Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN TUGAS KEPERAWATAN STASE KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK KHUSUS DEWASA


DENGAN PENYAKIT HIPERTENSIDI RW 04 DI DESA SEMBUNGAN UTARA
KABUPATEN SEMARANG

OLEH:
Kelompok 7

Arianti Yulanda (070118a005) Nurul Julia N. (070118a049)


Defi Puji Lestari (070118a009) Rikha Amalia M. (070118a057)
Kamsidi (070118a028) Siti Muliawati D. (070118a068)
Lalu Santri Aji (070118a033) Ulvaturrohmah (070118a074)
Nanda Riski R. (070118a041) Yohanes H. Ome (070118a079)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa dewasa awal dimulai pada umur 20 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif dan Masa Dewasa Madya, dimulai pada usia 40 tahun hingga usia 60 tahun.
(Hurlock, 1980).
Dewasa ini, perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat,
karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya yang terjadi pada masyarakat.
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansial, mengingat
pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga keberhasilan
peningkatan status kesehatan di suatu negara. PTM menyebabkan sekitar 60% kematian
dan 43% kesakitan di seluruh dunia.
Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola
fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang melatar
belakangi prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM), sehingga kejadian penyakit tidak
menular semakin bervariasi. Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang
sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Perhatian terhadap penyakit tidak menular
semakin hari semakin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya
pada masyarakat di berbagai negara termasuk indonesia. Di antaranya penyakit yang tidak
menular pada wanita adalah Kanker Payudara dan Hipertensi (Riskesdas, 2013).
Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui
dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi
merupakan penyebab terbesar dari kejadian stroke, baik tekanan darah sistolik maupun
diastoliknya (Rudianto, 2013).
Menurut Depkes (2008) berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi
di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu,
60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal
ginjal, dan kebutaan. Berdasarkan data pola 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia
tahun 2010, prevalensi kasus hipertensi sebesar 8,24% diantaranya 3,49% pada lakilaki
dan 4,75% pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan Case
Fatality Rate tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI, 2012).
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular
lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi
hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun
2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi
esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
sebesar 1,67% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96%
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Berdasarkan data yang di dapatkan Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya
hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat, antara lain
merokok, kurang olahraga, mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan stres (Nisa,
2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahrini dkk (2012) mengenai faktorfaktor
risiko yang berhubungan dengan hipertensi primer yaitu obesitas, makanan berlemak, dan
kebiasaan konsumsi garam, sedangkan merokok, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein
tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi.
Peran perawat komunitas dalam penanganan penyakit tidak menular yaitu
memberikan keperawatan langsung (kepada individu, keluarga, kelompok), penyuluhan
pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubaha perilaku individu, perawat
sebagai konsultasi pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi, melaksanakan rujukan
apabila penyakit tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan komunitas kepada dewasa dengan hipertensi
di RW 04 Desa Sembungan Utara Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui secara umum tentang dewasa
b. Untuk mengetahui tentang hipertensi
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas dewasa dengan hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dewasa
1. Definisi Dewasa
Secara etimologi, istilah dewasa (adult) berasal dari bah asa latin, bentuk
lampau partisipel da ri kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi
kekuatan dan ukuran yang sempurna (grown to full size and strength)” atau “telah
menjadi dewasa (matured)”
Secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah
mereka yang berusia 20-40 tahun. (Dariyo, 2003).Batasan usia menurut Depkes RI
(2009), yaitu yang tergolong dewasa awal adalah usia 26-35 tahun dan yang
tergolong dewasa akhir adalah usia 36-45 tahun.
Selanjutnya, Elizabeth B. Hurlock membagi rentang usia dewasa awal menjadi
tiga tahapan, yakni:
a. Masa Dewasa Awal (muda, dini). Masa ini dimulai pada usia 18 tahun sampai
kira-kira umur 40 tahun dimana perubahan fisik dan psikologis telah mencapai
kematangannya. Batasan usia 18 tahun diambil karena di usia ini seseorang
dianggap telah dewasa menurut hukum yang berlaku di Amerika sejak tahun
1970.
b. Masa Dewasa Madya, dimulai pada usia 40 tahun hingga usia 60 tahun.
Rentang usia ini ditandai dengan terjadinya penurunan kemampuan fisik dan
psikologis yang nampak jelas pada semua orang.
c. Masa dewasa Lanjut, Masa ini dimulai saat seseoang menginjak usia 60 tahun
sampai meninggal dunia, di mana kemampuan fisik maupupsikologis
dirasakan semakin cepat menurun pada setiap orang.

2. Ciri-ciri tahapan dewasa


Sementara itu Erikson sebagaimana dikutip oleh F.J. Monks menyebutkanciri-
ciri setiap tahapan usia dewasa sebagai berikut:
a. Usia dewasa awal di tandai oleh penemuan intimitas atauunisolasi diri.
Artinya, ia dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat menemukan
keakraban dengan pasangannya, atau sebaliknya, menjadi pribadi yang selalu
mengisolasi dirinya. Hal tersebut tergantung dari sikap dan pola asuh orangtua
serta lingkungan keluarga yang membentuknya.
b. Masa dewasa pertengahan ditandai dengan perkembangannyake arah
generativitas atau stagnasi. Artinya dalam fase ini seseorang dapat menjadi
produktif dan kreatif, yakni memiliki kesempatan untuk mendidik generasi
selanjutnya dan mengembangkan kultur budaya yang telah ada, atau
sebaliknya bersikap kaku dan egois terhadap perubahan dan sesuatu yang baru.
c. Masa tua atau lanjut usia merupakan masa akhir kehidupan seseorang, yang
ditandai dengan perkembangannya seseorang ke arah integritas ego ataupun
putus asa.

