Zahrotu - Fkik PDF
Zahrotu - Fkik PDF
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Zahrotu Romadhon
NIM : 1113103000018
v
6. Kedua orangtuaku tercinta, Aba Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim M.A dan ibu
Alif Fadhillah yang selalu memberikan doa, dukungan dan dorongan
semangat dengan penuh ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan
banyak motivasi, waktu dan material.
7. Seluruh keluarga neng, mas, dan adik-adik saya yang selalu mendoakan dan
mendukung kelancaran perkuliahan saya.
8. Zenitra Hizba R, Risna Wahyu AP, Rivaldi Wicaksono teman sekelompok
riset saya. Bersyukur sekelompok bareng kalian yang mau saling membantu,
menghabiskan waktu bersama di Lab Mikro, menyemangati cepat sidang, dan
menjalani perjalanan panjang bersama kalian.
9. Kak Novi, Mas Irul, Mas piyo, dan Bapak Satpam Pascasarjana yang
membantu kelancaran saya melakukan penelitian di Lab Mikro kapanpun
waktunya.
10. Teman sejawat saya yang selama ini menempuh pendidikan preklinik bersama
dan akan terus bersama sampai lulus nanti. Semoga kita selalu kompak dalam
kebaikan dan kesuksesan “TREITZ PSKPD 2013”
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memperlancar proses pengerjaan laporan penelitian ini
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran atas kurang dan kekeliruan dalam penelitian ini, agar
penelitian ini dapat terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak. Demikian
laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, 18 Oktober 2016
Penulis
vi
ABSTRAK
Zahrotu Romadhon. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
Identifikasi bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. pada siomay yang dijual
di kantin SD Negeri di kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih.
2016.
Kata kunci : Foodborne disease, Siomay, Total Plate Count (TPC), Escherichia
coli, Salmonella sp.
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
2.1.4. Bakteri Salmonella sp ................................................................................ 17
2.1.4.1. Morfologi dan Taksonomi .................................................................. 17
2.1.4.2. Sifat Pertumbuhan Salmonella sp ....................................................... 18
2.1.5. Kultur Mikroorganisme ............................................................................. 21
2.1.6. Metode Perhitungan Bakteri ..................................................................... 22
2.1.7. Uji Biokimia Bakteri .................................................................................. 24
2.1.7.2. Uji MR-VP (Methyl Red-Voges Proskauer) ....................................... 25
2.1.7.3. Uji SIM (Sulfide Indole Motility) ........................................................ 27
2.1.7.4. Uji Sitrat (Citrate) ............................................................................... 28
2.2. Kerangka Teori .................................................................................................. 30
2.3. Kerangka Konsep ............................................................................................... 31
2.4. Definisi Operasional .......................................................................................... 32
x
3.6.2.4. Pembuatan Media Salmonella Shigela Agar (SSA) dan Penanaman
Sampel .............................................................................................................. 37
3.6.2.5. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram..................................... 37
3.6.2.6. Pembuatan dan Identifikasi Koloni dengan Uji Biokimia .................. 38
3.7 Alur Penelitian .................................................................................................... 41
3.8 Managemen Data ................................................................................................ 42
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.5 Hasil Tes IMViC dan TSIA pada Escherichia coli 52
Gambar 4.6 Hasil Fermentasi Karbohidrat pada Salmonella Sp 54
gambar 4.7 Hasil Uji IMViC dan TSIA pada Salmonella Sp 54
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
NA : Nutrient Agar
NB : Nutrient Broth
MR : Methyl Red
VP : Voges Proskauer
SD : Sekolah Dasar
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang dikenal oleh masyarakat
terutama pada anak sekolah. Jajanan ini biasanya dijual di pinggir jalan, lingkungan
sekolah, swalayan, dan lain-lain. Anak sekolah cenderung untuk mengonsumsi
makanan yang dijual dilingkungan sekolah maupun kantin, sehingga kebersihan dan
kehigienisan sangatlah ditentukan oleh pedagang. Dalam Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) “Makanan yang berada di wilayah Indonesia, baik dari
hasil produksi sendiri maupun impor kemudian diedarkan harus sesuai dengan
ketentuan keamanan makanan untuk mencegah gangguan kesehatan akibat cemaran
bahan kimia maupun biologis”. Tetapi pada kenyataan di lapangan para pedagang
kurang memperhatikan keamanan maupun kebersihan dari makanan yang dijualnya.1,
2, 3, 4
1
2
Menurut laporan BPOM pada tahun 2015 dari 33 provinsi di Indonesia, provinsi
Jawa Barat menduduki angka tertinggi pada kasus Kejadian Luar Biasa (KLB)
keracunan pangan sebanyak 12 korban, pada provinsi Banten kasus KLB keracunan
pangan sebanyak 3 korban dari 98 orang yang sakit sedangan untuk jenis pangan
yang menyebabkan KLB keracunan pangan adalah masakan rumah tangga (40,98%),
pangan jajanan (22,95%), pangan jasa boga (21,31%), pangan olahan (14,75%)
danberdasarkan tempat atau lokasi terjadinya KLB keracunan pangan pada tahun
2015 tertinggi terjadi pada tempat tinggal (32,79%), kemudian disusul lembaga
pendidikan (27,87%), kantor/pabrik (13,11%), tempat terbuka (11,48%),
asrama/pesantren (6,56%), dan hotel, masjid, panti asuhan, restoran, gedung
pertemuan sebanyak 1,64%.2,3
Data surveilans KLB keracunan pangan di kabupaten Tangerang pada tahun 2004
menunjukkan 7 kali kejadian luar biasa keracunan makanan dengan jumlah korban
mencapai 944 orang, pada tahun 2005 terjadi 2 kali kejadian keracunan makanan
dengan korban sebanyak 104 orang. Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang
melakukan pemeriksaan pada 159 sampel makanan yang diambil dari makanan
