dr. Yuli
P : iye
D : Apa kabar ibu H hari ini?
P : Lemas…
D : Ibu H sudah makan?
P : (Hanya menggeleng)
D : Ibu H….saya dapat informasi bahwa ibu H sudah 3 hari ini tidak mau keluar mandi
dan makan. Bisa diceritakan ke saya apa yang menyebabkan ibu H tidak mau makan?
P : Tidak mau
D : Apa karena makanannya tidak enak?
P : Enakji. Tapi tidak mau saja
D : Ibu H boleh saya tahu apa yang menyebabkan ibu H dibawa kesini?
P : Dikira sarafka’
D : Menurut ibu H, ibu H sakit saraf atau tidak
P : Saraf mungkin
D : Saraf itu menurut ibu H bagaimana?
P : Pusiiing…..
D : Siapa yang antar ibu H kesini?
P : Iparku….Namba’….Jamal….3 orangki
D : Ibu H asal dari mana?
P : Barebbo
D : Berebbo itu kabupaten apa?
P : Kabupaten Bone. Bukan saya tinggal di kota…di desa….
D : Ibu H di Barebbo tinggal sama siapa?
P : Sama ibu…sama bapak

24
D : Saya dapat informasi kalau selama ini ibu H juga tinggal bersama ke 2 anaknya.
Apakah benar seperti itu?
P : Tidak ada. Bunuhmi saja saya dokter. Mauka’ parang tajam. Bunuhmi saja saya
dokter.
D : Apa yang menyebabkan ibu H minta di bunuh?
P : Tersiksaka’ mauka’ pulang
D : Ibu H mau pulang untuk apa?
P : Anakku….mauka’ urus anakku
D : Ibu H ada informasi saya dapat kalau ibu H dibawa kesini karena ibu H mengamuk.
Benarkah seperti itu?
P : Tidak
D : Ibu H sudah berapa hari tidak makan?
P : Dua
D : Ibu H sudah berapa hari tidak mandi?
P : Dua
D : Bisa saya tahu alasan ibu H tidak mau mandi?
P : Takut
D : Takut dengan apa?
P : Tidak tau
D : Saya boleh tahu sudah berapa lama ibu H merasa sakit?
P : Lamami sakit saraf
D : Selama ini ibu H pernah berobat kemana?
P : Tidak ada. Seandainya saya tau mauka’ dibawa kesini saya tidak naik
D : Bagaimana caranya ibu H bisa sampai kesini?
P : Dipaksaka’ sama iparku
D : Apa alasan ipar ibu H membewa kesini?
P : Tidak tau
D : Ibu H sudah bersuami?
P : Sudah
D : Dimana sekarang suami ibu H ?
P : Tidak ada pi merantau
D : Siapa nama suami ibu H?
P : R nama waktu kecilnya T
D : Saya bisa tahu ibu H kenal dimana dengan suami?
25
P : Satu kampung
D : Sejak kapan suami ibu H mulai merantau?
P : Lamami….sejak anakku baru 1…2….eh 3
D : Suami ibu H berapa lama biasa pulang ke rumah?
P : lamami tidak pulang
D : Ada saya dapat informasi kalau suami ibu H menikah lagi?
P : Iye….3 mi istrinya
D : Apa alasan suami ibu H menikah lagi?
P : Nda tau
D : Waktu suami ibu H menikah lagi bagaimana perasaan ibu H?
P : Sakit
D : Apakah ada sempat terlintas dipikiran ibu H perasaan ingin bunuh diri waktu ibu
suami menikah lagi?
P : Tidak
D : Ibu H apakah ada yang membuat ibu H merasa tidak nyaman akhir-akhir ini?
P : Iye
D : Apakah ibu H bersedia menceritakannya kepada saya?
P : Anuuuu….pengaruh-pengaruh dari iparku dengan suamiku
D : Pengaruh seperti apa yang ibu H maksud?
P : Ada bayangan-bayangan
D : Bayangan-bayangan seperti apa itu?
P : Sembarang….
D : Boleh saya diceritakan bagaimana bentuk bayangan itu?
P : Kadang kulihat orang, kadng kulihat kucing
D : Apa yang dilakukan oleh bayangan itu?
P : Sembarang
D : Selain bayangan apa lagi yang biasa mengganggu ibu H?
P : Suara….suara orang berteriak minta tolong
D : Apakah suara itu selalu datang?
