Anda di halaman 1dari 61

TEHNIK, FREKUENSI DAN WAKTU MENYIKAT GIGI

TERHADAP KEJADIAN KARANG GIGI PADA SANTRI


PONDOK PESANTREN WASILATUL HUDA CICALENGKA
TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Program Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Bandung

TRESNA AYU PRATIWI


P17325112063

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2015
LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

TEHNIK, FREKUENSI DAN WAKTU MENYIKAT GIGI TERHADAP


KEJADIAN KARANG GIGI PADA SANTRI PONDOK PESANTREN
WASILATUL HUDA CICALENGKA TAHUN 2015

Diujikan Pada Hari…………Tanggal…….. Bulan……Tahun 2015

Penguji 1

Drg. Hj. Dewi Sodja Laela, M.kes


NIP. 1965 07 09 1933 12 2001

Penguji 2

H. Isa Insanuddin, S.SIT, M.Kes


NIP. 1962 06 26 1982 11 1001

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

TEHNIK, FREKUENSI DAN WAKTU MENYIKAT GIGI TERHADAP


KEJADIAN KARANG GIGI PADA SANTRI PONDOK PESANTREN
WASILATUL HUDA CICALENGKA TAHUN 2015

Telah Disetujui dan Disahkan pada Hari…. Tanggal…. Bulan……. Tahun 2015

Pembimbing

Hera Nuraningsih, M.Kes

NIP. 197510042001031996

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan Gigi


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes AIFO

NIP. 1956 10 05 1987 12 2001


LEMBAR PERSEMBAHAN

“ Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu : bersyukurlah
kepada Allah dan barang siapa yang bisa bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang tidak
bersyukur , maka sesungguhnya Allah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji “ QS.
31:12

“barang siapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan
memudahkan bagi nya jalan ke syurga”. (HR. ibnu majah & abu dawud )

Jatuh dan bangkit , air mata dan senyuman, do’a dan nasihat menyertaiku dalam
menyelesaikan satu tahap tugasku sebagai khalifah dibumi walau takkan terhenti disini
dan akan terus melangkah ke tempat teratas hingga melampauinya.

karya tulis ilmiah yang masih tak sempurna ini kupersembahkan untuk
seorang wanita yang lisannya selalu basah mendo’akan ku yaitu Ibu dan seorang
pria bernama Ayah yang lelahnya selalu lillah dalam mencari nafkah untuk
menyelesaikan pendidikanku serta untuk sahabat-sahabatku yang selalu siap
menemani dan membantuku saat suka maupun duka
ABSTRAK

Tehnik, Frekuensi dan Waktu Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karang


Gigi Pada Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka Tahun 2015

Tresna Ayu Pratiwi 1) Hera Nurnaningsih 2)


Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kemenkes Bandung
Menyikat gigi adalah suatu prosedur yang menjadi keharusan karena sikat
gigi adalah alat untuk membersihkan gigi dari sisa makanan dan kebiasaan
menyikat gigi yang salah dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya
adalah karang gigi yang timbul akibat dari cara menyikat gigi yang kurang tepat
meliputi tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi. Santri pondok pesantren pada
umumnya kurang memperhatikan personal hygiene (kebersihan diri) yaitu
kebersihan seluruh anggota tubuh termasuk kebersihan gigi dan mulut. Maka,
berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui Tehnik, Frekuensi dan Waktu
Menyikat Gigi Pada Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka tahun
2015
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, sehingga diperoleh
sampel sebanyak 50 orang. Dari hasil penelitian didapatkan ketepatan tehnik
menyikat gigi yang baik sebesar 28% yaitu dengan menggunakan tehnik
kombinasi, frekuensi menyikat gigi yang baik sebesar 56% yaitu 2-4 kali dalam
sehari, ketepatan waktu menyikat gigi sebesar 24% yaitu pagi setelah sarapan dan
malam sebelum tidur serta kriteria karang gigi yang didapat melalui indeks OHI-S
pada santri pondok pesantren Wasilatul Huda lebih banyak yang memiliki kriteria
buruk yaitu sebesar 42%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri
pondok pesantren masih sangat kurang menyadari dan memperhatikan akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Kata Kunci :tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi, karang gigi, santri
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat, rahiim dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah yang berjudul “ TEHNIK, FREKUENSI DAN WAKTU MENYIKAT

GIGI TERHADAP KEJADIAN KARANG GIGI PADA SANTRI PONDOK

PESANTREN WASILATUL HUDA CICALENGKA “ . Penulisan karya tulis

ilmiah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Bandung.

Selama persiapan dan penyusunan tugas akhir ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. H. Osman Syarif, M.KM , selaku direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Bandung.

2. Drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes AIFO selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Gigi

3. Drg. Hj. Tati Svasti selaku wali tingkat yang senantiasa selalu memberikan

nasihat, dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis ilmiah

ini.

4. Drg. Hj. Sri Artini M.Pd dan Deru Marahlaut M.Kes selaku pembimbing

akademik yang senantiasa memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.


5. Hera Nurnaningsih, S.SIT, M.Kes selaku pembimbing yang senantiasa sabar

dalam memberikan arahan dan bimbingan hingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Drg. Dewi Sodja Laela , M.kes dan H. Isa Insanuddin, S.SIT, M.Kes selaku

dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis serta dukungan

hingga penulis dapat memperbaiki dan menyelesaikan Kara Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh staf dosen, staf Tu dan Staf Perpustakaan Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis.

8. Seluruh ustadz dan santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka yang

telah membantu dan bekerjasama dalam penelitian untuk penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

9. Orang tua yang telah merawatku, terimakasih untuk do’a dan perjuangannya

untuk membesarkanku.

10. Sahabat- sahabatku Susi, Hana Adlina, Riska, Siti Yuni, Vinny, Lia, Dinda,

Dita.D, Kiki, Novita dan Agus yang selalu ada serta memberikan dukungan

dan semangat kepada penulis

11. Teman-teman seperjuangan angakatan 2012/2015 Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah

membantu hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari

bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis butuhkan untuk

perbaikan.

Bandung, Agustus 2015

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGUJIAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 4
1. Tujuan Umum .......................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6


A. Menyikat Gigi ............................................................................................... 6
1. Pengertian menyikat gigi ......................................................................... 6
2. Tehnik menyikat gigi...................................................................................... 6

3. Frekuensi dan waktu menyikat gigi ....................................................... 8


B. Karang Gigi ................................................................................................... 9
1. Pengertian karang gigi ............................. Error! Bookmark not defined.9

2. Faktor penyebab terjadinya karang gigi ................................................ 9


3. Proses terjadinya karang gigi ................................................................ 10
4. Akibat dari karang gigi .......................................................................... 11
5. Cara menghitung indeks karang gigi.................................................... 12
C. Santri Pondok Pesantren .......................................................................... 14
1. Pengertian Santri .................................................................................... 14
2. Pengertian pondok pesantren ................................................................ 15
3. Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda ........................................... 15
D. Kerangka teori ............................................................................................ 16
E. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 18
F. Definisi Operasional .................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN 19
A. Desain Penelitian ......................................................................................... 19
B. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 19
C. Populasi dan Sample................................................................................... 19
D. Jenis dan cara pengumpulan data............................................................. 20
E. Pengolahan dan analisis data ..................................................................... 21
F. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 21
G. Alat Pengumpulan Data ............................................................................. 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 23

A. Hasil penelitian ........................................................................................... 23


B. Pembahasan ................................................................................................ 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 35

A. Kesimpulan ................................................................................................. 35
B. Saran ....................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tehnik Menyikat Gigi Pada


Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka .......................... 25
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Frekuensi Menyikat Gigi
Pada Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka ................ 25
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Menyikat Gigi Pada
Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka .......................... 26
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kriteria Karang Gigi Melalui
Indeks OHI-S Pada Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda
Cicalengka ................................................................................................... 26
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tehnik, Frekuensi dan Waktu
Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karang Gigi Melalui Indeks OHI-S
Pada Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka ................ 27
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Lembar Pemeriksaan

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 6 Master Tabel Penelitian

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral dari

pembangunan kesehatan secara umum karena penyakit gigi dan mulut

merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia dan yang

menjadi faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut yaitu dipengaruhi oleh

faktor lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. ( Sukra,

2011)

Menurut Radiah, dkk (2013) kesehatan gigi dan mulut merupakan

bagian dari kesehatan secara umum yang perlu diperhatikan oleh masyarakat,

maka dari itu kesehatan gigi dan mulut pun harus sangat diperhatikan. Adanya

persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa penyakit gigi tidak

menyebabkan kematian sehingga masyarakat kurang kepeduliannya untuk

menjaga kebersihan mulut dan mendudukkan masalah pada tingkat kebutuhan

skunder yang terakhir, padahal gigi merupakan fokal infeksi (sumber infeksi

atau pemicu utama) terjadinya penyakit sistemik seperti ginjal dan jantung.

(Budisuari, dkk. 2010)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

ditemukan sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi

pagi maupun mandi sore sebesar 76,6% sementara penduduk yang menyikat

gigi dengan benar yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur malam

1
ditemukan hanya sebesar 2,3%. Perilaku benar dalam menyikat gigi berkaitan

dengan faktor gender, ekonomi, dan daerah tempat tinggal.

Riskesdas (2013) juga menyatakan prevalensi nasional masalah gigi

dan mulut adalah 25,9% tetapi yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis

gigi hanya sebesar 8,1% EMD (Effective Medical Demand). Effective Medical

Demand bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu kebutuhan medis

yang efektif.

Menurut Depkes RI (2014) EMD di definisikan sebagai persentase

penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir

dikali persentase penduduk yang menerima perawatan atau pengobatan gigi

dari tenaga medis gigi diantaranya dokter gigi specialis, dokter gigi dan

perawat gigi. Hal ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ekonomi dan daerah

tempat tinggal.

Kusumawardani (2011) menyatakan menyikat gigi adalah suatu

prosedur yang menjadi keharusan karena sikat gigi adalah alat untuk

membersihkan gigi dari sisa makanan dan kebiasaan menyikat gigi yang salah

dapat menyebabkan berbagai penyakit. Adapun pendapat lain yaitu menurut

Hamsar (2005) mengatakan pembersihan gigi yang kurang baik dapat

menyebabkan plak makin melekat dan akan menjadi karang gigi yang bila

dibiarkan akan berlanjut merusak jaringan penyangga yang lebih dalam

kemudian tulang penyangga gigi akan dirusak sedikit demi sedikit secara

pelan-pelan lama kelamaan gigi akan goyang dan akhirnya tanggal sendiri.
Plak bila tidak di bersihkan akan teremineralisasi dan menjadi karang gigi.

(Pratiwi, 2009)

Hygiene perseorangan merupakan perawatan diri sendiri untuk

mempertahankan kesehatan, seseorang dikatakan memiliki personal hygiene

baik bila yang bersangkutan dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi

kebersihan kulit, kuku, rambut, mulut dan gigi, pakaian, mata, hidung, dan

telinga serta kebersihan organ kelamin. (Watonah dan Tarwoto, 2010)

Perilaku hidup bersih dan sehat terutama hygiene perseorangan di

pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri

hal ini dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dari santri sebelum datang

dipesantren seperti sosial budaya, hunian dan keyakinan, keadaan lingkungan

yang kurang memadai dan faktor individual seperti kurangnya pengetahuan

padahal hygiene yang baik sangat penting untuk kesehatan. ( Badri, 2007)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal

20 desember 2014 dipondok pesantren Wasilatul Huda Cicalengka 90% santri

pondok pesantren Wasilatul Huda mengaku menyikat gigi hanya pada saat

mereka mandi dan 80% santri memiliki karang gigi di permukaan giginya.

Ditunjang dengan hasil penelitian sebelumnya menyatakan santri pondok

pesantren mempunyai keterbatasan untuk mendapatkan perawatan kesehatan

gigi dan mulutnya sehingga pada santri yang diperiksa hampir seluruhnya

mempunyai kalkulus di permukaan giginya, baik kalkulus supragingiva

maupun subgingiva. (Arina, 2009 )


Penulis menyimpulkan gigi merupakan salah satu bagian anggota

tubuh yang penting untuk dijaga kebersihannya (personal hygiene) agar

terhindar dari penyakit salah satunya karang gigi yang jika dibiarkan dapat

merusak jaringan penyangga gigi maka dari itu sangat penting untuk

dicegah serta penulis mengamati bahwa tehnik, frekuensi dan waktu

menyikat gigi yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap terjadinya

karang gigi sehingga mendorong penulis untuk melakukan penelitian

“TEHNIK, FREKUENSI DAN WAKTU MENYIKAT GIGI TERHADAP

KEJADIAN KARANG GIGI PADA SANTRI PONDOK PESANTREN

WASILATUL HUDA CICALENGKA”

Hasil dari pengamatan ini dapat membantu dalam menanggulangani

penyakit dan meningkatkan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi

terhadap kejadian karang gigi pada santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Cicalengka?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Di ketahuinya gambaran tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi

terhadap kejadian karang gigi pada santri Pondok Pesantren Wasilatul

Huda cicalengka
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tehnik menyikat gigi pada santri

Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka

b. Untuk mengetahui gambaran frekuensi menyikat gigi pada santri

Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka

c. Untuk mengetahui gambaran waktu menyikat gigi pada santri

Pondok Pesantren wasilatul huda cicalengka

d. Untuk mengetahui gambaran kejadian karang gigi pada santri

Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka

D. Manfaat penelitian

Hasil Penelitian dapat memberikan masukan pada santri Pondok

Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka untuk meningkatkan kesehatan gigi dan

mulut sehingga menimbulkan kesadaran kearah yang lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menyikat gigi

1. Pengertian menyikat gigi

Menyikat gigi atau bisa disebut juga dengan fisiotherapy oral ialah

suatu tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris

yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras

maupun lunak secara mekanis dengan menggunakan alat, salah satunya

sikat gigi. (Putri, dkk. 2010)

Menurut Kusumawardani (2011) dan Soebroto (2009) menyatakan hal

yang sama bahwa menyikat gigi adalah suatu cara membersihkan gigi dan

mulut dengan sikat gigi guna menjaga kebersihan gigi dan mulut serta

menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi, penyakit gigi dan penyakit

gusi.