jajanan sekolah di kabupaten Tangerang dan didapatkan hasil sekitar 37,1%
mengandung bakteriologik Coliform atau Escherichia coli.3, 8, 9, 10
Bakteri yang menyebabkan diare atau foodborne diease masuk melalui berbagai
cara yaitu oral, lingkungan yang tercemar, makanan dan lain-lain sehingga kondisi
seperti ini sangatlah tergantung dengan pedagang, bagaimana pedagang tersebut
tetap mempertahankan kehigienisan makanan yang dijualnya agar tidak
terkontaminasi. Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentang pedoman persyaratan higienis sanitasi makanan jajanan yang terdapat
beberapa aspek yang diatur dalam penanganan makanan jajanan yaitu penjamah
3
makanan, peralatan air, bahan makanan, bahan tambahan makanan, penyajian dan
sarana penjaja. Beberapa aspek yang telah diatur oleh Menteri Kesehatan RI sangat
mempengaruhi kualitas makanan jajanan tetapi pada kenyataannya pedagang di
Indonesia kurang memahami prosedur kebersihan seperti contoh membiarkan
makanan terbuka ketika tidak ada pembeli, proses pencucian peralatan makan yang
terkadang tidak menggunakan sabun, membiarkan sampah terbuka dan letaknya
berdekatan dengan tempat penyajian, dan lain-lain sehingga dengan kondisi tersebut
sangatlah mudah makanan untuk terkontaminasi.4, 11, 12
Salah satu jajanan yang dijual di SD Negeri adalah siomay. Di China, siomay
merupakan salah satu jenis dimsum dengan nama shaomai yang terdiri dari daging
olahan baik dari daging ayam, daging, ikan tengiri, udang, cumi, dan lain-lain . Tetapi
di Indonesia, siomay dikenal sebagai makanan khas daerah Bandung yang terbuat
dari tepung terigu, tepung sagu, daging ikan sebagai bahan pokok serta bumbu yang
kemudian dimasak dengan pengukusan dan disajikan dengan variasi yang berbeda-
beda. Siomay termasuk salah satu makanan yang digemari masyarakat baik dari
kalangan anak-anak hingga dewasa, siomay ketika dihidangkan terlebih dahulu
diambil dari pemanas, asumsi masyarakat ketika makan yang dihidangkan dengan
hangat tidak tercemar bakteri tetapi setiap bakteri mempunyai suhu yang berbeda
untuk pertumbuhannya.8, 10
Bagi peneliti
Pada buku sanitasi makanan dan minuman pada institusi tenaga kerja.
Berdasarkan stabilisasinya makanan dibagi menjadi 3 jenis yaitu:14, 15
1. Non perishable (stable food)
Merupakan makanan yang stabil, tidak mudah rusak, kecuali jika
diperlukan secara tidak baik. Seperti gula, mie, tepung.
2. Semi perishable food
Merupakan makanan yang semi stabil dan agak mudah membusuk
atau rusak. Makanan ini tahan terhadap pembusukan dalam relatif
agak lama, seperti roti kering dan makanan beku yang disimpan pada
suhu 00C.
6
7
3. Perishable food
Merupakan makanan yang tidak stabil dan mudah membusuk seperti
ikan, susu, daging, telur, siomay, buah dan sayur.15, 17, 19
Kualitas makanan merupakan hal yang penting harus diperhatikan agar dapat
dikonsumsi dengan baik dan tidak menyebabkan efek buruk terhadap tubuh manusia.
Banyak faktor yang menyebabkan efek buruk terhadap tubuh manusia seperti contoh
makanan yang terkontaminasi dengan zat-zat maupun mikroorganisme yang dapat
mengganggu kesehatan. Dengan begitu harus memahami kriteria makanan yang baik
yang dapat dikonsumsi. Berikut persyaratan makanan yang sehat dan dapat
dikonsumsi:
1. Sesuai dengan susunan makanan yang diinginkan, benar pada
tahap-tahap pembuatannya dan layak untuk dimakan.
2. Bebas dari pencemaran jasad renik atau mikrorganisme yang
menyebabkan penyakit bagi konsumen.
3. Bebas dari unsur kimia yang merusak atau bebas dari suatu
keadaan yang mudah dirusak oleh unsur kimia tertentu, maupun
akibat dari kerusakan yang disebabkan oleh tekanan, pembekuan,
pemanasan, pengeringan, dan sejenisnya.
4. Pangan yang memiliki sanitasi higien baik dan kandungan gizinya
yang baik.
Apabila makanan tidak memenuhi persyaratan di atas, makanan dapat dikatakan
rusak dan tidak layak konsumsi karena jika dikonsumsi dapat menimbulkan penyakit
pada tubuh manusia.15, 16, 19
Keamanan pangan merupakan karakteristik yang sangat penting dalam
kehidupan baik bagi produsen maupun konsumen, keamanan pangan merupakan hal
yang terus berkembang sesuai dengan tuntutan dan persyaratan konsumen serta
dengan tingkat kehidupan dan kesejahteraan manusia sesuai Peraturan BPOM pasal 2
Bab II tahun 2011, “Makanan yang berada di wilayah Indonesia baik dari hasil
produksi sendiri maupun impor kemudian diedarkan harus sesuai dengan ketentuan
8
Bahan makanan yang diolah menjadi makanan jajanan dapat menjadi sumber
makanan oleh mikroorganisme, mikroorganisme tersebut meliputi bakteri, fungi,
protozoa, dan virus. Mikroorganisme dapat ditemukan di makanan yang kita
konsumsi karena merupakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme
yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan mikroorganisme
tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, faktor
pertumbuhan mikroorganisme dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi semua faktor dalam makanan yaitu faktor
kimiawi (komposisi), fisik, dan biologis. Faktor ekstrinsik meliputi semua faktor luar
makanan yaitu faktor lingkungan meliputi temperatur, kelembaban, dan
mikroorganisme kontaminan.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat tumbuh dengan cepat pada suhu tubuh
350-370C meskipun dapat tumbuh pada suhu 200C pada umumnya suhu pertumbuhan
minimum pada suhu 80C dengan begitu jika makanan disimpan dibawah 100C maka
bakteri akan tumbuh sangat lambat atau tidak tumbuh sama sekali. Kontaminasi
bahan pangan dapat terjadi sejak proses produksi, transportasi, penanganan,
9
pengolahan, dan pengemasan dari semua aspek tersebut harus diperhatikan agar
makanan yang kita konsumsi bebas dari pertumbuhan mikroorganisme karena adanya
mikroorganisme pada makanan dapat menyebabkan perubahan dan perubahan
tersebut dapat merugikan sehingga dapat berdampak bagi kesehatan.24,25,26
Kelainan yang timbul akibat makanan yang tercemar dari mikroorganisme
disebut foodborne disease, selain akibat dari pencemaran mikroba foodborne disease
dapat disebabkan oleh zat kimia beracun atau zat berbahaya lain yang terdapat dalam
makanan. Departemen Kesehatan RI menggolongkan penyebab foodborne disease
menjadi 5 kelompok besar yaitu virus, bakteri, amoeba/protozoa, cacing/parasit, dan
bukan kuman melainkan seperti jamur, bahan pewarna, dan bahan pengawet.