B. Penyakit Tidak Menular Pada Wanita dan Pria


Berdasarkan Riskesdas 2013 penyakit tidak menular pada pria dan wanita dewasa,
yaitu : hipertensi, PJK, gagal jantung, gagal ginjal kronik, batu ginjal, rematik, stroke,
cedera, asma, PPOK, kanker, diabetes melitus, asam urat, hyperthyroid dan obesitas.

C. Penyakit Tidak Menular (Hipertensi)


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit
yang paling sering muncul di negara berkembang seperti Indonesia. Seseorang
dikatakan hipertensi dan berisiko mengalami masalah kesehatan apabila setelah
dilakukan beberapa kali pengukuran, nilai tekanan darah tetap tinggi nilai tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg (Prasetyaningrum, 2014).
Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi
dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) yang menetap (WHO, 2015).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).

2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee on 7 (2003) dalam
Muttaqin (2009).
a. Tekanan darah normal adalah ketika tekanan sistolik < 120 mmHg, tekanan
diastolik < 80 mmHg.
b. Prehipertensi, tekanan sistolik 120-139 mmHg dan tekanan diastolik 80-89
mmHg.
c. Hipertensi Stage I, tekanan sistolik 140-150 mmHg dan tekanan diastolik 90-99
mmHg.
d. Hipertensi Stage II, tekanan sistolik > 150 mmHg dan tekanan diastolik > 100
mmHg.
Derajat hipertensi :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade4(sangatberat) >210 >120

Klasifikasi Hipertensi berdasarkan penyebab:


1) Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial.
Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas
pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok,
stress emosi, obesitas dan lain-lain. Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat
badan yang berlebihan dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama
dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat
badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa
kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk
terkena hipertensi primer ( Kemenkes RI, 2014).
2) Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah ( Kemenkes RI, 2014).
a) Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension).

3. Etiologi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa seseorang mempunyai
orang tua atau salah satunya menderita hipertendi maka orang tersebut
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada orang
yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya
riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan
akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah
65 tahun dan laki-laki dibawah 55 tahun (Julius, 2008).
2) Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio
sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki
gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita (Depkes, 2006).
Namun, setelah memasuki manopause, prevalensi hipertensi pada
wanita meningkat. Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita
lebih meningkat dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor
hormonal. Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menyebutkan bahwa
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia lebih besar pada perempuan
(8,6%) dibandingkan laki-laki (5,8%). Sedangkan menurut Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2006), sampai umur 55 tahun, laki-laki
lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55
sampai 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang
menderita hipertensi (Depkes, 2008).
3) Umur
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata tebukti bahwa semakin
tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini
disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan
bertambahnya umur. Sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari
65 tahun. Sebelum umur 55 tahun tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Setelah umur 65 tahun tekanan darah pada perempuan
lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, resiko hipertensi
bertambah dengan semakin bertambahnya umur (Gray, et al. 2005).
4) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada
hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipenggaruhi
faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan seorang menderita
hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan
garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya
menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan
bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%
akan turun ke anak-anaknya (Depkes, 2006).

b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi


1) Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan
tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat
meningkatkan tekan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat
membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan
pengumpulan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap
jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolikknya, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung
seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner
meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer (Gray, et al.
2005).
2) Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya
dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada
besarnya penambahan berat badan. Peningkatan resiko semakin bertambah
parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang.
Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada
masing-masing individu. Peningkatan tekanan darah diatas nilai optimal
yaitu >120/ 80 mmHg akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler.
3) Stres
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress
berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahaan patologis. Gejala yang muncul
dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau
kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi
dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak
puas orang kulit hitam pada nasib mereka (Depkes, 2006).
4) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan
energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen
ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa,
2001).
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui
mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus
simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi
pembuluh darah, meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) dan
menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan
olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien. Frekuensi denyut nadi
berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan kebutuhan
oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak badan dan berat
badan serta menurunkan tekanan darah (Cahyono, 2008).
5) Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.
Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel
darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan
darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan
darah dan asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan
darah baru terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran
standar setiap harinya (Depkes, 2006).
6) Konsumsi garam berlebih
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah dengan
mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah
rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8
gram tekanan rata-rata lebih tinggi (Depkes, 2006).
7) Hiperlipidemia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL atau
penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah. Kolestrol merupakan faktor
penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian
tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
1) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi
klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun

5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pemuluh darah terletak
di puast vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke awah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke gangglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam entuk impuls yang bergerak ke awah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang seraut saraf pasca ganglion ke pemuluh darah,
dimana denga dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan knstriksi pemuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
repons pemuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal terseut isa terjadi (Smeltzer & Bare,2013).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pemuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakiatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuaat respons vasokonstriktor pemuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyeabkan pelepasan renin. Renin merangsang pementukan angiotensin I yaang
kemudian diuah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2013).
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada peruahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Peruahan terseut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pemuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pemuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar kekurangan kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakiatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer & Bare, 2013).
Menurut Udjianti (2010), teekanan darah arteri sistemik adalah hasil dari
perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac
output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart
rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf
otonom dan sirkulasi hormone. Empat system control yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain system baroreseptor arteri, pengaturan
volume cairan tubuh, system rennin angiotensin dan autoregulasi vaskuler
(Udjianti, 2010).
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam
aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan
arteri. System baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui
mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal ( stimulasi parasimpatis ) dan
vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, reflex control
sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun
dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat.
Alsan pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini
ditujukan untuk menaikkkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan
meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada (Udjianti,
2010).
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan darah.
Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengeksresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik
(Udjianti, 2010).
Rennin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi rennin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat
protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh
converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi
angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada
aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas system saraf simpatis,
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada
eksresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah (Udjianti,
2010).
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi,
kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal
mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang
dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal. Peningkatan tekanan
darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial akan mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital. Hipertensi essensial
mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-arteriole. Karena
pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan
kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal
jantung, dan gagal ginjal (Udjianti, 2010).
Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran beruabah, proses-proses
autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan pengurangan
aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vascular sebagai akibat dari
peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak menjadi mekanisme penting
dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air
(Udjianti, 2010).

