OLEH:
Kelompok 7
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan komunitas kepada dewasa dengan hipertensi
di RW 04 Desa Sembungan Utara Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui secara umum tentang dewasa
b. Untuk mengetahui tentang hipertensi
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas dewasa dengan hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dewasa
1. Definisi Dewasa
Secara etimologi, istilah dewasa (adult) berasal dari bah asa latin, bentuk
lampau partisipel da ri kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi
kekuatan dan ukuran yang sempurna (grown to full size and strength)” atau “telah
menjadi dewasa (matured)”
Secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah
mereka yang berusia 20-40 tahun. (Dariyo, 2003).Batasan usia menurut Depkes RI
(2009), yaitu yang tergolong dewasa awal adalah usia 26-35 tahun dan yang
tergolong dewasa akhir adalah usia 36-45 tahun.
Selanjutnya, Elizabeth B. Hurlock membagi rentang usia dewasa awal menjadi
tiga tahapan, yakni:
a. Masa Dewasa Awal (muda, dini). Masa ini dimulai pada usia 18 tahun sampai
kira-kira umur 40 tahun dimana perubahan fisik dan psikologis telah mencapai
kematangannya. Batasan usia 18 tahun diambil karena di usia ini seseorang
dianggap telah dewasa menurut hukum yang berlaku di Amerika sejak tahun
1970.
b. Masa Dewasa Madya, dimulai pada usia 40 tahun hingga usia 60 tahun.
Rentang usia ini ditandai dengan terjadinya penurunan kemampuan fisik dan
psikologis yang nampak jelas pada semua orang.
c. Masa dewasa Lanjut, Masa ini dimulai saat seseoang menginjak usia 60 tahun
sampai meninggal dunia, di mana kemampuan fisik maupupsikologis
dirasakan semakin cepat menurun pada setiap orang.
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee on 7 (2003) dalam
Muttaqin (2009).
a. Tekanan darah normal adalah ketika tekanan sistolik < 120 mmHg, tekanan
diastolik < 80 mmHg.
b. Prehipertensi, tekanan sistolik 120-139 mmHg dan tekanan diastolik 80-89
mmHg.
c. Hipertensi Stage I, tekanan sistolik 140-150 mmHg dan tekanan diastolik 90-99
mmHg.
d. Hipertensi Stage II, tekanan sistolik > 150 mmHg dan tekanan diastolik > 100
mmHg.
Derajat hipertensi :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade4(sangatberat) >210 >120
3. Etiologi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa seseorang mempunyai
orang tua atau salah satunya menderita hipertendi maka orang tersebut
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada orang
yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya
riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan
akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah
65 tahun dan laki-laki dibawah 55 tahun (Julius, 2008).
2) Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio
sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki
gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita (Depkes, 2006).
Namun, setelah memasuki manopause, prevalensi hipertensi pada
wanita meningkat. Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita
lebih meningkat dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor
hormonal. Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menyebutkan bahwa
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia lebih besar pada perempuan
(8,6%) dibandingkan laki-laki (5,8%). Sedangkan menurut Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2006), sampai umur 55 tahun, laki-laki
lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55
sampai 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang
menderita hipertensi (Depkes, 2008).
3) Umur
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata tebukti bahwa semakin
tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini
disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan
bertambahnya umur. Sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari
65 tahun. Sebelum umur 55 tahun tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Setelah umur 65 tahun tekanan darah pada perempuan
lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, resiko hipertensi
bertambah dengan semakin bertambahnya umur (Gray, et al. 2005).
4) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada
hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipenggaruhi
faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan seorang menderita
hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan
garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya
menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan
bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%
akan turun ke anak-anaknya (Depkes, 2006).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
1) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi
klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun
5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pemuluh darah terletak
di puast vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke awah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke gangglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam entuk impuls yang bergerak ke awah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang seraut saraf pasca ganglion ke pemuluh darah,
dimana denga dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan knstriksi pemuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
repons pemuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal terseut isa terjadi (Smeltzer & Bare,2013).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pemuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakiatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuaat respons vasokonstriktor pemuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyeabkan pelepasan renin. Renin merangsang pementukan angiotensin I yaang
kemudian diuah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2013).