P : Iya
D : Jika suara-suara itu dating apa yang ibu H lakukan?
P : Tidak ada
D : Apakah ibu H tidak terganggu dengan suara-suara itu?
P : Terganggu. Kubaca-bacai kalo ada. Kusuruh keluar. Tapi dia tetap masuk
26
D : Jadi bagaimana cara menghilangkan suara-suara itu?
P : Kusuruh keluar….dia tetap masuk
D : Suara apa yang biasa ibu H dengar selain suara teriakan?
P : Suara burung-burung, sama suara orang cerita-cerita. Biasa suruh-suruhka’
sembarang. Tapi waktu saya begini kurasa iparku yang tarikka’ kerumahnya. Setelah
saya dirumahnya malah tambah sakitka’.
D : Ibu H apakah ada yang menurut ibu H ingin mencelakai ibu H?
P : Itu tetanggaku
D : Ada apa dengan tetangga ibu H?
P : nda tau….selalu ka’ bertengkar. Nda tauka’ kenapa selalu dia gangguka’. Dia ejek-
ejekka’
D : Apa alasan tetangga ibu H selalu mengejek ibu H?
P : Nda tau…karena mereka kaya sedangkan saya miskin.
D : Ibu H mendengar langsung kalau tetangga ibu H mengejek ibu H?
P : Tidak…perasaanku saja. Apalagi itu iparku…
D : Ada apa dengan ipar ibu H?
P : Galak. Samaji semua…
D : Ibu H saya mendapat informasi kalau ibu H sempat ingin membunuh anak ibu H.
Bisa saya diceritakan kejadian sebenarnya?
P : Tidak …Cuma saya pegang parang karna tetangga saya mau bunuh saya.
D : Apa alasan tetangga ibu H mau bunuh ibu H?
P : Nda tau
D : Tetangga yang mana yang mana yang mau
P : Itu tetanggaku yang dulu ambil kartu keluargaku mau kasi keluar saya dari kartu
keluarga. Dia selalu bawa parang. Takutka’ jadi saya juga ambil parang.
D : Tinggal dimana itu tetangga ibu H? di samping rumah ibu H?
P : Bukan….bukan samping rumahku
D : Jadi siapa nama tetangga ibu H itu?
P : “Y” tapi bukan Cuma Y semua juga satu kampung
D : Apa buktinya kalau mereka semua tidak senang dengan ibu H dan ingin mencelakai
ibu H?
P : Dia selalu cemburu kalau saya beli apa-apa.
D : Ibu H….infrmasi yang say dapat anak pertama ibu H baru saja menikah di Dobo.
Apa alasan ibu H tidak menghadiri acara pernikahan anak pertama ibu H?
27
P : Tidak ada uang
D : Menurut informasi ibu H sudah diajak oleh suami ibu H namun ibu H menolak
dengan alasan sementara sakit.
P : Tidak. Saya tidak pergi karena tidak ada uang. Suamiku tidak kirimkan uang kapal.
Cuma uang belanja.
D : Ibu H tidak minta pada suami ibu H?
P : Tidak. Malu…seandainya dia mau dia kirimkanka’ uang tapi ini tidak uang belanja
saja.
D : Ibu H bisa ulangi apa yang saya sebut? 5…4….2…
P : 5…4…2…
D : Ibu H bisa hitung berapa 2+2?
P : 4
D : Kalau 4+4?
P : 8
D : Ibu H coba dikurangi 100-5 berapa?
P : 95
D : 95-2?
P : 93
D : Ibu H jika menemukan dompet di jalan apa yang ibu H lakukan?
P : Saya kasi kembali ke yang punya
D : Ibu H tidak ingin mengambilnya?
P : tidak boleh toh….pernah saya juga dapat uang 50 ribu sama anakku tapi saya tidak
ambil.
D : Ibu H maaf ibu H tau persamaan apel dengan jeruk?
P : Sama-sama buah
D : Kalau perbedaannya?
P : Satu manis satu kecut.
D : Maaf ibu H…apakah ibu H merokok?
P : iye
D : Kalau boleh tahu berapa batang sehari?
P : Tergantungji kalau tidak ada yang lihat
D : Kalau Alkohol?
P : Tidak
D : Ibu H pernah konsumsi obat-obatan terlarang?
28
P : Tidak
D : Apa yang paling sering ibu H lakukan di rumah seminggu terkhir ini?