6. Komplikasi
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark
miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy- included
hypertension (PIH) (Corwin, 2005).
a. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik
yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak.
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusifokal pembuluh darah yang
menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang
mengalami oklusi (Hacke, 2003).
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin, 2005).
b. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan
perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan (Corwin, 2005).
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian
yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal
ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem renin
angiotensin aldosteron (RAA). Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi
berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan
dengan orang yang tidak mengalami hipertensi (Mansjoer, 2001).
d. Ensefalopati (Kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke
dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak
jarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan antara kerusakan
otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan
otak dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi (Corwin,
2005).
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap
volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Glukosa Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi ).
c. Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
e. Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler
).
f. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
g. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
h. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
j. Steroid urin Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
k. Foto dada Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung.
l. CT scan Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
m. EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi

8. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Udjianti (2010), Penatalaksanaan hipertensi dapat di bagi menjadi
beberapa penatalaksaan, yaitu : penatalaksanaan secara farmakologi dan non
farmakologi.
a. Penatalaksanaan farmakologi (Smeltzer & Bare, 2013)
Penatalaksanaan hipertensi secara farmakologi biasanya menggunakan
beberapa jenis obat-obatan yang mengandung unsur kimia. Beberapa jenis obat
tersebut seperti :
1) Diuretic Thiazid (chlorothiazide, hydrochlorothiazide, bendroflumethiazide ).
2) Diuretic loop ( furosemid, ethacrynic acid, bumetadine ).
3) Potassium-sparing diuretic (spironolactone, triamterene, amiloride).
4) Penghambat simpatis atau β blocker ( Propanolol, metoprolol, atenolol,
nadolol, methyldopa, reserpine, clonidine).
5) Vasodilator ( monoxidil, hydralazine, prazosin ).
6) Calcium channel blocker ( nifedipine, verapamil ).
7) Ganglion blocker ( guanetidine, trimetharphan ).
8) ACE inhibitor ( captopril ).
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan secara mandiri dengan melakukan
metode pendekatan, edukasi. Penatalaksanaan secara non-farmakologis sering
dilakukan pada pasien lansia dengan hipertensi, yaitu dengan merubah gaya
hidup, namun hanya untuk mencegah dan mengobati hipertensi yang ringan
(Lionakis et al, 2012).
Menurut Almatsier (2009) terapi non farmakologis yang dapat dilakukan
pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Terapi diet
a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram
garam dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan
garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan
makanan yang mengandung ikatan natrium. Tujuan diet rendah garam
adalah untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam
jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun
rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini
adalah komposisi makanan harus t mengandung cukup zat-zat gizi, baik
kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang.
Menurut Dalimartha ( 2008 ) diet rendah garam penderita hipertensi
di bagi menjadi 3 yaitu diet garam rendah I, diet garam rendah II, dan
diet garam rendah III.
1. Diet Garam Rendah I ( 200-400 mg Na )
Diet Garam Rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites
dan atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanan tidak
ditambahkan garam. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
2. Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites
dan atau hipertensi tidak berat, pemberian makanan sehari sama
dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan boleh menggunakan
setengah sendok teh garam dapur (2g). Dihindari bahan makanan
yang tinggi kadar natriumnya.
3. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan edema,
asites dan atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama
dengan Diet Garam Rendah I. pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan 1 sdt gram dapur.
b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah
tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh
darah lama – kelamaa jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat
pemuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan
memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan
menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai
berikut :
1. Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega, terutama
makanan yang digoreng dengan minyak
2. Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta
sea food ( udang, kepiting ), minyak kelapa, dan santan
3. Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
4. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam
seminggu
2) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah
yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan
tekanan darah yang ringan Peningkatan masukan kalium (4,5 grann atau 120-
175 mEq/hari ) dapat memberikan efek penurunan darah. Selain itu, pemberian
kalium jyga membantu unntuk mengganti kehilangan kalium akibat dari
rendahnya natrium.
3) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik sehari-
hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa
dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan
jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainya.
4) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara jumlah
alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
5) Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
sesorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan
demikian, obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat
badan lebih dari 20% dan hiperkolestrol mempunyai risiko yang lebih besar
terkena hipertensi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. PENGKAJIAN
1. Data Core Komunitas
Tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 24-29 Juni 2019 yang dilakukan
oleh 40 mahasiswa. Berdasarkan hasil pengkajian di Desa Sembungan, didapatkan
data sebagai berikut:
a. Data core
1) Jumlah penduduk : ± 336 KK
2) Pekerjaan
Menurut wawancara oleh pak RW 04 Desa Sembungan sebagia besar
seorang wiraswasta (40,48%), IRT(32,15%) dan PNS (16,17%). Lansia di
desa Sembungan sebagian besar sudah tidak bekerja, mereka merupakan IRT
(40,8%), pensiunan (24,5%) , pekerja swasta (16,3%) dan pedagang (16,3%).
3) Distribusi penduduk berdasarkan Umur yang bersedia mengisi kuesioner
No. Kelompok Umur Jumlah
1 6-12 Tahun 42 Jiwa
2. 13-24 Tahun 37 jiwa
3. 25-45Tahun 84Jiwa
4. 46- 70 Tahun 49 Jiwa
Jumlah 212 jiwa