Penyakit yang ditularkan melalui makanan dapat bersifat toksik maupun infeksius
karena dari agen penyakit yang masuk kedalam tubuh melalui konsumsi makanan
yang terkontaminasi.18, 19, 20, 21
Gejala pada foodborne disease meliputi gejala gangguan pencernaan yaitu
sakit perut, diare (BAB lebih dari tiga kali dalam sehari dengan konsistensi berair
atau encer), dan dapat disertai mual, muntah, demam, kejang, dan lain-lain. Pada
foodborne disease yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai intoksikasi pangan
dan infeksi pangan. Infeksi pangan adalah masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui
makanan yang terkontaminasi, pada infeksi pangan tedapat dua kelompok terdiri dari:
1. Infeksi pada makanan yang tidak menunjang pertumbuhan bakteri, yaitu
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit tuberkulosis (Mycobacterium
tuberculosis), brucellosis (Brucela melitensis), difteri (Corynebacterium
diphteriae), dan sebagainya
2. Infeksi pada makanan yang menunjang pertumbuhan bakteri sehingga mencapai
jumlah yang dapat menginfeksi tubuh, bakteri yang termasuk kelompok ini
adalah Salmonella sp, Escherichia coli enteropatogenik, Listeria monocytogens,
dan Campylobacter jejuni.21, 22
Sedangkan intoksikasi pangan adanya toksin yang terbentuk di dalam makanan dan
tubuh memberikan reaksi terhadap toksin yang terbentuk. Pada intoksikasi pangan
akibat bakteri dibagi menjadi dua yaitu:
10
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang memilik 150
tipe antigen O, 50 tipe antigen H, dan 90 tipe antigen K beberapa antigen O dapat
dibawa oleh mikroorganisme sehingga sama seperti yang dimiliki Shigella.
Terkadang penyakit spesifik berhubungan dengan antigen O, yang dapat ditemukan
pada penyakit infeksi saluran kemih dan diare.28, 29, 30
Menurut Jawetz (2007) bakteri Escherichia coli memiliki taksonomi sebagai berikut
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Gacilicutes
Kelas : Scotobacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Euteroactericea
Genus : Escherichia
Spesies : Escherchia coli
coli lebih optimal pada suhu antara 350C-370C, pH optimum 7-7,5. Selain itu, bakteri
Escherichia coli dapat hidup ditempat lembab, relatif sensitif terhadap panas, dan
akan mati dengan pasteurisasi atau proses pemasakan makanan dengan suhu yang
relatif tinggi.20, 25, 26
Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh di beberapa media seperti Endo agar,
MacConkay agar, dan Eosin Methylen Blue (EMB), bakteri ini mempunyai strain
yang bersifat mikroaerofilik yaitu sangat membutuhkan oksigen untuk hidup tetapi
dengan tanpa oksigen Escherichia coli masih dapat hidup. Selain memiliki strain
yang bersifat aerofilik juga memiliki strain yang bersifat hemolisis sehingga pada
agar darah akan terlihat hemolisis β (hemolisis total). Pada media koloni yang terlihat
berwarna kilap logam, seperti terlihat pada gambar.22, 28, 29
Gambar 2.4 Escherichia coli pada media EMB (Eosin Methylen Blue)
Sumber: Juwita, Usna, Jose, Christine, 2014
Selain tumbuh di media agar darah, endo agar, dan EMB Escherichia coli juga
tumbuh pada media SIM (Sulfide Indol Motility) sehingga dapat diketahui bersifat
motil dan menghasilkan indol. Bakteri Escherichia coli secara khas memberi hasil
positif pada tes indol, lisin, methyl red, dan peragian mannitol serta membentuk gas
dari glukosa.28, 29, 44
15
Kingdom : Bacteria
Divisi : Proteobacteria
Kelas : Gamma proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriales
Genus : Salmonella
Spesies : Samonella thypi, Salmonella paratyphi, Salmonella
choleraesuis, Salmonella enteriditis
menelan pangan yang terdapat bakteri Salmonella sp. Bakteri Salmonella sp biasanya
mencemari makanan seperti telur, ikan, dan daging ayam. Bakteri ini dapat tumbuh
pada pH 7,2 dan pada suhu optimum 35-430C tetapi akan berhenti pertumbuhannya
pada suhu <6,70C atau >46,60C oleh karena itu ketika proses pengolahan makanan
jajanan yang terbuat dari bahan daging ayam, ikan, dan telur harus diperhatikan baik
proses pemanasan maupun kebersihan sehingga tidak terkontaminasi.5, 28, 33, 35, 40
1. Salmonella typhoid
Dapat menyebabkan demam tifoid atau demam enterik akibat Salmonella
typhi, Salmonella paratyphi A,B, dan C.
2. Salmonella non-typhoid
Dapat menyebabkan gastroenteritis akibat Salmonella choleraesuis,
Salmonella enteritidis, Salmonella typhimurium, dan lain-lain.28, 34, 38
Berikut penyakit utama yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp, yaitu:
akan dihitung secara keseluruhan baik yang mati ataupun hidup dengan alat
haemocytometer sedangkan dengan cara tidak langsung dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti hitung cawan (plate count), filtrasi atau penyaringan,
pengukuran aktivitas metabolisme, pengukuran berat kering sel, dan pengukuran
konsumsi nutrien.18, 47
Konsentrasi pengenceran
Contoh sampel 1:
Jumlah koloni= 85
24
10-4
Setelah diketahui koloni per ml pada setiap pengenceran maka jumlah kuman pada
satu sampel dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.18, 35
perubahan warna dan pembentukan gas dalam tabung dengan begitu dapat
mengetahui senyawa apa yang difermentasikan dan dapat menjadi acuan dalam
identifikasi bakteri, berdasarkan hasil fermentasi karbohidrat bakteri dapat
dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu:
40% KOH
Alkohol absolute
Hasil positf jika terjadi perubahan pada media menjadi warna merah yang
menandakan keadaan asam dan negatif jika berubah menjadi warna kuning yag
menandakan keadaan basa.
27
Citrat permease
Citrase
Uji TSIA merupakan uji yang digunakan untuk membedakan antara kelompok
Enterobactericeae dengan kelompok lainnya. Pada medium TSIA mengandung tiga
macam gula-gula yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa. Perubahan yang diamati setelah
inkubasi adalah warna medium, terbentuknya gas dan H2S. H2S diproduksi oleh
beberapa jenis mikroorganisme melalui pemecahan asam amino yang mengandung
unsur belerang seperti lisin dam metionin, H2S juga dapat diproduksi oleh senyawa
belerang anorganik seperti tiosulfat, sulfit, dan sulfat seperti yang terkandung dalam
29
media TSIA, H2S akan bereaksi dengan senyawa-senyawa yang terdapat pada media
sehingga dikatakan positif H2S jika terbentuk logam sulfit.29, 35
1. No fermentation (-/-)
Bakteri tidak dapat memfermentasi glukosa, laktosa, dan sukrosa sehingga
pada uji TSIA akan menghasilkan warna merah (-) pada lereng dan merah
(-) pada dasar agar.
2. Glucose fermentation only (-/+)
Bakteri dapat memfermentasi glukosa tetapi tidak memfermentasi laktosa
dan/atau sukrosa sehingga pada uji TSIA akan menghasilkan warna merah
(-) pada lempeng dan kuning (+) pada dasar agar.
3. Lactose (or sucrose or both) fermentation (+/+)
Bakteri dapat memfermentasi semua gula-gula baik glukosa, laktosa, dan
sukrosa sehingga pada uji TSIA akan menghasilkan warna kuning (+)
pada lempeng dan kuning (+) pada dasar agar.
4. H2S production (+/+ H2S atau -/+ H2S)
Bakteri dapat memproduksi H2S (hidrogen sulfida) sehingga pada uji
TSIA akan menghasilkan warna hitam pada media.
Jajanan Siomay
Tempat
Higienitas buruk
pertumbuhan
mikroorganisme
Pertumbuhan dan
perkembangan bakteri
Bakteri
Peningkatan cairan
Diare
31
Sampel siomay
Pengenceran
Penghitungan koloni
bakteri
Pewarnaan Uji
Gram Biokimia
Jumlah koloni
bakteri
Perubahan pada
Bakteri Escherichia coli
masing-masing
dan Salmonella sp
media yang diuji
teridentifikasi
32
Variabel penelitian ini adalah siomay (variabel bebas), bakteri Eschericia coli
dan Salmonella sp (variabel terikat).
33
34
B. Sterilisasi kering
Bahan dan alat yang di sterilisasi dalam oven seperti cawan petri, spatula dan
pinset. Sebelum dimasukan ke dalam oven telah dibungkus dengan kertas. Kemudian
masukkan kedalam oven ±1 jam hingga mencapai suhu 150˚C.
bakteri yang dihasilkan) dan kontrol negatif. Setelah diambil 0,1 ml diletakkan pada 2
cawan petri dan diberikan label sesuai dengan pengenceran, contoh: 1-1, 1-2 sampai
dengan 5-1, 5-2. Pada kontrol negatif, teteskan 0,1 ml NB tanpa dicampur dengan
sampel lalu diletakkan pada satu cawan petri saja dan diberi label “kontrol”. Siapkan
batang L dan rendam dalam larutan alkohol. Setiap akan digunakan batang L ini di
dikeluarkan dari larutan alkohol, kemudian dilewati diatas api 1-2 kali, diamkan
sebentar hingga sudah tidak panas. Goreskan batang L diatas media agar untuk
meratakan larutan sampel dengan menggunakan metode sebar (spread plate), lalu
inkubasi selama 24 jam setelah itu hitung jumlah koloni yang tumbuh pada media
NA.
3.6.2.3. Pembuatan Media Eosin Methylen Blue Agar (EMB) dan Penanaman
Sampel
Media EMBA ditimbang sebanyak 1,5 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas
beker yang telah berisi 40 mL akuades, kemudian panaskan pada hotplate selama ±
15 menit 150˚C. Setelah itu masukkan ke dalam tabung erlenmeyer 250 ml, dan tutup
dengan kapas. Kemudian sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam, kemudian tuang
media kedalam cawan petri (± 20ml) dan dinginkan, bila telah mengeras masukkan
kedalam kulkas bersuhu 3˚C.
Setelah koloni tumbuh pada media EMB dan SSA, ambil koloni
kuman dengan menggunakan ose bulat, lalu masukkan koloni pada uji gula-
gula dan dikocok agar bakteri menyebar, dan lakukan juga pada koloni yang
berbeda. Kemudian inkubasi selama 24 jam dengan suhu 350C, keesokan
harinya dilakukan pengamatan dengan melihat warna media uji. Hasil positif
(+) jika warna media berubah menjadi warna kuning yang menandakan
keadaan asam dengan atau tanpa pembentukan gas pada tabung durham.
Ambil koloni yang tumbuh pada media EMB dan SSA dengan
menggunakan ose jarum, lalu tusuk lurus pada media uji SIM selanjutnya di
inkubasi selama 24 jam pada suhu 350C. Keesokan harinya amati perubahan
39
dengan memberikan 1 tetes larutan reagen erlich atau kovach pada tabung,
hasil positif (+) pada indol ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah
pada media sedangkan motility dilihat berdasarkan adanya kekeruhan di
sekitar tusukan yang berarti hasil uji motilitas positif (+).