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada peruahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Peruahan terseut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pemuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pemuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar kekurangan kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakiatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer & Bare, 2013).
Menurut Udjianti (2010), teekanan darah arteri sistemik adalah hasil dari
perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac
output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart
rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf
otonom dan sirkulasi hormone. Empat system control yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain system baroreseptor arteri, pengaturan
volume cairan tubuh, system rennin angiotensin dan autoregulasi vaskuler
(Udjianti, 2010).
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam
aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan
arteri. System baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui
mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal ( stimulasi parasimpatis ) dan
vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, reflex control
sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun
dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat.
Alsan pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini
ditujukan untuk menaikkkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan
meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada (Udjianti,
2010).
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan darah.
Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengeksresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik
(Udjianti, 2010).
Rennin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi rennin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat
protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh
converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi
angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada
aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas system saraf simpatis,
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada
eksresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah (Udjianti,
2010).
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi,
kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal
mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang
dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal. Peningkatan tekanan
darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial akan mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital. Hipertensi essensial
mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-arteriole. Karena
pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan
kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal
jantung, dan gagal ginjal (Udjianti, 2010).
Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran beruabah, proses-proses
autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan pengurangan
aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vascular sebagai akibat dari
peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak menjadi mekanisme penting
dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air
(Udjianti, 2010).
6. Komplikasi
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark
miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy- included
hypertension (PIH) (Corwin, 2005).
a. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik
yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak.
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusifokal pembuluh darah yang
menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang
mengalami oklusi (Hacke, 2003).
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin, 2005).
b. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan
perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan (Corwin, 2005).
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian
yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal
ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem renin
angiotensin aldosteron (RAA). Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi
berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan
dengan orang yang tidak mengalami hipertensi (Mansjoer, 2001).
d. Ensefalopati (Kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke
dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak
jarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan antara kerusakan
otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan
otak dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi (Corwin,
2005).
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap
volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Glukosa Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi ).
c. Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
e. Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler
).
f. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
g. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
h. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
j. Steroid urin Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
k. Foto dada Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung.
l. CT scan Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
m. EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Udjianti (2010), Penatalaksanaan hipertensi dapat di bagi menjadi
beberapa penatalaksaan, yaitu : penatalaksanaan secara farmakologi dan non
farmakologi.
a. Penatalaksanaan farmakologi (Smeltzer & Bare, 2013)
Penatalaksanaan hipertensi secara farmakologi biasanya menggunakan
beberapa jenis obat-obatan yang mengandung unsur kimia. Beberapa jenis obat
tersebut seperti :
1) Diuretic Thiazid (chlorothiazide, hydrochlorothiazide, bendroflumethiazide ).
2) Diuretic loop ( furosemid, ethacrynic acid, bumetadine ).
3) Potassium-sparing diuretic (spironolactone, triamterene, amiloride).
4) Penghambat simpatis atau β blocker ( Propanolol, metoprolol, atenolol,
nadolol, methyldopa, reserpine, clonidine).
5) Vasodilator ( monoxidil, hydralazine, prazosin ).
6) Calcium channel blocker ( nifedipine, verapamil ).
7) Ganglion blocker ( guanetidine, trimetharphan ).
8) ACE inhibitor ( captopril ).
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan secara mandiri dengan melakukan
metode pendekatan, edukasi. Penatalaksanaan secara non-farmakologis sering
dilakukan pada pasien lansia dengan hipertensi, yaitu dengan merubah gaya
hidup, namun hanya untuk mencegah dan mengobati hipertensi yang ringan
(Lionakis et al, 2012).
Menurut Almatsier (2009) terapi non farmakologis yang dapat dilakukan
pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Terapi diet
a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram
garam dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan
garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan
makanan yang mengandung ikatan natrium. Tujuan diet rendah garam
adalah untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam
jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun
rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini
adalah komposisi makanan harus t mengandung cukup zat-zat gizi, baik
kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang.