4) Suku Dominan
Suku dominan yang ada di kelurahan Sembungan adalah suku jawa.
5) Rata-rata Penghasilan
Jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah Sembungan adalah bekerja
sebagai wiraswasta dan PNS.
6) Budaya Keseharian Yang Diterapkan
Masyarakat Sembungan keseharian bekerja.
7) Budaya Terkait Bidang Kesehatan
Warga Sembungan melakukan posyandu balita setiap tanggal 10. Sebagian
besar masyarakatnya sudah sadar akan kesehatan, sehingga mereka selalu
mendatangi dokter keluarga msing-masing bila ada keluhan pada
kesehatannya.

2. WINSHIELD SURVEY
a. Batas Wilayah
Batas – batas wilayah yang mengelilingi Desa Sembungan adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara
2. Sebelah Timur
3. Sebelah Selatan
4. Sebelah Barat
b. Kondisi Perumahan
Kondisi perumahan yang ada di desa Sembungan sudah relatif bagus dengan rumah
– rumah permanen yang sebagian besar terbuat dari tembok bertap genteng,
berlantai keramik dan hanya beberapa yang berlantai semen.
c. Kondisi Lingkungan
Suasana Lingkungan yang ada di RW.04 cukup bersih. Tidak terlihat adanya
sampah berserakan di jalan-jalannya. Kondisi selokan sebagian besar sudah
tertutup. Kondisi sungai mengalir bersih, tidak terdapat tumpukan sampah.
d. Observasi terhadap keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat
Lingkungan di RW 4 Sembungan cukup besih, terdapat selokan di daerah rumah
warga. Perilaku warga apabila sakit sudah cukup baik, dengan berobat ke dokter
keluarga, puskesmas, atau di rumah sakit.
e. Tempat Umum
Sarana umum yang ada di desa Sembungan adalah sarana ibadah seperti Masjid,
aula tempat perkumpulan.
f. Pertokoan / pasar
Pertokoan di desa Sembungan cukup banyak dari toko kelontong, toko sembako,
toko bangunan, dan usaha yang lainnya. Pasar terletak kurang lebih 1 km dari desa
Sembungan. Perbatasan Rw 4 terdapat sebuah alun-alun dimana apabila sore hari
menjelang malam, area sekitar digunakan sebagian warga di RW 4 untuk berjualan
aneka makanan.
g. Transportasi
Warga desa Sembungan biasa menggunakan alat transportasi pribadi seperti sepeda
motor, dan mobil untuk berpergian. Selain itu ada angkutan umum.
h. Pusat pelayanan sosial dan kesehatan
Di desa Sembungan dekat dengan Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. selain
dalam kawasan desa ini terdapat kantor polisi sekitar.
i. Pos bencana atau perlindungan
Belum terdapat pos bencana atau perlindungan di desa Sembungan.

3. 8 ELEMEN SUB SISTEM KEPERAWATAN KOMUNITAS


a. Fisik dan lingkungan perumahan
 Desa Sembungan dekat dengan pusat kota Ungaran. Di perbatasan sebelah
utara terdapat alun-alun kota Ungaran. Sebelah barat terdapat Yayasan
sekolah SMP/SMA NU Ungaran. Di dalam area Rw 4 sendiri terdapat
pondok pesantren “Nurul Ulum” yang letaknya berdekatan dengan Masjid
di Rw 4. Di sebelah timur Rw juga terdapat Kantor Polisi (POLSEK) kota
Ungaran. Di area Rt 6 juga terdapat pemakaman umum.
 Kondisi pemukiman di desa Sembungan cukup padat dengan jumlah
penduduk sebanyak >212 jiwa. Letak rumah di RW 4 letaknya cukup
berdempetan, sehingga tidak banyak lahan kosong didaerah ini. Kondisi
sudah lumayan bersih walaupun ada beberapa yang kotor dan kurang
perawatan.
 Sanitasi
1) Penyediaan air bersih warga desa Sembungan menggunakan mata air
sumur dan BPSPAM.
2) Penyediaan air minum warga desa Sembungan menggunakan air
minum kemasan galon dan sebagian merebus air sendiri.
3) Penggunaan jamban warga desa Sembungan sebagian besar rumah
sudah menggunakan wc sendiri dan sudah menggunakan sapiteng
4) Sarana pembuangan air limbah warga desa Sembungan melalui saluran
got yang pembuangan akhirnya di sungai.
5) Pengolahan sampah warga desa Sembungan sudah ada petugas
kebersihan yang mengambil sampah warga tapi ada juga warga yang
membuang langsung ke TPA terdekat.
6) Di desa Sembungan Kualitas udara cukup panas pada siang hari
dikarenakan sangat sedikitnya pepohonan besar, karena rumahnya
sangat berdempetan. Selain itu daerah desa Sembungan berdekatan
dengan perkotaan.
 Kondisi geografis di desa Sembungan RW 4 sendiri ada 10 RT.

