Tugas konsultan perencana sesuai dalam KAK mencakup pekerjaan pokok, yaitu
Perencanaan Jalan PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN LONG WAI -
SIMPANG 3 JALAN UTAMA (POROS) KABUPATEN.
Hasil dari perencanaan teknis, adalah mencakup kumpulan dokumen teknis yang
dapat memberikan gambaran produk yang ingin diwujudkan, dengan
memperhatikan:
Ketentuan teknis
B.2 Bagian pokok dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh konsultan
perencana mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Survai pendahuluan
b. Survai lapangan dan analisa data :
Pengukuran topografi
Survey hidrologi
Penyelidikan tanah
Survai material
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Survai lansekap
Traffic management
c. Perencanaan
Perencanaan Flyover dan Underpass
Perencanaan geometrik
Perencanaan perkerasan
Perencanaan lansekap
d. Penggambaran
e. Perhitungan volume dan perkiraan biaya
f. Penyiapan spesifikasi teknis (Dokumen lelang)
g. Laporan
Bagan alir hubungan aktivitas bagian pokok dari pekerjaan perencanaan teknis
tersebut disajikan pada Gambar B.1.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Keputusan gubernur DKI Jakarta Nomr 175 Tahun 2002 tentang tata cara
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, DKI Jakarta
Peraturan penentuan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa
komponen, SNI-1732-1989-F (SK BI-2.3.26.1987)
Tata cara perencanaan teknik lansekap jalan, No. 033/T/BM/1996, Maret 1996
Urban drainage guidelines and technical design standards, tahun 1994 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya
Semua hasil survai pendahuluan akan dilaporkan dalam bentuk Laporan Survey
Pendahuluan lengkap dengan foto asli untuk dikonsultasikan kepada Pengguna
Anggaran dan sebagai dasar persiapan langkah selanjutnya.
Pengukuran topografi dilakukan disepanjang sumbu (as jalan) rencana jalan dan jalan
masuk/keluar serta daerah-daerah sekitarnya yang diperlukan dalam pembuatan
rencana detail, meliputi lebar daerah milik jalan ditambah dengan daerah sebelah kiri
dan kanan dari daerah pengawasan jalan, sesuai dengan kebutuhan untuk
perencanaan teknis. Pekerjaan pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan :
Titik kontrol poligon utama dibuat pada titik awal/akhir dari setiap jarak
maksimal 500 m pada sumbu jalan dimaksud.
2). Pengukuran situasi, penampang memanjang dan penampang
melintang
a. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi akan dilakukan secara cermat, semua data
lapangan/bangunan permanen diukur misalnya : bangunan-bangunan
gedung, rumah-rumah permanen, pinggir bahu jalan, pinggir selokan, letak
gorong-gorong serta dimensinya, tiang-tiang telepon serta bangunan-
bangunan lain yang dianggap perlu.
Patok Km dan Hm jika ada, serta patok-patok tanda-tanda penting lainnya
yang ada di tepi jalan akan diambil dan dihitung koordinatnya.
b. Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran penampang memanjang diambil pada sumbu dari lintasan yang
diusulkan.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
a. Titik awal dan titik akhir sumbu jalan/jembatan diikatkan pada titik-titik
poligon yang telah dibuat sebelumnya, dan diikatkan pada masing-masing
dua buah patok ikat beton yang diletakkan ditepi kiri dan kanan daerah
penguasaan jalan sebagai titik-titik ikat/BM penolongnya.
b. Patok beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 75cm ditanam sedemikian rupa
sehingga bagian patok yang ada dibagian atas tanah adalah kurang lebih 25
cm atau dengan patok besi berdiameter berdiameter 5 cm sebagai titik ikat
poligon maupun sebagai BM.
c. Patok poligon dan profil dibuat dari kayu dengan ukuran 5 cm x 7 cm x 60
cm atau sesuai dengan kebutuhan. Pada patok poligon maupun patok profil
diberi tanda cat kuning dengan tulisan merah yang diletakkan disebelah kiri
kearah jalannya pengukuran. Khusus untuk profil memanjang titik yang
terletak disumbu jalan diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai
tanda.
d. Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap perlu ditempatkan titik tinggi
referensi pada tempat lain yang permanen dan mudah ditemukan kembali.
e. Patok beton patok tanda referensi dan titik tinggi referensi didokumentasikan
dan dijadikan acuan dalam penggambaran.
