Kelas11 Sma Kimia Budi Utami
Kelas11 Sma Kimia Budi Utami
Kelas11 Sma Kimia Budi Utami
Budi Utami,
Agung Nugroho Catur Saputro,
Lina Mahardiani,
Sri Yamtinah,
Bakti Mulyani.
Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan nasional
ii XI
KIMIA
untuk SMA dan MA Kelas XI
Penulis : Budi Utami, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah,
Bakti Mulyani.
540.7
KIM Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam
/ penulis, Budi Utami…[et al] ; editor, Caecilia Citra Dewi ; . -- Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
v, 274 hlm. : ilus ; 25 cm.
S Kata Sambutan
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan
Nasional, pada tahun 2008, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini
dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui
situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional.
Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memen-
uhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25
Juni 2007.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia.
Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Depar-
temen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), digandakan,
dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk
penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks
pelajaran ini akan lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat
memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Kepada para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku
ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu diting-
katkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
p
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
K Kata Pengantar
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234
Penulis
iv Kimia X SMA
Sambutan
iv
v 3.1 Molaritas 78
vi A. Pengertian Molaritas 78
B. Hubungan antara Molaritas
dengan Kadar Larutan 79
C. Pengenceran Larutan 80
1.1 Struktur Atom 3 3.2 Konsep Laju Reaksi 81
A. Teori Kuantum Max Planck 3 3.3 Faktor-faktor yang Mempenga-
B. Model Atom Bohr 4 ruhi Laju Reaksi 83
C. Hipotesis Louis de Broglie 6 A. Konsentrasi 83
D. Teori Mekanika Kuantum 6 B. Luas Permukaan 84
E. Bilangan Kuantum 8 C. Temperatur 84
F. Bentuk dan Orientasi Orbital 9 D. Katalis 84
G. Konfigurasi Elektron 12 3.4 Teori Tumbukan 84
1.2 Sistem Periodik Unsur 14 A. Pengaruh Konsentrasi 85
A. Hubungan Sistem Periodik B. Pengaruh Luas Permukaan 86
dengan Konfigurasi Elektron 14 C. Pengaruh Suhu terhadap
B. Kegunaan Sistem Periodik 17 Laju Reaksi 87
1.3 Ikatan Kimia 20 D. Pengaruh Katalis terhadap
A. Bentuk Geometri Molekul 20
Laju Reaksi 89
B. Teori Hibridisasi 25
3.5 Persamaan Laju Reaksi 91
C. Gaya Tarik Antarmolekul 26
A. Persamaan Laju Reaksi 91
D. Gaya Tarik-Menarik Dipol
B. Makna Orde Reaksi 92
Sesaat-Dipol Terimbas
C. Menentukan Persamaan Laju
(Gaya London) 27
E. Gaya Tarik Dipol-dipol 28 Reaksi 93
F. Ikatan Hidrogen 29 D. Jenis-jenis Katalis 94
G. Ikatan Ion 30 B. Hubungan antara Katalis
H. Jaringan Ikatan Kovalen 30 dengan Energi Pengaktifan 96
Rangkuman 34 Rangkuman 98
Uji Kompetensi 35 Uji Kompetensi 99
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan teori atom mekanika kuantum.
2. Menjelaskan pengertian bilangan kuantum dan bentuk-
bentuk orbital.
3. Menggunakan prinsip Aufbau, aturan Hund, dan asas
larangan Pauli untuk menuliskan konfigurasi elektron dan
diagram orbital.
4. Menghubungkan konfigurasi elektron suatu unsur dengan
letaknya dalam sistem periodik.
5. Menerapkan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk
menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital serta
menentukan letak unsur dalam tabel periodik.
Kata Kunci 6. Menerapkan teori domain elektron untuk meramalkan
Mekanika kuantum, efek fotolistrik, orbital, bentuk molekul dan menjelaskan interaksi antarmolekul
bilangan kuantum, persamaan gelombang, (gaya antarmolekul) dengan sifatnya.
konfigurasi elektron, nomor periode, unsur
utama, unsur transisi, ikatan ion, ikatan
kovalen, kovalen koordinasi, domain elektron,
hibridisasi, bentuk molekul, VSEPR , teori
domain elektron, gaya London , polarisabilitas,
dipol-dipol, gaya Van der Waals, ikatan
hidrogen.
Pengantar
P ada awal pelajaran kimia di kelas X dulu Anda sudah mempelajari tentang apa
itu atom, apa saja partikel penyusun atom, dan bagaimana bentuk atom menurut
para ahli, serta bagaimana atom-atom tersebut bergabung membentuk senyawa yang
lebih kompleks. Di kelas XI ini Anda akan mempelajari lebih lanjut tentang
perkembangan teori dan model-model atom termodern serta teori dan model bentuk
molekul senyawa.
2 Kimia XI SMA
Peta Konsep
terdiri dari
mendasari Teori Planck, Bohr, de
Inti Atom Elektron
Broglie tentang teori atom
tersusun dari mempunyai mekanika kuantum
Tk. Energi
Proton Neutron
ditentukan
Arah Ruang
Konfigurasi Elektron Orbital
menggambarkan
menunjukkan menentukan
Molekul
mempunyai
Ikatan Antar
Molekul
disebabkan
Anda tentu masih ingat dengan model atom yang dikemukakan oleh Ernest
Rutherford (1871–1937) dan dilengkapi oleh Niels Bohr (1885 – 1962) yang
menerangkan bahwa elektron-elektron mengelilingi inti atom pada tingkat-tingkat
energi tertentu yang disebut kulit atom. Pada bab ini, kita akan mempelajari
pengembangan model atom modern berdasarkan konsep mekanika gelombang.
E=h· K
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum Max Planck
adalah efek fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun
1905. Efek fotolistrik adalah keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan
elektron dari permukaan beberapa logam (yang paling terlihat adalah logam
alkali) (James E. Brady, 1990).
Susunan alat yang dapat menunjukkan efek fotolistrik ada pada gambar
1.1. Elektrode negatif (katode) yang ditempatkan dalam tabung vakum terbuat
dari suatu logam murni, misalnya sesium. Cahaya dengan energi yang cukup
dapat menyebabkan elektron terlempar dari permukaan logam.
Tabung vakum Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif (anode) dan
menyebabkan aliran listrik melalui rangkaian tersebut.
c
E = h · K atau E = h ⋅
λ
ΔE = Ef – Ei
rn = n2a0
RH
En = –
n2
h
λ =
m⋅K
E. Bilangan Kuantum
Menurut mekanika gelombang, setiap tingkat energi dalam atom diaso-
siasikan dengan satu atau lebih orbital. Untuk menyatakan kedudukan (tingkat
energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital menggunakan tiga bilangan
kuantum, yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth, dan
bilangan kuantum magnetik (ml atau m) (James E. Brady, 1990).
1. Orbital s
Orbital yang paling sederhana untuk dipaparkan adalah orbital 1s.
Gambar 1.6 menunjukkan tiga cara pemaparan orbital 1s. Gambar me-
nunjukkan bahwa rapatan muatan maksimum adalah pada titik-titik di sekitar
(dekat) inti. Rapatan berkurang secara eksponen dengan bertambahnya jarak
dari inti. Pola bercak-bercak (gambar) secara jelas menunjukkan bahwa
rapatan muatan meluas secara simetris ke semua arah dengan jarak
antarbercak yang berangsur meningkat. Secara teori peluang, untuk menemui
elektron tidak pernah mencapai nol. Oleh karena itu tidak mungkin
menggambarkan suatu orbital secara lengkap. Biasanya gambar orbital
dibatasi, sehingga mencakup bagian terbesar (katakanlah 90%) peluang
menemukan elektron. Gambar 1.6(c) adalah orbital 1s dengan kontur 90%.
Dalam teori atom modern, jari-jari atom didefinisikan sebagai jarak dari
inti hingga daerah dengan peluang terbesar menemukan elektron pada orbital
terluar. Bentuk dan orientasi orbital 2s diberikan pada gambar. Sama dengan
orbital 1s, rapatan muatan terbesar adalah pada titik-titik sekitar inti. Rapatan
menurun sampai mencapai nol pada jarak tertentu dari inti. Daerah tanpa
peluang menemukan elektron ini disebut simpul. Selanjutnya, rapatan muatan
elektron meningkat kembali sampai mencapai maksimum, kemudian secara
bertahap menurun mendekati nol pada jarak yang lebih jauh. Peluang terbesar
menemukan elektron pada orbital 2s adalah pada awan lapisan kedua.
Sedangkan untuk orbital 3s juga mempunyai pola yang mirip dengan orbital
2s, tetapi dengan 2 simpul. Kontur 90% dari orbital 3s ditunjukkan pada
gambar 1.6(b), di mana peluang untuk menemukan elektron pada orbital 3s
adalah pada awan lapisan ketiga.
2. Orbital p
Rapatan muatan elektron orbital 2p adalah nol pada inti (gambar 1.7),
meningkat hingga mencapai maksimum di kedua sisi, kemudian menurun
mendekati nol seiring dengan bertambahnya jarak dari inti. Setiap subkulit
p ( l = 1) terdiri dari tiga orbital yang setara sesuai dengan tiga harga m
untuk l = 1, yaitu -1, 0, dan +1. Masing-masing diberi nama px, py, dan pz
Kimia XI SMA 11
3. Orbital d dan f
Orbital dengan bilangan azimuth l = 2, yaitu orbital d, mulai terdapat
pada kulit ketiga (n = 3). Setiap subkulit d terdiri atas lima orbital sesuai
dengan lima harga m untuk l = 2, yaitu m = –2, –1, 0, +1, dan +2. Kelima
orbital d itu diberi nama sesuai dengan orientasinya, sebagai d x2 – x2 , dxy, dxz,
dyz, dan d z2 . Kontur dari kelima orbital 3d diberikan pada gambar 1.8 dan
1.9. Walaupun orbital d z2 mempunyai bentuk yang berbeda dari empat orbital
d lainnya, tetapi energi dari kelima orbital itu setara.
Gambar 1.8 Orbital d Sumber: Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change,
Martin S. Silberberg. 2000.
Orbital f lebih rumit dan lebih sukar untuk
dipaparkan, tetapi hal itu tidaklah merupakan
masalah penting. Setiap subkulit f terdiri atas 7
orbital, sesuai dengan 7 harga m untuk l = 3.
G. Konfigurasi Elektron
Suatu cara penulisan yang menunjukkan distribusi elektron dalam orbital-
orbital pada kulit utama dan subkulit disebut konfigurasi elektron. Pada
penulisan konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu
prinsip Aufbau, asas larangan Pauli, dan kaidah Hund.
1. Prinsip Aufbau
2. Kaidah Hund
Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital
dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam bentuk
diagram orbital. Suatu orbital dilambangkan dengan strip, sedangkan dua
elektron yang menghuni satu orbital dilambangkan dengan dua anak panah
yang berlawanan arah. Jika orbital hanya mengandung satu elektron, anak
panah dituliskan mengarah ke atas.
Dalam kaidah Hund, dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894 – 1968)
pada tahun 1930, disebutkan bahwa elektron-elektron dalam orbital-orbital
suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan. Elektron-elektron baru
berpasangan apabila pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital kosong.
Gambar 1.13 Subkulit yang dilambangkan dengan strip sebanyak orbital yang dimiliki
3. Larangan Pauli
Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900 – 1958) mengemukakan bahwa
tidak ada dua elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai keempat
bilangan kuantum yang sama. Dua elektron yang mempunyai bilangan
kuantum utama, azimuth, dan magnetik yang sama dalam satu orbital, harus
mempunyai spin yang berbeda. Kedua elektron tersebut berpasangan.
Latihan 1.1
1. Jelaskan gagasan dari ahli-ahli berikut berkaitan dengan perkembangan teori atom.
a. Max Planck
b. Niels Bohr
c. Louis de Broglie
d. Erwin Schrodinger
e. Werner Heisenberg
2. Spektrum unsur merupakan spektrum garis. Bagaimana Niels Bohr menjelaskan fakta
tersebut?
3. Jelaskan perbedaan istilah orbit dalam model atom Niels Bohr dengan orbit dalam
istilah mekanika kuantum!
4. Jelaskan masing-masing bilangan kuantum dalam menyatakan kedudukan suatu
elektron dalam suatu atom!
5. Berapakah jumlah elektron maksimum dalam:
a. kulit dengan nilai n = 6
b. subkulit 2p
c. subkulit 3d
14 Kimia XI SMA
6. Gambarkan orbital 1s, 2s, 2p, 2px, 2py, dan 2pz dalam satu gambar!
7. Jelaskan beberapa istilah berikut ini!
a. Prinsip Aufbau
b. Kaidah Hund
c. Asas larangan Pauli
8. Tuliskan konfigurasi beberapa unsur berikut ini, kemudian tentukan jumlah elektron
pada masing-masing kulit atomnya!
a. K (Z = 19) f. Se (Z = 34)
b. P (Z = 15) g. Fe (Z = 26)
c. Ni (Z = 28) h. Sr (Z = 38)
d. Cs (Z = 55) i. Rn (Z = 86)
e. Mn (Z = 25) j. Ra (Z = 88)
9. Tuliskan konfigurasi elektron dari ion-ion berikut.
a. Fe3+ (Z = 26) d. Cl– (Z = 17)
3+
b. Cr (Z = 24) e. O2– (Z = 8)
c. Co3+ (Z = 27)
10.Konfigurasi elektron kalium (Z = 19) adalah K = 2, L = 8, M = 8, dan N = 1. Mengapa
elektron mengisi kulit N, sedangkan kulit M belum terisi penuh?
Catatan
1. Hidrogen, dengan konfigurasi elektron 1s1, tidak termasuk golongan IA (alkali),
meskipun sering ditempatkan sekolom dengan golongan alkali. Akan tetapi, hidrogen
tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan manapun, dan sebaiknya ditempatkan di
tengah-tengah pada bagian atas sistem periodik.
2. Helium, dengan konfigurasi elektron 1s2, adalah salah satu gas mulia. Jadi, meskipun
hanya memiliki dua elektron, helium termasuk golongan VIIIA.
Catatan
3. Unsur-unsur Transisi-Dalam
Unsur-unsur transisi–dalam adalah unsur-unsur yang pengisian
elektronnya berakhir pada subkulit f. Unsur-unsur transisi-dalam hanya
dijumpai pada periode keenam dan ketujuh dalam sistem periodik, dan
ditempatkan secara terpisah di bagian bawah. Sampai saat ini, unsur-unsur
transisi-dalam belum dibagi menjadi golongan-golongan seperti unsur utama
dan transisi. Unsur-unsur ini baru dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
unsur lantanida dan unsur aktinida. Unsur-unsur lantanida (seperti
lantanum), adalah unsur-unsur yang elektron terakhirnya mengisi subkulit
4f dan unsur-unsur aktinida (seperti aktinum), adalah unsur-unsur yang
elektron terakhirnya mengisi subkulit 5f.
Blok s Blok p
1A 2A 3A 4A 5A 6A 7A 8A
(1) (2) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
n ns1 ns2 ns np ns np ns np ns np ns np ns2np6
2 1 2 2 2 3 2 4 2 5
1 2
1 He
H He2
1s1 1s
3 4 5 6 7 8 9 10
2 Li Be B C N O F Ne
2s1 2s2 2s22p1 2s22p2 2s22p3 2s22p4 2s22p5 2s22p6
11 12 13 14 15 16 17 18
3 Na Mg Al Si P S Cl Ar
3s1 3s2 3s23p1 3s23p2 3s23p3 3s23p4 3s23p5 3s23p6
19 20 31 32 33 34 35 36
4 K Ca Ga Ge As Se Br Kr
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 4s 4p 4s 4p 4s 4p 4s 4p 4s 4p 4s24p6
2 1 2 2 2 3 2 4 2 5
4s1 4s2
37 38 49 50 51 52 53 54
5 Rb Sr 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 In Sn Sb Te l Xe
5s1 5s2 5s 5p 5s 5p 5s 5p 5s 5p 5s 5p 5s25p6
2 1 2 2 2 3 2 4 2 5
Unsur Transisi (Blok d)
55 56 57 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
6 Cs Ba Ti Pb Bl Po At Rn
6s1 6s2 6s26p1 6s26p2 6s26p3 6s26p4 6s26p5 6s26p6
87 88 89 104 105 106 107 108 109 110 111 112
7 Fr Ra
7s1 7s2
58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
Unsur Transisi Dalam (Blok f )
90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
Dapat kita lihat bahwa asas Aufbau bergerak dari kiri ke kanan sepanjang
periode, kemudian meningkat ke periode berikutnya. Setiap periode dimulai
dengan subkulit ns dan ditutup dengan subkulit np (n = nomor periode).
1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d
Periode: 1 2 3 4 5 6 7
Berdasarkan jenis orbital yang ditempati oleh elektron terakhir, unsur-unsur
dalam sistem periodik dibagi atas blok s, blok p, blok d, dan blok f.
a. Blok s: golongan IA dan IIA
Blok s tergolong logam aktif, kecuali H dan He. H tergolong nonlogam,
sedangkan He tergolong gas mulia.
b. Blok p: golongan IIIA sampai dengan VIIIA
Blok p disebut juga unsur-unsur representatif karena di situ terdapat semua
jenis unsur logam, nonlogam, dan metaloid.
c. Blok d: golongan IIIB sampai dengan IIB
Blok d disebut juga unsur transisi, semuanya tergolong logam.
Kimia XI SMA 19
Latihan 1.2
1. Tentukan periode dan golongan masing-masing unsur berikut dalam sistem periodik.
a. Br (Z = 35)
b. Sn (Z = 50)
c. Nd (Z = 60)
2. Di antara masing-masing pasangan unsur berikut, tentukan unsur yang mempunyai
kereaktifan lebih besar.
a. Natrium dan kalium
b. Oksigen dan belerang
3. Tentukan bilangan oksidasi paling tinggi dan paling rendah dari masing-masing unsur
berikut.
a. N (Z = 7)
b. S (Z = 16)
c. Cl (Z = 17)
4. Bagaimanakah kaitan konfigurasi elektron unsur dengan letak unsur dalam sistem
periodik?
5. Tentukan elektron valensi dari:
a. unsur P pada periode 5, golongan IA
b. unsur Q pada periode 4, golongan VIIIB
c. unsur R pada periode 3, golongan VIIA
d. unsur S pada periode 6, golongan IIIB
20 Kimia XI SMA
: :
1. H2O H : O: H 4
:
2. CO2 :O: : C: : O: 2
3. C2 H 2 H: C C :O 3
: ...
...
:
: :
4. SO2 :O: : S : : O: 3
Tabel 1.7 Susunan Ruang Domain Elektron yang Menghasilkan Tolakan Minimum
Jumlah Domain Susunan Ruang Besar Sudut
Elektron (Geomoetri) Ikatan
2 : A : linier 180°
:
3 A segitiga sama sisi 120°
: :
:
4 A tetrahedron 109,5°
:
:
:
:
6
: : oktahedron 90°
A
:
: :
( EV – X )
E =
2
C o n t o h 1.1
C o n t o h 1.2
Jawab:
a. Jumlah elektron valensi atom pusat = 8
Jumlah domain elektron ikatan (X) = 4, tetapi jumlah elektron yang digunakan
atom pusat = 4 × 2 = 8
(8 − 8 ) =
Jumlah domain elektron bebas (E) = 0
2
Tipe molekul: AX4
b. Jumlah elektron valensi atom pusat = 6
Jumlah domain elektron ikatan (X) = 3, tetapi jumlah elektron yang digunakan
atom pusat = 3 × 2 = 6
(6 − 6 ) = 0
Jumlah domain elektron bebas (E) =
2
Tipe molekul: AX3
H H
Susunan ruang pasangan-
pasangan elektron Bentuk molekul
B. Teori Hibridisasi
Teori domain elektron dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul,
tetapi teori ini tidak dapat digunakan untuk mengetahui penyebab suatu molekul
dapat berbentuk seperti itu. Sebagai contoh, teori domain elektron meramalkan
molekul metana (CH4) berbentuk tetrahedron dengan 4 ikatan C-H yang
ekuivalen dan fakta eksperimen juga sesuai dengan ramalan tersebut, akan
tetapi mengapa molekul CH4 dapat berbentuk tetrahedron?
Pada tingkat dasar, atom C (nomor atom = 6) mempunyai konfigurasi
elektron sebagai berikut.
6
C : 1s2 2s2 2p2
6
C : 1s2 2s2 2p2
menjadi:
6
C : 1s2 2s1 2p3
6
C: 1s2 2s1 2p3 mengalami hibridisasi menjadi 6C : 1s2 (2sp3)4
Hibridisasi tidak hanya menyangkut tingkat energi,
tetapi juga bentuk orbital gambar.
Sekarang, C dengan 4 orbital hibrida sp3, dapat
membentuk 4 ikatan kovalen yang equivalen. Jadi,
hibridisasi adalah peleburan orbital-orbital dari
tingkat energi yang berbeda menjadi
orbital-orbital yang setingkat.
Gambar 1.17 Bentuk molekul CH4
26 Kimia XI SMA
Jumlah orbital hibrida (hasil hibridisasi) sama dengan jumlah orbital yang
terlihat pada hibridasi itu. Berbagai tipe hibridisasi disajikan dalam tabel 1.9.
s, p sp linier
s, p, p, p sp3 tetrahedron
s, p, p, p, d, d sp3d2 oktahedron
Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg, 2000.
Gaya dispersi (gaya London) merupakan gaya yang relatif lemah. Zat yang
molekulnya bertarikan hanya berdasarkan gaya London, yang mempunyai titik
leleh dan titik didih yang rendah dibandingkan dengan zat lain yang massa
molekul relatifnya kira-kira sama. Jika molekul-molekulnya kecil, zat-zat itu
biasanya berbentuk gas pada suhu kamar, misalnya hidrogen (H2), nitrogen
(N2), metana (CH4), dan gas-gas mulia.
F. Ikatan Hidrogen
Antara molekul-molekul yang sangat polar dan mengandung atom hidrogen
terjadi ikatan hidrogen. Titik didih senyawa “hidrida” dari unsur-unsur golongan
IVA, VA, VIA, dan VIIA, diberikan pada gambar 1.20.
400
Titik Didih Normal (K)
300
Gambar 1.20 Ti t i k
didih senyawa hidrida
200 dari unsur-unsur go-
longan IVA, VA, VIA,
dan VIIA. Sumber:
100 Chemistry, The Mole-
cular Nature of Matter
and Change, Martin S.
Silberberg. 2000.
25 50 75 100 125 150 175
Bobot Molekul
Latihan 1.3
1. Diketahui massa molekul dari beberapa zat sebagai berikut. N2 = 28, O3 = 48, F2 = 38
Ar = 40, dan Cl2 = 71. Susunlah zat-zat itu berdasarkan titik didihnya dan jelaskan
alasan Anda!
2. Ramalkan titik didih unsur-unsur halogen, dari atas ke bawah bertambah atau
berkurang? Jelaskan jawaban Anda!
3. Urutkan interaksi antarpartikel ikatan kovalen, ikatan Van der Waals, dan ikatan
hidrogen, dimulai dari yang terlemah!
Rangkuman
1. Teori kuantum adalah teori yang didasarkan pada pernyataan bahwa energi berada
dalam satuan yang sangat kecil, yang nilainya tertentu yang disebut kuanta. Jika
terjadi pengalihan energi, seluruh kuantum terlibat.
2. Foton adalah “partikel” cahaya. Energi dari seberkas sinar terpusatkan dalam foton
ini.
3. Fotolistrik adalah listrik yang diinduksi oleh cahaya (foton).
4. Spektrum atom (spektrum garis) adalah spektrum yang dihasilkan oleh sinar yang
dipancarkan oleh atom yang tereksitasi. Spektrum ini hanya mempunyai sederet garis
(warna) dengan panjang gelombang tertentu.
5. Kulit atom adalah lintasan elektron di mana elektron dapat beredar tanpa pemancaran
atau penyerapan energi dan berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu.
6. Bilangan kuantum adalah bilangan bulat yang nilainya harus ditentukan untuk dapat
memecahkan persamaan mekanika gelombang, yang dimulai dari kulit K, L, M, dan
seterusnya.
7. Ground state (tingkat dasar) adalah keadaan di mana elektron mengisi kulit-kulit
dengan tingkat energi terendah.
8. Excited state (keadaan tereksitasi) adalah keadaan di mana ada elektron yang
menempati tingkat energi yang lebih tinggi.
9. Untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital
menggunakan tiga bilangan kuantum, yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan
kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum magnetik (ml atau m).
10. Bilangan kuantum utama (n) menyatakan tingkat energi utama atau kulit atom.
Bilangan kuantum utama mempunyai harga mulai dari 1, 2, 3, dan seterusnya (bilangan
bulat positif) yang dinyatakan dengan lambang K (n = 1), L (n = 2), dan seterusnya.
11. Bilangan kuantum azimuth (l) menyatakan subkulit. Nilai-nilai untuk bilangan
kuantum azimuth dikaitkan dengan nilai bilangan kuantum utamanya, yaitu semua
bilangan bulat dari 0 sampai (n – 1).
Kimia XI SMA 31
12. Bilangan kuantum magnetik (m) menyatakan letak orbital khusus yang ditempati
elektron pada suatu subkulit.
13. Sambil beredar mengintari inti, elektron juga berputar pada sumbunya. Arah rotasi
elektron searah atau berlawanan arah jarum jam. Kedua arah yang berbeda itu
dinyatakan dengan bilangan kuantum spin (s), yang mempunyai nilai s = + ½ atau
s = –½.
14. Energi dan bentuk orbital diturunkan dari persamaan gelombang (Ψ = psi), sedangkan
besaran pangkat dua (Ψ2) dari persamaan gelombang menyatakan rapatan muatan
atau peluang menemukan elektron pada suatu titik pada suatu jarak tertentu dari inti.
15. Orbital 1s, 2s, dan 3s akan mempunyai bentuk yang sama, tetapi ukuran atau tingkat
energinya berbeda.
16. Konfigurasi elektron adalah gambaran yang menunjukkan penempatan elektron dalam
orbital-orbitalnya dalam suatu atom.
17. Pada penulisan konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu
prinsip Aufbau, asas larangan Pauli, dan kaidah Hund.
18. Asas Aufbau menyatakan pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang paling
rendah.
19. Kaidah Hund menyatakan jika terdapat orbital-orbital yang peringkat energinya sama,
maka setiap orbital hanya berisi elektron tunggal lebih dahulu, sebelum diisi oleh
pasangan elektron.
20. Asas larangan Pauli menyatakan bahwa tidak ada dua elektron yang mempunyai
empat bilangan kuantum yang sama. Dua elektron yang menempati orbital yang sama
harus mempunyai arah rotasi yang berlawanan.
21. Sistem periodik unsur modern (SPU) disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan
kemiripan sifat.
22. Periode adalah lajur-lajur horizontal dalam SPU. Dalam SPU modern, periode disusun
berdasarkan kenaikan nomor atom. Nomor periode suatu unsur sama dengan jumlah
kulit unsur itu.
23. Golongan adalah lajur-lajur vertikal dalam SPU, yaitu kelompok unsur yang disusun
berdasarkan kemiripan sifat. Nomor golongan suatu unsur sama dengan jumlah
elektron valensi unsur tersebut.
24. Nomor periode sama dengan jumlah kulit, di mana nomor periode suatu unsur dapat
diambil dari nomor kulit paling besar.
25. Sifat-sifat unsur ditentukan oleh elektron valensinya. Unsur-unsur yang segolongan
memiliki sifat-sifat kimia yang sama.
26. Dalam menentukan konfigurasi elektron perlu memperhatikan tiga hal, yaitu unsur-
unsur utama, unsur-unsur transisi, dan unsur-unsur transisi–dalam.
27. Unsur-unsur utama adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada
subkulit s atau subkulit p.
32 Kimia XI SMA
28. Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada
subkulit d.
29. Unsur-unsur transisi–dalam adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir
pada subkulit f. Unsur-unsur lantanida (seperti lantanum), adalah unsur-unsur yang
elektron terakhirnya mengisi subkulit 4f dan unsur-unsur aktinida (seperti aktinum),
adalah unsur-unsur yang elektron terakhirnya mengisi subkulit 5f.
30. Hubungan sistem periodik dengan konfigurasi elektron dapat dilihat sesuai dengan
prinsip Aufbau, bergerak dari kiri ke kanan sepanjang periode, kemudian meningkat
ke periode berikutnya. Setiap periode dimulai dengan subkulit ns dan ditutup dengan
subkulit np (n = nomor periode).
31. Bentuk molekul adalah suatu gambaran geometris yang dihasilkan jika inti atom-
atom terikat dihubungkan oleh garis lurus, berkaitan dengan susunan ruang atom-
atom dalam molekul.
32. Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion) adalah teori yang menyatakan
bahwa baik pasangan elektron dalam ikatan kimia ataupun pasangan elektron yang
tidak dipakai bersama (yaitu pasangan elektron “mandiri”) saling tolak-menolak.
33. Teori domain elektron merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR. Domain elektron
berarti kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron, jumlah domain ditentukan
oleh pasangan elektron ikatan atau pasangan elektron bebas.
34. Molekul polar dan nonpolar dapat ditentukan dengan percobaan yang dilakukan di
dalam medan listrik suatu kondensor.
35. Hibridisasi adalah penggabungan orbital atom sederhana untuk menghasilkan orbital-
orbital (hibrida) baru.
36. Gaya tarik antarmolekul adalah gaya yang mengukuhkan atom-atom dalam molekul.
37. Gaya London adalah gaya tarik–menarik antara molekul yang lemah.
38. Polarisabilitas adalah kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau
untuk mengimbas suatu molekul.
39. Gaya tarik dipol-dipol terjadi karena molekul yang sebaran muatannya tidak simetris
bersifat polar dan mempunyai dua ujung yang berbeda muatan (dipol), sehingga ujung
(pol) positif berdekatan dengan ujung (pol) negatif dari molekul di dekatnya.
40. Gaya Van der Waals adalah gaya dipol-dipol secara kolektif.
41. Ikatan hidrogen adalah ikatan antara molekul-molekul yang sangat polar dan
mengandung atom hidrogen.
42. Ikatan ion adalah ikatan antara molekul-molekul dalam senyawa logam.
43. Jaringan ikatan kovalen adalah jaringan ikatan dalam berbagai jenis zat padat, seperti
karbon dan silika.
Kimia XI SMA 33
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
6. Tiga unsur yang dalam sistem periodik terletak diagonal satu sama lain memiliki
susunan elektron terluar menurut aturan adalah … .
A. 2s2, 2p1, 2s2, 2p2, 2s2, 2p3
B. 2s2, 2p3, 3s2, 3p3, 4s2, 4p3
C. 3d3, 4s2, 4d3, 5s2, 5d3, 6s2
D. 2s2, 2p3, 3s2, 3p4, 4s2, 4p5
E. 3d1, 4s2, 3d2, 4s2, 3d3, 4s2
7. Jumlah elektron tidak berpasangan yang paling banyak akan dijumpai pada
golongan … .
A. VA
B. VIA
C. VB
D. VIB
E. VIIB
8. Ion M3+ mempunyai konfigurasi elektron: 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 3d5. Pernyataan
yang tidak benar mengenai unsur M adalah … .
A. mempunyai nomor atom 26
B. terletak pada periode 4
C. termasuk unsur transisi
D. merupakan anggota golongan VIIIB
E. mengandung lima elektron tidak berpasangan
9. Ion X2- mempunyai konfigurasi elektron: [Ar] 3d5, 4s2, 4p6. Dalam sistem periodik,
unsur X terletak pada … .
A. periode 4, golongan VIA (16)
B. periode 4, golongan VIIA (17)
C. periode 4, golongan VIIIA (18)
D. periode 5, golongan IA (1)
E. periode 5, golongan IIA (2)
10. Jika unsur A membentuk senyawa yang stabil A(NO3)2, maka konfigurasi elektron
unsur tersebut adalah … .
A. 1s2, 2s2, 2p6, 3s2
B. 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p2
C. 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p4
D. 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6
E. 1s2, 2s2, 2p6
11. Unsur fosforus (Z = 15) dan unsur vanadium (Z = 23) mempunyai kesamaan
dalam hal … .
A. nomor periode
B. nomor golongan
C. bilangan oksidasi paling rendah
D. subkulit terakhir yang diisi oleh elektron
E. jumlah elektron yang tidak berpasangan
Kimia XI SMA 35
12. Konfigurasi elektron atom titanium adalah 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 3d2, 4s2. Senyawa
berikut yang tidak dapat dibentuk adalah … .
A. K3TiO3
B. K2TiF6
C. TiO2
D. K2TiO4
E. TiCl3
13. Unsur uranium (Z = 92) termasuk dalam kelompok unsur …
A. golongan IVA
B. aktinida
C. golongan IVB
D. lantanida
E. golongan VIB
14. Raksa (merkuri) dalam sistem periodik terletak pada periode 6 golongan IIB.
Elektron terakhir atom raksa memiliki bilangan kuantum, yaitu … .
A. n = 5, l = 2, m = +2, s = – ½
B. n = 5, l = 2, m = +2, s = + ½
C. n = 6, l = 0, m = 0, s = – ½
D. n = 6, l = 0, m = 0, s = + ½
E. n = 6, l = 2, m = +2, s = – ½
15. Tiga unsur yang dalam sistem periodik atau susunan berkala letaknya diagonal
satu terhadap yang lain memiliki susunan elektron terluar menurut aturan ada-
lah … .
A. 2s2, 2p1, 2s2, 2p2, 2s2, 2p3
B. 2s2, 2p2, 3s2, 3p3, 4s2, 4p3
C. 3d3, 4s2, 4d3, 5s2, 5d3, 6s2
D. 3d1, 4d2, 3d2, 4s2, 3d3, 4s2
E. 2s2, 2p3, 3s2, 3p4, 4s2, 4p5
16. Unsur P (Z = 15) bersenyawa dengan unsur Cl (Z = 17) membentuk PCl3.
Banyaknya pasangan elektron bebas pada atom pusat dalam senyawa PCl3 ada-
lah … .
A. 0 D. 3
B. 1 E. 4
C. 2
17. Bentuk molekul IF3 adalah … .
A. segitiga planar
B. piramida trigonal
C. planar bentuk T
D. tetrahedral
E. segi empat planar
36 Kimia XI SMA
18. Molekul XCl3 mempunyai momen dipol sama dengan nol. Bentuk molekul itu
adalah … .
A. linear
B. segitiga planar
C. tetrahedral
D. piramida trigonal
E. segi empat datar
19. Peristiwa perpindahan elektron berlangsung pada pembentukan senyawa … .
A. HBr D. H2SO4
B. NH4Cl E. NH3
C. AlH3
20. Sulfida di bawah ini yang mengandung ikatan kovalen adalah … .
A. Na2S D. CS2
B. BaS E. PbS
C. Al2S3
21. Unsur A (Z = 52) bersenyawa dengan unsur B (Z = 55), membentuk senyawa … .
A. AB yang berikatan kovalen
B. A2B yang berikatan kovalen
C. AB2 yang berikatan kovalen
D. AB2 yang berikatan ion
E. A2B yang berikatan ion
22. Di antara kelompok senyawa berikut, kelompok yang semua anggotanya bersifat
polar adalah ... .