Menurut Dalimartha ( 2008 ) diet rendah garam penderita hipertensi
di bagi menjadi 3 yaitu diet garam rendah I, diet garam rendah II, dan
diet garam rendah III.
1. Diet Garam Rendah I ( 200-400 mg Na )
Diet Garam Rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites
dan atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanan tidak
ditambahkan garam. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
2. Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites
dan atau hipertensi tidak berat, pemberian makanan sehari sama
dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan boleh menggunakan
setengah sendok teh garam dapur (2g). Dihindari bahan makanan
yang tinggi kadar natriumnya.
3. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan edema,
asites dan atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama
dengan Diet Garam Rendah I. pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan 1 sdt gram dapur.
b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah
tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh
darah lama – kelamaa jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat
pemuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan
memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan
menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai
berikut :
1. Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega, terutama
makanan yang digoreng dengan minyak
2. Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta
sea food ( udang, kepiting ), minyak kelapa, dan santan
3. Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
4. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam
seminggu
2) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah
yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan
tekanan darah yang ringan Peningkatan masukan kalium (4,5 grann atau 120-
175 mEq/hari ) dapat memberikan efek penurunan darah. Selain itu, pemberian
kalium jyga membantu unntuk mengganti kehilangan kalium akibat dari
rendahnya natrium.
3) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik sehari-
hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa
dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan
jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainya.
4) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara jumlah
alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
5) Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
sesorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan
demikian, obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat
badan lebih dari 20% dan hiperkolestrol mempunyai risiko yang lebih besar
terkena hipertensi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. PENGKAJIAN
1. Data Core Komunitas
Tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 24-29 Juni 2019 yang dilakukan
oleh 40 mahasiswa. Berdasarkan hasil pengkajian di Desa Sembungan, didapatkan
data sebagai berikut:
a. Data core
1) Jumlah penduduk : ± 336 KK
2) Pekerjaan
Menurut wawancara oleh pak RW 04 Desa Sembungan sebagia besar
seorang wiraswasta (40,48%), IRT(32,15%) dan PNS (16,17%). Lansia di
desa Sembungan sebagian besar sudah tidak bekerja, mereka merupakan IRT
(40,8%), pensiunan (24,5%) , pekerja swasta (16,3%) dan pedagang (16,3%).
3) Distribusi penduduk berdasarkan Umur yang bersedia mengisi kuesioner
No. Kelompok Umur Jumlah
1 6-12 Tahun 42 Jiwa
2. 13-24 Tahun 37 jiwa
3. 25-45Tahun 84Jiwa
4. 46- 70 Tahun 49 Jiwa
Jumlah 212 jiwa
4) Suku Dominan
Suku dominan yang ada di kelurahan Sembungan adalah suku jawa.
5) Rata-rata Penghasilan
Jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah Sembungan adalah bekerja
sebagai wiraswasta dan PNS.
6) Budaya Keseharian Yang Diterapkan
Masyarakat Sembungan keseharian bekerja.
7) Budaya Terkait Bidang Kesehatan
Warga Sembungan melakukan posyandu balita setiap tanggal 10. Sebagian
besar masyarakatnya sudah sadar akan kesehatan, sehingga mereka selalu
mendatangi dokter keluarga msing-masing bila ada keluhan pada
kesehatannya.
