Anda di halaman 1dari 18

Millennium Development Goals & Suitanable Development Goals

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Program Gizi

Dosen Pengampu :

Nuryanto, S.Gz, M.Gizi

Disusun Oleh :

Kelompok 12

Lili Nor Indah Sari 22030115120060


Lusia Yotista Enggal P 22030115130088
Eka Cahyaningsih Wulandari 22030115140100

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

A. Millennium Development Goals (MDGs)........................................................1

B. Suitanable Development Goals (SDGs)...........................................................2

C. Perbedaan SDGs dan MDGs............................................................................5

D. Contoh Program Suitanable Development Goals (SDGs)................................6

E. Implementasi Program Suitanable Development Goals (SDGs)......................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15

ii
A. Millennium Development Goals (MDGs)1

Kemiskinan merupakan suatu masalah global yang selalu ada setiap


tahunnya. Hingga akhir abad 20 pun kemiskinan juga masih tetap ada dan menjadi
beban. Dari hal inilah disepakati suatu deklarasi yang dikenal sebagai The
Millienium Development Goals (MDG's). Deklarasi ini disepakati di dalam suatu
pertemuan pada September 2000 yang diikuti oleh 189 negara. Salah satu
targetnya adalah mengurangi jumlah penduduk miskin hingga 50% pada tahun
2015. Secara keseluruhan terdapat 8 target utama MDGs, yaitu :1
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem
2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya
7. Memastikan kelestarian lingkungan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

1
Memasuki tahun ke sepuluh, pencapaian MDGs dirasa belum optimal,
maka pemerintah melakukan percepatan pencapaian, oleh karena itu percepatan
pencapaian target MDGs merupakan amanah dari Inpres No 1 Tahun 2010 tentang
Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010, dan Inpres No 3 Tahun
2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Pada tingkat daerah (provinsi
dan kabupaten/kota), dituangkan dalam RAD percepatan pencapaian tujuan
pembangunan millenium. Kemudian delapan sasaran umum itu, dikembangkan
melalui program Ditjen Bina Kesmas, Kementrian Kesehatan RI, dengan lima
tambahan sasaran utama MDGs, yakni :1
1. Meningkatkaan cakupan antenatal,
2. Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih,
3. Meningkatkan cakupan neonatal,
4. Menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita,
5. Meningkatkan tingkat kunjungan penduduk miskin ke puskesmas.

B. Sustainable Development Goals (SDGs)2

Konsep pembangunan yang berkelanjutan yang telah disepakati pada


tahun 1987 oleh The Brundtland Comission of The Uniterd Nations. Adapun
definisi dari pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang

2
berasaskan kelestarian dimana memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi dimasa akan datang.
Laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan
terdiri dari tiga tiang utama yakni ekonomi, sosial dan lingkungan yang saling
bergantung dan memperkuat.
Jadi Pembangunan Berkelanjutan itu mempunyai 3 kaki yaitu
keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan lingkungan.
Keberlanjutan ekonomi tidak bisa jalan apabila keberlanjutan sosial berantakan.
Keberlanjutan ekonomi dan sosial tidak bisa berjalan juga kalau lingkungan
berantakan, pertama adalah dengan menempatkan modal alam sebagai faktor
utama.
SDG’s memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan,
perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030
berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan
iklim. Untuk mencapai tiga tujuan mulia tersebut, maka disusunlah 17 Tujuan
Global sebagai berikut :
1. Tanpa Kemiskinan
Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di seluruh penjuru dunia.
2. Tanpa Kelaparan
Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi,
serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan
Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup
untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4. Pendidikan Berkualitas
Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan
keempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang inklusif
dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi
semua orang.
5. Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.

3
6. Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua orang.
7. Energi Bersih dan Terjangkau
Menjamin akses terhadap sumber energy yang terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan, dan modern untuk semua orang.
8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak
Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,
lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak
untuk semua orang.
9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan
industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi Kesenjangan
Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah Negara maupun di
antara Negara-negara di dunia.
11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas
Membangun kota-kota serta pemukiman yng inklusif, berkualitas, aman,
berketahanan dan berkelanjutan.
12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab
Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
13. Aksi Terhadap Iklim
Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Kehidupan Bawah Laut
Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber
daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.
15. Kehidupan Darat
Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan
pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan,
mengurangi tanah tandus, serta tukar guling tanah, memerangi
penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.