4). Perhitungan dan Penggambaran Peta
Gambar ukur yang berupa gambar situasi digambar pada kertas milimeter
dengan skala 1 : 1000 dan garis ketinggian dengan interval 1 m. Ketinggian titik
detail dicantumkan dalam gambar ukur, begitu pula semua keterangan yang
penting. Titik ikat atau titik mati serta titik ikat baru dimasukkan dalam gambar
dengan diberi tanda khusus. Koordinat beserta ketinggian poligon utama
dicantumkan dalam gambar dan dilampiri daftar data koordinat dan
ketinggiannya akan dilampirkan.
5). Prosedur pekerjaan pengukuran
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
b. Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon, diukur dengan meteran atau
dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik
poligon.
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir
pengukuran. Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 2 seri (4
biasa dan 4 luar biasa).
e. Pengukuran situasi
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
g. Perhitungan koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan
matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak
boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan
panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi
yang lebih besar), dan dilakukan dilokasi pekerjaan.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Survey kondisi jalan dilakukan untuk mengetahui jenis konstruksi, struktur, jenis
kerusakan yang terjadi dan seberapa berat kerusakannya dan kondisi lainnya untuk
mendapatkan data yang diperlukan guna perencanaan lebih lanjut.
Survey lalu lintas dilakukan untuk mengetahui volume dan komposisi lalu lintas yang
akan dilayani oleh sistem persimpangan yang diusulkan selama masa palayanannya
untuk merencanakan struktur perkerasan dan geometrik jalan penghubung serta
lebar flyover/underpass.
Pelaksanaan survey ini mengikuti pedoman survey lalu lintas yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga No. 017/BNKT/1990 dan pedoman yang berlaku
lainnya serta sesuai dengan permintaan Pengguna Anggaran.
Survey ini dilakukan untuk menginventarisasi tentang situasi, panjang jalan, lebar
perkerasan, lebar bahu, troroar, median, drainase, persimpangan-persimpangan,
dengan jalan lain bangunan-bangunan pelengkap jalan dan lain-lain yang berada
dalam daerah disekitar lokasi flyover/underpass dengan jarak interval pengamatan
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
setiap jarak minimal 50 meter dan maksimal 100 meter didaerah yang lurus dan
untuk daerah tikungan minimal setiap jarak 25 meter atau sesuai dengan kebutuhan.
a. Mengambil data curah hujan dan banjir tahunan dari sumber sumber yang
bersangkutan (data dalam 10 tahunan).
Memprediksi kemungkinan terjadinya curah hujan yang paling besar yang
selanjutnya dapat memperkirakan besarnya intensitas curah hujan.
c. Dari data lapangan dan hasil perhitungan tersebut diatas selanjutnya
menentukan :
Jenis dan dimensi bangunan drainase yang diperlukan seperti jenis
saluran samping dan dimensinya
Penyelidikan tanah dilapangan disertai dengan foto-foto dan membuat laporan hasil
survey tersebut termasuk hasil laboratorium dan rekomendasinya.
c. Test pit
Test pit diperlukan untuk mengetahui susunan atau komposisi dan ketebalan
lapis perkerasan jalan yang ada, baik yang sudah beraspal maupun yang belum.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Test pit dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda, dengan
kedalaman 1 - 2 meter, bila sepanjang daerah penyelidikan hanya dijumpai satu
atau beberapa jenis satuan batuan, maka penggalian sumur uji masing masing
berjarak tidak lebih dari 1 km. Pada kasus tertentu (jalan segera dilaksanakan)
perlu dilakukan penggalian sumur uji tambahan.