2. WINSHIELD SURVEY
a. Batas Wilayah
Batas – batas wilayah yang mengelilingi Desa Sembungan adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara
2. Sebelah Timur
3. Sebelah Selatan
4. Sebelah Barat
b. Kondisi Perumahan
Kondisi perumahan yang ada di desa Sembungan sudah relatif bagus dengan rumah
– rumah permanen yang sebagian besar terbuat dari tembok bertap genteng,
berlantai keramik dan hanya beberapa yang berlantai semen.
c. Kondisi Lingkungan
Suasana Lingkungan yang ada di RW.04 cukup bersih. Tidak terlihat adanya
sampah berserakan di jalan-jalannya. Kondisi selokan sebagian besar sudah
tertutup. Kondisi sungai mengalir bersih, tidak terdapat tumpukan sampah.
d. Observasi terhadap keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat
Lingkungan di RW 4 Sembungan cukup besih, terdapat selokan di daerah rumah
warga. Perilaku warga apabila sakit sudah cukup baik, dengan berobat ke dokter
keluarga, puskesmas, atau di rumah sakit.
e. Tempat Umum
Sarana umum yang ada di desa Sembungan adalah sarana ibadah seperti Masjid,
aula tempat perkumpulan.
f. Pertokoan / pasar
Pertokoan di desa Sembungan cukup banyak dari toko kelontong, toko sembako,
toko bangunan, dan usaha yang lainnya. Pasar terletak kurang lebih 1 km dari desa
Sembungan. Perbatasan Rw 4 terdapat sebuah alun-alun dimana apabila sore hari
menjelang malam, area sekitar digunakan sebagian warga di RW 4 untuk berjualan
aneka makanan.
g. Transportasi
Warga desa Sembungan biasa menggunakan alat transportasi pribadi seperti sepeda
motor, dan mobil untuk berpergian. Selain itu ada angkutan umum.
h. Pusat pelayanan sosial dan kesehatan
Di desa Sembungan dekat dengan Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. selain
dalam kawasan desa ini terdapat kantor polisi sekitar.
i. Pos bencana atau perlindungan
Belum terdapat pos bencana atau perlindungan di desa Sembungan.
b. Pendidikan
Sarana pendidikan yang tersedia
Sarana pendidikan yang ada Di Desa Sembungan adalah adanya pondok
pesantren “Nuurul Ulum” dan yayasan SMP/SMA NU Ungaran, SMP
Masehi Ungaran, selain itu di Rw 4 juga terdapat TK.
Keamanan dan transportasi
a) Keadaan keamanan
Keadaan keamanan di Desa Sembungan Cukup baik, selain karena
letaknya di dekat kantor kepolisian salah satu RT di desa ini merupakan
asrama kepolisian.
b) Kejadian kriminal yang pernah terjadi
Desa Sembungan cukup bersih untuk urusan kriminal.
c) Sistem keamanan
Ada poskampling namnun tidak terawat dan tidak berjalan.
d) Penanganan konflik antar penduduk
Bila ada masalah antar penduduk maka warga menyelesaikannya dengan
cara musyawarah.
e) Jenis transportasi yang ada
f) Warga Sembungan menggunakan transportasi umum yang ada tapi juga
banyak yang menggunakan kendaraan pribadi.
g) Situasi jalan
Didesa Sembungan jalanan aspal dan beberapa daerah jalannya teebuat
dari semen/paving.
h) Akses transportasi ke sarana pelayanan kesehatan
Biasanya warga menggunakan kendaraan pribadi.
i) Politik dan kebijakan pemerintah
Strutur organisasi pemerintahan
Lurah : Drs. Wahyudi Prasetyo, MM)
Struktur organisasi yang menangani masalah kesehatan yaitu
Posyandu.
Jenis organisasi yang ada ibu PKK, kumpulan RT, kumpulan RW
dan Dawis
Keaktifan organisasi yang ada cukup aktif
c. Pelayanan kesehatan dan sosial
Jenis pelayanan kesehatan yang ada
Tingkat pertama : POSYANDU, Bidan Desa
Tingkat kedua : PUSKESMAS
Tingkat pemanfaatan layanan tingkat pertama
Tingkat pemanfaatan layanan pada tingkat pertama tergolong cukup aktif.
Karakteristik pengguna
Karakteristik pengguna pelayanan kesehatan di Desa Sembungan beragam
dari usia bayi sampai lansia dengan berbagai masalah kesehatan yang
berbeda-beda.