4
16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian
Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang
termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta
membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh
tingkatan.
17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global
untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Adapun prinsip-prinsip dari MDG’s berdasarkan Outcome Document


Rio+20 adalah sebagai berikut :2
Tidak melemahkan komitmen internasional terhadap pencapaian MDG’s
pada tahun 2015;
Mempertimbangkan perbedaan kondisi, kapasitas dan prioritas nasional;
Fokus pada pencapaian ketiga dimensi pembangunan berkelanjutan secra
berimbang, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan;
Koheren dan terintegrasi dengan agenda pembangunan pasca-2015.

C. Perbedaan SDGs dan MDGs


SDGs ini tidak terpisah dari MDGs, SDGs merupakan bentuk
penyempurnaan MDGs. SDGs merupakan kelanjutan dari apa yang sudah
dibangun pada MDGs (Millenium Development Goals). Perbandingan MDGs
dan SDGs diantaranya:
1. MDGs 3
a. MDGs menargetkan pencapaian 50%, dianggap target yang terlalu
minimal dan banyak negara telah terlebih dahulu mencapainya,
b. MDGs bersifat dari negar maju untuk negara berkembnag. Negara
maju mendukung dengan menyediakan dana.
c. Dokumen MDGs dirumuskan oleh para elite PBB dan OECD di New
York, tanpa melalui proses konsultasi atau pertemuan, dan survey
warga.

5
d. Tujuan MDGs sebagian besar untuk mengatasi kemiskinan, masalah
ekologi dan lingkungan, pajak dan pembiayaan pembangunan tidak
mendapat perhatian.
e. MDGs tidak memiliki standar HAM, sehingga dianggap tidak mampu
memberikan prioritas keadilan yang merata yang dibuktikan dengan
banyaknya orang yang masih dalam kondisi miskin.
f. MDGs hanya memberikan tanggung jawab yang besar kepada negara
berkembang dan tidak melibatkan peran yang seimbang bagi negara
maju.

1. SDGs 1
a. SDGs menargetkan sasaran tercapai hingga 100%.
b. Berlaku universal, tiap negara harus bekerja sama untuk menemukan
sumber pembiayaan dan perubahan kebijakan yang diperlukan.
c. Dokumen SDGs dirumuskan oleh tim bersama, dengan pertemuan
tatap muka lebih dari 100 negara dan survey warga.
d. Terdapat 17 tujuan SDGs, yang berupaya merombak struktur dan
sistem kesetaraan gender, tata pemerintahan, perubahan
modelkonsumsi dan produksi, perubahan sistem perpajakan, diakuinya
masalah ketimpangan, diakuinya masalah perkotaan.
e. SDGs dinilai sudah di dukung oleh prinsip HAM yang lebih baik.
f. SDGs bersifat umum, dengan memberikan peran yang seimbang
terhadap semua negara, baik negara berkembang maupun negara maju.

D. Contoh Program Suitanable Development Goals (SDGs)


Beberapa tujuan dari SDGS berhubungan dengan gizi dan kesehatan.
Untuk mencapai tujuan SDGs yang terkait dengan menjamin kehidupan yang
sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua di segala usia, ada banyak target
yang harus dicapai hingga tahun 2030 mendatang. Pencapaian SDGs dalam
bidang kesehatan ini membutuhkan mobilisasi sumber daya keuangan dan
pengeluaran yang besar. Akan tetapi besarnya pengeluaran yang diperlukan
untuk mencapai hal ini dapat terbuang jika tidak ada efisiensi dan konsistensi
dalam upaya mencapai target kesehatan yang diinginkan. Oleh karena itu
diperlukan sebuah sistem anggaran kesehatan yang efisien dalam memecahkan
permasalahan kesehatan yang masih belum diselesaikan dengan baik. Beberapa
tujuan SDGS yang sesuai dengan gizi dan kesehatan adalah sebagai berikut :4

6
a. Tujuan 2 : Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan.
b. Tujuan 3 : Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan
bagi semua orang disegala usia
c. Tujuan 6 : Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi bagi
semua orang.

