Tinjauan Pustaka HSP PDF
Tinjauan Pustaka HSP PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Pada hakikatnya “Hygiene” dan “Sanitasi” mempunyai pengertian dan tujuan yang
Sudira (dalam Rachman, 2010) mengemukakan bahwa : “Hygiene adalah ilmu kesehatan
dan pencegahan timbulnya penyakit. Hygiene lebih banyak membicarakan masalah bakteri
sebagai penyebab timbulnya penyakit, sedang sanitasi lebih memperhatikan masalah kebersihan
merupakan syarat untuk mencapai derajat kesehatan. Sedang sanitasi menurut WHO merupakan
suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada
manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik,
Menurut Depkes (2004) hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara
melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Gea (2009:19) sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
air yang bersih untuk keperluan cuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
manusia, sedangkan sanitasi lebih menitik beratkan pada faktor-faktor lingkungan hidup
manusia. Tujuan diadakannya usaha sanitasi dan hygiene adalah untuk mencegah timbulnya
penyakit dan keracunan serta gangguan kesehatan lain sebagai akibat dari adanya interaksi
kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia sehingga timbul upaya mencegah timbulnya
penyakit akibat pengaruh lingkungan kesehatan yang buruk dan membuat kondisi lingkungan
yang baik agar terjamin pemeliharaan kesehatannya. Dengan kata lain hygiene adalah usaha
kesehatan preventif yang lebih menitikberatkan pada kegiatan usaha kesehatan individu maupun
Ni Wayan (dalam Moro, 2011) mengemukakan bahwa “tujuan hygiene dan sanitasi
dalam penyelenggaraan makanan yaitu : (1) tersedianya makanan yang berkualitas baik dan
aman bagi kesehatan konsumen; (2) menurunkan kejadian resiko penularan penyakit atau
gangguan kesehatan melalui makanan; (3) terwujudnya perilaku yang sehat dan benar dalam
penanganan makanan”.
dikelompokkan sebagai berikut : 1. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene di tempat kerja meliputi :
(a) hygiene perorangan, (b) hygiene makanan, (c) sanitasi dan hygiene tempat kerja, (d) sanitasi
dan hygiene barang dan peralatan, dan (e) limbah dan linen; serta 2. Hygiene perorangan
meliputi : (a) rambut,(b) hidung,(c) mulut,(d) telinga, (e) kaki,(f) kosmetik, dan (g) pakaian
penting yang menjadi prinsip hygiene dan sanitasi makanan meliputi perilaku sehat dan bersih
orang yang mengelola makanan, sanitasi makanan, sanitasi peralatan dan sanitasi tempat
pengolahan”.
Personal higiene penjamah makanan sangatlah perlu dipelajari dan diterapkan dalam
pengolahan makanan untuk mencegah penularan penyakit menular melalui makanan. Beberapa
hal yang harus dilakukan oleh setiap penjamah makanan ketika mengolah dan menyajikan
makanan untuk mencegah penularan penyakit menular yaitu : selalu mencuci tangan sebelum
Hygiene perorangan mencakup semua segi kebersihan diri pribadi karyawan (penjamah
makanan) tersebut. Menjaga hygiene perorangan berarti menjaga kebiasaan hidup bersih dan
a. mandi dengan teratur, bersih dan sehat sebelum memasuki ruangan dapur,
e. selalu memakai karpus (topi khusus juru masak) atau penutup kepala lainnya,
h. mulut; menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak merokok saat mengolah makanan,
jangan batuk menghadap makanan, tidak mencicipi makanan langsung dari alat
memasak,
i. kaki; mempergunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai, kaos kaki diganti setiap hari,
Aspek hygiene sanitasi makanan adalah aspek pokok dari hygiene sanitasi makanan yang
mempengaruhi keamanan makanan. Depkes (2004) menyatakan bahwa ada 4 bagian aspek
1. Kontaminasi
Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing kedalam makanan yang tidak
pencemaran mikroba seperti bakteri, jamur, cendawan; (b) pencemaran fisik seperti rambut, debu
tanah, serangga dan kotoran lainnya; (c) pencemaran kimia seperti pupuk, pestisida, mercury,
cadmium, arsen; serta (d) pencemaran radioaktif seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma dan
sebagainya.
