PEMBAHASAN
G. Sasaran
Individu berpengaruh
Keluarga dan perpuluhan keluarga
Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan
kerja
Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll
Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus
Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209
kabupaten/kota. Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola
dana sehat, antara lain sebagai berikut :
o Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.
o Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
o Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39
kabupaten/kota
o Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih
dari 23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
o Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
o Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir
angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10
kabupaten/kota.
Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi
kesehatan seperti askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta
lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan UKBM
setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh
wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh dana sehat
atau bentuk JPKM lainnya.
Lembaga Swadaya Masyarakat
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat
(LSM), namun sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di
bidang kesehatan hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi
kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya
seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi
kesehatan, organisasi swadaya internasional. Dalam hal ini kebijaksanaan
yang ditempuh adalah sebagai berikut :
o Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua
tingkatan.
o Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap
organisasi kemasyarakatan.
o Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar
kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam
pembangunan kesehatan dengan kemampuan sendiri.
o Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
o Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk
berkiprah dalam bidang kesehatan.
Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman
atau ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai
obat. Dikaitkan dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud
partisipasi mereka dalam bidnag peningkatan kesehatan dan pengobatan
sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama dari
TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara
lain untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala
(keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga
berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi
masyarakat, upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan
pemandangan.
Pos Gizi (Pos Timbangan)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli
masyarakat termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan
kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status
gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama
mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan terutama mereka
dari keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari
keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang
menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila
setelah diberikan PMT anak masih menderita kekurangan energi protein
(KEP) maka, makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan
segera diperiksakan ke puskesmas (dirujuk)
Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah
berkembang secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk
menjamin kelancaran program berupa peningkatan jumlah akseptor baru
dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa
(PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB
ditingkat kecamatan.
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos
Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau
masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di
lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna
keterampilan dibidnag kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota
Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat di
lingkungan sekitarnya.
Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak,
penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat
terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur
Saka serta Pemimpin Saka.
Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan
kesehatan pekerja yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang
memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan
produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan
kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.
Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta
pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.
Karang Taruna Husada
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di
tingkat RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda
dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna
banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong
dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan
masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada
pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-
royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang
taruna ini snagat besar.
Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan
upaya pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan sukar
dijangkau telah dikembangkan pelayanan puskesmas dna puskesmas
pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis
pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera
di atas.
I. Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya UKBM
Wujud peran serta masyarakat
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan
pembangunan nasional pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah
sebagai berikut :
o Sumber daya manusia
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan
masyarakat. Wujud insan yang menunjukkan peran serta masyarakat
dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut :
1. Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
2. Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh
agama, politisi, cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak,
dan lain-lain
3. Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya
misalnya: kader posyandu, kader lansia, kader kesehatan
lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil, saka
bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain.
4. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga
atau kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang
kesehatan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :
1. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu
segala bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan
untuk masyarakat, yaitu :
a. Pos pelayanan terpadu (posyandu)
b. Pos obat desa (POD)
c. Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
d. Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)
e. Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD
(P2M-PKMD)
f. Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan
PKMD (PLp-PKMD) sering disebut dengan desa percontohan
kesehatan lingkungan (DPKL)
g. Suka Bakti Husada (SBH)
h. Tanaman obat keluarga (TOGA)
i. Bina keluarga balita (BKB)
j. Pondok bersalin desa (Polindes)
k. Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu
Lansia)
l. Pemantau dan stimulasi perkembangan balita (PSPB)
m. Keluarga mandiri
n. Upaya kesehatan masjid
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang
kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan,
aktifitas mereka beragam sesuai dengan peminatnya
Organisasi swadaya yang bergerak dibidang palayanan kesehatan seperti
rumah sakit, rumah bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, balai
pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya
Klasifikasi :
a. Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
b. Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
c. Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
D. Klem dan potong tali pusat
Klem tali pusat dengan 2 buah klem pada klem pertama kira-kira 2 dan 3
cm dari pangkal pusat bayi
Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
gunting dengan tangan kiri
Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Potong tali pusat
dengan gunting yang perawatan alat steril atau desinfeksi tingkat tinggi
Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi perdarahan
pengikatan ulang yang lebih ketat.perawatan tali pusat , jangan
membungkus punting tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke punting tali pusat (JNPK-KR/ POGI,APN, 2007)
E. Jagalah kehangatan bayi
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. Dengan cara :
Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu
Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut dan
memastikan bahwa kepala terlindungi dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh
Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit
yaitu :
o Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi
o Apabila suhu bayi kurang dari 36,5°C, segera hangatkan bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Jangan segera menimbang bayi atau memandikan bayi baru lahir
(memandikan bayi setelah 6 jam)
F. Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya yang mungkin
lebih dari satu persalinan maka alat pengenal harus diberikan kepada setiap
bayi baru lahir :
Alat yang digunakan hendaknya kebal air, tidak mudah melukai, tidak
mudah sobek, tidak mudah lepas (gelang bayi)
Pada alat identifikasi harus tercantum :
1) Nama bayi /Nama ibu
2) Tanggal lahir dan jam
3) Nomor bayi
4) Jenis kelamin
5) Nama ibu lengkap
G. Pemberian ASI dini
Memberikan ASI dini (dalam 1 jam pertama setelah bayi baru lahir) akan
memberikan keuntungan yaitu:
Merangsang produksi ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin
(hormon ini yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI.