Tanggapan masyarakat terhadap layanan kesehatan
Tanggapan terhadap pelayanan kesehatan tergolong kurang aktif dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan desa, dilihat dari lebih seringnya
warga yang berkunjung ke dokter keluarga dari pada ke puskesmas.
d. Sistem komunikasi
Media komunikasi
Warga Sembungan menggunakan handpone sebagai media komunikasi
satu sama lain.
Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan lebih dominan pada bahasa Indonesia dan Jawa.
Pola komunikasi penduduk
Pola komunikasi yang digunakan selama ini cukuplah baik.
Pertemuan atau perkumpulan
Pertemuan atau perkumpulan biasanya dilakukan di aula Rw 4 atau di
rumah warga secara bergilir.
Alat komunikasi
Alat yang sekarang digunakan seperti Hp
Komunikasi bidang kesehatan
Komunikasi dibidang kesehatan yang lebih banyak digunakan warga
Sembungan terutama RW.04 adalah berkunjung ke dokter keluarga.
Akses masyarakat terhadap informasi kesehatan
Akses masyarakat terhadap informasi kesehatan didapatkan puskesmas
dan dokter keluarga masing-masing warga.
Pendidikan kesehatan yang pernah dilakukan
Sudah banyak pendidikan kesehatan yang diterima oleh warga RW.04
karena di RW.04 ada bidan desa dan juga ada kader – kader kesehatan dan
dikarenakan warga sudah berpendidikan tinggi maka banyak warga yang
mendapat informasi kesehatan melalui media sosial atau dari teman
sejawad.
e. Ekonomi
Tingkat perekonomian masyarakat
Di desa Sembungan ini sebagian besar sumber perekonimian warganya
dari bekerja sebagai buruh dan pegawai swasta.
Presentasi masyarakat di bawah garis kemiskinan
Di desa Sembungan mayoritas warga RW 4 perekonomiannya sudah
menengah ke atas.
Jenis pekerjaan penduduk
Jenis pekerjaan warga RW 4 adalah Swasta, PNS, Wirausaha dan untuk
lansia di desa Sembungan sebagian besar sudah tidak bekerja (pensiunan),
dan menghabiskan waktu dirumah untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Jenis lapangan pekerjaan yang tersedia
Jenis lapangan pekerjaanyang tersedia di daerah Sembungan tidak ada
Daya beli masyarakat bidang kesehatan
Warga Sembungan datang ke pelayanan kesehatan hanya apabila sudah
merasakan keluhan.
f. Rekreasi
Persepsi masyarakat tentang rekreasi
Warga wilayah Sembungan mengatakan bahwa rekreasi juga merupakan
salah satu kebutuhan penting, karena dapat menghilangkan penat dan
bosan dengan kegiatan sehari-hari. Rekreasi di area sekitar desa
Sembungan yang biasa warga datangi adalah alun-alun, kolam renang
Siwarak, Watu Gunung.
Tempat rekreasi yang tersedia
Di wilayah Sembungan terdapat alun-alun kota Ungaran dimana saat
malam hari dapat dijadikan tempat rekreasi dan kolam renang Siwarak.
Jenis rekreasi yang sering dilakukan
Warga wilayah Sembungan biasanya rekreasi sendiri-sendiri
ditempatwisata terdekat atau tempat rekreasi wisata yang lain.
PENGKAJIAN KELOMPOK DEWASA PADA TANGGAL 27- 28 JUNI 2019
DI RW 04 DI DESA SEMBUNGAN UTARA KABUPATEN SEMARANG
A. Dewasa
1. Karakteristik Dewasa
UMUR
18
33
(21,42%) 26-35
(39,29%)
36-45
33
46-59
(39,29%)
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa umur dewasa awal yaitu antara 26-
35 tahun sebanyak 18 orang (21, 42%), 36-45 tahun sebanyak 33 orang (39,29%), 46-
59 tahun sebanyak 33 orang (39,29%).