Ambil koloni pada media EMB dan SSA dengan menggunakan ose
bulat, lalu masukkan ke dalam tabung uji MR dan VP, kemudian campurkan
dengan mengocok, selanjutya di inkubasi selama 24 jam pada suhu 350C.
Keesokan harinya amati perubahan yang terjadi setelah memberikan 1 tetes
reagen methyl red pada tabung MR dan 1 ml tetes reagen KOH pada tabung
VP. Hasil positif (+) pada media MR dan VP berubah menjadi warna merah
yang menunjukkan keadaan asam.
Ambil Koloni kuman pada media EMB dan SSA dengan ose jarum,
lalu oleskan ose tersebut pada bagian lempeng media sitrat, kemudian
inkubasi selama 24 jam pada suhu 350C. Keesokan harinya amati perubahan
40
pada warna media, hasil positif (+) dengan adanya perubahan warna media
menjadi biru yang menandakan adanya peningkatan pH.
Ambil koloni kuman dari media EMB dan SSA dengan menggunakan
ose jarum, lalu masukkan koloni dengan cara tusuk lurus (stab) dan diratakan
pada bagian lempengnya, kemudian di inkubasi selama 24 jam pada suhu
350C. Keesokan harinya amati perubahan pada warna media, hasil (+) dengan
adanya perubahan pada media menjadi kuning yang menandakan kondisi
asam dan negatif (-) tetap berwarna merah yang menandakan kondisi basa,
dan warna hitam menandakan dterbentuknya gas H2S.
41
Sampel siomay
yang dihaluskan
Pengenceran dengan
media NB 90 ml
Inkubasi selama 24
jam, suhu 37˚C
Pada gambar 4.1 terlihat koloni bakteri yang berbentuk bulat, tidak beraturan dengan
warna putih atau transparan pada media NA, media NA merupakan media universal
sehingga bakteri yang dapat tumbuh adalah Gram positif maupun negatif. Oleh
karena itu bakteri yang tumbuh pada media NA dilakukan perhitungan untuk
mengetahui jumlah koloni yang tumbuh dan tidak untuk menentukan jenis bakteri.
Pada penelitian ini setiap sampel siomay dilakukan 2 kali pengambilan dan
setiap konsentrasi dilakukan 2 kali penanaman (duplo), koloni yang tumbuh pada
setiap pengambilan dan pengenceran dilakukan perhitungan rata-rata pada setiap
sampel sehingga diperoleh hasil pertumbuhan bakteri pada tabel 4.1
43
44
Tabel 4.1 Jumlah Koloni pada Setiap Konsentrasi pada Setiap Sampel
Sampel
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
Konsentrasi
10-1 ~ 116 136 ~ ~
10-2 ~ 40 56 132 243
10-3 145 4 32 41 144
10-4 28 0 3 7 67
10-5 0 0 1 1 12
Kontrol 0 0 0 0 0
Keterangan:
Kontrol: Media NB yang tidak dicampur dengan sampel
~ : Tidak bisa untuk dihitung
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan jumlah koloni pada setiap sampel siomay
dan untuk mengetahui jumlah bakteri pada setiap sampel maka dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus perhitungan koloni sehingga diperoleh hasil jumlah
bakteri pada setiap sampel siomay yang dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.2 Jumlah Koloni pada Setiap Sampel dengan Menggunakan Metode TPC
Sampel Rata-rata jumlah koloni (CFU/gram) Keterangan
Sampel 1 1,5 x 105 Melebihi ambang batas
Sampel 2 2,6 x 103 Tidak melebihi ambang batas
Sampel 3 1,3 x 104 Tidak melebihi ambang batas
Sampel 4 2,7 x 104 Tidak melebihi ambang batas
Sampel 5 2,8 x 105 Melebihi ambang batas
Keterangan:
Sampel 1: SDN Cirendeu 01
Sampel 2: SDN Pisangan 03
Sampel 3: SDN Cempaka putih 03
Sampel 4: SDN Pisangan 01
Sampel 5: SDN Cirendeu 03
penelitian ini terdapat 2 dari 5 sampel dapat dinyatakan tidak layak dikonsumsi
karena jumlah bakteri yang telah melebihi ambang batas.2
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Yersi Tangahu (2014) melakukan
penelitian pada 3 sampel siomay di Kota Gorontalo, hasil yang diperoleh bahwa 3
sampel tersebut telah tercemar oleh bakteri tetapi masih layak konsumsi karena
jumlah koloni tidak melebihi ambang batas dengan total tiap sampel adalah sampel A
3 x 103CFU/gr, sampel B 1,7 x 102 CFU/gr, dan sampel C 4 x 103CFU/gr, dengan
hasil tersebut bahwa ke-3 sampel siomay masih layak dikonsumsi.23, 25
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Apriliana (2007) yang
meneliti 9 sampel produk jajanan kali lima di SD Kecamatan Wonosari diperoleh
hasil bahwa dari 9 sampel yang diteliti yang paling berpotensi menyebabkan
keracunan adalah sampel siomay dengan total bakteri pada kisaran 1,1 x 106 - 1,3 x
108 CFU/gram. Dengan kondisi seperti ini dapat dinyatakan bahwa siomay tidak
layak untuk dikonsumsi karena jumlah bakteri telah melebihi ambang batas.57
Penelitian juga dilakukan oleh Sean Gerry (2011) dengan sampel batagor,
siomay, burger, pisang goreng, dan tempura, penelitian ini menggunakan metode
TPC. Hasil dari penelitian diperoleh siomay merupakan kontaminasi tertinggi dari
semua sampel yang dilakukan sebesar 7,9 x 105 CFU/gram sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel siomay telah melebihi ambang batas artinya siomay tidak
layak dikonsumsi.54
Menurut Sari (2012) pada setiap penelitian didapatkan jumlah koloni dengan
hasil yang bervariasi baik jumlah koloni yang sedikit hingga melebihi ambang batas,
kondisi seperti ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, bahan makanan, dan
penjamah makanan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tinggi rendahnya
pencemaran pada makanan jajanan yaitu :
45
46
Dari faktor tersebut dapat menjadi salah satu penyebab tidak higienisnya makanan
siomay untuk dimakan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor
higienitas dan lingkungan pada penjual siomay di Sekolah Dasar Negeri di kelurahan
Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka putih.2, 3, 22
4.1.2. Identifikasi Bakteri pada Sampel Jajanan Siomay dengan Media (EMB
dan SSA) dan Pewarnaan Gram
Hasil isolasi dari sampel siomay pada media EMB dan SSA yang di inkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam maka diperoleh koloni sebagai berikut:
Gambar 4.2 Hasil Kultur Bakteri dari Sampel Siomay yang pada Media SSA
dan EMB Agar
Pada setiap sampel koloni yang tumbuh pada media tersebut menghasilkan susunan
koloni dan ukuran yang berbeda-beda, berikut tabel berapa yang menjelaskan koloni
pada setiap sampel:
46
47
Tabel 4.3 Identifikasi Bakteri Berdasarkan Warna Koloni yang Dihasilkan pada
Setiap Sampel
Sampel Media EMB Media SSA
1 Ungu, hijau kilap logam Pink
2 - -
3 Ungu, hijau kilap logam Pink, Putih bertitik hitam
4 Ungu, pink, hijau kilap logam Pink, putih
5 Hijau kilap logam, ungu Pink, putih bertitik hitam
Pada media EMB dapat digunakan untuk isolasi dan differensiasi bakteri
enterik atau Coliform. Menurut Brooks dalam Mikrobiologi kedokteran (2012)
bakteri yang diinokulasi pada media EMB menghasilkan koloni ungu kehitaman
dengan kilap hijau logam merupakan bakteri Escherichia coli¸ sedangkan koloni
berwarna pink merupakan bakteri Klebsiella sp dan Enterobacter aerogenes.61
Menurut Brooks (2012) menyatakan bahwa media EMB mengandung laktosa
sehingga dapat membedakan golongan bakteri dengan kemampuan dalam
memfermentasi laktosa, bakteri yang dapat memfermentasi laktosa salah satunya
adalah Escherichia coli, bakteri ini merupakan bakteri yang dapat memfermentasi
laktosa dengan cepat dan memproduksi banyak asam sehingga dapat menghasilkan
warna koloni hijau kilap logam. Selain Escherichia coli, bakteri Enterobacter
aerogenes dan Klebsiella sp juga dapat memfermentasi laktosa tetapi tidak secepat
Escherichia coli karena pada bakteri Enterobacter aerogenes dan Klebsiella sp
memiliki sifat produksi asam lemah sehingga koloni yang terbentuk berwarna pink
sesuai dengan sifat asam yang dibentuk.28, 61
Hasil isolasi pada media EMB diperoleh hasil bahwa terdapat 4 dari 5 sampel
siomay mengandung Escherichia coli dengan koloni hijau kilap logam sebesar 80%,
akan tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sakila dan Mointi (2013)
melakukan penelitian terhadap 9 sampel bakso tusuk dengan menggunakan metode
MPN dan diperoleh hasil bahwa hanya 1 dari 9 sampel sebesar 11% yang
teridentifikasi Escherichia coli artinya hanya sedikit terjadinya cemaran oleh
Escherichia coli.55
Berdasarkan laporan BPOM tahun 2011 yang melakukan sampling dan
pengujian laboratorium terhadap PJAS yang diambil dari 866 sekolah diperoleh hasil
47
48
cemaran makanan PJAS yang tercemar oleh bakteri Escherichia coli sebanyak 149
sampel sebesar 3,10%. Penelitian juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten
Tangerang melakukan pemeriksaan pada 159 sampel makanan yang diambil dari
makanan jajanan sekolah di kabupaten Tangerang didapatkan hasil sekitar 37,1%
telah tercemar bakteri Escherichia coli. Penelitian juga dilakukan oleh Erna Sofiana
(2012) bahwa dari 18 kantin di Sekolah Dasar kecamatan Tapos Depok diperoleh
hasil bahwa makanan jajanan sebagian besar masih terkontaminasi Escherichia coli
sebesar 38,9%.20, 58
Menurut Tankeshiwar Acharya (2013) bakteri yang diinokulasi pada media
SSA berwarna putih transparan yang menunjukan bakteri Shigella sp dan putih
bertitik hitam merupakan bakteri Salmonella sp. Warna koloni putih transparan pada
media SSA disebabkan bakteri yang tumbuh pada media tersebut tidak mampu
memfermentasi laktosa, bakteri Salmonella sp dapat memecah asam amino yang
mengandung sulfur maka terbentuklah endapan garam FeS yang berwarna hitam
sehingga didapatkan warna hitam pada bagian tengah koloni. Oleh karena itu media
SSA merupakan media differensial antara Samonella sp dan Shigella sp.29, 38,
Hasil isolasi pada media SSA didapatkan hasil bahwa setiap sampel makanan
siomay terdapat bakteri Salmonella sp berjumlah 2 dari 5 sampel dengan koloni putih
dengan titik hitam sebesar 40%. Penelitian lain dilakukan oleh Mega Mirawati dkk
(2014) dengan 28 sampel jajanan di kantin Sekolah Dasar ditemukan 10 sampel telah
terkontaminasi oleh Salmonella sp sebesar 35,7%. Penelitian yang sama dilakukan
oleh BPOM tahun 2011 melakukan sampling terhadap pangan jajanan anak sekolah
(PJAS) dari 866 sekolah diperoleh hasil 13 sampel telah terkontaminasi oleh bakteri
Salmonella sp sebesar 0,27%.53
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunarti dan Lalu Srigede
(2015) melakukan penelitian terhadap 5 sampel jajanan cilok dan didapatkan hasil
penelitian bahwa ke-5 sampel tersebut tidak ditemukannya bakteri Salmonella sp
pada jajanan cilok artinya bahwa sampel jajanan cilok tidak terkontaminasi oleh
bakteri Salomonella sp.56
48
49
49
50
Laktosa +g +g +
Maltosa +g +g +g
Mannitol +g + +g
Sukrosa +g +g +g
Indol - - -
Motilitas + + +
MR + + +
VP - - -
Sitrat + + +
TSIA +/+ gas -/+ -/+ gas
Berdasarkan tabel 4.4 ternyata hasil fermentasi karbohidrat dari semua jenis
koloni menunjukkan hasil mampu memfermentasi seluruh karbohidrat (glukosa,
laktosa, maltosa, mannitol, dan sukrosa) dengan atau tanpa pembentukan gas.