Pembangunan global harus sejalan dengan pembangunan nasional, bahkan


juga ke pembangunan daerah Indonesia telah memiliki prioritas
pembangunan, sesuai dengan program dan prioritas dalam Nawacita dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015–2019. Keselarasan
SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan RPJM diharapkan
mampu melengkapi prioritas strategi pembangunan terutama terkait dengan
tujuan–tujuan yang berkaitan dengan lingkungan, energi bersih serta
5
upaya menangani perubahan iklim. Indonesia akan menggunakan tiga
indikator terkait dengan dokumen SDGs, yaitu pembangunan manusia atau
human development yang meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan.
Berikut adalah contoh beberapa program gizi di Indonesia yang disesuaikan
dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGS :
1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah upaya dalam rangka
percepatan peningkatan akses terhadap sanitasi dasar di Indonesia.6 STBM
merupakan adopsi dari community led total sanitation (CLTS), yang
merupakan sebuah pendekatan alam pembangunan sanitasi pedesaan dan
mulai berkembang pada tahun 2001. Pendekatan ini sudah diadopsi secara
masal di berbagai negara.7
2. Desa Mandiri Pangan8
Desa Mandiri Pangan (Village Food Resilience programme/DMP)
yang disebut badan kesehatan pangan. Program ini bertujuan untuk
mendorong agar masyarakat memenuhi pengannya secara mandiri sesuai
dengan potensi wilayahya.
DMP akan mulai dikonsentrasikan di daerah-daerah perbatasan dan
desa kepulauan yang memang jauh serta memerlukan pembangunan.
3. Kartu Indonesia Sehat9

7
Kartu Indonesia sehat (KIS) menjamin dan memastikan
masyarakat kurang mampu untuk mendapat pelayanan kesehatan seperti yang
dilaksankan ,melalui jaminan kesehatan nasional yang diselenggarakan oleh
BPJS kesehatan. KIS memberikan tambahan manfaat, layanan preventif,
promotive dan deteksi dini yang akan dilaksanakan secara lebih intensif dan
terintegrasi, serta memberikan jaminan bahwa pelayanan oleh fasilitas
kesehatan tidak membedakan peserta berdasarkan status social.
4. Scalling Up Nutrition (SUN)10
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan suatu gerakan
percepatan perbaikan gizi yang diadopsi dari gerakan Scaling Up-Nutrition
(SUN) Movement. Gerakan Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement
merupakan suatu gerakan global di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal
PBB. Hadirnya gerakan ini merupakan respons dari negara-negara di dunia
terhadap kondisi status pangan dan gizi di negara berkembang. Tujuan global
dari SUN Movement adalah untuk menurunkan masalah gizi pada 1000 HPK
yakni dari awal kehamilan sampai usia 2 tahun. Periode 1000 HPK ini telah
dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas
kehidupan seseorang, oleh karena itu periode ini sering disebut sebagai
“periode emas” (Kemenko Kesra RI, 2013). Pemenuhan asupan gizi pada
1000 HPK anak sangat penting. Jika pada rentang usia tersebut anak
mendapatkan asupan gizi yang optimal maka penurunan status gizi anak bisa
dicegah sejak awal.
Pedoman Perencanaan Program Gizi pada 1000 HPK menjelaskan
bahwa gizi 1000 HPK terdiri dari 2 jenis kegiatan, yaitu intervensi spesifik
dan intervensi sensitif. Kedua intervensi ini sangat baik bila mampu berjalan
beriringan karena akan berdampak sustainable dan jangka panjang. Kegiatan
intervensi spesifik ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Intervensi
spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya juga dapat dicatat dalam waktu yang
relatif pendek. Sedangkan intervensi sensitif merupakan berbagai kegiatan
yang berada di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum,
tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila dilaksanakan secara khusus
dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya terhadap keselamatan
proses pertumbuhan dan perkembangan kelompok 1000 HPK akan semakin

8
baik. Intervensi gizi sensitif meliputi, penyediaan air bersih dan sanitasi,
ketahanan pangan dan gizi, keluarga berencana, jaminan kesehatan
masyarakat, jaminan persalinan dasar, fortifikasi pangan, pendidikan gizi
masyarakat, intervensi untuk remaja perempuan dan pengentasan kemiskinan.