A. H2O, NH3, CH4, dan PCl5
B. NH3, IF3, PCl3, dan BCl3
C. XeF6, XeF2, XeF4, dan XeO4
D. HCl, BeCl2, CCl4, dan BCl3
E. CIF, CIF3, NCl3, dan PCl3
23. Sudut ikatan dalam molekul air adalah 104,5°, lebih kecil dari sudut tetrahedron
(109,5°). Hal ini terjadi karena … .
A. dalam molekul air terdapat 4 pasang elektron yang ekuivalen
B. gaya tolak–menolak elektron bebas > pasangan elektron ikatan
C. gaya tolak–menolak elektron bebas = pasangan elektron ikatan
D. gaya tolak–menolak elektron bebas < pasangan elektron ikatan
E. volume atom oksigen lebih besar dari hidrogen
24. Jika arus listrik dialirkan melalui NaCl cair dan HCl cair, maka … .
A. hanya NaCl yang meneruskan aliran listrik
B. hanya HCl yang meneruskan aliran listrik
C. NaCl dan HCl meneruskan aliran listrik
D. NaCl dan HCl tidak meneruskan aliran listrik
E. NaCl dan HCl meneruskan aliran listrik hanya jika dilarutkan ke dalam air
Kimia XI SMA 37
25. Ikatan yang terdapat dalam molekul (antara atom N dengan atom H) dan antar
molekul NH3 adalah … .
A. kovalen dan Van der Waals
B. ion dan gaya dispersi
C. kovalen koordinasi dan gaya dipol-dipol
D. kovalen dan ikatan hidrogen
E. kovalen dan gaya London
26. Zat Cair Tekanan Uap Jenuh (mmHg) pada 25°C
A 20
B 35
C 56
D 112
E 224
Gaya tarik–menarik antarmolekul yang paling kuat terjadi pada zat … .
A. A D. D
B. B E. E
C. C
27. Titik didih metana (CH4) lebih tinggi daripada neon (Ne) karena … .
A. massa molekul metana lebih besar daripada neon
B. molekul metana mempunyai lebih banyak elektron daripada neon
C. polarisabilitas metana lebih besar daripada neon
D. molekul metana membentuk ikatan hidrogen, neon tidak
E. molekul metana polar, neon tidak
28. Suatu padatan dengan struktur kristal ionik akan memiliki sifat-sifat, yaitu … .
A. lunak, titik lebur rendah, dan tidak menghantar listrik
B. keras, titik lebur rendah, dan cairannya menghantar listrik
C. keras, titik lebur rendah, dan tidak menghantar listrik
D. lunak, titik lebur tinggi, dan cairannya menghantar listrik
E. keras, titik lebur tinggi, dan cairannya menghantar listrik
29. Unsur X (Z = 32) dalam inti atomnya mengandung 16 neutron. Unsur Y dalam
inti atomnya mengandung 13 proton dan 14 neutron. Jika unsur X dan Y berikatan,
maka senyawa yang terbentuk mempunyai harga Mr sebesar ... .
A. 150 D. 86
B. 145 E. 59
C. 91
30. Unsur V memiliki satu elektron di kulit yang paling luar, dan unsur W memiliki
keelektronegatifan yang tinggi. Ikatan antara V dan W adalah … .
A. ikatan kovalen polar D. ikatan ion
B. ikatan kovalen nonpolar E. ikatan logam
C. ikatan kovalen koordinasi
38 Kimia XI SMA
*)* Termokimia
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian sistem dan lingkungan.
2. Menjelaskan perbedaan reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm.
3. Menjelaskan pengertian entalpi dan perubahan entalpi.
4. Menghitung perubahan entalpi suatu reaksi.
5. Menjelaskan pengertian ΔH pembentukan, penguraian,
dan pembakaran standar.
6. Menuliskan persamaan termokimia dengan benar.
7. Membuat diagram tingkat energi berdasarkan harga per-
ubahan entalpi suatu reaksi.
8. Menentukan ΔH reaksi berdasarkan eksperimen dengan
Kata Kunci menggunakan kalorimeter, hukum Hess, data perubahan
entalpi standar, dan data energi ikatan.
Perubahan entalpi, reaksi endoterm, 9. Merancang dan melakukan percobaan untuk menentukan
entalpi pembentukan, kalorimetri, kalor pembakaran berbagai bahan bakar.
hukum Hess, energi ikat, kalor pemba-
karan.
Pengantar
K etika reaksi kimia terjadi, ikatan-ikatan kimia pada zat-zat yang bereaksi akan
putus dan ikatan-ikatan kimia yang baru terbentuk, membentuk zat-zat produk.
Energi dibutuhkan untuk memutuskan ikatan-ikatan dan energi dibebaskan pada
ikatan-ikatan yang terbentuk, sehingga hampir semua reaksi kimia melibatkan
perubahan energi. Energi bisa ditangkap atau dilepaskan. Energi dapat meliputi
bermacam-macam bentuk, misalnya cahaya, listrik, atau panas.
Kita tak lepas dari pemanfaatan energi untuk keperluan sehari-hari, misalnya
pembakaran bahan bakar bensin untuk menjalankan kendaraan, memasak dengan
kompor gas (membakar gas alam), dan pembangkit listrik tenaga air. Manusia
memerlukan energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Energi diperoleh dari
makanan, yaitu karbohidrat dan lemak yang dimetabolisme di dalam tubuh
menghasilkan energi.
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi disebut
termokimia. Termokimia mempelajari mengenai sejumlah panas yang dihasilkan
atau diperlukan oleh sejumlah tertentu pereaksi dan cara pengukuran panas reaksi
tersebut. Termokimia merupakan hal yang penting, baik untuk keperluan praktik
maupun teori. Penerapan pada praktik termasuk mengukur nilai energi pada bahan
bakar dan menentukan energi yang diperlukan pada proses industri.
40 Kimia XI SMA
Peta Konsep
Termokimia
menggambarkan sesuai
mengalami
Perubahan Entalpi ΔH
disebut
Kalor Reaksi
dituliskan dalam
Persamaan Termokimia
preposisi
harga harga
+ –
dapat berupa
Kalorimeter Hukum Hess
ΔH)
2.1 Entalpi dan Perubahan Entalpi (Δ
Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap.
Entalpi (H) dirumuskan sebagai jumlah energi yang terkandung dalam sistem (E)
dan kerja (W).
H=E+W
dengan: W = P×V
E = energi (joule) W = kerja sistem (joule)
V = volume (liter) P = tekanan (atm)
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang
satu menjadi bentuk energi yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur,
yang dapat diukur hanyalah perubahan energi (ΔE). Demikian juga halnya dengan
entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat mengukur perubahan entalpi
(ΔH).
ΔH = Hp – Hr
Kalor Kalor
Sistem Lingkungan Sistem
ΔH reaktan ΔH produk
Entalpi
Entalpi
produk reaktan
H2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯
→ H2O(l) ΔH = –285,85 kJ/mol
Artinya, pada pembentukan 1 mol H2O dari gas hidrogen dan gas oksigen
dibebaskan energi sebesar 285,85 kJ (reaksi eksoterm).
44 Kimia XI SMA
ΔH°)
2.3 Perubahan Entalpi Standar (Δ
Perubahan entalpi standar (ΔH°) adalah perubahan entalpi (ΔH) reaksi yang
diukur pada kondisi standar, yaitu pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm.
Satuan ΔH adalah kJ dan satuan ΔH molar reaksi adalah kJ/mol (Gillespie dkk).
Catatan
Ingat:
• Unsur-unsur diatomik adalah H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, I2.
Massa 1 mol = Mr zat (satuan gram/mol).
• Misal:
– Massa 1 mol H2O = Mr H2O = 18 gram/mol
– Massa 1 mol CO2 = Mr CO2 = 44 gram/mol
• Volume 1 mol zat pada keadaan standar (STP) adalah 22,4 liter/mol.
Kimia XI SMA 45
C o n t o h 2.1
4. Hitunglah besar kalor yang dibebaskan pada pembentukan 45 gram C6H12O6 (Mr = 180)
bila ΔHf° C6H12O6 = –124 kJ/mol!
Jawab:
massa
mol C6H12O6 = Mr
45
=
180
= 0,25 mol
Besarnya kalor = 0,25 × ΔHfo C6H12O6
= 0,25 × (–124)
= –31 kJ
Jadi, pada pembentukan 45 gram C6H12O6 dibebaskan kalor sebesar 31 kJ.
Latihan 2.1
1. Diketahui entalpi pembentukan standar (ΔHf°) dari berbagai zat sebagai berikut.
a. H2CO3(l) = –125 kJ/mol
b. Na2SO4(s) = –334 kJ/mol
c. FeCl3(s) = –214 kJ/mol
Tulislah persamaan termokimia reaksi pembentukan zat-zat tersebut!
2. Diketahui persamaan termokimia:
2 C(s) + 8 H2(g) ⎯⎯
→ 2 C3H8(s) ΔH = –225 kJ/mol
Tentukan besarnya entalpi pembentukan standar (ΔHf°) C3H8!
3. Pada pembentukan 96 gram Al2(NO3)3 (Ar Al = 27, N = 14, O = 16) dibebaskan kalor
sebesar 120 kJ.
a. Tentukan besarnya ΔHf° Al2(NO3)3!
b. Tuliskan persamaan termokimia pembentukan Al2(NO3)3!
4. Pada pembentukan 10 gram CaCO3 (Ar Ca = 40, C = 12, O = 16) diperlukan kalor
sebesar 86 kJ. Tuliskan persamaan termokimia pembentukan CaCO3!
5. Diketahui ΔHf° K3PO4 = 315 kJ/mol, berapakah kalor yang dibutuhkan untuk
membentuk 159 gram K3PO4 (Ar K = 39, P = 31, O = 16)!
C o n t o h 2.2
1. Tuliskan persamaan termokimia penguraian H2O apabila diketahui ΔHfo H2O = –285,85
kJ/mol!
Jawab:
• Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan, sehingga zat yang
terurai di sebelah kiri anak panah.
H2O(l) ⎯⎯ → H2(g) + ½ O2(g) ΔHd° = +285,85 kJ
↓
• Koefisien 1 untuk 1 mol zat yang diuraikan
• Tanda ΔHd° berlawanan dengan ΔHf°
2. Bila diketahui ΔHf° NH3 = –46 kJ/mol, berapa kJ diperlukan untuk menguraikan
1 gram NH3 (Mr = 17)?
Jawab:
• Persamaan termokimia penguraian NH3 adalah:
1
NH3(g) ⎯⎯
→ 2 N2(g) + 3
2 H2(g) ΔHd° = 46 kJ/mol
• Besarnya kalor untuk menguraikan 1 gram NH3 adalah:
Besar kalor = mol × ΔH
massa
= M r × ΔH
1
= × 46
17
= 2,7 kJ
Latihan 2.2
1. Diketahui ΔHf° SO3 = –78 kJ/mol, tuliskan persamaan termokimia penguraian SO3!
2. Diketahui ΔHf° NH3 = 106 kJ/mol, tentukan besarnya kalor yang diperlukan untuk
menguraikan 4,48 liter NH3 pada keadaan standar!
3. Untuk menguraikan 0,5 mol gas CO2 dibebaskan kalor sebesar 75 kJ. Tuliskan
persamaan termokimia penguraian CO2!
C o n t o h 2.3
Pada pembakaran 570 gram isooktana (C8H18), salah satu komponen yang ada dalam
bensin, pada keadaan standar/STP dibebaskan kalor sebesar 27.500 kJ. Hitunglah
besarnya ΔHc° dan tulislah persamaan termokimia pembakaraan isooktana tersebut!
Jawab:
massa
• Mol isooktana = M r C8 H18
570
=
114
= 5 mol
Latihan 2.3
1. Pada pembakaran 1 gram karbon (Ar C = 12) dibebaskan kalor sebesar 85 kJ. Tuliskan
persamaan termokimia pembakaran sempurna karbon!
2. Pada reaksi pembakaran gas propana:
2 C3H8(g) + 10 O2(g) ⎯⎯→ 6 CO2(g) + 8 H2O(g) ΔH = –2.400 kJ
a. tentukan besarnya ΔHc°
b. berapa kJ kalor yang dihasilkan pada pembakaran 89,6 liter (STP) gas propana
3. Tuliskan persamaan termokimia pembakaran zat-zat berikut ini, bila diketahui:
a. ΔHc° belerang (S) = –115 kJ/mol
b. ΔHc° karbon (C) = 156 kJ/mol
c. ΔHc° C2H2 = –1.250 kJ/mol
Kimia XI SMA 49
1. Entalpi Penetralan
Entalpi penetralan adalah perubahan entalpi (ΔH) yang dihasilkan pada
reaksi penetralan asam (H+) oleh basa (OH–) membentuk 1 mol air. Satuan
entalpi penetralan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯
→ NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = –890,4 kJ/mol
2. Entalpi Pelarutan
Entalpi pelarutan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada pelarutan 1 mol
zat. Satuan ΔH pelarutan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaOH(s) ⎯⎯
→ Na+(aq) + OH–(aq) ΔH = –204 kJ/mol
3. Entalpi Peleburan
Entalpi peleburan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada perubahan 1
mol zat dari bentuk padat menjadi bentuk cair pada titik leburnya. Satuan
ΔH peleburan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaCl(s) ⎯⎯
→ NaCl(l) ΔH = –112 kJ/mol
(Ted Lister & Janet Renshaw, 2000)
Latihan 2.4
ΔH)
2.4 Penentuan Perubahan Entalpi (Δ
Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia dapat dilakukan
melalui eksperimen, biasanya digunakan alat seperti kalorimeter, hukum Hess,
dan energi ikatan.
A. Kalorimetri
Kalor reaksi dapat ditentukan me- mesin penggerak
lalui percobaan dengan kalorimeter. indikator
Proses pengukuran kalor reaksi disebut + –
qreaksi + qlarutan = 0
atau
qreaksi = –qlarutan
q larutan = m · c · Δt
dan
q kalorimeter = C Δt
C o n t o h 2.3
C o n t o h 2.4
Latihan 2.5
1. 100 mL larutan HCl 0,1 M bersuhu mula-mula 23 °C dicampur dengan 100 mL larutan
NaOH 0,1 M bersuhu mula-mula 23 °C. Setelah bercampur, suhu menjadi 30 °C.
Jika c air = 4,2 J g–1 K–1 dan ρair = 1 g cm–3, tentukan besarnya entalpi penetralan pada
reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) ⎯⎯ → NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = ?
2. 50 mL larutan perak nitrat (AgNO3) 0,2 M dicampur dengan 50 mL larutan NaCl 0,2
M, masing-masing bersuhu mula-mula sama yaitu 27 °C. Setelah dicampur ke dalam
kalorimeter, suhu menjadi 31 °C.
Bila kalor jenis larutan = 4,2 J g–1 K–1 , ρair = 1 g cm–3, tentukan besarnya ΔH pada
reaksi:
AgNO3(aq) + NaCl(aq) ⎯⎯ → AgCl(s) + NaNO3(aq) ΔH = ?
3. Jika serbuk seng dimasukkan ke dalam 100 mL larutan CuSO4, 0,2 M terjadi kenaikan
suhu 10 °C menurut reaksi:
Zn(s) + Cu2+(aq) ⎯⎯ → Zn2+(aq) + Cu(s)
Jika kalor jenis larutan = 4,2 J g–1 K–1 dan kapasitas panas kalorimeter diabaikan,
tentukan ΔH reaksi tersebut!
4. Pada pembakaran 0,786 gram belerang dalam suatu kalorimeter terjadi kenaikan suhu
dari 25 °C menjadi 26 °C. Persamaan reaksi:
1 S (s) + O (g) ⎯⎯ → SO2(g)
8 8 2
Jika kapasitas kalor kalorimeter dan isinya adalah 11 kJ °C–1, tentukan ΔH pembakaran
32 gram belerang!
5. Pada pelarutan 15,3 natrium nitrat dalam sebuah kalorimeter terjadi penurunan suhu
dari 25 °C menjadi 21 °C. Jika kapasitas kalor larutan dan kalorimeter adalah 1.050 J °C–1
tentukan ΔH pelarutan 1 mol NaNO3 (Ar Na = 23, N = 14, dan O = 16), sesuai reaksi:
NaNO3(s) ⎯⎯ → Na+(aq) + NO3–(aq) ΔH = ?
Tugas Kelompok
B. Hukum Hess
ΔH
NO(g) + ½ O2(g)
½ N2(g) + O2(g)
Gambar 2. 2 Perubahan dari N2(g) dan O2(g) menjadi NO(g) disertai dengan
perubahan entalpi (ΔH1) sebesar +33,85 kJ/mol, meskipun reaksi ditetapkan
dalam satu tahap atau dua tahap, ΔH1 = ΔH2 + ΔH3.
C o n t o h 2.4
Diketahui reaksi:
S(s) + O2(g) ⎯⎯ → SO (g)
2
ΔH = –300 kJ (reaksi 1)
2 SO2(g) + O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g) ΔH = –190 kJ (reaksi 2)
Hitunglah ΔH pada reaksi 2 S(s) + 3 O2(g) ⎯⎯ → 2 SO3(g).
Jawab:
• Menyesuaikan reaksi (1) dan (2) dengan pertanyaan.
• Lihatlah reaksi 2 S(s) + 3 O2(g) ⎯⎯ → 2 SO3(g).
• Pada reaksi (1), S di sebelah kiri panah berjumlah 1 mol (koefisien 1), berarti reaksi
(1) dikalikan 2 untuk menyesuaikan soal.
• Reaksi S(s) + O2(g) ⎯⎯ → SO2(g) ΔH = –300 kJ dikalikan 2.
• Pada reaksi (2), SO3 yang berada di sebelah kanan panah berjumlah 2 mol (koefisien 2)
sudah sesuai.
• Reaksi (1) menjadi 2 S(s) + 2 O2(g) ⎯⎯ → 2 SO2(g) ΔH = –600 kJ
• Reaksi (2) tetap 2 SO2(g) + O2(g) ⎯⎯ → 2 SO3(g) ΔH = –190 kJ
• Jadi, reaksi 2 S(s) + 3 O2(g) ⎯⎯ → 2 SO3(g) ΔH = –790 kJ
C o n t o h 2.5
Diketahui reaksi:
C(s) + O2(g) ⎯⎯ → CO2(g) ΔH = –94 kJ (reaksi 1)
2 H2(g) + O2(g) ⎯⎯ → 2 H2O(g) ΔH = –136 kJ (reaksi 2)
3 C(s) + 4 H2(g) ⎯⎯ → C3H8(g) ΔH = –24 kJ (reaksi 3)
Tentukan ΔH pada reaksi C3H8(g) + 5 O2(g) ⎯⎯ → 3 CO2(g) + 4 H2O(g) !
Jawab:
• Menyesuaikan masing-masing reaksi (1), (2), dan (3) dengan pertanyaan.
• Lihatlah C3H8(g) + 5 O2(g) ⎯⎯ → 3 CO2(g) + 4 H2O(g)!
• Reaksi (1) dikalikan 3 (agar CO2 menjadi 3 CO2)
• Reaksi (2) dikalikan 2 (agar 2 H2O menjadi 4 H2O)
• Reaksi (3) dibalik, maka tanda H menjadi + (agar C3H8 menjadi di sebelah kiri)
• Jadi, 3 C(s) + 3 O2(g) ⎯⎯ → 3 CO2(g) ΔH = –282 kJ
4 H2(g) + 2 O2(g) ⎯⎯ → 4 H2O(g) ΔH = –272 kJ
C3H8(g) ⎯⎯ → 3 C(s) + 4 H2(g) ΔH = 24 kJ
+
C3H8(g) + 5 O2(g) ⎯⎯ → 3 CO2(g) + 4 H2O(g) ΔH = –530 kJ
Latihan 2.6
1. Diketahui reaksi:
C6H12O6(aq) + 6 O2(g) ⎯⎯ → 6 CO2(g) + 6 H2O(g) ΔH = –2.820 kJ
C2H5OH(aq) + 3 O2(g) ⎯⎯ → 2 CO2(g) + 3 H2O(l) ΔH = –1.380 kJ
Tentukan ΔH pada reaksi C6H12O6(aq) ⎯⎯ → 2 C2H5OH(aq) + 2 CO2(g)
Kimia XI SMA 57
2. Diketahui reaksi:
N2 + 3 H2 ⎯⎯ → 2 NH3 ΔH = –90 kJ
4 NH3 + 5 O2 ⎯⎯→ 4 NO + 6 H2O ΔH = –1.140 kJ
2 H2 + O2 ⎯⎯ → 2 H2O ΔH = –560 kJ
Tentukan ΔH pada reaksi N2 + O2 ⎯⎯
→ 2 NO!
3. Diketahui:
N2 + 2 O2 ⎯⎯→ 2 NO2 ΔH = 63 kJ
2 NO + O2 ⎯⎯ → 2 NO2 ΔH = –117 kJ
Tentukan ΔH pada pembentukan NO!
2. ΔHf°)
Berdasarkan Tabel Entalpi Pembentukan (Δ
Kalor suatu reaksi juga dapat ditentukan dari data entalpi pembentukan
(ΔHf°) zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi.
ΔHreaksi = ∑Δ
∑ΔHf°produk – ∑Δ
∑ΔHf° reaktan
Misalnya:
m AB + n CD ⎯⎯ → p AD + q CB ΔH= ?
ΔHreaksi = (p · ΔHf° AD + q · ΔHf° CB) – (m · ΔHf° AB + n · ΔHf° CD)
C o n t o h 2.6
Diketahui:
ΔHf° CH4O(l) = –238,6 kJ/mol
ΔHf° CO2(g) = –393,5 kJ/mol
ΔHf° H2O(l) = –286 kJ/mol
a. Tentukan ΔH reaksi pembakaran CH4O sesuai reaksi:
CH4O(l) + 2 O2(g) ⎯⎯ → CO2(g) + 2 H2O(l)
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol (CH4O)
(Ar C = 12, O = 16, dan H = 1)!
Jawab:
a. Reaksi CH4O(l) + 2 O2(g) ⎯⎯ → CO2(g) + 2 H2O(l)
ΔHreaksi = ∑ΔHf°produk – ∑ΔHf°reaktan
ΔHreaksi = (ΔHf° CO2 + 2 ΔHf° H2O) – (ΔHf° CH4O + 2 ΔHf° O2)
ΔHreaksi = (–393,5 + 2 × (–286)) – (–238,6 + 2 × 0)
= –726,9 kJ/mol
58 Kimia XI SMA
8
b. Mol CH4O = = 0,25 mol
32
kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol = 0,25 × (–726,9)
= –181,725 kJ
1. Diketahui:
ΔHf° CO2(g) = –394 kJ/mol
ΔHf° H2O(l) = –286 kJ/mol
ΔHf° C3H8 = –104 kJ/mol
Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 gram C3H8 (Mr = 44)
sesuai persamaan reaksi:
C3H8 + O2 ⎯⎯ → CO2 + H2O (belum setara)
2. Diketahui entalpi pembentukan C2H5OH, CO2, dan H2O masing-masing berturut-turut
adalah –266 kJ/mol, –394 kJ/mol, dan –286 kJ/mol. Tentukan besarnya entalpi reaksi
pada pembakaran sempurna etanol menurut reaksi:
C2H5OH + 3 O2 ⎯⎯ → 2 CO2 + 3 H2O
3. Diketahui ΔHfo C2H2 = –a kJ/mol, ΔHfo CO2(g) = –b kJ/mol, ΔHf° H2O(l) = –c kJ/mol.
Tentukan besarnya entalpi pembakaran sempurna 52 gram C2H2 (Ar C = 12 dan H = 1)
sesuai persamaan reaksi:
C2H2 + O2 ⎯⎯ → CO2 + H2O (belum setara)
Kimia XI SMA 59
3. Energi Ikatan
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan.
Proses ini selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk
memutuskan 1 mol ikatan kimia dalam suatu molekul gas menjadi atom-
atomnya dalam fase gas disebut energi ikatan atau energi disosiasi (D).
Untuk molekul kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul
itu sehingga membentuk atom-atom bebas disebut energi atomisasi. Harga
energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam
molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom, seperti
H2, O2, N2, atau HI yang mempunyai satu ikatan, maka energi atomisasi
sama dengan energi ikatan. Energi yang diperlukan untuk reaksi pemutusan
ikatan telah diukur. Contoh untuk molekul diatom dicantumkan pada tabel
2.2. Misalnya, energi untuk memutuskan 1 mol ikatan H – H dalam suatu
molekul gas H2 menjadi atom-atom H adalah 436 kJ mol–1.
H2(g) ⎯⎯
→ 2H DH–H = 436 kJ mol–1.
Energi dibutuhkan untuk memutuskan molekul CH4 menjadi sebuah
atom C dan 4 atom H:
CH4(g) ⎯⎯
→ C(g) + 4 H(g)
Besarnya perubahan entalpi reaksi tersebut dapat dihitung dengan entalpi
pembentukan standar sebagai berikut:
ΔH = ΔHf° (C, atomik) + 4 ΔHf° (H, atomik) – ΔHf° (CH4(g))
= (716,7 kJ mol–1) + (218, kJ mol–1) – (–74,5 kJ mol–1)
= 1.663,2 kJ mol–1
Saat perubahan entalpi tersebut setara untuk memutuskan 4 ikatan (–H)
maka besarnya energi ikatan rata-rata C – H adalah 415,8 kJ mol–1, selanjut-
nya kita sebut energi ini sebagai energi ikatan rata-rata karena empat ikatan
C – H dalam CH4 putus dalam waktu yang sama.
C o n t o h 2.7
Jawab:
ΔH = 2 ΔΗf° C + 6 ΔHf° C – ΔHf° C2H6
= 2 (716,7) + 6 (218) – (–84,7)
= 2.826,1 kJ
Pada C2H6
EIkatan C – C + 6 EIkatan C – H = ΔH
EIkatan C – C + 6 (415,8) = 2.826,1
EIkatan C – C = 331,3 kJ/mol
Tabel 2.2 Energi Disosiasi/Ikatan (D) Molekul Diatom dalam kJ/mol pada 25 oC
Molekul Energi Disosiasi (kJ mol–1)
H – H(g) 436,0
N ≡ N(g) 945,3
O – O(g) 498,3
F – F(g) 157
Cl – Cl(g) 242,6
Br – Br(g) 193,9
I – I(g) 152,6
H – F(g) 567,6
H – Cl(g) 431,6
H – Br(g) 366,3
H – I(g) 298,3
Cl – F(g) 254,3
Cl – Br(g) 218,6 Sumber: General Chemis-
try, Principles and Struc-
Cl – I(g) 210,3 ture, James E. Brady, 1990)
Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan menggunakan
entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis, hal tersebut dapat
dijabarkan dengan persamaan:
C o n t o h 2.8
Diketahui energi ikatan:
C – H = 415 kJ/mol
C = C = 607 kJ/mol
C–C = 348 kJ/mol
H – H = 436 kJ/mol
Ditanya:
ΔHreaksi pada reaksi C2H4(g) + H2(g) ⎯⎯
→ C2H6(g)
Kimia XI SMA 61
Jawab:
H H H H
H C C H + H H ⎯⎯
→ H C C H
H H
ΔHreaksi = ∑ energi pemutusan ikatan – ∑ energi pembentukan ikatan
= {4 (C – H) + (C = C) + (H – H)} – {6 (C – H) + (C – C)}
= {(C = C) + (H – H)} – {2 (C – H) + (C – C)}
= (607 + 436) – (2 × 415 + 348)
= 1.043 – 1.178
= –135 kJ
Jadi, C2H4(g) + H2(g) ⎯⎯→ C2H6(g) ΔH = –135 kJ
Energi ikatan rata-rata adalah energi rata-rata per ikatan yang diperlukan
untuk menguraikan 1 mol molekul menjadi atom-atom penyusunnya.
C o n t o h 2.9
Latihan 2.8
Batu bara(s) ⎯⎯
Δ
→ Batu bara mudah menguap(g) ⎯⎯
Δ
→ CH4(g) + C(s)
Arang ini bereaksi dengan uap pada proses endoterm reaksi gas-air (juga
dikenal sebagai reaksi karbon-uap) untuk membentuk bahan bakar campuran CO
dan H2 yang disebut sin-gas.
C(s) + H2O(g) ⎯⎯
→ CO(g) + H2(g) ΔH = 131 kJ
66 Kimia XI SMA
Bagaimanapun, sin-gas memiliki nilai bahan bakar yang lebih rendah daripada
metana. Sebagai contoh, campuran terdiri dari 0,5 mol CO dan 0,5 mol H2 (1 mol
sin-gas) membebaskan energi sebesar sepertiga dari energi dari 1 mol metana.
(ΔHc = –802 kJ/mol).
½ H2(g) + ¼ O2(g) ⎯⎯
→ ½ H2O(g) ΔH = –121 kJ
½ CO(g) + ¼ O2(g) ⎯⎯→ ½ CO2(g) ΔH = –142 kJ
+
→ ½ H2O(g) + ½ CO2(g) ΔH = –263 kJ
½ H2(g) + ½ CO(g) + ½ O2(g) ⎯⎯
Untuk menaikkan nilai bahan bakar sin-gas, sin-gas dapat diubah menjadi
bahan bakar lain, misalnya sebagai metana. Pada reaksi perubahan CO ( juga disebut
sebagai perubahan gas–air), sebagian CO bereaksi dengan uap berlebih untuk
membentuk CO2 dan H2O.
CO(g) + H2O(g) ⎯⎯
→ CO2(g) + H2(g) ΔH = – 41 kJ
Walaupun biaya penguraian air dengan listrik relatif mahal, namun jika metode
masa depan untuk membangkitkan listrik membuktikan ternyata ekonomis, maka
laut menyediakan sumber bahan material yang tidak akan habis-habisnya.
Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan air tersebut berasal dari
bahan bakar fosil, maka hidrogen bukanlah bahan bakar yang komersial. Tetapi
saat ini sedang dikembangkan penggunaan energi nuklir atau energi surya. Jika
hal itu berhasil, maka dunia tak perlu khawatir lagi akan kekurangan energi.
Matahari adalah sumber energi terbesar bumi, tetapi teknologi penggunaan
energi surya sebelumnya belumlah komersial. Salah satu kemungkinan penggunaan
energi surya adalah menggunakan tanaman yang dapat tumbuh dengan cepat.
Energinya kemudian diperoleh dengan membakar tumbuhan itu.
Dewasa ini penggunaan energi surya yang cukup komersial adalah untuk
pemanas air rumah tangga (solar water heater). Nilai kalor dari berbagai jenis
bahan bakar seperti tercantum pada tabel 2.5.
Kimia XI SMA 67
Komposisi (%)
Jenis Bahan Bakar Nilai Kalor (kJ g-1)
C H O
Gas alam 70 23 0 49
Batu bara (Antrasit) 82 1 2 31
Batu bara (Bituminos) 77 5 7 32
Minyak mentah 85 12 0 45
Bensin 85 15 0 48
Arang 100 0 0 34
Kayu 50 6 44 18
Hidrogen 0 100 0 142
Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau industri tidak terbakar
sempurna. Pada pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil)
membentuk karbon dioksida dan uap air. Sedangkan pembakaran tak sempurna
membentuk karbon monoksida dan uap air.
Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg, 2000.
Contoh:
Pembakaran sempurna isooktana:
25
C8H18(l) + O2(g) ⎯⎯ → 8 CO2(g) + 9 H2O(l) ΔH = –5.460 kJ
2
Pembakaran tak sempurna isooktana:
17
C8H18(l) + O2(g) ⎯⎯ → 8 CO(g) + 9 H2O(l) ΔH = –2.924,4 kJ
2
Pembakaran tak sempurna menghasilkan kalor lebih sedikit dibandingkan
pembakaran sempurna. Jadi, pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan
bakar. Kerugian lain pembakaran tak sempurna adalah dihasilkannya gas karbon
monoksida (CO) yang beracun sehingga mencemari udara.
Latihan 2.9
Rangkuman
1. Termokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi dalam suatu reaksi
kimia.
2. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang satu ke bentuk
energi yang lain.
3. Sistem adalah tempat terjadinya perubahan energi.
4. Lingkungan adalah segala sesuatu dari alam semesta yang berada di luar sistem.
5. Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap.
6. Perubahan entalpi (ΔH) sama dengan kalor yang diserap atau kalor yang dilepas pada
tekanan tetap.
7. Reaksi kimia dibedakan menjadi:
• Reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang melepaskan kalor/panas (ΔH = negatif atau
ΔH < 0)
• Reaksi endoterm, yaitu reaksi yang membutuhkan kalor/panas (ΔH = positif atau
ΔH > 0)
8. Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi kimia yang menyertakan perubahan
entalpi (ΔH).
9. Perubahan entalpi standar (ΔH°) adalah perubahan entalpi yang diukur pada kondisi
standar, yakni pada suhu 25 °C (298 K) dan tekanan 1 atm.
10.Kalorimeter adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah kalor reaksi.
11.Hukum Hess atau hukum penjumlahan reaksi berbunyi: “Jika suatu reaksi berlangsung
dalam dua tahap reaksi atau lebih, maka perubahan entalpi untuk reaksi tersebut sama
dengan jumlah perubahan entalpi dari semua tahapan”. Jadi, besarnya perubahan entalpi
tidak tergantung pada jalannya reaksi, tetapi hanya bergantung pada keadaan awal
dan keadaan akhir reaksi.
12.Energi ikatan atau energi disosiasi (D) adalah energi yang diperlukan untuk me-
mutuskan 1 mol ikatan dalam suatu molekul gas menjadi atom-atomnya dalam fase
gas.
13.Kalor pembakaran adalah kalor yang dilepas dalam suatu reaksi pembakaran.
Kimia XI SMA 69
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, D, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
1. Reaksi dalam kehidupan sehari-hari berikut ini yang merupakan reaksi endoterm
adalah … .
A. respirasi D. pembakaran
B. fotosintesis E. kapur tohor dimasukkan dalam air
C. perkaratan besi
2. Suatu reaksi kimia selalu diikuti perubahan energi. Besarnya energi yang
menyertai reaksi dapat dipelajari pada … .
A. termoseting D. elektrolisis
B. stoikiometri E. elektrokimia
C. termokimia
3. Ciri-ciri reaksi eksoterm adalah … .
A. lingkungan menyerap kalor dari sistem
B. sistem menyerap kalor dari lingkungan
C. sistem dan lingkungan memiliki kalor sama
D. kalor sistem dan lingkungan jika dijumlahkan sama dengan nol
E. pada akhir reaksi, kalor lingkungan selalu lebih kecil dari kalor sistem
4. Jika sebongkah es menyerap kalor dari lingkungan, maka … .
A. suhu es berubah secara bertahap
B. suhu es tidak berubah sampai seluruh es mencair
C. suhu es turun kemudian naik secara bertahap
D. suhu es turun secara bertahap
E. suhu es tetap sampai seluruh es mencair, kemudian suhu turun
5. Sebanyak 2 mol gas hidrogen jika direaksikan dengan 1 mol gas oksigen akan
terbentuk uap air yang membutuhkan kalor sebesar 484 kJ. Persamaan
termokimianya adalah … .