P : Di rumah ji menyapu….mengepel….
D : Apakah ibu H punya bakat kesenian, seperti main alat musik membuat hal yang
bernilai dan dapat dijual?
P : Tidak ada
D : Baik ibu H, terimakasih atas kerjasamanya. Untuk sementara ibu H istirahat dulu
disini ya.. nanti kalau ibu H sudah merasa baikan baru boleh dijemput pulang oleh
keluarga. Obatnya diminum teratur ya ibu H…..terima kasih….selamat Siang!
P : Iye’
AUTOANAMNESA II (7 Oktober 2017 di PICU Meranti RSKD)
Seorang perempuan, memakai baju kaos warna biru, celana panjang putih, wajah nampak
pucat, nafsu makan mulai membaik, tidur cukup.
D : Selamat siang ibu H
P : Siang
D : Bagaimana kabarnya ibu H hari ini ?
P : Baik
D : Bagaimana tidurnya H semalam?
P : Bagus
D : Kalau nafsu makan ibu H bagaimana?
P : Bagusmi
D : Tadi pagi ibu H makan apa?
P : Telur saja sama nasi
D : Bagaimana perasaan ibu H akhir-akhir ini?
P : Nda enak. Mungkin lebih enak kalau saya pulang
D : Kalau dibandingkan dengan waktu ibu H baru masuk disini bagaimana perasaan
ibu H?
P : Enakmi
D : Beberapa hari yang lalu ibu H sempat tidak mau makan. Saya boleh tau apa
sebabnya’?
P : Dimana?...kapan?
D : Ibu H sudah tidak ingat?
P : Tidak…lupami
D : Tapi sekarang perasaan ibu H sudah enak ya?
29
P : Iye enakmi. Telponmi keluargaku dokter
D : Ibu H masih ingat apa yang menyebabkan ibu H dibawa ke sini?
P : Tidak ingat. Oohhh waktu itu saya mau bawa parang.
D : Ibu H bawa parang untuk apa?
P : Karna takutka’. Takut sama orang sama orang di bawah rumah. Banyak yang bawa
parang. Padahal saya tidak apa-apa.
D : Menurut ibu H apa ibu H mempunyai kesalahan sehingga banyak orang yang mau
mencelakai ibu H?
P : Nda tau juga…. Dia kira saya busuk…kotor…jadi dia mau bunuhka’. Trus itu
iparku kasika’ obat. Trus nda bisaka’ bernafas.
D : Setelah itu apa yang terjadi?
P : Gelisahka’….setelah minumka’ itu obat.
D : apa lagi yang terjadi ibu H?
P : Gelisahka’…..panas itu badanku. Jadi saya mengamuk nda kurasai
D : Tapi adakah perasaan kalau ada orang yang mau celakai ibu H?
P : Iye’….itu iparku saja. Iparku itu di kasi uang untuk bawa saya kesini. Anakku
dimanami itu?
D : Apa alasannya ipar ibu H bawa ibu H kesini?
P : nda tau juga….katanya bawaka’ parang…trus dia kasi ka’ obat. Suaminya yang
kasi minumka’. Di depan televise itu dikasi minumka’. Satu ji kuminum. Yang lain
tidak kuminum. Seandainya kuminum semuanya nda tauka’ apa yang terjadi.
D : Berarti itu obat yang membuat ibu H mengamuk?
P : Nda tau juga. Setelah saya minum itu obat gelisahka’, hidungku tertututp, nda
bisaka’ bernafas.
D : Menurut ibu H itu obat sengaja diminumkan ke ibu H?
P : Iya sengaja…sengaja
D : Apa tujuan obat itu diberikan ipar ibu H?
P : Supaya saya lemas…trus, mereka rencana memang bawa saya kesini
D : Apakah ada masalah antara ibu H dengan ipar ibu H?
P : Nda tau juga…..nda ada masalahku. Baik-baikji. Padahal sebenarnya kalau saya
tidak minum itu obat saya tidak mengamuk. Obatnya yang disini bagus.
D : Berarti nanti kalau ibu H keluar dari sini nanti obatnya harus tetap diminum
ya…biar ibu H tidak mengamuk lagi. Menurut ibu H berarti ibu H sengaja
dimasukkan kesini oleh ipar ibu H?
30
P : Iye’
D : Ibu H….apa masih ada yang sering mengganggu ibu H selama dirawat disini?