2. Jenis Kelamin
30
(35,72%)
PEREMPUAN
54
LAKI-LAKI
(64,28%)
PEKERJAAN
1 14
1 (16,17 %) IRT
(1,2%)
(1,2 %) 27 WIRASWASTA
6 (32,15 %)
PEDAGANG
(7,14%)
BURUH
PENSIUNAN
34 PNS
(40,48 %)
4. Penggunaan KB
Terdapat 23 dari 54 perempuan memakai KB
KB
31 Menggunakan
(57,40%)
23 Tidak menggunakan
(42,60%)
Berdasarkan diagram diatas gejala penyakit yang muncul seperti mudah lelah
21 orang (25 %), kepala pusing 15 orang (17,86%), kesemutan 14 orang (16,67 %),
mudah lapar 11 orang (13,10 %), sering BAB 1 orang (1,19 %), penglihatan kabur 6
orang (7,14 %), sulit tidur 8 orang (9,52 %), sesak napas 1 orang (1,19 %), badan
terasa gatal – gatal 2 orang (2,38 %), pegallinu 4 orang (4,76 %).
6. Riwayat penyakit
RIWAYAT PENYAKIT
11
(13,1%)
IYA
TIDAK
73
(86,9%)
PENYAKIT MENULAR
3
(3,57%)
3
(3,57%) Hepatitis
TBC
19 Minum obat rutin
(22,81%)
8. Penyakit menurun
PENYAKIT MENURUN
7
(8,33%)
HIPERTENSI
3 18 DM
(3,57%) (21,43%)
ASMA
5 JANTUNG
(5,9%) DLL
6
(7,14%)
4
KEBIASAAN BEROBAT
(4,76%)
7
4 (8,33%)
(4,76%)
PEL. KES
TRADISIONAL
OBAT WARUNG
DIBIARKAN
73
(86,9%)
16
17
( 19,04 %) Gula Darah
( 20, 23 % )
Kolestrol
14 Asam Urat
( 16,66 %) Tekanan Darah
24
(28,57 % ) dll
10
11,9 % )
Dari data diatas pemeriksaan kesehatan rutin seperti gula darah sebanyak 16
orang (19,04 %), kolesterol 14 orang (16,66 %), asam urat 10 orang (11,9 %), tekanan
darah 24 orang (28,57 %), data lain – lain 17 orang (20,23 %).
11. Kebiasaan hidup tidak sehat
Merokok
19 Minum kopi
( 22,61 % )
23 Alkohol
( 27,38 %) Makanan garam tinggi
Makanan berlemak
20 Jumlah
( 23, 8 % ) Waktu
2
(2,38 %) 2
(2,38 % )
Berdasarkan diagram diatas yang memiliki kebiasaan hidup tidak sehat seperti
merokok 19 orang (22,61 %), minum kopi 20 orang (23,8 %), alkohol2 orang (2,38 %),
mengkonsumsi makanan garam tinggi 2 orang (2,38 %), makanan berlemak 23 orang
(27,38 %).
7
KEBISAAN HIDUP SEHAT
(8,33%)
7
(8,33%) MENGGUNAKAN ALAS
KAKI
TIDAK MENGGUNAKAN
ALAS KAKI
23 OLAHRAGA
(27,38%) 55
(65,47%)
DURASI
DLL
6
(7,14%)
4
KEBIASAAAN
1 MAKAN
(4,76%) (1,19%)
2
(2,38%)
MASAK SENDIRI
MAKANAN INSTAN
BELI DIWARUNG
DLL
76
(30,47%)
FASILITAS KESEHATAN
4
(4,76%)
BPJS
DLL
66
(78,57%)
Dari diagram diatas yang memiliki fasilitas BPJS sebanyak 66 orang (78,57%)
dan fasilitas kesehatan yang lainnya 4 orang (4,76 %).
15. Sumber informasi kesehatan yang didapat
33 PETUGAS KES
(46,42%) SOCIAL MEDIA
43
MAJALAH/KORAN
(51,19%)
TEMAN
B. Data Kuesioner:
Dari 84 kuesioner yang tersebar, riwayat penyakit yang pernah dialami
oleh kelompok dewasa adalah 18orang (21,42%)dengan riwayat keluarga
yang mempunyai penyakit hipertensi, 5orang (5,95%) yang memiliki
riwayat Asma, 3 orang (3,57%) yang memiliki riwayat penyakit asam
jantung, , 6 orang (7,14%) memiliki riwayat DM
C. Data Observasi :
Berdasarkan hasil skrining dan pengukuran tekanan darah pada kelompok
dewasa dengan hipertensi di RW 4, didapatkan sebanyak 15 (17,85%)
orang kelompok dewasa mengalami sakit kepala dan kaku leher/tengkuk
dan mengalami hipertensi.