A. H2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯ → H2O(g) ΔH = 484 kJ
B. 2 H2(g) + O2(g) ⎯⎯ → 2 H2O(g) ΔH = 484 kJ
C. 2 H2(g) + O2(g) ⎯⎯ → 2 H2O(g) ΔH = –484 kJ
D. 2 H2O(g) ⎯⎯ → 2 H2(g) + O2(g) ΔH = –484 kJ
E. H2O(g) ⎯⎯ → H2(g) + ½ O2(g) ΔH = 484 kJ
6. Pada pembakaran 1 mol gas metana pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm,
dibebaskan kalor sebesar 802 kJ. Persamaan termokimianya adalah … .
A. 2 CH4(g) + 4 O2(g) ⎯⎯ → 2 CO2(g) + 4 H2O(l) ΔH = –802 kJ
B. CH4(g) + 2 O2(g) ⎯⎯ → CO2(g) + 2 H2O(l) ΔH = –802 kJ
C. CO2(g) + 2 H2O(g) ⎯⎯ → CH4(g) + 2 O2(g) ΔH = 802 kJ
D. C(s) + 2 H2(g) + 2 O2 (g) ⎯⎯ → CO2(g) + 2 H2O(l) ΔH = 802 kJ
E. 2 C(s) + 4 H2(g) + 4 O2(g) ⎯⎯ → 2 CO2(g) + 4 H2O(l) ΔH = –802 kJ
70 Kimia XI SMA
13. Kalor pembentukan adalah kalor yang dilepas atau dibutuhkan apabila 1 mol
senyawa terbentuk dari … .
A. ion positif dan negatif D. molekul-molekul diatomik
B. unsur-unsurnya E. atom-atomnya
C. senyawa yang lebih sederhana
14. Yang merupakan persamaan termokimia peruraian adalah … .
A. FeO(s) + Fe2O3(s) ⎯⎯ → Fe3O4(s) ΔH = a kJ
B. CaO(s) + CO2(g) ⎯⎯ → CaCO3(s) ΔH = b kJ
C. CaCO3(s) ⎯⎯ → CaO(s) + CO2(g) ΔH = c kJ
D. CaCO3(s) ⎯⎯ → Ca(s) + C(s) + 3 O(g) ΔH = d kJ
E. CaCO3(s) ⎯⎯ → Ca(s) + C(s) + 3 2 O2(g) ΔH = e kJ
15. Diketahui ΔHf° senyawa CCl4(l), CO2(g), CH4(g), C2H6(g), dan C2H2(g) berturut-
turut adalah –134 kJ, –110 kJ, –75 kJ, –85kJ, dan +227 kJ. Senyawa-senyawa
tersebut kalor peruraiannya termasuk endoterm, kecuali … .
A. CCl4(l) D. C2H6(g)
B. CO2(g) E. C2H2(g)
C. CH4(g)
16. Jika diketahui kalor pembentukan H2(g) + Cl2(g) ⎯⎯ → 2 HCl(g) adalah 185 kJ,
maka besarnya kalor peruraian HCl adalah … .
A. +185 kJ D. +92,5 kJ
B. –185 kJ E. –92,5 kJ
C. –370 kJ
17. Kalor yang dihasilkan dari pembakaran 15 gram etana (C2H6) (Ar C = 12 dan H
= 1) menurut reaksi:
2 C2H6(g) + 7 O2(g) ⎯⎯ → 4 CO2(g) + 6 H2O(l) ΔH = –3.084 kJ
adalah … .
A. –385,5 kJ D. –1.850,4 kJ
B. –771 kJ E. –3.084 kJ
C. –1.542 kJ
18. Diketahui persamaan reaksi:
2 NO(g) + O2(g) ⎯⎯ → 2 NO2(g) ΔH = –x kJ
x merupakan kalor … .
A. pembentukan NO2 D. pembakaran NO
B. pembakaran NO2 E. peruraian NO2
C. pembentukan NO
19. Kalor yang dihasilkan pada pembakaran 4,48 liter gas karbon pada keadaan
standar sesuai reaksi:
C(g) + O2(g) ⎯⎯ → CO2(g) ΔH = –394 kJ
adalah … .
A. 394 kJ D. 78,8 kJ
B. 197 kJ E. 65,7 kJ
C. 98,5 kJ
72 Kimia XI SMA
0 kJ
2 S(s) + 3 O2(g)
ΔH1
–539,8 kJ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
2 SO2(g) + O2(g)
ΔH3
ΔH2
–790,4 kJ ○ ○ ○ ○ ○
2 SO3(g)
28. Diketahui ΔHf° NH4Cl = –314 kJ/mol dan ΔHf° HCl = –92 kJ/mol. Jika reaksi
NH4Cl(g) ⎯⎯ → NH3(g) + HCl(g) mempunyai ΔH = 176 kJ, besarnya ΔHf°
NH3 adalah … .
A. 398 kJ D. –92 kJ
B. 222 kJ E. –46 kJ
C. –176 kJ
29. Diketahui energi ikatan:
C – C = 348 kJ/mol Cl – Cl = 242 kJ/mol
H – Cl = 431 kJ/mol C – Cl = 328 kJ/mol
C – H = 423 kJ/mol
Besarnya ΔH pada reaksi:
H H H H Cl H
H C C C H + Cl Cl → H C C C H + H Cl
H H H H H H
adalah … .
A. +94 kJ D. –94 kJ
B. +81 kJ E. –208 kJ
C. –81 kJ
30. Diketahui energi ikatan N ≡ N = 163 kJ/mol dan H–H = 436 kJ/mol.
Pada reaksi:
1
2 N2(g) + 3
2 H2(g) ⎯⎯
→ NH3(g) ΔH = –438 kJ/mol
energi ikatan rata-rata N–H adalah … .
A. 1.173,5 kJ D. 195,5 kJ
B. 735,5 kJ E. 130 kJ
C. 391 kJ
10. Diketahui:
ΔHf° C2H6(g) = –85 kJ/mol
ΔHf° C(g) = +715 kJ/mol
ΔHf° H(g) = +218 kJ/mol
energi ikatan C – C = 348 kJ/mol
Hitunglah energi ikatan C – H dalam etana (C2H6) pada reaksi:
C2H6(g) ⎯⎯ → 2 C(g) + 6 H(g)
11. Diketahui energi ikatan:
C – C = 348 kJ/mol H – H = 436 kJ/mol
C – H = 415 kJ/mol C – O = 356 kJ/mol
C = O = 724 kJ/mol O – H = 463 kJ/mol
Hitunglah besarnya ΔH pada reaksi:
H H H H H H H H
H C C C C = O + H H→ H C C C C O H
H H H H H H H
12. Diketahui:
ΔHf° CH4(g) = –75 kJ/mol
kalor penguapan C(s) = 714 kJ/mol
energi ikatan H2 = 437 kJ/mol
Hitunglah besarnya energi ikatan rata-rata C – H pada reaksi:
CH4(g) ⎯⎯ → C(s) + 4 H(g)
13. Diketahui:
ΔHf° C2H4(g) = 52 kJ/mol
ΔHf° C2H6(g) = –85 kJ/mol
Hitunglah besarnya ΔH pada reaksi
C2H4(g) + H2(g) ⎯⎯
→ C2H6(g)
14. Jelaskan bahan bakar alternatif yang Anda ketahui untuk pengganti bensin/
solar!
15. Jelaskan proses terjadinya sin-gas dan SNG (sintetic natural gas) beserta besarnya
kalor yang terjadi pada reaksi-reaksi tersebut!
Kimia XI SMA 77
Pengantar
B anyak reaksi di sekitar kita yang berlangsung cepat, sedang, dan juga lambat,
bahkan sangat lambat. Misalnya, petasan yang dinyalakan, membusuknya buah-
buahan dan makanan lain, serta masaknya buah-buahnya setelah diperam. Dapatkah
Anda menyebutkan contoh reaksi dalam kehidupan sehari-
hari yang berlangsung sangat cepat, sedang, ataupun lambat?
Jika Anda perhatikan gambar 3.1 dan 3.2, dapatkah
Anda membedakan waktu yang diperlukan masing-masing
untuk peristiwa tersebut?
Untuk mempelajari lebih
lanjut tentang laju reaksi atau
kecepatan reaksi, terlebih
dahulu kita akan mempelajari
tentang konsentrasi. Konsen-
trasi yang digunakan dalam laju
reaksi adalah molaritas. Gambar 3.1 Mobil berkarat Gambar 3.2 Pengapian
Sumber: Encyclopedia Encarta Sumber: Encyclopedia
2006 Encarta 2006
78 Kimia XI SMA
Peta Konsep
Laju Reaksi
Laju Reaksi
berkaitan
Waktu
Perubahan tentukan
membentuk melalui
Senyawa
dari Orde Reaksi Absorpsi
Antara
dijelaskan dijelaskan
melalui melalui
Pereaksi Hasil Reaksi
Teori Tumbukan
Molaritas
penggunaan penggunaan
3.1 Molaritas
A. Pengertian Molaritas
Molaritas merupakan salah satu cara untuk menyatakan kosentrasi larutan,
selain molalitas, normalitas maupun fraksi mol. Molaritas menyatakan jumlah
mol zat yang terlarut dalam satu liter larutan. Molaritas dilambangkan dengan
notasi M dan satuannya adalah mol/liter (James E. Brady, 2000). Rumus yang
digunakan untuk mencari molaritas larutan adalah:
n
M=
V
Kimia XI SMA 79
Jika zat yang akan dicari molaritasnya ada dalam satuan gram dan volu-
menya dalam mililiter, maka molaritasnya dapat dihitung dengan rumus:
1.000 g 1.000
M=n × atau M = M ×
mL r mL
dengan:
M = molaritas (mol/liter)
n = mol zat terlarut (mol)
V = volume larutan (liter)
g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
C o n t o h 3.1
C o n t o h 3.2
Tentukan molaritas dari asam sulfat pekat yang mengandung 96% H2SO4 dan massa
jenis 1,8 kg L–1! (diketahui Ar H = 1, S = 32, dan O = 16)
Jawab:
Larutan memiliki massa jenis 1,8 kg/liter, artinya dalam setiap 1 liter larutan, massanya
adalah 1,8 kg atau 1.800 gram.
Kandungan massa H2SO4 dalam larutan tersebut = 96% × massa larutan
96
= × 1.800 gram
100
= 1.728 gram
mol
Molaritas H2SO4 =
L
massa H 2 SO4
= M r H 2SO 4
1 liter
1.728g
= 98g/mol = 17,63 M
1 liter
C. Pengenceran Larutan
Seringkali di laboratorium, larutan yang tersedia mempunyai molaritas
tidak sesuai dengan yang kita kehendaki. Jika larutan yang tersedia mempunyai
molaritas yang lebih besar dari yang kita butuhkan, maka kita harus melakukan
pengenceran. Pengenceran menyebabkan volume dan molaritas larutan berubah,
tetapi jumlah mol zat terlarut tidak berubah.
Rumus yang digunakan adalah:
V1M1 = V2M2
C o n t o h 3.3
Latihan 3.1
1. Hitunglah besarnya molaritas larutan NaOH yang dibuat dengan melarutkan 16 gram
NaOH (Ar Na = 23 dan O = 16) dalam 250 mL air!
2. Hitunglah besarnya K2Cr2O7 yang harus ditimbang untuk membuat 500 mL larutan
K2Cr2O7 0,05 M (Ar K = 39, Cr = 52, dan O = 16)!
3. Hitunglah volume (mL) yang diperlukan untuk melarutkan 0,53 gram Na2CO3 untuk
membuat larutan Na2CO3 0,01 M (Ar Na = 23, C = 12, O = 16)!
4. Hitunglah besarnya molaritas larutan asam nitrat yang mengandung 63% HNO3 massa
jenisnya 1,8 kg L–1 (Ar H = 1, N = 14, O = 16)!
5. Berapakah molaritas H2SO4 1 M yang dibutuhkan untuk membuat 250 mL larutan
H2SO4 0,1 M?
6. Berapakah volume air yang ditambahkan pada 25 mL larutan HCl 2 M, untuk membuat
larutan HCl 0,5 M?
7. Berapakah volume larutan HCl 0,2 M yang dibuat dari 5,88 mL larutan HCl berkadar
36,5% dan massa jenis 1,7 kg L–1 (Ar H = 1 dan Cl = 35,5)!
8. Berapa volume air yang harus ditambahkan pada 50 mL larutan HNO3 2 M untuk
membuat larutan HNO3 0,5 M?
Reaktan → Produk
82 Kimia XI SMA
Ä[ R]
v =
Ät
Ä[ P ]
v = +
Ät
C o n t o h 3.4
1. Berdasarkan reaksi:
2 N2O5(g) → 4 NO2(g) + O2(g)
diketahui bahwa N2O5 berkurang dari 2 mol/liter menjadi 0,5 mol/liter dalam waktu
10 detik. Berapakah laju reaksi berkurangnya N2O5?
Jawab:
Ä[R] Ä[N 2 O5 ]
vN2O5 = − = −
Ät Ät
2 − 0,5
=
10
= 0,15 M/detik
Kimia XI SMA 83
2. Ke dalam ruang yang volumenya 2 liter, dimasukkan 4 mol gas HI yang kemudian
terurai menjadi gas H2 dan I2. Setelah 5 detik, dalam ruang tersebut terdapat 1 mol gas
H2. Tentukan laju reaksi pembentukan gas H2 dan laju reaksi peruraian gas HI!
Jawab:
Persamaan reaksi : 2 HI(g) ⎯⎯ → H2(g) + I2(g)
Mula-mula : 4 mol - -
Setelah 5 detik : 2 mol 1 mol 1 mol
a. Laju reaksi pembentukan H2
Karena mol H2 yang terbentuk = 1 mol,
1
maka molaritas H2 =
2
= 0,5 mol/liter
0,5
Jadi, laju pembentukan H2 =
5
= 0,1 M/detik
b. Laju reaksi penguraian HI
2 mol HI ~ 1 mol H2
2
maka gas HI yang terurai = × 1 mol
1
= 2 mol
2
Molaritas HI yang terurai = = 1 mol/liter
2
1
Jadi, laju peruraian HI =
5
= 0,2 M/detik
B. Luas Permukaan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi
harus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen,
reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas campuran inilah
yang dimaksud dengan bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh,
reaksi akan berlangsung lebih cepat.
C. Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak
atau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi.
Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadinya
tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar.
Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu
zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar meng-
hasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak mampu
melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan
memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan meng-
hasilkan reaksi.
D. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi,
tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah
menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan
katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-
zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi.
Ea
Energi
Energi
ΔH ΔH
Pereaksi Hasil reaksi
Gambar 3.6 Energi pengaktifan dan energi yang dilepas (eksoterm) atau energi yang diserap (endoterm)
A. Pengaruh Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat, jika konsentrasi
pereaksi ditingkatkan. Untuk lebih memahami hal tersebut, lakukan percobaan
berikut ini.
Percobaan 3.1
Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
Alat dan bahan:
1. 3 buah tabung reaksi
2. 3 buah batang magnesium (Mg) dengan panjang 5 cm
3. 10 mL larutan HCl dengan konsentrasi masing-masing 1 M, 2 M, dan 3 M
86 Kimia XI SMA
Cara kerja:
1. Masukkan larutan HCl ke dalam tabung reaksi yang sudah Anda beri tanda 1 M,
2 M, dan 3 M.
2. Siapkan pencatat waktu (stopwatch), masukkan pita Mg ke dalam tabung no. 1
yang berisi larutan HCl 1 M.
3. Catat waktu yang diperlukan, mulai dari saat memasukkan pita Mg sampai dengan
pita Mg habis bereaksi dengan HCl.
4. Salin dan masukkan hasil pencatatan waktu yang diperlukan oleh masing-masing
tabung pada tabel hasil pengamatan.
5. Ulangi kegiatan dengan menggunakan HCl 2 M dan HCl 3 M.
6. Buat kesimpulan dari percobaan Anda dengan membandingkan waktu yang
diperlukan oleh masing-masing tabung reaksi.
Tabel Pengamatan
Tabung Reaksi Pita Logam Mg (cm) Molaritas HCl (M) Waktu (detik)
1 5 1 .........................
2 5 2 .........................
3 5 3 .........................
Reaksi kimia dapat terjadi antara reaksi satu fasa maupun beda fasa. Pada
reaksi yang berlangsung lebih dari satu fasa, tumbukan antarpartikel atau reaksi
terjadi pada permukaan bidang sentuh. Jika luas permukaan ini diperbanyak,
dengan jalan memperkecil ukuran partikel, maka laju reaksi menjadi lebih
cepat.
Kimia XI SMA 87
Percobaan 3.2
Pengaruh Luas Permukaan Bidang Sentuh
Alat dan bahan:
1. 3 buah tabung reaksi
2. 3 macam batu pualam (CaCO3) dalam bentuk serbuk, butiran, dan kepingan masing-
masing massanya 1 gram
3. 30 mL larutan HCl 2 M
Cara kerja:
1. Percobaan dilakukan pada suhu kamar.
2. Masukkan batu pualam ke dalam masing-masing tabung reaksi.
3. Masukkan 10 mL HCl ke dalam tiap tabung reaksi. Segera hidupkan stopwatch,
saat memasukkan HCl.
4. Catat waktu yang diperlukan mulai dari memasukkan HCl sampai dengan habisnya
pita Mg bereaksi dengan HCl.
5. Salin dan tuliskan data ke dalam tabel pengamatan.
Tabel Pengamatan
Tabung Reaksi CaCO3 1 gram 10 mL HCl (M) Waktu (detik)
1 serbuk 2M ..........................
2 butiran 2M ..........................
3 kepingan 2M ..........................
Bagaimana kesimpulan Anda terhadap hasil percobaan tersebut?
Percobaan 3.3
Pada umumnya reaksi kimia akan berlangsung dua kali lebih cepat, apabila
suhu dinaikkan 10 oC. Jika dimisalkan laju reaksi pada saat t1°C = v1 dan laju
reaksi setelah dinaikkan suhunya t2°C = v2, maka laju reaksi setelah dinaikkan
suhunya atau v2 tersebut dapat dirumuskan sebagai:
( Ä10t )
v2 = 2 × v1
Kimia XI SMA 89
C o n t o h 3.5
1. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap suhunya dinaikkan 10 oC. Jika
laju reaksi pada saat suhu 20 °C adalah x M/detik, tentukan laju reaksi pada saat suhu
dinaikkan menjadi 60 °C!
Jawab:
Δt = (60 – 20) °C = 40 °C
40 )
v2 = 2 ⋅ x
( 10
= 24 · x = 16x
2. Suatu reaksi kimia yang berlangsung pada suhu 30 °C memerlukan waktu 40 detik.
Setiap kenaikan suhu 10 °C, reaksi akan lebih cepat dua kali dari semula. Tentukan
waktu yang diperlukan jika suhu dinaikkan menjadi 50 °C!
Jawab:
Δt = (50 – 30) oC = 20 oC
1 1
v1 = t =
1 40
( 20 ) 1 1 1
v2 = 2 10 ⋅ = 22 · =
40 40 10
1 1
t2 = = = 10 detik
v2 1
10
Percobaan 3.4
Cara kerja:
1. Masukkan masing-masing 50 mL larutan H2O2 5% ke dalam 3 gelas kimia.
2. Pada gelas pertama hanya berisi larutan H2O2 5 % , pada gelas kedua ditambahkan
20 tetes NaCl, dan pada gelas ketiga ditambahkan 20 tetes FeCl3.
3. Perhatikan reaksi yang terjadi pada masing-masing gelas kimia, kemudian salin
dan catat pada tabel pengamatan.
Tabel Pengamatan
Larutan H2O2 5% Larutan yang
Percobaan Gejala yang Diamati
(mL) Ditambahkan
1 50 - ................................
2 50 20 tetes NaCl ................................
3 50 20 tetes FeCl3 ................................
Latihan 3.2
v = k · [A]x · [B]y
Persamaan seperti di atas, disebut persamaan laju reaksi atau hukum laju
reaksi. Persamaan laju reaksi seperti itu menyatakan hubungan antara
konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi. Bilangan pangkat pada persamaan di
atas disebut sebagai orde reaksi atau tingkat reaksi pada reaksi yang
bersangkutan. Jumlah bilangan pangkat konsentrasi pereaksi-pereaksi disebut
sebagai orde reaksi total. Artinya, reaksi berorde x terhadap pereaksi A dan
reaksi berorde y terhadap pereaksi B, orde reaksi total pada reaksi tersebut
adalah (x + y). Faktor k yang terdapat pada persamaan tersebut disebut tetapan
reaksi. Harga k ini tetap untuk suatu reaksi, dan hanya dipengaruhi oleh suhu
dan katalis.
Pada umumnya, harga orde reaksi merupakan bilangan bulat sederhana,
yaitu 1, 2, atau 3, tetapi kadang-kadang juga terdapat pereaksi yang mempunyai
orde reaksi 0, ½, atau bahkan negatif.
Beberapa contoh reaksi beserta rumus laju reaksi dan orde reaksinya dapat
dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Reaksi, Rumus Laju Reaksi, dan Orde Reaksi Beberapa Senyawa
C o n t o h 3.6
Reaksi gas bromin dengan gas nitrogen oksida sesuai dengan persamaan reaksi:
2 NO(g) + Br(g) → 2 NOBr(g)
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut.
Konsentrasi Awal (M)
No. Laju Reaksi Awal (M/detik)
[NO] [Br2]
1. 0,1 0,05 6
2. 0,1 0,1 12
3. 0,2 0,05 24
4. 0,3 0,05 54
Tentukan:
a. orde reaksi terhadap NO d. orde reaksi total
b. orde reaksi terhadap Br2 e. harga tetapan reaksi k
c. persamaan laju reaksi f. besar laju reaksi jika [NO] = 0,2 dan [Br2] = 0,1
Jawab:
Rumus persamaan laju reaksi adalah v = k · [NO]x [Br2]y
a. Orde reaksi terhadap NO, pilih konsentrasi Br2 yang tetap, yaitu percobaan 1 dan 3.
v1 = k · [ NO]1x · [Br2]1y
v3 = k · [ NO]3x · [Br2]3y
6 = k · (0,1)x · (0,05)y
24 = k · (0,2)x · (0,05)y
¼ = (½)x ⇒ x = 2 Jadi, orde reaksi terhadap NO adalah 2.
b. Orde reaksi terhadap Br2, pilih konsentrasi NO yang tetap, yaitu percobaan 1 dan 2.
v1 = k · [NO]1x · [Br2]1y
v2 = k · [NO]1x · [Br2]2y
6 = k · (0,1)x · (0,05)y
12 = k · (0,1)x · (0,1)y
½ = (½)y ⇒ y = 1 Jadi, orde reaksi terhadap Br2 adalah 1.
94 Kimia XI SMA
12 = k · (0,1)2 · (0,1)
12
k =
[0,01 × 0,1]
k = 1,2 · 104 M
g. Besar laju reaksi jika [NO] = 0,1 dan [Br2] = 0,1 adalah:
v2 = k · [ NO]22 · [Br2]21
v2 = 1,2 · 104 · (0,1)2 · (0,1)
v2 = 12 M detik–1
D. Jenis-jenis Katalis
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi katalis homogen
dan katalis heterogen (James E. Brady, 1990).
1. Katalis Homogen
Katalis homogen adalah katalis yang dapat bercampur secara homogen
dengan zat pereaksinya karena mempunyai wujud yang sama.
Contoh:
a. Katalis dan pereaksi berwujud gas
H + (aq)
C12H22O11(aq) + H2O(l) ⎯⎯⎯ → C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)
glukosa fruktosa
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang tidak dapat bercampur secara
homogen dengan pereaksinya karena wujudnya berbeda.
Contoh:
Katalis berwujud padat, sedang pereaksi berwujud gas.
C2H4(g) + H2(g) ⎯⎯⎯ Ni (s)
→ C2H6(g)
Kimia XI SMA 95
3. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis.
Contoh:
CH3COOH yang dihasilkan dari reaksi metil asetat dengan air merupa-
kan autokatalis reaksi tersebut.
CH3COOCH3(aq) + H2O(l) ⎯⎯
→ CH3COOH(aq) + CH3OH(aq)
Dengan terbentuknya CH3COOH, reaksi menjadi bertambah cepat.
4. Biokatalis
Biokatalis adalah katalis yang bekerja pada proses metabolisme, yaitu
enzim.
Contoh:
Enzim hidrolase mempercepat pemecahan bahan makanan melalui
reaksi hidrolisis.
5. Inhibitor
Inhibitor adalah zat yang kerjanya memperlambat reaksi atau meng-
hentikan reaksi.
Contoh:
I2 atau CO bersifat inhibitor bagi reaksi:
2 H2(g) + O2(g) ⎯⎯
→ 2 H2O(l)
6. Racun Katalis
Racun katalis adalah inhibitor yang dalam jumlah sangat sedikit dapat
mengurangi atau menghambat kerja katalis.
Contoh:
CO2, CS2, atau H2S merupakan racun katalis pada reaksi:
2 H2(g) + O2 (g) ⎯⎯
Pt
→ 2 H2O (l)
Hal ini mengakibatkan tumbukan efektif menjadi lebih sering terjadi, sehingga
reaksi berjalan lebih cepat.
Latihan 3.3
1. Pada percobaan reaksi A + B → AB diperoleh data-data percobaan sebagai berikut.
[A] (M) [B] (M) Laju Reaksi (M detik–1)
0,1 0,1 8
0,1 0,2 16
0,2 0,2 32
Tentukan:
a. orde reaksi terhadap A d. harga tetapan k
b. orde reaksi terhadap B e. persamaan laju reaksi
c. orde reaksi total f. besarnya laju reaksi bila [A] dan [B] sebesar
0,5 M
2. Pada percobaan reaksi P + 2Q → PQ2 diperoleh data-data percobaan sebagai berikut.
No. [P] (M) [Q] (M) Waktu Reaksi (detik)
1. 0,1 0,1 128
2. 0,2 0,1 64
3. 0,1 0,2 32
4. 0,2 0,4 x
Tentukan:
a. orde reaksi terhadap P d. harga tetapan k
b. orde reaksi terhadap Q e. persamaan laju reaksi
c. orde reaksi total f. besarnya x
3. Pada percobaan reaksi 2 NO(g) + Br2(g) ⎯⎯ → 2 NOBr(g) diperoleh data-data percobaan:
Rangkuman
1. Molaritas menyatakan jumlah mol zat yang terlarut dalam satu liter larutan.
2. Laju reaksi adalah laju berkurangnya jumlah molaritas reaktan atau laju bertambahnya
jumlah molaritas produk per satuan waktu.
Ä[R ] Ä[P ]
v= atau v=+
Ät Ät
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, luas permukaan,
suhu, dan katalisator.
4. Energi pengaktifan atau energi aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk
berlangsungnya suatu reaksi.
5. Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan antara konsentrasi pereaksi dengan
laju reaksi.
Reaksi: xA+yB→ pC+qD
Persamaan laju reaksinya adalah: v = k · [A]x · [B]y
6. Orde reaksi atau tingkat reaksi adalah bilangan pangkat pada persamaan reaksi yang
bersangkutan.
7. Orde reaksi total adalah jumlah bilangan pangkat konsentrasi pereaksi-pereaksi.
8. Katalis homogen adalah katalis yang dapat bercampur secara homogen dengan zat
pereaksinya karena mempunyai wujud yang sama.
9. Katalis heterogen adalah katalis yang tidak dapat bercampur secara homogen dengan
pereaksinya karena wujudnya berbeda.
10. Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis.
11. Biokatalis adalah katalis yang bekerja pada proses metabolisme, yaitu enzim.
12. Inhibitor adalah zat yang kerjanya memperlambat reaksi atau menghentikan reaksi.
13. Racun katalis adalah inhibitor yang dalam jumlah sangat sedikit dapat mengurangi
atau menghambat kerja katalis.
Kimia XI SMA 99
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
1. Larutan asam nitrat (HNO3) dengan Mr = 63 mempunyai konsentrasi 1 molar,
artinya ... .
A. dalam 1 liter larutannya mengandung 63 gram HNO3
B. dalam 1 liter pelarut terdapat 63 gram HNO3
C. dalam 1 liter air mengandung 63 gram HNO3
D. sebanyak 63 gram HNO3 dilarutkan dalam 100 mL air
E. sebanyak 63 gram HNO3 dilarutkan sampai 100 mL
2. Molaritas asam nitrat pekat 63% dengan massa jenis 1,3 kg/liter adalah ... .
(Mr HNO3 = 63)
A. 6,3 M D. 13 M
B. 6,5 M E. 63 M
C. 10 M
3. Jika ke dalam 10 mL larutan asam sulfat (H2SO4) 2 M ditambahkan air sebanyak
90 mL, maka konsentrasi larutan asam sulfat sekarang adalah ... .
A. 0,002 M D. 2 M
B. 0,02 M E. 20 M
C. 0,2 M
4. Sebanyak 10 mL larutan HCl 2 M dicampur dengan 140 mL larutan HCl 0,5 M.
Konsentrasi larutan HCl sekarang adalah ... .
A. 0,2 M D. 0,5 M
B. 0,3 M E. 0,6 M
C. 0,4 M
5. Larutan urea [CO(NH2)2] dibuat dengan jalan melarutkan 3 gram urea ke dalam
air sampai volume 250 mL. Konsentrasi larutan urea yang dibuat adalah ... .
(Mr urea = 60)
A. 0,1 M D. 0,4 M
B. 0,2 M E. 0,5 M
C. 0,3 M
6. Diketahui reaksi P + Q → R + S. Pernyataan yang benar untuk menunjukkan
laju reaksi adalah ... .
Δ[P ] Δ[R ]
A. vP = + D. vR = –
Ät Ät
Δ[Q ] Δ[S ]
B. vQ = + E. vS = –
Ät Ät
Δ[P ]
C. vP = –
Ät
100 Kimia XI SMA
Reaksi yang paling cepat terjadi adalah pada percobaan ke- ... .
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3
10. Suatu reaksi yang melibatkan zat X dan Y menghasilkan reaksi sebagai berikut.
2 X(g) + 2 Y(g) → Z(g)
Diperoleh data bahwa reaksi tersebut merupakan pangkat 2 terhadap pereaksi X
dan orde total reaksi adalah 3. Rumus persamaan laju reaksi yang benar bagi
reaksi tersebut adalah ... .
A. v = k [X]2[Y] D. v = k [X]2[Z]
B. v = k [X][Y][Z] E. v = k [Z]3
2
C. v = k [X][Y]
Kimia XI SMA 101
11. Dari reaksi A2B(g) → 2A(g) + B(g) diketahui bahwa reaksi tersebut berorde
dua terhadap A2B. Grafik yang menyatakan hubungan antara laju reaksi dengan
konsentrasi A2B adalah ... .
v
A. D.
[A]
Orde nol
B. E.
[A]
Orde satu
v
C.
[A]
Orde dua
14. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi. Hal tersebut disebabkan karena
kenaikan suhu akan ... .
A. menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi
B. memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
C. memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
D. memperbesar tekanan ruang terjadinya reaksi
E. memperbesar luas permukaan
15. Laju reaksi dari suatu reaksi tertentu menjadi dua kali lipat setiap kenaikan suhu
10 °C. Suatu reaksi berlangsung pada suhu 30 °C. Jika suhu ditingkatkan menjadi
100 °C maka laju reaksi akan menjadi ... kali lebih cepat dari semula.
A. 128 D. 16
B. 64 E. 8
C. 32
16. Untuk reaksi A + B → C, ternyata jika konsentrasi awal A dinaikkan menjadi
dua kali (konsentrasi B tetap), maka laju reaksi menjadi dua kali lebih besar.
Bila konsentrasi awal A dan B masing-masing dinaikkan tiga kali, maka laju
reaksi menjadi 27 kali lebih besar. Persamaan laju reaksi tersebut adalah ... .
A. v = k · [A]2[B]2
B. v = k · [A][B]
C. v = k · [A]2[B]
D. v = k · [A][B]3
E. v = k · [A] [B]2
17. Reaksi antara gas H2 dan O2 pada suhu 25 oC berlangsung sangat lambat, tetapi
ketika ditambah serbuk Pt, reaksi menjadi lebih cepat. Hal ini menunjukkan
bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh ... .
A. temperatur
B. katalis
C. sifat-sifat
D. konsentrasi
E. luas permukaan
18. Untuk reaksi A + B → C + D diperoleh data sebagai berikut.
Percobaan [A] (mol/liter) [B] (mol/liter) Laju Reaksi (mol/liter.detik)
1 0,1 0,1 x
2 0,2 0,2 8x
3 0,1 0,3 9x
Orde reaksi terhadap A adalah ... .
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3
Kimia XI SMA 103
Kata Kunci
Reaksi reversibel, reaksi ireversibel,
kesetimbangan dinamis, asas Le Chate-
lier, pergeseran kesetimbangan, tetapan
kesetimbangan (K c), kesetimbangan
parsial gas, derajat disosiasi, proses
Haber-Bosch, proses kontak.
Pengantar
Peta Konsep
Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan Kimia
Pergeseran
Kesetimbangan Kesetimbangan Kesetimbangan
Homogen Heterogen
(1 Fasa) (Lebih 1 Fasa) didasari
Asas Le
Chatelier
Proses Haber-
mempunyai dipengaruhi oleh
Kontak Bosch
Tetapan
Kesetimbangan K
(K tetap pada T tetap)
meliputi
Kc Kp
hubungan
Kp = Kc(RT)Δn
Kimia XI SMA 107
Apabila air dalam sebuah tempat tertutup (sistem tertutup atau pada suhu
kamar) dipanaskan, beberapa molekul air pada permukaan akan bergerak cukup
cepat untuk lepas dari cairan dan menguap. Apabila air berada dalam ruang terbuka,
tidak mungkin molekul air akan kembali lagi, sehingga uap yang terbentuk akan
habis. Namun, jika air berada pada suatu tempat tertutup seperti gambar 4.1, maka
akan terdapat perbedaan. Uap yang terbentuk tidak dapat melepaskan diri dan akan
bertabrakan dengan air-air di permukaan dan akan kembali pada cairan (dengan
kata lain mengembun). Pada awalnya kecepatan pengembunan rendah, saat terdapat
sedikit molekul dalam uap. Penguapan akan berlanjut
dengan kecepatan yang lebih besar daripada pe-
ngembunan. Oleh karena itu, volume air akan
menyusut dan molekul-molekul uap akan bertambah.
