Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemberdayaan Masyarakat


A. Pengertian Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan,
2013).
Berdasarkan tinjauan istilah, konsep pemberdayaan masyarakat
mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat)
dan community-based development (pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat) dan tahap selanjutnya muncul istilah pembangunan yang
digerakkan masyarakat (Sukandarrumidi, 2007). Menurut Cornell
Empowerment Group Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses
sengaja yang berkelanjutan, berpusat pada masyarakat lokal, dan
melibatkan prinsip saling menghormati, refleksi kritis, kepedulian, dan
partisipasi kelompok dan melalui proses tersebut orang-orang yang kurang
memiliki bagian yang setara akan sumber daya berharga memperoleh akses
yang lebih besar dan memiliki kendali akan sumber daya tersebut (Perkin
dan Zimmerman, 1995).
Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan pemberdayaan
masyarakat atau community development (CD) intinya adalah bagaimana
individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya
yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan, dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui
collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki
kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup,
martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti
peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai kemajuan (Wahyudin, 2012).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat
mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya
ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.
Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu
ekonomi, sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan
sosial-budaya), dan bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat
diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat sebagai sebuah tempat
bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh,
sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah
kampung di wilayah pedesaan.
Harry Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana
pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,
jaringankerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada
kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi Rukminto Adi (2008)
menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan
pembangunan bangsa secara keseluruhan.
Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia
sering dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan
mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara
sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan
konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development).
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu
wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM
lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya
kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain.

B. Ciri Pemberdayaan Masyarakat


Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam
pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah
dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan atau
mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut
bermacam-macam, antara lain sebagai berikut :
 Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader)
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun
pemukiman elite atau pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi
kristalisasi adanya pimpinan atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau
tokoh masyarakat dapat bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW)
maupun bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat). Pada tahap
awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan
terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh
masyarakat.
 Organisasi masyarakat (community organization)
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi
kemasyarakatan baik formal maupun informal, misalnya PKK, karang
taruna, majelis taklim, koperasi-koperasi dan sebagainya.
 Pendanaan masyarakat (Community Fund)
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara
ringkas dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana
sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada
masa sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)
 Material masyarakat (community material)
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah
merupakan salah satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah
mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan.
 Pengetahuan masyarakat (community knowledge)
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh
pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan
masyarakat.
 Teknologi masyarakat (community technology)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program kesehatan. Misalnya
penyaring air bersih menggunakan pasir atau arang, untuk pencahayaan
rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh
kaca. Untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya
C. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri (Notoadmojdo, 2007). Batasan
pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :
 Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan
bagi individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran
tentang cara – cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah
awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan
merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan
merupakan hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu
proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber
belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar
kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan.
Dengan informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan
dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
 Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan.
Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan
suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut
sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan.
Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi
mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau
tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai
faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya
kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan
tersebut.
 Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti
masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu
mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk
tindakan atau perilaku sehat.
 Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
 Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat
tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan
tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta
bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
 Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
mengenali potensi-potensi masyarakat setempat.
 Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai
ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
 Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus
melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran,
olahraga, konsultasi dan sebagainya.

D. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan
kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan
masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan
masyarakat adalah proses memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :
 Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.
Di dalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat
mendukung keberhasilan program – program kesehatan. Potensi dalam
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi sumber daya
manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi
geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu
komunitas lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya
manusia. Sedangkan potensi sumber daya alam yang ada di suatu
masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber
daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya
manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan
tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang
melimpah tersebut.
 Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat
itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong
royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui
pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan
dalam masyarakatnya.
 Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing
anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan
kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan
bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi
masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan
bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha
kesehatan.
 Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik
pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati.
Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan
adalah sangat penting peranannya.
 Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya
memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk
mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu,
segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat
operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-
masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem
yang ada diatasnya adalah :
 Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-
program pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun
atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah
memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat,
pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan
dengan pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
 Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong
dalam melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk
kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya,
masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan
diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk
kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan
berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap
program atau upaya tersebut.