Pada setiap test pit dilakukan pengamatan/deskripsi struktur dan jenis tanah, di
foto dan diambil sampelnya serta dilakukan analisa sebagai berikut :
Indeks properties
Atterberg limits
Compaction Standard
CBR
d. Untuk sudut lereng pada daerah-daerah dengan galian cukup tinggi diperlukan
desain terhadap keruntuhan dengan faktor keamanan F > 1,5 dengan berbagai
variasi perbandingan sudut lereng.
e. Pengisian lembar isian kondisi geoteknik disekitarnya, setiap jarak 500 - 1000
meter.
1). Penyelidikan geologi
Pemetaan jenis batuan dilakukan secara visual, dengan bantuan loupe dan alat
lainnya yang representatif untuk menentukan penyebaran tanah/batuan dasar
dan kisaran tebal tanah pelapukan (yaitu untuk menentukan jenis galian tanah
atau batu)
a. Penyelidikan lapangan
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta
dasar topografi. Pencatatan kondisi geoteknik disepanjang rencana trase
jalan dilakukan menggunakan lembar isian / form standar yang berlaku.
b. Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang rencana trase jalan dipetakan dan
batas-batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran,
untuk selanjutnya diplot dalam gambar rencana. Pemetaan mencakup jenis
struktur geologi yang ada antara lain : sesar/patahan, kekar, perlapisan
batuan, dan perlipatan.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air
tanah
Pemeriksaan CBR
Pemeriksan konsolidasi
Pemeriksaan pemadatan
Pemeriksaan triaksial
c. Soil investigation
Jenis pengujian tanah di laboratorium akan diuraikan dalam bab ini secara garis
besar, tetapi data dan pengujian yang harus dilakukan, ditentukan sesuai
dengan keperluan perencanaan.
Beberapa soil test antara lain secara garis besar disajikan sebagai berikut :
1. Bor mesin
Cara ini digunakan untuk semua jenis tanah untuk mencapai kedalaman
maksimum 30 m. Contoh tidak terganggu dan terganggu dapat diperoleh
dan juga Standard Penetration Test (SPT) dapat dilakukan. Jarak
pengambilan contoh tidak terganggu dan SPT maksimum 3 m.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
kerikil juga diuraikan bentuk butirnya : bulat, hampir bulat, tajam, hampir
tajam.
5. Berat jenis
Berat jenis ditetapkan sebagai perbandingan berat butir tanah dengan berat
air dengan volume yang sama pada suatu suhu tertentu. Berat jenis tanah
tergantung kepada bahan tanah.
6. Berat satuan
Berat satuan masa tanah, ditentukan sebagai perbandingan berat masa
dengan volume masa tersebut.
7. Moisture contents
Untuk menentukan kadar air tanah, yaitu perbandingan berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering, dinyatakan dalam %.
8. Batas Atterberg
Untuk petunjuk atau indikasi pengaruh air, lebih lanjut diadakan pengujian
yang meliputi Batas cair ( Liquid Limit = LL ), Batas plastis ( Plastic Limit =
PL ) dan Index plastis ( Plasticity Index = PI ). Batas cair adalah batas kadar
air apabila perubahan tanah dari tingkat cair ke plastis. Batas plastis adalah
kadar air minimum dimana tanah masih dalam tingkat plastis. Perbedaan
antara batas cair dan batas plastis disebut Index plastis. Batas Atterberg
digunakan sebagai suatu dasar untuk membedakan bahan yang
berplastisitas cukup tinggi (lempung), plastis sebagian dan tidak plastis.
Penjelasan batas Atterberg yang bersangkutan adalah suatu dukungan
dalam menentukan jenis pondasi.