a. Kontaminasi langsung
Kontaminasi langsung pada makanan dapat terjadi karena adanya kontak langsung
makanan dengan lingkungannya. Sumber kontaminasi dapat berupa bahan kimia dan biologi
b. Kontaminasi silang
media. Penyebab utama kontaminasi ini adalah manusia sebagai pengolah makanan yang mampu
memindahkan kontaminan yang bersifat biologis, kimiawi dan fisik kedalam makanan ketika
2. Keracunan
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan
kesehatan lain akibat mengonsumsi makanan yang tidak hygienis. Terjadinya keracunan pada
makanan disebabkan karena makanan tersebut telah mengandung unsur-unsur seperti fisik, kimia
3. Pembusukan
Pembusukan adalah proses perubahan komposisi makanan baik sebagian atau seluruhnya
pada makanan dari keadaan yang normal menjadi keadaan yang tidak normal. Pembusukan dapat
terjadi karena pengaruh fisik, enzim dan mikroba. Pembusukan karena mikroba disebabkan oleh
bakteri atau cendawan yang tumbuh dan berkembang biak di dalam makanan sehingga merusak
komposisi makanan yang menyebabkan makanan menjadi basi, berubah rasa, bau serta
warnanya.
4. Pemalsuan
Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan yang secara sengaja dilakukan
dengan cara menambah atau mengganti bahan makanan dengan tujuan meningkatkan tampilan
makanan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga hal tersebut
Menurut Fatonah (dalam Moro, 2011) manfaat penerapan hygiene dan sanitasi makanan
yaitu : (1) menyediakan makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi; (2) mencegah
penyakit menular; (3) mencegah kecelakaan akibat kerja; (4) mencegah timbulnya bau yang
tidak sedap; (5) menghindari pencemaran; (6) mengurangi jumlah (persentase) sakit; serta (7)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kantin adalah ruang tempat menjual makanan
dan minuman (di sekolah, di kantor, di asrama dan sebagainya). Menurut wikipedia, Kantin (dari
bahasa Belanda: kantine) adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum yang dapat
digunakan pengunjungnya untuk makan, baik makanan yang dibawa sendiri maupun yang dibeli
yang dikelompokkan dalam jasaboga golongan A1 yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan
masyarakat umum, dengan pengolahan yang menggunakan dapur rumah tangga yang dikelola
oleh keluarga”.
Secara umum pengertian kantin, rumah makan dan restoran hampir sama yaitu sama-
sama tempat yang menyediakan makanan jadi yang siap dikonsumsi. Namun, perbedaan
ketiganya yaitu terletak pada jumlah karyawan, wastafel, toilet, serta jumlah kursi pengunjung.
Dalam hal ini setiap penambahan kursi pengunjung diatas 20 maka akan disebut sebagai
restoran.
Septiza (2008) mengemukakan bahwa “kantin adalah salah satu tempat yang
menyediakan makanan dan minuman siap dikonsumsi. Salah satu fungsi kantin sebagai tempat
memasak dan membuat makanan, dihidangkan lalu dijual kepada konsumen, sehingga kantin
dapat menjadi tempat menyebarnya segala penyakit yang medianya melalui makanan dan
minuman”.