2. Tehnik menyikat gigi

Menurut Pratiwi (2009) menjelaskan ada beberapa cara tehnik atau

metode menyikat gigi diantaranya :

a. Scrub, menggerakkan sikat secara horizontal dimana ujung bulu sikat

diletakan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakan maju

mundur berulang-ulang.

b. Roll, menyikat gigi dengan tehnik ini merupakan cara yang paling

sederhana dengan menggerakkan sikat gigi secara memutar dimulai dari

6
permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi

sisanya. Bulu sikat diletakan di area batas gusi dan gigi dengan posisi

parallel dengan sumbu tegaknya gigi.

c. Bass, meletakkan sikat gigi tanpa mengubah posisi bulu sikat.

d. Stillman, mengaplikasikan metode dengan bulu sikat dari arah gusi ke

gigi secara berulang setelah sampai dipermukaan kunyah bulu sikat di

gerakan memutar. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi

sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi seperti

pada metode bass.

e. Fones, mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara

gigi ditahan pada posisi mengigit atau oklusi gerakan dilakukan

memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah.

f. Kombinasi yaitu tehnik menyikat gigi dengan menggabungkan metode-

metode diatas dan disederhanakan menjadi beberapa gerakan

diantaranya vertikal (bulu sikat diletakkan tegak lurus pada permukaan

fasial gigi dari depan sampai belakang bergerak dari leher gigi

perbatasan garis gusi dan gigi kearah mahkota gigi dan gerakan ini

dilakukan juga pada bagian palatal dan lingual), horizontal (letakkan

sikat pada permukaan gigit atau kunyah yang disebut oklusal dengan

gerakan maju-mundur secara berulang-ulang) dan gerakan memutar

(letakkan gigi pada permukaan fasial dan lakukan gerakan memutar dari

atas sampai bawah dan dari belakang kiri, ke depan sampai belakang

kanan)
3. Frekuensi dan waktu menyikat gigi

Frekuensi dapat diartikan sebagai jumlah putaran ulang per

peristiwa dalam satuan waktu yang diberikan, sementara frekuensi

membersihkan gigi dan mulut merupakan bentuk perilaku yang akan

mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut salah

satunya dengan menyikat gigi dengan frekuensi 1 kali, 2 kali, 3 kali hingga

4 kali namun frekuensi menyikat gigi yang baik adalah minimal 2-3 kali

sehari. (Anitasari, dkk. 2005).

Menurut Margareta (2012) menyatakan bahwa berdasarkan

pernyataan IDGI (Ikatan Dokter Gigi Indonesia) menyikat dan

membersihkan gigi dalam sehari yaitu minimal 2 kali. Banyak dokter gigi

menyarankan untuk selalu menyikat gigi sebelum tidur malam. dan gigi

juga harus dibersihkan pada waktu pagi hari sebelum atau sesudah sarapan

idealnya sarapan pagi dilakukan sebelum beraktivitas dan dilanjutkan

dengan menggosok gigi sehingga kondisi mulut tetap bersih sampai makan

siang. (Kusumawardani, 2011)

Waktu menyikat gigi yang tepat menurut Soebroto (2009) diantaranya:

a. Menyikat gigi sebelum tidur karena air ludah berkurang pada waktu

tidur.

b. Pagi hari sebelum atau sesudah sarapan.

Menyikat gigi pada malam hari sangat penting dan juga banyak

dilupakan karena banyak sisa-sisa makanan banyak berkumpul di sela-sela


gigi serta pada malam hari air ludah tercipta sedikit maka banyak sisa

makanan yang menempel. Jadi pada prinsipnya “sikatlah gigi anda setiap

sehabis makan” maka sikatlah gigi 2 kali sehari. (Srigupta, 2004).

B. Karang gigi

1. Pengertian karang gigi

Menurut Pratiwi (2009) menyatakan karang gigi adalah plak yang

telah mengalami pengerasan, kalsifikasi atau remineralisasi. Karang gigi

adalah penimbunan plak yang menempel dipermukaan gigi akibat zat

glucan yang lama kelamaan mengeras menjadi karang. (Susanto, 2007)

Terbentuknya karang gigi bila gigi jarang dibersihkan lama kelamaan

plak bersama bahan-bahan yang ada dalam ludah akan bersatu menjadi

keras dan melekat pada permukaan gigi. (Machfoedz, dkk. 2005).

2. Faktor penyebab terjadinya karang gigi

Menurut Pratiwi (2009) plak yang tidak dibersihkan akan termineralisasi

menjadi karang gigi. Sedangkan menurut Machfoedz, dkk (2005) faktor

penyebab karang gigi diantaranya:

a. Bakteri dalam plak dan jika plak tidak dibersihkan lama-lama akan

mengeras.

b. Mengunyah dengan satu sisi, maka sisi atau gigi yang tidak digunakan

untuk mengunyah akan menjadi sasaran penumpukan sisa makanan


kemudian menjadi plak yang menempel dan sulit dibersihkan lama-

lama mengeras lalu melekat erat yang disebut karang gigi.

Menurut Susanto (2011) dalam bukunya menyatakan karang gigi

disebabkan apabila seseorang mengunyah pada satu sisi saja sehingga pada

area yang tidak digunakan mengunyah biasanya mengalami penimbunan

plak yang kemudian menjadi karang gigi

3. Proses terjadinya karang gigi

Menurut Susanto (2011) proses terjadinya karang gigi ketika

pembentukan garam yang disebabkan oleh bertemunya air liur yang

bersifat basa dengan sisa makanan biasanya di awali oleh proses

penimbunan plak yaitu yang menempel di permukaan gigi lalu oleh zat

yang disebut glucan yang lama kelamaan mengeras menjadi karang.

Gigi di lapisi oleh lapisan transparent licin yang disebut lapisan

pelicle pada pelicle tersebut bakteri bisa melekat apabila tidak dibersihkan

maka plak itu akan semakin menebal karena berikatan dengan kalsium

fospat sehingga mengeras dan terbentuklah karang gigi. (Putri, dkk. 2009)

Karang gigi terbentuk oleh karena adanya pengendapan sisa

makanan dengan air ludah dan kuman-kuman maka terjadilah proses

pengapuran yang lama kelamaan menjadi keras juga terbentuk oleh karena

pengendapan kalsium pada plak basa kemudian terjadi pengapuran dan

mengeras maka terbentuklah karang gigi. (Suryono, 2007cit Artawa, 2010)


4. Akibat dari karang gigi

Menurut Susanto, dkk (2011) ada beberapa akibat yang dapat

ditimbulkan oleh karang gigi diantaranya :

a. Bau mulut

b. Estetik buruk

c. Gingivitis

Menurut Machfoedz, dkk (2005) akibat dari karang gigi

diantaranya:

a. Resesi gusi

b. Gingivitis

c. Periodontitis

Menurut Pratiwi Donna tahun 2009 akibat dari karang gigi yaitu:

a. Gusi berdarah

b. Bau mulut

c. Gingivitis

d. Periodontitis

e. Gigi goyang
5. Cara menghitung indeks karang gigi

Indeks adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang

didapat dari waktu pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari

permukaan gigi yang ditutupi plak maupun kalkulus (karang gigi) dengan

demikian angka yang diperoleh berdasarkan nilai yang objektif. (Putri,

dkk. 2009).

Menurut Putri, dkk (2009) menjelaskan untuk melihat dan

mengukur keadaan karang gigi seseorang bisa diukur melalui status

kebersihan gigi dan mulutnya yaitu menggunakan indeks OHI-S yang

digunakan oleh Green and Vermillion dengan memeriksa 6 gigi indeks

saja diantaranya:

Gigi 16 pada permukaan bukal


Gigi 11 pada permukaan labial
Gigi 26 pada permukaan bukal
Gigi 36 pada permukaan lingual
Gigi 31 pada permukaan labial
Gigi 46 pada permukaan lingual

Kemudian diteteskan disclosing solution untuk memudahkan

operator membedakan gigi yang kotor dan yang bersih. Selanjutnya

mencatat skor debris dan skor kalkulus (karang gigi).