Menurut Mahon C, dkk (2015) apabila bakteri mampu memfermentasi dapat dilihat
dengan adanya perubahan warna ungu menjadi kuning pada media dikarenakan
adanya indikator Phenol red yang bereaksi dengan keadaan asam, asam yang
terbentuk akan diubah menjadi H2 dan CO2 sehingga menghasilkan gas, gas tersebut
dapat dilihat pada tabung durham. Pada penelitian ini bakteri Escherichia coli
ditunjukkan dengan warna koloni hijau kilap logam yang dapat memfermentasi
semua karbohidrat dan disertai gas pada tabung durham.
50
51
Berdasarkan hasil penelitian ini (tabel 4.4) bakteri yang diisolasi pada media
EMB menghasilkan koloni yang berwarna hijau kilap logam mengahasilkan uji TSIA
+/+g, hal ini sesuai dengan hasil uji fermentasi karena bakteri mampu memfermentasi
seluruh karbohidrat. Sedangkan koloni yang berwarna pink dan ungu diperoleh hasil
uji TSIA -/+ dan -/+g, seharusnya hasil uji TSIA +/+ karena bakteri tersebut mampu
memfermentasi seluruh karbohidrat. Menurut Mahon C, dkk (2015) menyatakan
bahwa bakteri yang menghasilkan koloni berwarna hijau kilap logam dan hasil uji
TSIA +/+g, hasil ini sesuai dengan sifat biokimia bakteri Escherichia coli sedangkan
koloni berwarna pink dan ungu tidak sesuai dengan sifat biokimia bakteri Escherichia
coli.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4, sebagian besar bakteri
menunjukan hasil IMViC (-, +, -,+). Menurut Mahon dkk (2015) pada bakteri
Escherichia coli sebagian besar didapatkan hasil indol positif, tetapi pada penelitian
ini diperoleh hasil indolnya negatif hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pemberian reagen erlich seharusnya 5 sampai 10 tetes dan di inkubasi selama 48 jam
tetapi pada penelitian ini hanya diberikan 2 tetes dengan lama inkubasi 24 jam.
51
52
Gambar 4.5 Hasil Tes IMViC dan TSIA pada Escherichia coli
52
53
Glukosa +g +g +g
Laktosa +g - -
Maltosa + +g +g
Mannitol + +g -
Sukrosa +g +g +
Indol - - -
Motilitas + + +
MR + + +
VP - - -
Sitrat + + -
TSIA +/+ -/+ gas -/+
Berdasarkan tabel 4.5, hasil fermentasi karbohidrat pada bakteri dengan warna
koloni pink diperoleh bahwa bakteri tersebut mampu memfermentasi laktosa,
sedangkan pada koloni yang berwarna putih bertitik hitam tidak dapat memfermentasi
laktosa dan sukrosa, hal tersebut sesuai dengan karakteristik bakteri Salmonella sp.
Menurut Mahon C, dkk (2015) pada bakteri yang tidak mampu memfermentasi
karbohidrat ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan pada media yaitu tetap
berwarna ungu dikarenakan indikator phenol red tidak bereaksi dengan keadaan asam
tetapi pada bakteri yang dapat fermentasi karbohidrat menunjukan keadaan asam,
asam yang terbentuk akan dipecah menjadi H2 dan CO2 sehingga akan terbentuknya
gas yang dapat dilihat dari tabung durham.
53
54
Menurut Mahon C, dkk (2015) menyatakan bahwa bakteri yang tidak dapat
memfermentasi laktosa merupakan salah satu ciri bakteri Salmonella sp, sehingga
hasil uji TSIA adalah -/+ , hal ini sesuai dengan karakteristik bakteri Salmonella sp.
Pembentukan gas dan H2S pada Salmonella sp tidak selalu terbentuk karena hal ini
bergantung dengan waktu isolasi bakteri pada media TSIA dan spesies Salmonella sp
sehingga adanya kemungkinan pada penilitian ini gas dan H2S belum terbentuk.
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji IMViC pada koloni berwarna putih bertitik
hitam didapatkan hasil (-, +, -, -), menurut Mahon C, dkk (2015) hal ini sesuai dengan
karakteristik dan sifat biokimia bakteri Salmonella sp.
Gambar 4.7 Hasil Uji IMViC dan TSIA pada Salmonella sp.
54
55
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Dian Saraswati (2012) menggunakan
sampel telur bebek, hasil penelitian menunjukan adanya bakteri pada sampel telur
bebek yang diperdagangkan di Pasar Liluwo kota Gorontalo dengan hasil uji
biokimia pada uji gula-gula yaitu glukosa positif, sukrosa negatif, dan laktosa negatif.
Dengan hasil uji TSIA +/+, jika melihat kemampuan bakteri tersebut tidak mampu
memfermentasi laktosa dan sukrosa seharusnya diperoleh hasil uji TSIA -/+, dan hasil
uji MR didapatkan hasil positif, uji VP negatif, uji Sitrat negatif, pada penelitian ini
tidak dilakukan uji indol dan motilitas.
Penelitian juga dilakukan oleh Erdiansyah, Dina, Falsal (2014) yang
menggunakan feses orang utan Sumatera (Pongo abeii) untuk mengidentifikasi genus
Salmonella dan Shigella, hasil uji biokimia bakteri Salmonella sp didapatkan hasil uji
gula-gula yaitu uji glukosa positif, sukrosa negatif, laktosa negatif, dan uji TSIA tidak
dijelaskan hasil dari perubahan media hanya menjelaskan produksi H2S. Pada uji
IMViC bakteri Salmonella sp diperoleh hasil (-, +, -, -).
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada setiap sampel siomay yang diuji telah terjadi cemaran bakteri baik
melebihi ambang batas maupun tidak melebihi ambang batas.
