Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Asam Urat

Pada Keluarga Ny. C

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan


Keluarga

Disusun oleh : Euis Krisnawati

CKR0160128

Keperawatan Reg C

Ns. Ronny Suhada, S. Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2018/2019
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan pada keluarga . Asuhan keperawatan keluarga digunakan
untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima
oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga,
mengetahui tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. Memerlukan
pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya. Pengkajian
asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
keluarga memenuhi tugas perkembangannya. Pasangan baru ( keluarga baru menikah)
ialah ketika masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga nya masing-masing.
Mempersiapkan keluarga yang baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
sehari-hari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga sendiri dan orang
tuanya, mulai membina hubunganungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial
lainnya.
B. Definisi
Penyakit asam urat atau gout adalah sejenis penyakit sendi yang terjadi akibat kadar asam
urat yang terlalu tinggi dalam darah. Pada kondisi normal, asam urat larut dalam darah dan keluar
melalui urine. Tetapi dalam kondisi tertentu, tubuh dapat menghasilkan asam urat dalam jumlah
berlebih atau mengalami gangguan dalam membuang kelebihan asam urat, sehingga asam urat
menumpuk dalam tubuh.
Penumpukan asam urat akan membentuk kristal di sendi, yang dapat memicu nyeri dan
pembengkakan di berbagai sendi tubuh. Meskipun umumnya terbentuk di sendi, kristal asam urat
juga bisa terbentuk di ginjal dan saluran kemih. Kondisi tersebut dapat mengganggu fungsi ginjal
atau menyebabkan batu saluran kemih.
Walaupun disebabkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), tidak
semua penderita hiperurisemia terserang penyakit asam urat. Faktanya, hanya 1/3 penderita
hiperurisemia saja yang mengalami penyakit ini.
C. Gejala
Gejala penyakit asam urat umumnya berupa nyeri sendi mendadak dalam waktu singkat
(akut), kemudian hilang dalam beberapa hari, dan muncul lagi setelah 6 atau 12 bulan. beberapa
kasus, penderita penyakit asam urat mengalami gejala kronis, akibat serangan asam urat berulang
yang terjadi dalam kurun waktu yang lama.
Pada asam urat akut, nyeri hanya terjadi pada satu atau beberapa sendi, seperti di jempol
kaki, lutut, atau pergelangan kaki. Gejala akan terasa parah selama 2 hari pertama, dan bisa
berlangsung hingga 10 hari. Umumnya penderita akan merasakan nyeri hebat yang muncul
mendadak saat malam hari. Selain itu, sendi yang terasa nyeri akan terlihat merah, bengkak, dan
akan sangat sakit meski hanya tersentuh sedikit. Beberapa penderita asam urat akut juga mengalami
demam selama nyeri menyerang. Sedangkan pada asam urat kronis, gejala yang muncul adalah nyeri
disertai radang sendi yang terjadi berulang, dan bisa mengakibatkan kerusakan sendi permanen, di
mana sendi tidak bisa bergerak normal. Selain di ibu jari kaki, nyeri juga terjadi pada banyak sendi
di tubuh, seperti siku, jari dan pergelangan tangan, serta tumit.
D. Penyebab
Purin adalah zat yang secara alami dihasilkan tubuh, tapi juga terdapat di beberapa jenis
makanan. Untuk mengurai zat purin, tubuh akan secara alami menghasilkan asam urat. Sebagian
besar asam urat dibuang melalui urine, dan sebagian lainnya dibuang melalui feses.
Pada penderita penyakit asam urat, kadar asam urat dalam tubuh melebihi batas normal. Kondisi ini
bisa terjadi bila tubuh menghasilkan terlalu banyak asam urat, atau tubuh sulit membuang kelebihan
asam urat.
Bila berlangsung dalam waktu lama, asam urat yang menumpuk dalam tubuh dapat
membentuk semacam kristal tajam di sendi, sehingga menimbulkan nyeri, radang, bahkan
pembengkakan.
Faktor Risiko Penyakit Asam Urat
Penyakit asam urat lebih sering menimpa pria, terutama dalam rentang usia 30-50. Meski
demikian, wanita juga dapat mengalami penyakit ini, terutama setelah masa menopause.
Beberapa faktor lain yang dapat memicu naiknya kadar asam urat dalam darah adalah:
1. Memiliki keluarga yang juga menderita penyakit asam urat.
2. Baru saja mengalami cedera atau menjalani operasi.
3. Mengonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi, seperti daging merah, jeroan
hewan, dan beberapa jenis hidangan laut (misalnya teri, sarden, kerang, atau tuna).
4. Mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman tinggi gula.
5. Menggunakan obat, seperti diuretik, aspirin, ciclosporin, dan beberapa obat kemoterapi.
6. Memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes, sindrom metabolik, penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit tiroid, kolesterol tinggi, leukemia, anemia, sleep apnea, hipertensi,
dan obesitas.
E. Diagnosa
Untuk memperoleh diagnosis penyakit asam urat, dokter akan terlebih dahulu menanyakan
riwayat penyakit pasien, dan seberapa sering gejala muncul, serta melihat lokasi sendi yang sakit.
Setelah itu, pemeriksaan lanjutan akan dilakukan untuk memastikan adanya kristal pemicu nyeri
pada persendian, seperti:
1. Tes darah. Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar asam urat dan kreatinin dalam darah.
Seseorang dengan kadar asam urat dalam darah hingga 7 mg/dL, dinilai sudah menderita
penyakit asam urat. Namun demikian, tes ini tidak selalu dapat memastikan penyakit asam
urat. Beberapa orang diketahui memiliki kadar asam urat tinggi, namun tidak menderita
penyakit asam urat. Sebaliknya, ada orang yang memiliki gejala dan tanda penyakit asam
urat meski kadar asam urat dalam darah normal.
2. Tes urine 24 jam. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam urat dalam urine
yang dikeluarkan pasien selama 24 jam.
3. Tes cairan sendi. Prosedur ini mengambil cairan sinovial pada sendi yang sakit, untuk
diperiksa di bawah mikroskop.
4. Pencitraan. Pemeriksaan foto Rontgen dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab radang
pada sendi. Sedangkan USG dapat mendeteksi kristal asam urat pada sendi dan tofi
(benjolan).
5. Dual energy CT scan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kristal asam urat di sendi meski
tidak terjadi peradangan.
6. Biopsi sinovial. Prosedur ini mengambil sebagian kecil jaringan (membran sinovial) di
sekitar sendi yang terasa sakit, untuk diperiksa di bawah mikroskop
F. Pengobatan
Penanganan penyakit asam urat adalah dengan pemberian obat-obatan, untuk meringankan
gejalanya dan mencegah penyakit kambuh kembali. Jenis obat yang biasanya diresepkan dokter
untuk menangani penyakit asam urat adalah colchicine dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi kedua obat tersebut, dokter akan meresepkan
kortikosteoid.
Pada pasien yang mengalami beberapa kali serangan asam urat dalam setahun, atau
mengalami nyeri hebat akibat penyakit ini, dokter akan meresepkan obat lain untuk mencegah
komplikasi. Jenis obat yang digunakan pada kasus di atas adalah allopurinol. Obat ini bekerja dengan
menghambat produksi asam urat di tubuh. Jenis obat lain yang juga dapat diberikan adalah obat
untuk meningkatkan pembuangan asam urat berlebih dari tubuh seperti probenecid.
Untuk mencegah serangan asam urat kembali terjadi, pasien akan disarankan untuk menghindari
makanan berkadar purin tinggi, dan mengurangi minuman tinggi gula serta minuman beralkohol.
Pasien juga akan dianjurkan untuk memenuhi asupan protein dengan mengonsumsi susu rendah
lemak, serta rutin berolahraga untuk mencapai dan menjaga berat badan ideal.
G. Komplikasi
Penderita penyakit asam urat harus mewaspadai komplikasi yang mungkin timbul dari
penyakit ini, di antaranya:
Munculnya benjolan keras (tofi). Tofi terbentuk akibat penumpukan kristal asam urat di
bawah kulit, dan dapat muncul di beberapa area tubuh, seperti jari, tangan, siku, kaki, dan di sekitar
mata kaki. Meski tidak menimbulkan rasa sakit, tofi bisa membengkak dan mengeras saat serangan
asam urat terjadi.
Asam urat kambuh. Pada sejumlah kasus, serangan asam urat bisa terjadi beberapa kali
dalam setahun. Bila dibiarkan tidak tertangani, kondisi tersebut dapat menyebabkan pengeroposan
dan kerusakan pada sendi. Penyakit batu ginjal. Kristal asam urat bisa menumpuk di saluran kemih,
dan menyebabkan batu ginjal.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA MASALAH ASAM URAT

PENGKAJIAN
A. Data umum
1. Identitas
Nama : Ny. C
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Kuningan
2. Komposisi keluarga
Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pend.Terakhir
Tn. T L 51 KK PNS S1
Ny. C P 54 istri PNS S1
Nn. E P 21 anak Mahasiswa SMA
An. T L 12 anak Pelajar SD

3. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.T adalah tipe keluarga inti atau nuclear family yang terdiri ayah, ibu, dan
anak yang tinggal dalam satu rumah
4. Suku bangsa
Tn.T adalah orang Kuningan dengan suku sunda dan istrinya juga orang Kuningan dengan suku
sunda.
5. Agama
Agama keluarga Tn.T ini adalah Islam dan tidak ada satupun ketentuan islam yang
bertentangan dengan kesehatan.
6. Status sosial ekonomi Keluarga
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah
Adalah Tn.T (KK) dan Ny. C (istri)
b. Penghasilan
Penghasilan keluaraga Tn.T dan Ny. C setiap bulan sekitar Rp 5.000.000
c. Upaya Lain
d. Harta benda yang dimiliki
Rumah, kebun, sawah, sepeda motor
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan
Pada keluaraga Tn.H pengeluaran tiap bulanaya sekitar Rp. 4.000.000 ini untuk membayar
rekening listrik, air dan belanja bahan makanan sebulan serta uang jajan anak – anaknya.
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan oleh keluarrga untuk rekreasi adalah menonton TV.

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap Perkembangan keluarga saat ini adalah
Tahap perkembangan keluarga Tn. T pada saat ini mempunyai dua anak yang masih
berstatus sebagai pelajar.
2. Tahap Perkembanagan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya
Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi adalah Tn. T dan Ny. C belum bisa
memahami gejala – gejala menopause dan cara menangani dan cara pencegahan penyakit
pada usia lanjut.
3. Riwayat Keluarga Inti
a. Riwayat Kesehatan keluarga saat ini
Saat ini Ny. C menderita penyakit asam urat
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya pada Keluarag Tn. T
c. Pelayanan Kesehatan yang dimanfaatkan
Pelayan Kesehatan yang digunakan oleh Tn.H ini adalah puskesmas yang
jaraknya tidak begitu jauh dari rumah
d. Riwayat Kesehatan keluarga Sebelumnya

C. Data lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Luas bangunan rumah yang ditempati adalah sekitar 32m2 (panjang 8 Meter dan Lebar 4
meter), terdiri 3 kamar tidur, 1 dapur, 2 wc, dan 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 ruag
makan dan di samping rumah terdapat septic tank. Tn.T dan keluarga Tinggal dirumah
yang permanaen terbuat dari semen dan sudah memilik ventilasi yang bagus, dan tempat
pembuangan sampah disamping rumah dan setiap dua kali dalam satu minggu ada
petugas yang mengambil sampah terebut, dan rumah tampak bersih dan asri.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Keluarga Tn.H tinggal di kelurahan rasa persaudaraan antar sesama warga tinggi,
penduduk disekitar rumah adalah penduduk asli sunda umunya interaksi banyak terjadi
pada sore hari karena pada siang banyak tetangga yang sibuk bekerja.
c. Mobilitis Geografis Keluarga
Keluarga Tn. T tinggal di rumah ini sudah 11 tahun, sebelumnya Tn. T tinggal di desa
yang berbeda dan membeli rumah ini lalu tinggal disini. Namun karena Tn. T adalah PNS
jadi hanya sore sampai malam saja berada di rumah.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. T jarang berkumpul bersama keluarga besarnya karena sibuk bekerja dan berkumpul
bersama keluarga besar jika ada acara keluarga.
e. System Pendukung Keluarga
Apabila ada anggota keluarga yang sakit makan Ny. C akan menyarankan untuk ke
Puskesmas.

D. Struktur Keluarga
1. Pola / Cara Komunikasi Keluarga
Dalam Kehidupan sehari-hari Keluarga menggunakan Bahasa Sunda yang jelas dan jika
ada suatu masalah maka dimusyawarahkan dengan baik dan terbuka dan didiskusikan
dengan orang tua untuk diminta pendapatnya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Sebelumnya Keluarga mampu menyelesaikan masalah jika ada salah satu sikap anggota
keluarga yang salah maka karena sikap saling perhatian bisa diatasi,
3. Struktur Peran (Peran masing-masing anggota keluarga)
Dalam Keluarga Peran sudah berjalan dengan baik seperti Tn. T Sebagai Kepala keluaga
mencari nafkah untuk membiayai keluarga dan Ny. C bukan hanya sebagai PNS juga
menjadi ibu rumah tangga yang baik, mampu merawat anak – anaknya dengan sangat baik.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai yang dianut dalam keluarga dalah berdasarrkan kepercayaan yang dianut yaitu islam,
dan tidak ada konflik nilai yang terjadi begitu juga dengan nilai dan norma yang berlaku
dimasyarakat juga menjadi pedoman dalam ketentuan keluarga dan masing-masing
keluarga wajib untuk mentaatinya, seperti tidak boleh pulang malam, memakai pakaian
yang sopan baik didalam maupun luar rumah, dan juga menjaga perilaku yang tidak
menyimpang.

E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga ini Harmonis, rukun dan saling menghargai dari masing-masing peran.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga berperan aktif di masyarakat ini tampak dari Ny. C ikut berperan serta dalam
kegitan kemasyarakatan. Dan mentaati norma yang berlaku dimasyarakat
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Tn. T merupakan keluarga yang mampu memberikan makanan 3 kali sehari dan
berpakaian yang bagus dan semesetinya dan sensitif terhadap anggota yang sakit, dan pola
hidupnya juga sehat seperti tidur, buang sampah, dan pola makan
4. Fungsi Reproduksi
Ny. C sudah mempunyai 2 orang anak dan tidak menggunakan alat kontra sepsi karena
sudah menopause.

F. Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor Jangka Pendek
Tn. T merasa khawatir jika anaknya main terlalu lama sehingga lupa makan.
b. Stressor jangka panjang
Tidak ada masalah jangka panjang yang akan dipikirkan oleh Tn. T.
c. Respon keluarga terhadap stressor
Tn. T dan Ny. C akan menelpon anaknya jika sudah sore belum pulang.
d. Strategi Koping
Keluarga dalam menghadapi masalah ini dengan cara memusyawarakan dengan anggota
keluarga yang lain
e. Strategi Adaptasi funsional
Tn. T dan Ny. C selalu berusaha untuk mencari informasi mengenai kesehatannya.

G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada Ny. C adalah:
Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg
N : 90x/menit (normalnya 90-120)
R : 17x/menit
S : 36.50C (normalnya 36,5-37,50C)
Kepala:
Rambut sebagian sudah ada yang berwarna putih dan sebagian warna hitam
Konjungtiva Tidak anemi
Sklera Tidak ikterik
Hidung Tidak ada secret simetris
Telinga Tidak keluar serumen
Mulut Mukosa bibir lembab, tidak sariawan
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada:
Jantung Tidak ada keluhan
Tidak ada bunyi nafas yang abnormal
Irama jantung teratur dan tampak jelas Tidak ada keluhan
Tidak ada bunyi nafas paru yang abnormal
Irama jantung teratur
Abdomen:
Abdomen Datar, ada bising usus 20x/mt, tidak nyeri tekan Reproduksi:
Turgor kulit:
Kulit sedikit kering

H. Harapan keluarga
Ny. C maupun anggota keluarga terbebas dari penyakit, khususnya Ny. C. Tidak mengalami
penyakit yang berarti dan asam uratnya bisa sembuh secepatnya.
BAB III
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
A. Analisa Data
No. Data Masalah penyebab
1. Ds: Nyeri akut Ketidak mampuan
Ny. C mengeluh nyeri dan pegal – keluarga merawat
pegal pada sendi – sendi kaki yang anggota keluarga
muncul ketika Ny. C merasa dengan masalah
kelelahan setelah beraktivitas. nyeri dan pegal –
Do: pegal pada
Ny. C tampak memegang persendian kaki
kakinya, mengelus – ngelus bagian
betisnya.
Hasil pemeriksaan asam urat 8
mg/d
2. Ds: Perubahan sensori-persepsi perubahan kemampuan
Ny. C mengatakan kesulitan (visual) yang berhubungan memfokuskan sinar

membaca jika diruangan dengan dengan perubahan pada retina.

kondisi gelap dan harus kemampuan memfokuskan


sinar pada retina
menggunakan kaca mata.
Do:
Ny. C tampak menggunakan kaca
mata ketika membaca.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan


No. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan masalah nyeri dan pegal – pegal pada persendian kaki
2. Perubahan sensori – persepsi (visual) berhubungan dengan perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina
C. Penilaian (Scoring) Diagnose Keperawatan
Dx. Kriteria Skor Pembenaran
Dx.1 a. Sifat masalah: Ibu harus bisa
Keadaan sejahtera 1 x1=1 mengetaui
3 3 perubahan yang
b. Kemungkinan masalah dapat diubah: terjadi pada dirinya
Sebagian 1x2=1 akibat perubahan
c. Potensial masalah untuk dicegah: 2 hormone karena
Cukup menopause, serta
d. Menonjolnya masalah 1 x1=1 keseimbangan
Ada masalah, tetapi tidak perlu 3 3 asupan nutrisi.
ditangani.
1x2=1
2
3

2
Total skor 2

Dx.2 a. Sifat masalah: Ny. C sudah mampu


Ancaman kesehatan 2 x1=2 mengatasi masalah
3 3 pada masalah
b. Kemungkinan masalah dapat diubah: penglihatannya, tapi
Sebagian 1x2=1 harus melakukan
c. Potensial masalah untuk dicegah: 2 konsultasi dengan
Cukup dokter ahli.
d. Menonjolnya masalah: 2 x1=2
Ada masalah, tetapi tidak perlu 3 3
ditangani.
1x2=1
4
3
2
Total skor 2

D. Prioritas Diagnosis Keperawatan


No. Diagnosa keperawatan skor
1. Nyeri akurt berhubungan dengan ketidak 2
mampuan keluarga merawat anggota 3
keluarga dengan masalah nyeri dan pegal –
pegal pada persendian kaki
5
2 Perubahan sensori – persepsi (visual) 2
berhubungan dengan perubahan kemampuan 3
memfokuskan sinar pada retina

3
BAB IV
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)
1. Diagnosa 1:
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah nyeri dan pegal – pegal pada persendian kaki
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Setelah - Pain Kriteria hasil : - Lakukan pengkajian nyeri
dilakukan level - Mampu secara komprehensif
tindakan - Pain mengontrol termasuk lokasi,
keperawatan control nyeri (tahu karakteristik, durasi,
selama 1 - Comfort penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan faktor
minggu Ny. C level mampu presipitasi
mampu menggunakan - Observasi reaksi nonverbal
mengatasi teknik dari ketidaknyamanan
nyeri dan nonfarmakologi - Kaji kultur yang
nyeri untuk memengaruhi respon nyeri
berkurang mengurangi - Bantu pasien dan keluarga
secara nyeri, mencari untuk mencari dan
bertahap bantuan) menemukan dukungan
- Melaporkan - Kurangi faktor presipitasi
bahwa nyeri nyeri
berkurang - Kaji tipe dan sumber nyeri
dengan untuk menentukan intervensi
menggunakan - Ajarkan tentang teknik
manajemen nonfarmakologi
nyeri - Tingkatkan istirahat
- Mampu
mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi, dan
tanda nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Diagnosa 2:
Perubahan sensori – persepsi (visual) berhubungan dengan perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Setelah Respon verbal Klien mengenal - Jelaskan penyebab gangguan
dilakukan gangguan sensori penglihatan

tindakan yang terjadi dan - Lakukan uji ketajaman penglihatan.


melakukan - Kolaborasi dengan tim medis dalam
keperawatan
kompensasi terhadap pemberian lensa kontak/ kacamata
selama 1
perubahan. bantu atau operasi
minggu Ny. C
ketajaman
penglihatan
klien meningkat
dengan bantuan
otot.
BAB V
TINDAKAN KEPERAWATAN(IMPLEMENTASI)

Tgl & waktu Diagnosa Implementasi


08 Juni 2019 Nyeri akut - Melakukan pengkajian nyeri secara
berhubungan komprehensif termasuk lokasi,
dengan ketidak karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
mampuan dan faktor presipitasi
keluarga - Mengobservasi reaksi nonverbal dari
merawat ketidaknyamanan
anggota - Mengkaji kultur yang memengaruhi
keluarga respon nyeri
dengan - Membantu pasien dan keluarga untuk
masalah nyeri mencari dan menemukan dukungan
dan pegal – - Mengurangi faktor presipitasi nyeri
pegal pada - Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
persendian menentukan intervensi
kaki - Mengajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
- Meningkatkan istirahat
08 Juni 2019 Perubahan - Menjelaskan penyebab gangguan
sensori – penglihatan

persepsi - Melakukan uji ketajaman penglihatan.

(visual) - Kolaborasi dengan tim medis dalam

berhubungan pemberian lensa kontak/ kacamata bantu


atau operasi
dengan
perubahan
kemampuan
memfokuskan
sinar pada
retina
BAB VI
EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl & waktu Diagnosa Evaluasi
15 Juni 2019 Nyeri akut S : Ny. C mengatakan nyeri dan pegal – pegalnya
berhubungan dengan berkurang
ketidak mampuan O: Ny. C tampak mengurangi aktivitasnya
keluarga merawat A: Masalah teratasi sebagian
anggota keluarga P: Pertahankan intervensi.
dengan masalah nyeri
dan pegal – pegal pada
persendian kaki

15 Juni 2019 Perubahan sensori – S : Ny. C mengatakan setalah menggunakan


persepsi (visual) kacamata penglihatannya membaik terutama
berhubungan dengan ketika membaca
perubahan kemampuan O: Ny. C menggunakan kacamata ketika membaca
memfokuskan sinar A: Masalah teratasi
pada retina P: Pertahankan intervensi
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

Internasional, NANDA, Herman, T, Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi.


(2012-2014). Jakarta : EGC.
Jhonson, R & Leni, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.
Mubarak, W, I. (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jogjakarta : Sagung Seto.
Setiadi. (2008). Konsep & proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Graha Ilmu.
Sulistyo, A. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori dan Praktik Keperawatan.
Jogjakarta : Graha Ilmu.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Sylvia A, Price & Lorraine M, Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta : EGC
Smeltzer, S. C., Bare. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner & Suddart.
Vol. 2. E/8”, EGC,Jakarta.
Alodokter.com/presbiopi

Anda mungkin juga menyukai