Anda di halaman 1dari 16

8

BAB II

TINJAUAN PERPUSTAKAAN

2.1 Konsep Hernia

2.1.1 Pengertian

Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek

atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia

inguinal adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari

tempatnya yang normal melalui sebuah defek konginital (Dermawan

Deden dan Rahayuningsih Tutik. 2010).

2.1.2 Etiologi

Penyebab terjadinya Hernia :

a. Lemahnya dinding rongga perut dapat ada sejak lahir atau didapat

kemudian dalam hidup.

b. Akibat dari pembedahan sebelumnya.

c. Kongenital

1) Hernia Kongenital sempurna, yaitu bayi sudah menderita hernia

karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.

2) Hernia kongenital tidak sempurna, yaitu bayi dilahirkan normal

(kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada pada

tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1

tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut


9

karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal

(mengejan, menangis dan batuk),

d. Aquisata/didapat yaitu hernia yang bukan disebabkan karena defek

bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama

hidupnya, antara lain :

1) Tekanan intraabdominal yang tinggi, banyak dalami oleh pasien

yang sering mengejan yang baik secara defikasi maupun miksi. Juga

bisa terjadi karena battuk yang kronis dan asites.

2) Konstitusii tubuh, orang kurus cenderung terkena hernia karena

jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga

dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada

tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong

pada dinding abdomen yang lemah.

3) Kelamahan dari conjioden tendon/ruptur beberapa serabut. Hal ini

terjadi akibat beberapa faktor seperti mengangkat beban berat, post

apendiktomi, (trauma pada nervus ilio inguinalis, kelainan

kronis/penyakit kelemahan fisik yang menyebabkan fasia

transversalis di area Hasselbach.

4) Banyaknya preperitoneal fat yang banyak terjadi pada orang orang

gemuk

5) Distensi dinding abdomen karena eningkatan tekanan intra

abdomina;
10

6) Sikatrik

7) Penyakit yang melemahkan dinding perut

8) Merokok

9) Diabetes melitus

2.1.3 Klasifikasi Hernia

a. Berdasarkan sifat klinisnya :

1) Hernia Reponsi

2) Hernia irreponibilis

3) Hernia Strangulasi

4) Hernia Incarserata

b. Berdasarkan arah hernia :

1) Hernia Eksterna yaitu hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari

luar karena menonjolnya ke arah luar, misalnya; hernia inguinalis

lateralis dan medialis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia

lumbalis dsb.

2) Hernia Interna yaitu apabila isi hernia masuk ke dalam rongga lain,

misalnya ke cavum thorax atau masuk ke dalam recessus dalam

cavum abdomen. (Diyono dan Mulyanti Sri. 2013)

c. Berdasarkan Letak anatomi :

1) Hernia Inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini

merupakan yang sering dan dikenal dengan istilah turun borok atau

burut
11

2) Hernia umbilicalis adalah hernia inguinalis yang terjadi di pusar

3) Hernia femoralis adalah hernia yang terjadi dibagian paha

d. Berdasarkan penyebabnya :

1) Hernia Kongenital atau bawaan adalah hernia yang sudah ada sejak

lahir

2) Hernia aquisata adalah hernia yang terjadi karena suatu faktor

tertentu

3) Hernia inisional adalah hernia akibat pembedahan sebelumnya

2.2 Hernia Inguinalis

2.2.2 Pengertian

Menurut Brunicardi (2005) dalam Damar Mugni (2017) Hernia

Inguinalis adalah hernia yang terjadi pada dinding abdomen di regio Inguinal.

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia inguinlais lateralis (HIL)

dan hernia inguinalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai

nama lain yaitu hernia inderecta :yang artinya keluarnya tidak langsung

menembus dinding abdomen melainak melalui cincin kanalis inguinalis,

sedangkan Hernia inguinalis medialis mempunyai nama lain hernia directa

yang artinya keluarnya langsung menembus dinding abdomen.

2.2.3 Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly konginental atau

karena sebab yang di dapat. Hernia dapat di jumpai pada

setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan.


12

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk

hernia. Pada hernia anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat

dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu juga diperlukan

faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah

terbuka cukup lebar itu.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya hernis inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,

adanya struktur m. Obilikus internus abdominalis yang menutup anulus

inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang

kuat yang menutupi trigonum hasseibach yang umumnya hampir tidak

berotot. Gangguan mekanisme ini dapat menyebabkan terjadilah hernia.

Faktor secara konginental adalah adanya proseus vaginalis

yang terbuka, dan secara yang di dapat adalah peningkatan tekanan di

dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, seperti

batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ansietas disertai hernia

inguinalis. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang

membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra

abdomen tidak tinggi dan kanalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila

otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih

transversal dan anulus inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara

lain terjadi akibat kerusakan n. Ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah

apendiktomi (Sjamsuhidayat. 2010).


13

2.2.4 Patofisiologi Hernia Ingunalis

Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan mendorong

anulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi

karena anomali kongenital atau karena yang didapat faktor yang dipandang

berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan

kelemahan otot dinding perut karena usia. Lebih banyak pada laki- laki dari

pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan

pintu masuk hernia pada Anulus Internus yang cukup besar sehingga dapat

dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup

lebar itu.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis

yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan

otot dinding perut karena usia. Bila otot dinding perut berkontraksi,

kanalis dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis,

kelemahan dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan inguinalis.

Tanda dan gejala klinis dapat ditentukan oleh keadaan isi hernia,

pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang

muncul pada saat bediri, batuk, bersin atau mengejan dan menghilang setelah

berbaring. Keluhan nyeri biasanya dirasakan di epigastium atau para

umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesrentium

sewaktu, satu segmen usus halus masuk kedalam kantung hernia. Nyeri

yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarsesari

karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.