E. Implementasi Program Suitanable Development Goals (SDGs)


1. Sanitasi Program berbasis Masyarakat11
Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah upaya
dalam rangka perecepatan peningkatan akses terhadap sanitasi dasar di
Indonesia sebagaimana tercantum dalam RPJM tahun 2015-2019 adalah
tersedianya universal access atau cakupan akses sebesar 1005 UNTUK air
minum dan juga sanitasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mentri
Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. STBM merupakan suatu pendekatan untuk mengubah perilaku
higin dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan , untuk
sanitasi total di komunitas dengan pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu;
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS)
c. Pengelolaan Makanan dan Minum Rumah Tangga (PAM-RT)
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT)
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC- RT)

Pelaksanaan program STBM di kota metro mulai dilaksanakan


sejak tahun 2012 dengan melakukan pemicuan STBM di 2 (dua) kelurahan
dan hingga sampai saat ini telah dilaksanakan pemicuan STBM di kota metro
diseluruh kelurahan di kota Metro tahun 2013 dengan responden 1.056 orang
tersebar di 22 kelurahan, capaian 5 pilar STBM di kota Metro diperoleh
sebagai berikut:
 Masyarakat Kota Metro mayoritas untuk tempat buang air besar sudah
menggunakan jamban pribadi sebanyak 89,1%, MCK/WC umum
sebesar 6,63%, lainnya (numpang) 5,2%. namun masih ada beberapa
yang masih buang air besar di sungai 1,52%, WC helicopter 0,38%,
lubang galian 0,38%, kebun 0,47%, selokan 0,57%.

9
 Dengan pertanyaan waktu kritis Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) DI
LIMA WAKTU penting menunjukan bahwa baru 24,2% responden sudah
melakukan CTPS dan 76,8% responden belum melakukan CTPS.
 Pengelolaan air minum rumah tangga di kota metro secara keseluruhan
masih belum memenuhi persyaratan, sebanyak 62,1% menggunakan air
terlindungi dan sebanyak 37,9% masih menggunakan air berisiko
tercenar. Dalam penanganan sumber air, sebanyak 95% responden
mengolah air dengan cara direbus sebelum diminum dan memasak,
hanya sebanyak 5% responden tidak mengolah.
 Prosentase paling tinggi yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan
sampah adalah dengan cara dibakar sebesar 65,2%, prosentase terbesar
kedua adalah dikumpulkan dan dibuang ke TPAS sebesar 18,5%.
 Pengelolaan limbah yang ada di kota Metro, menunjukan bahwa 76,6%
responden telah memiliki SPAL dan sebanyak 23,4% responden telah
memiliki SPAL.

Sampai dengan tahun 2016 capaian pilar 1 STBM yaitu kelurahan


dengan Status Buang Air Besar Sembarangan di Kota Metro sampai baru
mencapai 6 Kelurahan dari 22 Kelurahan (27,2%) yaitu Kel. Margodadi,
Kelurahan Bantul, Kel. Rejomulyo, Kel. Margorejo, Kel. Purwoasri dan
Kel.Ganjar Agung.
Hambatan – hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program
STBM di Kota Metro adalah :
 Belum pahamnya masyarakat akan pentingnya program STBM.
 Pendekatan STBM masih pada aspek demand.
 Masih tingginya ketergantungan masyarakat akan bantuan pemerintah.
 Masih kurangnya koordinasi antar program dan antar sektor.
 keterbatasan anggaran.

Upaya – upaya yang telah dilakukan guna mengatasi hambatan


yang dihadapi adalah :
A. Melakukan advokasi dan sosialisasi program STBM dengan
mensinergikan program STBM dengan Program Kota Sehat Kota Metro
dan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP)
B. Melakukan pelatihan kader tentang STBM di seluruh kelurahan dan

10
membentuk kader STBM diseluruh kelurahan yang ada di Kota Metro
dengan mengembangkan jejaring kerja STBM di tingkat kelurahan dengan
melatih kader posyandu sebagai fasilitator STBM.
C. Pemicuan STBM tidak hanya ditekankan pada kelompok penduduk yang
masih buang air besar sembarangan tetapi juga melibatkan masyarakat
setempat yang peduli terhadap kesehatan sehingga menimbulkan sikap
solidaritas dan gotong royong diantara warga.
D. Memanfaatkan peluang anggaran yang berasal dari dana Bantuan
Operasional Kesehatan Puskesmas.
E. Terbitnya Instruksi Walikota Metro Nomor 05 tahun 2016 tentang
pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kota Metro yang
mengatur peranan lintas sektor secara terpadu dalam upaya percepatan
pencapaian Kota Metro Stop BABS tahun 2017.

2. Desa Mandiri Pangan12


Desa Mandiri Pangan merupakan salah satu strategi untuk
mempercepat pembangunan di perdesaan, khususnya dalam memantapkan
ketahanan pangan. Program kegiatan ini bersifat lintas sektor yang dalam
pelaksanaannya memerlukan keterlibatan dan sinergitas antar instansi dan
stakeholder terkait. Wujud integrasi pengembangan program pembangunan
dari pusat, propinsi, dan kabupaten di pedesaan. Program Desa Mandiri
Pangan dilaksanakan di desa-desa terpilih yang mempunyai rumah tangga
miskin dan beresiko rawan pangan dan gizi, dengan dasar pemilihannya
adalah Food Security & Vulnerability Access (FSVA) dan desa rawan pangan,
dengan jumlah RTM (Rumah Tangga Miskin) lebih dari 30 % dari jumlah KK
berdasarkan hasil survey Data Dasar Rumah Tangga (DDRT).
Komponen kegiatan yang dilakukan, melalui pedekatan :
1 Pemberdayaan masyarakat.
2 Penguatan kelembagaan.
3 Pengembangan sistem ketahanan pangan dan dukungan saranan prasarana
desa melalui koordinasi lintas sektor dalam wadah Dewan Ketahanan
Pangan.

Kegiatan dilaksanakan secara berjenjang tingkat provinsi dan

11
kabupaten untuk melakukan pembinaan pada desa-desa pelaksana.
Perencanaan di tingkat desa dilakukan secara partisipatif, dengan melibatkan
Tim Pangan Desa (TPD), penyuluh, kelompok kerja kabupaten, dan
pendamping sebagai fasilitator, serta Lembaga Pembangun Desa (LPD),
Kepala Desa dan Kaur Pembangunan, aparat, serta tokoh masyarakat.
Hasil yang diperoleh selanjutnya diintegrasikan dengan berbagai
program pembangunan yang telah disusun ditingkat desa. Perencanaan
pembangunan desa merupakan upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan
serta pembangunan sarana dan prasarana penunjang, yang dilakukan
berdasarkan hasil base line surveydan PRA. Melalui kegiatan Desa Mandiri
Pangan yang dilaksanakan selama 4 (empat) tahun (tahap persiapan,
penumbuhan, pengambangan dan kemandirian) diharapkan masyarakat desa
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi
sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif dari hari ke hari.
Desa Mandiri Pangan sejalan dengan pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat miskin di desa
terkategori daerah rawan dan rentan pangan. Strategi yang dilakukan adalah
melalui peningkatan peran Pemangku Kepentingan dalam bentuk:
peningkatan usaha ekonomi produktif, peningkatan kualitas konsumsi,
penguatan cadangan pangan, peningkatan pendapatan, menjamin ketersediaan
pangan dan peningkatan peran kelembagaan masyarakat.
Fokus pengembangan desa mandiri pangan pada tahun 2014 dan
2015 diarahkan untuk peningkatan kualitas kelembagaan kelompok afinitas
desa mandiri pangan dan peningkatan kapasitas aparat dan pendamping desa
mandiri pangan. Strategi yang dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas
kelembagaan demapan tersebut melalui : Workshop Desa Mandiri Pangan,
Pelatihan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok (Capacity Building),
Pembinaan Desa Mandiri Pangan dan Pemberian Bantuan Hibah Peralatan
Pengolahan Pangan.

Kegiatan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Desa Mandiri Pangan Tahun


2014 dan 2015

12
No Kegiatan Jumlah Sasaran
2014 2015
1 Hibah Peralatan 20 20
Pengolahan Pangan Kelompok Kelompok
2 Jumlah Desa yang 50 Desa 60 Desa
dilakukan
Pendampingan

3. Kartu Indonesia Sehat3


Menurut Surat Edaran dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan
Kementrian Kesehatan bernonor 03.03 tertanggal 5 November 2014
menyatakan bahwa:
a. Pemegang Kartu KIS merupakan peserta yang masuk dalam daftar PBI
JKN ditambah peserta penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
dan bayi baru lahir dari orang tua peserta PBI. KIS secara bertahap akan
menggantikan seluruh identitas peserta PBI JKN.
b. Pelayanan kesehatan sama dengan PBI JKN
c. Kartu PBI (JKN) sekarang tetap bisa digunakan sampai seluruh peserta
PBI JKN telah mempunyai KIS.
d. Pembiayaan program KIS dilakukan oleh BPJS Kesehatan
e. Adanya perluasan manfaat pelayanan KIS yaitu sinergitas dan
terintegrasinya pelayanan kesehatan perseorangan dengan promotif,
preventif, skrining yang akan diatur lebih lanjut secara teknis.