Berdasarkan hasil observasi di lingkungan warga, ditemukan wargayang
memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti merokok yaitusebanyak19
(22,62%) orang
2. A. Data kuesioner :
Dari hasil kuisioner yang telah dibagikan kepada 150 KK dan telah diisi a. Kurangnya Manajemen
oleh 84 warga dewasa, terdapat 18 (21,42 %) dewasa yang mengalami pengetahuan kesehatan tidak
penyakit hipertensi. b. dukungan sosial efektif
Dari 18 penderita hipertensi yang mengalami tanda dan gejala hipertensi tidak memadai
sebanyak 15 orang (83,3 %) yang tidak mengalami tanda dan gejala c. kesulitan ekonomi
hipertensi sebanyak 3 orang (16,6 %) pola kesehatan
Dari 84 warga yang telah mengisi kuesioner di dapatkan hasil yang pernah keluarga
mendapatkan pendidikan kesehatan sebanyak 72 orang ( 85,7 %) yang
sebagian besar melalui media sosial dan yang tidak mendapatkan
pendidikan kesehatan sebanyak 12 orang ( 14,2 %)
B.Data wawancara :
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada salah satu dawis
mengatakan bahwa pendidikan kesehatan sebagian besar di dapatkan
melalui media sosial melalui internet.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d persepsi negative terhadap strategi pelayanan kesehatan yang di tawarkan
b. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang petunjuk untuk bertindak
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Penapisan
Keperawatan A B C D E F G H I J K L Total
1. Perilaku 4 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 3 38
kesehatan
cenderung
beresiko
2. Manajemen 4 2 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3 36
kesehatan
tidak efektif
Keterangan: Skor:
a. Sesuai dengan peran perawat komunitas 1 :Sangatrendah
b. Resiko terjadi 2 :Rendah
3 :Cukup
c. Resiko parah
4 :Tinggi
d. Kemungkinan untuk dilakukan penkes 5 :SangatTinggi
e. minat masyarakat
f. kesesuaian dengan program pemerintah
g. kemungkinan untuk diselesaikan
h. ketersediaan sumber : tempat
i. ketersediaan sumber: dana
j. ketersediaan sumber: waktu
k. Ketersediaan sumber: fasilitas
l. ketersediaan sumber: petugas
E. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi
komunitas
Perilaku kesehatan NOC : NIC :
cenderung beresiko Perilaku : Promosi Kesehatan Pengembangan kesehatan komunitas (8500)
(Domain 1 promosi (1602) : 1. Proses kelompok
kesehatan, kelas 2 a. (160207) Melakukan perilaku a. Refresh kader kesehatan mengenai kemampuan pengukuran
manajemen kesehatan kesehatan secara rutin dari skala tekanan darah menggunakan tensi meter
kode 00188) 1 ditingkatkan diskala 3 dan b. Refresh kader mengenai pengaturan pola makan pada pasien
dipertahankan diskala 4 dengan hipertensi
b. (160216) Menggunakan latihan c. Focus Group Discussion dengan kader kesehatan terkait
rutin yang efektif dari skala 1 permasalahan hipertensi di RW 04
ditingkatkan diskala 3 dan d. Pendirian program SISTOLIK oleh kader kesehatan
dipertahankan diskala 4
Pengetahuan : manajemen 2. Empowerment
hipertensi (1837) : a. Masyarakat melaksanakan iuran untuk pembelian alat – alat
a. (183727) Manfaat olahraga kesehatan
teratur dari skala 1 b. UMKM membuat ekstrak daun sirsak untuk mengatasi masalah
ditingkatkan diskala 3 dan hipertensi
dipertahankan diskala 4 c. Memanfaatkan system dukungan social dan keluarga untuk