9. Konsolidasi
Untuk menentukan sifat kemampatan suatu jenis tanah, yaitu sifat-sifat
perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam tanah yang diakibatkan
adanya perubahan tekanan vertikal pada tanah tersebut. Pengujian hasil
konsolidasi dapat digunakan untuk memilih jenis pondasi yang aman dan
perhitungan besaran serta waktu penurunan.
10. Pengujian triaxial
Pengujian triaxial digunakan untuk menentukan kohesi, sudut geser dalam
dan tekanan air yang dituangkan kedalam tanah. Data ini digunakan untuk
menentukan daya dukung pondasi. Contoh mutu yang jelek tidak boleh
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
CBR laboratorium.
CBR lapangan
Gunanya untuk mendapatkan nilai CBR asli dilapangan sesuai dengan
kondisi tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Kegiatan yang dilakukan adalah untuk memberikan informasi tentang lokasi sumber
material yang ada disekitar lokasi proyek tersebut, menyangkut jenis, komposisi,
kondisi beserta perkiraan jumlah dan lain-lainnya, yang dapat digunakan sebagai
bahan konstruksi yang proporsional untuk pekerjaan struktur jalan dimaksud, dan
akan dibuat petanya untuk dimasukkan kedalam gambar rencana.
Kegiatan yang dilakukan adalah menyelidiki jenis-jenis tanaman yang ada dan
tumbuh-tumbuhan dilokasi proyek dan daerah sekitarnya, termasuk juga
menginventarisasi jenis tanaman yang cocok dengan habitat dilingkungan proyek
dengan cara mempelajari karakteristik tanaman yang ada, mengetahui data iklim
(suhu dan curah hujan), kondisi tanah (struktur, pH dan tingkat kesuburan tanah),
dan mencari sumber-sumber pembudidayaan/pembibitan tanaman yang terdekat
dengan lokasi proyek.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Pelaksanaan survey mengikuti petunjuk yang ada (Tata cara perencanaan Teknik
Lansekap Jalan, No. 033/T/BM/1996) atau sesuai petunjuk Pengguna Anggaran.
Rompi reflector
Flagman
Bantuan polisi, untuk legalitas survey, dan untuk pengaturan lalu lintas
pada saat survey.
Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah untuk menjaga
keselamatan arus lalu lintas dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
dan terarah, tidak menimbulkan keraguan.
Ada dua tipe konflik, yaitu : primer dan sekunder. Konflik primer
termasuk konflik antara arus lalu-lintas dari arah tegak lurus. Konflik
sekunder termasuk konflik antara arus lalu-lintas belok kanan dan lalu-lintas
arah lainnya atau antara arus belok kiri dan pejalan kaki.
Sinyal lalu-lintas terutama menghilangkan konflik primer dan mungkin juga
konflik sekunder. Bila tidak ada konflik (primer dan sekunder) maka
pergerakan-pergerakan adalah tak terganggu. Bila masih ada konflik
sekunder, pergerakan adalah terganggu.
b. Jenis-jenis pengaturan simpang
Makin tinggi tingkat kompleksitas suatu simpang makin tinggi kebutuhan
pengaturannya. Pengaturan simpang dapat dibedakan / dilakukan
sebagai berikut :
Simpang dibuat tidak sebidang (fly over, underpass)
Simpang sebidang
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Seluruh marka jalan harus jelas terlihat, dan harus sedekat mungkin dengan
persimpangan, tanpa mengganggu kendaraan lain atau jalur pejalan kaki. Parkir
didekat persimpangan mengurangi jarak pandangan, dan harus dibatasi antara
10 - 50 m dari persimpangan, tergantung dari kelas jalan. Jika parkir
mengurangi efektifitas lebar entry dan exit, sehingga parkir dekat persimpangan
harus dibatasi.
Problem utama adalah adanya konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan.
Sehubungan dengan masalah ini, adalah penting untuk tidak menganggap
bahwa pejalan kaki adalah penduduk kelas dua, dibandingkan dengan orang
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
yang mempunyai mobil. Prioritas utama adalah untuk melihat apakah tersedia
fasilitas pejalan kaki cukup tersedia, kedua adalah apakah fasilitas tersebut
terpelihara dan beroperasi dengan baik.
Setiap jalan didaerah perkotaan (kecuali jalan tol atau jalan bebas hambatan)
harus menyediakan jalur pejalan kaki pada kedua sisinya. Jalur tersebut harus
tetap terpelihara dan selalu beroperasi dengan baik.
Dua tipe daerah yang diharuskan untuk disediakan jalur pejalan kaki adalah :
Jalan pada daerah pertokoan utama
Daerah pemukiman
Fasilitas terbatas ke :
Refugee
Pelican crossings
a. Fungsi rambu
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Rambu larangan
Rambu perintah
Rambu petunjuk
b. Papan tambahan
Papan tambahan adalah papan yang memberikan penjelasan lebih lanjut
dari suatu rambu yang berisi ketentuan waktu, jarak, jenis kendaraan dan
ketentuan lainnya yang dipasang untuk melengkapi rambu lalu-lintas jalan.
c. Warna dasar dan lambang rambu
Rambu peringatan : warna dasar kuning dengan lambang atau tulisan
berwarna hitam
Rambu petunjuk :
d. Penempatan rambu
Rambu ditempatkan disebelah kiri menurut arah lalu-lintas, diluar jarak
tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu-lintas
Garis penuh
Garis sumbu dan pemisah : Jalur jamak, tanpa median. Untuk 3 jalur
tidak digunakan garis sumbu pemisah. Kecuali pada penambahan jalur
(jalur pendakian) diperlukan sebagai jalur jamak. Digunakan juga pada
tikungan dimana jarak pandangan tidak memenuhi.
Garis tepi : Tepi perkerasan dalam, tepi perkerasan luar, garis pada
marginal strip.
Garis pendekat.
Chevron
Garis penuh, warna putih, miring garis disesuaikan dengan arah kendaraan.
Marka simbol
Digunakan pada pertemuan berprioritas.
Pertimbangan ekonomi.
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyemen Horizontal
Elevasi jembatan.
Pertimbangan ekonomi.
ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen Vertikal
Rencana pengaturan lalu lintas, jalur hijau tanaman dan bangunan pelengkap
lainnya yang diperlukan.
PENAMPANG MELINTANG
Penampang Melintang
Bagan alir standar geometrik jalan dapat ditunjukkan pada Gambar F.5.
STANDAR PERENCANAAN
KRITERIA DASAR
Kriteria Dasar
Standard perencanaan geometrik yang perlu diperhatikan antara lain dan tidak
terbatas pada:
1. Klasifikasi perencanaan
2. Lalulintas (traffic)
3. Kecepatan rencana
4. Potongan melintang
5. Jalur lalulintas
6. Bahu jalan
7. Jarak pandang henti
8. Jarak pandang menyiap
9. Alinyemen horisontal
Jari-jari tikungan minimum
Superelevasi
Bagian peralihan
Jalur pendakian
Lengkung vertikal
Kecepatan rencana
GAMBAR B.5
KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi Jalan
Alinyemen horisontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi dari rencana sumbu
jalan, tegak lurus pada bidang datar (peta).
a. Tangen
Tangen adalah bagian lurus dari trase. Tangen tersebut dihubungkan
dengan lengkungan-lengkungan.
b. Lengkungan horisontal
Bentuk yang biasa digunakan :
Lingkaran
Spiral - Spiral
Alinyemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal
melalui sumbu jalan.
Penampang melintang jalan raya umumnya terdiri dari bagian : lajur lalu-lintas,
bahu jalan, saluran tepi jalan.
6). Lebar lajur (lane width)
Pada saat sebuah kendaraan berpapasan dengan kendaraan lain dari depan,
atau menyiap kendaraan lain yang bergerak lebih lambat, posisi yang dipilih
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
pengemudi terutama tergantung pada lebar jalan atau bagian jalan yang
diperkeras.