Berdasarkan kemenkes No.715 tahun 2003, dalam hal pengaturan ruang untuk jasaboga
golongan A1, ruang pengolahan makanan tidak boleh dipakai sebagai ruang tidur, bila bangunan
tidak mempunyai ventilasi alam yang cukup harus menyediakan ventilasi yang dapat
memasukkan udara segar. Pembuangan udara kotor atau asap, harus tidak menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan, tersedia tempat cuci tangan, yang permukaannya halus dan
mudah dibersihkan. Untuk tempat penyimpanan makanan yang cepat busuk, harus tersedia
Pemilik kantin harus mengikuti prosedur tentang cara mengolah dan menjaga kebersihan
kantin. Makanan yang disediakan di kantin harus sehat dan aman. Bila tidak ditunjang dengan
pengolahan makanan yang baik maka akan terjadi keracunan makanan atau gangguan penyakit
karena makanan. Hal ini disebabkan karena makanan dan minuman yang dijual di kantin
berpotensi menyebabkan penyakit akibat makanan bila tidak dikelola dan ditangani dengan baik.
Tetapi bila makanan diolah sesuai dengan kaidah hygiene maka akan menghasilkan makanan-
makanan yang bersih, sehat, aman dan bermanfaat. Disinilah peran penting dalam pengendalian
Beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya kontaminasi bakteri pada makanan
dapat berasal dari orang yang menangani makanan serta tempat/bangunan dimana makanan
tersebut diolah.
Foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan dan dibawa oleh makanan.
Kerusakan makanan dapat dipengaruhi oleh kebersihan kantin. Jika kantin tidak bersih, maka
kuman pembawa penyakit akan mudah sekali menempel pada makanan. Tidak hanya itu,
konstruksi bangunan yang tidak sesuai juga merupakan bagian dari faktor fisik yang bisa
menyebabkan kerusakan makanan. Sirkulasi udara yang tidak baik, udara yang lembab,
pencahayaan yang kurang juga dapat menyebabkan kerusakan makanan (Utami, 2011:7).
Menurut Kepmenkes No. 1098 tahun 2003 : “Penjamah makanan adalah orang yang
secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan,
Untuk menjadi seorang penjamah makanan harus memenuhi beberapa syarat. Syarat
seorang penjamah makanan menurut Departemen Kesehatan RI (dalam Laila, 2004: 20) : “(1)
seorang penjamah makanan harus mempunyai tempramen yang baik; (2) seorang penjamah
makanan harus mengetahui hygiene perorangan yang meliputi : kebersihan panca indra, kulit,
tangan, rambut dan pakaian kerja; serta (3) harus berbadan sehat dengan mempunyai surat
keterangan kesehatan”.
Seorang penjamah makanan harus memperhatikan aspek personal hygiene karena dengan
menjaga hygiene perorangannya dapat mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan yang
ditanganinya sehingga menghasilkan makanan yang aman dan sehat. Selain itu, seorang
penjamah makanan yang bekerja di tempat pengolahan untuk umum karena dari seorang
penjamah makanan yang tidak baik penyakit menyebar ke suatu masyarakat konsumen.
Menurut Laila (2004:20) Peranan penjamah makanan dalam penyebaran penyakit yaitu :
(1) kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan konsumen, (2)
kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah makanan yang sakit, misalnya batuk atau luka
ditangannya, (3) pengolahan atau penanganan oleh penjamah yang sakit atau pembawa kuman.
Peran kesehatan dari penjamah makanan juga sangat berpengaruh. Sebaiknya perlu
diperhatikan bahwa dalam keadaan sakit tidak boleh melakukan pengolahan makanan terlebih
dahulu sampai dengan sembuh penyakitnya. Hal ini dilakukan demi terjaganya hygiene sanitasi
makanan yang diolah, agar tidak terjadi kontaminasi pada makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya penyebaran penyakit dari penjamah yang sakit ke makanan yang dihasilkan.
memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan, berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter, tidak mengidap penyakit menular seperti typhus, TBC dan lain-lain atau
pembawa kuman (carrier) serta setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan
yang berlaku. Penjamah makanan harus melakukan pemeriksaan kesehatan 2 (dua) kali dalam
setahun.
makanan. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum seorang penjamah makanan bekerja dan
pemeriksaan berkala. Pemeriksaan sebelum bekerja bertujuan untuk mengetahui apakah orang
tersebut menderita penyakit menular atau carrier suatu penyakit tertentu sedangkan pemeriksaan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Karbohidrat,
protein, vitamin, mineral, air dan lemak merupakan zat-zat yang terkandung dalam makanan.
Menurut Notoadmodjo (dalam Ricki, 2005:103) ada empat fungsi pokok makanan bagi
serta mengganti jaringan tubuh yang rusak; (2) memperoleh energi guna melakukan aktivitas
sehari-hari, (3) mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan
cairan tubuh yang lain; (4) berperan didalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai
penyakit.
Berdasarkan Kepmenkes No. 715 tahun 2003 : “Makanan merupakan kebutuhan pokok
manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar
bermanfaat bagi tubuh. Bahan makanan adalah semua bahan makanan baik terolah maupun tidak
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dari manusia untuk menunjang kehidupannya.
Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang
diperlukan untuk tujuan pengobatan. Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan selain berfungsi
sebagai sumber energi zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai peran dalam
penyabaran penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar hygiene sanitasi tempat pengelolaan makanan
diperlukan agar konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi makanan dan
kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit,
diantaranya : (1) berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki; (2) bebas dari pencemaran
di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya; (3) bebas dari perubahan fisik, kimia yang
tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat,
serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan; serta
(4) bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh
diperhatikan. Kualitas tersebut mencakup ketersediaan zat-zat (gizi) yang dibutuhkan dalam
makanan dan pencegahan terjadinya kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat
Makanan sehat ditunjukkan dengan susunan makanan dalam piramida makanan. Lokasi
puncak ditempati oleh makanan yang mengandung lemak, minyak dan rasa manis. Sedang
dibawahnya ditempati makanan sejenis susu, keju, yogurt, daging, telur dan kacang-kacangan. Di
bawahnya lagi ditempati oleh buah dan sayur. Lokasi terbawah ditempati oleh nasi, roti, dan
sereal.
Sayur-sayuran Buah-buahan
Nasi,Roti, Sereal
tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang
kelompok yaitu : yang disebabkan oleh virus, bakteri, amuba/protozoa, parasit dan penyebab
bukan kuman. Sedangkan menurut Karla dan Blaker membagi menjadi tiga kelompok yaitu :
penyakit infeksi yang disebabkan oleh perpindahan penyakit. Penjamah makanan memegang
peranan penting dalam penularan ini. Golongan kedua adalah keracunan makanan atau infeksi
karena bakteri. Golongan ketiga adalah penyebab yang bukan mikroorganisme (Susanna, 2003).
menentukan keamanan makanan diantaranya jenis makanan olahan, cara penanganan bahan
makanan, cara penyajian, waktu antara makanan matang dikonsumsi dan suhu penyimpanan baik
pada makanan mentah maupun makanan matang dan perilaku penjamah itu sendiri.
makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan antara lain hygiene
perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan
Secara umum untuk keberhasilan program sanitasi makanan diperlukan peraturan dalam
memproses makanan dan mencegah terjadinya “food borne disease”. Selain itu diperlukan pula
pengumpulan data harian perihal makanan dan data penyakit apabila wabah kejadian luar biasa
(KLB). Dari pengalaman telah ditemukan bahwa penyebab terjadinya KLB adalah karena tidak
adekuat dalam proses memasaknya, penyimpanan dan penyajian kurang higinis, serta kebersihan
Untuk menjamin keamanan makanan tanggung jawab pengusaha jasa boga adalah
menyelenggarakan jasa boga yang memenuhi syarat-syarat hygiene dan sanitasi. Pengusaha
harus menciptakan hubungan yang saling percaya dengan pekerja memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional dan bertanggung jawab serta melibatkan mereka dalam evaluasi
kesehatan.
Marwanti (2000:77) mengemukakan bahwa : “Sambal adalah hidangan yang tidak berdiri
sendiri, tetapi harus dimakan dengan bahan lain, terutama lalap. Sambal juga dapat digunakan
sebagai penambah selera makan dan untuk melengkapi hidangan lain. Misalnya sate yang sering
dihidangkan dengan sambal kacang atau sambal kecap, sedangkan panggangan sering dimakan
Sambal adalah saus yang disiapkan dari cabai yang dihancurkan sehingga keluar
keberadaan airnya dan biasanya ditambah bahan-bahan lain seperti garam, cuka dan terasi.
Sambal adalah salah satu unsur khas hidangan Indonesia, Melayu ditemukan pula dalam kuliner
Asia Selatan dan Asia Timur. Ada bermacam-macam variasi sambal yang berasal dari berbagai
daerah.
Kita mengenal sambal masak dan sambal mentah. Sambal mentah adalah sambal yang
tidak dimasak sebelum dimakan. Kecuali terasi, bahan yang lain digunakan mentah. Contohnya
sambal tomat, sambal terasi, dan sambal kecap. Sambal masak adalah sambal yang setelah
ditumbuk diracik dan dihaluskan, kemudian ditumis dan dibiarkan diatas api kecil sampai kental
dan keluar minyaknya. Contoh sambal masak adalah sambal bajak dan sambal gado-gado
(Marwanti, 2000:77).
Sambal mempunyai konsistensi yang lebih padat salsa dan mengandung lebih banyak
rempah-rempah. Sambal dapat bervariasi dari kurang pedas hingga sangatlah pedas. Ada
1. Sambal Asam : Sambal ini mirip sambal terasi dan mengandung asam, biasanya asam
jawa.
2. Sambal Bajak : Cabai untuk sambal ini digoreng dengan minyak, ditambah dengan
3. Sambal Balado : dari Minangkabau. Cabai untuk sambal ini digoreng dengan minyak,
bawang putih, bawang merah atau bawang bombai, tomat, garam dan jeruk nipis.
4. Sambal Belacan : Sambal ini mengandung belacan atau udang yang dilumatkan. Sambal
ini juga dapat digabung dengan bahan lain seperti kangkung untuk menghasilkan sambal
kangkung, dengan cumi-cumi untuk menghasilkan sambal sotong, dan dengan telur untuk
sambal telur.
5. Sambal dabu-dabu : Berasal dari Manado, mirip saus salsa Meksiko, dibuat dari tomat,
garam, basil (daun bawang, celedry) jeruk kesturi dan cabai merah.
jeruk limau, rasanya pedas dan segar. Biasanya untuk teman makan telor ceplok atau
Sambal goreng adalah makanan khas Indonesia yang dibuat dari bumbu-bumbu seperti
sambal ulek, lengkuas, daun salam, gula, garam, kecap dan sebagainya. Sambal goreng lebih
menuju kepada bumbu-bumbu ini yang digoreng bersama dengan bahan makanan lainnya
(seperti: tempe, ikan, udang, buncis, hati, kentang, krecek dan lain-lain). Tergantung pada bahan
yang digunakan, sambal goreng diberi nama bahan tersebut (sambal goreng hati, sambal goreng
buncis, dan sebagainya). Sambal goreng sering dihidangkan sebagai lauk nasi putih atau
konsistensinya, sambal goreng dapat dibagi menjadi dua, yaitu sambal goreng kering yaitu
masakan kering dan berbumbu. Misalnya sambal goreng kering tempe, kentang, atau kacang
tanah, sedangkan sambal goreng basah yaitu sambal goreng yang menggunakan kuah kental dari
bahan cair atau santan. Misalnya sambal goreng hati, sambal goreng kentang, dan sebagainya.
Sambal goreng basah berwarna merah cerah karena lombok merah memegang peranan.
Sedangkan pada sambal goreng kering, kadang-kadang warna merah kecoklat-coklatannya juga
berkapsul dan dapat bergerak aktif. Eschercia coli umumnya secara normal terdapat dalam alat
Coliform lain karena kemampuannya memfermentasikan laktosa pada suhu 440C. Berikut ini
genus ini terdiri dari Enterobacteriaceae peragi-laktosa. Sebagian besar strain Escherchia coli
adalah floral usus normal nonpatogenik, strain-strain lain bersifat patogenik dengan faktor
pertumbuhan dan reaksi yang memberikan warna berbeda pada media dan terdapat gas saat
dikultur pada media EMB-A, hasil positif Escherchia coli adalah koloni berwarna hijau metalik
(Badiamurti, 2007:7).