Memperkuat reflek menghisap
1) Reflek rooting (reflek mencari putting susu)
2) Reflek suckling (reflek menghisap)
3) Reflek swallowing (reflek menelan)
Mempercepat hubungan batin ibu dan bayi (membina ikatan emosional
dan kehangatan ibu-bayi).
Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum.
Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan pada ibu.
H. Perawatan mata
Memberikan eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata
diberikan pada 1 jam pertama setelah persalinan.
I. Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir lakukan hal-hal berikut :
Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K
peroral 1mg/hari.
Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM
dipaha kiri.
J. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi Hepatitis
B di berikan pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject) di suntik,
IM dipaha kanan dan selanjutnya di berikan ulangan sesuai imunisasi dasar
lengkap.
K. Pemantauan lanjutan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui aktifitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian dan tindak lanjut dari petugas kesehatan.
Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang di nilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah
kelahiran yaitu:
1). Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2). Bayi tampak aktif atau lunglai
3). Bayi tampak kemerahan atau biru
Masa transisi adalah waktu ketika bayi melakukan stabilitasi dan penyusaian
terhadap kehidupan diluar uterus. Ada 3 priode transisi, yaitu:
1) Tahap pertama /periode reaktif adalah dimulai segera setelah lahir dan
berakhir setelah 30 menit.
2) Tahap kedua/ periode interval adalah berlangsung mulai menit 30 sampai
2 jam setelah lahir (biasanya pada priode ini banyak tidur).
3) Tahap ketiga /periode reaktif kedua adalah yang berlanjut dari dua jam
sampai enam jam
3) Galaktopoiesis
4) Involution Komposisi ASI ideal untuk bayi
Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus,
sembelit, dan alergi.Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap
penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui
makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap
penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI. Bayi ASI lebih
bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi
banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi
kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa
pengganti ASI.
G. Produksi asi
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar
Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang
mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga
tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang
kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang
dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar
membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung
air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan
aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang
menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang
besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di
gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang
mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel
Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet
dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih
besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk
sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya,
yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut
bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat
dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah
melahirkan anak.
Tentang colostrum
- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
- Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi
untuk menerima makanan selanjutnya.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi
berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan
ASI Mature.
- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100
ml colostrum.
- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
- PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
- Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di
bandingkan ASI Mature.
- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada
bayi.
- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
a. Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
b. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke
3 – ke 5.
c. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi.
d. Volume semakin meningkat.
3. Air Susu Mature
- ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
- Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan satu-satunya
yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
- ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur
yang sesuai untuk bayi.
- Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflaum dan karotin.
- Tidak menggumpal bila dipanaskan.
- Volume: 300 – 850 ml/24 jam
- Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
• Antibodi terhadap bakteri dan virus.
• Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
• Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
• Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
• Faktor resisten terhadap staphylococcus.
• Complecement ( C3 dan C4)
DAFTAR PUSTAKA
MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta :
DepKes.RI
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health approach. Toronto: W.B.
Sanders