Alasan yang dikemukakan adalah bahwa apabila muncul angin samping (cross
wind) yang kuat, tekanan angin dapat mengakibatkan kendaraan menyimpang
atau bahkan keluar dari jalurnya.
Truk/bis/semitrailer : 2,50 m
Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan dianjurkan minimum 5,50 m ( 2
x 2,75 m ).
Jalan yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, lebar per lajur lalu-lintas lebih
besar dari 3,25 m, sebaiknya 3,50 m.
7). Jumlah lajur (lane width)
Banyaknya lajur yang diperlukan sangat tergantung dari volume lalu-lintas dan
tingkat pelayanan jalan yang diharapkan.
8). Kemiringan melintang jalur lalu-lintas
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu-lintas,
berfungsi :
Ruangan untuk tempat berhenti sementara
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Volume lalu-lintas
Biaya
Talud umumnya dibuat kemiringan 2H : 1V, atau dibuat sesuai dengan landai
yang aman. Berdasarkan keadaan tanah atau kondisi jalan, mungkin juga
dibuat dinding penahan tanah (retaining wall).
12). Pengaman tepi
Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika
terjadi kecelakaan dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan.
Daerah manfaat jalan meliputi : badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur
pemisah dan bahu jalan.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Daerah milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar
dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak
tertentu.
Daerah pengawasan jalan adalah sejalur tanah tertentu yang terletak diluar
daerah milik jalan, yang penggunaannya diawasi oleh Pembina Jalan, dengan
maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi
bangunan jalan, dalam hal tidak cukup luasnya daerah milik jalan.
16). Parameter perencanaan geometrik jalan
Parameter perencanaan :
Kendaraan rencana
Kecepatan rencana
Tingkat pelayanan.
a. Kendaraan rencana
Kendaraan rencana umumnya dikelompokkan :
Mobil penumpang
Bus/truk
Semi trailer
Trailer.
b. Kecepatan rencana
Kapasitas
Lalu lintas harian rata-rata (LHR) adalah volume lalu lintas rata-rata dalam
satu hari atau hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama
pengamatan dengan lamanya pengamatan.
LHR atau LHRT untuk perencanaan jalan baru dari analisa data yang
diperoleh dari survai asal dan tujuan serta volume lalu lintas disekitar jalan
tersebut.
Kapasitas :
Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu
penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta arus
lalu lintas tertentu.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Tingkat pelayanan B
Dengan ciri-ciri :
Arus lalu lintas stabil
Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tetapi tetap dapat
dipilih sesuai kehendak pengemudi
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Tingkat pelayanan C
Dengan ciri-ciri :
Arus lalu lintas masih stabil
Tingkat pelayanan D
Dengan ciri-ciri :
Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
Tingkat pelayanan E
Dengan ciri-ciri :
Arus lalu lintas sudah tidak stabil
Tingkat pelayanan F
Dengan ciri-ciri :
Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah
Jarak pandangan adalah panjang jalan didepan kendaraan yang masih dapat
dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi.
Yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat menyiap kendaraan lain
yang berada pada jalur jalannya dengan menggunakan lajur untuk arah yang
berlawanan.
Pada saat kendaraan yang menyiap telah berada kembali pada lajur
jalannya, maka harus tersedia cukup jarak dengan kendaraan yang
bergerak dari arah yang berlawanan.
Faktor yang paling menentukan pada malam hari adalah faktor lampu besar.
Penurunan kemampuan untuk melihat pada malam hari terutama adalah akibat
kesilauan lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah.
18). Pelebaran perkerasan pada lengkung horizontal
Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan seringkali tak
dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini
disebabkan karena:
Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda
depan, sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan mempunyai lintasan yang berbeda dengan lintasan
roda depan dan roda belakang.