P : Iya ada….sering saya liat bayangan-bayangan di dinding. Ada juga suara-suara
D : suara-suara bagaimana yang ibu H biasa dengarkan itu ?
P : Suara-suara sembarang. Biasa dia suruhka’ bilang yang tidak baik, disuruhka’ ejek-
ejeki orang supaya dipukulka’.
D : Suara-suara itu sampai sekarang masih ada ibu H?
P : sekarang tidak ada. Kalau saya diam-diam baru dia datang.
D : Apakah ibu H takut dengan suara itu?
P : Tidak
D : Apakah ibu H terganggu dengan suara-suara itu?
P : Terganggu
D : Apakah ibu H bisa tidur dengan suara-suara itu?
P : Tidak bisa
D : Tadi malam ibu H tidur?
P : Tidurji
D : Ibu H…saya dapat informasi kalau ibu H selalu merasa kalau tetangga ibu H
semua tidak senang dengan ibu ?
P : Iye’ itu juga saya tidak tau kenapa padahal saya tidak pernah keluar.
D : Apa yang menyebabkan ibu H jarang keluar rumah?
P : Karena tetanggaku cerewet semua. Suka ejek-ejek orang yang miskin
D : Ibu H sendiri tidak pernah mengjek tetangganya?
P : Kalau dia mulai saya juga balas mengejek. Kalau tidak…tidak…
D : Ibu H seandainya ibu H sudah boleh dikelaurkan dari RS apa rencana ibu H jika
sudah sampai di rumah?
P : Mauka’ urus anakku
D : Selain itu apa lagi yang ibu H ingi lakukan?
P : Mauka’ cari uang dokter….untuk anak-anakku.
D : Selama ini ibu H tidak pernah bekerja atau berusaha cari penghasilan tambahan
untuk keluarga?
P : Tidak pernah
D : Apa alasannya?
P : Tidak tau. Tidak mau saja
D : Tapi sekarang ibu H sudah punya keinginan mencari uang tambahan ya?
31
P : Iye’
D : Apa ibu H punya bakat atau keterampilan yang bisa dijadikan sumber mencari
penghasilan?
P : tidak ada
D : Baiklah ibu H. Terima kasih informasinya hari ini. Obatnya terus diminum biar ibu
H bisa segera pulang dan berkumpul kembali bersama keluarga. Selamat
beristirahat ibu H…..
P : Iye’

32
NO PANSS 30-9-2017 7-10-2017

1. P1 = Waham-Waham 6 5
2. P2 = Kekacauan Konsep/Proses Pikir 3 2
3. P3 = Perilaku Halusinatorik 6 5
4. P4 = Gaduh Gelisah 2 1
5. P5 = Perasaan Kebesaran 1 1
6. P6 = Perilaku Pencuriga / Kejaran 6 5
7. P7 = Hostilitas 1 1
Jumlah 25 20
1. N1= Afek Menumpul 6 6
2. N2 = Menarik diri secara emosional 6 5
3. N3 = Hubungan Interaktif yang buruk 6 5
4. N4 = Asosial / Menarik Diri Secara Sosial 6 5
5. N5 = Gangguan Berpikir Abstrak 5 4
6. N6 = Kurangnya spontanitas dan aliran pembicaraan 6 5
7. N7 = Pikiran Stereotipik 1 1
Jumlah 36 31
1. G1 = Somatisasi 1 1
2. G2 = Kecemasan 1 1
3. G3 = Rasa Bersalah 1 1
4. G4 = Ketegangan Motorik 1 1
5. G5 = Mannerisme dan Posturing 1 1
6. G6 = Depresi 1 1
7. G7 = Retardasi Motorik 1 1
8. G8 = Ketidakkoperatifan 2 1
9. G9 = Isi Pikiran Yang Tidak Lazim 6 4
10. G10 = Disorientasi 3 1
11. G11 = Gangguan Perhatian / Atensi 5 1
12. G12 = Kurangnya Daya Nilai dan Tilikan 5 4
13. G13 = Gangguan Berkehendak / Avolisi 1 1
14. G14 = Gangguan Pengendalian Impuls 1 1
15. G15 = Preokupasi 1 1
16. G16 = Penghindaran Terhadap Aktivitas Sosial 6 5
Jumlah 37 26
TOTAL 98 77

33
34

Anda mungkin juga menyukai