Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk
memenuhi permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai
jenis alat tangkap. Adanya permintaan menyebabkan terjadi siklus ekonomi
dimana akan terjadi keuntungan dan kerugian, sehingga aktivitas penangkapan
akan dilakukan dengan meningkatkan produksi ikan untuk meraih keuntungan
yang sebesar-sebesarnya oleh pelaku usaha penangkapan ikan.
Suatu daerah dapat disebut sebagai daerah penangkapan ikan apabila ada
interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan ikan dengan
teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Keadaan
suhu, salinitas, arus permukaan, upwelling dan front dapat mempengaruhi
kehidupan ikan secara baik secara langsung maupun tidak langsung. Keadaan
iklim dan cuaca juga dapat mempengaruhi kelimpahan ikan. Iklim dan musim
akan mempengaruhi penyebaran ikan, sedangkan cuaca seperti terjadinya topan
dapat mempengaruhi ruaya serta keberadaan ikan pada suatu daerah karena topan
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi. Ikan biasanya akan menghindari hal
demikian karena sedimen laut yang terangkat dapat merusak filament insang ikan-
ikan tersebut (Nomura, 1996)
Rawai (long line) terdiri dari rangkaian tali utama, tali pelampung dimana
pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan
lebih kecil diameternya, dan diujung tali cabang ini diikatkan pancing yang
berumpan. Ada beberapa jenis alat tangkap long line. Ada yang dipasang di dasar
perairan secara tetap pada jangka waktu tertentu dikenal dengan nama rawai tetap
atau bottom long line atau set long line yang biasa digunakan untuk menangkap
ikan-ikan demersal. Ada juga yang hanyut yang biasa disebut dengan Dript long
line, biasanya untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Yang paling terkenal adalah
tuna long line atau disebut juga dengan rawai tuna. Sehubungan dengan jenis alat
tangkap ini, ternyata terdapat sejumlah variasi baik dalam hal ukuran, struktur

1
maupun besar-kecil serta jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapannya.
Dahuri (2001), menyampaikan bahwa potensi tuna dan cakalang di perairan
indonesia adalah 780.040 ton. Oleh karena itu, pentingnya pengoperasian alat
tangkap rawai tuna dibahas dalam tulisan ini.
I.2 Tujuan dan manfaat makalah ini
 Untuk mengetahui suatu proses operasi penangkapan ikan dalam konteks
manajemen sumberdaya alamya
 Untuk mengetahui daerah pangkapan ikan yang efektif dan efisien dalam
suatu manajemen operasi penangkapan ikan
 Untuk mengetahui operasi penangkapan ikan dalam konteks keuangan
atau hargaa serta pemasaran hasil tangkapan.
Manfaat
Agar mahasiswa mampuh mengaplikasikan suatu manajemen operasi
penangkapan ikan dan juga mengetahui kondisi secara langsung dan juga dapat
bertukakar fikiran secara langsung dengan nelayan sekitar sehingga banyak ilmu yang
dapat dipelajari dalam bidang penangkapan ikan.

2
II. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Alat Tangkap Rawai


Tuna Long Line adalah salah satu bagian dari rawai yang didasarkan atas jenis
ikan yang ditangkap, dalam hal ini ialah ikan Tuna. Tuna Long Line atau yang di
sebut dengan Rawai Tuna merupakan jenis rawai yang paling terkenal. Meskipun
dalam kenyataanya bahwa hasil tangkapannya bukan hanya ikan Tuna, tetapi juga
berbagai jenis ikan lain seperti ikan Layaran, ikan Hiu dan lain-lain.
Rawai tuna tergolong rawai hanyut (drift longline) tetapi umumnya hanya disebut
”tuna longline” saja. Dalam perikanan, indrustri pancing ini termasuk penting dan
produktivitasnya tinggi. Satu perangkat rawai tuna bisa terdiri dari ribuan mata
pancing dengan panjang tali mencapai puluhan km (15-75 km).
Rawai tuna (Tuna longline) merupakan alat tangkap dari golongan line fishing
(penangkapan dengan tali pancing), yang terutama ditujukan untuk menangkap ikan
tuna dalam ukuran dan jumlah yang besar, serta mempunyai daerah penyebaran yang
luas (Takayama, 1963). Nomura dan Yamazaki (1977) mengklasifikasikan rawai tuna
ke dalam tiga kelompok yaitu :1) ordinary tuna longline (rawai tuna), albacore
longline (rawai albakora), dan small size tuna longline (rawai tuna kecil). Rawai yang
telah banyak dipakai dan telah berkembang di Indonesia adalah jenis ordinary tuna
longline. Rawai tuna merupakan gabungan dari beberapa bagian yaitu : tali utama
(main line), tali cabang (branch line), kili-kili (swivel), skyama, kawat baja (wire
leader), pancing (hook), tali pelampung (buoy line), dan pelampung (buoy). Satu
rangkaian alat tangkap rawai tuna disebut dengan satu basket.
Berdasarkan jumlah tali cabang per basket, maka rawai tuna dapat dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu : rawi tuna konvensional (conventional tuna longline)
yang memakai tali cabang antara 4 – 6 tali cabang perbasket dan rawai perairan
dalam (Deep layer tuna long line) yang memakai 10 – 15 tali cabang per basket
(Suzuki, et al, 1977).
Alat tangkap rawai tuna merupakan alat tangkap ikan tuna yang paling efektif,
karena alat tangkap ini dapat menjangkau penyebaran secara vertikal sampai dengan