Dalam Kepmenkes No. 715 tahun 2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi rumah
makan dan restoran, angka bakteri E.coli dalam makanan jadi disyaratkan 0 per gram contoh
makanan dan minuman disyaratkan angka bakteri E.coli harus 0 per 100 ml contoh minuman.
Escherchia coli yang menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic
Escherchia coli (EPEC). Ada 2 golongan Escherchia coli yang menyebabkan penyakit pada
manusia yaitu : (a) Entero Toxigenic Escherchia coli (ETEC) : mampu menghasilkan
enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit kolera; (b) Entero Invasive Escherchia
coli (EIEC) : mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau
gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah (Gea, 2009:44).
Escherchia coli juga dapat menyebabkan infeksi saluran urin dan juga penyakit lain
seperti pneumonia, meningitis dan traveler’s diarrhea. Meskipun infeksi Escherchia coli dapat
diobati dengan antibiotika namun dapat menyebabkan pasien syok bahkan mengarah pada
kematian karena toksin yang dihasilkan lebih banyak pada saat bakteri mati (SNI 7388,
2009:30).
Di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya menggunakan bakteri Escherchia coli untuk
pengujian air minum. Bakteri Escherchia coli lebih mudah mengisolasinya dari pada jenis
bakteri lain. Menurut Chandra (2007) keberadaan bakteri Escherchia coli dalam sumber air atau
makanan merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja. Oleh karena itu, jika air atau makanan
Untuk menentukan jumlah bakteri dalam contoh, dapat dilakukan dengan membiakkan
dan menghitung koloni bakteri Coliform tersebut. Selain itu juga digunakan metode APM
(Angka Paling Mungkin) atau biasa disebut Most Probable Number (MPN). Jika dalam
pengujian APM ditemukan sejumlah bakteri, hal itu menunjukkan tingkat kontaminasi (SNI
7388, 2009:29).
2.10 Pengaruh Keberadaan Bakteri Escherchia coli pada Makanan Terhadap Kesehatan
Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebabkan makanan
tersebut dapat menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan
yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borned diseases) (Susanna, 2003).
yang paling sering dijumpai saat ini. Penyakit tersebut menimbulkan banyak korban dan
menyebabkan sejumlah besar penderitaan khususnya di kalangan bayi, anak, lansia dan mereka
lima kelompok yaitu : yang disebabkan oleh virus, bakteri, amuba/protozoa, parasit dan
penyebab bukan kuman. Namun, kontaminasi bakteri seperti bakteri coli merupakan penyebab
pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini
Penyebaran bakteri ini dapat terjadi melalui kontaminasi makanan dengan bahan yang
sudah tercemar dengan bakteri Escherchia coli. Terjadinya kontaminasi bakteri pada makanan
Diare merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan
paling banyak ditemukan diseluruh dunia yang dapat menyerang siapa saja melalui mekanisme
dan gejala yang berbeda setiap umur. Gejalanya yaitu diare yang merupakan buang air besar
yang encer dengan frekuensi 4x atau lebih dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu atau
lemah, panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lender dalam kotoran. Diare bisa
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi
Sambal
Ada
Bakteri Escherchia coli
Tidak ada
Hygiene penjamah
makanan
Kandungan bakteri
Indikator :
Escherchia coli
- Pengetahuan
pada sambal
- Perilaku
- Hygiene
Perorangan
- Pendidikan
- Sikap
Kepmenkes No.942/Menkes/SK/VII/2003
Kepmenkes No.715/Menkes/SK/V/2003
Memenuhi syarat
: variabel dependen
2.12 Hipotesis
Ho : Tidak terdapat hubungan hygiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri
UNG.