1 PB Dikonversi
1 PB Dikonversi
id/abdimas
Lubis, R.R. et al. Identifikasi Kelainan Mata dan Koreksi Tajam Penglihatan Presbiopia.
Abstrak
Mata merupakan salah satu indera yang penting bagi manusia. Melalui mata manusia menyerap
informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Namun gangguan
terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan berat yang
dapat mengakibatkan kebutaan. Upaya mencegah dan menanggulangi gangguan penglihatan dan
kebutaan perlu mendapatkan perhatian. Sekitar 80% gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia
dapat dicegah. Dua penyebab terbanyak adalah gangguan refraksi dan katarak, yang keduanya
dapat ditangani dengan hasil dan cost-effective di berbagai negara termasuk Indonesia. Kesulitan
untuk mendapatkan kacamata bagi penderita disebabkan oleh kurangnya dokter spesialis mata yang
merupakan tenaga kesehatan yang kompeten, sedikitnya kesediaan kacamata yang mampu dibeli,
dan kurangnya dukungan struktur kesehatan masyarakat dalam penyediaan bantuan kacamata
menyebabkan banyak penderita tidak dapat berkerja dengan optimal. Gangguan penglihatan bukan
hanya masalah kesehatan. Tetapi memiliki efek terhadap faktor ekonomi, pendidikan dan
keselamatan umum. Sepasang kacamata dapat meningkatkan kualitas hidup sesorang dengan
meningkatkan kemampuannya mencari nafkah, dan kemampuan melaksanakan tugas sehari-hari.
Abstract
The eyes are an important visual sense. Through the eye, a person can absors visual information to
carry out various daily activities. Visual impairment is still a common condition among population
and varied from mild to blindness. Visual impairment prevention and detection must have bigger
attention. Approximately 80% of visual impairment and blindness in the world are correctable. In
developing countries such as Indonesia, reftractive errors and cataracts are the major cause of
visual impairment which can be correted by simple and cost effective method. Limited access to
corrective treatment by an opthalmologist, economics limitations and minimal support from the
goverment health provider related to visually impaired people to live below their full potential.
Visual impairment is more than just a health problem. It has economic, educational, and public
safety implications. A pair of eyeglasses could dramaticallyimprove the lives of a person, by
increasing earning power and occupational and public safety, improving educational opportunities,
and fostering the ability to perform everyday tasks.
13
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 13-19 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Lubis, R.R. et al. Identifikasi Kelainan Mata dan Koreksi Tajam Penglihatan Presbiopia.
dengan gangguan penglihatan dan 82% dari sesuai pertambahan umur, prevalensi tertinggi
penyandang kebutaan berusia 50 tahun atau pada kelompok umur 55-64 tahun, tetapi
lebih. Penyebab gangguan penglihatan menurun kembali pada kelompok penduduk
terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan lanjut usia (65 tahun keatas). Hal ini mungkin
refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh berkaitan dengan produktivitas penduduk
katarak dan glaukoma. Sebesar 18% tidak lanjut usia yang cenderung menurun, sehingga
dapat ditentukan dan 1% adalah gangguan kebutuhan memiliki penglihatan jarak jauh
penglihatan sejak masa kanak-kanak. yang optimal juga berkurang. Dengan kata
Sedangkan penyebab kebutaan terbanyak di lain, penduduk lanjut usia merasa cukup
seluruh dunia adalah katarak, diikuti oleh dengan kualitas penglihatan jarak jauh yang
glaukoma dan Age related Macular kurang baik karena mereka masih dapat
Degeneration (AMD). Sebesar 21% tidak melakukan aktivitas sosial harian tanpa
dapat ditentukan penyebabnya dan 4% adalah gangguan yang bermakna (Litbangkes, 2013).
gangguan penglihatan sejak masa kanak- Selain gangguan refraksi, gangguan
kanak. Prevalensi kebutaan pada usia 55-64 penglihatan yang lain berupa kelainan
tahun sebesar 1,1%, usia 65-74 tahun sebesar permukan mata dan lensa seperti pterygium
3,5% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 8,4%. dan kekeruhan lensa. Pterygium merupakan
Meskipun pada semua kelompok umur penebalan konjungtiva (bagian putih mata) di
sepertinya prevalensi kebutaan di Indonesia daerah perilimbal menuju ke arah permukaan
tidak tinggi, namun di usia lanjut masih jauh kornea (Jerome, P. 2015). Biasanya pada
di atas 0,5% yang berarti masih menjadi orang tua, tetapi bisa juga ditemukan pada
masalah kesehatan masyarakat (Kementerian dewasa muda, semakin lama semakin meluas
Kesehatan RI, 2015). ke arah kornea. Kekeruhan kornea adalah
Gangguan refraksi sebagai penyebab kelainan pada kornea berupa bercak berwarna
gangguan penglihatan terbanyak dapat putih keruh dan biasanya tidak berkaitan
dikoreksi dengan menggunakan kacamata dengan faktor pertambahan usia. prevalensi
atau lensa kontak. Terdapat empat jenis pterygium dan kekeruhan kornea semakin
gangguan refraksi , yaitu hipertropia – rabun meningkat dengan bertambahnya umur.
jauh, dikoreksi dengan lensa konveks, myopia Prevalensi pterygium dan kekeruhan kornea
– rabun dekat, dikoreksi dengan lensa yang paling tinggi (16,8% untuk pterygium
bikonkaf, astigmatisma lengkungan lensa dan 13,6% untuk kekeruhan kornea)
tidak seragam dikoreksi dengan lensa silindris ditemukan pada kelompok responden yang
dan presbiopia adalah rabun membaca dekat tidak sekolah. Petani/nelayan/buruh
yang dikoreksi dengan lensa bikonveks mempunyai prevalensi pterygium dan
(Costanzo, 2012). Kesulitan untuk kekeruhan kornea tertinggi (15,8% untuk
mendapatkan kacamata bagi penderita pterygium dan 9,7% untuk kekeruhan kornea)
disebabkan oleh kurangnya dokter spesialis dibanding kelompok pekerja lainnya.
mata yang merupakan tenaga kesehatan yang Tingginya prevalensi pterygium pada
kompeten, sedikitnya kesediaan kacamata kelompok pekerjaan tersebut mungkin
yang mampu dibeli, dan kurangnya dukungan berkaitan dengan tingginya paparan matahari
struktur kesehatan masyarakat dalam yang mengandung sinar ultraviolet. Sinar
penyediaan bantuan kacamata bagi penderita ultraviolet merupakan salah satu faktor yang
khususnya untuk gangguan refraksi dapat meningkatkan kejadian pterygium.
presbiopia (Holden et al, 2008). Presbiopia Prevalensi kekeruhan kornea yang tinggi pada
disebabkan berkurangnya respon akomodatif kelompok pekerjaan petani/nelayan/buruh
karena hilangnya elastisitas lensa mata akibat mungkin berkaitan dengan riwayat trauma
bertambahnya usia (American Academy of mekanik atau kecelakaan kerja pada mata,
Ophthalmology, 2011-2012). Gangguan mengingat pemakaian alat pelindung diri saat
refraksi presbiopia terjadi pada individu bekerja belum optimal dilaksanakan di
dengan usia diatas 40 tahun yang merupakan Indonesia (Litbangkes, 2013).
usia produktif dalam mencari nafkah ataupun Pemilihan Lingkungan XXIX dan
aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan Lingkungan XXX di Kelurahan Belawan I
penglihatan tersebut akan menghambat Kecamatan Medan Belawan sebagai mitra
kemampuan individu dalam mencari nafkah pengabdian masyarakat didasarkan pemikiran
dan aktivitas sehari-hari termasuk dalam karakteristik lokasi dan masyarakat setempat
mencari nafkah. Kecenderungan kepemilikan seperti letak geografis yang cukup jauh dari
dan pemakaian alat bantu/koreksi penglihatan pusat kota, persentase penduduk usia di atas
jauh (kaca mata atau lensa kontak) meningkat 40 tahun yang cukup tinggi dan tingkat
14
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 13-19 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Lubis, R.R. et al. Identifikasi Kelainan Mata dan Koreksi Tajam Penglihatan Presbiopia.
15
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 13-19 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Lubis, R.R. et al. Identifikasi Kelainan Mata dan Koreksi Tajam Penglihatan Presbiopia.
16
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 13-19 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Lubis, R.R. et al. Identifikasi Kelainan Mata dan Koreksi Tajam Penglihatan Presbiopia.
17
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 13-19 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Lubis, R.R. et al. Identifikasi Kelainan Mata dan Koreksi Tajam Penglihatan Presbiopia.
3.2 Pembahasan
18
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 13-19 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Lubis, R.R. et al. Identifikasi Kelainan Mata dan Koreksi Tajam Penglihatan Presbiopia.
19