3
kedalaman 300 meter, dan secara horizontal sampai dengan 120 km. Sehingga
pengetahuan tentang penyebaran tuna secara vertikal dan horizontal memegang
penting, hal ini dimaksudkan agar dapat memperkirakan panjang bagian dari alat
tangkap (tali utama, tali cabang, dan tali pelampung) serta pengaturan kecepatan yaitu
kecepatan kapal dan kecepatan setting.
Sumberdaya perikanan bedasarkan sifatnya termasuk salah satu sumberdaya
alam yang pengembaliannya tidak diwarisi atau dibatasi yang berarti setiap orang
secara bebas dapat mengambil sumberdaya tersebut maka sumberdaya perikanan
seringkali disebut sumberdaya milik besama (Widodo, 2008).
Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari kegiatan
praproduksi, produksi, pengolahan sampai pada pemasaran yang dilaksanakan pada
satu sistem bisnis perikanan (UU Perikanan No. 31 Tahun 2004). Sedangkan
menurut Peraturan Pemerintah RI No. 54 tahun 2002, tentang usaha perikanan
mengatakan bahwa usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan
hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan
mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.
2.2 Menentukan Daerah Penangkapan ikan
Salah satu persiapan dalam merencanakan operasi penangkapan adalah
menentukan daerah penangkapan. Tujuan dan sasaran ikan yang akan ditangkap.
 Persiapan
Alat tangkap rawai tuna perlu dipersiapkan menjelang tiba di daerah
penangkapan atau selama menuju ke daerah operasi penangkapan. Persiapan
ini meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Persiapan operasi penangkapan dengan sistem basket dilakukan dengan
mengeluarkan alat tangkap (ikatan alat tangkap, pelampung, radio buoy, light
buoy, dan tiang bendera) dari gudang penyimpanan alat tangkap dan
diletakkan di daerah buritan kapal dimana setting akan dilaksanakan,
sedangkan alat bantu penangkapan (ganco ikan, berbagai macam pisau, sikat

4
untuk membersihkan ikan, marlin spike untuk membunuh ikan, dan lain
sebagainya) diletakan di bagian haluan kapal dimana hauling akan dilakukan.
2. Persiapan operasi penangkapan dengan sistem boks dengan mengeluarkan tali
cabang, tali pelampung dan pelampung dari gudang tempat penyimpanan ,
sedangkan persiapan alat bantu seperti yang dilakukan pada sistem basket.
3. Persiapan operasi penangkapan dengan sistem drum sama dengan persiapan
sistem boks
4. Persiapan sistem blong dilakukan dengan mengeluarkan blong dari gudang
penyimpanan. Pada prinsipnya penyiapan alat bantu sama pada semua sistem.
Menjelang dilakukan setting umpan dikeluarkan dari gudang beku yaitu 2 jam
samapi dengan 4 jam menjelang setting umpan harus sudah berada di buritan
kapal, sehingga pada waktu setting umpan sudah mencair dan mudah dipasang
pada pancing.

 Setting
Setting adalah penurunan alat tangkap, rawai tuna diturunkan di buritan kapal
Berikut ini cara penurunan alat tangkap secara berturut-turut dimulai dari :
menurunkan bendera tanda , radio buoy, pelampung , tali pelampung, umpan
bersamaan dengan tali cabang sampai dengan pelampung lagi, demikian
seterusnya sampai dengan semua alat tangkap diturunkan, kemudian diikuti
dengan radio buoy dan tiang bendera.
Kapal meninggalkan alat tangkap dengan cara berlayar menunju ke arah
datangnya angin sampi dengan jarak tertentu, dengan pertimbangan kecepatan angin
dan lamanya alat tangkap di dalam air (Misalnya kecepatan angin 1m/det
(3,9mil/jam) dan lama alat tangkap di dalam air 5 jam, maka kapal akan menjauhi
tiang bendera sejauh 9,7 mil). Haluan kapal pada saat setting sebaiknya mengikuti
angin atau arus tergantung mana yang lebih memberikan pengaruh terhadap haluan
kapal , biasanya angin atau arus diletakan lebih kurang 33,5o sampai dengan 45 o ke a
rah kiri dari arah buritan kapal. Sehingga pada saat hauling angin atau arus berasal
dari arah haluan, dengan demikian kapal akan lebih mudah dikemudikan. Kecepatan

5
kapal pada saat setting berkisar antara 5 sampai dengan 7 knot tergantung dari
kecepatan penurunan alat, kecepatan penurunan alat tangkap rawai tuna berkisar
antara 4 pancing per menit sampai dengan 6 pancing per menit.
Kegiatan setting pada kapal yang mempergunakan sistem basket adalah sebagai
berikut : Anak buah kapal (ABK)
1. Mengeluarkan dan memilah umpan dari kotak penyimpanan dan meletakan di
atas meja umpan
2. Mengambil basket dari tempat penyimpanan di atas dek kemudian meletakan
di atas meja setting serta membuka tali pengikatnya (tali salang).
3. Menyambung tali utama antara basket dan tali pelampung dengan tali utama,
serta menyerahkan tali pelampung kepada H.
4. Memeriksa sambungan antara tali utama basket yang satu dengan yang lain
dan tali pelampung terhadap tali utama.

2.3 Hasil Tangkapan.

Anda mungkin juga menyukai