b. (183728) Sumber informasi meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi perilaku
hipertensi terpercaya dari kesehatan
skala 1 ditingkatkan diskala
3 dan dipertahankan diskala 3. Partnership
4 a. mencari sponsorship penyediaan alat melalui penggunaan dana
desa
b. pembuatan proposal yang ditujukan kepada kelurahan untuk
penganggaran dana desa
4. Pendidikan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan mengenai manfaat pengukuran tekanan
darah secara mandiri
b. Pendidikan kesehatan mengenai bahaya hipertensi
c. Pendidikan kesehatan mengenai pengaturan pola makan pada
hipertensi
d. Pendidikan kesehatan mengenai manfaat senam anti hipertensi
Manajemen kesehatan lansia NOC : NIC :
tidak efektif Perilaku : Promosi Kesehatan Pengembangan kesehatan komunitas (8500)
(Domain 1 promosi (1602) : 1. Proses kelompok
kesehatan, kelas 2 a. (160207) Melakukan perilaku a. Refresh kader mengenai pengaturan pola makan pada pasien
manajemen kesehatan kesehatan secara rutin dari dengan hipertensi
kode 00188) skala 1 ditingkatkan diskala 3 b. Focus Group Discussion dengan kader kesehatan terkait
dan dipertahankan diskala 4 permasalahan hipertensi di RW 05
b. (160216) Menggunakan 2. Empowerment
latihan rutin yang efektif dari a. Memanfaatkan system dukungan social dan keluarga untuk
skala 1 ditingkatkan diskala 3 meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi perilaku
dan dipertahankan diskala 4 kesehatan
Pengetahuan : manajemen 3. Partnership
hipertensi (1837) : a. pembuatan proposal yang ditujukan kepada kelurahan untuk
a. (183727) Manfaat olahraga penganggaran dana desa
teratur dari skala 1 4. Pendidikan kesehatan
ditingkatkan diskala 3 dan a. Pendidikan kesehatan mengenai bahaya hipertensi
dipertahankan diskala 4 b. Pendidikan kesehatan mengenai pengaturan pola makan pada
b. (183728) Sumber informasi hipertensi
hipertensi terpercaya dari skala c. Pendidikan kesehatan mengenai manfaat senam anti hipertensi
1 ditingkatkan diskala 3 dan
dipertahankan diskala 4
F. Plan Of Action Agregat Dewasa Dengan Hipertensi
Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu dan Bentuk Media Dana Penanggun
kesehatan Tempat kegiatan g jawab
Perilaku 1. Untuk Kader Waktu: 1. Pelatihan speaker, Dana Kelompok
Kesehatan memberdaya kesehatan 1xpertemuan pengukuran tekanan laptop Pribadi VII
Cenderung kan kader dewasa Tempat: darah dengan tensi dan kelompok
Beresiko kesehatan Aulasembun meter LCD
(Domain 1 : agar lebih ganrw 04 2. Pelatihan senam
Promosi aktif dan hipertensi
Kesehatan, waspada
Kelas 2 : terhadap
Manajemen penyakit
Kesehatan, hipertensi
00188) serta untuk
meningkatka
n kualitas
kesehatan
2. Pelaksanaan Untuk Masyarakat 1xpertemuan 1. Diskusi terarah Tensi, Dana Kelompok
Program mengontrol usia dewasa Tempat: terkait Speaker, Pribadi VII
demontrasi tekanan darah RW 04 Aula permasalahan Laptop kelompok
diit pada kelurahan sembungan hipertensi pada
hipertensi penderita Sembungan rw 04 Dewasa
hipertensi 2. Pendidikan
kesehatan
Demonstrasi
cara pengisian
kartu konseling
dewasa dengan
hipertensi
3. Pendidikan
kesehatan
mengenai diit
hipertensi
4. Memberikan
contoh jenis
makanan untuk
penderita
hipertensi
DAFTAR PUSTAKA