Bertambahnya molekul-molekul uap mengakibatkan
molekul-molekul tersebut saling bertabrakan, dan
bergabung dengan cairan. Pada akhirnya, kecepatan
penguapan dan pengembunan akan sama. Keadaan Gambar 4.1 Kesetimbangan air
di mana reaksi berlangsung terus-menerus dan dalam bentuk cair dan gas dalam
kecepatan membentuk zat produk sama dengan sistem tertutup. Sumber: Chemistry,
The Molecular Nature of Matter and
kecepatan menguraikan zat pereaksi disebut Change, Martin S. Silberberg, 2000.
kesetimbangan dinamik. Reaksi kimia yang dapat
balik (zat-zat produk dapat kembali menjadi zat-zat semula) disebut reaksi reversibel.
Ciri-ciri kesetimbangan dinamis adalah:
1. Reaksi berlangsung terus-menerus dengan arah yang berlawanan.
2. Terjadi pada ruang tertutup, suhu, dan tekanan tetap.
3. Kecepatan reaksi ke arah produk (hasil reaksi) sama dengan kecepatan reaksi ke
arah reaktan (zat-zat pereaksi).
4. Tidak terjadi perubahan makroskopis, yaitu perubahan yang dapat dilihat, tetapi
terjadi perubahan mikroskopis, yaitu perubahan tingkat partikel (tidak dapat
dilihat).
5. Setiap komponen tetap ada.
Pada reaksi kesetimbangan peruraian gas N2O4 menjadi gas NO2, tercapai
keadaan setimbang saat kecepatan terurainya N2O4 sama besarnya dengan kecepatan
membentuk kembali N2O4.
N2O4(g) ⎯⎯
←⎯ ⎯→ 2 NO2(g)
Tercapainya kesetimbangan dinamis peruraian N2O4 dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 (a) Reaksi dimulai,
campuran reaksi terdiri dari N2O 4
tidak berwarna, (b) N 2 O 4 terurai
membentuk NO2 cokelat kemerahan,
warna campuran jadi cokelat, (c)
Kesetimbangan tercapai, konsentrasi
NO 2 dan N 2O4 konstan dan warna
campur-an mencapai warna final, (d)
Karena reaksi berlangsung terus-
menerus dengan kecepatan sama,
maka konsentrasi dan warna konstan.
(a) (b) (c) (d)
Sumber: Chemistry, The Molecular
Nature of Matter and Change, Martin
S. Silberberg, 2000.
108 Kimia XI SMA
Dalam sistem terbuka (di alam sekitar kita) terjadi kesetimbangan kimia
(reaksi bolak-balik/dua arah/reversibel), yaitu proses siklus oksigen, siklus
air, dan siklus nitrogen. Dengan adanya kesetimbangan kimia (reaksi reversibel/
dua arah), maka makhluk hidup tidak kehabisan oksigen untuk bernapas dan
tidak kehabisan air untuk keperluan sehari-hari.
Tugas Kelompok
A + B ⎯⎯
→
←⎯
⎯ C + D
Latihan 4.1
1. Jelaskan perbedaan antara reaksi satu arah (ireversibel) dengan reaksi dua arah
(reversibel), dan berikan contohnya!
2. Apakah yang dimaksud dengan kesetimbangan dinamis?
3. Sebutkan beberapa contoh kesetimbangan dinamis dalam kehidupan sehari-hari!
4. Jelaskan perbedaan antara kesetimbangan homogen dengan kesetimbangan heterogen!
Berikan masing-masing contohnya!
A. Perubahan Konsentrasi
Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat
diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari
zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka
kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut. Bila zat diencerkan dengan
menambah air pada sistem, maka kesetimbangan bergeser pada jumlah molekul
terbanyak.
110 Kimia XI SMA
C o n t o h 4.1
a. SO2 ditambah?
b. SO3 ditambah?
c. O2 dikurangi?
d. SO3 dikurangi?
Jawab:
a. Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kanan.
b. Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas SO3, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri.
c. Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi O2, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri.
d. Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi SO3, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan.
2. Pada reaksi kesetimbangan:
Ag+(aq) + Fe2+(aq) ←⎯ ⎯⎯ → Ag(s) + Fe3+(aq)
⎯
ke arah mana kesetimbangan bergeser, jika:
a. ditambah Ag+?
b. ditambah Fe3+?
c. campuran diencerkan dengan menambah H2O pada sistem?
Jawab:
Jumlah molekul (koefisien) ruas kiri = 1 + 1 = 2
Jumlah molekul (koefisien) ruas kanan = 1 (Ag(s) padat maka koefisien tidak dihitung)
a. Jika reaksi ditambah Ag+, maka kesetimbangan bergeser ke kanan.
b. Jika reaksi ditambah Fe3+, maka kesetimbangan bergeser ke kiri.
c. Jika reaksi ditambah air (pengenceran), maka kesetimbangan bergeser pada jumlah
molekul terbanyak (ke kiri).
Catatan
Pada sistem kesetimbangan di mana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri sama dengan
jumlah koefisien reaksi sebelah kanan, maka perubahan tekanan atau volume tidak
menggeser letak kesetimbangan.
Contoh:
Pada reaksi kesetimbangan:
⎯⎯
→ 2 NH (g)
N2(g) + 3 H2(g) ←⎯
⎯ 3
C. Perubahan suhu
Latihan 4.2
[C ]c [ D]d
Kc =
[ A]a [ B ]b
Catatan
Zat-zat yang terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat (s), larutan (aq), gas (g),
dan cair (l). Tetapi yang dimasukkan dalam tetapan kesetimbangan konsentrasi hanya
zat-zat yang berbentuk gas (g) dan larutan (aq) saja. Hal ini disebabkan konsentrasi
zat padat adalah tetap dan nilainya telah terhitung dalam harga Kc itu.
Contoh:
1. C(s) + CO2(g) ⎯⎯
→
←⎯
⎯ 2 CO(g)
[CO]2
Kc =
[CO 2 ]
2. Zn(s) + Cu2+(aq) ⎯⎯
→
←⎯
⎯ Zn2+(aq) + Cu(s)
[Zn 2+ ]
Kc =
[Cu 2+ ]
3. ⎯⎯
→ CH COOH(aq) + OH–(aq)
CH3COO–(aq) + H2O(l) ←⎯
⎯ 3
[CH 3 COOH][OH ` ]
Kc = [CH 3 COO ` ]
4. ⎯⎯
→ H (g) + I (g)
2 HI(g) ←⎯
⎯ 2 2
[H 2 ][I 2 ]
Kc =
[HI]2
114 Kimia XI SMA
C o n t o h 4.2
1. Dalam ruang satu liter, satu mol zat AB direaksikan dengan satu mol zat CD menurut
persamaan reaksi:
AB(g) + CD(g) ←⎯⎯⎯ ⎯→ AD(g) + BC(g)
Setelah kesetimbangan tercapai ternyata tersisa 0,25 mol senyawa CD. Tentukan
tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini!
Jawab:
Persamaan reaksi : AB(g) + CD(g) ⎯⎯
→ AD(g) +
←⎯
⎯ BC(g)
Mula-mula : 1 mol 1 mol 0 mol 0 mol
Bereaksi : 0,75 mol 0,75 mol – –
Setimbang : 0,25 mol 0,25 mol 0,75 mol 0,75 mol
• Pada awal reaksi, produk belum terbentuk, jadi terdapat 0 mol produk.
• Diketahui 0,25 mol CD pada keadaan setimbang, berarti mol CD yang bereaksi
adalah 1 – 0,25 = 0,75 mol.
• Mol AB, AD, dan BC yang bereaksi dapat ditentukan dengan perbandingan mol =
perbandingan koefisien CD.
Koefisien AB : AD : BC : CD = mol AB : mol AD : mol BC : mol CD.
• Untuk zat-zat pereaksi (sebelah kiri anak panah), jumlah zat-zat pereaksi makin
berkurang, maka mol sisa = mol mula-mula – mol bereaksi.
• Untuk zat-zat hasil reaksi/produk (sebelah kanan anak panah), jumlah zat-zat hasil
reaksi (produk) makin bertambah, maka mol sisa = mol mula-mula + mol
bereaksi.
• Untuk menentukan harga tetapan kesetimbangan konsentrasi, maka kita tentukan
terlebih dahulu konsentrasi zat-zat tersebut, dengan satuan molaritas adalah M
(mol/liter).
0, 25
[AB] = = ¼ M
1
0,75
[AD] = = ¾M
1
0, 25
[CD] = = ¼M
1
0,75
[BC] = = ¾M
1
[AD ][BC ] ( 3 4 )( 3 4 )
Kc = = ( 1 )( 1 ) = 9
[AB ][CD ] 4 4
Kimia XI SMA 115
2. Diketahui reaksi:
⎯⎯
→ CO (g) + H (g)
CO(g) + H2O(g) ←⎯
⎯ Kc = 16
2 2
Bila 4 mol gas CO direaksikan dengan 4 mol H2O dalam ruang 1 liter, berapa mol gas
CO2 dan H2 yang terbentuk?
Jawab:
Persamaan reaksi : CO(g) + H2O(g) ←⎯ ⎯⎯→ CO (g) + H (g)
⎯ 2 2
Mula-mula : 4 mol 4 mol 0 mol 0 mol
Bereaksi : x mol x mol – –
Setimbang : 4 – x mol 4 – x mol x mol x mol
Karena volume satu liter, maka:
(4 – x)
[CO] = = (4 – x) M
1
(4 – x)
[H2O] = = (4 – x) M
1
x
[CO2] = = xM
1
x
[H2] = = xM
1
[CO 2 ][H 2 ]
Kc =
[CO][H 2 O]
x⋅x
16 = (4 – x)(4 – x)
x2
16 =
(4 – x) 2
(ruas kiri dan ruas kanan ditarik akar)
x
4 =
4− x
16
x = mol
5
Sumber: General Chemistry, Principles & Structure, James E. Brady, 1990
116 Kimia XI SMA
C. Derajat Disosiasi
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih
sederhana.
Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai
dengan jumlah mol mula-mula.
Contoh:
Gas amonia mengalami disosiasi menurut persamaan reaksi:
⎯⎯
2 NH3(g) ←⎯ → N (g) + 3 H (g)
⎯ 2 2
C o n t o h 4.3
1. Dalam reaksi disosiasi N2O4 berdasarkan persamaan reaksi:
⎯⎯
N O (g) ←⎯ → 2 NO (g)
⎯
2 4 2
banyaknya mol N2O4 dan NO2 pada keadaan setimbang adalah sama.
Pada keadaan ini, berapakah harga derajat disosiasinya?
Jawab:
• Misalkan pada keadaan setimbang mol N2O4 = mol NO2 = 2 mol
• Pada produk NO2, mol zat sisa = mol zat yang bereaksi = 2 mol
• Perbandingan mol = perbandingan koefisien
koefisien N 2 O 4
Mol N2O4 yang bereaksi =
koefisien NO 2 × mol NO2
1
= × 2 = 1 mol
2
Kimia XI SMA 117
bila dalam ruang 2 liter, 8 mol gas PCl5 berdisosiasi 75%, tentukan besarnya harga
tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc)!
Jawab:
mol PCl5 yang bereaksi (terurai)
α = mol PCl5 mula-mula
[PCl3 ][Cl 2 ]
Kc = [PCl5 ]
[3][3]
= = 9
[1]
118 Kimia XI SMA
Latihan 4.3
Apabila dalam ruang 1 liter pada keadaan setimbang terdapat 2 mol CS2 dan 8 mol
gas hidrogen, tentukan besarnya tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc)!
3. Diketahui reaksi kesetimbangan:
SiO (s) + 4 HF(g) ←⎯⎯⎯ → SiF (g) + 2 H O(g)
⎯
2 4 2
Dalam ruang satu liter disediakan 5 mol SiO2 dan 10 mol HF. Pada keadaan setimbang
terdapat 2 mol SiF4. Tentukan besarnya tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc)!
4. Dalam ruang 2 liter, 4 mol gas COCl2 berdisosiasi menurut reaksi:
COCl2(g) ←⎯ ⎯⎯ → CO(g) + Cl (g)
⎯ 2
Bila terbentuk 1 mol gas CO, tentukan besarnya:
a. derajat disosiasi (α)
b. tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc)!
5. Tetapan kesetimbangan (Kc) untuk peruraian HI adalah 4, menurut persamaan reaksi:
2 HI(g) ←⎯⎯⎯ → H (g) + I (g)
⎯ 2 2
Bila mula-mula terdapat 4 mol HI dalam ruang satu liter, tentukan:
a. derajat disosiasi (α) HI
b. mol H2 dan I2 yang terbentuk
6. Dalam ruang 1 liter, 5 mol SO3 terurai menurut reaksi:
2 SO (g) ←⎯⎯⎯ → 2 SO (g) + O (g)
⎯
3 2 2
8. Diketahui reaksi:
CO(g) + 2 H2(g) ←⎯ ⎯⎯ ⎯→ CH OH(aq)
3
Dalam ruang 2 liter, 3 mol CO direaksikan dengan 5 mol H2. Bila pada keadaan
setimbang diperoleh 2 mol CH3OH, tentukan besarnya tetapan kesetimbangan
konsentrasi (Kc)!
9. Empat mol etanol terurai 75% dalam ruang 1 liter, menurut persamaan reaksi:
C2H5OH(g) ←⎯ ⎯⎯ ⎯→ C H (g) + H O(g)
2 4 2
Tentukan besarnya Kc!
10.Pada reaksi:
2 NO2(g) ←⎯ ⎯⎯ → 2 NO(g) + O (g)
⎯ 2
perbandingan mol NO2 : O2 pada keadaan setimbang adalah 2 : 1. Tentukan besarnya
derajat disosiasi (α) NO2!
[ PC ] p [ PD ]q
Kp =
[ PA ]m [ PB ]n
dengan:
Kp = tetapan kesetimbangan tekanan gas
PA = tekanan parsial gas A (atm)
mol A
= × Ptotal
mol total
PB = tekanan parsial gas B (atm)
mol B
= × Ptotal
mol total
PC = tekanan parsial gas C (atm)
mol C
= × Ptotal
mol total
PD = tekanan parsial gas D (atm)
mol D
= × Ptotal
mol total
120 Kimia XI SMA
C o n t o h 4.4
Dalam ruang 2 liter terdapat 5 mol gas amonia (NH3) yang terurai sesuai reaksi:
⎯⎯
2 NH (g) ←⎯ → N (g) + 3 H (g)
⎯
3 2 2
Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg, 2000.
Kimia XI SMA 121
C o n t o h 4.4
Latihan 4.4
1. Tuliskan tetapan kesetimbangan tekanan gas (Kp) dari reaksi kesetimbangan berikut.
a. 2 BrCl(g) ←⎯⎯⎯ → Br (g) + Cl (g)
⎯ 2 2
Satu mol ICl terurai dalam ruang 5 liter. Bila Kc = 0,25, tentukan:
a. mol I2 dan mol Cl2 yang terbentuk
b. Kp bila Ptotal = 2 atm
3. Zat A2B terurai menurut reaksi:
2 AB(g) ←⎯ ⎯⎯ → 2 A(g) + B (g)
⎯ K = 2,5 × 10–2
2 c
Bila terbentuk 1 mol gas CO2 dan 1 mol gas H2O, dan tekanan total 4 atm, tentukan
besarnya Kc dan Kp!
5. Dalam ruang 1 liter, 5 mol gas CCl4 terurai 60% menurut reaksi:
CCl (g) ←⎯⎯⎯ → C(g) + 2 Cl (g)
⎯
4 2
H2S2O7(aq) + H2O(l) ⎯⎯
→ 2 H SO (l)
2 4
Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang mengguna-
kan pembakaran belerang dan absorpsi tunggal dengan injeksi udara
(pengenceran) antartahap.
Menara umpan
udara
Pembakar Udara
sulfur Uap
Udara
Blower Turbo-Kipas Tungku Filter gas Penukar panas Konverter 4 Ekonomizer Menara
mulai panas limbah panas lintasan Oleum
Pendingin
Asam 98-99% ke asam absorpsi Oleum ke
penimbunan penimbunan
Sulfur
Sulfur
Encer
Latihan 4.5
H 2 O(l)
CO2(g) ⎯⎯
→ CO (aq)
←⎯
⎯ (1)
2
Konsentrasi CO2 dalam air proporsional dengan tekanan parsial gas CO2 yang
bereaksi dengan air (hukum Henry), [CO2(aq)] ≈ PCO2 .
Karena terus-menerus melepaskan CO2 dari dalam tanah, PCO2 dalam lekukan
tanah lebih tinggi daripada PCO2 di atmosfer.
2. Reaksi CO2 dan air menghasilkan H3O+. Persentase H3O+ meningkatkan daya
larut bahan-bahan ionik yang terdiri dari anion asam lemah.
CO (aq) + 2 H O(l) ←⎯ ⎯⎯ → H O+(aq) + HCO –(aq)
⎯
2 2 3 3
+
Jadi CO2(aq) membentuk H3O yang meningkatkan daya larut CaCO3.
⎯⎯
→ Ca2+(aq) + 2 HCO –(aq)
CaCO3(s) + CO2(aq) + H2O(l) ←⎯
⎯ (2)
3
Inilah penjelasan dari proses pembentukan gua. Ketika air permukaan menetes
melalui celah-celah pada tanah, maka akan bertemu dengan udara yang terjebak
dalam tanah dengan tekanan CO2 yang tinggi. Sebagai hasilnya CO2(aq) akan
meningkat (persamaan 1 bergeser ke kanan) dan larutan menjadi bersifat lebih asam.
Ketika CO2 memperkaya air yang bereaksi dengan batu kapur, maka makin
banyak CaCO3 yang larut (persamaan 2 bergeser ke kanan). Sebagai hasilnya maka
semakin banyak batu-batu yang terbentuk, semakin banyak air yang mengalir di
dalamnya, semakin banyak batu-batu yang terbentuk, dan seterusnya. Seiring
berjalannya waktu, gua perlahan-lahan akan membentuk stalaktit dan stalagmit.
Proses pembentukan stalaktit dan stalagmit melalui terowongan-terowongan
bawah tanah. Beberapa larutan sebagian besar melarutkan Ca(HCO3)2 melewati
langit-langit gua yang terbentuk. Ketika menetes maka akan bertemu dengan udara
yang mempunyai tekanan CO2 lebih rendah dari tekanan CO2 di tanah, sehingga
beberapa CO2(aq) keluar dari larutan (persamaan 1 bergeser ke kiri). Ini me-
nyebabkan CaCO3 mengendap di langit-langit dan di tempat tetesan jatuh (persamaan
2 bergeser ke kiri).
Kimia XI SMA 127
Gambar 4.4. Bagian dalam Carisbad Caverns New Mexico, bentuk yang mengagumkan di
dalam gua batu kapur (ditunjukkan di bawah lampu-lampu berwarna) menghasilkan perubahan
yang halus dalam peristiwa kesetimbangan ionik karbonat lebih dari jutaan tahun. Sumber:
Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg, 2000.
128 Kimia XI SMA
Rangkuman
1. Reaksi kimia ada yang bersifat satu arah dan ada yang bersifat dua arah.
2. Reaksi ireversibel adalah reaksi kimia yang bersifat satu arah (tidak dapat balik menjadi
pereaksi semula).
3. Reaksi reversibel adalah reaksi kimia yang bersifat dua arah (dapat balik menjadi
pereaksi semula).
4. Reaksi reversibel disebut juga reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan dicapai
saat laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik.
5. Reaksi kesetimbangan bersifat dinamis, artinya terjadi perubahan secara mikroskopis
saat reaksi kesetimbangan berlangsung.
6. Reaksi kesetimbangan dapat dipengaruhi faktor-faktor dari luar, yaitu konsentrasi,
suhu, dan tekanan.
7. Asas Le Chatelier menjelaskan bila terhadap suatu reaksi kesetimbangan dilakukan
suatu aksi, maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi
pengaruh aksi tersebut.
8. Pembuatan amonia dengan proses Haber-Bosch dilakukan pada suhu ± 450 °C, tekanan
tinggi antara 200 – 400 atm, dan ditambah katalis serbuk besi dicampur Al2O3, MgO,
CaO2, dan K2O.
9. Pembuatan asam sulfat dengan proses kontak dilakukan pada suhu ± 450oC, tekanan
normal 1 atm, dan ditambah katalis V2O5.
10.Tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc) adalah hasil kali konsentrasi zat-zat produk
dibagi hasil kali konsentrasi zat-zat pereaksi, setelah masing-masing dipangkatkan
koefisien menurut persamaan reaksi.
11.Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan gas (Kp) adalah hasil kali tekanan parsial
gas-gas produk dibagi dengan hasil kali tekanan parsial gas-gas pereaksi, setelah
masing-masing gas dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan reaksi.
12.Hubungan antara Kp dan Kc adalah Kp = Kc [RT]Δn.
13.Makna tetapan kesetimbangan Kc dan Kp adalah bahwa harga Kc dan Kp semakin besar
menunjukkan bahwa reaksi ke kanan berlangsung sempurna atau hampir sempurna.
Kimia XI SMA 129
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
6. Dari reaksi kesetimbangan berikut, bila volume sistem diubah, maka yang tidak
mengalami pergeseran kesetimbangan adalah … .
A. 2 SO (g) + O (g) ←⎯ ⎯⎯ → 2 SO (g)
⎯
2 2 3
B. N2(g) + 3 H2(g) ⎯⎯
←⎯ → 2 NH (g)
⎯ 3
⎯⎯
C. H2(g) + Cl2(g) ←⎯ →
⎯ 2 HCl(g)
⎯⎯
D. 2 N2(g) + O2(g) ←⎯→ 2 N O(g)
⎯ 2
⎯⎯
E. H2(g) + CO2(g) ←⎯ →
⎯ 2H O(g) + CO(g)
7. Reaksi kesetimbangan hidrolisis ester sebagai berikut.
C H COOCH (aq) + H O(l) ←⎯ ⎯⎯ → CH OH(aq) + CH COOH(aq)
⎯
2 5 3 2 3 3
Dari reaksi-reaksi di atas, jika pada suhu tetap dan tekanan diperbesar, maka
produknya akan bertambah terjadi pada reaksi … .
A. 1, 3, dan 4 D. 2, 3, dan 5
B. 2, 4, dan 5 E. 1, 2, dan 5
C. 2, 3, dan 4
12. Pada reaksi kesetimbangan:
CO(g) + 3 H (g) ←⎯⎯⎯ ⎯→ CH (g) + H O(g)
2 4 2
[CO][H 2 ]3
B. K =
[CH 4 ][H 2 O]
[CO][H 2 O]
C. K =
[H 2 ]3 [CH 4 ]
[CH 4 ][H 2 O]
D. K = [CO][H ]3
2
[CH 4 ][3H 2 ]
E. K =
[H 2 O][CO]
13. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi:
⎯⎯
2 SO (g) + O (g) ←⎯ → 2 SO (g)
⎯
2 2 3
adalah … .
[SO3 ]2 [SO2 ]2 [O 2 ]
A. K= D. K =
[SO 2 ]2 [O 2 ]2 [SO3 ]
[SO3 ]2 [SO2 ]2 [O 2 ]
B. K = E. K =
[SO2 ]2 [O 2 ] [SO3 ]2
[SO3 ]2
C. K =
[SO 2 ][O 2 ]
132 Kimia XI SMA
14. Pada suhu tinggi, besi(III) hidrogen karbonat terurai menurut reaksi:
⎯⎯
→ FeO(s) + H O(g) + 2 CO (g)
⎯
Fe(HCO3)2(s) ←⎯ 2 2
[FeO]
E. K = [Fe ( HCO ) ]
3 2
15. Dalam volume 5 liter terdapat 4,0 mol asam iodida, 0,5 mol yodium dan o,5 mol
hidrogen dalam suatu kesetimbangan. Maka tetapan kesetimbangan untuk reaksi
pembentukan asam iodida dari iodium dan hidrogen adalah … .
A. 50 D. 60
B. 54 E. 64
C. 56
16. Tetapan kesetimbangan bagi reaksi:
⎯⎯
→ 2 XY(g)
X2(g) + Y2(g) ←⎯
⎯
adalah 16 pada suhu dan tekanan tertentu. Jika X2, Y2, dan XY masing-masing
sebanyak 1 mol dicampurkan dalam ruangan 1 liter pada suhu tersebut, maka
jumlah mol XY dalam kesetimbangan adalah … .
A. 0,5 D. 3,0
B. 1,5 E. 4,0
C. 2,0
17. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi:
⎯⎯
→ CaO(s) + CO (g)
CaCO3(s) ←⎯
⎯ 2
adalah … .
[CO 2 ][CaO] [CaCO3 ]2
A. K = [CaCO ] D. K =
3 [CO 2 ]2 [CaO]2
[CO 2 ]2 [CaO]2
B. K = E. K = [CO2]
[CaCO3 ]3
[CaCO3 ]
C. K = [CO ][CaO]
2
Kimia XI SMA 133
Jika pada saat setimbang terdapat gas NO2 dan gas CO masing-masing 0,2 mol,
dan gas NO serta CO 2 masing-masing 0,4 mol, maka besarnya tetapan
kesetimbangan pada suhu tersebut adalah … .
A. 0,25
B. 0,5
C. 1
D. 2
E. 4
19. Diketahui reaksi kesetimbangan:
⎯⎯
→ 2 CO (g)
2 CO(g) + O2(g) ←⎯
⎯ 2
Dalam ruang 2 liter direaksikan 5 mol CO dan 5 mol O2. Jika pada saat setimbang
terdapat 4 mol gas CO2, maka besarnya Kc adalah … .
A. 0,09
B. 1,067
C. 9
D. 10,67
E. 90
20. Pada suhu tertentu, campuran gas hidrogen dan karbon dioksida mula-mula
berbanding 1 : 2. Pada saat 25% karbon dioksida bereaksi, dalam ruang 1 liter
tercapai kesetimbangan menurut reaksi:
H2(g) + CO2(g) ⎯⎯
→
←⎯
⎯ H2O(g) + CO(g)
Bila mula-mula terdapat 0,4 mol HI, dan diperoleh 0,1 mol gas hidrogen pada
saat setimbang, maka besarnya derajat disosiasi HI adalah … .
A. 0,25 D. 0,75
B. 0,50 E. 0,80
C. 0,60
134 Kimia XI SMA
adalah 12,5. Dalam ruang 1 liter, 0,4 mol NO direaksikan dengan gas O2. Jika
pada saat setimbang ditandai dengan terbentuknya N2O4 sebanyak 0,1 mol, maka
besarnya mol gas O2 mula-mula adalah … .
A. 1 D. 0,1
B. 0,5 E. 0,05
C. 0,3
23. Dalam ruang 2 liter dicampurkan 1,4 mol gas CO dan 1,4 mol gas hidrogen
menurut reaksi:
⎯⎯
→ CH (g) + H O(g).
CO(g) + 3 H2(g) ←⎯
⎯ 4 2
Jika pada saat setimbang terdapat 0,4 mol gas CH4, maka harga Kc adalah … .
A. 0,2 D. 8
B. 0,8 E. 80
C. 1,25
24. Dalam suatu ruang dicampur 5 mol PCl3 dan 5 mol Cl2 menurut reaksi:
PCl3(g) + Cl2(g) ⎯⎯
→ PCl (g).
←⎯
⎯ 5
Setelah gas Cl2 bereaksi 20%, tercapai keadaan kesetimbangan. Bila Ptotal = 3
atm, maka harga tetapan kesetimbangan tekanan (Kp) adalah … .
1
A. 1 D.
9
3
B. 4 E.
16
1
C.
3
2 A2B(g) ⎯⎯
→ 2 A (g) + B (g)
←⎯
⎯ 2 2
adalah 16. Pada suhu 27 °C, besarnya Kp untuk reaksi tersebut adalah … .
A. 35,4
B. 246
C. 300,3
D. 393,6
E. 412
Kimia XI SMA 135
26. Pada suhu T K, nilai Kc dan Kp yang sama ditunjukkan pada reaksi kesetim-
bangan … .
⎯⎯
A. 2 SO2(g) + O2(g) ←⎯ → 2 SO (g)
⎯ 3
⎯⎯
B. H (g) + Cl (g) ←⎯ →
⎯ 2 HCl(g)
2 2
⎯⎯
C. N2(g) + 3 H2(g) ←⎯→ 2 NH (g)
⎯ 3
D. N2O4(g) ←⎯⎯⎯ →
⎯ 2 NO2(g)
⎯⎯
E. 2 NO(g) + O (g) ←⎯⎯→ 2 NO (g)
2 2
27. Pada suhu tinggi, besi(III) hidrogen karbonat terurai menurut reaksi:
Fe(HCO3) ←⎯ ⎯⎯ ⎯→ FeO(s) + H O(g) + 2 CO(g)
2
Jika tekanan total sebesar 3 atm, maka pada saat kesetimbangan tercapai, tetapan
kesetimbangan tekanan (Kp) adalah ... .
A. 1 D. 4
B. 1,5 E. 6
C. 3
28. Harga Kp untuk reaksi kesetimbangan 2 X(g) ←⎯ ⎯⎯ → 3 Y(g) pada suhu tertentu
⎯
1
adalah .
8
Jika tekanan parsial X sebesar 8, maka tekanan parsial Y sebesar … .
1
A. D. 6
64
B. 1 E. 8
C. 3
29. Dalam ruang 1 liter dicampur 4 mol zat A dan 5 mol zat B. Reaksi kesetimbangan:
⎯⎯
→ C(g)
A(g) + 2 B(g) ←⎯
⎯
Jika pada saat setimbang diperoleh 2 mol C dan tekanan total 10 atm, maka
besarnya Kp adalah … .
A. 0,05 D. 0,60
B. 0,25 E. 0,80
C. 0,50
30. Dalam ruang 1 liter terdapat reaksi disosiasi:
PCl5(g) ⎯⎯
→ PCl (g) + Cl (g)
←⎯
⎯ 3 2
Jika pada saat setimbang, perbandingan PCl5 dan PCl3 adalah 3 : 2, maka besarnya
derajat disosiasi (α) adalah … .
A. 50% D. 80%
B. 60% E. 90%
C. 75%
136 Kimia XI SMA
e. Fe (aq) + NCS–(aq)
3+ ⎯⎯
→
←⎯
⎯ FeNCS2+(aq)
Jika 0,2 mol gas NO dicampur dengan 0,2 mol gas O2, saat setimbang terdapat
0,05 mol N2O4. Tentukan harga Kc dan Kp!
15. Dalam ruang 2 liter, 5 mol gas CCl4 terurai sesuai reaksi:
⎯⎯
→ C(s) + 2 Cl (g)
CCl4(g) ←⎯
⎯ 2
16. Dalam ruang 10 liter, 1 mol SO3 terurai 50% menurut reaksi kesetimbangan:
⎯⎯
→ 2 SO (g) + O (g)
2 SO3(g) ←⎯
⎯ 2 2
CO(g) + H2O(g) ⎯⎯
→ CO (g) + H (g)
←⎯
⎯ Kc = 0,80
2 2
Untuk menghasilkan 4 mol H2 per liter dari 6 mol H2O per liter, tentukan besarnya
mol CO yang dibutuhkan!
19. Pada suhu 400 K dan dalam ruang 1 liter tetapan kesetimbangan reaksi:
⎯⎯
→ 2 NO (g)
2 NO(g) + O2(g) ←⎯
⎯ 2
1
adalah . Bila disediakan 4 mol NO dan menghasilkan 2 mol NO2, tentukan:
4
a. banyaknya mol oksigen yang diperlukan
b. Kc
c. Kp (R = 0,082 L atm mol–1 K–1)
20. Jika tetapan kesetimbangan untuk reaksi 2 X + 2 Y ←⎯ ⎯⎯ → 4 Z adalah 0,04,
⎯
tentukan besarnya tetapan kesetimbangan untuk reaksi:
⎯⎯
→ X+Y
2 Z ←⎯
⎯
Kimia XI SMA 139
I. Pilih satu jawaban paling benar di antara pilihan jawaban A, B, C, D, atau E! Untuk
soal yang memerlukan hitungan, jawablah dengan uraian jawaban beserta cara
mengerjakannya!
1. Jumlah elektron maksimum yang dapat menempati tingkat energi ketiga adalah ... .
A. 2 D. 18
B. 6 E. 28
C. 8
2. Kedudukan elektron dalam suatu atom ditentukan oleh ... .
A. tingkat energi D. panjang gelombang
B. bilangan kuantum E. frekuensi
C. bilangan oksidasi
3. Pernyataan berikut merupakan kelemahan teori atom Niels Bohr, kecuali ... .
A. tidak dapat menerangkan kedudukan elektron dengan pasti
B. lintasan elektron bukan merupakan elips
C. tidak dapat menerangkan pengaruh medan magnet
D. kejadian dalam ikatan kimia tidak dapat diterangkan
E. tiap lintasan elektron dihuni elektron
4. Suatu atom dengan empat kulit elektron memiliki orbital sebanyak ... .
A. 8 D. 20
B. 12 E. 30
C. 16
5. Ion X2+ yang mengandung 12 proton dan 12 neutron memiliki konfigurasi
elektron ... .
A. 1s2 2s2 2p4 D. 1s2 2s2 2p4 3s2
2 2 6
B. 1s 2s 2p E. 1s2 2s2 2p5 3s2
2 2 6 2
C. 1s 2s 2p 3s
6. Vanadium mempunyai nomor atom 23. Jumlah elektron yang tak berpasangan
adalah ... .
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3
7. Bilangan kuantum yang dimiliki oleh elektron terakhir pada 29Cu adalah ... .
A. n = 3; l = 2; m = +2; s = –½ D. n = 4; l = 0; m = 0; s = +½
B. n = 3; l = 2; m = +2; s = +½ E. n = 4; l = 0; m = 0; s = –½
C. n = 3; l = 1; m = 0; s = +½
8. Elektron yang mempunyai bilangan kuantum m = –2 terletak pada subkulit ... .
A. 2s D. 3p
B. 2d E. 3d
C. 3s
140 Kimia XI SMA
18. Senyawa XeCl4 (nomor atom Xe = 54) mempunyai bentuk molekul ... .
A. tetrahedral D. bipiramida trigonal
B. piramida trigonal E. oktahedral
C. segi empat planar
19. Bentuk molekul SF6 (nomor atom S = 16) adalah ... .
A. tetrahedral D. bipiramida trigonal
B. piramida trigonal E. oktahedral
C. segi empat planar
20. Bentuk molekul PCl5 (nomor atom P = 15) adalah ... .
A. tetrahedral D. bipiramida trigonal
B. piramida trigonal E. oktahedral
C. segi empat planar
21. Jika diketahui reaksi A + B ⎯⎯
→ C + D, maka laju reaksi didefinisikan sebagai
laju ... .
A. penambahan konsentrasi A per satuan waktu
B. penambahan konsentrasi B per satuan waktu
C. berkurangnya konsentrasi A dan B per satuan waktu
D. berkurangnya konsentrasi C dan D per satuan waktu
E. berkurangnya konsentrasi A dan D per satuan waktu
22. Dari reaksi: 2 NO(g) + Br2(g) ⎯⎯ → 2 NOBr(g), diperoleh data percobaan
sebagai berikut.
No. [NO] (M) [Br2] (M) Laju Reaksi (M/detik)
1. 0,3 0,05 1,6
2. 0,3 0,15 4,8
3. 0,1 0,25 0,5
4. 0,2 0,25 2,0
Persamaan laju reaksi untuk reaksi di atas adalah ... .
A. v = k·[NO][Br2] D. v = k·[NO]2[Br2]2
B. v = k·[NO][Br2]2 E. v = k·[NO]
D. v = k·[NO]2[Br2]
23. Dari reaksi N2(g) + 3 H2(g) ⎯⎯
→ 2 NH3(g) diperoleh data sebagai berikut.
24. Umumnya setiap kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena kenaikan
suhu akan ... .
A. memperbesar tekanan
B. memperbesar luas permukaan
C. menaikkan energi pengaktifan
D. memperbesar konsentrasi zat-zat pereaksi
E. memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
25. Dalam ruang 5 liter berlangsung penguraian N2O4 menurut reaksi:
N2O4(g) ⎯⎯ → 2 NO2(g)
Jika mula-mula dimasukkan 3 mol N2O4 dan dalam 10 detik dihasilkan 2 mol
NO2, maka laju reaksi terurainya gas N2O4 adalah ... .
A. 0,06 M/detik D. 0,02 M/detik
B. 0,04 M/detik E. 0,01 M/detik
C. 0,03 M/detik
26. Laju suatu reaksi bertambah tiga kali lebih cepat setiap kenaikan suhu 10 °C.
Jika laju reaksi pada suhu 25 °C adalah 4 M/detik, maka laju reaksi pada suhu
45 °C adalah ... .
A. 8 M/detik D. 24 M/detik
B. 12 M/detik E. 36 M/detik
C. 16 M/detik
27. Hasil percobaan untuk reaksi:
A(g) + B(g) ⎯⎯ → C(g)
sebagai berikut.
1) Jika konsentrasi A dinaikkan dua kali dan konsentrasi B tetap, maka laju
reaksi menjadi 4 kali lebih cepat.
2) Laju reaksi menjadi 8 kali lebih cepat, bila konsentrasi B diperbesar 2 kali
dan konsentrasi A tetap.
Persamaan laju reaksi tersebut adalah ... .
A. V = k[A]2[B]3 D. V = k[A]½[B]3
3 2
B. V = k[A] ][B] E. V = k[A][B]
C. V = k[A]2[B]4
28. Dalam ruang 2 liter direaksikan 1,6 mol gas X dan 2,2 mol gas Y, sehingga
terjadi reaksi X(g) + 2 Y(g) ⎯⎯ → XY(g).
Setelah reaksi berlangsung 5 detik masih terdapat 0,6 mol gas X. Besarnya laju
reaksi terhadap Y adalah ... .
A. 0,05 M/detik D. 0,2 M/detik
B. 0,1 M/detik E. 0,4 M/detik
C. 0,15 M/detik
29. Diketahui reaksi A + B ⎯⎯ → C.
Dari percobaan diperoleh data sebagai berikut:
No. [A] (M) [B] (M) Laju Reaksi (M/detik)
1. 0,5 0,4 2a
2. 0,5 0,8 8a
3. 0,25 0,4 a
Kimia XI SMA 143
35. Kalor reaksi yang terjadi pada reaksi 0,25 mol NaOH(aq) dengan 0,25 mol
HCl(aq), jika diketahui perubahan entalpi pada reaksi:
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯ → NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = 56,60 kJ/mol
adalah ... .
A. 7,075 kJ D. 42,25 kJ
B. 14,15 kJ E. 113,2 kJ
C. 28,30 kJ
36. Diketahui:
ΔHf CO2 = –393,5 kJ/mol ΔHf H2O = –241,8 kJ/mol
Bila diketahui reaksi:
C2H4(g) + 3 O2(g) ⎯⎯ → 2 CO2(g) + 2 H2O(g) ΔHc = –1.323 kJ
maka besarnya ΔHf C2H4 adalah ... .
A. +24,5 kJ D. +52,4 kJ
B. –54,2 kJ E. –24,5 kJ
C. +54,2 kJ
37. Jika diketahui pada reaksi pembentukan 2,6 gram C2H2 (Ar C = 12, H = 1)
dibebaskan energi sebesar 22,6 kJ, maka besarnya entalpi pembentukan standar
C2H2 membebaskan energi sebesar ... .
A. 2,26 kJ/mol D. 226 kJ/mol
B. 22,6 kJ/mol E. 452 kJ/mol
C. 45,2 kJ/mol
38. Diketahui:
ΔH C3H8 = –104 kJ ΔH CO2 = –395 kJ ΔH H2O = –286 kJ
Persamaan reaksi pada pembakaran gas C3H8 sebagai berikut.
C3H8(g) + 5 O2(g) ⎯⎯ → 3 CO2(g) + 4 H2O(l)
Besarnya perubahan entalpi pada pembakaran 11 gram C3H8 (Ar C = 12, H = 1)
adalah ... .
A. –2.225 kJ D. +556,25 kJ
B. +2.225 kJ E. –1112,5 kJ
C. –556,25 kJ
39. Diketahui energi ikatan rata-rata dari:
C = C = 598 kJ/mol
C – C = 346 kJ/mol
H – H = 436 kJ/mol
C – H = 415 kJ/mol
Besarnya perubahan entalpi pada reaksi:
C2H4(g) + H2(g) ⎯⎯
→ C2H6(g)
adalah ... .
A. –394 kJ D. +3.940 kJ
B. –142 kJ E. +1.958 kJ
C. +142 kJ
Kimia XI SMA 145
H C C H Br Br ⎯⎯
→ H C C H
H H H H
adalah ... .
A. –50 kJ D. + 100 kJ
B. –100 kJ E. + 200 kJ
C. + 50 kJ
41. Suatu reaksi dikatakan mencapai keadaan setimbang, jika ... .
A. jumlah mol pereaksi dan hasil reaksi sama
B. masing-masing zat yang bereaksi telah habis
C. reaksi sudah berhenti
D. laju reaksi ke arah hasil reaksi sama dengan laju reaksi ke arah pereaksi
E. reaksi berlangsung dengan laju reaksi pada dua arah berbeda
42. Harga tetapan kesetimbangan (Kc) untuk reaksi:
3 Fe(s) + 4 H O(g) ←⎯⎯⎯ → Fe O (s) + 4 H (g) adalah ... .
⎯
2 3 4 2
4
[Fe3O4 ][H 2 ] [H 2 O]4
A. Kc = D. Kc =
[Fe]3 [H 2 O]4 [H 2 ]4
[Fe]3 [H 2 O]4 [H 2 ]4
B. Kc = E. Kc =
[Fe3O4 ][H 2 ]4 [H 2 O]4
[Fe3O4 ][H 2 ]4
C. Kc =
[H 2 ]4
43. Pada reaksi N2(g) + 3 H2(g) ←⎯ ⎯⎯ → 2 NH (g), jika pada suhu tetap konsentrasi
⎯ 3
N2 dikurangi, maka ... .
A. kesetimbangan tak bergeser
B. kesetimbangan bergeser ke kiri
C. kesetimbangan bergeser ke kanan
D. harga tetapan kesetimbangan makin besar
E. pereaksi habis
44. Dalam ruang tertutup bervolume 4 liter, 3 mol gas NO terurai menurut reaksi:
2 NO(g) ⎯⎯
←⎯ →
⎯ N2(g) + O2(g)
Jika pada saat setimbang terdapat 1 mol gas N2, maka harga Kc adalah ... .
A. 4 D. 0,5
B. 2 E. 0,25
C. 1
146 Kimia XI SMA
45. Dalam ruang 10 liter dan tekanan total ruang 4 atm, terjadi reaksi kesetimbangan:
NH3(g) + HCl(g) ⎯⎯
←⎯ → NH Cl(g)
⎯ 4
Pada saat kesetimbangan tercapai diperoleh 3 mol NH3, 1 mol HCl, dan 4 mol
NH4Cl. Besarnya Kp adalah ... .
A. 4 D. 3 2
B. 8 3 E. 2 3
C. 3
46. Dalam bejana tertutup sebanyak 2 liter, 5 mol gas N2O5 terurai menurut reaksi
kesetimbangan:
2 N2O5(g) ←⎯ ⎯⎯ ⎯→ 4 NO (g) + O (g)
2 2
Bila pada saat setimbang terdapat 2 mol gas O2, maka besarnya dissosiasi N2O5
adalah ... .
A. 90% D. 60%
B. 80% E. 50%
C. 75%
47. Diketahui reaksi:
2 SO2(g) + O2(g) ←⎯ ⎯⎯ → 2 SO (g) ΔH = –197 kJ
⎯ 3
Di antara pernyataan berikut ini, yang tidak dapat memperbanyak hasil SO3 ada-
lah ... .
A. menurunkan suhu D. menambah SO2
B. memperbesar tekanan sistem E. segera mengambil SO3 yang terbentuk
C. memperbesar volume sistem
48. Dalam ruang 1 liter terdapat reaksi kesetimbangan N2O4(g) ←⎯ ⎯⎯ ⎯→ 2 NO(g).
Bila pada keadaan setimbang jumlah mol N2O4 sama dengan jumlah mol NO,
maka besarnya derajat disosiasi N2O4 adalah ... .
A. 2 d. 13
B. 1 e. 1 4
C. 0,5
49. Pada pembuatan asam sulfat dengan proses kontak digunakan katalis ... .
A. serbuk Fe d. Al2O3
B. serbuk Ni e. V2O5
C. K2O
50. Pembuatan gas NH3 menurut proses Haber-Bosch sesuai reaksi:
N2(g) + 3 H2(g) ←⎯ ⎯⎯→ 2 NH (g)
⎯ ΔH = –94,2 kJ
3
Agar diperoleh hasil NH3 maksimal, maka dilakukan pada ... .
A. suhu tinggi, tekanan tinggi, tanpa katalis
B. suhu tinggi, tekanan rendah, tanpa katalis
C. suhu rendah, tekanan tinggi, dengan katalis
D. suhu optimum, tekanan rendah, dengan katalis
E. suhu tinggi, tekanan rendah, dengan katalis
Kimia XI SMA 147
Kata Kunci
Asam-basa, Arrhenius, pH larutan, ke-
kuatan asam, tetapan kesetimbangan asam
(Ka), konsentrasi ion H+, konsentrasi ion
OH–, Bronsted-Lowry, indikator universal,
basa konjugasi, reaksi netralisasi.
Pengantar
A sam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa
Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama
diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam
buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa
limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak dari kulit pohon
digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak
abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan
oleh para peneliti untuk memisahkan emas dan perak.
Gambar 5.1 Detergen dan kosmetik merupakan produk Gambar 5.2 Jeruk mengandung
basa asam sitrat yang merupakan asam
148 Kimia XI SMA
Peta Konsep
Larutan Asam-Basa
Bronsted-
S. Arrhenius
Lowry & Lewis
teridiri dari
teridiri dari
Larutan Larutan
Asam Basa
Kekuatan Kekuatan
α)
Asam (α) α)
Basa (α)
pH
penerapan
Indikator Indikator
Asam Basa
Reaksi
Netralisasi
masuknya
Titrasi Asam -
Basa
(TE dan TAT)
Stoikiometri Larutan
Asam - Basa
Kimia XI SMA 149
⎯⎯
→
H2O(l) ←⎯
⎯ H+(aq) + OH–(aq)
[H + ][OH – ]
K =
[H 2O]
K [H2O] = [H+] [OH–]
Konsentrasi H2O yang terionisasi menjadi H+ dan OH– sangat kecil dibanding-
kan dengan konsentrasi H2O mula-mula, sehingga konsentrasi H2O dapat dianggap
tetap, maka harga K[H2O] juga tetap, yang disebut tetapan kesetimbangan air atau
ditulis Kw. Jadi,
Kw = [H+][OH–]
Pada suhu 25 °C, Kw yang didapat dari percobaan adalah 1,0 × 10–14. Harga Kw
ini tergantung pada suhu, tetapi untuk percobaan yang suhunya tidak terlalu
menyimpang jauh dari 25 °C, harga Kw itu dapat dianggap tetap.
Kimia XI SMA 151
Harga Kw pada berbagai suhu dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.
Kw = [H+][OH–] = 10–14
Tabel 5.3 Harga Kw pada Berbagai Suhu
Suhu (°C) Kw
0 0,114 × 10–14
10 0,295 × 10–14
20 0,676 × 10–14
25 1,00 × 10–14
60 9,55 × 10–14
100 55,0 × 10–14
Oleh karena [H+][OH–] = 10–14, maka [H+]= 10–7 dan [OH–] = 10–7. Artinya,
dalam 1 liter air murni terkandung ion H+ dan ion OH– masing-masing sebanyak
10–7 mol.
Jika ke dalam air ditambahkan suatu asam, maka [H+] akan bertambah tetapi
hasil perkalian [H+][OH–] tetap sama dengan Kw. Hal ini dapat terjadi karena
kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan pengurangan [OH–]. Ke-
setimbangan juga akan bergeser jika ke dalam air ditambahkan suatu basa. Dari
pembahasan ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
Catatan
1. Asam Kuat
Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi
berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) ⎯⎯
→ H+(aq) + A–(aq)
[H+] = x · [HA]
atau
2. Asam Lemah
Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi
kesetimbangan.
Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat dirumuskan
sebagai berikut.
HA(aq) ⎯⎯
→
←⎯
⎯ H+(aq) + A–(aq)
[H + ][A – ]
Ka =
[HA]
Makin kuat asam maka reaksi kesetimbangan asam makin condong ke
kanan, akibatnya Ka bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka merupakan
ukuran kekuatan asam, makin besar Ka makin kuat asam.
Berdasarkan persamaan di atas, karena pada asam lemah [H+] = [A–],
maka persamaan di atas dapat diubah menjadi:
[H + ]2
Ka =
HA
+ 2
[H ] = Ka · [HA]
[H + ] = K a ⋅ [HA]
Konsentrasi ion H+ asam lemah juga dapat dihitung jika derajat ioni-
sasinya (α) diketahui.
[H+] = [HA] · α
C o n t o h 5.1
c. CH3COOH ←⎯ ⎯⎯ → CH COO– + H+
⎯ 3
[H ] = [HA] · α
+
= 0,05 · 0,01
= 0,0005 M
⎯⎯
→ 2 H+ + SO 2–
d. H2SO3 ←⎯
⎯ 3
[H + ] = K a ⋅ [HA]
[H + ] = 10 5 ⋅ [0,001]
[H + ] = 108
[H+] = 10–4 M
154 Kimia XI SMA
B. Kekuatan Basa
Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion OH– yang dihasilkan
oleh senyawa basa dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH-
yang dihasilkan, larutan basa juga dibedakan menjadi dua macam sebagai
berikut.
1. Basa Kuat
Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi ber-
kesudahan.
Secara umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x(aq) ⎯⎯
→ Mx+(aq) + x OH–(aq)
[OH–] = x · [M(OH)x]
atau
2. Basa Lemah
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan
reaksi kesetimbangan.
Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai
berikut.
M(OH)(aq) ⎯⎯
→
←⎯
⎯ M+(aq) + OH–(aq)
[M + ][OH – ]
Kb =
[M(OH)]
Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong ke
kanan, akibatnya Kb bertambah besar. Oleh karena itu, harga Kb merupakan
ukuran kekuatan basa, makin besar Kb makin kuat basa.
Kimia XI SMA 155
[OH ] = K b ⋅ [M(OH)]
[OH–] = [M(OH)] · α
C o n t o h 5.2
[OH – ] = K b ⋅ [M(OH)]
[OH − ] = 2,5 × 10−6 ⋅ 0,1
[OH − ] = 5 × 10−4 M
d. NH4OH ←⎯ ⎯⎯ → NH + + OH–
⎯ 4
[OH–] = [M(OH)] · α
= 0,01 · 0,05
= 0,0005 M
156 Kimia XI SMA
Latihan 5.1
Tugas Kelompok
Carilah dalam literatur kimia tentang bagaimana rumus untuk mencari konsentrasi
ion H+ dalam senyawa asam poliprotik!
A. Konsep pH
Dari uraian tetapan kesetimbangan air dapat disimpulkan bahwa besarnya
+
[H ] dalam suatu larutan merupakan salah satu ukuran untuk menentukan tingkat
keasaman suatu larutan.
Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun
1910, seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan
suatu bilangan yang sederhana. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma
konsentrasi H+. Bilangan ini kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar
antara 1 – 14 dan ditulis:
pH = – log [H+]
pKw = pH + pOH
B. Pengukuran pH
Untuk menentukan pH suatu larutan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain sebagai berikut.
3. Menggunakan pH–meter
pH–meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang sangat tinggi.
C. Menghitung pH Larutan
Setelah kita dapat menghitung konsentrasi ion H+ dan ion OH–, maka kita
dapat menghitung harga pH–nya.
C o n t o h 5.3
Jawab:
a. H2SO4 0,04 M
Asam sulfat adalah asam kuat, mengion sempurna.
+ 2–
H2SO4 ⎯⎯ → 2 H + SO4
+
[H ] = x · [HA]
= 2 · 0,04
= 0,08 M
pH = – log 0,08
pH = 2 – log 8
b. CH3COOH 0,1 M (Ka = 10–5)
CH3COOH ←⎯ ⎯⎯→ Η+ + CH COO–
⎯ 3
[H + ] = K a ⋅ [HA]
[H + ] = 10−5 ⋅ [0,01]
[H + ] = 10−6
[H + ] = 10−3 M
pH = 3
c. Ca(OH)2 0,3 M
2+ –
Ca(OH)2 ⎯⎯ → Ca + 2 OH
[OH–] = x · [M(OH)]
= 2 · 0,3
= 0,6 M
pOH = 1 – log 6
pH = 14 – pOH
= 14 – (1–log 6)
= 13 + log 6
d. NH4OH 0,1 M (Kb = 10–5)
NH4OH ←⎯ ⎯⎯ → NH4+ + OH–
⎯
[OH – ] = K b ⋅ [M(OH)]
[OH – ] = 1 × 10 –5 ⋅ 0,1
[OH–] = 10–3 M
pOH = 3
pH = 14 – pOH
= 14 – 3
= 11
160 Kimia XI SMA
Latihan 5.2
Asam + Basa ⎯⎯
→ Garam + Air
Contoh:
1. HCl + NaOH ⎯⎯→ NaCl + H2O
2. H2SO4 + 2 NH4OH ⎯⎯ → (NH4)2SO4 + 2 H2O
3. 2 CH3COOH + Ba(OH)2 ⎯⎯→ (CH3COO)2Ba + 2 H2O
B. Titrasi Asam–Basa
Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau
konsentrasi suatu larutan asam atau basa. Penetapan kadar suatu larutan ini
disebut titrasi asam-basa. Titrasi adalah penambahan larutan baku (larutan
yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan
bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat pada
saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat perubahan warna indikator
disebut titik akhir titrasi (James E. Brady, 1990).
Perubahan pH pada reaksi asam–basa
Suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7 jika ditambah basa yang
pH–nya lebih dari 7, maka pH asam akan naik, sebaliknya suatu basa jika
ditambah asam, maka pH basa akan turun. Apabila penambahan zat dilakukan
tetes demi tetes kemudian dihitung pH–nya akan diperoleh kurva titrasi, yaitu
grafik yang menyatakan pH dan jumlah larutan standar yang ditambah.
1. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat ditunjukkan pada gambar 5.6.
14,0
12,0
Selang pH, alizarin kuning R
10,0
Selang pH, fenolftalein
8,0 Titik setara
Selang pH, fenol merah
6,0
Selang pH, metil merah
4,0 Selang pH, metil jingga
Pada pH ini asam kuat tepat habis bereaksi dengan basa kuat, sehingga
larutan yang terbentuk adalah garam air yang bersifat netral.
Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat dapat ditunjukkan pada gambar
5.8.
14,0
12,0
10,0
Titik setara Selang pH, fenolftalein
8,0
pH
6,0
pH = pKa
Selang pH, metil merah
4,0
2,0
0,0
5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0
Volume pada 0,1000 M NaOH, mL
Sifat penting yang perlu diingat pada titrasi asam lemah oleh basa kuat
adalah:
a. pH awal lebih tinggi daripada kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat
(karena asam lemah hanya mengion sebagian).
b. Terdapat peningkatan pH yang agak tajam pada awal titrasi. Ion asetat
yang dihasilkan dalam reaksi penetralan bertindak sebagai ion senama
dan menekan pengionan asam asetat.
c. Sebelum titik ekuivalen tercapai, perubahan pH terjadi secara bertahap.
Larutan yang digambarkan dalam bagian kurva ini mengandung
CH3COOH dan CH3COO– yang cukup banyak. Larutan ini disebut la-
rutan penyangga.
d. pH pada titik di mana asam lemah setengah dinetralkan ialah pH = pKa.
Pada setengah penetralan, [CH3COOH] = [CH3COO–].
e. pH pada titik ekuivalen lebih besar dari 7, yaitu ± 8,9, sebagai akibat
hidrolisis oleh CH3COO–.
f. Setelah titik ekuivalen, kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat identik
dengan kurva asam kuat oleh basa kuat. Pada keadaan ini, pH ditentukan
oleh konsentrasi OH– bebas.
g. Bagian terjal dari kurva titrasi pada titik ekuivalen dalam selang pH yang
sempit (dari sekitar 7 sampai 10).
h. Pemilihan indikator yang cocok untuk titrasi asam lemah oleh basa kuat
lebih terbatas, yaitu indikator yang mempunyai trayek pH antara 7 sampai
10. Indikator yang dipakai adalah fenolftalein.
Latihan 5.3
1. Sebanyak 20 mL asam sulfat tepat habis bereaksi dengan 30 mL larutan KOH 0,1 M.
Tentukan molaritas asam sulfat tersebut!
2. Sebanyak 150 mL larutan NaOH 0,1 M direaksikan dengan 100 mL larutan H2SO4
0,1 M.
a. Tuliskan persamaan reaksi setaranya.
b. Tentukan pereaksi pembatasnya.
c. Hitunglah pH larutan.
3. Tentukan indikator yang dipakai pada penetralan:
a. asam kuat oleh basa kuat
b. asam lemah oleh basa lemah
c. basa lemah oleh asam kuat
164 Kimia XI SMA
4. Untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan, diambil 10 mL larutan asam cuka,
kemudian diencerkan sampai volume 50 mL. Dari hasil pengenceran diambil 5 mL,
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M, ternyata volumenya 20 mL. Jika
diketahui massa jenis asam cuka adalah 1,05 g mL–1, hitunglah kadar asam cuka
perdagangan tersebut!
5. Kalsium oksida sebanyak 11,2 gram dilarutkan ke dalam air. Larutan ini tepat
dinetralkan dengan 25 mL larutan HCl 0,8 M. Tentukan kemurnian kalsium oksida
tersebut! (Ar Ca = 40, O = 16, H = 1, dan Cl = 35,5).
6. Sebanyak 25 mL larutan HCl 0,1 M dititrasi dengan larutan KOH 0,1 M. Hitunglah
pH larutan:
a. sebelum ditambah KOH
b. setelah ditambah KOH sebanyak 5 mL
c. setelah ditambah KOH sebanyak 15 mL
d. setelah ditambah KOH sebanyak 24 mL
e. setelah ditambah KOH sebanyak 25 mL
f. setelah ditambah KOH sebanyak 26 mL
g. setelah ditambah KOH sebanyak 35 mL
h. setelah ditambah KOH sebanyak 50 mL
Gambarlah kurva titrasi tersebut!
7. Larutan HCl 0,1 M sebanyak 50 mL dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M. Jika pH
saat itu adalah 3, berapa volume larutan NaOH tesebut?
8. Asam klorida yang mempunyai pH = 1 dicampur dengan 50 mL larutan kalsium
hidroksida yang mempunyai pH = 13. Ternyata pH campuran menjadi 12 + log 5.
Berapa mL asam klorida yang ditambahkan?
9. Hitunglah volume larutan KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan secara sempurna
masing-masing larutan berikut.
a. 10 mL HCl 0,3 M
b. 10 mL H2SO4 0,2 M
c. 15 mL H3PO4 0,25 M
10.Uraikan tahap-tahap dasar yang terlibat dalam titrasi asam–basa! Mengapa teknik ini
dinilai sangat praktis? Bagaimana indikator asam–basa bekerja?
Praktikum 5.1
A. Judul
Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi
B. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menentukan konsentrasi larutan asam atau basa untuk meng-
hitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit menggunakan
titrasi asam– basa.
Kimia XI SMA 165
C. Dasar Teori
Reaksi penetralan asam-basa dapat digunakan untuk menentukan kadar (konsentrasi)
berbagai jenis larutan, khususnya yang terkait dengan reaksi asam-basa. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya.
Demikian pula sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan mengunakan larutan
asam yang diketahui kadarnya. Proses penentuan kadar larutan dengan cara ini disebut
titrasi asam-basa.
Titrasi dilakukan untuk menetapkan molaritas suatu larutan dengan menggunakan
larutan lain yang telah diketahui molaritasnya. Larutan peniter itu kita sebut larutan
standar. Ketepatan (akurasi) dari konsentrasi larutan yang dititer, salah satunya
bergantung pada kepastian molaritas dari larutan peniter. Jika molaritas larutan peniter
tidak pasti, maka molaritas larutan yang dititer pastilah tidak akurat.
Pada percobaan ini, kita akan menentukan molaritas HCl dengan larutan NaOH 0,1
M. Untuk itu, sejumlah larutan HCl ditempatkan dalam erlenmeyer, kemudian ditetesi
dengan NaOH 0,1 M (dalam buret) sehingga keduanya ekuivalen (tepat habis bereaksi).
Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan indikator. Titrasi (penetesan) dihentikan
tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat indikator menunjukkan
perubahan warna disebut titik akhir titrasi.
D. Alat dan Bahan
No. Nama Alat Ukuran Jumlah No. Nama Bahan Jumlah
1. Buret 50 mL 1 buah 1. Larutan NaOH 0,1 M 100 mL
2. Erlenmeyer 250 mL 3 buah 2. Larutan HCl 30 mL
3. Gelas beker 250 mL 1 buah 3. Indikator PP 3 tetes
4. Gelas ukur 50 mL 1 buah 4. Akuades 1 liter
5. Pipet tetes - 1 buah
6. Corong kaca - 1 buah
7. Klem dan statif - 1 buah
8. Pipet gondok 10 mL 1 buah
9. Labu ukur 100 mL 1 buah
10. Botol semprot - 1 buah
E. Cara Kerja
1. Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL.
2. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL.
3. Masukkan 10 mL larutan HCl yang tersedia ke dalam erlenmeyer, kemudian tetesi
dengan indikator PP sebanyak 3 tetes.
4. Tetesi larutan HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan secara hati-
hati dan labu erlenmeyer terus–menerus digoncangkan. Penetesan dihentikan saat
terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda.
5. Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan.
6. Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama.
166 Kimia XI SMA
F. Data Pengamatan
No. Volume NaOH 0,1 M yang Telah Digunakan
1. ......................................................................................................
2. ......................................................................................................
3. ......................................................................................................
G. Analisis Data
1. Tentukan volume rerata larutan NaOH 0,1 M yang digunakan.
2. Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan.
3. Tentukan jumlah mol HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯ → NaCl(aq) + H2O(l)
4. Tentukan molaritas larutan HCl tersebut.
H. Pertanyaan
1. Apa kegunaan dari PP (fenolftalein)?
2. Apakah Anda dapat menentukan titik ekuivalen tanpa bantuan fenolftalein? Jelaskan
alasan Anda!
3. Dapatkah fenolftalein diganti dengan indikator yang lain? Jika dapat, berikan
contohnya dan nyatakan perubahan warna yang diharapkan!
Praktikum 5.2
A. Judul
Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan
B. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menentukan konsentrasi larutan asam atau basa untuk menghitung
banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit menggunakan titrasi asam-
basa.
C. Dasar Teori
Acidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Acidimetri adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan basa dengan larutan
standar asam. Alkalimetri adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan asam dengan larutan
standar basa. Jadi, keduanya dibedakan pada larutan standarnya.
Penentuan kadar CH3COOH dalam asam cuka perdagangan cara alkalimetri ini
menggunakan larutan NaOH sebagai larutan standar basa/titrasi basa. Pada titrasi asam
asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan garam yang berasal dari
asam lemah dan basa kuat, dengan persamaan sebagai berikut.
NaOH (aq) + CH3COOH (aq) ⎯⎯
→ CH3COONa(aq) + H2O(l)
Berbagai merek asam cuka tersedia di pasar. Rata-rata mencantumkan kadar 25%
pada labelnya. Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan untuk menyelidiki
kebenaran label tersebut dengan menggunakan titrasi alkalimetri. Perlu kita perhatikan
bahwa dalam titrasi digunakan larutan yang relatif encer. Oleh karena itu, asam cuka
perdagangan harus kita encerkan. Jika tidak diencerkan maka akan memerlukan larutan
Kimia XI SMA 167
NaOH yang terlalu banyak. Hal ini selain tidak praktis, juga tidak mempunyai ketelitian
yang baik.
D. Alat dan Bahan
No. Nama Alat Ukuran Jumlah No. Nama Bahan Jumlah
1. Buret 50 mL 1 buah 1. Larutan NaOH 0,1 M 150 mL
2. Erlenmeyer 250 mL 3 buah 2. Asam cuka perdag. 30 mL
3. Gelas beker 250 mL 1 buah 3. Indikator PP 3 tetes
4. Gelas ukur 50 mL 1 buah 4. Akuades 1 liter
5. Pipet tetes - 1 buah
6. Corong kaca - 1 buah
7. Klem dan statif - 1 buah
8. Pipet gondok 10 mL 1 buah
9. Labu ukur 100 mL 1 buah
10. Botol semprot - 1 buah
E. Cara Kerja
1. Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL dengan menggunakan labu ukur.
2. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL .
3. Ambil 5 mL asam cuka perdagangan, lalu encerkan sampai volume 100 mL dalam
labu ukur.
4. Masukkan 10 mL larutan asam cuka yang telah diencerkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian tetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes.
5. Tetesi larutan asam cuka dengan larutan NaOH 0,1 M. Penetesan harus dilakukan
secara hati-hati dan labu erlenmeyer terus-menerus digoncangkan. Penetesan
dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda.
6. Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan.
7. Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama.
8. Hitunglah kadar asam cuka perdagangan tersebut.
F. Data Pengamatan
No. Volume NaOH 0,1 M yang Telah Digunakan
1. ......................................................................................................
2. ......................................................................................................
3. ......................................................................................................
G. Analisis Data
1. Tentukan volume rerata larutan NaOH 0,1 M yang digunakan.
2. Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan.
3. Tentukan jumlah mol asam cuka berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) ⎯⎯
→ CH3COONa(aq) + H2O(l)
4. Tentukan kadar asam cuka perdagangan tersebut (ρ asam cuka = 1,05 g/mL).
5. Bandingkan kadar asam cuka yang Anda hitung dengan kadar asam cuka yang
tertera dalam label.
168 Kimia XI SMA
Latihan 5.4
1. Titrasi dihentikan apabila sudah tercapai titik akhir titrasi.
a. Apakah yang dimaksud dengan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi?
b. Bagaimana cara menentukan titik akhir titrasi antara 25 mL larutan NaOH 0,1 M
dengan larutan HCl 0,1 M?
c. Mengapa titik ekuivalen titrasi HCl dengan NaOH berbeda dengan titik ekivalen
titrasi CH3COOH dengan NaOH?
2. Untuk menentukan kadar NaOH dalam soda kaustik, maka 2 gram soda tersebut
dilarutkan dalam air sampai volume 50 mL. Sebanyak 10 mL larutan itu dapat tepat
menghasilkan garam normal dengan 20 mL larutan asam sulfat 0,2 M. Tentukan kadar
NaOH dalam soda kaustik!
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton,
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi
pemindahan proton.
asam basa
+ –
H2O(l) + NH3 (aq) ⎯⎯ → NH4 (aq) + OH (aq)
asam basa
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor
proton) dan sebagai basa (akseptor proton). Zat seperti itu bersifat amfiprotik
(amfoter).
Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep
asam-basa Arrhenius karena hal-hal berikut.
1. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi
juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi
tanpa pelarut.
2. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat
berupa kation atau anion. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry dapat
menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl, yang bersifat asam
adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.
Latihan 5.5
C. Reaksi Pengendapan
Untuk mengetahui apakah suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak,
harus diketahui kelarutan zat yang akan terjadi. Berikut ini merupakan zat-zat
yang sukar larut dan mudah larut.
1 Hampir semua asam larut, kecuali H2S dan H2SiO3.
2. Sebagian besar basa sukar larut, kecuali basa golongan IA, yaitu NaOH,
KOH, LiOH, RbOH, dan CsOH.
Kimia XI SMA 171
Latihan 5.6
1. Sebanyak 250 mL larutan H2SO4 0,1 M dapat dinetralkan oleh larutan KOH 0,3 M.
Berapa mL volume KOH yang diperlukan?
2. Apabila 100 mL larutan KI 0,1 M dicampurkan dengan larutan Pb(NO3)2 0,1 M, maka
akan terjadi endapan.
a. Endapan apa yang terjadi?
b. Berapa mL larutan Pb(NO3)2 yang diperlukan untuk menghasilkan endapan?
c. Berapa gram endapan yang dihasilkan?
3. Apabila 2,7 gram logam magnesium habis bereaksi dengan 100 mL larutan H2SO4,
maka akan dihasilkan gas hidrogen.
a. Tentukan konsentrasi H2SO4!
b. Berapa liter volume gas hidrogen yang dihasilkan, jika pada suhu dan tekanan
tersebut volume 3,2 gram CH4 adalah 10 liter?
4. Jelaskan pendapat Arrhenius tentang asam dan basa!
5. Hitunglah pH larutan berikut.
a. Larutan asam sulfat 0,005 M.
b. Larutan 4 gram natrium hidroksida dalam 10 liter air.
172 Kimia XI SMA
6. Satu mL larutan asam sulfat 0,1 M ditambah air sampai volume larutan menjadi 1
liter. Tentukan pH larutan yang terjadi!
7. Berapa mL air murni harus ditambahkan pada 10 mL larutan NaOH 0,1 M agar
dihasilkan suatu larutan dengan pH = 11?
8. Sebanyak 100 mL NH4OH 0,1 M dicampur dengan 400 mL larutan NH4OH 0,2 M
lain. Hitung pH larutan campuran! (Kb = 5 × 10–7)
9. Sebanyak 100 mL larutan KOH 0,02 M direaksikan dengan 100 mL larutan H2SO4
0,02 M. Tentukan:
a. pH larutan semula
b. pH campuran
c. sifat larutan hasil pencampuran
10.Berapa mL larutan KOH 0,1 M harus dicampurkan dengan 100 mL larutan HBr
0,1 M agar diperoleh larutan dengan pH = 12 + log 4?
11.Ke dalam 200 mL larutan H2SO4 yang mengandung pH = 2 – log 2 dimasukkan
larutan NaOH 0,05 M. pH larutan campuran akan tepat sama dengan 7 pada saat
volume larutan campuran menjadi berapa mL?
12.Selesaikan reaksi penggaraman berikut!
a. Larutan barium hidroksida dengan asam iodida encer.
b. Gas sulfur dioksida dengan larutan natrium hidroksida.
c. Magnesium oksida padat dengan asam klorida encer.
Kimia XI SMA 173
Rangkuman
1. Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif terhadap logam, sedangkan
larutan basa mempunyai rasa sedikit pahit dan bersifat kaustik.
2. Menurut Svante Arrhenius, penyebab sifat asam adalah ion H+, sedangkan penyebab
sifat basa adalah ion OH–.
3. Tetapan ionisasi asam (Ka) merupakan ukuran kekuatan asam. Semakin besar Ka, maka
semakin kuat larutan asam tersebut.
4. Konsentrasi ion H+ dalam larutan asam kuat dapat dicari dengan rumus:
[H+] = M × valensi asam
5. Konsentrasi ion OH– dalam larutan basa kuat dapat dicari dengan rumus:
[OH–] = M × valensi basa
6. pH = – log [H+], pOH = – log [OH–]
7. Trayek pH indikator adalah batas-batas pH di mana indikator mengalami perubahan
warna.
8. Reaksi netralisasi adalah reaksi antara asam dengan basa menghasilkan garam dan
air.
9. Menurut Bronsted-Lowry:
• asam = donor proton
• basa = akseptor proton
174 Kimia XI SMA
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
1. Di antara pernyataan berikut, yang kurang tepat tentang asam adalah ... .
A. mempunyai rasa asam
B. tergolong elektrolit kuat
C. korosif
D. dapat menetralkan basa
E. mempunyai pH lebih kecil dari 7
2. Di antara kelompok asam berikut, yang bervalensi dua adalah … .
A. asam nitrat, asam cuka, dan asam fosfat
B. asam sulfit, asam karbonat, dan asam asetat
C. asam nitrat, asam klorida, dan asam sulfat
D. asam sulfat, asam sulfida, dan asam karbonat
E. asam sulfat, asam fosfat, dan asam nitrat
3. Konsentrasi ion hidrogen dalam larutan yang pH-nya = 3 – log 2 adalah … .
A. 2 × 10–2 M D. 0,0001 M
–3
B. 3 × 10 M E. 0,003 M
C. 2 × 10–3M
4. Hasil percobaan warna lakmus dalam larutan sebagai berikut.
Larutan Lakmus Merah Lakmus Biru
1 merah merah
2 biru biru
3 merah merah
4 merah biru
5 biru biru
6 merah merah
Berdasarkan data di atas, maka larutan yang bersifat asam adalah … .
A. 3, 5, dan 6 D. 1, 3, dan 6
B. 3, 4, dan 6 E. 1, 2, dan 6
C. 2, 4, dan 6
5. Jika pH larutan 0,01 M suatu asam lemah HA adalah 3,5, maka tetapan asam (Ka)
adalah … .
A. 1 × 10–3 D. 1 × 10–7
B. 2 × 10–3 E. 1 × 10–8
–5
C. 1 × 10
Kimia XI SMA 175
6. Jika 10 mL larutan NaOH 0,1 M diencerkan sampai volume 1.000 mL, maka pH
larutan yang terjadi adalah … .
A. turun 2 D. naik 1
B. naik 2 E. tetap
C. turun 1
7. Besarnya pH larutan 0,74 gram Ca(OH)2 (Ar Ca = 40, O = 16, dan H = 1) dalam
500 mL larutan adalah … .
A. 2 – log 4 D. 12 – log 4
B. 2 + log 4 E. 12 + log 4
C. 11 + log 4
8. pH larutan asam etanoat 0,3 M (Ka = 2 × 10–5) adalah … .
A. 3 – log 2 D. 2 – log 2
B. 1 – log 2 E. 5 – log 2
C. 4 – log 4
9. Jika larutan asam asetat mempunyai pH = 3 dan Ka = 10–5 (Mr = 60), maka
jumlah asam asetat dalam 1 liter larutan asam asetat sebesar … .
A. 0,6 gram D. 3 gram
B. 0,3 gram E. 60 gram
C. 6 gram
10. Suatu larutan harga pH-nya sebesar 1. Massa NaOH (Mr = 40) yang harus
ditambahkan pada satu liter larutan agar pH-nya naik menjadi 3 (penambahan
volume diabaikan) adalah ... .
A. 0,04 gram D. 4,0 gram
B. 0,40 gram E. 7,96 gram
C. 3,96 gram
11. Harga pH suatu larutan adalah x. Bila larutan tersebut diencerkan hingga
volumenya 1.000 kali volume semula, maka pH larutan menjadi 6. Besarnya x
adalah … .
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3
12. Istilah penetralan ada kaitannya dengan … .
A. reaksi antara asam dengan basa
B. penggunaan pipet untuk menambahkan asam atau basa ke dalam suatu wadah
C. reaksi antara ion hidrogen dengan air
D. pengambilan zat terlarut dari suatu larutan
E. reaksi antara ion hidrogen dengan ion hidroksida
176 Kimia XI SMA
⎯⎯
→ H O+ + Cl–, pasangan yang merupakan asam
13. Pada reaksi HCl + H2O ←⎯
⎯ 3
adalah ... .
A. HCl dan Cl– D. H3O+ dan Cl–
+
B. H2O dan H3O E. H2O dan Cl–
C. HCl dan H3O+
14. Menurut teori asam-basa Bronsted-Lowry, H2O akan bersifat … .
A. asam terhadap NH3
B. asam terhadap HCl
C. asam terhadap CH3COOH
D. basa terhadap NH3
E. asam terhadap H2S
15. Konsentrasi larutan HCl yang diperoleh dengan mencampurkan 150 mL HCl
0,2 M dengan 100 mL HCl 0,3 M adalah … .
A. 0,2 M D. 0,5 M
B. 0,24 M E. 0,60 M
C. 0,30 M
16. Sebanyak 40 mL larutan CH3COOH tepat bereaksi dengan 20 mL larutan NaOH
0,15 M. Konsentrasi larutan CH3COOH itu adalah … .
A. 0,075 M D. 0,45 M
B. 0,05 M E. 0,75 M
C. 0,4 M
17. Pada penetapan kadar larutan CH3COOH dengan larutan NaOH sebaiknya
menggunakan indikator … .
A. fenolftalein (trayek pH: 8,3 – 10,0)
B. metil merah (trayek pH: 4,2 – 6,3)
C. alizarin kuning (trayek pH: 10,1–12,0)
D. metil oranye (trayek pH: 2,9 – 4,0)
E. fenolftalein atau metil merah
18. Satu gram masing-masing logam berikut dilarutkan dalam asam sulfat encer.
Logam yang menghasilkan gas hidrogen terbanyak adalah … .
A. Al (Ar = 27) D. Na (Ar = 23)
B. Zn (Ar = 65) E. Fe (Ar = 56)
C. Mg (Ar = 24)
19. Di antara spesi berikut, yang tidak mungkin berlaku sebagai asam Bronsted-
Lowry adalah … .
A. NH4+ D. CO32–
B. H2O E. H2CO3
–
C. HCO3
Kimia XI SMA 177
1. Sebanyak 50 mL larutan HCl 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M. Tentukan
pH campuran pada saat volume NaOH yang ditambahkan:
a. 0 mL
b. 25 mL
c. 50 mL
d. 100 mL
2. Berapa tetes larutan KOH 1 M harus ditambahkan pada 1.500 mL air agar pH
larutan menjadi 10? (Perubahan volume karena penambahan KOH diabaikan,
1 mL = 20 tetes)
3. Pada suhu dan tekanan tertentu, harga tetapan kesetimbangan air, Kw = 2 × 10–13.
Pada suhu dan tekanan tersebut, berapa pH larutan Ca(OH)2 0,01 M?
4. Jika 100 mL larutan Ca(OH)2 0,1 M dicampurkan dengan larutan HCl 0,3 M,
ternyata pH campuran yang terjadi adalah 2–log2. Berapa mL volume HCl yang
harus dicampur?
5. Supaya pH campuran menjadi 7, berapa mL larutan NaOH 0,2 M yang harus
dicampurkan dengan 100 mL larutan H2SO4 0,3 M?
6. Sebanyak 500 mL larutan H2SO4 yang harga pH-nya 2 – log 2 dicampurkan
dengan 500 mL larutan KOH yang pH-nya 13.
a. Tentukan konsentrasi H2SO4 dan KOH sebelum dicampur!
b. Berapakah harga pH campuran tersebut?
7. Kapur tohor, Ca(OH)2, digunakan untuk menetralkan air danau yang menjadi
asam karena hujan asam. Apabila penyebab keasaman berupa asam sulfat dan
pH air danau adalah 4, berapa ton kapur tohor mati diperlukan untuk menetralkan
air danau sebanyak 1 juta m3? (Ar Ca = 40, O = 16, dan H = 1)
8. Untuk menentukan kadar asam asetat dalam cuka dapur, dilakukan eksperimen
berikut. Mula-mula 20 mL cuka diencerkan dengan air murni sampai volume
tepat 500 mL. Sebanyak 100 mL larutan cuka yang encer tersebut tepat dititer
dengan larutan KOH 0,1 M sebanyak 50 mL. Tentukan persen massa asam asetat
dalam cuka dapur, apabila massa jenis cuka dapur 1,2 g/mL?
178 Kimia XI SMA
Kata Kunci
Larutan penyangga/larutan buffer/larutan
dapar, larutan penyangga asam, larutan
penyangga basa, asam, basa, asam
konjugasi, basa konjugasi.
Pengantar
J ika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah
yang sedikit, harga pH dapat berubah secara drastis. Sebagaimana kita ketahui
bahwa air murni mempunyai pH = 7. Penambahan 0,001 mol HCl (1 mL HCl 1 M)
ke dalam 1 liter air murni akan menghasilkan ion H+ sebanyak 10–3 M, sehingga pH
turun menjadi 3. Di lain pihak, penambahan 0,001 mol NaOH (40 mg NaOH) ke
dalam 1 liter air murni akan menghasilkan ion OH– sebanyak 10–3 M, sehingga pH
naik menjadi 11. Jadi, air murni tidak mampu menyangga atau mempertahankan
pH terhadap penambahan asam maupun basa.
Sekarang jika HCl yang sama (1 mL HCl 1 M) ditambahkan ke dalam 1 liter
air laut, ternyata perubahan pH-nya jauh lebih kecil, yaitu dari 8,2 menjadi 7,6.
Larutan seperti air laut ini, yaitu larutan yang mampu mempertahankan nilai pH
tertentu disebut larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar.
180 Kimia XI SMA
Peta Konsep
Larutan Penyangga
Larutan Penyangga
terdiri dari
Soikiometri Larutan
Asam - Basa
Buffer Buffer
Basa Asam
mempunyai mempunyai
pH Buffer pH Buffer
Asam Basa
ditambah ditambah
hasil hasil
pH Stabil pH Stabil
(tetap) (tetap)
Kimia XI SMA 181
C o n t o h 6.1
Latihan 6.1
Periksalah apakah campuran berikut bersifat penyangga atau tidak. Jika ya, tuliskan
komponen penyangganya.
1. 50 mL NH4Cl 0,1 M + 50 mL NaOH 0,1 M
2. 50 mL NH3 0,1 M + 50 mL NH4Cl 0,1 M
3. 50 mL H2SO4 0,1 M + 50 mL NH3 0,2 M
[CH 3COOH]
–log [H+] = –log Ka – log [CH COO – ]
3
[CH 3COOH]
pH = pKa – log [CH COO – ]
3
Karena dalam satu larutan mengandung CH3COOH dan CH3COO–, maka rumus
di atas dapat ditulis:
a
pH = pKa – log g
[NH3 ]
[OH–] = Kb · [NH + ]
4
[NH3 ]
–log [OH–] = – log Kb – log [NH + ]
4
[NH3 ]
pOH = pKb – log [NH + ]
4
Karena dalam satu larutan mengandung NH3 dan NH4+, maka rumus di atas
dapat di tulis:
b
pOH = pKb – log g
C o n t o h 6.2
Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 10–5) dicampur dengan 100 mL larutan
NH4Cl 0,5 M. Hitunglah pH larutan tersebut!
Jawab:
50 mL NH3 0,1 M + 100 mL NH4Cl 0,5 M
mol NH3 = 50 mL × 0,1 mmol/mL = 5 mmol
mol NH4Cl = 100 mL × 0,5 mmol/mL = 50 mmol
b
pOH = pKb – log g
5
pOH = 5 – log
50
pOH = 5 – log 0,1
pOH = 5 +1
= 5
pH = 14 – pOH
= 14 – 6
= 8
C o n t o h 6.3
Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL larutan
CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M.
(KaCH3COOH = 1,8 × 10–5)
184 Kimia XI SMA
Jawab:
50 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL NaCH3COO 0,1 M
mol CH3COOH = 50 mL × 0,1 mmol/mL= 5 mmol
mol NaCH3COO = 50 mL × 0,1 mmol/mL= 5 mmol
a
pH = pKa – log g
5
pH = – log 1,8 × 10–5 – log
5
pH = – log 1,8 × 10–5
pH = 5 – log 1,8
= 4,75
Latihan 6.2
1. Berapa pH larutan yang dibuat dari mencampurkan 100 mL larutan NaOH 0,001 M
dengan 900 mL larutan NaCl 0,02 M?
2. Jika 100 mL larutan HCl 2 M ditambahkan ke dalam 100 mL larutan NH3 2 M,
berapakah pH larutan yang terjadi?
3. pH suatu larutan N2H4 adalah 8,3. Jika konsentrasi N2H4 adalah 2 M dan konsentrasi
N2H5+ adalah 1 M, hitunglah Kb untuk N2H4 tersebut!
4. Berapakah pH larutan yang dihasilkan dari penambahan 1 mL NaOH 2 M ke dalam
50 mL larutan NH3 1 M dan sekaligus juga NH4Cl 1 M?
5. Ulangi perhitungan soal no. 4, tetapi sekarang untuk penambahan 1 mL larutan HCl
2 M sebagai ganti NaOH!
Latihan 6.3
1. Mengapa larutan yang mengandung campuran asam kuat dengan garamnya bukan
merupakan larutan penyangga?
2. Mengapa larutan penyangga tidak berubah apabila diencerkan? Jelaskan dengan
menggunakan rumus pH larutan penyangga!
3. Ke dalam 2 liter larutan asam asetat 0,2 M (Ka = 10–5) ditambahkan 8 gram NaOH.
Hitunglah pH larutan yang terjadi!
4. Tentukan pH larutan yang dibuat dengan mencampurkan 100 mL larutan NH3 0,1 M
dengan 500 mL larutan NH4Cl 0,1 M. (Kb NH3 = 1,8 × 10–5)
5. Hitunglah pH larutan yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL larutan CH3COOH
0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,2 M. (Ka CH3COOH = 10–5)
6. Berapa mL larutan CH3COOH 0,1 M harus ditambahkan ke dalam 200 mL larutan
NaCH3COO 0,1 M untuk membuat larutan penyangga dengan pH = 5 (Ka CH3COOH
= 10–5)?
7. Asam format (HCOOH) dan asam asetat (CH3COOH) keduanya tergolong asam
lemah. Apakah larutan yang mengandung Na-format dan asam asetat bersifat
penyangga? Jelaskan!
8. Mengapa larutan penyangga penting dalam cairan tubuh?
9. Mengapa ion-ion H2PO4– maupun HPO42– sangat berguna bagi sel tubuh kita?
10. Suatu penyangga bikarbonat, HCO3–, merupakan sistem yang penting dalam plasma
dan cairan tubuh. Jelaskan alasan pernyataan tersebut!
186 Kimia XI SMA
Rangkuman
1. Larutan penyangga adalah larutan yang pH-nya praktis tidak berubah meskipun
ditambah sedikit asam, sedikit basa, atau jika diencerkan.
2. Larutan penyangga asam tersusun atas asam lemah dan basa konjugasinya.
3. Larutan penyangga basa tersusun atas basa lemah dan asam konjugasinya.
4. pH larutan penyangga dapat dihitung dengan rumus:
a
• larutan penyangga asam: pH = pKa – log g
b
• larutan penyangga basa: pOH = pKb – log g
5. Larutan penyangga berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, bahkan juga pada
proses di dalam tubuh makhluk hidup.
Kimia XI SMA 187
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
1. Salah satu contoh larutan penyangga adalah larutan yang mengandung cam-
puran … .
A. HNO3 dan NaNO3
B. H2CO3 dan NaHCO3
C. NaOH dan NaCl
D. NH4OH dan HCl
E. CH3COOH dan NaOH
2. Pernyataan berikut yang tidak benar mengenai larutan penyangga adalah … .
A. memiliki pH yang konstan
B. pH-nya tidak berubah dengan penambahan sedikit asam atau basa
C. pH-nya tidak dipengaruhi oleh pengenceran
D. pH selalu sama dengan pKa atau pKb
E. pH-nya tidak dipengaruhi oleh CO2 di udara
3. Untuk membuat larutan penyangga dengan pH = 9, maka ke dalam 40 mL larutan
NH3 0,5 M (Kb = 10–5) harus ditambahkan larutan HCl 0,2 M sebanyak … .
A. 10 mL D. 40 mL
B. 20 mL E. 50 mL
C. 30 mL
4. Jika 100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 50 mL larutan NH3 0,3 M
(Kb = 10–5), maka pH larutan yang terjadi adalah … .
A. 9 + log 3 D. 8 – log 2
B. 9 + log 5 E. 8 + log 5
C. 9 – log 5
5. Suatu larutan yang mengandung 0,1 mol asam asetat (Ka = 10–5) dan 0,01 mol
natrium asetat mempunyai pH sebesar … .
A. 3 D. 6
B. 4 E. 7
C. 5
6. Larutan penyangga umumnya mempunyai ketentuan dan sifat-sifat seperti di
bawah ini, kecuali … .
A. dibuat dari campuran asam lemah dengan basa konjugasinya
B. paling efisien jika konsentrasi asam dan basa konjugasinya sama banyak
C. pH-nya dianggap tidak berubah kalau sedikit diencerkan
D. Ka dari asamnya harus sama dengan Kb dari basa konjugasinya
E. dapat dibuat dari asam lemah diprotik, seperti H2CO3 dan NaHCO3
188 Kimia XI SMA
7. Suatu larutan penyangga terdiri dari campuran asam asetat dengan garam Na-
asetat. Daya kerja larutan penyangga paling besar (paling efisien) dengan keten-
tuan-ketentuan seperti di bawah ini, kecuali ….
A. pH = pKa
B. konsentrasi asam = konsentrasi garamnya
[garam]
[ ]
C. log asam = 1
D. konsentrasi ion H+ = Ka
[asam]
[
E. log garam = 0
]
8. Ke dalam 1 liter larutan asam asetat 0,1 M yang pH-nya 3, ditambahkan garam
natrium asetat supaya pH-nya menjadi dua kali semula. Jika Ka asam asetat
= 10–5, maka garam natrium asetat yang harus ditambahkan sebanyak … .
A. 1 mol D. 0,001 mol
B. 0,1 mol E. 0,0001 mol
C. 0,01 mol
9. Perbandingan volume CH3COOH 0,1 M (Ka = 10–5) dan NaOH 0,1 M yang harus
dicampurkan untuk membuat larutan buffer dengan pH = 6 adalah … .
A. 2:1 D. 11:1
B. 1:10 E. 11:10
C. 10:1
10. Jika ke dalam 50 mL larutan penyangga dengan pH = 5 ditambahkan 50 mL
akuades, maka ... .
A. pH akan naik sedikit D. pH naik drastis
B. pH akan turun sedikit E. pH turun drastis
C. pH tidak berubah
11. Suatu larutan bufer mempunyai pH = 8,31. Jika 12 tetes HCl 1,2 M ditambahkan
ke dalam 500 mL larutan ini, maka pH akhir yang dapat diharapkan adalah ... .
A. 3,31 D. 8,36
B. 8,26 E. 7
C. 8,31
12. Sistem penahan utama dalam darah terdiri atas … .
A. H2CO3 – HCO3– D. H2PO4– – HPO42–
B. HCO3– – CO32– E. NH3 – NH4+
–
C. H3PO4 – H2PO4
13. Campuran CH3COOH dengan NaCH3COO dapat digunakan untuk membuat
larutan penyangga dengan pH sekitar … . (KaCH3COOH = 10–5)
A. 1 – 5 D. 4 – 6
B. 3 – 5 E. 5 – 6
C. 4 – 5
Kimia XI SMA 189
14. Dari senyawa berikut ini, yang membentuk buffer jika dicampur dengan NaHCO3
adalah … .
A. NaOH D. H2O
B. HCl E. KOH
C. H2CO3
15. Ke dalam larutan basa lemah LOH ditambahkan padatan garam L2SO4, sehingga
konsentrasi LOH menjadi 0,1 M dan konsentrasi L2SO4 sebesar 0,05 M. Bila Kb
LOH = 10–5 maka pH campuran adalah … .
A. 11 D. 5
B. 9 + log 2 E. 5 – log 2
C. 9
16. Campuran yang terdiri atas 10 mL larutan asam asetat 0,1 M dan 5 mL larutan
natrium hidroksida 0,1 M akan mempunyai pH yang … .
A. lebih besar dari 7 D. lebih besar dari pKa
B. sama dengan 7 E. lebih kecil dari pKa
C. sama dengan pKa
17. Bila 0,15 mol asam asetat (Ka = 2 × 10–5) dan 0,01 mol NaOH dilarutkan dalam
air, sehingga diperoleh larutan penyangga dengan volume 1 liter, maka pH larutan
penyangga tersebut adalah … .
A. 4 D. 5 – log 2
B. 5 E. 5 log 3
C. 6
18. Larutan penyangga (buffer) dapat dibuat dengan mencampurkan larutan … .
A. asam nitrat dengan Na-asetat
B. asam nitrat dengan Na-nitrat
C. asam fosfat dengan Na-asetat
D. asam asetat dengan Na-asetat
E. asam asetat dengan Na-nitrat
19. Jika suatu asam lemah (HA) dititrasi dengan basa kuat sehingga [A–] > [HA],
maka … .
A. [H3O+] < Ka D. [HA] < [H3O+]
B. pH < pKa E. pH = pKa
+ –
C. [H3O ] > [A ]
20. Suatu asam HA mempunyai pKa = 3,2. Penambahan x mol NaA ke dalam
500 mL larutan HA 0,2 M menghasilkan pH larutan sebesar 3,5. Jumlah mol
NaA yang ditambahkan adalah … .
A. 0,025 mol D. 0,20 mol
B. 0,05 mol E. 0,25 mol
C. 0,10 mol
190 Kimia XI SMA
Kata Kunci
Reaksi netralisasi, garam, hidrolisis,
kation, anion, hidrolisis parsial.
Pengantar
Pada pembahasan larutan asam dan basa terdahulu telah dipelajari tentang
reaksi penetralan, yaitu reaksi antara larutan asam dengan larutan basa yang
menghasilkan garam dan air. Tetapi juga telah disinggung bahwa garam yang
terbentuk dari reaksi penetralan belum tentu bersifat netral, bisa juga bersifat asam
atau basa, tergantung kekuatan asam dan basa yang membentuknya.
Pada bab ini, kita akan mempelajari teori yang menjelaskan sifat larutan garam,
yaitu konsep hidrolisis garam.
192 Kimia XI SMA
Peta Konsep
Hidrolisis Garam
Hidrolisis Garam
garam dari
Basa kuat + Asam lemah Asam lemah + Basa lemah Asam kuat + Basa lemah
Kw Kw Kw
Kh = Kh = Kh =
Ka Ka ⋅ Kb Kb
Kw
[Garam]
Kw pH tergantung Ka dan Kb
⎡⎣ OH - ⎤⎦ = [Garam ] ⎡⎣ H + ⎤⎦ =
Kb
Ka
Kimia XI SMA 193
2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan SO42–) atau ion-
ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi
dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut
tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam atau basa asalnya.
(Ingat kembali tentang kekuatan asam-basa!)
Na+ + H2O ⎯⎯ → tidak terjadi reaksi
⎯⎯ →
2-
SO4 + H2O tidak terjadi reaksi
Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk
dari ion-ion asam lemah dan ion-ion basa lemah. Jadi, garam yang bersifat netral
(dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
[HA][OH – ]
Kh =
[A – ]
dengan Kh = tetapan hidrolisis
[HA][OH – ] [H + ]
Kh = ·
[A – ] [H + ]
[HA]
Kh = · + –
[A – ] [H ][OH ]
Kw
Kh =
Ka
1
pH = 2 (14 + pKa + log [G])
Kimia XI SMA 195
C o n t o h 7.1
Latihan 7.1
1. Hitunglah konsentrasi OH– dan pH suatu larutan 1 M NaOCN, bila harga Ka HOCN
adalah 3,3 × 10–4!
2. Hitunglah pH suatu larutan 0,002 M NaC2H2O2Cl, bila harga Ka HC2H2O2Cl adalah
1,36 × 10–3!
3. Hitunglah pH larutan berikut.
a. CH3COONa 0,1 M (Ka CH3COOH = 2 × 10–5)
b. NaC6H5COO 0,1 M (Ka C6H5COOH = 6,3 × 10–5)
c. NaCN 0,1 M (Ka HCN = 4,9 × 10–10)
[MOH ] ⎡⎣ H + ⎤⎦
K =
[M + ][H 2 O]
196 Kimia XI SMA
[MOH][H + ]
Kh =
[M + ]
[MOH]
Kh = + –
⋅ [H + ][OH – ]
[M ][OH ]
Kw
Kh = Kb
dengan: Kw = tetapan kesetimbangan air
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
pH larutan garam:
Kw [MOH ] ⎡⎣ H + ⎤⎦
Kb = ⎡⎣ M + ⎤⎦
Kw [H + ]2
=
Kb [M + ]
Kw +
[H + ]2 = K .[M ]
b
+
K w ⋅ [M + ] Kw . M
[H ] = Kb
atau [H + ] = Kb
dengan M = konsentrasi kation
1
1 ` 12
[H+] = K w 2 ⋅ Kb ⋅ ⎡⎣ M + ⎤⎦ 2
1
pH = 2 (pKw – pKb – log [M+])
1
pH = 2 (14 – pKb – log [G])
C o n t o h 7.2
Latihan 7.2
1. Tentukan harga pH larutan ZnCl2 0,01 M, bila diketahui Kb Zn(OH)2 adalah 10–5!
2. Tentukan nilai tetapan hidrolisis (Kh) NH4Cl 0,1 M (Kb NH4OH = 1,8 × 10–5)!
3. Tentukan pH larutan (NH4)2SO4 0,005 M (Kb NH3 = 1,8 × 10–5)!
4. Berapa massa (NH4)2SO4 yang harus ditambahkan ke dalam 100 mL air, sehingga di-
peroleh larutan dengan pH = 5? (Ar H = 1, N = 14, O = 16, S = 32; Kb NH3 = 10–5)
Kw
Kh = Ka × Kb
pH larutan garam:
[HA][MOH] Kw
=
[M + ][A – ] K a ⋅ Kb
[HA]2 Kw
= K a ⋅ Kb
[A – ]2
[HA] Kw
= K a ⋅ Kb
[A – ]
sehingga:
Kw
[H + ] = K a ⋅
K a ⋅ Kb
1 1 1
[H+] = K w 2 ⋅ K a 2 ⋅ Kb– 2
pH = 12 (pKw + pKa – pKb)
1
pH = 2 (14 + pKa – pKb)
C o n t o h 7.3
Hitunglah pH larutan (NH4)2CO3 0,1 M, jika Ka H2CO3 = 10–4 dan Kb NH4OH = 10–6.
Jawab:
pKa = 4
pKb = 6
pH = 12 (14 + 4 – 6)
pH = 5
Latihan 7.1
Tugas Kelompok
Lakukan percobaan berikut.
No. Langkah Kerja Pengamatan pH
Pertanyaan:
1. Dari percobaan di atas, kesimpulan apa yang dapat Anda ambil?
2. Garam mana yang dapat mengalami hidrolisis dan mana yang tidak terhidrolisis?
Kimia XI SMA 199
Latihan 7.4
Rangkuman
1. Sifat larutan garam tergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya.
2. Hidrolisis garam adalah reaksi antara komponen garam yang berasal dari asam atau
basa lemah dengan air.
3. Hidrolisis parsial adalah hidrolisis yang terjadi pada garam yang terbentuk dari asam
kuat-basa lemah atau asam lemah-basa kuat.
4. Garam dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial, larutannya bersifat
asam.
K w ⋅ [M + ] Kw ⋅ M
[H + ] = atau [H + ] = , dengan M = konsentrasi kation
Kb Kb
5. Garam dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis parsial dan larutannya
bersifat basa.
K w ⋅ [A – ] – Kw ⋅ M
[OH – ] = atau [OH ] = , dengan M = konsentrasi anion
Ka Ka
6. Hidrolisis total adalah hidrolisis yang terjadi pada garam yang terbentuk dari asam
lemah-basa lemah.
7. Garam dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total, sifat larutannya
tergantung pada harga Ka asam dan Kb basa pembentuknya.
Kw
[H + ] = K a ⋅
K a ⋅ Kb
Kimia XI SMA 201
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
16. Jika Kb NH4OH = 10–5, maka larutan garam NH4Cl 0,1 M mempunyai pH … .
A. 5 D. 8
B. 6 E. 9
C. 7
17. Larutan NH4Cl 0,4 M memiliki tetapan hidrolisis sebesar 10–9. Konsentrasi H+
dalam larutan tersebut adalah … .
A. 2 × 10–4 D. 4 × 10–5
B. 2 × 10–5 E. 4 × 10–5
–4
C. 4 × 10
18. Campuran 50 mL larutan NH4OH 0,02 M dengan 50 mL larutan HCl 0,02 M
mempunyai pH … . (Kb NH4OH = 10–5)
a. 5 d. 10
b. 6 e. 11
c. 8
19. Campuran 100 mL larutan NH4OH 0,4 M dengan 400 mL larutan HCl 0,1 M
mempunyai pH sebesar … .(Kb NH4OH = 2 × 10–5)
a. 4,5 – log 2 d. 9,5 + log 2
b. 4,5 + log 2 e. 5,5 – log 2
c. 10,5 + log 2
20. Jika satu liter larutan NH4Cl mempunyai pH = 5 (Kb = 10–5), maka larutan tersebut
mengandung NH4Cl sebanyak … gram. (Ar N = 14, Cl = 35,5, H = 1)
a. 535 d. 5,35
b. 53,5 e. 2,675
c. 26,75
Kata Kunci
Kelarutan, tetapan hasil kali kelarutan
(Ksp), larutan jenuh, mengendap, kon-
sentrasi.
Pengantar
J ika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda
aduk, apa yang terjadi? Ya, gulanya larut dalam air. Tetapi jika Anda tambahkan
lagi gula lalu diaduk, kemudian tambah gula lagi dan diaduk, begitu seterusnya,
maka apa yang terjadi? Ya, larutan akan mencapai jenuh dan tidak dapat melarutkan
gula lagi.
206 Kimia XI SMA
Peta Konsep
melibatkan
Garam/Elektrolit
Sukar Larut
dalam
Kesetimbangan Ion
pada memenuhi
menentukan
dipengaruhi
Suhu
Kimia XI SMA 207
C o n t o h 8.1
Latihan 8.1
Untuk senyawa-senyawa berikut ini, tuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan-
nya!
a. AgCN
b. Mn(OH)2
c. AgIO3
d. Ag2CO3
e. BaSO4
208 Kimia XI SMA
Ksp = xx yy s(x+y)
Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 × 10–6 mol/L, tentukan harga tetapan
hasil kali kelarutannya!
Jawab:
AgIO3 ←⎯ ⎯⎯ →
⎯ Ag+ + IO3–
s s s
konsentrasi ion Ag = konsentrasi ion IO3– = s = kelarutan AgIO3 = 2 × 10–6 mol/L
+
Ksp = [Ag+][IO3–]
= (s)(s)
= (2 × 10–6)(2 × 10–6) = 4 × 10–12
C o n t o h 8.3
Harga Ksp Ag2S adalah 10–49, berapa kelarutan senyawa ini dalam air?
Jawab:
Ag2S ⎯⎯
→
←⎯
⎯ 2 Ag+ + S2-
s 2s s
+ 2 2–
Ksp = [Ag ] [S ]
= (2s)2 (s)
= 4s3
10–49 = 4s3
10−49
s = 3
= 2,92 × 10–17
4
maka kelarutan Ag2S sebesar 2,92 × 10–17 M.
Kimia XI SMA 209
Latihan 8.2
C o n t o h 8.4
Kelarutan Ag2CrO4 dalam air adalah 10–4 M. Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam
larutan K2CrO4 0,01 M!
Jawab:
Ksp Ag2CrO4 = 4 s3 = 4(10–4)3 = 4 × 10–12
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42–]
4 × 10–12 = [Ag+]2 × 10–2
[Ag+] = 2 × 10–5 M
Ag2CrO4 ⎯⎯
→ 2 Ag+ + CrO42–
1
Kelarutan Ag2CrO4 = 2 × 2 × 10–5 = 10–5 M
Jadi, kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan K2CrO4 adalah 10–5 M.
210 Kimia XI SMA
Latihan 8.3
1. Kelarutan Ag2CrO4 dalam air adalah 10-4 M. Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam
larutan AgNO3 0,01 M!
2. Diketahui Ksp Fe(OH)2 = 8 × 10–16. Tentukan kelarutan Fe(OH)2 dalam:
a. air murni
b. larutan NaOH 0,01 M
3. Hitunglah kelarutan Ag2SO4 (Ksp = 1,5 × 10–5) dalam:
a. 0,2 M AgNO3
b. 0,2 M Na2SO4
4. Hitunglah kelarutan BaCrO4 (Ksp = 2 × 10–10) dalam:
a. air murni
b. Na2CrO4 1,5 × 10–3 M
5. Hitunglah kelarutan SrCO3 (Ksp = 5,4 × 10–10) dalam:
a. air murni
b. 0,5 M Sr(NO3)2
C o n t o h 8.5
Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH berapakah endapan Mg(OH)2
mulai terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 = 3 × 10–11)
Jawab:
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH–]2
3 × 10–11 = 3 × 10–11 [OH–]2
[OH–]2 = 10–10
[OH–] = 10–5 M
pOH = 5
pH = 14 – pOH
pH = 14 – 5 = 9
Kimia XI SMA 211
Latihan 8.4
1. Berapa gram Zn(OH)2 (Mr = 100) yang dapat terlarut dalam 10 liter larutan dengan
pH = 9? (Ksp = 5 × 10–16)
2. Larutan jenuh Mg(OH)2 mempunyai pH = 9. Tentukan harga Ksp Mg(OH)2 tersebut!
3. Kelarutan Fe(OH)2 dalam air sebesar 2 × 10–14. Berapakah kelarutan Fe(OH)2 dalam
larutan yang mempunyai pH = 12 + log 2?
4. Apakah terbentuk endapan Cu(OH)2 ketika 1,12 gram KOH (Ar K = 39, O = 16, dan
H = 1) dimasukkan dalam 1 liter Cu(NO3)2 10–3 M (Ksp Cu(OH)2 = 2 × 10–20)?
5. Larutan jenuh Ca(OH)2 mempunyai pH = 12. Tentukan Ksp Ca(OH)2!
C o n t o h 8.6
Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO3)2 0,05 M dan HCl 0,05 M, dapatkah
terjadi endapan PbCl2? (Ksp PbCl2 = 6,25 × 10–5)
Jawab:
[Pb2+] = 0,05 M
[Cl–] = 0,05 M
[Pb2+] [Cl–]2 = 0,05 × (0,05)2
= 1,25 × 10–4
Oleh karena [Pb2+][Cl–]2 > Ksp PbCl2, maka PbCl2 dalam larutan itu akan mengendap.
212 Kimia XI SMA
Latihan 8.5
1. Tentukan konsentrasi minimum ion Ag+ yang diperlukan untuk mengendapkan AgCl
(Ksp AgCl = 2 × 10–10) dari masing-masing larutan berikut.
a. NaCl 0,1 M
b. CaCl2 0,1 M
2. Sebanyak 200 mL larutan AgNO3 0,02 M dicampurkan dengan 300 mL larutan
Al2(SO4)3 0,05 M. Jika Ksp Ag2SO4 = 1,5 × 10–5, apakah Ag2SO4 yang terbentuk akan
mengendap?
3. Periksalah apakah terjadi endapan CaF2, bila 100 mL larutan Ca(NO3)2 0,3 M
direaksikan dengan 200 mL larutan NaF 0,06 M (Ksp CaF2 = 3,2 × 10–11)!
4. Periksalah apakah terbentuk endapan PbI2, bila 200 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M
dicampur dengan 300 mL larutan NaI 0,1 M (Ksp PbI2 = 7,9 × 10–9)!
5. Sebanyak 20 mL larutan Na2CrO4 0,5 M dicampur dengan 20 mL larutan Pb(NO3)2
0,2 M. Hitunglah konsentrasi ion Pb2+ dalam larutan (Ksp PbCrO4 = 2 × 10–13)!
Latihan 8.6
1. Dalam 2 liter larutan jenuh terlarut 150 mg barium oksalat, BaC2O4 (Ar Ba = 137,
C = 12, dan O = 16). Hitunglah Ksp barium oksalat tersebut!
2. Tentukan kelarutan PbI2 (Ksp = 1,6 ×10-5) dalam larutan Pb(NO3)2!
3. Kelarutan Ag3PO4 dalam air adalah a mol/liter. Tentukan harga Ksp dari Ag3PO4
tersebut!
4. Kelarutan PbI2 dalam air adalah 1,5 × 10–3 molar. Berapakah tetapan hasil kali kelarutan
PbI2 tersebut?
5. Jika larutan MgCl2 2 × 10–3 M dinaikkan pH-nya, maka pada pH berapakah endapan
Mg(OH)2 mulai terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 = 2 × 10–11)
Kimia XI SMA 213
Rangkuman
1. Kelarutan menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu
pelarut.
2. Tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil perkalian konsentrasi ion-ion dalam
larutan jenuh, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien ionisasinya
3. Penambahan ion senama akan memperkecil kelarutan.
4. Kelarutan juga dipengaruhi oleh pH.
5. Pengendapan terjadi jika harga Ksp terlampaui.
6. Larutan jenuh adalah larutan di mana penambahan sedikit zat terlarut sudah tidak
dapat melarut lagi.
214 Kimia XI SMA
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
1. Diketahui:
Ksp AgCN = 1,2 × 10–16 mol.L–1
Ksp Mg(OH)2 = 1,2 × 10–12 mol.L–1
Ksp AgIO3 = 4 × 10–12 mol. L–1
Ksp Mn(OH)2 = 1,9 × 10–13 mol. L–1
Ksp AgBr = 5 × 10–13 mol.L–1
Dari data di atas, senyawa yang paling besar kelarutannya dalam air adalah … .
A. AgCN D. Mn(OH)2
B. Mg(OH)2 E. AgBr
C. AgIO3
2. Jika hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2SO4 = 3,2 × 10–5 mol/liter, maka kelarutannya
dalam 1 liter air adalah … .
A. 2 × 10–5 mol
B. 2 × 10–3 mol
C. 1 × 10–2,5 mol
D. 1 × 10–2 mol
E. 4 × 10–2 mol
3. Di dalam suatu larutan terdapat ion X2+, Y2+, dan Z2+ dengan konsentrasi masing-
masing 0,1 M. Ke dalam larutan ini ditambahkan NaOH padat, sehingga pH
larutan menjadi 8. Berdasarkan data:
Ksp X(OH)2 = 2,8 × 10–10
Ksp Y(OH)2 = 4,5 × 10–11
Ksp Z(OH)2 = 1,6 × 10–14
maka hidroksida yang mengendap adalah … .
A. X(OH)2
B. Y(OH)2
C. Z(OH)2
D. X(OH)2 dan Y(OH)2
E. Y(OH)2 dan Z(OH)2
4. Diketahui Ksp CaCO3 = 4,0 × 10–10 dan Mr CaCO3 = 100. Kelarutan garam CaCO3
dalam tiap 200 mL larutan adalah … .
A. 2 × 10–3 gram
B. 4 × 10–4 gram
C. 2 × 10–5 gram
D. 4 × 10–6 gram
E. 8 × 10–8 gram
Kimia XI SMA 215
5. Dalam satu liter larutan terdapat campuran garam CuCl2, MgCl2, dan BaCl2 yang
masing-masing konsentrasinya 0,01 M. Jika ditambahkan 53 gram Na2CO3, maka
garam yang mengendap adalah … .
(Mr Na2CO3 = 106; Ksp MgCO3 = 4 × 10–5, CuCO3 = 2,5 × 10–10, dan BaCO3 =
1,0 × 10–9 pada suhu 25 °C)
A. MgCO3
B. CuCO3
C. MgCO3 dan CuCO3
D. CuCO3 dan BaCO3
E. MgCO3 dan CuCO3
6. Pada suhu tertentu, 0,35 g BaF2 (Mr = 175) melarut dalam air murni membentuk
1 L larutan jenuh. Hasil kali kelarutan BaF2 pada suhu ini adalah … .
A. 1,7 × 10–2
B. 3,2 × 10–6
C. 3,2 × 10–8
D. 3,2 × 10–9
E. 4,0 × 10–9
7. Jika konsentrasi Ca2+ dalam larutan jenuh CaF2 = 2 × 10–4 mol/L, maka hasil
kali kelarutan CaF2 adalah … .
A. 8,0 × 10–8
B. 3,2 × 10–11
C. 1,6 × 10–11
D. 2,0 × 10–12
E. 4,0 × 10–12
8. Garam dengan kelarutan paling besar adalah … .
A. AgCl, Ksp = 10–10
B. AgI, Ksp = 10–16
C. Ag2CrO4, Ksp = 3,2 × 10–12
D. Ag2S, Ksp = 1,6 × 10–49
E. Ag2C2O4, Ksp = 1,1 × 10–11
9. Jika kelarutan CaF2 dalam air sama dengan s mol/L, maka nilai Ksp garam ini
adalah … .
1 3
A. s D. 2 s3
4
1 3
B. s E. 4 s3
2
C. s3
216 Kimia XI SMA
10. Larutan jenuh X(OH)2 mempunyai pH = 9, hasil kali kelarutan dari X(OH)2
adalah ... .
A 10–10
B. 5,0 × 10–11
C. 10–15
D. 5,0 × 10–16
E. 10–18
11. Kelarutan garam AgCl bertambah kecil dalam larutan … .
A. NaCl dan NaCN
B. NaCN dan AgNO3
C. AgNO3 dan NH4OH
D. NaCl dan AgNO3
E. NH4OH pekat
12. Kelarutan PbSO4 dalam air adalah 1,4 × 10–4 M pada suhu 30 °C. Bila dilarutkan
dalam K2SO4 0,05 M, maka kelarutan PbSO4 menjadi … .
A. 1,0 × 10–8 M
B. 0,2 × 10–6 M
C. 0,4 × 10–6 M
D. 1,2 × 10–5 M
E. 1,4 × 10–4 M
13. Kelarutan Ag3PO4 dalam air adalah a mol/L, hasil kali kelarutannya adalah … .
A. 27a4 D. 9a3
3
B. 3a E. 32a3
C. a4
14. Diketahui: Ksp AgCl = 1 × 10–10, Ksp AgBr = 1 × 10–13, Ksp AgI = 1 × 10–16 . Jika
s menyatakan kelarutan dalam mol/L, maka … .
A. sAgI > sAgBr > sAgCl
B. sAgI < sAgBr < sAgCl
C. sAgI < sAgBr > sAgCl
D. sAgI = sAgBr < sAgCl
E. sAgI > sAgBr < sAgCl
15. Banyak mol MgCl2 yang harus ditambahkan ke dalam satu liter larutan NaOH
dengan pH = 12, agar didapatkan larutan yang jenuh dengan Mg(OH)2 bila Ksp
Mg(OH)2 = 10–11 adalah … .
A. 10–11 mol
B. 10–10 mol
C. 10–9 mol
D. 10–8 mol
E. 10–7 mol
Kimia XI SMA 217
16. Larutan jenuh senyawa hidroksida M(OH)3 mempunyai pH = 9,0, harga Ksp
senyawa ini adalah … .
A. 3,3 × 10–21
B. 3,0 × 10–20
C. 1,0 × 10–10
D. 3,0 × 10–36
E. 3,3 × 10–37
17. Tetapan hasil kali kelarutan magnesium hidroksida adalah 2 × 10–11. Jika pH
dari suatu MgCl2 dengan konsentrasi 2 × 10–3 molar dinaikkan, maka akan mulai
terjadi endapan pada pH ... .
A. 8 D. 11
B. 9 E. 12
C. 10
18. Kelarutan AgCl yang paling besar terdapat di dalam … .
A. air murni dingin
B. larutan 0,1 M AgNO3
C. larutan 0,1 M NaCl
D. larutan 0,1 M KCl
E. air murni panas
19. Suatu larutan mengandung PbSO4 jenuh dengan Ksp PbSO4 = 1,2 × 10–10. Jika
larutan diencerkan 100 kali, maka daya melarut PbSO4 adalah … .
A. 1,2 × 10–10 mol/L
B. 1,1 × 10–12 mol/L
C. 1,1 × 10–5 mol/L
D. 1,2 × 10–7 mol/L
E. 1,2 × 10–8 mol/L
20. Suatu larutan jenuh dengan AgCl, Ksp AgCl = 10–10. Jika larutan itu diberi NaCl
hingga kadarnya 10–3 molar, maka kelarutan AgCl adalah … .
A. 10–7 mol/L
B. 10–5 mol/L
C. 10–3 mol/L
D. 10–13 mol/L
E. 10–10 mol/L
1. Sebanyak 100 mL larutan jenuh MgF2 pada suhu 18 °C diuapkan dan diperoleh
7,6 gram MgF2. Hitunglah Ksp MgF2 pada suhu 18 °C! (ArMg = 24 dan F = 19)
2. Diketahui Ksp Ag2CrO4 pada suhu 25 °C sebesar 2,4 × 10–12. Berapakah kelarutan
molar Ag2CrO4 pada 25 °C?
218 Kimia XI SMA
Pengantar
Sistem Koloid
Campuran
berjenis Gas Cair Padat Gas Cair Padat Reaksi Reaksi Reaksi Mekanik Homo- Pepti-
Pemin- Hidro- Redoks genasi sasi
dahan lisis
al)
eb
st
(gari
rsi
pe
dis is tipis) dapat distabilkan
ter ersi (gar
pendisp
A. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang
terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat;
jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut
aerosol cair.
• Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam Gambar 9.1 Kabut merupakan
contoh aerosol cair. Sumber:
udara. www.yahooimage.com
• Contoh aerosol cair: kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam ben-
tuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray),
semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan
lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan
suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Con-
toh bahan pendorong yang banyak digunakan Gambar 9.2. Asap dari pemba-
karan bahan bakar kendaraan
adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan merupakan contoh aerosol padat.
karbon dioksida. Sumber: www.yahoo-image.com
Kimia XI SMA 223
B. Sol
Sistem koloid dari partikel
padat yang terdispersi dalam zat
cair disebut sol. Koloid jenis sol
banyak kita temukan dalam kehi-
dupan sehari-hari maupun dalam
industri.
Contoh sol: air sungai (sol dari
lempung dalam air), sol sabun, sol
detergen, sol kanji, tinta tulis, dan
cat. Gambar 9.3 Air sungai yang mengandung lumpur
merupakan contoh sol. Sumber: www.yahooimage.com
C. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang ter-
dispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis
zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi
dapat digolongkan ke dalam dua bagian,
yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan
emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal Gambar 9.4 Mayones digunakan untuk
campuran makanan salad. Sumber: Nova
ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair No. 928, 11/12/2005.
yang tidak bercampur dengan air.
• Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih
wajah (milk cleanser) dan lateks.
• Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi,
dan minyak ikan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contoh-
nya adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika
campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran
yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok di-
tambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang
kita sebut emulsi. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur
dalam mayones.
D. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti
halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih,
misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan
suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih.
Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pe-
ngolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Adakalanya
buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah atau mencegah buih,
antara lain eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.
224 Kimia XI SMA
E. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan
cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai,
gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk
dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi
medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang
agak padat.
A. Industri Kosmetik
Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih
wajah, sampo, pelembap badan, deodoran umumnya
berbentuk koloid yaitu emulsi.
B. Industri Tekstil
Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mem- Gambar 9.6 Kosmetik di-
punyai daya serap yang tinggi, sehingga dapat kemas dalam bentuk koloid.
Nova, 928/XVIII, 11/12/2005
melekat pada tekstil.
C. Industri Farmasi
Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk
koloid agar stabil atau tidak mudah rusak.
E. Industri Makanan
Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid
untuk kestabilan dalam jangka waktu cukup lama.
Dapatkah Anda menyebutkan contoh koloid dalam
industri makanan?
Gambar 9.9 Kecap dan
saus dalam bentuk koloid.
Latihan 9.1 Sumber: Nova, 815/XVI,
12/10/2003.
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid itu?
2. Jelaskan komponen-komponen penyusun koloid!
3. Buatlah tabel yang berisi 8 jenis koloid, fasa terdispersi, fasa pendispersi, dan contohnya
masing-masing!
4. Tentukan jenis koloid dari:
b. asap f. batu apung k. mayones
c. kabut g. tinta l. air susu
d. cat h. air sungai m. buih sabun
e. mutiara i. agar-agar n. awan
f. lem kanji j. air sabun o minyak ikan
5. Sebutkan contoh koloid yang Anda jumpai dalam bidang:
a. industri kosmetik c. industri sabun dan detergen
b. industri makanan d. industri farmasi
A. Efek Tyndall
Bagaimanakah cara mengenali sistem koloid? Salah satu cara yang sangat
sederhana adalah dengan menjatuhkan seberkas cahaya (transparan), sedangkan
koloid menghamburkannya. Oleh karena itu, berkas cahaya yang melalui koloid
dapat diamati dari arah samping, walaupun partikel koloidnya sendiri tidak
tampak. Jika partikel terdispersinya juga kelihatan, maka sistem itu bukan koloid
melainkan suspensi.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita se-
ring mengamati efek Tyndall ini, antara lain:
1. Sorot lampu mobil pada malam yang
berkabut.
2. Sorot lampu proyektor dalam gedung
bioskop yang berasap atau berdebu.
3. Berkas sinar matahari melalui celah
daun pohon-pohon pada pagi hari yang Gambar 9.10 Efek Tyndall. Sumber:
www.yahooimage.com
berkabut.
Sumber: General Chemistry, Principles & Structure, James E. Brady, 1990.
226 Kimia XI SMA
B. Gerak Brown
Telah disebutkan bahwa partikel koloid dapat menghamburkan cahaya.
Jika diamati dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan
sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus-
menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel
koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, seorang ahli
biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris.
Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup
besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut
juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati. Makin tinggi suhu
makin cepat gerak Brown karena energi kinetik molekul medium meningkat,
sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.
Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh
karena bergerak terus-menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya
gravitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi.
C. Muatan Koloid
1. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak
ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan
negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan koloid yang
bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian,
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
2. Adsorpsi
Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Partikel
koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai
ke bawah permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh
kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga
bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga
bermuatan negatif
Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di
samping gerak Brown. Oleh karena bermuatan sejenis maka partikel-partikel
koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari pengelompokan antar-
sesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan
kemudian bersatu, maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup
besar dan akhirnya mengendap).
Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain, misalnya
pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses pen-
jernihan air minum.
Sumber: General Chemistry, Principles & Structure, James E. Brady, 1990.
Kimia XI SMA 227
3. Koagulasi
Apabila muatan suatu koloid dilucuti, maka kestabilan koloid tersebut
akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan.
Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika
elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid.
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut.
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan
kedua itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid
sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik-
menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri
sebagai berikut:
a. Pembentukan delta di muara sungai terjadi
karena koloid tanah liat (lempung) dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur
dengan elektrolit dalam air laut.
b. Karet dalam lateks digumpalkan dengan me-
nambahkan asam format.
c. Lumpur koloidal dalam sungai dapat digumpal-
kan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat
dalam air sungai biasanya bermuatan negatif,
sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari
tawas (aluminium sulfat).
d. Asap atau debu dari pabrik dan industri dapat Gambar 9.11 Asap pabrik
dilewatkan alat Cottrel. Sum-
digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari ber: www.yahooimage.com
Cottrel.
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui
ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000
sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-
molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap
dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik
dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak di-
gunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh
buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya
debu logam).
D. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi
lateks. Di lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid
dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid
pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi,
sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh:
1. Pada pembuatan es krim digunakan
gelatin untuk mencegah pemben-
tukan kristal besar es atau gula.
2. Cat dan tinta dapat bertahan lama
karena menggunakan suatu koloid
pelindung.
3. Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan
detergen, juga tergolong koloid
Gambar 9.12 Es krim dengan koloid pelindung
pelindung.
Kimia XI SMA 229
E. Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat
mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat
dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem
koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat
dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-
partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid.
Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.
Latihan 9.2
A. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) ber-
gabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi
kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan
pergantian pelarut.
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh 1:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan
belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam
larutan SO2.
2 H2S(g) + SO2(aq) ⎯⎯ → 2 H2O(l) + 3 S (koloid)
Contoh 2:
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl4 dengan larutan
K2CO3 dan HCHO (formaldehida).
2 HAuCl4(aq)+ 6 K2CO3(aq) + 3 HCHO(aq) ⎯⎯→
2 Au(koloid) + 5 CO2(g) + 8 KCl(aq) + KHCO3(aq) + 2 H2O(l)
Kimia XI SMA 231
2. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air
mendidih ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) ⎯⎯
→ Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)
3. Dekomposisi Rangkap
Contoh 1:
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan
H2S.
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) ⎯⎯
→ As2S3(koloid) + 6 H2O(l)
Contoh 2:
Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer
dengan larutan HCl encer.
AgNO3(aq) + HCl(aq) ⎯⎯ → AgCl(koloid) + HNO3(aq)
4. Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi
dengan penggantian pelarut.
Contoh:
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka
akan terbentuk suatu koloid berupa gel.
B. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara
dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga
listrik (cara busur Bredig).
1. Cara Mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau peng-
giling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk
dengan medium dispersi.
Contoh:
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-
sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur
serbuk halus itu dengan air.
232 Kimia XI SMA
2. Cara Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah
peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein
(polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh
bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan
Al(OH)3 oleh AlCl3.
Tugas Kelompok
Pembuatan Koloid
Buatlah koloid-koloid berikut ini bersama teman-teman dalam kelompok Anda.
1. Pembuatan Emulsi
Alat dan bahan:
a. tabung reaksi dan rak tabung reaksi
b. minyak
c. air sabun
d. akuades
Cara kerja:
a. Dalam tabung reaksi yang bersih masukkan 1 mL minyak tanah, tambahkan 10 mL
akuades, lalu kocok keras-keras. Perhatikan hasilnya!
b. Ke dalam campuran zat tersebut, kemudian tambahkan 15 tetes larutan sabun lemak
dan kocok dengan kuat. Diamkan selama 10 – 15 menit. Amati perubahan yang
terjadi! Bandingkan dengan hasil percobaan a!
2. Pembuatan Koloid Secara Dispersi
Alat dan bahan:
a. gelas beker 100 mL f. larutan iodin
b. pengaduk g. corong gelas
c. akuades h. lumpang dan alu mortir
d. kertas saring i. pipet tetes
e. amilum
Kimia XI SMA 233
Cara kerja:
a. Ambil satu sendok amilum, kemudian masukkan ke dalam gelas beker 50 mL
yang telah berisi 10 mL akuades. Aduk campuran kemudian saring. Amati filtratnya
(cairan hasil penyaringan)!
b. Ambil satu sendok amilum, kemudian gerus sampai halus dengan mortir.
Tambahkan 10 mL akuades sambil diaduk, kemudian saringlah. Amati filtratnya!
c. Bandingkan filtrat a dan filtrat b, kemudian ke dalam masing-masing filtrat
tambahkan beberapa tetes larutan I2 (iodin) dan amati perubahan yang terjadi.
3. Pembuatan Es Krim
Alat dan bahan:
a. air susu 1 liter f. panci aluminium
b. telur ayam 6 butir g. pengocok telur
c. gula pasir 225 gram h. pemanas
d. vanili 2 batang i. pendingin
e. zat warna kuning
Cara kerja:
a. Air susu dan vanili dipanaskan di atas api sampai mendidih.
b. Sementara itu, telur ayam dikocok dengan gula sampai putih berbusa, lalu tuangi
satu cangkir air susu panas terus diaduk sampai homogen.
c. Campuran pada b kemudian dituangkan dalam sisa susu yang masih panas, terus
diletakkan di atas api sambil diaduk-aduk sampai menjadi adonan yang kental,
lalu lekas diangkat dari api, jangan ditunggu hingga mendidih.
d. Adonan yang telah diangkat dari api, kalau perlu ditambah zat warna kuning, lalu
biarkan dingin sambil kadang-kadang diaduk.
e. Adonan es yang telah dingin dimasukkan dalam tempat yang terbuat dari alu-
minium, lalu dimasukkan dalam freezer (pendingin), kemudian lemari es ditutup.
f. Tiap setengah jam adonan es harus diaduk merata supaya esnya tidak kasar, (kalau
ada mixer, adonan yang mulai mengental diaduk dengan mixer sampai merata),
kemudian dimasukkan lagi dalam freezer.
4. Pembuatan Jeli (Selai) (Jambu Biji, Sirsak, Nanas, dan lain-lain)
Alat dan bahan:
a. buah-buahan yang telah masak e. botol bermulut lebar (untuk tempat selai)
dan cukup lunak f. kain bersih sebagai penyaring
(boleh pilih salah satu buah) g. pisau
b. gula pasir h. panci berlapis email
c. asam sitrat i. pemanas
d. asam benzoat j. pengaduk gelas
Cara kerja:
a. Buah-buahan dicuci lalu dipotong-potong kecil. Setiap satu kilogram buah ditambah
750 mL air dan 2 gram asam sitrat.
b. Campuran tersebut lalu direbus dalam panci berlapis email dan biarkan mendidih
± 1 jam, lalu dinginkan hingga hari berikutnya.
c. Selanjutnya disaring dengan kain yang bersih.
234 Kimia XI SMA
d. Pada pembuatan selai tiap 1 liter sari buah ditambah 1 kg gula, lalu dipanaskan
sampai mencapai kekentalan tertentu. Untuk mengetahui bahwa pemanasan telah
cukup, diambil jeli satu sendok lalu ditaruh di atas piring, lalu biarkan jeli dingin
kemudian miringkan. Kalau jeli berjalan lambat berarti pemanasan sudah cukup.
e. Sebelum dimasukkan ke dalam botol yang steril, pada setiap liter jeli ditambah 0,5
– 1 gram asam benzoat sebagai bahan pengawet (masukkan jeli ke dalam botol
pada waktu jeli masih panas).
C. Koloid Asosiasi
Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak
membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri
atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut
ekor).
O
CH3–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–C–O–Na+
Ekor Kepala
Gambar 9.13 Molekul sabun
Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air), sedangkan gugus
hidrokarbon bersifat hidrofob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka
molekul-molekul sabun akan mengadakan asosiasi karena gugus nonpolarnya
(ekor) saling tarik-menarik, sehingga terbentuk partikel koloid (lihat gambar
9.13).
Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi yang
sama. Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari
bahan cucian, kemudian mendispersikannya ke dalam air. Sebagian bahan
pencuci, sabun, dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi, tetapi
juga sebagai pembasah atau penurun tegangan permukaan. Air yang me-
ngandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih
rendah, sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian.
Latihan 9.3
Rangkuman
1. Koloid adalah campuran dengan ukuran partikel berkisar antara 1 nm – 100 nm. Jadi,
koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa, yaitu fasa
pendispersi (pelarut) dan fasa terdispersi (terlarut).
2. Sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok berdasarkan pada
jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, yaitu aerosol, sol, sol padat, aerosol,
emulsi, emulsi padat, buih, dan buih padat.
3. Macam-macam sifat koloid adalah efek Tyndall, gerak Brown, muatan koloid, koloid
pelindung, dan dialisis.
4. Efek Tyndall adalah penghamburan berkas cahaya oleh partikel-partikel koloid.
5. Gerak Brown adalah gerak partikel koloid yang terus-menerus dengan gerakan patah-
patah (gerak zig-zag).
6. Koloid pelindung terjadi apabila ada penambahan koloid lain untuk menstabilkan
suatu koloid.
7. Koloid liofil terjadi apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat
terdispersi dengan mediumnya.
8. Koloid liofob terjadi apabila gaya tarik-menarik antara zat terdispersi dengan me-
diumnya cukup lemah.
9. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi, yaitu partikel larutan sejati (molekul atau
ion) bergabung menjadi partikel koloid.
10.Pembuatan koloid dengan cara dispersi, yaitu partikel kasar dipecah menjadi partikel
koloid.
236 Kimia XI SMA
1234567890123456789012
Uji Kompetensi 1234567890123456789012
1234567890123456789012
I. Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
1. Hal-hal berikut merupakan ciri-ciri sistem koloid, kecuali ... .
A. tidak dapat disaring
B. stabil (tidak memisah)
C. terdiri atas dua fasa
D. homogen
E. menghamburkan cahaya
2. Yang bukan merupakan sistem koloid adalah … .
A. lateks D. agar-agar
B. air sadah E. buih sabun
C. asap
3. Salah satu perbedaan antara koloid dengan suspensi adalah … .
A. koloid bersifat homogen, sedangkan suspensi heterogen
B. koloid menghamburkan cahaya, sedangkan suspensi meneruskan cahaya
C. koloid stabil, sedangkan suspensi tidak stabil
D. koloid satu fasa, sedangkan suspensi dua fasa
E. koloid transparan, sedangkan suspensi keruh
4. Suatu contoh air sungai setelah disaring diperoleh filtrat yang tampak jernih.
Filtrat tersebut ternyata menunjukkan efek Tyndall. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa air sungai … .
A. tergolong aerosol
B. tergolong suspensi
C. tergolong sol
D. tergolong koloid
E. mengandung partikel kasar dan partikel koloid
5. Dispersi zat cair atau zat padat dalam gas disebut … .
A. sol D. aerosol
B. emulsi E. suspensi
C. buih
6. Buih dalam sistem dispersi terjadi pada keadaan … .
A. zat padat terdispersi dalam zat cair
B. zat cair terdispersi dalam gas
C. gas terdispersi dalam zat padat
D. gas terdispersi dalam zat cair
E. zat cair terdispersi dalam zat cair
7. Mutiara adalah sistem koloid … .
A. padat dalam cair D. gas dalam cair
B. cair dalam gas E. gas dalam padat
C. cair dalam padat
Kimia XI SMA 237
15. Kelebihan elektrolit dalam suatu dispersi koloid biasanya dihilangkan dengan
cara ... .
A. elektrolisis D. dekantasi
B. elektroforesis E. presipitasi
C. dialisis
16. Peristiwa koagulasi dapat ditemukan pada peristiwa … .
A. pembuatan agar-agar
B. terjadinya berkas sinar
C. pembuatan cat
D. pembuatan air susu
E. terjadinya delta di muara sungai
17. Sistem koloid yang partikel-partikelnya tidak menarik molekul pelarutnya
disebut… .
A. liofil D. elektrofil
B. dialisis E. liofob
C. hidrofil
18. Zat-zat yang tergolong sol liofil adalah … .
A. belerang, agar-agar, dan mentega
B. batu apung, awan, dan sabun
C. susu, kaca, dan mutiara
D. minyak tanah, asap, dan debu
E. lem karet, lem kanji, dan busa sabun
19. Yang termasuk koloid hidrofob adalah … .
A. amilum dalam air D. lemak dalam air
B. protein dalam air E. agar-agar dalam air
C. karbon dalam air
20. Gejala atau proses yang paling tidak ada kaitan dengan sistem koloid adalah ... .
A. efek Tyndall D. emulsi
B. dialisis E. elektrolisis
C. koagulasi
21. Dibandingkan dengan sol liofil, maka sol liofob … .
A. lebih stabil
B. lebih kental
C. memberi efek Tyndall yang kurang jelas
D. lebih mudah dikoagulasikan
E. bersifat reversibel
22. Cara pembuatan sistem koloid dengan jalan mengubah partikel-partikel kasar
menjadi partikel-partikel koloid disebut cara … .
A. dispersi D. hidrolisis
B. kondensasi E. elektrolisis
C. koagulasi
Kimia XI SMA 239
I. Pilih satu jawaban paling benar di antara pilihan jawaban a, b, c, d, atau e! Untuk
soal yang memerlukan hitungan, jawablah dengan uraian jawaban beserta cara
mengerjakannya!
14. Di dalam larutan yang volumenya 100 mL terlarut NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,2 M.
Jika Kb NH3 = 1,8 × 10–5, maka pH larutan tersebut adalah ... .
A. 5 – log 1,8 D. 6 + log 9
B. 6 – log 9 E. 8 + log 9
C. 9 – log 1,8
15. Larutan CH3COOH di bawah ini dapat membentuk larutan penyangga jika
dicampurkan dengan 100 mL larutan KOH 0,1 M, kecuali ... .
A. 100 mL larutan CH3COOH 0,15 M
B. 100 mL larutan CH3COOH 0,05 M
C. 100 mL larutan CH3COOH 0,25 M
D. 50 mL larutan CH3COOH 0,3 M
E. 50 mL larutan CH3COOH 0,4 M
16. Ke dalam 200 mL larutan CH3COOH 0,1 M (Ka = 10–5) ditambahkan garam
CH 3COONa padat (Mr = 82) hingga pH larutan naik menjadi 5. Massa
CH3COONa yang ditambahkan adalah ... .
A. 0,82 gram D. 4,1 gram
B. 1,64 gram E. 4,92 gram
C. 3,28 gram
17. Ke dalam 300 mL larutan CH3COOH 0,4 M ditambahkan 200 mL larutan
CH3COOK 0,1 M (Ka CH3COOH = 10–5). pH larutan akan berubah dari ... .
A. 3 menjadi 5 D. 3 – log 2 menjadi 5 – log 6
B. 3 menjadi 4 – log 6 E. 3 menjadi 5 – log 6
C. 3 – log 2 menjadi 5
18. Sebanyak a gram garam NH4Cl (Mr = 53,5) dicampur dengan 1 liter larutan
NH4OH 0,2 M (Kb NH4OH = 10–5). Agar diperoleh larutan dengan pH = 10,
maka massa a sebesar ... .
A. 0,535 gram D. 1,07 gram
B. 5,35 gram E. 10,7 gram
C. 53,5 gram
19. Jumlah mol garam XCl yang harus ditambahkan ke dalam larutan 0,1 mol basa
lemah XOH (Kb XOH = 10–6) agar pH larutan menjadi 9 adalah ... .
A. 1 mol D. 0,02 mol
B. 0,1 mol E. 0,01 mol
C. 0,05 mol
20. Campuran larutan NH4OH 0,1 M dengan larutan garam NH4Cl 0,1 M mempunyai
pH = 10, Kb NH4OH = 10–5. Perbandingan volume larutan NH4OH dan larutan
NH4Cl adalah ... .
A. 1 : 1 D. 5 : 1
B. 2 : 1 E. 10 : 1
C. 1 : 5
244 Kimia XI SMA
21. Garam berikut ini yang tidak mengalami hidrolisis adalah ... .
A. NH4Cl D. MgCl2
B. AlCl3 E. KCN
C. Na2CO3
22. Besarnya pH dari 500 mL larutan CH3COONa 0,4 M (Ka = 10–5) adalah ... .
A. 5 D. 9 + log 2
B. 5 – log 2 E. 10
C. 9 + log 4
23. Besarnya pH dari 250 mL larutan (NH4)2SO4 0,8 M dan Kb NH3 = 10-5 adalah ...
A. 3 – log 2 D. 5 – log 3
B. 4 E. 5 – log 4
C. 4 – log 2
24. 100 mL larutan NaOH 0,2 M dicampur dengan 100 mL larutan CH3COOH
0,2 M (Ka CH3COOH = 10–5). Besarnya pH campuran adalah ... .
A. 5 D. 9
B. 6 E. 10
C. 8
25. Massa Na2CO3 (Mr = 106) yang harus dilarutkan dalam 200 mL air agar diperoleh
larutan dengan pH = 10 (Ka H2CO3 = 10–6) adalah ... .
A. 2,65 gram D. 15,9 gram
B. 5,3 gram E. 21,2 gram
C. 10,6 gram
26. Garam berikut ini yang mengalami hidrolisis total adalah ... .
A. (NH4)2SO4 D. NaBr
B. (NH4)2CO3 E. Na2CO3
C. NH4NO3
27. Sebanyak 66 mg garam (NH4)2SO4 (Mr = 132) dilarutkan dalam air hingga
volumenya 500 mL, Kb NH4OH = 2 × 10–5. pH larutan tersebut adalah ... .
A. 9 D. 6
B. 8 E. 5
C. 7
28. Di antara garam berikut, yang larutannya dapat mengubah warna kertas lakmus
biru menjadi merah adalah ... .
A. NaCl D. Na2CO3
B. CaSO4 E. NH4Cl
C. Ba(NO3)2
29. 100 mL larutan NH3 0,2 M dicampur dengan 100 mL larutan HCl 0,2 M.
Jika Kb NH3 = 10–5, maka besarnya pH campuran adalah ... .
A. 5 D. 8
B. 6 E. 9
C. 7
Kimia XI SMA 245
30. Jika larutan NH3 0,1 M mempunyai pH = 11, maka pH larutan NH4Cl 0,1 M
adalah ... .
A. 4 D. 8
B. 5 E. 9
C. 6
31. Hasil kali kelarutan Ag2CO3 pada suhu 298 K adalah 8 × 10–12. Kelarutan Ag2CO3
sebesar ... .
A. 1,4 × 10–6
B. 2,0 × 10–6
C. 2,83 × 10–6
D. 1,26 × 10–4
E. 2,0 × 10–4
32. Mg(OH)2 pada suhu tertentu mempunyai pH = 10. Pada suhu dan tekanan yang
sama, hasil kali kelarutan Mg(OH)2 adalah ... .
A. 4 × 10–12 D. 5 × 10–12
–13
B. 4 × 10 E. 10–12
C. 5 × 10–13
33. Tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) PbI2 = 1,6 × 10-8. Kelarutan PbI2 di dalam
larutan Pb(NO3)2 0,1 M adalah ... .
A. 1,6 × 10–8 M
B. 1,6 × 10–7 M
C. 4,0 × 10–7 M
D. 4,0 × 10–4 M
E. 2,0 × 10–4 M
34. Dalam 1 liter air murni dapat larut 4,48 gram MgC2O4 (Mr = 112). Hasil kali
kelarutan MgC2O4 adalah ... .
A. 1,6 × 10–3
B. 1,6 × 10–4
C. 4,0 × 10–4
D. 1,12 × 10–5
E. 6,4 × 10–5
35. Hasil kali kelarutan AgCl dalam air sebesar 10–10. Kelarutan garam AgCl dalam
larutan CaCl2 0,2 M adalah ... .
A. 1,25 × 10–10 D. 2,50 × 10–7
–10
B. 2,50 × 10 E. 1,25 × 10–8
C. 0,25 × 10–8
36. Di antara zat berikut ini, kelarutan yang paling besar dinyatakan dalam mol/liter
adalah ... .
A. BaCrO4 (Ksp = 1,2 × 10–10)
B. BaSO4 (Ksp = 1,1 × 10–10)
C. AgCl (Ksp = 1,8 × 10–10)
D. Ag2CrO4 (Ksp = 1,1 × 10–12)
E. CaF2 (Ksp = 3,4 × 10–11)
246 Kimia XI SMA
42. Pada proses penjernihan air kotor dengan tawas (KAl(SO4)2·12H2O) me-
manfaatkan sifat koloid ... .
A. elektroforesis
B. efek Tyndall
C. dialisis
D. gerak Brown
E. koagulasi dan adsorpsi
43. Berikut ini yang merupakan koloid liofil adalah ... .
A. sol belerang dan sol kanji
B. sol logam dan sol gelatin
C. gelatin dan agar-agar
D. sol sabun dan sol As2S3
E. sol logam dan sol sulfida
44. Berikut ini beberapa cara pembuatan koloid.
1) Melarutkan FeCl3 ke dalam air panas.
2) Menggerus belerang dan gula sampai halus kemudian ditambah air.
3) Menambahkan larutan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3.
4) Menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat.
Yang termasuk cara dispersi adalah ... .
A. 1 dan 2 D. 2 dan 4
B. 1 dan 3 E. 3 dan 4
C. 2 dan 3
45. Pernyataan berikut yang merupakan prinsip kerja alat Cottrel adalah ... .
A. mengendapkan partikel koloid bermuatan melalui elektrode bertegangan
tinggi
B. mengumpulkan partikel koloid dengan menambahkan zat elektrode
C. mengumpulkan partikel koloid dengan menambahkan koloid bermuatan
D. mengendapkan sistem koloid dengan cara pemanasan
E. menyaring ion-ion pengganggu pada kestabilan sistem koloid
46. Di antara larutan berikut ini, yang dapat menunjukkan peristiwa efek Tyndall
adalah ... .
A. larutan urea
B. larutan besi(III) hidroksida
C. larutan alkohol
D. larutan garam dapur
E. larutan asam cuka
47. Kelebihan elektrolit dalam suatu dispersi koloid biasanya dihilangkan dengan
cara ... .
A. elektrolisis
B. elektroforesis
C. dialisis
D. dekantasi
E. koagulasi
248 Kimia XI SMA
Glosarium
ikatan kovalen koordinasi: ikatan kovalen di mana pasangan elektron yang dipakai
bersama hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan.
ikatan hidrogen: ikatan antara molekul-molekul yang sangat polar dan mengandung
atom hidrogen.
inhibitor: zat yang kerjanya memperlambat reaksi atau menghentikan reaksi.
ion sisa asam: ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ dalam
reaksi ionisasi.
kation: ion bermuatan listrik positif.
kelarutan: jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut.
katalis homogen: katalis yang dapat bercampur secara homogen dengan zat
pereaksinya karena mempunyai wujud yang sama.
katalis heterogen: katalis yang tidak dapat bercampur secara homogen dengan
pereaksinya karena wujudnya berbeda.
katalisator: zat yang dapat mempercepat tercapainya kesetimbangan, tetapi tidak
merubah letak kesetimbangan (harga tetapan kesetimbangan Kc tetap).
kalorimetri: proses pengukuran kalor reaksi.
koagulasi: proses penggumpalan koloid.
koloid pelindung: suatu koloid yang ditambahkan ke dalam koloid lain untuk
menstabilkan.
larutan jenuh: larutan di mana penambahan sedikit zat terlarut sudah tidak dapat
melarut lagi.
laju reaksi: laju berkurangnya jumlah molaritas reaktan atau laju bertambahnya jumlah
molaritas produk per satuan waktu.
molaritas: jumlah mol zat yang terlarut dalam satu liter larutan.
orbital: daerah dengan probabilitas terbesar menemukan elektron.
orde reaksi atau tingkat reaksi: bilangan pangkat pada persamaan reaksi yang
bersangkutan.
orde reaksi total: jumlah bilangan pangkat konsentrasi pereaksi-pereaksi.
penetralan: reaksi antara larutan asam dengan larutan basa menghasilkan garam dan
air
polarisabilitas: kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau untuk
mengimbas suatu molekul.
persamaan laju reaksi: persamaan yang menyatakan hubungan antara konsentrasi
pereaksi dengan laju reaksi.
pH: bilangan yang menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan.
persamaan termokimia: persamaan reaksi yang menyertakan perubahan entalpinya
(ΔH).
perubahan entalpi standar (ΔH°): perubahan entalpi (ΔH) reaksi yang diukur pada
kondisi standar, yaitu pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm.
252 Kimia XI SMA
racun katalis: inhibitor yang dalam jumlah sangat sedikit dapat mengurangi atau
menghambat kerja katalis.
reaksi reversibel: reaksi kimia yang dapat balik ( zat-zat produk dapat kembali menjadi
zat-zat semula).
reaksi ireversibel: reaksi kimia yang tidak dapat balik (zat-zat hasil reaksi tidak dapat
kembali lagi menjadi zat-zat semula).
reaksi endoterm: reaksi kimia yang membutuhkan/menyerap kalor.
reaksi eksoterm: reaksi kimia yang melepaskan/membebaskan kalor.
teori domain elektron: penyempurnaan dari teori VSEPR. Domain elektron berarti
kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron, di mana jumlah
domain ditentukan oleh pasangan elektron ikatan atau pasangan elektron
bebas.
tetapan hasil kali kelarutan (Ksp): hasil perkalian konsentrasi ion-ion dalam larutan
jenuh, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien ionisasinya.
titik akhir titrasi: titik dalam titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator,
di mana indikator yang layak untuk titrasi harus dipilih agar titik akhirnya
sedekat mungkin dengan titik setara dari reaksi titrasi.
titik setara: kondisi yang menunjukkan penetralan asam oleh basa, dan sebaliknya.
titik ekuivalen: kondisi di mana pada suatu titrasi, jika telah di campur jumlah ekuivalen
yang sama dari pereaksi.
VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion): teori yang menyatakan bahwa baik
pasangan elektron dalam ikatan kimia maupun pasangan elektron yang tidak
dipakai bersama (yaitu pasangan elektron ‘mandiri’) saling tolak-menolak.
valensi asam: jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam dalam reaksi
ionisasi.
Kimia XI SMA 253
INDEKS
a s
absorpsi 78 sistem 1, 2, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 31, 32,
alkali 3, 16, 17, 33, 96 33, 34, 35
azimuth 2, 9, 11, 13, 30 spektrum 4, 5, 6, 13, 30
spin 2, 8, 9, 13, 31
d
denature 95 t
dipol 1, 2, 27, 28, 29, 32, 36, 37, 38 transisi 1, 16, 17, 18, 19, 31, 32, 33, 34
dispersi 27, 28, 37, 221, 222, 223, 224,
225, 228, 229, 230, 231, 232, 234,
235, 236, 237, 238, 239, 240
domain 1, 21, 22, 23, 24, 25, 32
efek
efek Tyndall 221, 225, 229, 230, 235, 236,
237, 238, 239
f
fasa 26
fotolistrik 1, 3, 31
foton 3, 4, 30
g
gel 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 14, 18, 30, 31
ground state 4, 30
k
Ksp 7, 10, 25
kuantum 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 13, 30, 31,
33, 35, 38
kulit atom 3, 4, 8, 14, 30
m
magnetik 3, 8, 9, 13, 30, 31
o
orbital 1, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 18,
20, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 38
254 Kimia XI SMA
Indeks Penulis
Brady 3, 4, 6, 7, 8, 26, 27, 28, 42, 60, 62, 78, 81, 83, 84, 91, 96, 113, 115, 161, 162, 182, 207,
210, 221, 222, 225, 226
Gillespie 44, 55, 62
Keenan 208, 209
Martin 10, 11, 29, 42, 64, 67, 86, 96, 107, 109, 112, 120, 121, 127, 149, 157, 158, 160, 162, 171
Oxtoby 6, 7
Ralph 20, 21, 24, 124
Ted Lister 43, 49, 50, 95
Kimia XI SMA 255
234567890123456789012345678901212345
234567890123456789012345678901212345
234567890123456789012345678901212345
234567890123456789012345678901212345
234567890123456789012345678901212345
234567890123456789012345678901212345
Daftar Pustaka
234567890123456789012345678901212345
234567890123456789012345678901212345
234567890123456789012345678901212345
www.yahooimage.com
www.invir.com
www.kompas.com
www.solopos.net
www.tabloidnova.com
Kimia XI SMA 257
Lampiran 1
Aluminium Karbon
Al(s) 0
C(s, grafit) 0
Al3+(aq) –524,7
C(s, intan) +1,88
AlCl3(s) –704
Al2O3(s) –1.676 CCl4(l) –134
Arsenik CO(g) –110
As(s) 0 CO2(g) –394
AsH3(g) +66,4 CO2(aq) –413,8
As2O5(s) –925 CO32–(aq) –677,14
Barium HCN(g) +135,1
Ba(s) 0 CN–(aq) +150,6
BaCO3(s) –1.219 CH4(g) –74,9
BaCrO4(s) –1.428,0 C2H2(g) +227
BaCl2(s) –860,2 C2H4(g) +51,9
Berilium C2H6(g) –84,5
Be(s) 0 C3H8(g) –104
BeCl2(s) –468,6 C4H10(g) –126
Bismut C6H6(l) +49,0
Bi(s) 0 C2H5OH(l) –278
BiCl3(s) –379 HCHO2(g) –363
Boron asam format
B(s) 0
HC2H3O2(l) –487,0
B(OH)3(s) –1.094
asam asetat
Bromin
Br2(l) 0 CH2O(g) –108,6
Br2(g) +30,9 formaldehida
HBr(g) –36 CH3CHO(g) –167
Br–(aq) –121,55 asetaldehida
Kadmium (CH3)2CO(l) –248,1
Cd(s) 0 aseton
Cd2+(aq) –75,90 C6H5CO2H(s) –385,1
CdO(s) –258,2 asam benzoat
Kalsium CO(NH2)2(s) –333,5
Ca(s) 0 urea
Ca2+(aq) –542,83 CO(NH2)2(aq) –319,2
CaCO3(s) –1.207 CH2(NH2)CO2H(s) –532,9
CaF2(s) –741 glisina
CaCl2(s) –795,8 Klorin
CaBr2(s) –682,8 Cl2(g) 0
CaO(s) –635,5 Cl–(aq) –167,2
Ca(OH)2(s) –986,6 HCl(g) –92,5
Ca3(PO4)2(s) –4.119
HCl(aq) –167,2
CaSO4(s) –1.433
CaSO4 . 2 H2O(s)
HClO(aq) –131,3
–2.020
258 Kimia XI SMA
Kromium Litium
Cr(s) 0 Li(s) 0
Cr3+(aq) –232 Li+(aq) –278,6
CrCl2(s) –326 LiCl(s) –408,8
Cr2O3(s) –1.141 Magnesium
K2Cr2O7(s) –2.033,01 Mg(s) 0
Kobalt Mg2+(aq) –466,9
Co(s) 0 MgF2(s) –1.113
Co2+(aq) –59,4 MgCl2(s) –641,8
CoCl2(s) –325,5 MgO(s) –601,7
Cuprum, tembaga Mg(OH)2(s) –924,7
Cu(s) 0 Mangan
Cu2+(aq) +64,77 Mn(s) 0
CuCl2(s) –172 Mn2+(aq) –223
CuO(s) –155 MnO4–(aq) –542,7
CuS(s) –53,1 KMnO4(s) –813,4
CuSO4(s) –771,4
MnO(s) –385
CuSO4⋅5H2O(s) –2.279,7
MnO2(s) –520,9
Fluorin
MnSO4(s) –1.064
F2(g) 0
Merkurium, raksa
F–(aq) –332,6
HF(g) –271 Hg(l) 0
Aurum, emas Hg(g) +61,32
Au(s) 0 Hg2Cl2(s) –265,2
AuCl3(s) –118 HgCl2(s) –224,3
Hidrogen HgO(s) –90,83
H2(g) 0 HgS(s) –58,2
H2O(l) –286 Nikel
H2O(g) –242 Ni(s) 0
H2O2(l) –187,8 NiCl2(s) –305
Iodin NiO2(s) –
I2(s) 0 NiSO4(s) –891,2
I2(g) +62,4 Nitrogen
HI(g) +26 N2(g) 0
Ferum, besi NH3(g) –46,0
Fe(s) 0 NH4+(aq) –132,5
Fe2+(aq) –89,1 NH4Cl(s) –314,4
Fe3+(aq) –48,5 NO(g) +90,4
Fe2O3(s) –822,2 NO2(g) +34
FeS(s) –100,0 N2O(g) +81,5
FeS2(s) –178,2 N2O4(g) +9,16
Plumbum, timbal N2O5(g) +11
Pb(s) 0 HNO3(l) –174,1
Pb2+(aq) –1,7 NO3–(aq) –205,0
PbCl2(s) –359,4 Oksigen
PbO(s) –217,3 O2(g) 0
PbO2(s) –277
O3(g) +143
PbS(s) –100
OH–(aq) –230,0
PbSO4(s) –920,1
Kimia XI SMA 259
12345678901234567890123456 1234567890123456789012345
a
Semua nilai dalam tabel ini positif karena pembentukan atom dalam wujud gas dari unsur-unsurnya
termasuk reaksi endoterm. Hal ini juga berlaku pada pemutusan ikatan.
Fluorida
MgF2 ⎯⎯
MgF2(s) ←⎯→ Mg2+(aq) + 2 F–(aq)
⎯ 7,3 × 10–9
CaF2 ⎯⎯
CaF2(s) ←⎯→ Ca2+(aq) + 2 F–(aq)
⎯ 1,7 × 10–10
BaF2 ⎯⎯
BaF2(s) ←⎯→ Ba2+(aq) + 2 F–(aq)
⎯ 1,7 × 10–6
LiF ⎯⎯
LiF(s) ←⎯→ Li+(aq) + F–(aq)
⎯ 1,7 × 10–3
Klorida
AgCl AgCl(s) ⎯⎯
→ Ag+(aq) + Cl–(aq)
←⎯
⎯ 1,7 × 10–10
PbCl2 PbCl2(s) ⎯⎯
←⎯
⎯→ Pb2+(aq) + 2 Cl–(aq) 1,6 × 10–5
AuCl3 AuCl3(s) ⎯⎯
←⎯→ Au3+(aq) + 3 Cl–(aq)
⎯ 3,2 × 10–25
Bromida
AgBr AgBr(s) ⎯⎯
→ Ag+(aq) + Br–(aq)
←⎯
⎯ 5,0 × 10–15
HgBr2 HgBr2(s) ⎯⎯
←⎯→ Hg2+(aq) + 2 Br–(aq)
⎯ 1,3 × 10–19
Iodida
CuI ⎯⎯
CuI(s) ←⎯ → Cu+(aq) + I–(aq)
⎯ 1 × 10–12
AgI ⎯⎯
AgI(s) ←⎯ → Ag+(aq) + I–(aq)
⎯ 8,5 × 10–17
HgI2 ⎯⎯
HgI2(s) ←⎯⎯→ Hg2+(aq) + 2 I–(aq) 1,1 × 10–28
PbI2 ⎯⎯
PbI2(s) ←⎯→ Pb2+(aq) + 2 I–(aq)
⎯ 1,4 × 10–8
Hidroksida
Mg(OH)2 ⎯⎯
Mg(OH)2(s) ←⎯⎯→ Mg2+(aq) + 2 OH–(aq) 7,1 × 10–12
Ca(OH)2 ⎯⎯
Ca(OH)2(s) ←⎯→ Ca2+(aq) + 2 OH–(aq)
⎯ 6,5 × 10–6
Fe(OH)2 ⎯⎯
Fe(OH)2(s) ←⎯→ Fe2+(aq) + 2 OH–(aq)
⎯ 2 × 10–15
Zn(OH)2 ⎯⎯
Zn(OH)2(s) ←⎯→ Zn2+(aq) + 2 OH–(aq)
⎯ 4,5 × 10–17
Al(OH)3 ⎯⎯
Al(OH)3(s) ←⎯→ Al3+(aq) + 3 OH–(aq)
⎯ 2 × 10–33
Sianida
AgCN ⎯⎯
AgCN(s) ←⎯ ⎯→ Ag+(aq) + CN–(aq) 1,6 × 10–14
Zn(CN)2 ⎯⎯
Zn(CN)2(s) ←⎯→ Zn2+(aq) + 2 CN–(aq)
⎯ 3 × 10–16
Sulfit
CaSO3 ⎯⎯
CaSO3(s) ←⎯→ Ca2+(aq) + SO32–(aq)
⎯ 3 × 10–7
Ag2SO3 ⎯⎯
→ 2 Ag+(aq) + SO32–(aq)
Ag2SO3(s) ←⎯
⎯ 1,5 × 10–14
BaSO3 ⎯⎯
BaSO3(s) ←⎯→ Ba2+(aq) + SO32–(aq)
⎯ 8 × 10–7
Sulfat
CaSO4 ⎯⎯
CaSO4(s) ←⎯→ Ca2+(aq) + SO42–(aq)
⎯ 2 × 10–4
SrSO4 ⎯⎯
SrSO4(s) ←⎯→ Sr2+(aq) + SO42–(aq)
⎯ 3,2 × 10–7
BaSO4 ⎯⎯
BaSO4(s) ←⎯→ Ba2+(aq) + SO42–(aq)
⎯ 1,5 × 10–9
Ag2SO4 ⎯⎯
Ag2SO4(s) ←⎯→ 2 Ag+(aq) + SO42–(aq)
⎯ 1,5 × 10–5
PbSO4 ⎯⎯
PbSO4(s) ←⎯→ Pb2+(aq) + SO42–(aq)
⎯ 6,3 × 10–7
Kromat
262 Kimia XI SMA
BaCrO4 ⎯⎯
BaCrO4(s) ←⎯→ Ba2+(aq) + CrO42–(aq)
⎯ 2,4 × 10–10
Ag2CrO4 ⎯⎯
Ag2CrO4(s) ←⎯
⎯→ 2 Ag+(aq) + CrO42–(aq) 1,9 × 10–12
PbCrO4 ⎯⎯
PbCrO4(s) ←⎯→ Pb2+(aq) + CrO42–(aq)
⎯ 1,8 × 10–14
Karbonat
MgCO3 ⎯⎯
MgCO3(s) ←⎯⎯→ Mg2+(aq) + CO32–(aq) 3,5 × 10–8
CaCO3 ⎯⎯
CaCO3(s) ←⎯→ Ca2+(aq) + CO32–(aq)
⎯ 9 × 10–9
SrCO3 ⎯⎯
SrCO3(s) ←⎯→ Sr2+(aq) + CO32–(aq)
⎯ 9,3 × 10–10
BaCO3 ⎯⎯
BaCO3(s) ←⎯→ Ba2+(aq) + CO32–(aq)
⎯ 8,9 × 10–9
CuCO3 ⎯⎯
CuCO3(s) ←⎯→ Cu2+(aq) + CO32–(aq)
⎯ 2,3 × 10–10
Ag2CO3 ⎯⎯
Ag2CO3(s) ←⎯
⎯→ 2 Ag+(aq) + CO32–(aq) 8,2 × 10–12
PbCO3 ⎯⎯
PbCO3(s) ←⎯→ Pb2+(aq) + CO32–(aq)
⎯ 7,4 × 10–14
Fosfat
Mg3(PO4)2 ⎯⎯
Mg3(PO4)2(s) ←⎯⎯→ 3 Mg2+(aq) + 2 PO43–(aq) 6,3 × 10–26
BaHPO4 BaHPO4(s) ←⎯⎯⎯→ Ba2+(aq) + HPO42–(aq)
⎯ 4,0 × 10–8
Fe3(PO4)2 ⎯⎯
Fe3(PO4)2(s) ←⎯→ 3 Fe2+(aq) + 2 PO43–(aq)
⎯ 1 × 10–36
Ag3PO4 ⎯⎯
Ag3PO4(s) ←⎯ ⎯→ 3 Ag2+(aq) + PO43–(aq) 2,8 × 10–18
Ba3(PO4)2 ⎯⎯
Ba3(PO4)2(s) ←⎯→ 3 Ba2+(aq) + 2 PO43–(aq)
⎯ 5,8 × 10–38
Ferosianida
Zn2[Fe(CN)6] ⎯⎯
→ 2 Zn2+(aq) + Fe(CN)64–(aq)
Zn2[Fe(CN)6](s) ←⎯
⎯ 2,1 × 10–16
Pb2[Fe(CN)6] ⎯⎯
→ 2 Pb2+(aq) + Fe(CN)64–(aq)
Pb2[Fe(CN)6](s) ←⎯
⎯ 9,5 × 10–19
123456789012345678901234567890121234567890123456789012
Kimia XI SMA 263
Asam Monoprotik Ka
Basa Lemah Kb
I. Pilihan Ganda
1. B 11. C 21. D
3. D 13. B 23. B
5. B 15. E 25. D
7. C 17. C 27. B
9. D 19. C
II. Uraian
1. Orbital adalah daerah dengan tingkat ditemukannya elektron tinggi atau tempat beredarnya
elektron dalam lintasan.
1
3. a. 11Na: 1s2 2s2 2p6 3s2 ⎯⎯
→ n = 3; l = 0; m = 0; s = +
2
1
b. 15P: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3 ⎯⎯
→ n = 3; l = 1; m = –1, 0, +1; s = +
2
1
c. 18
Ar: 3s2 3p6 ⎯⎯
→ n = 3; l = 1; m = –1, 0, +1; s = –
2
1
d. 35Br: 3s2 3p6 ⎯⎯ → n = 4; l = 1; m = –1, 0, +1; s = –
2
1
e. 12Mg: 3s2 ⎯⎯ → n = 3; l = 0; m = 0; s = –
2
1
f. 30Zn: 3d10 4s2 ⎯⎯ → n = 4; l = 0; m = 0; s = –
2
1
g. 54Xe: 5s2 5p6 ⎯⎯ → n = 5; l = 1; m = –1, 0, +1; s = –
2
1
h. 22Ti: 3d2 4s2 ⎯⎯ → n = 4; l = 0; m = 0; s = –
2
1
i. 55Cs: 6s1 ⎯⎯ → n = 6; l = 0; m = 0; s = +
2
1
j. 13Al: 3s2 3p1 ⎯⎯ → n = 3; l = 1; m = –1, 0, +1; s = +
2
5. Bentuk molekul dari:
a. SF4
16
S: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4
9
F: 1s2 2s2 2p5
jumlah elektron valensi atom pusat = 6
jumlah domain elektron ikatan (X) = 4
6−4
jumlah domain elektron bebas (E) = =1
2
tipe molekul: AX4E (bidang empat)
266 Kimia XI SMA
b. PCl5
15
P: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3
17
Cl: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
jumlah elektron valensi atom pusat = 5
jumlah domain elektron ikatan (X) = 5
5−5
jumlah domain elektron bebas (E) = =0
2
tipe molekul: AX5 (bipiramida trigonal)
c. SeO2
34
Se: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p4
8
O: 1s2 2s2 2p4
jumlah elektron valensi atom pusat = 6
jumlah domain elektron ikatan (X) = 2 × 2 = 4
5−5
jumlah domain elektron bebas (E) = =0
2
tipe molekul: AX2E (trigonal bentuk V)
d. TiO2
22
Ti: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d2
8
O: 1s2 2s2 2p4
jumlah elektron valensi atom pusat = 4
jumlah domain elektron ikatan (X) = 2 × 2 = 4
4−4
jumlah domain elektron bebas (E) = =0
2
tipe molekul: AX2 (linier)
e. SO3
16
S: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4
8
O: 1s2 2s2 2p4
jumlah elektron valensi atom pusat = 6
jumlah domain elektron ikatan (X) = 2 × 3 = 6
6−6
jumlah domain elektron bebas (E) = =0
2
tipe molekul: AX3 (trigonal datar)
7. Ikatan dipol adalah ikatan yang terjadi di mana molekul yang sebaran muatannya tidak
simetris, bersifat polar dan mempunyai 2 ujung yang berbeda muatan (dipol), sehingga
ujung positif berdekatan dengan ujung (pol) negatif dari molekul di dekatnya.
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan gaya London adalah:
- titik leleh (TL) dan titik didih (TD) lemah
- berbentuk gas pada suhu kamar
- massa molekul relatif (MR) dan bentuk molekul
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Bab 2 Termokimia
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
I. Pilihan Ganda
1. B 11. C 21. B
3. A 13. B 23. E
5. B 15. E 25. A
7. E 17. B 27. E
9. A 19. D 29. D
Kimia XI SMA 267
II. Uraian
1. a. C(s) + O2(g) ⎯⎯
→ CO2(g) ΔH = 394 kJ/mol
b. N2H4(g) ⎯⎯
→ N2(g) + 2 H2(g) ΔH = –121 kJ/mol
c. K(s) + Mn(s) + 2 O2(g) ⎯⎯
→ KMnO4(g) ΔH = 171 kJ/mol
d. C3H8(g) + 5 O2(g) ⎯⎯
→ 3 CO2(g) + 4 H2O(g) ΔH = –1.020 kJ/mol
3. Kalor yang dibebaskan = 5.222,14 kJ
5. ΔH = –84 kJ
7. ΔH = –278 J
9. ΔH = –102 kJ
11. ΔH = –74 kJ/mol
13. ΔH = 137 kJ
15. Proses terjadinya syn-gas dan SNG
Batu bara ⎯⎯
Δ
→ batu bara mudah menguap(g) ⎯⎯
Δ
→ CH4(g) + C(s)
C(s) + H2O(g) ⎯⎯
→ CO(g) + H2(g) ΔH = 131 kJ
CO(g) + H2O(g) ⎯⎯
→ CO2(g) + H2(g) ΔH = –41 kJ
→ CH4(g) + H2O(g) ΔH = –206 kJ
CO(g) + 3 H2(g) ⎯⎯
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Bab 3 Laju Reaksi
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
I. Pilihan Ganda
1. A 11. C
3. C 13. E
5. B 15. A
7. B 17. B
9. D 19. C
II. Uraian
kadar × ñ × 10
1. a. M = Mr
37 × 1,19 × 10
=
36,5
= 12,06 M
b. (M1V1)HCl = (M2V2)HCl
12,06 × V1 = 2 × 500
V1 = 82,92 mL
3. Δt = (55 – 25) °C = 30 °C
⎛ 30 ⎞
⎜ ⎟
v2 = 2 ⋅ x = 23 · x = 8x
⎝ 10 ⎠
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Bab 4 Kesetimbangan Kimia
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
I. Pilihan Ganda
1. D 11. D 21. B
3. B 13. B 23. E
5. B 15. B 25. D
7. C 17. E 27. D
9. C 19. D 29. B
II. Uraian
1. a. Siklus air, siklus oksigen, dan siklus nitrogen.
b. - Reaksi pembentukan glukosa pada reaksi fotosintesis.
- Reaksi perkaratan besi.
- Reaksi pembakaran kertas/bensin.
3. Reaksi pembentukan amonia:
⎯⎯
→ 2 NH3
N2 + 3 H2 ←⎯
⎯
Siklus air, siklus oksigen, dan siklus nitrogen.
5. a. kanan
b. kanan
c. tidak bergeser
d. kiri
e. kanan
7. - katalis V2O5
- suhu ± 450 °C
9. a. kanan
b. kanan
c. kiri
1
11. a. Kc = [CO ]
2
b. Kc = [Ag+]2 [CrO42–]
[CH 3 C(CN)(OH)CH3 ]
c. Kc = [CH 3 COCH 3 ][HCN]
d. Kc = [Ca2+] [OH–]2
[FeNCS2+ ]
e. Kc =
[Fe3+ ][NCS− ]
13. a. 0,5 mol
b. 1,02 mol
c. 98%
15. a. 80%
b. Kc = 64
c. Kp = 107.584
17. a. α = 50%
b. Kc = 0,42
19. a. 5 mol
b. 0,0076
Kimia XI SMA 269
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Latihan Ulangan Umum Semester 1
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Pilihan Ganda
1. D 21. C 41. D
3. A 23. B 43. B
5. B 25. D 45. B
7. E 27. A 47. C
9. D 29. C 49. E
11. D 31. B
13. D 33. D
15. B 35. B
17. D 37. D
19. E 39. B
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Bab 5 Larutan Asam dan Basa
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
I. Pilihan Ganda
1. D 11. B
3. C 13. C
5. B 15. B
7. E 17. B
9. A 19. D
II. Uraian
1. a. pH = 1
b. pH = 2 – log 3
c. pH = 7 karena kondisi asam kuat dan basa kuat
d. pH = 12 + log 3
3. pH = 11
5. Volume NaOH = 300 mL
7. Massa Ca(OH)2 = 3.700 ton
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Bab 6 Larutan Penyangga
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
I. Pilihan Ganda
1. B 13. C
3. E 15. B
5. B 17. A
7. C 19. A
9. C
II. Uraian
1. Massa CH3COONa = 1,64 gram
3. pH = 9,6
5. a. Iya, larutan penyangga dengan NH4OH sisa.
b. Bukan larutan penyangga karena NaHSO4 bukan basa konjugasi dari H2SO4.
7. pH = 2 – log 2
9. 17 : 100
270 Kimia XI SMA
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Bab 7 Hidrolisis Garam
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
I. Pilihan Ganda
1. E 11. D
3. C 13. C
5. D 15. C
7. C 17. B
9. D 19. E
II. Uraian
1. pH = 8,72
3. pH = 8,81
5. pH = 8,175
7. pH = 8,85
9. pH = 2,7
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Bab 8 Kelarutan Garam Sukar Larut
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
I. Pilihan Ganda
1. B 11. D
3. D 13. A
5. E 15. E
7. B 17. C
9. E 19. D
II. Uraian
1. Ksp MgF2 = 6,9 × 10–6
3. Karena harga Qsp Ca(OH)2 lebih besar daripada harga Ksp Ca(OH)2, maka akan terbentuk
endapan Ca(OH)2.
5. Ksp BaSO4 = 1,21 × 10–10
9. Kelarutan AgBr = 7 × 10–6
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
Bab 9 Sistem Koloid
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123
I. Pilihan Ganda
1. A 11. B 21. D
3. D 13. A 23. C
5. D 15. C 25. A
7. C 17. E
9. B 19. A
Kimia XI SMA 271
II. Uraian
1. Perbedaan koloid, suspensi, dan larutan
No. Faktor Koloid Suspensi Larutan
1. Ukuran partikel Partikel berdimensi Salah satu atau semua Semua partikel ber-
antara 1 nm – 100 nm dimensi dimensi (panjang,
lebar, atau tebal)
kurang dari 1 nm
2. Fasa setelah Dua fasa Dua fasa Satu fasa
dicampur
3. Kestabilan Pada umumnya stabil Tidak stabil Stabil
4. Kemampuan Tidak dapat disaring Dapat disaring Tidak dapat disaring
melewati kertas
saring
3. Pembuatan agar-agar: sol yang zat terdispersinya mengadsorbsi medium pendispersinya.
5. Efek Tyndall adalah penghamburan berkas cahaya oleh partikel-partikel koloid.
Contoh:
sorot lampu mobil pada malam yang berkabut, sorot lampu proyektor dalam gedung
bioskop yang berasap/berdebu, dan berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon
pada pagi hari yang berkabut.
7. Manfaat koloid adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari: penyerapan air oleh kapur tulis,
proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses penjernihan air minum.
9. Manfaat tawas dalam penjernihan air: menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih
mudah disaring, selain itu juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-
zat warna atau zat-zat pencemar, seperti detergen dan pestisida.
Manfaat kaporit dalam penjernihan air: sebagai disinfektan (pembasmi hama) dan
menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.
11. Dasar kerja pesawat Cottrel:
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung
logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 – 75.000 volt). Ujung-
ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan
diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu
akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya.
Manfaat Cottrel: mencegah polusi udara oleh buangan beracun (dalam industri) dan
memperoleh kembali debu yang berharga (misal, debu logam).
13. Manfaat dialisis: menghilangkan ion pengganggu kestabilan koloid.
15. Cara kerja sabun:
Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian
yang nonpolar (disebut ekor). Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air),
sedangkan gugus hidrokarbon bersifat hidrofob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air,
maka molekul-molekul sabun akan mengadakan asosiasi karena gugus nonpolarnya (ekor)
saling tarik-menarik sehingga terbentuk koloid.
Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan cucian,
kemudian mendispersikannya ke dalam air.
272 Kimia XI SMA
1. D 21. D 41. B
3. C 23. E 43. C
5. E 25. E 45. A
7. C 27. D 47. C
9. D 29. A 49. B
11. B 31. D
13. D 33. D
15. B 35. B
17. D 37. D
19. E 39. C
Kimia XI SMA 273
Catatan
274 Kimia XI SMA