Kecepatan kendaraan
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Off tracking :
Bina Marga memperhitungkan pelebaran dengan mengambil posisi kritis
kendaraan, yaitu pada saat roda depan kendaraan pertama kali dibelokkan
dan tinjauan dilakukan untuk lajur sebelah dalam, berdasarkan kendaraan
rencana truk tunggal.
Kesukaran dalam mengemudi ditikungan :
Tambahan lebar perkerasan akibat kesukaran dalam mengemudi ditikungan
diberikan oleh AASHTO sebagai fungsi dari kecepatan dan radius lajur
sebelah dalam.
Kebebasan samping dikiri dan kanan jalan tetap harus dipertahankan demi
keamanan dan tingkat pelayanan jalan.
Kebebasan samping sebesar 0,50 m, 1,00 m dan 1,25 m cukup memadai
untuk jalan dengan lebar lajur 6,00 m, 7,00 m dan 7,50 m.
Pemilihan type dan material perkerasan akan didasarkan pada pertimbangan dari segi
ekonomi, kondisi setempat, tingkat kebutuhan, kemampuan pelaksanaan dan syarat
teknis lainnya.
1). Standar
Konsultan akan melakukan analisis data lalu lintas untuk penetapan lebar dan
tebal konstruksi perkerasan.
3). Pemilihan jenis bahan
Koefesien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang
lewat pada jalur rencana ditentukan sesuai dalam “daftar koefisien distribusi
kendaraan (C)” pada buku standar Bina Marga.
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
( BebansatusumbutunggaldalamKg) 4
Angka ekivalen sumbu tunggal =
8160
( BebansatusumbutunggaldalamKg) 4
Angka ekivalen sumbu ganda = 0,086
8160
3. Lalulintas Harian Rata-rata (LHR)
LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, yang
dihitung untuk diusahakan pada jalan tanpa median atau masing-masing
arah pada jalan dengan median.
4. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
n
LEP LHR j C j E j
j1
j = Jenis Kendaraan
5. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
n
LEA LHR j 1 i
UR
Cj Ej
j1
UR = Umur Rencana
i = perkembangan lalulintas
6. Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LEP LEA
LET =
2
7. Lintas Ekivalen Rencana (LER)
LER = LET x FP
LR
FP
10
8. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR
Daya dukung tanah dasar ditetapkan berdasarkan grafik koreksi dengan
CBR dalam buku standar Bina Marga.
9. Faktor Regional (FR)
Kelandaian
Curah hujan
USULAN TEKNIS CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
Faktor regional dapat diambil dari nilai-nilai yang terdapat dalam buku
standar.
10. Indeks Permukaan (IP)
Indeks permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan serta kekokohan
permukaan yang berkaitan dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang
lewat.
11. Indeks permukaan pada Awal Umur Rencana (IPo)
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana perlu
diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta
kekokohan) pada awal umur rencana.
12. Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai
lapis permukaan, pondasi ditentukan/digunakan seperti pada “Daftar
Koefisien Kekuatan Relatif (a)” dalam buku standar.
13. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Penetuan tebal perkerasan dinyatakan oleh ITP
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3
a1, a2, a3 = Koefesien Keukuatan relatif bahan
D1, D2, D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan.
14. Pelapisan Tambahan
Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi perkerasan jalan
lama (existing pavement) dinilai sesuai “Daftar Nilai Kondisi Perkerasan
Jalan” pada buku standard Bina Marga.
Indek total perkerasan yang diperhitungkan ( ITP)
ITP = ITP - ITPe
ITPe = ITP perkerasan jalan lama (existing pavement)
Pelapisan tambahan :
ITP
D1 '
a1
b. Jika pada akhir tahap II diinginkan adanya sisa umur kurang lebih 40
% maka perkerasan tahap I perlu ditebalkan dengan memasukkan lalu-
x = 1,67
d. Jika pada akhir tahap I tidak ada sisa umur maka tebal perkerasan
y = 2,5
(lalu-lintas x. LER 1 )