14

Bila isi kantong hernia dapat di pindahkan ke rongga abdomen

dengan manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia irredusibel dan

hernia inkarserta adalah hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi

dengan manipulasi. Nyeri akan terasa jika cincin hernia terjepit, jepitan

cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia

menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat berupa cairan

serosangoinus, ini adalah kedaruratan bedah karena usus terlepas, usus ini

cepat menjadi gangrene1Pada hernia redusibel dilakukan tindakan bedah

elektif karena ditakutkan terjadi komplikasi ( Sjamsuhidayat, 2010).


15
16

2.2.5 Gejala dan tanda

a. Benjolan pada regio inguinale, di atas ligamentum inguinal, yang

mengecil bila pasien berbaring.

b. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka

benjolan hernia akan bertambah besar.

c. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat

itu disertai perasaan mual.

d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan

bertambah hebat serta sakit diatasnya menjadi merah dan panas.Pada

laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum ( Sjamsuhidayat, 2010; Arif

Mansjoer, 2000).

2.2.6 Penatalaksanaan

a. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melaukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi

hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada Hernia

inguinalis strangulata. Pemakaian bantalan peyangga hanya bertujuan

menahan hernia yang telah direposisi dan tidak akan pernah

menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.

b. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Tindakan pada hernia adalah herniorafi. Pada bedah


17

elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat, dan

dilakukan Basini plasty. Atau teknik yang lain untuk memperkuat

dinding belakang kanalis inguinalis.

Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif.

Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat tidak.

Bila vital dikembalikan kerongga perut, bila tidak vital dilakukan

reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian

terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital

langsung di tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit (

Sjamsulhidayat,2010).

Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap :

a. Herniotomy

Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi

hernia ke cavum abdominal

b. Hernioraphy

Mulai mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada

conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m. Obliquus

intraabdominalis dan M. Transversus abdominal yang berinsio

tuberculum pubicum)

c. Hernioplasty

Menjahit conjoint tendon pada ligamentum agar LMR

hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup

otot.
18

2.3 Konsep Asuhan Keparawatan

2.3.2 Pengkajian

a. Identitas Pasien

 Umur : Paling sering pada umur 45 – 75 tahun

 Jenis kelamin : lebih bnayak terjadi pada laki-laki dari

pada perempuan

 Pekerjaan : jenis Pekerja berat lebih sering mengalami

hernia

 Agama, status perkawinan, pendidikan, alamat

b. Aktifitas/istirahat

Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda

berat, duduk mengemudi dalam waktu yang lama.

Membutuhkan papan matras saat tidur. penurunan

rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu

bagian tubuh. Tidak mampu melakukan aktivitas

yang biasa dilakukan.

Tanda: Atrofi otot pada bagain tubuh yang terkena.

Gangguan dalam berjalan.

c. Eliminasi

Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi,

adanya inkontinensia / retensi urin.

d. Integrtas ego
19

Gejala: Ketakutan akan timbul paralisis, ansietas masalah

pekerjaan, finansial keluarga.

Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga /

orang terdekat

e. Neurosensori

Gejala: Kesemutan, kekakuan kelemahan dari tangan/kaki

Tanda: Penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot

hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paraver tebralis,

penurunan persepsi nyeri (sensori)

f. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan akan

semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin

membengkokan badan, mengangkat, defekasi,

mengangkat kaki atau fleksi pada leher, nyeri tidak

hentinya atau apisode nyeri yang lebih berat secara

intermiten, nyeri yang menjalar kaki, bokong atau

bahu / lengan: kaku pada leher. Terdengar adanya

suara “krek” saat nyeri baru timbul / saat trauma

atau merasa “punggung patah” keterbatasan untuk

mobilisasi / membungkuk kedepan.

Tanda: Sikap. dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang

terkena, perubahan cara berjalan, berjalan terpicang-


20

pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang

terkena, nyeri pada palpasi.

g. Keamanan

Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja

terjadi.

h. Penyuluhan/pembalajaran

Gejala: Gaya hidup monoton atau hiperaktif.

i. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

Keadaan umum pada klien dengan Hernia dapat dilakukan

secara selintas pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap

bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai secara umum tentang

kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis,

somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien

dengan Hernia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh

secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai

sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan

peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan

darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit seperti hipertensi.

j. Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi daerah Inguinal dan femoral.

Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap

penonjolan Viskus, atau sebagian daripadanya, melalui


21

lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia

ditemukan di daerah Inguinal. Biasanya, impuls Hernia

lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak pasien memutar

kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.

Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan Femoral untuk

melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang

dapat menunjukkan Hernia. Jika terlihat benjolan

mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan

bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika

pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi

nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.

b. Palpasi Hernia Inguinal

Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari

telunjuk kanan memeriksa didalam skrotum diatas testis kiri

dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit

skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal

eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap

keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa

dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan

yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti

korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal

sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas

ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan


22

lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat

diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.

Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau

di dalam kanal inguinal, mintalah pasien untuk memutar

kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.

Seandainya ada Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang

menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada

Hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah

apakah Hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang

lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan

Hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak

dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak

menimbulkan nyeri. (dr. Jan. Tambayong, Patofisiologi

untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)

k) Pemeriksaan Penunjang

1) Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar

gas dalam usus/obstruksi usus

2) Hitung darah lengkap dan serum elektrolik dapat

enunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit),

peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan

elektrolik.
23

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat,2001)

Diagnosa keperawatan post operasi yang muncul pada kasus

Hernia inguinalis menurut (Doenges, 1999) adalah:

a. Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat

tindakan operasi

b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi

bedah/operasi.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

e. Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan klien terhadap

keadaan lukanya

Anda mungkin juga menyukai