Menkes menyatakan bahwa KIS merupakna program lanjutan dari


program JKN yang telah dilaksanakan. Dasar hukum pelaksanaan KIS juga
mengacu pada UU SJSN dan UU BPJS. Dimana pelaksana program KIS ini
adalah BPJS Kesehatan. Masyarakat diharapkan tidak bimbang dengan
adanya program baru ini, karena program ini merupakan program lanjutan
dengan pelayanan yang sama, namun memang ada beberapa manfaat yang
ditambahkan. Manfaat tersebut akan disinergikan dan diintegrasikan lebih
lanjut melalui peraturan yang akan disusun. Penerima KIS adalah 4,4 juta
jiwa warga dengan rincian adalah 1,7 orang penyandang masalah

13
kesejahteraan sosial (PMKS) dan 2,2 juta bayi yang lahir dari para pemegang
kartu BPJS kategori penerima bantuan iuran (PBI) yang selama ini belum ter-
cover jaminan kesehatannya.
Kartu Indonesia Sehat merupakan program baru dari Pemerintah Baru
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk melanjutkan
Program JKN dari Pemerintah sebelumnya. Implementasi KIS di Rumah
Sakit Umum Daerah Noongan, yaitu:
 Ketersediaan Informasi yang Akurat Kepada Pasien KIS
 Sikap Petugas Dalam Memberikan Pelayanan
 Ketersediaan Prasarana dan Sarana KIS di RSUD Noongan

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Bappenas (2015). Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah 2015-


2019. Jakarta: Bappenas
2. Bappenas. (2015). http://www.bappenas.go.id/berita-dan-siaran-pers/berita-
harian-bappenas/konsep-sdgs-kerangka-pembangunan-pasca-2015/.
Retrieved November 26, 2015, from www.bappenas.go.id.
3. Sekertariat MDGs. 2013. Sustainable Development Knowledge Paltform.
[11 Feb 2018]
4. Ermalena.2017. Indikator Kesehatan SDGS Di Indonesia. Balai Kartini
:Jakarta
5. Badan Pusat Statistik.2014. Kajian Indikator Sustanable Development
Goals. Jakarta : Badan Pusat Statistik
6. http://dinkes.metrokota.go.id/berita-pelaksanaan-sanitasi-total-berbasis-
masyarakat-stbm.html [ Diakses pada tanggal 10 Februari 2018 pukul
14.00]
7. Modul panduan praktik CLTS di lapangan. Depkes RI. 2015.
http://www.indonesian-publichealth.com/community-led-total-sanitation-
clts/
8. https://www.kompasiana.com/amirohlahdji/langkah-pemerintah-indonesia-
tanggapi-krisis-pangan-2017 [ Diakses pada tanggal 10 Februari 2018 pukul
14.00]
9. http://www.tnp2k.go.id/id/program/program-membangun-keluarga-
produktif/kartu-indonesia-sehat/ [ Diakses pada tanggal 10 Februari 2018
pukul 14.00]
10. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Perencanaan Program
(Gerakan Nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangka seribu hari
pertama kehidupan. Republik Indonesia
11. http://dinkes.metrokota.go.id/berita-pelaksanaan-sanitasi-total-berbasis-
masyarakat-stbm.html#ixzz56ghwTDBM [ Diakses pada tanggal 10
Februari 2018 pukul 14.00]
12. http://diskapang.ntbprov.go.id/pages/desa-mandiri-pangan [ Diakses pada
tanggal 10 Februari 2018 pukul 14.00]

15
13. http://www.manajemen-pembiayaankesehatan.net/index.php/91-arsip-
pengantar/1335-kebijakan-baru-pemerintah-baru [ Diakses pada tanggal 10
Februari 2018 pukul 14.00]

16

Anda mungkin juga menyukai