Putri, dkk (2009) menuliskan dalam bukunya bahwa debris dan

kalkulus (karang gigi) memiliki kriteria atau skor sebagai berikut :


a. Kriteria debris

0 Tidak ada debris atau stain


1 Plak menutupi tidak lebih dari 1/3 servikal gigi
2 Plak menutupi lebih dari 1/3 atau ada stain
3 Plak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

b. Kriteria kalkulus

0 Tidak ada kalkulus


1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3
servik permukaan yang diperiksa
2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi
tidak lebih dari permukaan yang diperiksa atau ada
bercak –bercak kalkulus subgingiva disekeliling
servikal gigi
3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3
permukaan yang diperiksa atau ada kalkulus subgingiva
yang kontinu disekeliling servikal gigi

Untuk mendapatkan kriteria karang gigi maka jumlah kriteri indeks

debris dan kriteria indeks kalkulus ditentukan dengan menjumlahkan

seluruhnya. Contoh :

Debris Indeks ( DI ) Calculus Indeks ( CI )

1 1 1 2 0 1

1 1 1 1 0 2

= 6/6 = 1,00
Debris indeks memiliki kriteria tersendiri yaitu :

Baik = jika skor antara 0 – 0,6

Sedang = jika skor antara 0,7 – 1,8

Buruk = jika skor antara 1,9 – 3,0

Untuk mengetahui kriteria karang gigi dapat diketahui dari indeks

kebersihan gigi dan mulutnya yaitu menggunakan rumus OHI-S atau Oral

Hygiene Indeks Simplified sebagai berikut :

OHI-S = DI + CI

= 6/6 +6/6 = 12/6 = 2,00

OHI-S mempunyai kriteria tersendiri sebagai berikut:

Baik = 0 -1,2

Sedang = 1,3 - 3,0

Buruk =3,1- 6,0

C. Santri dan Pondok Pesantren


1. Pengertian santri

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) definisi dari santri

yaitu orang yang mendalami agama islam. ( http://kbbi.web.id 2015).

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan ilmu

agama islam di suatu tempat yang dinamakan pesantren, biasanya menetap

di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa, istilah

santri berasal dari bahasa sanskerta, shastri yang memiliki akar kata yang
sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan.

Ada pula yang mengatakan berasal dari kata cantrik yang berarti para

pembantu begawan atau resi, seorang cantrik diberi upah berupa ilmu

pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Hal tersebut tidak jauh

beebeda dengan seorang santri yang mengabdi di Pondok Pesantren

sebagai konsekuensinya ketua pondok pesantren memberikan tunjangan

kepada santri tersebut. (Depdikbud, 1988 cit Megarani, 2010)

2. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan istirahat

dan istilah pondok dalam konteks dunia pesantren ialah berasal dari

pengertian asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal

dari kata santri yang berawalah pe didepan dan akhiran an berarti tempat

tinggal para santri maka, pondok pesantren adalah asrama bagi para santri.

(Megarani, 2010)

3. Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda adalah orang-orang yang

mendalami ilmu agama sambil mendalami ilmu pengetahuan umum dan

jenis pesantren ini adalah pesantren modern. Pondok pesantren Wasilatul

Huda didirikan pada tahun 1997 oleh K.H Hasan Ammaruddin dan

diketuai oleh K.H Agus Syarif Hidayatullah hingga sekarang yang

memiliki sejumlah sarana dan prasarana diantaranya 2 asrama putri, 2

asrama putra, 2 kamar mandi dan 4 toilet, 1 masjid, 1 madrasah yang

bersatu dengan perpustakaan, 1 aula dan 1 lapangan yang cukup luas.


Melihat sarana tersebut dan berdasarkan studi pendahuluan pada

tanggal 20 desember 2014 para santri mengaku jarang sekali melakukan

bersih-bersih diri (mandi) terutama santri laki-laki dengan alasan kamar

mandi yang penuh dan mereka takut terlambat berangkat sekolah dan

beraktifitas selain itu lasan kedua mereka lelah karena aktifitas dalam

pesantren yang padat sehingga lebih memilih istirahat dibanding

membersihkan diri.

D. Kerangka Teori

KARANG GIGI

PLAK SALIVA REMINERALISASI

TEHNIK, FREKUENSI, WAKTU

MENYIKAT GIGI

Pada permukaan gigi terdapat plak yang berasal dari endapan lunak

yang bercampur degan acquired pellicle dan bakteri yang terbentuk

apabila mengabaikan kebersihan gigi dan mulut dan jika dibiarkan dalam

waktu yang lama endapan tersebut akan menebal menjadi plak, dan plak

yang tidak terbersihkan lama-kelamaan jika bertemu dengan keadaan

saliva ( air liur) yang basa akan terjadi proses remineralisasi (pengapuran

atau pengendapan kalsium fospat) kemudian mengeras menjadi seperti


karang (karang gigi). Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan

Hermawan (2010) bahwa kumpulan plak yang teremineralisasi akan

menjadi karang gigi.

Cara efektif membersihkan plak guna mencegah terjadinya karang

gigi ialah dengan menyikat gigi dengan memperhatikan tehnik, frekuensi

dan waktu yang tepat. Pernyataan tersebut didukung dengan teori yang

dikemukakan oleh Pratiwi (2010) bahwa plak gigi tidak bisa dibersihkan

dengan berkumur dan hanya bisa dibersihkan dengan cara mekanis yaitu

dengan menyikat gigi.

Menurut Ramadhan (2000) banyak orang yang menyikat gigi tetapi

tetap mengeluh memiliki gigi berlubang dan munculnya karang gigi, hal

ini disebabkan karena cara menyikat gigi yang kurang efektif sehingga

banyak plak yang masih tertinggal oleh karena itu, dalam menyikat gigi

harus memperhatikan tehnik. frekuensi dan waktu yang tepat. Dari

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika rutin menyikat gigi

dengan memperhatikan tehnik, frekuensi dan waktu yang tepat maka plak

akan terbersihkan dan hilang tidak ada yang tertinggal sehingga tidak akan

terjadi pengendapan atau proses remineralisasi yang menjadi karang gigi.

E. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi
terhadap kejadian karang gigi pada santri podok pesantren Wasilatul Huda
Cicalengka?
F. Definisi Operasional

1. Tehnik menyikat gigi adalah gerakan menyikat gigi dengan menggunakan

sikat gigi manual. Tehnik menyikat yang efektif adalah dengan

mengkombinasikan metode vertikal, horizontal dan memutar

2. Frekuensi menyikat gigi adalah periode atau jumlah putaran seseorang

dalam menyikat giginya dalam satu kurun waktu tertentu misalnya

menyikat gigi yang tepat ialah minimal dilakukan 2 kali dalam sehari.

3. Waktu menyikat gigi adalah waktu yang di pakai seseorang dalam

melakukan kegiatan menyikat gigi.

4. Karang gigi adalah plak yang melekat erat kemudian mengalami

remineralisasi dan mengeras menjadi karang gigi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif

adalah suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

gambaran tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi terhadap kejadian karang

gigi pada santri Pondok Pesanren Wasilatul Huda Cicalengka dengan

rancangan cross sectional.

B. Waktu dan Tempat

Waktu : Desember 2014 s/d Juni 2015

Tempat : Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Jl. Haji Juanda Cikuya Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada sampel ini adalah seluruh santri Pondok Pesantren

Wasilatul Huda Cicalengka yang berjumlah 100 orang

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini

diambil dengan cara dengan cara purposive sampling yang diambil

berdasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri

18
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah di ketahui sebelumnya.

(Notoadmodjo, 2005)

Dengan kriteria sampel :

a. Santri yang memiliki karang gigi

b. Santri putra/laki-laki

c. Santri yang telah mondok di Pesantren lebih dari 2 tahun

Penghitungan sample dengan menggunakan yang tercantum dalam buku

Riduwan dan Akdon, 2007 :

n= N

1+ N.(d2)

n = 100 = 100 = 100 = 50

1+ 100.(0,01) 1+ 1 2

n = 50 orang

keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi (10% dengan tingkat kepercaan 90%)

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung

dengan memberikan kuesioner pada santri, melakukan pemeriksaan gigi

pada santri, dan mengamati cara menyikat gigi santri serta menggunakan
data skunder mengenai data santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Cicalengka yang diperoleh dari pimpinan pesantren.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data diperoleh dengan cara memberikan kuesioner

serta pengamatan pada saat menyikat gigi masal, kemudian untuk

mendapatkan kriteria indeks karang gigi dengan melakukan pemeriksaan

intra oral.

E. Pengolahan dan analisis data

Data yang diperoleh melalui hasil kuesioner, pemeriksaan intra oral dan

pengamatan akan dihitung secara manual. Setiap nilai yang dihasilkan dari

jawaban kuesioner dan hasil pengamatan akan dipersentasikan untuk

mengetahui kriteria responden dan data yang diperoleh akan disajikan dalam

bentuk table distribusi frekuensi.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan rincian sebagai berikut :

a. Persiapan

1. Survey tempat penelitian

2. Perijinan dari Lembaga Poltekkes Bandung jurusan Keperawatan gigi

3. Perijinan dari pimpinan Pondok Pesantren Wasilarul Huda


4. Persiapan Lembar kuesioner, lembar pemeriksaan dan informed

consent

5. Persiapan alat dan bahan untuk pemeriksaan pada santri

b. Pelaksanaan

1. Pengumpulan data

2. Sampel diambil dari populasi

3. Memberikan lembar informed consent

4. Memberikan kuesioner

5. Melakukan pemeriksaan gigi

6. Pengamatan pada saat menyikat gigi masal

7. Pemeriksaan data

3. Pengolahan data

G. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Alat pelindung diri:

a. Jas lab

b. sarung tangan

c. masker

2. Alat pemeriksaan :

a. Kaca mulut

b. Sonde
c. Disclosing solution

d. Sikat gigi

3. Bahan desinfeksi :

a. Alcohol 70 %

b. Kapas

c. Pasta gigi

4. Format pemeriksaan

5. Alat tulis
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Cicalengka yang berjumlah 50 responden dengan kriteria santri putra yang

memiliki karang gigi dan sudah mondok selama lebih dari 2 tahun.

Berdasarkan hasil survey dari narasumber (pimpinan Pondok Pesantren

Wasilatul Huda Cicalengka) para santri belum pernah mendapatkan

penyuluhan maupun pemeriksaan kesehatan gigi selama di pesantren.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan informed consent

untuk mendapatkan persetujuan orang tua/wali responden dan kemudian

dilanjutkan dengan memberikan kuesioner kepada responden mengenai tehnik,

frekuensi dan waktu menyikat gigi serta beberapa pertanyaan pendukung

seputar karang gigi dan perilaku yang dilakukan responden untuk menjaga

kebersihan gigi dan mulutnya guna mencegah terjadinya karang gigi. Tahap

selanjutnya, peneliti melakukan pemeriksaan intra oral untuk melihat dan

mengukur dan mengetahui kriteria karang gigi menggunakan metode

pengukuran kebersihan gigi dan mulut dengan indeks OHI-S yaitu

menjumlahkan skor debris dan skor kalkulus (karang gigi) kemudian peneliti

juga melakukan pengamatan pada saat santri menyikat gigi masal.

Data hasil penelitian disajikan dengan bentuk tabel distribusi frekuensi

sebagai berikut :

23
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tehnik Menyikat Gigi Pada Santri
Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka

No Tehnik Menyikat Gigi N %


1 Benar 14 28 %
2 Tidak benar 36 72 %
Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel di atas, distribusi frekuensi berdasarkan

ketepatan tehnik menyikat gigi menunjukkan bahwa dari 50 responden

sebesar 36 orang (72%) yang memiliki perilaku tidak benar dalam tehnik

menyikat gigi yaitu dengan tehnik kombinasi.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Frekuensi Menyikat Gigi Pada Santri


Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka

No Frekuensi Menyikat Gigi N %

1 Benar 28 56 %
2 Tidak benar 22 44 %
Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel di atas, distribusi frekuensi berdasarkan ketepatan

frekuensi dalam menyikat gigi menunjukkan bahwa dari 50 responden sebanyak


22 orang (44%) memiliki perilaku tidak benar dalam ketepatan menyikat gigi

yaitu 2-4 kali dalam sehari.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Menyikat Gigi Pada Santri


Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka

No Waktu Menyikat Gigi N %


1 Benar 12 24 %
2 Tidak benar 38 76 %
Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel di atas, distribusi frekuensi dalam ketepatan

waktu menyikat gigi menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat

sebanyak 38 orang (76%) memiliki perilaku tidak benar dalam ketepatan

waktu menyikat gigi yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

Table 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kriteria Karang Gigi melalui Indeks
OHI-S Pada Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka
No Kriteria OHI-S N %
1 Baik 11 22 %
2 Sedang 18 36 %
3 Buruk 21 42 %
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel di atas, distribusi frekuensi berdasarkan kriteria

karang gigi yang dapat dilihat melalui status kebersihan gigi dan mulut
menunjukkan indeks kebersihan gigi dan mulut dari 50 responden

sebanyak 21 orang ( 42 % ) buruk. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar responden memiliki indeks kebersihan gigi dan

mulut yang buruk.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tehnik, Frekuensi Dan Waktu Menyikat


Gigi Terhadap Kejadian Karang Gigi Pada Santri Pondok Pesantren
Wasilatul Huda Cicalengka

Tehnik Menyikat % Frekuensi % Waktu %


Gigi Menyikat Menyikat
Gigi Gigi
Benar 28% Benar 56% Benar 24%
Tidak benar 72% Tidak benar 44% Tidak Benar 76%
Kriteria Karang Gigi Bedasarkan Indeks OHI-S
Baik 22% Sedang 36% Buruk 42%

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tehnik

menyikat gigi yang tidak benar sebesar 72%, frekuensi menyikat gigi yang tidak

benar sebesar 44% dan waktu menyikat gigi yang tidak benar sebesar 76%

sementara kriteria karang gigi buruk sebesar 42%

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dalam tabel 4.1 mengenai tehnik menyikat

gigi pada santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka menunjukkan

bahwa dari jumlah responden sebanyak 50 orang terdapat 36 orang (72%)

menyikat gigi dengan tehnik yang tidak benar atau tidak menggunakan tehnik
kombinasi dan hanya 14 orang (48%) menyikat gigi dengan tehnik yang benar

yaitu tehnik kombinasi. Karena, tehnik kombinasi merupakan gabungan dari

semua tehnik (scrub, bass, roll, stillman, dan fones) yang kemudian di

sederhanakan menjadi gerakan horizontal, vertikal dan memutar sehingga

dinilai lebih efektif karena mudah dan seluruh permukaan gigi terbersihkan.

Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Pratiwi (2009) bahwa

metode (tehnik) kombinasi ialah metode menyikat gigi dengan

menggabungkan semua metode (scrub, bass, roll, stillman, dan fones) dan

secara umum sampai saat ini metode kombinasi merupakan metode yang

paling efektif

Menurut Margareta (2012) dalam bukunya menyatakan menyikat gigi

yang benar dan bagus atau seberapa lama dan seringnya menyikat gigi dalam

sehari bukan menjadi patokan khusus tetapi soal cara yang benar sehingga

tidak merusak bagian lain dari gigi karena jika salah dalam menyikat gigi

maka gusi akan berdarah, timbulnya karang gigi, gigi berlubang, bau mulut

dan sebagainya. Adapun yang mempengaruhi perilaku menyikat gigi dengan

tehnik yang tidak benar diantaranya sebagian besar santri di Pondok Pesantren

Wasilatul Huda Cicalengka kurang mengetahui tehnik menyikat gigi yang

kurang tepat serta para santri belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang

bagaimana tehnik menyikat gigi dengan benar dan hanya sebagian kecil santri

yang pernah mendapatkan penyuluhan menyikat gigi di luar pesantren

sedangkan sebagian lainnya menyatakan belum pernah sama sekali

mendapatkan penyuluhan tentang tehnik menyikat gigi.


Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh

Pantow (2014) bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah

satu upaya untuk mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut, salah satunya

dengan penyuluhan cara menyikat gigi dengan materi tentang metode

menyikat gigi. Sehingga, jika kita ingin memiliki gigi dan mulut yang sehat

maka, penting bagi kita mengetahui cara menyikat gigi yang benar.

(Margareta, 2012)

Disamping belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang menyikat

gigi , para santri juga belum pernah mendapatkan pelatihan menyikat gigi dari

kegiatan menyikat gigi masal baik di dalam pesantren maupun di luar.

Berdasarkan hasil penelitian Anitasari, dkk (2005) pendidikan kesehatan yang

diberikan beserta dengan pelatihan akan memberikan hasil yang optimal.

Pada tabel 4.2 yaitu tabel distribusi frekuensi mengenai ketepatan

frekuensi menyikat gigi menunjukkan bahwa terdapat 28 orang (56%)

responden yang menyikat gigi dengan frekuensi benar dan 22 orang (44%)

responden yang menyikat gigi dengan frekuensi yang tidak benar yaitu

menyikat gigi hanya 1 kali dalam sehari, padahal frekuensi menyikat gigi

sebaiknya dilakukan minimal 2-4 kali dalam sehari seperti yang dikemukakan

oleh Potter & Perry, 2005 (cit Sari, 2014) menggosok gigi dengan teliti

setidaknya empat kali dalam sehari adalah dasar program hygiene mulut yang

efektif. Adapun yang menjadi penyebab sebagian responden menyikat gigi

dengan frekuensi tidak benar adalah kurangnya kesadaran dan kepedulian

responden terhadap pentingnya menyikat gigi untuk kesehatan gigi dan mulut,
pernyataan ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tuhuteru ( 2014) bahwa

yang terpenting dalam upaya menjaga kebersihan mulut adalah faktor

kesadaran dan perilaku pemeliharaan hygiene mulut masing-masing,

sepenuhnya tergantung dari pengetahuan, pemahaman, kesadaran serta

kemauan dari responden untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya maka,

cara yang paling mudah dan umum dilakukan adalah dengan cara menyikat

gigi secara teratur dan benar karena hal tersebut merupakan usaha yang dapat

dilakukan secara pribadi. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil penelitian

Gopdianto (2015) bahwa faktor kesadaran dan kemauan dari individu adalah

hal yang terpenting untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Berdasarkan hasil penelitian Sari (2014) menyatakan kebiasaan

menyikat gigi masih dinyatakan baik apabila persentase frekuensi menyikat

gigi baik (66,7%) lebih tinggi dibanding frekuensi menyikat gigi sedang

(25,9%) dan buruk (7,4%). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

frekuensi menyikat gigi pada santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Cicalengka masih dinyatakan baik karena persentase frekuensi menyikat gigi

dengan kriteria baik lebih tinggi dibanding frekuensi menyikat gigi dengan

kriteria kurang baik

Pada tabel 4.3 mengenai ketepatan waktu menyikat gigi menunjukkan

bahwa sebagian besar santri menyikat gigi dengan waktu yang tidak benar

sebesar 38 orang (76%) dan hanya 12 orang (24%) yang menyikat gigi dengan

waktu yang benar yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

Menurut Potter & Perry, 2005 (cit Setiyawati, 2012) menyatakan dalam
membersihkan gigi harus memperhatikan waktu yang tepat yaitu pagi hari

setelah makan dan malam hari sebelum tidur malam.

Dari persentase diatas dapat dilihat bahwa santri yang menyikat gigi

dengan waktu yang tidak benar jauh lebih banyak, salah satu penyebabnya

adalah faktor keluarga yang beranggapan bahwa menyikat gigi dilakukan

pada waktu pagi dan sore pada saat mandi sehingga hal itu menjadi suatu

kebiasaan serta kurangnya pengetahuan tentang waktu menyikat gigi. Hal

tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Badri (2007)

bahwa faktor individu seperti kurangnya pengetahuan menjadikan perilaku

hidup bersih dan sehat di Pondok Pesantren kurang mendapat perhatian dari

santri.

Pada tabel 4.4 yaitu tabel distribusi frekuensi tentang kriteria karang

gigi yang diukur melalui indeks kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) yang

didapat langsung dari pemeriksaan intra oral menunjukkan sebanyak 11 orang

(22%) responden memiliki kriteria baik, 18 orang (36%) responden memiliki

kriteria sedang dan 21 orang (42%) memiliki kriteria buruk. Hal ini

disebabkan karena kurangnya pengetahuan santri mengenai karang gigi, cara

memelihara kesehatan gigi dan mulut seperti cara menyikat gigi dan

memeriksakan kesehatan gigi ke klinik gigi minimal 6 bulan sekali. Jadi,

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang karena pengetahuan termasuk ke dalam domain perilaku

dan perilaku dapat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang.(Worang, 2014)


Selain itu, kurangnya para santri dalam mengkonsumsi makanan kaya

serat seperti buah dan sayur yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut karena

pola makan santri di Pondok Pesantren yang sangat sederhana dan ala

kadarnya seperti nasi putih, tempe, tahu, ikan asin dan jarang sekali santri

mendapatkan makanan seperti sayur maupun daging apalagi buah-buahan hal

ini disebabkan karena keterbatasan dana pihak Pondok Pesantren untuk

menyediakan makanan yang baik dan sehat untuk kesehatan gigi dan mulut

seperti buah-buahan dan sayuran berserat serta peraturan Pondok Pesantren

yang sangat ketat yaitu tidak memperbolehkan santrinya pergi keluar

pesantren kecuali untuk kepentingan yang mendesak sehingga para santri tidak

dapat membeli makanan diluar sehingga mereka hanya bisa makan makanan

yang disediakan oleh pihak Pesantren. Hal ini didukung dengan pernyataan

Pratiwi (2009) tentang cara pencegahan karang gigi yaitu dapat dicegah denga

menggosok gigi atau membersihkan gigi untuk menghilangkan plak dengan

benar dan teratur minimal 2 kali sehari (pagi setelah sarapan dan malam

sebelum tidur serta makan makanan yang berserat seperti sayur dan buah

karena makanan ini bersifat self cleansing (pembersihan), ikut membantu

membersihkan gigi.

Kebiasaan menyikat gigi sesuka hati para santri tanpa mengikuti

anjuran cara menyikat gigi dengan benar meliputi tehnik, frekuensi dan waktu

dalam menyikat gigi juga menjadi salah satu penyebab persentase status

karang gigi dengan kriteria buruk lebih tinggi dibanding yang lainnya karena

pembersihan gigi yang kurang tepat dapat memicu penumpukan akumulasi


plak yang menjadi penyebab utama karang gigi. Berdasarkan hasil penelitian

Tuhuteru (2014) bahwa kebersihan gigi dan mulut yang baik berdampak pada

kesehatan gigi dan mulut, sebaliknya kebersihan mulut yang kurang terjaga

dapat menimbulkan berbagai macam penyakit pada rongga mulut seperti

karang gigi.

Pada tabel 4.5 mengenai distribusi frekuensi tehnik, frekuensi dan waktu

menyikat gigi terhadap kejadian karang gigi pada santri Pondok Pesantren

Wasilatul Huda Cicalengka menunjukkan persentase tehnik menyikat gigi

yang tidak benar sebesar 72%, frekuensi menyikat gigi yang tidak benar

sebesar 44% dan waktu menyikat gigi yang tidak benar sebesar 76% sementara

karang gigi dengan kriteria buruk sebesar 42%. Hal tersebut berkaitan di

karenakan faktor penyebab utama terjadinya karang gigi adalah plak dan plak

yang tidak terbersihkan atau tersisa jika dibiarkan akan menjadi karang gigi

setelah mengalami proses remineralisasi yang menjadikan plak tersebut

mengeras seperti karang. Pernyataan ini sejalan dengan teori dari Pratiwi

(2009) karang gigi adalah plak yang telah mengalami pengerasan, kalsifikasi

atau remineralisasi.

Plak bisa terbersihkan dan hilang dengan cara mekanis yaitu menyikat gigi

namun, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam menyikat gigi

diantaranya meliputi tehnik menyikat gigi, frekuensi menyikat gigi dan waktu

menyikat gigi karena jika dengan menyikat gigi saja tetapi tidak

memperhatikan hal-hal tersebut maka kemungkinan besar plak akan tersisa

terutama pada daerah yang sulit dibersihakan seperti bagian interdental dan
lingual gigi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Pratiwi (2007) apabila kita

menyikat gigi namun tidak memperhatikan metode dan waktu yang tepat

makan akan banyak plak masih tersisa.

Menurut Kusumawardani (2011) menyatakan bahwa dalam menyikat gigi

harus memperhatikan beberapa hal diantaranya pasta gigi yang mengandung

fluoride, tehnik menyikat gigi yang tepat, waktu menyikat yang tepat yaitu

pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, rutin menyikat gigi, dan

menjaga kebersihan sikat gigi sebaiknya diganti minimal 3 bulan sekali.

Berdasarkan beberpa pernyataan tersebut menyatakan adanya keterkaitan

tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tidak tepat menjadi penyebab

terjadinya karang gigi yang di awali dengan penimbunan plak akibat kurang

tepatnya dalam menyikat gigi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hamsar (2005) bahwa pembersihan gigi yang kurang baik

dapat menyebabkan plak makin melekat dan akan menjadi karang gigi
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang tercantum pada bab IV yang telah

diuraikan maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tehnik menyikat gigi yang memiliki kriteria tidak benar sebesar 36 sampel

(72%).

2. Frekuensi menyikat gigi yang memiliki kriteria tidak benar sebesar 22

sampel (4 %)

3. Waktu menyikat gigi yang memiliki kriteria tidak benar sebesar 38 sampel

(76%)

4. Mengenai kriteria karang gigi yang diukur melalui indeks kebersihan gigi

dan mulut (OHI-S) sebesar 21 sampel (42 %) memiliki kriteria buruk


B. Saran

1. Perlu adanya perhatian dari tenaga kesehatan terhadap Pondok Pesantren

untuk lebih memperhatikan mengenai kesehatan terutama kesehatan gigi

dan mulut para santrinya.

2. Pihak Pesantren dan tim tenaga kesehatan setempat diharapkan dapat

memberikan penyuluhan dan pelatihan pada santri mengenai pentingnya

menjaga kesehatan gigi dan mulut seperti memberikan penyuluhan

mengenai tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi .

3. Perlu diadakannya pemeriksaan berkala setiap minimal 10 tahun sekali

oleh tenaga kesehatan setempat dan melakukan pelatihan menyikat gigi

masal dan akan lebih baik jika pihak Pesantren dan tenaga kesehatan

setempat bekerjasama membangun UKGS (Usaha Kesehatan Gigi

Sekolah) di pesantren karena, pada umumnya kesehatan para santri baik

kesehatan umum maupun kesehatan gigi sering terabaikan karena kurang

tersentuh oleh pihak tenaga kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Anitasasi Silvia, Rahayu Endang Nina. 2005. Hubungan Frekuensi


Menyikat gigi dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut siswa
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Majalah kedokteran gigi
(Dent-j), vol 38 no 2 accessed 2 februari 2015.

Alhamda Syukra. 2011. Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Dan Status
Karies Gigi (Kajian Pada Murid Kelompok 12 Tahun Di Sekolah
Dasar Negeri Bukit Tinggi). Berita Kedokteran Masyarakat, vol 27
no 2 accessed 2 februari 2015

Arina Da’at Mahdiyah Yuliana. 2009. Instruksi Kontrol Plak dan Skaling
Sebagai Metode Perawatan Gingivitis Pubertas Pada Santri Pondok
Pesantren. Jurnal IKESMA, vol 2 no 2 accessed 2 maret 2015

Artawa Budi Made I, Pt.swastini A I G A. Perbedaan Kondisi Karang


Gigi Pada Masyarakat Yang Mengkonsumsi Air Sumur Dengan
Bukan Air Sumur. unmas-library Interdental, vol 1 no 1
accessed 30 januari 2015

Badri Moh. 2007. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren


Walisongo Ngabar Ponorogo. Media Litbang Kesehatan., Vol
XVII no 2 accessed 30 januari 2015

Budisuari Asri Made, Oktarina, Mikrojub Muhamad Agus. 2010.


Hubungan Pola Makan dan Kebiasaan Menyikat Gigi dengan
Kesehatan Gigi dan Mulut (karies) di Indonesia. Vo
Surabaya: Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,vol 13

Depkes RI. 2014. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. www.depkes.go.id


aceesed 2 Maret 2015

Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. www.depkes.go.id


accessed 2 maret 2015

Hamsar Adriana. 2006. Perbandingan Sikat Gigi Berbulu Halus (soft)


dengan Sikat Gigi Berbulu Sedang (medium) terhadap Manfaatnya
Menghilangkan Plak Pada Anak Usia 9-12 tahun di Sekolah Dasar
Negeri 060830 Kecamatan Pamedan Patisah tahun 2005. Jurnal
ilmiah panmed, vol 1 no 1 accessed 5 maret 2015
Gopdianto Randy, Rattu M. J.A, Mariati Wayan Ni. 2015. Status
Kebersihan Mulut Dan Perilaku Menyikat Gigi Anak Sd Negeri
Malalayang. Jurnal e-Gigi (eG): vol 3 no 1 assessed 1 juli 2015

Hermawan Rudi. 2010. Menyehatkan Daerah Mulut. Jogjakarta:


BUKUBIRU

KBBI.2015. Definisi Santri. Terbitan :Kbbi.web.id accessed 2 maret 2015

Kusumawardani Endah. 2011. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut.


Yogyakarta : KDT

Machfoedz,Ircham dkk. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak


anak dan ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Margareta Silvia. 2012. Tips & Terapi Alami Agar Gigi Putih & Sehat.
Yogyakarta : Pustaka Cerdas

Megarani Suci Respati Rizqi. 2010. Strategi Pemberdayaan Santri di


Pondok Pesantren Hidayatullah Donoharjo Ngaglik Sleman
Yogyakarta. Yogyakarta : UIN

Notoadmoodjo Soekidjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi


Revisi. Jakarta : Bineka Cipto

Pantow Brigita Claudiet, Warour M. Sarah, Gunawan N. Paulina. 2010.


Pengaruh Penyuluhan Cara Menyikat Gigi Terhadap Indeks Plak
Gigi Pada Siswa Sd Inpres Lapangan. .
http://download.portalgaruda.org Assessed 1 juli 2015

Putri Hiranya Megananda, Herjulianti Eliza, Nurjannah Neneng. 2009.


Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta : EGC

Pratiwi Donna. 2009. Gigi Sehat dan Cantik. Jakarta : PT Kompas Media
Nusantara

Radiah, Mintjelungan Christy, Mariati Wayan Ni. 2013. Gambaran Status


Karies dan Pola Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada
Mahasiswa Asal Ternate di Manado. Jurnal e-GiGi, vol 1 no 1
accessed 5 maret 2015

Ramadhan Gilang Ardyan, 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut.
Jakarta Selatan: bukune
Riduwan, Akdon. 2009. Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika.
Bandung : alfabeta

Sari Alimah Siti. 2014. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan


Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6 Di SDN
Ciputat 6 Tanggerang Selatan Provinsi Banten. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah

Setiyawati Rahayu. 2012. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum


Tidur Malam Dengan Karies Pada Anak Usia Sekolah Di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tanggerang. Depok : UI

Soebroto Ikhsan. 2009. Apa yang tidak dikatakan Dokter tentang gigi
anda. Yogyakarta : Bookmark

Srigupta Ahmad Aziz. 2004. Panduan Singkat Perawatan Gigi dan Mulut.
Jakarta : KDT

Susanto,Grace W. 2011. Terapi Gusi Untuk Kesehatan Dan Kecantikan.


Semarang : erlangga

Tuhuteru R. Daul, Lampus S.B, Wowor S.N Vonny. 2014. Status


Kebersihan Gigi Dan Mulut Pasien Poliklinik Gigi Puskesmas
Paniki Bawah Manado. jurnal e-Gigi (eG ), vol 2 no 2 assessed
5 maret 2015

Watonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Perawatan. Jakarta selatan : Salemba Medika

Wikipedia.2015. Definisi Santri. Terbitan : Id.wikipedia.org accessed 2


maret 2015

Worang Yolanda Triska, Pangemanan C. H. Damajati, Wicaksono A.


Dinar. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan
Kebersihan Gigi Dan Mulut Anak Di Tk Tunas Bhakti Manado.
Jurnal e-Gigi (eG) : Vol 2 no 2 assessed 2 mei 2015
LAMPIRAN
KUESIONER

TEHNIK, FREKUENSI DAN WAKTU MENYIKAT GIGI TERHADAP


KEJADIAN KARANG GIGI PADA SANTRI PONDOK PESANTREN
WASILATUL HUDA CICALENGKA TAHUN 2015

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Berilah tanda silang (X) pada jawaban dari pertanyaan dibawah ini yang menurut
anda benar

1. Apa yang anda ketahui tentang karang gigi?

a. Sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi

b. Plak yang menempel pada permukaan gigi kemudian mengeras

c. Deposit lunak yang menempel pada permukaan gigi

d. Pewarnaan pada permukaan gigi akibat teh dan tembakau

2. Apa penyebab terjadinya karang gigi ?

a. Makanan yang manis dan lengket

b. Minuman bersoda

c. Plak yang tidak terbersihkan dalam waktu yang lama


d. Akibat dari merokok dan minum teh

3. Bagaimana gejala adanya karang gigi ?

a. Gigi terasa ngilu jika makan/ minum yang dingin

b. Adanya plak berwarna kuning kecoklatan dan keras pada permukaan

gigi, bau mulut serta gusi mudah berdarah

c. Adanya pembengkakan pada gusi

d. makanan mudah tersangkut di gigi

4. Bagaimana cara mencegah terjadinya karang gigi ?

a. Hindari makanan yang manis dan lengket

b. Menggosok gigi 2x sehari, makan buah dan sayuran berserat serta

banyak minum air putih

c. Melakukan kunjungan ke dokter gigi untuk scalling

d. Hindari merokok dan minum teh

5. Berapa kali dalam seminggu anda mengkonsumsi buah/ sayuran berserat?

a. Setiap hari

b. 2 kali

c. Tidak pernah

d. 1 kali

6. Kapan waktu menyikat gigi yang tepat menurut anda ?

a. Setelah sarapan dan pada saat mandi


b. Saat mandi pagi dan mandi sore

c. Pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur

d. Saat mandi pagi dan malam sebelum tidur

7. Berapa kali / frekuensi anda menyikat gigi dalam sehari ?

a. 1 kali sehari

b. 2 kali sehari

c. 3 kali sehari

d. 4 kali sehari

8. Menurut anda, bagaimana cara/ gerakan menyikat gigi yang baik ?

a. Gerakan maju mundur

b. Gerakan ke atas dan ke bawah

c. Gerakan mencungkil

d. Gerakan kombinasi ( ke atas-kebawah, maju- mundur dan mencungkil)

9. Apa yang terjadi pada gigi, bila tidak menyikat gigi ?

a. Mulut terasa tidak nyaman

b. Gigi menjadi kotor

c. Timbul penyakit gigi dan mulut

d. Tidak terjadi apapun

10. Berapa kali anda mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan

mulut serta cara menyikat gigi?

a. Setiap berkunjung ke puskesmas / dokter gigi

b. 2 kali
c. Lebih dari 2 kali

d. Belum pernah

LAMPIRAN HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tehnik Menyikat Gigi Pada Santri


Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka

No Tehnik Menyikat Gigi N %

1 Baik 14 28 %

2 Kurang Baik 36 72 %

Jumlah 50 100 %

1. Persentase baik = jumlah jawaban benar × 100%


Jumlah responden

= 14 × 100% = 28%
50

2. Persentase kurang baik = jumlah jawaban salah × 100%


Jumlah responden

= 36 × 100% =72%
50

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Frekuensi Menyikat Gigi Pada
Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka
No Frekuensi N %
Menyikat Gigi
1 Baik 28 56 %

2 Kurang Baik 22 44 %

Jumlah 50 100 %

1. Persentase baik = jumlah jawaban benar × 100%


Jumlah responden

= 28 × 100% = 56%
50

2. Persentase kurang baik = jumlah jawaban salah × 100%


Jumlah responden

= 22 × 100% = 44%
50

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Menyikat Gigi Pada Santri
Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka
No Waktu Menyikat N %
Gigi

1 Baik 12 24 %

2 Kurang Baik 38 76 %

Jumlah 50 100 %

1. Persentase baik = jumlah jawaban benar × 100%


Jumlah responden

= 12 × 100% = 24%
50

2. Persentase kurang baik = jumlah jawaban salah × 100%


Jumlah responden
= 38 × 100% =76%
50

Table 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kriteria Karang Gigi melalui
Indeks OHI-S Pada Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda
Cicalengka
No Kriteria OHI-S N %

1 Baik 11 22 %

2 Sedang 18 36 %

3 Buruk 21 42 %

Jumlah 50 101

1. Persentase kriteria OHI-S baik = jumlah skor OHI-S baik × 100%


Jumlah responden

= 11× 100% = 22%


50

2. Persentase kriteria OHI-S sedang = jumlah skor OHI-S sedang × 100%


Jumlah responden

= 18× 100% = 36%


50

3. Persentase kriteria OHI-S buruk = jumlah skor OHI-S buruk × 100%


Jumlah responden

= 21× 100% = 42%


50
Surat Persetujuan Orang Tua / Wali

( Informed Consent )

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian dengan judul :


Tehnik, frekuensi dan waktu menyikat gigi terhadap kejadian karang gigi pada
santri Wasilatul Huda Cicalengka
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Orang tua/wali dari

Nama :

Umur :

Dengan ini menyatakan bahawa saya memberikan izin kepada


peneliti untuk memeriksa kesehatan gigi anak saya. Demikian pernyataan ini
dibuat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Bandung, Mei 2015

Orang tua/wali
LEMBAR PEMERIKSAAN

Nama :

Usia :

Gigi indeks

DI CI

= __ =

Kriteria =

OHI-S = __ +__ =

Kriteria =

Anda mungkin juga menyukai