b. Pendidikan
 Sarana pendidikan yang tersedia
Sarana pendidikan yang ada Di Desa Sembungan adalah adanya pondok
pesantren “Nuurul Ulum” dan yayasan SMP/SMA NU Ungaran, SMP
Masehi Ungaran, selain itu di Rw 4 juga terdapat TK.
 Keamanan dan transportasi
a) Keadaan keamanan
Keadaan keamanan di Desa Sembungan Cukup baik, selain karena
letaknya di dekat kantor kepolisian salah satu RT di desa ini merupakan
asrama kepolisian.
b) Kejadian kriminal yang pernah terjadi
Desa Sembungan cukup bersih untuk urusan kriminal.
c) Sistem keamanan
Ada poskampling namnun tidak terawat dan tidak berjalan.
d) Penanganan konflik antar penduduk
Bila ada masalah antar penduduk maka warga menyelesaikannya dengan
cara musyawarah.
e) Jenis transportasi yang ada
f) Warga Sembungan menggunakan transportasi umum yang ada tapi juga
banyak yang menggunakan kendaraan pribadi.
g) Situasi jalan
Didesa Sembungan jalanan aspal dan beberapa daerah jalannya teebuat
dari semen/paving.
h) Akses transportasi ke sarana pelayanan kesehatan
Biasanya warga menggunakan kendaraan pribadi.
i) Politik dan kebijakan pemerintah
 Strutur organisasi pemerintahan
Lurah : Drs. Wahyudi Prasetyo, MM)
 Struktur organisasi yang menangani masalah kesehatan yaitu
Posyandu.
 Jenis organisasi yang ada ibu PKK, kumpulan RT, kumpulan RW
dan Dawis
 Keaktifan organisasi yang ada cukup aktif
c. Pelayanan kesehatan dan sosial
 Jenis pelayanan kesehatan yang ada
Tingkat pertama : POSYANDU, Bidan Desa
Tingkat kedua : PUSKESMAS
 Tingkat pemanfaatan layanan tingkat pertama
Tingkat pemanfaatan layanan pada tingkat pertama tergolong cukup aktif.
 Karakteristik pengguna
Karakteristik pengguna pelayanan kesehatan di Desa Sembungan beragam
dari usia bayi sampai lansia dengan berbagai masalah kesehatan yang
berbeda-beda.
 Tanggapan masyarakat terhadap layanan kesehatan
Tanggapan terhadap pelayanan kesehatan tergolong kurang aktif dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan desa, dilihat dari lebih seringnya
warga yang berkunjung ke dokter keluarga dari pada ke puskesmas.
d. Sistem komunikasi
 Media komunikasi
Warga Sembungan menggunakan handpone sebagai media komunikasi
satu sama lain.
 Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan lebih dominan pada bahasa Indonesia dan Jawa.
 Pola komunikasi penduduk
Pola komunikasi yang digunakan selama ini cukuplah baik.
 Pertemuan atau perkumpulan
Pertemuan atau perkumpulan biasanya dilakukan di aula Rw 4 atau di
rumah warga secara bergilir.
 Alat komunikasi
Alat yang sekarang digunakan seperti Hp
 Komunikasi bidang kesehatan
Komunikasi dibidang kesehatan yang lebih banyak digunakan warga
Sembungan terutama RW.04 adalah berkunjung ke dokter keluarga.
 Akses masyarakat terhadap informasi kesehatan
Akses masyarakat terhadap informasi kesehatan didapatkan puskesmas
dan dokter keluarga masing-masing warga.
 Pendidikan kesehatan yang pernah dilakukan
Sudah banyak pendidikan kesehatan yang diterima oleh warga RW.04
karena di RW.04 ada bidan desa dan juga ada kader – kader kesehatan dan
dikarenakan warga sudah berpendidikan tinggi maka banyak warga yang
mendapat informasi kesehatan melalui media sosial atau dari teman
sejawad.
e. Ekonomi
 Tingkat perekonomian masyarakat
Di desa Sembungan ini sebagian besar sumber perekonimian warganya
dari bekerja sebagai buruh dan pegawai swasta.
 Presentasi masyarakat di bawah garis kemiskinan
Di desa Sembungan mayoritas warga RW 4 perekonomiannya sudah
menengah ke atas.
 Jenis pekerjaan penduduk
Jenis pekerjaan warga RW 4 adalah Swasta, PNS, Wirausaha dan untuk
lansia di desa Sembungan sebagian besar sudah tidak bekerja (pensiunan),
dan menghabiskan waktu dirumah untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
 Jenis lapangan pekerjaan yang tersedia
Jenis lapangan pekerjaanyang tersedia di daerah Sembungan tidak ada
 Daya beli masyarakat bidang kesehatan
Warga Sembungan datang ke pelayanan kesehatan hanya apabila sudah
merasakan keluhan.
f. Rekreasi
 Persepsi masyarakat tentang rekreasi
Warga wilayah Sembungan mengatakan bahwa rekreasi juga merupakan
salah satu kebutuhan penting, karena dapat menghilangkan penat dan
bosan dengan kegiatan sehari-hari. Rekreasi di area sekitar desa
Sembungan yang biasa warga datangi adalah alun-alun, kolam renang
Siwarak, Watu Gunung.
 Tempat rekreasi yang tersedia
Di wilayah Sembungan terdapat alun-alun kota Ungaran dimana saat
malam hari dapat dijadikan tempat rekreasi dan kolam renang Siwarak.
 Jenis rekreasi yang sering dilakukan
Warga wilayah Sembungan biasanya rekreasi sendiri-sendiri
ditempatwisata terdekat atau tempat rekreasi wisata yang lain.
PENGKAJIAN KELOMPOK DEWASA PADA TANGGAL 27- 28 JUNI 2019
DI RW 04 DI DESA SEMBUNGAN UTARA KABUPATEN SEMARANG

A. Dewasa
1. Karakteristik Dewasa

UMUR

18
33
(21,42%) 26-35
(39,29%)
36-45
33
46-59
(39,29%)

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa umur dewasa awal yaitu antara 26-
35 tahun sebanyak 18 orang (21, 42%), 36-45 tahun sebanyak 33 orang (39,29%), 46-
59 tahun sebanyak 33 orang (39,29%).