E. Peran Petugas Kesehatan


Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
 Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan
pengorganisasian masyarakat.
 Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau
berkontribusi terhadap program tersebut
 Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat
vokasional.
F. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat
 Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang
mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
 Proses
Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi
pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat,
dna pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.
 Output
Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber
daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan
pengetahuan dari perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota
keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan
meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.
 Outcome
Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran
serta meningkatkan status gizi kesehatan.

G. Sasaran
 Individu berpengaruh
 Keluarga dan perpuluhan keluarga
 Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan
kerja
 Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll
 Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus

H. Jenis Pemberdayaan Masyarakat


 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini.
Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional
sejak tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW
diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB,
KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai daya
ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu
tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali
seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi
permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi
buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan
lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika
posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
o Meja 1 : pendaftaran
o Meja 2 : penimbangan
o Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
o Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet
besi
o Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit
jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif
lagi.
 Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta
masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan
pelayanan dan kesehatan ibu serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan
pondok bersalin desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan imunisasi, penyuluhan
kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan
dan pembinaan kepada kader dan mayarakat.
Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam
KIA, yaitu kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan
ekonomi, dan kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa
diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak
setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu mengurangi
kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja sama
antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan
kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak, dan
melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan
mampu mengurangi kesenjangan ekonomi.
 Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat
dalam pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada
masyarakat setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik)Di lapangan
POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM
yang ada.
Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk
pelayanan menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan
berbagai program kesehatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :
o POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya
o POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
o POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
o POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
o Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa
pondok pesantren.

 Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209
kabupaten/kota. Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola
dana sehat, antara lain sebagai berikut :
o Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.
o Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
o Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39
kabupaten/kota
o Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih
dari 23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
o Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
o Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir
angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10
kabupaten/kota.
Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi
kesehatan seperti askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta
lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan UKBM
setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh
wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh dana sehat
atau bentuk JPKM lainnya.
 Lembaga Swadaya Masyarakat
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat
(LSM), namun sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di
bidang kesehatan hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi
kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya
seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi
kesehatan, organisasi swadaya internasional. Dalam hal ini kebijaksanaan
yang ditempuh adalah sebagai berikut :
o Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua
tingkatan.
o Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap
organisasi kemasyarakatan.
o Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar
kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam
pembangunan kesehatan dengan kemampuan sendiri.
o Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
o Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk
berkiprah dalam bidang kesehatan.
 Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman
atau ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai
obat. Dikaitkan dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud
partisipasi mereka dalam bidnag peningkatan kesehatan dan pengobatan
sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama dari
TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara
lain untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala
(keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga
berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi
masyarakat, upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan
pemandangan.
 Pos Gizi (Pos Timbangan)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli
masyarakat termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan
kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status
gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama
mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan terutama mereka
dari keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari
keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang
menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila
setelah diberikan PMT anak masih menderita kekurangan energi protein
(KEP) maka, makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan
segera diperiksakan ke puskesmas (dirujuk)
 Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah
berkembang secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk
menjamin kelancaran program berupa peningkatan jumlah akseptor baru
dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa
(PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB
ditingkat kecamatan.
 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos
Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau
masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di
lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
 Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna
keterampilan dibidnag kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota
Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat di
lingkungan sekitarnya.
Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak,
penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat
terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur
Saka serta Pemimpin Saka.
 Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan
kesehatan pekerja yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang
memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan
produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan
kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.
 Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta
pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.
 Karang Taruna Husada
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di
tingkat RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda
dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna
banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong
dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan
masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada
pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-
royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang
taruna ini snagat besar.
 Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan
upaya pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan sukar
dijangkau telah dikembangkan pelayanan puskesmas dna puskesmas
pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis
pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera
di atas.
I. Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya UKBM
 Wujud peran serta masyarakat
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan
pembangunan nasional pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah
sebagai berikut :
o Sumber daya manusia
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan
masyarakat. Wujud insan yang menunjukkan peran serta masyarakat
dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut :
1. Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
2. Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh
agama, politisi, cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak,
dan lain-lain
3. Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya
misalnya: kader posyandu, kader lansia, kader kesehatan
lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil, saka
bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain.
4. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga
atau kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang
kesehatan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :
1. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu
segala bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan
untuk masyarakat, yaitu :
a. Pos pelayanan terpadu (posyandu)
b. Pos obat desa (POD)
c. Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
d. Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)
e. Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD
(P2M-PKMD)
f. Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan
PKMD (PLp-PKMD) sering disebut dengan desa percontohan
kesehatan lingkungan (DPKL)
g. Suka Bakti Husada (SBH)
h. Tanaman obat keluarga (TOGA)
i. Bina keluarga balita (BKB)
j. Pondok bersalin desa (Polindes)
k. Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu
Lansia)
l. Pemantau dan stimulasi perkembangan balita (PSPB)
m. Keluarga mandiri
n. Upaya kesehatan masjid
 Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang
kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan,
aktifitas mereka beragam sesuai dengan peminatnya
 Organisasi swadaya yang bergerak dibidang palayanan kesehatan seperti
rumah sakit, rumah bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, balai
pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya

2.2 Bayi Baru Lahir


A. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran (Saifuddin, 2002).
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya
biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Donna, 2003).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram
(Depkes RI, 2005).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat (Kosim, 2007).
B. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
 Berat badan 2500 - 4000 gram.
 Panjang badan 48 - 52 cm.
 Lingkar dada 30 - 38 cm.
 Lingkar kepala 33 - 35 cm.
 Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.
 Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.
 Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.
 Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
 Kuku agak panjang dan lemas.
 Genetalia
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
 Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
 Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
 Reflek graps atau menggenggam sudah baik.
 Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
C. Penanganan Bayi Baru Lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting dari
asuhan segera bayi baru lahir :
 Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
 Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera
mungkin.
Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas :
 Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi
bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan handuk
diatas perut ibu
 Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari wajah
bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang
pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas
spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).
 Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap atau
lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

Klasifikasi :
a. Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
b. Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
c. Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
D. Klem dan potong tali pusat
 Klem tali pusat dengan 2 buah klem pada klem pertama kira-kira 2 dan 3
cm dari pangkal pusat bayi
 Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
gunting dengan tangan kiri
 Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Potong tali pusat
dengan gunting yang perawatan alat steril atau desinfeksi tingkat tinggi
 Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi perdarahan
pengikatan ulang yang lebih ketat.perawatan tali pusat , jangan
membungkus punting tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke punting tali pusat (JNPK-KR/ POGI,APN, 2007)
E. Jagalah kehangatan bayi
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. Dengan cara :
 Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu
 Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut dan
memastikan bahwa kepala terlindungi dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh
 Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit
yaitu :
o Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi
o Apabila suhu bayi kurang dari 36,5°C, segera hangatkan bayi
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
 Jangan segera menimbang bayi atau memandikan bayi baru lahir
(memandikan bayi setelah 6 jam)
F. Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya yang mungkin
lebih dari satu persalinan maka alat pengenal harus diberikan kepada setiap
bayi baru lahir :
 Alat yang digunakan hendaknya kebal air, tidak mudah melukai, tidak
mudah sobek, tidak mudah lepas (gelang bayi)
 Pada alat identifikasi harus tercantum :
1) Nama bayi /Nama ibu
2) Tanggal lahir dan jam
3) Nomor bayi
4) Jenis kelamin
5) Nama ibu lengkap
G. Pemberian ASI dini
Memberikan ASI dini (dalam 1 jam pertama setelah bayi baru lahir) akan
memberikan keuntungan yaitu:
 Merangsang produksi ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin
(hormon ini yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI.
 Memperkuat reflek menghisap
1) Reflek rooting (reflek mencari putting susu)
2) Reflek suckling (reflek menghisap)
3) Reflek swallowing (reflek menelan)
 Mempercepat hubungan batin ibu dan bayi (membina ikatan emosional
dan kehangatan ibu-bayi).
 Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum.
 Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan pada ibu.
H. Perawatan mata
Memberikan eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata
diberikan pada 1 jam pertama setelah persalinan.
I. Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir lakukan hal-hal berikut :
 Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K
peroral 1mg/hari.
 Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM
dipaha kiri.
J. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi Hepatitis
B di berikan pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject) di suntik,
IM dipaha kanan dan selanjutnya di berikan ulangan sesuai imunisasi dasar
lengkap.
K. Pemantauan lanjutan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui aktifitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian dan tindak lanjut dari petugas kesehatan.
Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang di nilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah
kelahiran yaitu:
1). Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2). Bayi tampak aktif atau lunglai
3). Bayi tampak kemerahan atau biru
Masa transisi adalah waktu ketika bayi melakukan stabilitasi dan penyusaian
terhadap kehidupan diluar uterus. Ada 3 priode transisi, yaitu:
1) Tahap pertama /periode reaktif adalah dimulai segera setelah lahir dan
berakhir setelah 30 menit.
2) Tahap kedua/ periode interval adalah berlangsung mulai menit 30 sampai
2 jam setelah lahir (biasanya pada priode ini banyak tidur).
3) Tahap ketiga /periode reaktif kedua adalah yang berlanjut dari dua jam
sampai enam jam