2. Jumlah koloni 2 dari 5 sampel yang diuji telah melebihi ambang batas yang
telah ditentukan oleh BPOM RI tahun 2012 dengan batas cemaran maksimum
1 x 105.
3. Bakteri Escherichia coli pada 4 sampel siomay, sedangkan bakteri Salmonella
sp terdapat pada 2 sampel siomay (jumlah 5 sampel siomay).
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian, maka disarankan bila akan dilakukan penelitian
selanjutnya:
1. Sebelum dilakukannya penelitian, sebaiknya dilakukan penilaian terhadap
higienitas penjual, kebersihan lingkungan, proses pengolahan, penyimpanan
dan penyajian makanan sehingga dapat diketahui faktor penyebab terbanyak
kontaminasi bakteri pada makanan.
2. Pada penelitian lebih lanjut dilakukan penelitian pengetahuan penjual tentang
higienitas makanan dan pencemarannya sehingga dapat dikaitkan antara
perilaku dan pengetahuan penjual dengan pencemaran pada makanan.
3. Pada penelitian lebih lanjut sebelum melakukan penelitian terhadap sampel
sebaiknya dilakukan pengukuran suhu sehingga dapat diketahui suhu
optimum untuk pertumbuhan bakteri.
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Putra AE. Gambaran kebiasaan jajan siswa di sekolah [skripsi] Semarang:
Universitas Diponegoro; 2009.
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Pedoman Kriteria Cemaran pada
Pangan Siap Saji dan Pangan Industri Rumah Tangga. 2012. [diakses pada 12
April 2016] di http://www.pom.go.id/ppid/2016/kelengkapan/laptah2015.pdf
3. Wibawa Anton. Faktor penentu kontaminasi bakteriologik pada makanan
jajanan di sekolah dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Agustus
2008; 3 (1): 3-8.
4. Puspitasari RL. Kualitas jajanan siswa di sekolah dasar. Jurnal al-azhar
indonesia seri sains dan teknologi. Maret 2013; 2 (1): 52-56.
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Pengujian Mikrobiologi
Pangan. Info POM. Maret 2008; 9 (2): 1-12.
6. Kusumaningsih Anni. Beberapa bakteri patogenik penyebab foodborne
disease pada bahan pangan asal ternak. Wartazoa. Agustus 2010; 20 (3): 103-
111.
7. Nessianti A, Soeyono RD. Pengaruh penambahan puree labu siam (Sechium
edule) terhadap sifat organoleptik siomay ikan tenggiri (Scomberomorus
Commersoni). Jurnal tata boga. 2015; 4 (3): 79-84.
8. Purwandari R, Ardiana A, Wantiyah. Hubungan antara perilaku mencuci
tangan dengan insiden diare pada anak usia sekolah di kabupaten jember.
Jurnal keperawatan. Juli 2013; 4 (2): 122-30.
9. Agtini MD. Buletin jendela data dan informasi situasi diare di Indonesia.
Triwulan I KEMENKES RI, 2009.
10. Pradipta A, Djallalluddin, Meitria. Hubungan perilaku jajan denga kejadian
diare pada anak sekolah dasar di kelurahan cempaka kecamatan cempaka kota
banjarbaru. Berkala kedokteran. April 2013; 9 (1): 81-86.
57
58
21. Surdjana IM. Kejadian luar biasa keracunan makanan. Jurnal Skala Husada.
September 2013; 10 (2): 144-48.
22. Sari M. Uji bakteriologis dan resistensi antibiotik terhadap bakteri Escherihia
coli dan Shigella sp pada makanan gado-gado di kantin UIN Syarif
hidayatullah Jakarta [skripsi] Tangerang Selatan: Universitas Islam Negeri
Jakarta; 2015.
23. Stardar nasional indonesia SNI 7388. Batas maksimum cemaran mikroba
dalam pangan: Kemenkes RI; 2009.
24. Lacthtaria T. Indeks gliemik beberapa variasi sajian siomay [skripsi]
Tangerang Selatan: Universitas Islam Negeri Jakarta; 2013.
25. Yersi Tangahu. Uji kuantitatif cemaran bakteri pada makaan siomay di kota
gorontalo [skripsi] Gorontalo: Universitas Gorontalo; 2014.
26. Safriana. Perilaku memilih jajanan pada siswa sekolah dasar di SD negeri
garot kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar tahun 2012 [skripsi]
Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
27. Nuraida lilis, Hariyadi, purwiyanto. Isu pengelolaan higieni sanitasi makanan
di sekolah. SEAFAST CENTER; 2009.
28. Jawetz E. Medical Mikrobiology 24th ed. USA: Mc Graw hill, 2009. 223-36P
29. Mahon C, Lehman D, Manuselis G. Texbook of diagnostic microbiologi 4th
ed. USA: Saunders Elsevier, 2015. 420-853P
30. Hendrayati, Teksis irena. Perubahan morfologi Escherichia coli akibat
paparan ekstrak etanol biji kakao (Theobroma cacao) secara in vitro [skripsi]
Jember: Universitas Jember; 2012.
31. Juwita, Usna, Jose, Christine. Jumlah bakteri coliform dan deteksi
Escherichia coli pada daging ayam di pekanbaru. JOM FMIPA. Juni 2014; 1
(2): 48-55.
32. Draper, Alizon. Street food in developing countries. London school of
hygiene and tropical medicine. London, 1996.
60
Kulkas penyimpanan
Vortex Laminar air flow
media steril
63
64
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Inkubator Oven
Lampiran 2
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 3
Media EMB
71
Lampiran 4
Sampel
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
Konsentrasi
10-1 ~ 116 x 101 136 x 101 ~ ~
10-2 ~ 40 x 102 56 x 102 132 x 102 243 x 102
-3 3 3
10 145 x 10 4 x 10 32 x 103 41 x 103 144 x 103
10-4 28 x 104 0 3 x 104 7 x 104 67 x 104
-5
10 0 0 1 x 105 1 x 105 12 x 105
Kontrol 0 0 0 0 0
Tabel Jumlah Koloni pada Setiap Sampel
72
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Agama : Islam
Email : zahrohturomadhon@gmail.com
Riwayat pendidikan :