2. Jenis Kelamin

30
(35,72%)
PEREMPUAN
54
LAKI-LAKI
(64,28%)

Berdasarkan diagram diatas, jenis kelamin usia dewasa di di RW 04 Desa


Sembungan Utara.yaitu 35,72 % laki-laki dan 64,28% perempuan.
3. Pekerjaan

PEKERJAAN

1 14
1 (16,17 %) IRT
(1,2%)
(1,2 %) 27 WIRASWASTA
6 (32,15 %)
PEDAGANG
(7,14%)
BURUH
PENSIUNAN
34 PNS
(40,48 %)

Berdasarkan diagram di atas pekerjaan di RW 04 Desa Sembungan Utara


sebagian besar adalah Wiraswasta yaitu 34 orang (40,48%).

4. Penggunaan KB
Terdapat 23 dari 54 perempuan memakai KB

KB

31 Menggunakan
(57,40%)
23 Tidak menggunakan
(42,60%)

Berdasarkan diagram diatas perempuan yang menggunakan KB 23 orang


(42,60%), tidak menggunakan kb sebanyak 31 orang (57,40%).
5. Gejala penyakit yang muncul

GEJALA PENYAKIT YANG MUNCUL


4 Mudah Lelah
(4,76%)
Kepala Pusing
2
12
(2,38%) Kesemutan
1 (14,285%) 21
(1,19%) (25%) Mudah Lapar
Sering BAB
8
(9,52%) Penglihatan Kabur
15
6 (17,86%) Sulit Tidur
(7,14%) 11 Sesak Nafas
14
(13,10%) (16,67%) Badan terasa gatal-gatal
1
(1,19%) Nyeri Lutut
Pegalinu

Berdasarkan diagram diatas gejala penyakit yang muncul seperti mudah lelah
21 orang (25 %), kepala pusing 15 orang (17,86%), kesemutan 14 orang (16,67 %),
mudah lapar 11 orang (13,10 %), sering BAB 1 orang (1,19 %), penglihatan kabur 6
orang (7,14 %), sulit tidur 8 orang (9,52 %), sesak napas 1 orang (1,19 %), badan
terasa gatal – gatal 2 orang (2,38 %), pegallinu 4 orang (4,76 %).

6. Riwayat penyakit

RIWAYAT PENYAKIT
11
(13,1%)

IYA
TIDAK
73
(86,9%)

Berdasarkan diagram diatas warga RW 04 sebagian besar tidak mempunyai


riwayat penyakit.
7. Penyakit Menular

PENYAKIT MENULAR

3
(3,57%)

3
(3,57%) Hepatitis
TBC
19 Minum obat rutin
(22,81%)

Dari diagram di atas penyakit menular adalah hepatitis sebanyak 3 orang


(3,57 %), TBC 3 orang (3,57 %), dan yang rutin minum obat sebanyak 19 orang
(22,81 %).

8. Penyakit menurun

PENYAKIT MENURUN

7
(8,33%)
HIPERTENSI
3 18 DM
(3,57%) (21,43%)
ASMA
5 JANTUNG
(5,9%) DLL

6
(7,14%)

Berdasarkan diagram diatas warga RW 04 sebagian besar memiliki penyakit


menurun yaitu hipertensi 18 orang (21,43%).
9. Kebiasaan berobat

4
KEBIASAAN BEROBAT
(4,76%)

7
4 (8,33%)
(4,76%)
PEL. KES
TRADISIONAL
OBAT WARUNG
DIBIARKAN

73
(86,9%)

Berdasarkan diagram diatas warga RW 04 Desa Sembungan Utara kebiasaan


berobat ke pelayanan kesehatan 73 orang (86,9%).

10. Pemeriksaan kesehatan rutin

PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN

16
17
( 19,04 %) Gula Darah
( 20, 23 % )
Kolestrol

14 Asam Urat
( 16,66 %) Tekanan Darah
24
(28,57 % ) dll
10
11,9 % )

Dari data diatas pemeriksaan kesehatan rutin seperti gula darah sebanyak 16
orang (19,04 %), kolesterol 14 orang (16,66 %), asam urat 10 orang (11,9 %), tekanan
darah 24 orang (28,57 %), data lain – lain 17 orang (20,23 %).
11. Kebiasaan hidup tidak sehat

KEBIASAAN HIDUP TIDAK SEHAT


3 2
( 3,57 %) (2,38 %)

Merokok
19 Minum kopi
( 22,61 % )
23 Alkohol
( 27,38 %) Makanan garam tinggi
Makanan berlemak

20 Jumlah
( 23, 8 % ) Waktu
2
(2,38 %) 2
(2,38 % )

Berdasarkan diagram diatas yang memiliki kebiasaan hidup tidak sehat seperti
merokok 19 orang (22,61 %), minum kopi 20 orang (23,8 %), alkohol2 orang (2,38 %),
mengkonsumsi makanan garam tinggi 2 orang (2,38 %), makanan berlemak 23 orang
(27,38 %).

12. Kebiasaan hidup sehat

7
KEBISAAN HIDUP SEHAT
(8,33%)
7
(8,33%) MENGGUNAKAN ALAS
KAKI
TIDAK MENGGUNAKAN
ALAS KAKI
23 OLAHRAGA
(27,38%) 55
(65,47%)
DURASI

DLL

6
(7,14%)

Berdasarkan diagram diatas sebagian warga RW 04 Desa Sembungan Utara


menggunakan alas kaki 55 orang (65,47%).
13. Kebiasaan makan

4
KEBIASAAAN
1 MAKAN
(4,76%) (1,19%)
2
(2,38%)

MASAK SENDIRI
MAKANAN INSTAN
BELI DIWARUNG
DLL

76
(30,47%)

Berdasarkan diagram diatas sebagian besar warga RW 04 Desa Sembungan Utara


masak sendiri yaitu 76 orang (30,47%).