2.3 ASI Ekslusif


A. Pengertian Asi Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI
merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga
dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World
Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI
eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik.
Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup
empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
B. Bagaimana Mencapai Asi Eksklusif
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut
untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif yaitu dengan menyusui dalam
satu jam setelah kelahiran Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya,
tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau,
siang dan malam. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat
tidak bersama anak serta mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.
C. Kesalahpahaman Mengenai Asi Eksklusif
Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian
ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan kepada bayi,
pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dua tahun menurut
rekomendasi WHO
D. Kebaikan Asi dan Menyusui
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
1) ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2) ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat.
yang bermanfaat untuk:

 Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.


 Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
 Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
 Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.

3) ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi


selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.
4) ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.
5) Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu
dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga


dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
1) Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan
“kehidupan” kepada bayinya.
2) Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit
yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
3) Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
4) Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
5) Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk
beberpa bulan (menjarangkan kehamilan)
6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
7) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga
8) Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan
berikutnya
9) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak
membutuhkan zat besisebanyak ketika mengalami menstruasi
10) Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui
enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui
empat bulan.

E. Manfaat Asi Untuk Bayi


Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang
terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat
bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.Pada umur 6
sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua
kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari
kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih
memberikan manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti
halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi.
F. Proses Terbentuknya Asi
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup :
1) Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun
berat dari payudara mengalami peningkatan.
2) Laktogenesis :

 Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah menjadi sel


sekretoris
 Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai terjadi sekresi susu,
payudara menjadi penuh dan hangat. Kontrol endokrin beralih menjadi
autokrin

3) Galaktopoiesis
4) Involution Komposisi ASI ideal untuk bayi
Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus,
sembelit, dan alergi.Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap
penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui
makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap
penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI. Bayi ASI lebih
bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi
banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi
kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa
pengganti ASI.

G. Produksi asi
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar
Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang
mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga
tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang
kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang
dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar
membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung
air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan
aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang
menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang
besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di
gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang
mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel
Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet
dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih
besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk
sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya,
yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut
bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat
dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah
melahirkan anak.
Tentang colostrum
- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
- Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi
untuk menerima makanan selanjutnya.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi
berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan
ASI Mature.
- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100
ml colostrum.
- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
- PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
- Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di
bandingkan ASI Mature.
- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada
bayi.
- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
a. Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
b. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke
3 – ke 5.
c. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi.
d. Volume semakin meningkat.
3. Air Susu Mature
- ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
- Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan satu-satunya
yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
- ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur
yang sesuai untuk bayi.
- Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflaum dan karotin.
- Tidak menggumpal bila dipanaskan.
- Volume: 300 – 850 ml/24 jam
- Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
• Antibodi terhadap bakteri dan virus.
• Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
• Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
• Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
• Faktor resisten terhadap staphylococcus.
• Complecement ( C3 dan C4)
DAFTAR PUSTAKA

DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : DepKes.RI

Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan


dan pelaksanaan pemberantasan malaria di kabupaten Maluku tengah.pdf.
Universitas Gadjah Mada.

MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta :
DepKes.RI

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Saifuddin, abdul bari.2002. “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


Dan Neonatal “. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health approach. Toronto: W.B.
Sanders

Anda mungkin juga menyukai