PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan individu berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulang kembali.
Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik
diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada perkembangan
fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya secara fisik, pada
masa remaja pula mulai pembentukan hormon-hormon seksual sudah mulai terbentuk
sehingga perilaku atau tingkah lakunya banyak dipengaruhi oleh hormon tersebut.
Bimbingan orang tua terhadap anak pada suai remaja sangatlah dibutuhkan agar
mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Agar
orang tua dapat memberikan bimbingan kepada putra-putrinya hendaknya mengetahui
perkembangan fisik remaja.
B. Rumusan Masala
1. Apa pengertian fisik secara umum?
2. Bagaimana fase-fase perkembangan fisik remaja?
3. Apa saja fase fase perkembangan fisik dan mental pada bayi, anak, remaja, dewasa dan
lansia?
4. Bagaimana perkembangan fisik dewasa dan lansia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian fisik secara umum.
2. Untuk mengetahui fase-fase perkembangan fisik anak sejak lahir sampai dewasa.
3. Untuk mengetahui perkembangan fisik dan mental pada bayi, anak, remaja, dewasa dan
lansia
4. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada dewasa dan lansia
D. Manfaat Penulisan
1. Memberi informasi tentang perkembangan fisik secara umum.
2. Member informasi tentang pengaruh perkembangan fisik pada remaja
3. Member jawaban tentang perkembangan fisik pada dewasa dan lansia
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan fisik dimulai sejak usia bayi dan berhenti ketika anak berusia
sekitar 17 th. Pada masa bayi, seseorang ada pada masa ketergantungan penuh pada orang
lain untuk bisa mempertahankan hidup. Pada masa ini seseorang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang menghasilkan perubahan bertahap baik dalam
ukuran, bentuk tubuh, perasaan hingga perilakunya
Menurut tokoh-tokoh psikologi seperti H.E Erikson dan J. Piaget, kelainan fisik
bisa meliputi terhambatnya perkembangan fungsi sensori motorik anak, utamanya dalam
hal fungsi penglihatan, pendengaran dan fungsi otak. Oleh karena itu, yang tergolong
dalam kelainan ini adalah:
1. Tuna Netra
Tuna netra adalah orang yang memiliki ketajaman penglihatan 20/200 atau
kurang pada mata yang baik, walaupun dengan memakai kacamata, atau yang daerah
penglihatannya sempit sedemikian kecil sehingga yang terbesar jarak sudutnya tidak
lebih dari 20 derajad. Tunanetra dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu buta total
dan kurang penglihatan (low vision). Orang dikatakan buta total jika tidak dapat
melihat dua jari di mukanya atau hanya melihat sinar atau cahaya yang lumayan dapat
dipergunakan untuk orientasi mobilitas. Mereka tidak dapat menggunakan huruf selain
huruf braille. Adapun mereka yang tergolong low vision, adalah mereka yang bila
melihat sesuatu, mata harus didekatkan, atau mata harus dijauhkan dari objek yang
dilihatnya, atau mereka yang memiliki pemandngan kabur ketika melihat objek.
2. Tuna Rungu.
Penderita tunarungu adalah mereka yang memiliki hambatan perkembangan
indera oendengar. Tuna rungu tidak dapat mendengar suara atau bunyi. Dikarenakan
tidak mampu mendengar suara atau bunyi, kemampuan berbicaranyapun kadang
menjadi terganggu. Sebagaimana kita ketahui, ketrampilan berbicara seringkali
ditentukan oleh seberapa sering seseorang mendengar orang lain berbicara., akibatnya
anak-anak tunarungu sekaligus memiliki hambatan bicara dan menjadi bisu. Untuk
berkomunikasi dengan orang lain, mereka menggunakan bahasa bibir atau bahasa
isyarat. Sebagaimana anak tuna netra, mereka memiliki potensi perkembangan yang
sama dengan anak-anak lain yang tidak mengalami hambatan perkembangan apapun.
3. Tuna daksa
Tunadaksa adalah penderita kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti
tangan, kaki, atau bentuk tubuh. Penyimpangan perkembangan terjadi pada ukuran,
bentuk atau kondisi lainnya. Sebab kondisi ini bisa bermula dari lahir, atau ketika
melewati proses kanak-kanak yang mungkin disebabkan oleh obat-obatan ataupun
kecelakaan. Sebenarnya, secara umum mereka memiliki peluang yang sama untuk
melakukan aktualisasi diri. Namun seringkali, karena lingkungan kurang mempercayai
kemampuanya, terlalu menaruh rasa iba, anak-anak tuna daksa sedikit memiliki
hambatan psikologis, seperti tidak percaya diri dan tergantung pada orang lain.
Akibatnya penampilan dan keberadaan mereka di kehidupan umum kurang
diperhitungkan. Oleh karena itu, perlakuan yang selama ini menganggap penderita
tunadaksa adalah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk hidup, perlu
ditinjau lagi. Dengan kemajuan teknologi sebagaimana sekarang, penderita kelainan
fisik dapat memperoleh fasilitas hidup yang lebih layak dan memadai.
Kelainan mental, adalah kondisi dimana seorang anak memiliki hambatan untuk
dapat berfikir sebagaimana di atas tadi. Atau kalaupun mampu, maka kwalitas hasil
berfikirkan jauh dari yang diharapkan. Ada tidaknya kelainan mental intelektual secara
pasti ditunjukkan oleh hasil tes psikologi, utamanya tes inteligensi.
Dari tes tsb akan diperoleh gambaran, apakah seseorang memiliki taraf
kecerdasan rata-rata ( 90 – 109), di bawah (39 – 89) atau di atasnya (140-169).
Seseorang dikatakan memiliki penyimpangan intelektual jika memiliki angka
kecerdasan di bawah rata-rata dan genius. Menurut Azwar, dari sejarah penyebabnya,
kelainan mental terbagi atas 2 macam, yaitu lemah mental dan cacat mental. Penderita
lemah mental biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan fisik, tidak
mempunyai sejarah penyakit atau luka yang menyebabkan kerusakan mentalnya.
Dengan kata lain kelemahan mental yang diderita tidak mempunyai dasar organik,
namun seringkali didapati bahwa penderita memang mempunyai garis retardasi mental
dalam keluarganya.
Adapun pada penderita cacat mental, kelainan ini disebabkan oleh terjadinya
luka di otak, penyakit atau kecelakaan yang mengakibatkan pertumbuhan mentalnya
tidak normal. Penyebab tersebut bisa terjadi sewaktu masih dalam kandungan, semasa
masih kanak-kanak, bahkan setelah menjelang dewasa.
Secara gradasi dapat diketahui, bahwa kelainan mental cukup variatif yaitu sebagai
berikut:
Moron IQ : 50 –70
Imbesil IQ : 25 – 50
Menurut Telford dan Sawrey, selain tingkat inteligensi, beberapa kriteria dalam
identifikasi kelainan mental ini ditentukan juga oleh kriteria perilaku adaptif, kriteria
kemampuan belajar, dan kriteria penyesuaian sosial .
BAB II
KASUS
A. GIGANTISME
Pengertian Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan,
dengan tinggi dan besar yang di atas normal. gigantisme disebabkan oleh kelebihan
jumlah hormon pertumbuhan. tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang
sebagai "raksasa". tinggi orang dewasa yang mengalami gigantisme dapat mencapai
2,25 - 2,51 meter.
B. KASUS
Anak y pertumbuhannya normal sampai usia 8 tahun, sejak saaat itu dia tumbuh
besar sampai usia 16 tahun. Tingginuya mencapai 2,28 m dan beratnya mencapai 163
kg. Pemeriksaan optalmologi mengungkapkan ketajaman visualnya normal namun
tingkat gula darah yang diperiksa sedikit lebih tinggi yaitu 117 mg/dl.