14. Fasilitas yang dimiliki

FASILITAS KESEHATAN
4
(4,76%)

BPJS
DLL

66
(78,57%)

Dari diagram diatas yang memiliki fasilitas BPJS sebanyak 66 orang (78,57%)
dan fasilitas kesehatan yang lainnya 4 orang (4,76 %).
15. Sumber informasi kesehatan yang didapat

SUMBER INFORMASI KESEHATAN YG


DIDAPAT
1 9
(1,19%) (10,71%)

33 PETUGAS KES
(46,42%) SOCIAL MEDIA
43
MAJALAH/KORAN
(51,19%)
TEMAN

Berdasarkan diagram diatas warga RW 04 Desa Sembungan Utara sumber informasi


kesehatan yang didapat sebagian besar melalui sosila media yaitu 43 orang (51,19%).
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Hasil Pengkajian a. Dukungan sosial Perilaku kesehatan
A. Data wawancara tidak memadai cenderung beresiko
Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada warga desa di b. Ekonomi kurang
dapatkan hasil ada 18 dewasa yang mengalami hipertensi mengatakan beruntung
sering sakit kepala, penglihatan kabur, sulit tidur. Mereka juga mengatakan c. Sikap negative
suka makan makanan berlemak dan minum kopi. d. Tidak menerima
Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 kader yang di wawancarai perubahan status
mengatakan bahwa belum ada kegiatan rutin yang dilakukan mengenai kesehatan
kesehatan seperti senam, dll.

B. Data Kuesioner:
Dari 84 kuesioner yang tersebar, riwayat penyakit yang pernah dialami
oleh kelompok dewasa adalah 18orang (21,42%)dengan riwayat keluarga
yang mempunyai penyakit hipertensi, 5orang (5,95%) yang memiliki
riwayat Asma, 3 orang (3,57%) yang memiliki riwayat penyakit asam
jantung, , 6 orang (7,14%) memiliki riwayat DM
C. Data Observasi :
Berdasarkan hasil skrining dan pengukuran tekanan darah pada kelompok
dewasa dengan hipertensi di RW 4, didapatkan sebanyak 15 (17,85%)
orang kelompok dewasa mengalami sakit kepala dan kaku leher/tengkuk
dan mengalami hipertensi.
Berdasarkan hasil observasi di lingkungan warga, ditemukan wargayang
memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti merokok yaitusebanyak19
(22,62%) orang

2. A. Data kuesioner :
Dari hasil kuisioner yang telah dibagikan kepada 150 KK dan telah diisi a. Kurangnya Manajemen
oleh 84 warga dewasa, terdapat 18 (21,42 %) dewasa yang mengalami pengetahuan kesehatan tidak
penyakit hipertensi. b. dukungan sosial efektif
Dari 18 penderita hipertensi yang mengalami tanda dan gejala hipertensi tidak memadai
sebanyak 15 orang (83,3 %) yang tidak mengalami tanda dan gejala c. kesulitan ekonomi
hipertensi sebanyak 3 orang (16,6 %) pola kesehatan
Dari 84 warga yang telah mengisi kuesioner di dapatkan hasil yang pernah keluarga
mendapatkan pendidikan kesehatan sebanyak 72 orang ( 85,7 %) yang
sebagian besar melalui media sosial dan yang tidak mendapatkan
pendidikan kesehatan sebanyak 12 orang ( 14,2 %)
B.Data wawancara :
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada salah satu dawis
mengatakan bahwa pendidikan kesehatan sebagian besar di dapatkan
melalui media sosial melalui internet.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d persepsi negative terhadap strategi pelayanan kesehatan yang di tawarkan
b. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang petunjuk untuk bertindak
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Penapisan
Keperawatan A B C D E F G H I J K L Total
1. Perilaku 4 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 3 38
kesehatan
cenderung
beresiko
2. Manajemen 4 2 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3 36
kesehatan
tidak efektif
Keterangan: Skor:
a. Sesuai dengan peran perawat komunitas 1 :Sangatrendah
b. Resiko terjadi 2 :Rendah
3 :Cukup
c. Resiko parah
4 :Tinggi
d. Kemungkinan untuk dilakukan penkes 5 :SangatTinggi
e. minat masyarakat
f. kesesuaian dengan program pemerintah
g. kemungkinan untuk diselesaikan
h. ketersediaan sumber : tempat
i. ketersediaan sumber: dana
j. ketersediaan sumber: waktu
k. Ketersediaan sumber: fasilitas
l. ketersediaan sumber: petugas
E. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi
komunitas
Perilaku kesehatan NOC : NIC :
cenderung beresiko Perilaku : Promosi Kesehatan Pengembangan kesehatan komunitas (8500)
(Domain 1 promosi (1602) : 1. Proses kelompok
kesehatan, kelas 2 a. (160207) Melakukan perilaku a. Refresh kader kesehatan mengenai kemampuan pengukuran
manajemen kesehatan kesehatan secara rutin dari skala tekanan darah menggunakan tensi meter
kode 00188) 1 ditingkatkan diskala 3 dan b. Refresh kader mengenai pengaturan pola makan pada pasien
dipertahankan diskala 4 dengan hipertensi
b. (160216) Menggunakan latihan c. Focus Group Discussion dengan kader kesehatan terkait
rutin yang efektif dari skala 1 permasalahan hipertensi di RW 04
ditingkatkan diskala 3 dan d. Pendirian program SISTOLIK oleh kader kesehatan
dipertahankan diskala 4
Pengetahuan : manajemen 2. Empowerment
hipertensi (1837) : a. Masyarakat melaksanakan iuran untuk pembelian alat – alat
a. (183727) Manfaat olahraga kesehatan
teratur dari skala 1 b. UMKM membuat ekstrak daun sirsak untuk mengatasi masalah
ditingkatkan diskala 3 dan hipertensi
dipertahankan diskala 4 c. Memanfaatkan system dukungan social dan keluarga untuk
b. (183728) Sumber informasi meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi perilaku
hipertensi terpercaya dari kesehatan
skala 1 ditingkatkan diskala
3 dan dipertahankan diskala 3. Partnership
4 a. mencari sponsorship penyediaan alat melalui penggunaan dana
desa
b. pembuatan proposal yang ditujukan kepada kelurahan untuk
penganggaran dana desa

4. Pendidikan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan mengenai manfaat pengukuran tekanan
darah secara mandiri
b. Pendidikan kesehatan mengenai bahaya hipertensi
c. Pendidikan kesehatan mengenai pengaturan pola makan pada
hipertensi
d. Pendidikan kesehatan mengenai manfaat senam anti hipertensi
Manajemen kesehatan lansia NOC : NIC :
tidak efektif Perilaku : Promosi Kesehatan Pengembangan kesehatan komunitas (8500)
(Domain 1 promosi (1602) : 1. Proses kelompok
kesehatan, kelas 2 a. (160207) Melakukan perilaku a. Refresh kader mengenai pengaturan pola makan pada pasien
manajemen kesehatan kesehatan secara rutin dari dengan hipertensi
kode 00188) skala 1 ditingkatkan diskala 3 b. Focus Group Discussion dengan kader kesehatan terkait
dan dipertahankan diskala 4 permasalahan hipertensi di RW 05
b. (160216) Menggunakan 2. Empowerment
latihan rutin yang efektif dari a. Memanfaatkan system dukungan social dan keluarga untuk
skala 1 ditingkatkan diskala 3 meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi perilaku
dan dipertahankan diskala 4 kesehatan
Pengetahuan : manajemen 3. Partnership
hipertensi (1837) : a. pembuatan proposal yang ditujukan kepada kelurahan untuk
a. (183727) Manfaat olahraga penganggaran dana desa
teratur dari skala 1 4. Pendidikan kesehatan
ditingkatkan diskala 3 dan a. Pendidikan kesehatan mengenai bahaya hipertensi
dipertahankan diskala 4 b. Pendidikan kesehatan mengenai pengaturan pola makan pada
b. (183728) Sumber informasi hipertensi
hipertensi terpercaya dari skala c. Pendidikan kesehatan mengenai manfaat senam anti hipertensi
1 ditingkatkan diskala 3 dan
dipertahankan diskala 4
F. Plan Of Action Agregat Dewasa Dengan Hipertensi

Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu dan Bentuk Media Dana Penanggun
kesehatan Tempat kegiatan g jawab
Perilaku 1. Untuk Kader Waktu: 1. Pelatihan speaker, Dana Kelompok
Kesehatan memberdaya kesehatan 1xpertemuan pengukuran tekanan laptop Pribadi VII
Cenderung kan kader dewasa Tempat: darah dengan tensi dan kelompok
Beresiko kesehatan Aulasembun meter LCD
(Domain 1 : agar lebih ganrw 04 2. Pelatihan senam
Promosi aktif dan hipertensi
Kesehatan, waspada
Kelas 2 : terhadap
Manajemen penyakit
Kesehatan, hipertensi
00188) serta untuk
meningkatka
n kualitas
kesehatan
2. Pelaksanaan Untuk Masyarakat 1xpertemuan 1. Diskusi terarah Tensi, Dana Kelompok
Program mengontrol usia dewasa Tempat: terkait Speaker, Pribadi VII
demontrasi tekanan darah RW 04 Aula permasalahan Laptop kelompok
diit pada kelurahan sembungan hipertensi pada
hipertensi penderita Sembungan rw 04 Dewasa
hipertensi 2. Pendidikan
kesehatan
Demonstrasi
cara pengisian
kartu konseling
dewasa dengan
hipertensi
3. Pendidikan
kesehatan
mengenai diit
hipertensi
4. Memberikan
contoh jenis
makanan untuk
penderita
hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). Jakarta :


Elsevier
Corwin E. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005. Jakarta.
Depkes, 2010. Hipertensi penyebab kematian nomor tiga. (Online).
http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-hipertansi-
penyebabkematian-nomor-tiga.html
Dinkes, Jateng. 2013. ProfilKesehatanProvinsiJawa Tengah 2012. Semarang
Kementrian Kesehatan RI. 2010. (diakses pada tanggal 26 November 2017).Marrelli.
2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Ed. III. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2009.
AsuhanKeperawatanKliendenganGangguanSistemKardiovaskulerdanHematol
ogi.Jakarta: SalembaMedika
Prasetyaningrum Y.I. 2014. Hipertensi bukan untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia.
Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi.
Jakarta:Intisari Mediatama.
Smeltzer, SC & Bare, B.G. 2013.Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah.Brunner
&Studart, Edisi 8. Jakarta: EGC
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
WHO. 2015. Q&As on Hypertension. (diakses pada 26 November 2017)
Udjianti, W. J. 2010. KeperawatanKardiovaskuler. Jakarta: SalembaMedika
, diakses tanggal 28 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai